Anda di halaman 1dari 4

々 Nama : Faris Arrahman 19042208

々 Mata Kuliah : Politik Kenegaraan


UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
PARTAI POLITIK
A. Makna Partai Politik

Partai Politik adalah sekelompok orang yang berada dalam suatu kelompok yang
terorganisir. Kelompok tersebut terdiri dari orang orang yang mempunyai ideologi tertentu, dan
mempunyai tujuan yang sama.

UU No 2 Tahun 2008 - Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk
oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-
cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan
negara, serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Partai politik adalah prasyarat atau kelengkapan suatu negara demokrasi. Di negara
demokrasi diperlukan partai politik yang bebas baik dalam program-programnya maupun kader-
kadernya. Partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisir yang bertujuan untuk merebut
atau mempertahankan kekuasaan politik didalam masyarakat melalui pemilu.

Definisi Operasional “Asosiasi sekelompok warga negara yang memiliki pandangan dan
kepentingan yang kurang lebih sama, bertujuan merebut kekuasaan dan mempengaruhi kebijakan,
serta ikut serta dalam pemilihan umum untuk memperjuangkan pandangan, kepentingan dan
tujuan tersebut”

Definisi Undang-undang “Organisasi politik, yang dibentuk oleh sekelompok Warga


Negara Indonesia, secara sukarela, atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita, untuk
memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara, melalui pemilihan umum

Partai politik dalam dunia perpolitikan, khususnya dalam politik lokal akan mudah
dipahami dengan mengerti terlebih dahulu definisi partai politik. Ada tiga teori yang mencoba
menjelaskan asal usul partai politik. Pertama, teori kelembagaan yang melihat ada hubungan antara
parlemen awal dan timbulnya partai politik, kedua, teori situasi historik yang melihat timbulnya
partai politik sebagai upaya suatu sistem politik untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan
perubahan masyarakat secara luas. Ketiga, teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai
produk modernisasi sosial ekonomi (Ramlan Surbakti, 1992: 113).

Partai politik pertama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan meluasnya gagasan
bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses
politik, maka partai- partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penghubung
antara rakyat dan pemerintah (Bambang Sunggono, 1992:7). Partai politik terlahir untuk
mewujudkan suatu gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diikut sertakan dalam
proses politik. Melalui partai politik inilah rakyat turut berpartisipasi dalam hal memperjuangkan
dan menyalurkan aspirasi-aspirasinya atau kepentingan-kepentingannya. Dengan demikian, proses
artikulasi kepentingan tersalurkan melalui partai politik.

Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan
merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan
berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat
idiil serta materiil. (a political party is a group of human beings, stably organized with the objective
of securing or maintaning for its leader the control of a goverment, with the futher objective of
giving to member of the party, through such control ideal and material benefits and advantages)
(Miriam Budiardjo, 2008:404).

B. Fungsi Partai Politik

Ada empat fungsi utama dari sebuah partai politik, berikut ini penjelasannya.

 Sebagai Media Komunikasi

Partai politik adalah suatu media komunikasi dari pemerintah kepada rakyat, dan atau juga
dari rakyat kepada pemerintah. Partai politik difungsikan sebagai penyerap aspirasi masyarakat,
dan mengumpulkan informasi, dan meneruskannya kepada pemerintah.

Melalui komunikasi ini, pemerintah dapat dengan lebih mudah untuk menentukan
kebijakan kebijakan dalam menjalankan pemerintahannya.

 Sebagai Media Sosialisasi

Partai politik berfungsi sebagai alat sosialisasi suatu program yang berdasarkan dari hasil
pemikiran berdasarkan ideologinya. Sosialisasi ini adalah sebagai bentuk semacam promosi bagi
partai politik terhadap masyarakat agar nantinya, masyarakat mau memilih partainya.

Sosialisasi yang baik, akan semakin memungkin masyarakat untuk menyukainya dan
memilih partai politik tersebut sebagai pemimpin.

 Sebagai Media Perekrutan

Partai politik berfungsi sebagai penyeleksi sekelompok orang ataupun orang secara pribadi
untuk dibentuk menjadi seorang pemimpin. Pemimpin itu dapat berarti pemimpin bagi partai itu
sendiri, ataupun pemimpin sebuah pemerintahan termasuk presiden dan wakil presiden.

Orang orang yang direkrut dan dibina oleh partai politik inilah yang nantinya diharapkan
dapat menjadi seorang pemimpin yang kompeten.

 Sebagai Media Pencegah Konflik

Dalam suatu pemerintahan atau pun sistem suatu negara selalu ada saja orang orang
mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda. Demi menghindari sebuah konflik maka disini
peran partai politik harus mampu menjadi penampung perbedaan pendapat atau pun persoalan
lainnya dengan cara berdialog.

Dialog tersebut dibawa kepada dewan perwakilan rakyat seperti DPR, DPRD, dan juga
camat). Diharapkan dialog tersebut dapat menemukan keputusan politik yang paling tepat untuk
menyelesaikan sebuah masalah.

C. Sistem Kepartaian
Sistem politik tak lain adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur
politik dalam hubungannya satu sama lain yang menunjukan suatu proses yang langgeng
(persistent pattern). Proses tersebut mengandung dimensi waktu (masa lampau, kini dan
mendatang). Dari sudut ini terlihat bahwa sistem politik merupakan bagian suatu sistem yang lebih
besar yaitu sistem sosial (A. Rahman H. I, 2007:68).
 Sistem Tanpa Partai
 Sistem Partai Tunggal, yaitu :
1. Ciri khusus: di negara tersebut hanya ada satu partai yang berkuasa.
2. Partai Tunggal:
a. Partai Mutlak: Di negara tersebut tidak boleh ada partai lain.
b. Partai Dominasi: Di negara tersebut boleh ada partai lain tetapi tunduk kepada
partai dominan.
 Sistem Dwi-Partai.
1. Ciri khusus: dua partai besar yang bertarung untuk kekuasaan politik (dua partai
dominan)
2. Dua partai :
a. Partai berkuasa. Partai yang menang.
b. Partai oposisi. Partai yang kalah.
 Sistem Multi-Partai.
1. Ciri khusus: lebih dari dua partai.
2. Banyak partai : koalisi partai
 Sistem Kepartaian Berdasarkan Tingkat Kompetisi
1. Monolitic party systems.
2. Dominant party systems.
3. Hegemonic party systems.
4. Competitive party systems.
Menurut Ramlan Subekti(1992) - Sistem Kepartaian adalah opola perilaku dan interaksi
diantara partai politik dalam suatu sistem politik. Austin Ranney(1990)- Sistem Kepartaian adalah
pemahaman terhadap karakteristik umum konflik partai dalam lingkungan dimana mereka
berkiprah yang dapat digolongkan menurut beberapa kriteria. Riswanda Imawan (2004)- Sistem
Kepartaian adalah pola interaksi partai politik dalam satu sistem politik yang menentukan format
dan mekanisme kerja satu sistem pemerintahan. Hague and Harrop(2004) - Sistem Kepartaian
merupakan interaksi antara partai politik yang perolehan suaranya signifikan.
Sistem Kepartaian Indonesia, menganut sistem multi partai. Aturan ini tersirat dalam pasal
6A(2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik. Frasa gabungan partai politik mengisyaratkan paling tidak ada
dua partai atatu lebih yang bergabung untuk mengusung seorang calon pasangan presiden dan
wakio presiden dan bersaing dengan calon lain yang diusulkan partai-partai lain. Ini artinya sistem
kepartaian di Indonesia harus diikuti oleh minimal 3 partai politik atau lebih.
Sejak era kemerdekaan, sebetulnya Indonesia telah memenuhi amanat pasal tersebut. Melalui
Keputusan Wakil Presiden No X/1949, pemilihan umum pertama tahun 1955 diikuti oleh 29 partai
politik dan juga peserta independen.
Pada masa pemerintahan orde baru, Presiden Soeharto memandang terlalu banyaknya
partai politik menyebabkan stabilitas poltik terganggu, maka Presiden Soeharto pada waktu itu
memiliki agenda untuk menyederhanakan jumlah partai politik peserta pemilu. Pemilu tahun 1971
diikuti oleh 10 partai politik dan pada tahun 1974 peserta pemilu tinggal tiga partai politik saja.
Presiden Soeharto merestrukturisasi partai politik menjadi tiga partai(Golkar, PPP, PDI) yang
merupakan hasil penggabungan beberapa partai. Walaupun jika dilihat secara jumlah, Indonesia
masih menganut sistem multi partai, namun banyak ahli politik menyatakan pendapat sistem
kepartaian saat itu merupakan sistem kepartaian tunggal. Ini dikarenakan meskipun jumlah partai
politik masa orde baru memenuhi syarat sistem kepartaian multi partai namun dari segi
kemampuan kompetisi ketiga partai tersebet tidak seimbang.
Pada masa Reformasi 1998, terjadilah liberasasi di segala aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara. Politik Indonesia merasakan dampak serupa dengan diberikannya ruang bagi
masyarakat untuk merepresentasikan politik mereka dengan memiliki hak mendirikan partai
politik. Banyak sekali parpol yang berdiri di era awal reformasi. Pada pemilu 1999 partai politik
yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti pemilu ada 48 partai. Jumlah ini tentu sangat jauh
berbeda dengan era orba.
Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24 parpol saja. Ini disebabkan
telah diberlakukannya ambang batas(Electroral Threshold) sesuai UU no 3/1999 tentang PEMILU
yang mengatur bahwa partai politik yang berhak mengikuti pemilu selanjtnya adalah parpol yang
meraih sekurang-kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR. Partai politikyang tidak mencapai ambang
batas boleh mengikuti pemilu selanjutnya dengan cara bergabung dengan partai lainnya dan
mendirikan parpol baru.tuk partai politik baru. Persentase threshold dapat dinaikkan jika dirasa
perlu seperti persentasi Electroral Threshold 2009 menjadi 3% setelah sebelumnya pemilu 2004
hanya 2%. Begitu juga selanjutnya pemilu 2014 ambang batas bisa juga dinaikan lagi atau
diturunkan.

Anda mungkin juga menyukai