Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HUKUM TATA NEGARA

Tentang
“PEMILIHAN UMUM”

Disusun Oleh:
Maisa Farah Fadilla 1913040095

Dosen Pengampu:
Fitra Mulyawan S.H.I.,M.H

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (B)


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI IMAM BONJOL PADANG
1443 H/ 2021 M
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemilihan umum merupakan bentuk implementasi dari sistem demokkrasi juga
dari penerapan sila keempat Pancasila dan pasal 1 (2) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemilu merupakan mekanisme untuk memilih wakil rakyat di
badan Eksekutif maupun Legislatif di tingkat pusat maupun daerah. Pemilu
merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik
tertentu.
Pemilu adalah lembaga sekaligus prosedur praktik politik untuk mewujudkan
kedaulatan rakyat yang memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan
perwakilan. Dalam pemilihan umum, biasanya para kandidat akan melakukan
kampanye sebelum pemungutan suara dilakukan selama selang waktu yang telah
ditentukan. Dalam kampanye tersebut kandidar akan berusaha menarik perhatian
masyarakat secara persuasif, menyatakan visi dan misinya untuk memajukan dan
memperjuangkan kesejahteraan rakyat.
Salah satu ukuran dalam menilai sukses nya penyelenggaraan pemilihan
umum adalah partispasi politik yang diwujudkan dengan pemberian hak suara oleh
masyarakat yang telah mempunyai hak pilih. Menurut Ramlan Surbakti
mendefinisikan partai politik sebagai “Kelompok anggota yang terorganisasikan
secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan
yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui
pemilihan umum guna melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun”.
Boleh dikatakan bahwa semakin tinggi partipasi masyarakat dalam pemilahan
umum itu lebih baik. Sebaliknya, tingkat partispasi yang rendah pada umumnya
dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak
warga tidak menaruh perhatian terhadap negara.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian pemilu dan kedaulatan akyat
2. Partai Politik
3. Sistem Pemilihan Umum

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pemilu dan kedaulatan rakyat
2. Untuk mengetahui tentang partai politik
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem pemilihan umum
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMILU DAN KEDAULATAN RAKYAT


Pemilu
1. Pengertian Pemilu
Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-
jabatan politik tertentu. Pemilu adalah lembaga sekaligus prosedur praktik politik
untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang memungkinkan terbentuknya sebuah
pemerintahan perwakilan.
Dalam pemilihan umum, biasanya para kandidat akan melakukan kampanye
sebelum pemungutan suara dilakukan selama selang waktu yang telah ditentukan.
Dalam kampanye tersebut kandidar akan berusaha menarik perhatian masyarakat
secara persuasif, menyatakan visi dan misinya untuk memajukan dan
memperjuangkan kesejahteraan rakyat.
2. Sistem Pemilu
Sistem pemilu adalah metode yang mengatur dan memungkin warga negara
memilih para wakil rakyat diantara mereka sendiri. Metode berhubungan dengan
prosedur dan aturan merubah suara ke kursi dilembaga perwakilan, terdapat
komponen-komponen atau bagian-bagian yang merupakan system tersendiri
dalam melaksanakan pemilu, antara lain:
1. Sistem pemilihan
2. Sistem pembagian daerah pemilihan
3. Sistem hak pilih
4. Sistem pencalonan
3. Asas-Asas Pemilu
1. Asas Langsung, berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara
langsung dan tidak boleh diwakilkan.
2. Asas Umum, berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang
sudah memiliki hak menggunakan suara.
3. Asas Bebas, berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
4. Asas Rahasia, berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia hanya
diketahui oleh si pemilih itu sendiri.
5. Asas jujur, mengandung arti bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan
sesuai dengan aturan untuk memastikan bahwa setiap warga negara yang
memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara
pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan
terpilih.
6. Asas adil, adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih,
tanpa ada pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih
tertentu.
4. Tujuan Pemilu
Tujuan diselenggarakannya Pemilu adalah untuk memilih wakil rakyat dan wakil
daerah untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh
dukungan dari rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
Kedaulatan Rakyat
Kata kedaulatan berarti kedaulatan tertinggi. Kedaulatan merupakan asas atau
prinsip dari kehidupan bernegara. Prinsip kedaulatan rakyat lahir karena pengalaman
sejarah. Prinsip ini lahir sebagai tanggapan terhadap upaya mencari prinsip kehidupan
bernegara yang baik, yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Kedaulatan
rakyat yang diamanatkan dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 mempunyai maksud,
yaitu menempatkan rakyat mempunyai kekuasaan tertinggi dalam menjalankan
kekuasaan pemerintahan. Rakyat berdaulat dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
pemerintahan yang berarti semua kekuasaan bermuara pada rakyat.
Kedaulatan rakyat berdasarkan Pancasila, mengandung dua asas, yakni asas
kerakyatan dan asas musyawarah. Asas kerakyatan adalah asas kesadaran akan cinta
kepada rakyat, manunggal dengan cita–cita rakyat, berjiwa kerakyatan, menghayati
kesadaran senasib, seperjuangan dan cita- cita bersama. Sedangkan asas musyawarah
untuk mufakat adalah asas yang memperhatikan aspirasi atau kehendak seluruh rakyat
Indonesia, baik melalui forum permusyawaratan maupun aspirasi murni dari rakyat.
Salah satu perwujudan dari pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan yaitu diberikan pengakuan kepada rakyat untuk
berperan serta secara aktif dalam menentukan wujud penyelenggaraan pemerintahan
tersebut. Sarana yang diberikan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat tersebut yaitu
diantaranya dilakukan melalui kegiatan pemilihan umum.

B. PARTAI POLITIK
1. Pengertian Partai Politik
Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai
penyalur aspirasi masyarakat,dimana partai politik menjadi penghubung antara
penguasa dan kuasaan. Adanya partai politik membuat rakyat dapat terlibat secara
langsung dalam proses penyelenggaraan negara dengan menempatkan wakilnya
melalui partai politik. Secara umum partai politik dikatakan sebagai suatu
kelompok yang memiliki tujuan dan cita-cita yang sama, yang berusaha
memperoleh kekuasaan melalui pemilihan umum.
Pengertian partai politik dalam UU No. 31 Tahun 2002 pasal 1 (1) adalah:
“Organisasi yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia
secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui
pemilihan umum”.
Ramlan Surbakti mendefinisikan partai politik sebagai : “Kelompok anggota
yang terorganisasikan secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi
dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan
kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna melaksanakan
alternatif kebijakan umum yang mereka susun”.
2. Asal Usul Partai Politik
Ramlan Surbakti dalam bukunya “Memahami Ilmu Politik” mengemukakan
tiga teori tentang asal-usul partai politik, yaitu sebagai berikut:
 Teori Kelembagaan
Teori ini mengatakan bahwa partai politik ada karena di bentuk oleh
kalangan legislatif (danatau eksekutif) karena kedua anggota lembaga
tersebut ingin mengadakan kontak dengan masyarakat sehubung dengan
pengangkatannya, agar tercipta hubungan dan memperoleh dukungan dari
masyarakat maka terbentuklah partai politik. Ketika partai politik
bentukan pemerintah dianggap tidak bisa menampung lagi aspirasi
masyarakat, maka pemimpin kecil masyarakat berusaha membentuk
partai-partai lain.
 Teori Situasi Historis
Teori ini menjelaskan tentang krisis situasi historis yang terjadi
manakala suatu sistem politik mengalami masa transisi karena perubahan
masyarakat dari struktur masyarakat tradisional kearah struktur
masyarakat modern. Pada situasi ini terjadi berbagai perubahan yang
menimbulkan tiga macam krisis, yakni legitimasi, integrasi dan
partisipasi. Partai politik lahir sebagai upaya dari sistem politik mengatasi
krisis yang terjadi. Partai politik diharapkan dapat berakar kuat dalam
masyarakat untuk dapat mengendalikan pemerintahan sehingga terbentuk
pola hubungan yang berlegitimasi antara pemerintah dan masyarakat.
Terbukanya partai bagi setiap anggota masyarakat dari berbagai golongan
mengharapkan partai politik dapat menjadi alat integrasi bangsa. Dengan
adanya partai politik juga masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam
pemilihan umum.
 Teori Pembangunan
Menurut teori ini partai politik lahir sebagai akibat dari adanya proses
modernisasi sosial-ekonomi, seperti pembangunan teknologi komunikasi
berupa media massa dan transportasi, perluasan dan peningkatan
pendidikan, industrialisasi, urbanisasi, perluasan kekuasaan negara seperti
birokratisasi, pembentukan berbagai kelompok kepentingan dan
organisasi profesi, dan peningkatan kemampuan individu yang
mempengaruhi lingkungan, melahirkan suatu kebutuhan akan suatu
organisasi politik yang mampu memadukan dan memperjuangkan
berbagai aspirasi tersebut. Maka lahirlah partai politik, dengan harapan
agar organisasi politik tersebut mampu memadukan dan memperjuangkan
berbagai aspirasi yang ada.

3. Tipe Partai Politik


Menurut Haryanto, parpol dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya
secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
a. Partai Massa
Dengan ciri utamanya adalah jumlah anggota atau pendukung yang
banyak. Meskipun demikian, parta jenis ini memiliki program walaupun
program tersebut agak kabur dan terlampau umum. Partai jenis ini
cenderung menjadi lemah apabila golongan atau kelompok yang tergabung
dalam partait ersebut mempunyai keinginan untuk melaksanakan
kepentingan kelompoknya. Selanjutnya, jika kepentingan kelompok
tersebut tidak terakomodasi, kelompok ini akan mendirikan partai sendiri.
b. Partai Kader
Kebalikan dari partai massa, partai kader mengandalkan kader-
kadernya untuk loyal. Pendukung partai ini tidak sebanyak partai massa
karena memang tidak mementingkan jumlah, partai kader lebih
mementingkan disiplin anggotanya dan ketaatan dalam berorganisasi.
Doktrin dan ideologi partaiharus tetap terjamin kemurniannya. Bagi
anggota yang menyeleweng, akan dipecat keanggotaannya.

4. Fungsi Partai Politik


 Sarana sosialisasi politik
Partai politik berperan mentransmisikan budaya politik dalam rangka
pembentukan sikap dan orientasi anggota masyarakat sebagai warga
negara (pendidikan politik).

 Sarana rekrutmen politik


Partai politik melakukan seleksi, pemilihan, serta pengangkatan seseorang
atau kelompok untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem
politik pada umumnya dan pemerintahan secara khusus.
 Sarana partisipasi politik,
Partai politik menjadi sarana bagi masyarakat dalam memengaruhi proses
pembentukan pemimpin pemerintahan melalui pemilu dan pembuatan
atau pelaksanaan kebijakan pemerintah.
 Sarana komunikasi politik
Partai politik berusaha menghubungkan antara arus informasi dari pihak
pemerintah kepada masyarakat. Partai politik juga menyampaikan aspirasi
dan kepentingan masyarakat kepada pemerintah. Proses penyampaian
pesan dirumuskan sedemikian rupa sehingga penerima pesan bisa dengan
mudah memahami makna dari pesan tersebut.
 Sarana pengatur konflik
Partai politik berusaha untuk mengatasi atau setidaknya meminimalisasi
terjadinya konflik. Ketika ada kelompok massa politik tertentu berkonflik
dengan kelompok massa politik lainnya, maka saat itulah partai politik
menjalankan fungsinya sebagai pengatur konflik.

C. SISTEM PEMILIHAN UMUM


Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem Pemilihan Umum dengan
berbagai variasinya, akan tetapi pada umumnya berkisar pada dua prinsip pokok,
yaitu:
1. Single-member Constituentcy (satu daerah pemilihan memilih satu wakil,
biasanya disebut system Distrik).
2. Multy-member Constituentcy (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil,
biasanya dinamakan sistem perwakilan berimbang atau Sistem Proporsional).
Sistem Distrik
Sistem ini merupakan sistem pemilihan umum yang paling tua dan didasarkan atas
kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis mempunyai satu wakil dalam dewan
perwakilan rakyat. Untuk keperluan itu, negara dibagi dalam sejumlah besar distrik
dan jumlah wakil rakyat dalam dalam dewan perwakilan rakyat ditentukan oleh
jumlah distrik. Calon yang di dalam satu distrik memperoleh suara terbanyak
dikatakan pemenang, sedangkan suara-suara yang ditujukan kepada calon-calon lain
diangap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimanapun kecilnya selisih
kekalahannya.
Keuntungan Sistem Distrik:
1. Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi
yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Hal ini akan
mendorong partai-partai untuk menyisihkan perbedaan-perbedaan yang ada dan
mengadakan kerjasama, sekurang-kurangnya menjelang pemilihan umum, antara
lain melalui stembus accord.
2. Fragmentasi partai dan kecendrungan membentuk partai baru dapat dibendung,
malahan sistem ini bisa mendorong ke arah penyederhanaan partai secara alami
dan tanpa paksaan.
3. Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam
parlemen, sehingga tidak perlu diadakan koalisi dengan partai lain.
Kelemahan Sistem Distrik:
1. Sistem ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan
minoritas.
2. Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa partai yang calonnya kalah
dalam suatu distrik kehilangan suara yang telah mendukungnya.
3. Sistem ini dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang plural karena terbagi
dalam kelompok etnis, religius, tribal, sehingga menimbulkan anggapan bahwa
kebudayaan nasional yang terpadu secara ideologis dan etnis mungkin merupakan
persyarat bagi suksesnya sistem ini.
Sistem Perwakilan Berimbang atau Sistem Proporsional
Sistem ini dianut oleh Indonesia. Pemilu tidaklah langsung memilih calon yang
didukungnya, karena para calon ditentukan berdasarkan nomor urut calon-calon dari
masing-masing parpol. Para pemilih adalah memilih tanda gambar atau lambang suatu
orsospol. Perhitungan suara untuk menentukan jumlah kursi raihan masing-masing
orsospol, ditentukan melalui penjumlahan suara secara nasional atau penjumlahan
pada suatu daerah (provinsi). Masing-masing daerah diberi jatah kursi berdasarkan
jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di daerah yang bersangkutan. Calon
terpilih untuk menjadi wakil rakyat ditentukan berdasarkan nomor urut calon yang
disusun guna mewakili orsospol pada masing-masing daerah.
Keuntungan Sistem Proporsional:

1. Dianggap lebih representative karena persentase perolehan suara setiap partai


sesuai dengan persentase perolehan kursinya di parlemen. Tidak ada distori antara
perolehan suara dan perolehan kursi.
2. Setiap suara dihitung dan tidak ada yang hilang. Partai kecil dan golongan
minoritas diberi kesempatan untuk menempatkan wakilnya di parlemen. Karena
itu masyarakat yang heterogen dan pluralis lebih tertarik pada sistem ini.
Kelemahan Sistem Proporsional:
1. Kurang mendorong partai-partai yang berintegrasi satu sama lain
2. Wakil rakyat kurang erat hubungannya dengan konstituennya, tetapi lebih erat
dengan partainya.
3. Banyaknya partai yang bersaing mempersukar satu partai untuk mencapai
mayoritas di parlemen. Dengan sistem pemerintahan parlementer, hal ini
mempersulit terbentuknya pemerintahan yang stabil karena harus mendasarkan
diri pada koalisi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan
politik tertentu. Pemilu adalah lembaga sekaligus prosedur praktik politik untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat yang memungkinkan terbentuknya sebuah
pemerintahan perwakilan. Tujuan diselenggarakannya Pemilu adalah untuk memilih
wakil rakyat dan wakil daerah untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat
dan memperoleh dukungan dari rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
Salah satu ukuran dalam menilai sukses nya penyelenggaraan pemilihan umum
adalah partispasi politik yang diwujudkan dengan pemberian hak suara oleh
masyarakat yang telah mempunyai hak pilih. Menurut Ramlan Surbakti
mendefinisikan partai politik sebagai “Kelompok anggota yang terorganisasikan
secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan
yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui
pemilihan umum guna melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun”.
Sistem pewakilan berimbang atau sistem proporsional adalah sistem yang dianut oleh
Indonesia. Pemilu tidaklah langsung memilih calon yang didukungnya, karena para
calon ditentukan berdasarkan nomor urut calon-calon dari masing-masing parpol. Para
pemilih adalah memilih tanda gambar atau lambang suatu orsospol. Perhitungan suara
untuk menentukan jumlah kursi raihan masing-masing orsospol, ditentukan melalui
penjumlahan suara secara nasional atau penjumlahan pada suatu daerah (provinsi).
Masing-masing daerah diberi jatah kursi berdasarkan jumlah penduduk dan kepadatan
penduduk di daerah yang bersangkutan. Calon terpilih untuk menjadi wakil rakyat
ditentukan berdasarkan nomor urut calon yang disusun guna mewakili orsospol pada
masing-masing daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Junaidi. 2015. “Pergeseran Peran Partai Politik Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor: 22-24/PUU-VI/2008”. Jurnal Ilmu Hukum, volume 2, Nomor 2, Januari 2015
Fauzi, Achmad. 2003. Pancasila, Tinjauan Konteks Sejarah, Filasafat, Ideologi
Nasional dan Ketatanegaraan Republik Indonesia. Malang: PT. Danar Jaya Brawijaya
University Press.
Tobroni, dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan – Demokrasi, HAM, Civil Society,
dan Multikulturalisme. Malang: Pusat Studi Agama, Politik, dan Masyarakat (PuSAPoM).
Jimli Asshiddiqie, Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Penerbit Sinar
Grafika. Cet kedua: 2011

Anda mungkin juga menyukai