Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH POLITIK DAN HUKUM DI INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Sistem Politik Indonesia


Dengan dosen pengampu : Faizal Mulia Z, M.A

Di susun oleh :

LISDA

NIM : 2030811109

PRODI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS
LLMU ADMINISTRASI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Semua negara didunia menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi, yaitu
negara yang menerapkan prinsip kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan
pemerintahannya, mulai dari pelembagaan sampai kepada sistem pemerintahan yang
digunakan (Purnama, 2007). Metera (2001) mengemukakan pendapatnya bahwa
Demokrasi merupakan sistem yang paling populer didunia karena diyakini dapat
mewujudkan tujuan dari negara yaitu keadilan dan kesejateraan sosial bagi seluruh
warga negara nya. Indonesia juga merupakan negara yang menganut bentuk
pemerintahan demokrasi yang didasari oleh bentuk kedaulatan rakyat. Seharusnya
dengan hal tersebut masyarakat bisa terlibat dalam pengambilan kebijakan publik yang
dibuka sebebas- bebas nya oleh negara.
Ichlasul dalam (Joko, 2011) mengungkapkan bahwa partai politik merupakan
keharusan dalam kehidpuan politik modern sebagai suatu organisasi modern yang
demokratis.3Kesempatan masyarakat terlibat dalam proses pelaksanaanpartispasi publik
saat ini sudah mulai dikembangkan yaitu melalui partai politik.
Partai awalnya di Negara Eropa Barat menjadi gagasan bahwa rakyat merupakan
faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai
politik itu lahir secara sepontan dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat dan
pemerintah, berangkat dari anggapan bahwa dalam bentuk organisasi partai politik bisa
menyatukan orang-orang yang memiliki pemikiran atau tujuan serupa, sehingga
pemikiran dan aspirasi mereka dapat terkondisikan dalam suatu organisasi.
Partai Politik (Parpol) adalah salah satu kelengkapan utama dari negara
demokrasi. Negara tanpa Parpol tidaklah layak disebut negara demokrasi. Demokrasi
merupakan sistem pemerintahan yang paling populer di seluruh dunia. Karena,
demokrasi diyakini mampu mewujudkan tujuan bernegara yakni, kesejahteraan dan
keadilan sosial bagi segenap warga negara. (Metera, 2011)
Peranan parpol sangat berpengaruh terhadap kondisi serta masa depan bangsa,
karena lewat hasil pemilihan umum (pemilu) tersebut akan menghasilkan
kepemimpinan yang baru, yang dipilih melalui pemilu, parpol merupakan institusi yang
sangat dibutuhkan untuk memfasilitasi kepentingan politik dimana sistem pemilu
mengharuskan sesorang menggunakan parpol sebagai kendaraanya. (Rahman, 2017)
Sebagai organisasi modern setiap parpol dituntut untuk mampu membangun
mekanisme internal yang juga modern, menurut Samuel dalam (Imansyar, 2012)
pelembagaan parpol adalah proses pemantapan sikap dan prilaku parpol yang terpola
atau sistematik sehingga terbentuk suatu budaya politik yang mendukung prinsip-
prinsip sistem dasar demokrasi, kondisi kepartaian seperti ini tidak akan pernah
terwujud apabila tidak pernah dilakukan upaya serius untuk memperbaikinya.
Menyikapi hal ini, setidaknya terdapat tiga jalur yang dapat digunakan untuk
mendorong terjadinya perbaikan, yaity halur masyarakat, jalur instusional, dan jalur
partai itu sendiri.
Affan (2015) berpendapat Fungsi utama dan pertama partai politik adalah
mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program- program yang
disusun berdasarkan ideologi tertentu, adapun cara untuk mempertahankan nya dengan
mengikuti pemilihan umum, parpol apapun ketika ingin mendapatkan kekuasaan atau
mempertahakannya harus lah dengan cara pemilu dimana itu merupakan cara
masyarakat untuk menentukan pilihanya dan parpol pun memiliki tugas sebagai
berikut : Sosialisasi Politik, Rekruiten Politik, Pemandu Politik, Komunikasi Poltik,
Kontrol Politik, Pengendali Konflik, Partisipasi Politik.
Sistem kepartaian tidak lepas dengan sistem pemilihan sebab dalam demokrasi
suara dari pemilih sangat menentukan keberhasilan atau kemenangan partai politik,
sedangkan suara yang diberikan pemilih melalui partai ataupun elit partai, merupakan
sebuah harapan dari perjuangan kepentingannya ketika berhasil menduduki kekuasaan,
tetapi para elit partai sepertinya hanya berjuang untuk kepentingan pribadi saja tanpa
mempertimbangkan rakyat yang menjadi massa pemilihnya, padahal mereka telah
mencari simpati rakyat dengan menyampaikan visi dan misi yang dijawantahkan dari
ideologi dan perjuangan partai itu.(Imansyah, 2012)
Partai Politik merupakan sarana bagi warga Negara untuk turut serta atau
berpartisipasi dalam proses pengelolaan Negara. Selain itu juga partai politik telah
menjadi ciri pentig politik modern, bahkan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari system politik, baik yang demokratis maupun yang otoriter sekalipun.
Dewasa ini memang partai Politik sudah sangat akrab ditelinga kita maupun
lingkungan kita.Sebagai lembaga Politik, partai bukan sesuatu yang dating dengan
sendirinya ada.Kelahirannya mempunyai sejarah yang cukup panjang, meskipun juga
belum cukup tua.
Di Indonesia sendiri telah menganut Demokrasi tentu suatu yang harus ada yaitu
dengan Partai Politik, sehingga sudah tidak jarang mendengar partai Politik. Namun
sepertinya hanya mengerti sekilas apa yang dinamakan dengan Partai Politik, tidak
dengan mengenai Fungsi dari Partai Politik itu.
Akibat dari ketidak tahuan itu, masyarakat banyak yang hanya memilih-milih
pemimpin, namun tidak dingar aspirasi rakyatnya, oleh karena untuk sebagai penambah
pengetahuan kita, penulis akan mencoba menjelaskan tentang Partai Politik di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini
ialah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Partai politik?
2. Apa fungsi partai politik di Indonesia ?
3. Bagaimana sistem kepartaian di Indonesia ?
C. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan diatas, maka tujuan masalah pada makalah ini ialah
sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian Partai politik?
2. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi partai politik di Indonesia ?
3. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana sistem kepartaian di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Partai Politik
Partai politik dalam dunia perpolitikan, khususnya dalam politik lokal akan
mudah dipahami dengan mengerti terlebih dahulu definisi partai politik. Ada tiga teori
yang mencoba menjelaskan asal usul partai politik. Pertama, teori kelembagaan yang
melihat ada hubungan antara parlemen awal dan timbulnya partai politik, kedua, teori
situasi historik yang melihat timbulnya partai politik sebagai upaya suatu sistem politik
untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan perubahan masyarakat secara luas.
Ketiga, teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi
sosial ekonomi (Surbakti, 1992).
Partai politik pertama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan meluasnya
gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan
dalam proses politik, maka partai- partai politik telah lahir secara spontan dan
berkembang menjadi penghubung antara rakyat dan pemerintah (Bambang Sunggono,
1992). Partai politik terlahir untuk mewujudkan suatu gagasan bahwa rakyat merupakan
faktor yang perlu diikut sertakan dalam proses politik. Melalui partai politik inilah
rakyat turut berpartisipasi dalam hal memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi-
aspirasinya atau kepentingan-kepentingannya. Dengan demikian, proses artikulasi
kepentingan tersalurkan melalui partai politik.
Berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi partai
politik bisa menyatukan orang-orang yang mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran
dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Dengan begitu pengaruh mereka bisa lebih
besar dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan (Budiardjo, 2008). Definisi partai
politik telah dikemukakan oleh beberapa ahli politik, diantaranya menurut ahli politik
Carl J. Friedrich yang dikutip (dalam Budiardjo, 2008) adalah sebagai berikut: partai
politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan
merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya
kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil. (a political party is a group of human
beings, stably organized with the objective of securing or maintaning for its leader the
control of a goverment, with the futher objective of giving to member of the party,
through such control ideal and material benefits and advantages).
Kemudian Sigmund Neumann (dalam Budiardjo, 2008) mengemukaan definisi
partai politik sebagai berikut: partai politik adalah organisasi dari aktifitas-aktifitas
politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut
dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan
lain yang mempunyai pandangan yang berbeda (a political party is the articulate
organization of society’s active political agent; those who are concerned with the
control of govermental policy power, and who complete for popular support with other
group or groups holding divergent view).
Menurut Surbakti (1992) menyatakan bahwa “partai politik merupakan
sekelompok orang yang terorganisir secara rapi yang dipersatukan oleh persamaan
ideologi yang bertujuan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam
pemilihan umum guna melaksanakan alternative kebijakan yang telah mereka susun”.
Alternatif kebijakan umum yang disusun ini merupakan hasil pemanduan berbagai
kepentingan yang hidup dalam masyarakat, sedangkan cara mencari dan
mempertahankan kekuasaan guna melaksanakan kebijakan umum dapat melalui
pemilihan umum dan cara-cara lain yang sah.
Dalam Undang-Undang No 2 Tahun 2008 tentang partai politik pasal 1 ayat 1,
partai politik didefinisikan sebagai organisasi yg bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan
cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentigan politik anggota, masyarakat,
bangsa dan negara, serta mempelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945. Dalam perspektif kelembagaan, partai politik adalah mata rantai yang
menghubungkan antara rakyat dan pemerintah. Atau dalam bahasa lain, partai politik
menjadi jembatan antara masyarakat sipil dengan pemerintah (Timothy, 1998).
Dari berbagai penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa partai politik
merupakan sebuah organisasi yang dibentuk berdasarkan kumpulan orang-orang yang
memiliki kesamaan tujuan untuk mendapatkan sebuah kekuasaan dalam pemerintahan
dan menjadi penghubung antara masyarakat sipil dengan pemerintah, yang memberikan
informasi secara bottom up maupun top down.
B. Fungsi Partai Politik
Setiap keberadaan organisasi Politik, tentunya memiliki struktur dan setiap
struktur memiliki fungsi. Begitupun Partai Politik, sebagai kerangka system politik
tentunya memiliki struktur yang melahirkan fungsi-fungsi. Fungsi-fungsi inilah yang
menentukan eksis atau tidaknya suatu partai Politik.Selain itu, fungsi juga parameter
bagi identitas dan kredibilitas partai politik ditengah-tengah kompetisi politik
masyarakat.Hal ini juga menjadi kunci apakah keberadaan Partai Politik disukai atau
tidak oleh masyarakat lingkungannya. (Gatara, 2012)
Gatara (2012) menambahkan bahwa Dari fungsipun akan berbeda satu sama
lain, hal itu dikarenakan beragamnya system Politik yang dijalankan oleh Negara-
negara lain. Di Negara Demokrasi tentu akan berbeda dengan fungsi Partai Politik di
Negara Otoriter, hal itu karena perbedaan pandangan sehingga berimplikasi terhadap
fungsi Partai Politik itu sendiri dimasing-masing Negara. Di Negara Demokrasi Partai
relative dapat menjalankan fungsinya sesuai harkatnya pada saat kelahirannya, yakni
menjadi wahana bagi warga Negara untuk berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan
bernegara dan memperjuangkan kepentingan dihadapan penguasa.
Berikut fungsi-fungsi Partai Politik di Negara Demokrasi menurut para ahli,
sebagai berikut :
1. Sebagai Sarana Komunikasi Politik
Di masyarakat modern yang luas dan komplek, banyak ragam pendapat dan
aspirasi yang berkembang. Pendapat atau aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan
hilang tak terbekas seperti suara dipadang pasir, apabila tidak ditampung dan digabung
dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan
penggabungan kepentingan. Sesudah digabungkan, pendapat atau aspirasi tadi diolah
dan dirumuskan kedalam bentuk yang lebih teratur. Proses ini dinamakan perumusan
kepentingan.
Setelah itu partai politik merumuskan menjadi usul kebijakan.Usul kebijakan itu
dimasukan kedalam program atau platform partai untuk diperjuangkan atau
disampaikan melalui parlemen kepada pemerintah agar dijadikan kebijakan umum.
fungsi ini dinamakan sebagai “Broker of Idea”.Dan bagi Partai yang sedang
memerintah berfungsi sebagai Instrumen kebijakan.Demikianlah tuntutan dan
kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik.
Disisi lain Partai Politik juga berfungsi memperbincangkan dan
menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Dengan
demikian terjadi arus informasi dan dialog dua arah, dari atas kebawah atau dari bawah
keatas. Dari pada itu Partai Politik memainkan peran sebagai penghubung antara yang
memerintah dan yang diperintah. Peran Partai sebagai jembatan sangat penting, karena
disatu pihak kebijakan pemerintah perlu dijelaskan kepada semua kelompok
masyarakat, dan dipihak lain pemerintah harus tanggap terhadap tuntutan masyarakat.
(Budiarjo, 20013)
Dalam menjalankan fungsi inilah Partai Politik sering disebut sebagai perantara
(broker)dalam suatu bursa ide-ide.Kadang-kadang juga dikatakan bahwa Partai Politik
bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar, sedangkan bagi warga mayarakat
sebagai “pengeras suara”.
2. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik
Dalam Ilmu Politik sosialisasi Politik diartikan sebagai suatu proses yang
melaluinya seorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena Politik, yang
umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Dengan hal itu Sosialisasi
Politik merupakan cara untuk memperkenalkan nilai-nilai Politik, sikap dan etika Politik
yang berlaku atau yang dianut oleh Negara. Pada tahap ini terjadi proses penanaman
nilai-nilai kebijakan bermasyarakat atau prinsip kebijakan menjadi warga Negara yang
efektif. Agen-agen sosialisasi Politik terdapat 6 agen, yaitu keluarga, kelompok bermain
atau bergaul, sekolah, pekerjaan, media masa, dan kontak-kontak politik langsung.
(Budiarjo, 2013)
Lebih lanjut (Budiarjo, 2013) karenanya proses Sosialisasi Politik berjalan
seumur hidup, terutama dalam masa kanak-kanak. Ia berkembang melaui keluarga,
sekolah, peer group, tempat kerja, pengalaman sebagai orang dewasa, organisasi
keagamaan, dan partai politik. Ia juga menjadi penghubung yang mensosialisasikan
nilai-nilai politik generasi yang satu dengan generasi yang lain. Disinilah letaknya Partai
Politik dalam memainkan peran sebagai sosialisasi politik. Pelaksanaan fungsi
sosialisasi dilakukan melalui berbagai cara yaitu media massa, ceramah-ceramah,
penerangan, kursus kader, penataran dan lain sebgainya.
Sisi lain dari fungsi sosialisasi Politik Partai adalah upaya menciptakan citra
(Image) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Ini penting jika dikaitkan
dengan tujuan partai untuk menguasai pemerintah melalui kemenangan dalam
pemilihan umum.Karena itu patai harus memperoleh dukungan sluas mungkin, dan
partai berkepentingan agar para pendukungnya mempunyai solidaritas yang kuat dengan
partainya.
Ada lagi yang juga lebih tinggi nilainya apabila partai politik dapat menjalankan
fungsi sosialisasi politik yang satu ini, yakni mendidik angota-anggotanya menjadi
sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga Negara dan menempatkan kepentingan
sendiri dibawah kepentingan nasional. Namun memang tak dapat disangkal adakalanya
partai mengutamakan kepentingan partai diatas kepentingan nasional.Loyalitas yang
diajarkan adalah loyalitas partai, yang melibihi loyalitas kepada Negara. Dengan
demikian ia mendidik pengikut-pengikutnya untuk melihat dirinya dalam konteks yang
sangat sempit. Padangan ini malahan dapat mengakibatkan pengotakan dan tidak
membuat integritas, yang bagi Negara-negara bekembang menjadi begitu penting.
3. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik
Rekrutmen Politik berasal dari dua kata yaitu rekrutmen dan Politik.Rekrutmen
berarti penyeleksian dan politik berarti berurusan dengan Negara.Jadi rekrutmen Politik
adalah penyeleksian rakyat untuk melaksanakan urusan Negara. (Anggara,2013)
Syafaat (2011) menambahkan bahwa Fungsi ini berkaitan dengan masalah
seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan
nasional yang lebih luas.Untuk kepentingan intrnalnya, setiap partai butuh kader-kader
yang berkualitas, Karena hanya dengan kader yang demikian dapat menjadi partai yang
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan
mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukan pemimpinnya
sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan calon untuk masuk kebursa
kepemimpinan Nasional.
Selain untuk tingkatan seperti itu partai politik juga berkepentingan mempeluas
dan memperbanyak keanggotaan. Maka ia pun berusaha menarik orang sebanyak-
banyaknya untuk menjadi angotanya. Cara ini juga untuk menjaring dan melatih calon-
calon pemimpin yang kemudian nantinya calon-calon tersebut nantinya akan dipilih
oleh rakyat sebagai kepala pemerintahan baik pusat maupun daerah juga, hal itupun
dipilih melalui rekrutmen dan seleksi melalui partai Politik, baik yang berasal dari partai
itu sendiri maupun dari pihak ketiga.
Adapun berbagai cara untuk melakukan rekrutmen politik, yaitu melalui kontak
pribadi, persuasi, ataupun cara-cara yang lain.
4. Sebagai sarana Pengatur konflik
Salah satu konsekuensi dari system demokrasi adalah perluasan partisipasi
politik.Partisipasi tidak hanya dalam bentuk pemilihan dan aspirasi kebijakan, tetapi
juga membuka peluang terhadap semua warga Negara untuk memerintah dalam jabatan
public.Peluang itu membuka kemungkinan terjadinya pertentangan atau konflik.Konflik
hanya dapat dikelola dengan baik jika terdapat aturan main dan pelembagaan kelompok-
kelompok social dalam organisasi partai politik.Tanpa adanya pengorganisasian,
partisipasi dapat berubah menjadi gerakan massal yang merusak sehingga perubahan
politik cenderung terjadi melalui revolusi atau kudeta, karena setiap perbedaan
menyimpan potensi konflik. (Syafaat , 2011)
Oleh karenanya, disini peran partai politik diperlukan untuk membantu
mengatasinya, atau sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat
negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin.Elit partai politik dapat menumbuhkan
pengertian diantara mereka dan bersamaan dengan itu juga meyakinkan pendukungnya,
Oleh karena itu Partai Politik menjalankan fungsi sebagai sarana pengelola konflik.
Teori fungsi partai Budiardjo (2013) diatas selaras dengan fungsi partai politik
berdasarkan undang-undang partai politik di Indonesia yaitu, Undang – Undang No 2
Tahun 2008 tentang Partai Politik Pasal 11 ayat 1 menyatakan bahwa partai politik
adalah sebagai sarana :
1. Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi warga
Negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Penciptaan iklim yang kondusif serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan
bangsa untuk mensejahterakan masyarakat.
3. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara
konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.
4. Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
5. Rekrutmen politik dalam proses pengisisan jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
Dengan melekatnya beberapa fungsi dalam partai politik diatas, partai politik
menjadi salah satu aktor penting bagi tegaknya negara demokrasi. Hal ini dikarenakan
partai politik menjadi sarana mobilitas aspirasi masyarakat dan pemerintah. Selain itu,
partai politik menjadi sarana informasi dalam memberikan penjelasan mengenai
keputusan- keputusan politik yang diambil pemerintah.
C. Sistem Kepartaian di Indonesia
Ada dua hal penting yang dapat kita simak, yakni pertama pemetaan
perkembangan partai-partai besar hasil pemenang setiap penyelenggara Pemilu di
Indonesia.Kedua, pemetaan keadaan kepartaian politik dalam periodesasi system politik
Indonesia setiap masanya.
Untuk konteks apakah partai politik di Indonesia setelah merdeka berkategorikan
rasionl atau aliran ideology? Jawabannya Ideologi, mengapa?
Karena partai politik di Indonesia pada saat itu senantiasa berpijak pada lima
aliran besar, meskipun dalam perjalanannya mengalami kembang-kempis. Aliran besar
tersebut meliputi Nasionalisme-radikal, tradisionalisme-jawa, Islam, sosialis-democrat,
dan komunisme.Kelima aliran besar ini pada pemilu 1955, cenderung mewarnai empat
besar pemenang pemilu, yakni PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Begitupun, partai peserta
pemilu lainnya, yakni Partai Sosialis Indonesia (PSI) representative alliran sosialis
democrat, dan Partai Indonesia Rakyat (PIR) represntatif aliran tradisionalisme jawa.
(Gantara, 2012)
Gantara (2012) melanjutkan empat parpol yang berhasil mendulang suara besar
dalam pergelaran Pemilu 1955 bisa menemukan tempatnya masing-masing. PNI dengan
suara 23,3% mencerminkan besarnya dukungan dari kalangan pemilih yang berhaluan
skuler, dan sebagaian besar diantaranya merupakan kaum elit. Perolehan suara sebesar
20,9% Masyumi menginformasikan bahwa basis sosialnya berasal dari golongan
pemilih yang elit dan islamis. Partai Nahdlatul Ulama (NU) yang berhasil menggali
suara sebesar 18,4% mengisyaratkan bahwa pemilihnya merupakan kelompok
berideologi Islam dari kalangan Populis. Sementara 15,4% suara Partai Komunis
Indonesia (PKI) berlatar belakang pemilih yang skuler dan sebagaian besar dari
komunitas populis.
Dengan formasi empat Parpol diatas, karena tidak ada persinggungan ideology
antara kaum skuler (PNI dan PKI) dan Islam (Mayumi dan NU) terjadi perdebatan yang
berkepanjangan dalam rapat-rapat konstituante yang bermuara pada kegagalan badan ini
untuk menentukan dasar konstitusi Indonesia, apakah bersifat skuler atau Islam.
Atas dasar itulah, dimulai era Demokrasi Terpimpin, yang memuluskan langkah
Soekarno untuk mewujudkan “Imajinasi” Politiknya diwaktu muda, yakni
menyinergiskan tiga ideology sekaligus (Nasionalis, Islam, Komunis) dalam kendali
ototritarianisme kepemimpinannya.
Pelengseran Soekarno pada 1966 diikuti oleh kukuhnya kepemimpinan Soeharto
diharapkan merupakan pintu demokratisasi.Namun, harapan itu layu sebelum
berkembang justru periode awal pemerintahannya, Soeharto mengembangkan
pemerintahan yang bersifat terpribadikan secara ekstrim. (Gantara, 2012)
Karena pada Masa Orde Baru, pertumbuhan partai politik dibatasi sebagai akibat
instabilitas yang terus menerus pada masa demokrasi Parlementer pada awal tahun
1955-an. Dalam hal ini partai politik dianggap sebagai masalah.Oleh karena itu ruang
geraknya dibatasi dan keberadaanya hanya sebagai alat legitimasi rezim yang berkuasa
Soeharto serta hanya menjadi alat simbolik penguasa untuk melanjutkan kekuasaan
yang otoriter.
Sehingga Pemilu yang berlangsung di era Soeharto (1971, 1977, 1982, 1987,
1992, 1997) menjadi tidak menarik karena menggunakan system proporsional dan
penyederhanaan Parpol dalam peserta Pemilu menjadi hanya tiga Partai (Golkar, PDI,
PPP).
Situasi semacam ini, partai Politik tidak mampu melaksanakan fungsi-fungsinya
selain hanya sebagai alat mobilisasi massa terutama pada masa pemilihan umum.
Namun, mereka hamper tidak berperan penting dalam menyalurkan aspirasi dan
kepentingan rakyat pada system politik karena kedudukannya yang hanya sebagai
kelompok marginal.Semua keputusan politik penting dilakukan oleh militer dan
birokrasi dalam lingkungan elit di tingkat pusat. Partai politik hamper tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan. (Angara,2013)
Sedangkan pada masa reformasi, masyarakat diberi keleluasan untuk mendirikan
partai politik dengan ideology yang beragam.Terbukti pada tahun 1999 terdaftar 144
partai politik yang terdaftar di Departemen Kehakiman.Kemudian tahun 2002 tumbuh
menjadi 209, ada juga menyebutnya 237 Partai.Dari semuanya itu tdak semuanya
menjadi peserta pemilu. Pada Pemilu 1999 hanya 48 partai, sedangkan Pemilu
legislative tahun 2004 hanya 24 Partaiyang memenuhi mengikuti Pemilihan.
Persoalannya kini adalah apakah partai-partai politik telah memainkan peran
penting dalam system politik sebagaimana yang diharapkan.?.para pengamat tampaknya
sepakatbahwa partai-partai politik yang lahir sejak reformasi dicanangkan kurang
mampu melaksanakan fungsi politiknya dengan baik. Ini karena partai politik lebih
berorientasi pada merebutkan kekuasaan dari pada menjalankan fungsi-fungsinya.
Bahkan, partai politik dituduh berperan besar dalam melakukan amnesia politik
terhadap kekerasan dimasa lampau, dan ini terjadi karena beberapa hal berikut:
1. Dalam tubuh partai politik mengalir deras semangat pragmatisme politik dan
oportunisme, bahkan pragmatisme telah tereduksi menjadi prevalence atau
kelaziman individu elite. Dalam situasi seperti ini, solidaritas dipahami dalam
pengertian sempit, yaitu semata-mata ikatan kepentingan dan bukan oleh alasan-
alasan yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari maraknya koalisi Partai yang
mempunyai Ideologi berbeda, bahkan bertentangan dimasa lampau.
2. Masih adanya kesadaran keliru bahwa Partai adalah kesatuan orang dengan segala
kepentingan dan kepentingan elite yang dominan dimutlakan. Persoalan muncul
ketika kepentingan elite didahulukan dari kepentingan public.
3. Partai politik kurang mempunyai ketegasan dalam hal Ideologi. Dalam hal ini,
partai politik kurang menanamkan ideology terhadap kader-kadernya sehingga
partai menjadi akumulasi kepentingan politik yang tidak mempunyai platform yang
jelas, atau visi dan misi yang tepat sasaran.
4. Partai Politik sekarang lebih cenderung mempunyai sasaran jangka pendek dalam
bentuk perbutan kekuasaan lima tahun.
5. Secara empiris memang terdapat peremajaan partai Politik, tetapi actor-aktor yang
berada dibelakangnya sebenarnya adalah actor-aktor lama yang berkecimpung pada
masa Orde Baru sehingga format politiknya mengalami perubahan namun
pendukung format politiknya masih elite politik lama yang menggunakan jubbah
reformasi. Oleh karenanya dalam kondisi yang seperti ini sulit untuk melaksanakan
fungsinya secara maksimal, sehingga yang kemudian dirasakan adalah tidak adanya
perbedaan atara era sebelumnya dan setelah bergulirnya reformasi. Pluralitas
jumlah partai politik pada kenyataannya tidak sebanding dengan kemampuan
merekadalam melakukan agregasi dan artikulasi kepentingan public, yang juga
sangat pluralistic. (Anggara, 2013)
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan pada makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Partai Politik adalah kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai
orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Yang muncul dari anggapan bahwa
membentuk wadah organisasi mereka bisa menyatukan orang-orang yang
mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa
dikonsolidasikan. Dengan begitu pengaruh mereka bisa lebih besar dalam
pembuatan dan pelaksanaan keputusan
2. Yang memiliki struktur juga memiliki fungsi.sebagai kerangka system politik yaitu
sebagai komunikasi politik, sosialisasi politik, rekrutmen politik, dan pengatur
konflik.
3. Dalam perjalanan pada masa ke masa, Orde Lama Partai Politik lebih berpijak pada
ideologi-ideologi yang dipegangnya sangat kuat, sehingga kondisi seperti itu sering
terjadinya konflik dipemerintahan, kemudian pada masa Orde Baru, Partai Politik
dituduh sebagai sumber masalah yang terjadi pada masa Orde Lama, sehingga pada
masa Orde Baru, Partai politik dibatasi ruang geraknya, yang mengkibatkan kurang
maksimalnya fungsi-fungsi partai politik serta tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan dalam pengambilan kebijakan-kebijakan pada masa ini.
4. Sedangkan pada masa reformasi, terbuka kebebasan dalam berpartai, artinya warga
masyarakat dipebolehkan mendirikan partai politik sendiri dengan ideology yang
diinginkan.Akan tetapi keterbukaan ini tidak menghasilkan yang memuaskan,
karena Partai sekarang cenderung lebih mementingkan Perebutan kekuasan dalam
jangka pendek, serta tidak mempunyai kejelasan dalam hal Ideologinya.
B. Saran
Demikian penulis memaparkan makalah dengan materi peran pemuda dalam
demokrasi. Dengan segala keterbatasan dan kelemahan penulis semoga tulisan ini bisa
berkontribusi pada kehidupan berbangsa dan bernegara, serta bisa bermanfaat bagi
penulis khususnya umumnya untuk pembaca sekalian.
Dalam penulisan ini masih banyak kekurangan baik dari teknis penulisan
maupun substansi materi makalh. Kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi
kelancaran materi dalam tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Gantara,Syahid. 2008. Ilmu Politik : Memahami dan Menerapkan. Pustaka Setia :
Bandung.
Angara,Sahya. 2013. Sistem Politik Indonesia, Pustaka Setia : Bandung.
Syafa’at,Ali. 2011. Pembubaran Partai Politik, Rajawali : Jakarta.
Budiarjo,Miriam. 2013. Dasar-dasar Ilmu Politik, Cet IX, Gramedia:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai