Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Demokrasi di Indonesia sudah berlangsung 18 tahun sejak tahun 2000 an.
Hingga tahun 2016 ini, demokrasi di Indonesia telah melewati berbagai proses yang
penuh dengan dinamika kehidupan demokrasi. Dalam periode 18 tahun ke belakang
telah banyak perubahan yang dialami Indonesia dalam menjalankan proses
demokratisasi ini, diantaranya adalah Amandemen UUD 1945, kebebasan pers,
kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, dan lain-lain. Selain itu sekarang ini juga
terdapat banyak partai politik sebagai wadah untuk menyalurkan informasi dari
pemerintah menuju masyarakat begitu pula sebaliknya, dari masyarakat menuju
pemerintah.
Partai politik merupakan kelompok warga negara yang terorganisasikan, yang
bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya
untuk memilih, bertujuan untuk menguasai pemerintahan dan menjalankan kebijakan
umum. Partai politik merupakan hasil pengorganisasian dari sekelompok orang agar
memperoleh kekuasaan untuk menjalankan program yang telah direncanakan.
Demokrasi adalah pemerintahan oleh semua orang yang merupakan kebalikan
dari konsep pemerintahan oleh satu orang (otokrasi). Sehingga dalam membangun
demokrasi ini diperlukan adanya partisipasi aktif dari masyarakat. Partisipasi tersebut
dapat terlihat dari pelaksanaan pemilu. Masyarakat dapat menggunakan haknya untuk
memilih sesuai dengan hati nurani.
Namun, sekarang ini banyak masyarakat yang enggan memilih atau lebih
tepatnya adalah golput. Salah satu faktornya adalah sekarang ini terlalu banyak partai
politik yang justru membuat masyarakat bingung karena hanya menyatakan janji-janji
palsu semata, tidak merealisasikan visi misi yang diutarakan terhadap masyarakat.
Partai politik sekarang lebih banyak mencari untuk kepentingan pribadi partai politik
itu sendiri.
B.     Rumusan Masalah
Sejauh ini peran parpol dalam membangun demokrasi belumlah sesuai dengan
yang seharusnya dilakukan. Parpol cenderung mencari keuntungan untuk parpol itu
sendiri. Sehingga dari permasalahan tersebut dapat kita rumuskan :

Peran Partai Politik Di Indonesia 1


“Bagaimanakah peran dan fungsi partai politik dalam membangun demokrasi di
Indonesia?”
C.     Tujuan
1. Mengetahui Defenisi Partai Politik
2. Mengetahui Fungsi dan Tujuan Partai Politik
3. Mengetahui Tipe dan jenis Partai Politik
4. Mengetauhui Sistem Kepartaian Di Indonesia
5. Mengetahui bagaimana peran partai politik Di Indonesia 
6. Mengetahui Fenomena Partai Politik di Indonesia Pasca Reformasi

Peran Partai Politik Di Indonesia 2


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Singkat Partai Politik
            Partai Politik pertama lahir dinegara-negara Eropa Barat. Dengan Luasnya
gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikut
sertakan dalam proses politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan
berkembang menjadi penghubung antara rakyat disatu pihak dan pemerintah dipihak
lain. Perkembangan partai politik yang terjadi dieropa barat pada akhir abad ke 18,
kegiatan politik hanya dipusatkan pada kelompok politik dalam parlemen yang bersifat
terbatas, dalam hal ini bersifat elitis dan aristokratis karena dalam parlemen sebagian
besar hanyalah terdiri dari kaum bangsawan.
Kegiatan ini adalah usaha dari kaum bangsawan untuk melindungi hak-hak
mereka dari keseweng-wenangan raja. Mulanya partai-partai itu disebut “parties
notables”, yaitu komite pemilu yang relative kecil dan terdiri dari individu-individu
yang mempunyai prestise dan kekayaan didaerah pemilihan mereka.
Biasanya pihak-pihak ini merupakan tuan-tuan tanah ataupun yang dikenal
dengan sebutan “Lord”. Dengan Meluasanya hak pilih, kegiatan politik juga berkembang
diluar parlemen dengan terbentuknya panitia-pantia pemilihan yang mengatur
pengumpulan suara para pendukungnya menjelang masa pemilihan umum (kadang-
kadang dinamakan caucus party).
B.     DEFINISI PARTAI POLITIK
Partai politik menurut UU No.2 Tahun 2008 adalah organisasi yang bersifat nasional
dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak cita cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik
anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan NKRI berdasrkan
pancasila dan UUD 1945[1].
Partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan (role) yang sangat penting
dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan peran penghubung yang sangat
strategis antara proses-proses pemerintahan dengan warga negara.
C.     TUJUAN DAN FUNGSI PARTAI POLITIK
Tujuan dari partai politik yaitu untuk meraih dan mempertahankan tahta kekuasaan
untuk mewujudkan rencana program yang telah disusun oleh mereka sesuai ideology
yang dianut.

Peran Partai Politik Di Indonesia 3


Fungsi dari partai politik yaitu :
1. Sebagai sarana komunikasi politik, Yang memperbincangkan dan memperluaskan
rencana-rencana kebijakan pemerintah. Menurut Sigmund Neumann bahwa partai
politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan
dan ideology sosial dengan lembaga pemerintah yang resmi dan mengaitkannya
dengan aksi politik didalam masyarakat politik yang lebih luas.
2. Sebagai sarana sosialisasi politik, Sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang
yang memperolehnya sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang umumnya
berlaku dalam masyarakat yang dia berada
3. Sebagai sarana rekrutmen politik, Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi
kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional
yang lebih luas.
4. Sebagai sarana pengatur konflik, Partai politik diperlukan untuk membantu
mengatasi atas sekurang-kurangnya dapat diatur sedemikian rupa sehingga akibat
negatifnya dapat di tekan seminimal mungkin[2].
5. Sebagai sarana Partisipasi Politik. Partai politik memiliki peranan sebagai wadah
bagi warga negara dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijakan umum serta ikut menetukan pemimpin pemerintahan.
6. Sebagai Pemandu Kepentingan. Berfungsi melakukan kegiatan umtuk menampung,
menganalisis, dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan
bertentangan mnejadi beberapa alternatif kebijakan umum. Kemudian
diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
D. JENIS-JENIS PARTAI POLITIK DAN SISTEM KEPARTAIAN DI INDONESIA
a. Jenis-jenis dari partai politik yaitu :
·         Partai Kader, Partai kaum istimewa yang didominasi oleh sebuah kelompok pemimpin
informal yang memandang rendah terhadap pengembangan organisasi massa. Partai
seperti ini sering kali dikembangkan diluar faksi-faksi atau parlementer pada sewaktu-
waktu ketika pembagian kekuasaan partai sangat terbatas tetapi istilah partai kader
tersebut saat ini sangat biasa digunakan untuk menyebut anggota-anggota partai yang
terlatih dan profesional yang diharapkan dapat menunjukkan komitmen politik dan
disiplin tingkat tinggi terhadap partainya.
·         Partai Massa, Lebih menekankan untuk memperbanyak jumlah keanggotaan dan
menyusun basis pemilih yang lebih luas. Contohnya seperti partai Kristen democrat di

Peran Partai Politik Di Indonesia 4


Jerman, partai buruh di Inggris, yang dimana mereka menekankan pada pengembangan
organisasi ketimbang keyakinan politik dan ideology politik. Keanggotan partai massa
biasanya tidak mempunyai syarat ketat, kecuali segelintir aktifisnya yakni biasanya
sekedar setuju terhadap asas dan tujuan umum partai tersebut.
·         Partai catch-all , Yang dimana menarik perhatian dan jumlah suara yang lebih luas
seperti Otto Kircaeimer yang mengamati perkembangan partai Kristen democrat di
Jerman partai republic dan partai democrat di Amerika Serikat, partai buruh di Inggris
yang berbeda dengan partai massa karena mereka juga menekankan kepemimpinan
dan kesatuan yang mengarahkan peranan para anggotanya lebih untuk membangun
koalisi dukungan  suara ketimbang kelompok sosial.
·         Partai Kartel, Bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan eksekutif .

b.      Sistem kepartaian
1. One-party system :
Berlaku pada rezim totaliterianisme. Contohnya Uni Soviet, China dan banyak
muncul pada bangsa Afrika dan Asia Mereka memiliki satu partai tunggal yang
mengontrol setiap level pemerintahan dan hanya memperbolehkan satu partai yang
legal.Pemilu dgn adanya partai sebagai klaim demokrasi sebagai pembenaran mereka
juga berpendapat bahwa apabila memiliki beberapa partai dikhawatirkan akan terjadi
chaos dan kekerasan.[3]

2.  One-party dominant systems


satu partai besar mengontrol sistem politik,  tetapi eksistensi partai kecil ada dan
diperbolehkan berkompetisi dalam pemilihan. Negara ini tidak melarang keberadaan
partai lain, hanya saja sistem elektoral yang berlaku berdampak pada kemunculan satu
partai dominan. partai utama yang diharapkan memenangan pemilihan dan kontrol
pemerintah. Sartori menyebut ini sebagai bentuk hegemoni, dimana partai politik lain
menjadi kelas kedua. Contohnya seperti Institutional Revolutionary Party (PRI) di
Mexico, Liberal Democrats di Jepang, dan Congress Party di India.
3.      Two-party Systems
Pada sistem ini dua partai mencapai mayoritas kontrol pada pemerintahan
:Terdapat eksistensi partai kecil, tetapi tidak berperan karena dampak elektoral pada
level nasional.  Contohnya United States, pada dasarnya memiliki partai lebih dari dua

Peran Partai Politik Di Indonesia 5


selain demokrat dan republik, yaitu ada Green party dan libertarian party, yang turut
berkompetisi untuk jabatan politik. Namun hanya partai demokrat dan republik yang
dapat memenangkan mayoritas kursi di legislatif nasional United States.
Misalnya US termasuk dalam two-party systems karena suara partai Demokrat dan
Republik mencapai 99% suara nasional.
US menerapkan sistem pemilihan singe-member districts dan sistem kepartaian
multiparty. Karena sistem pemilihan single-member districs mengakibatkan partai kecil
yang mendapat suara tidak mendapatkan kursi di parlemen.
4.      Two-and-a-half party systems ada dua partai besar berdampingan dengan partai
ketiga   yang menerima suara nasional lebih kecil[4].           
Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh ilmuan politik Jean Blondel pada
tahun 1968 dalam artikelnya sistem kepartaian di Demokrasi Barat. Menurut Blondel
(Barrington, 2010) perbedaan two-party systems dan two-and-a-half party systems
terletak pada persentasi suara nasional. Multiparty systems sistem politik memilliki
sejumlah besar partai politik Walaupun ada partai yang bisa jadi lebih besar dari partai
lainnya, tapi partai tersebut jauh dari dikatakan dominan.  Tidak ada partai besar yang
secara umum diuntungkan pada mayoritas kursi di parlemen nasional, maka koalisi
dianggap normal. Setiap dekade, masing-masing dua partai besar memiliki peluang
untuk membantu partai utama pada pertukaran koalisi pemerintahan.
E.     Peran Dan Fungsi Partai Politik Di Indonesia
Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
tingkah laku orang lain sehingga orang lain menjadi sesuai dengan yang diinginkan oleh
orang yang memiliki kekuasaan tersebut. Namun dalam mempelajari kehidupan politik,
kekuasaan tidak hanya sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain akan
tetapi juga dipandang sebagai kemampuan untuk mempengaruhi proses pembuatan
kebijaksanaan yang mengikat seluruh anggota masyarakat. Suatu kekuasaan akan
memunculkan sebuah kewenangan. Laswell dan Kaplan menyatakan bahwa “wewenang
(authority) merupakan sebuah kekuasaan formal” atau dengan kata lain wewenang
merupakan kekuasaan yang memiliki keabsahan atau legitimasi.
Kewenangan seseorang belum lengkap jika seseorang belum mendapatkan
legitimasi. Legitimasi merupakan penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak
moral pemimpin untuk memerintah, membuat, dan melaksanakan keputusan politik. 
Secara garis besar legitimasi merupakan hubungan antara pemimpin dengan yang

Peran Partai Politik Di Indonesia 6


dipimpin, hubungan itu lebih ditentukan oleh yang dipimpin karena penerimaan dan
pengakuan atas kewenangan hanya berasal dari yang diperintah. Secara umum alasan
utama mengapa legitimasi menjadi penting bagi pemimpin pemerintahan. Pertama,
legitimasi akan mendatangkan kestabilan politik dari kemungkinan-kemungkinan
untuk perubahan sosial. Pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap pihak yang
berwenang akan menciptakan pemerintahan yang stabil sehingga pemerintah dapat
membuat dan melaksanakan keputusan yang menguntungkan masyarakat umum.
Pemerintah yang memiliki legitimasi akan lebih mudah mengatasi permasalahan
daripada pemerintah yang kurang mendapatkan legitimasi.
Di Indonesia, dalam upaya membangun legitimasi politik berawal dari pemilu 1999
yang merupakan pemilu perdana pasca mundurnya presiden Suharto dari tampuk
kekuasaan. Habibie, selaku pengganti Suharto, melaksanakan pemilu tiga tahun lebih
cepat dari waktu yang seharusnya dijadwalkan, yaitu tahun 2002. Percepatan pemilu ini
adalah hasil tekanan rakyat pada pemerintahan habibie yang di pandang tidak memiliki
legitimasi untuk memegang kekuasaan.  Pada fase setelah keruntuhan Orde Baru
kecilnya penolakan terhadap di buangnya format politik dua Partai dengan
menggantikannya dengan sistem multi partai. Agar mencapai format politik yang lebih
demokratis. Dan pemilu menjadi semacam simpang jalan : apakah proses politik itu
terus setia pada jalur demokratisasi, berbelok jalan, atau bahkan berbalik arah sama
sekali.
Namun ternyata  berdasarkan hasil pengamatan semenjak di berlakukannya sistem
multi partai semakin banyak pula hal-hal yang berbalik arah (tidak sesuai dengan
Tujuan dan fungsi Parpol) sehingga menyebabkan Krisis Legitimasi  pada lembaga
legislative Di Negara ini.
            Hampir seluruh  Negara di penjuru dunia ini mengalami krisis legitimasi,
terkecuali dengan Negara superpower yaitu Amerika serikat, jika dibandingkan dengan
Indonesia yang berlarut dalam kencang nya arus permasalahan, seperti kata pepatah “
Mati satu tumbuh seribu” dalam arti permasalahan di Indonesia ini jika telah selesai
satu permasalahan maka akan ada lebih banyak permasalahan yang akan timbul. Pantas
saja kenapa permasalahan kemiskinan, keadilan, dan kesejahteraan di Indonesia ini
tidak terimplementasi secara baik, aspirasi-aspirasi masyarakat tidak terakomodir
secara baik, ternyata para pengatur konflik (Anggota legislative) malah menjadi actor
konflik. Mereka lupa pada janji mereka sebelum mendapatkan kekuasaan tersebut,

Peran Partai Politik Di Indonesia 7


mereka lupa pada tugas mereka yang akan mengayomi masyarakat, yang akan menjadi
jembatan penghubung antara mayarakat dengan lembaga pemerintahan, seharusnya
mereka bisa meredakan permasalahan apabila terjadi konflik di lembaga pemerintahan
atau dilingkungan masyarakat, bukan sebaliknya. Apa yang salah dengan sistem di
Negara ini, apakah itu penyebab dari sistem multiparty, terlalu banyak perwakilan,
sehingga banyak nya perbedaan pendapat dan tujuan memicu terjadinya konflik di
ranah partai politik sendiri. Dan dengan adanya kekuasaan menjadi alat sebagai
pendorong agar bisa mencapai tujuan dan keinginan para anggota partai. Tidak heran
kenapa orang –orang rela menghabiskan uang banyak di saat Pemilu Legislative, tidak
lain di karenakan ada tujuan tertentu.
Dalam Teori Peran dan Fungsi Partai Politik yang sudah jelas dikatakan bahwa,
Partai politik sebagai organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok
warga Negara Indonesia secara suka rela atas jasa kesamaan kehendak dan cita-cita
untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, Negara,
serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan pancasila (UU No 2 Tahun 2011).
Dengan berbagai fungsi-fungsi partai politik seperti sosialisasi politik yang akan
memberikan wawasan bagi masyarakat tentang betapa pentingnya itu politik sehinga
masyarakat tidak lagi di kategorikan sebagai masyarakat qaula/primitive yang tidak
mau tahu tentang apa itu politik dan pemerintahan, partai politik sebagai control politik
yang akan mengatur segala peran elit maupun kegiatan yang menyangkut akan politik
dan pemerintahan, partai politik sebagai rekrutmen politik dalam arti mengajak setiap
individual yang dianggap mampu untuk mendapatkan posisi sebagai wakil rakyat,
partisipasi politik yang ikut serta berperan dan berpatisipasi dalam kegiatan-kegiatan
yang menyangkut akan sosial, dan pengendali konflik yang di harapkan mampu
mengakomodir segala permasalahan atau konflik yang terjadi di ranah pemerintahan
atau partai politik sebagai penengah/pereda konflik.[5]
Dari berbagai peran dan fungsi partai politik tersebut yang seharusnya mampu
menciptakan kesejahteraan. Namun sangat jauh ketercapaiannya di Negara ibu pertiwi
ini, Para anggota partai yang telah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sehingga
terpilih menjadi perwakilan rakyat yang akan mengakomodir segala aspirasi-aspirasi
masyarakat menjadi kenyataan, apa boleh buat harapan tidak sesuai dengna kenyataan.
Yang terjadi di Negara ini adalah mengutamakan aspirasi sendiri demi kepentingan
sendiri, Artinya para anggota partai yang sudah terpilih malah saling berlomba

Peran Partai Politik Di Indonesia 8


mengemukakan doktrin nya seakan-akan itu adalah demi kepentingan rakyat, namun
nyatanya itu adalah kepentingan mereka sendiri.

F. Fenomena Partai Politik di Indonesia Pasca Reformasi

Di era reformasi dimana keran kebebasan kembali dibuka setelah lama dipasung ketika
masa Orde Baru berlangsung membuat banyak partai politik menjadi meningkat dalam
hal jumlah. Diakui atau tidak dalam era sekarang ini sistem yang menganut jumlah
partai yang banyak (multipartai) membuat kinerja negara yang menganut sistem
presidensil menjadi tidak efektif. Hal itu, terbukti dalam pemerintahan yang terbentuk
di masa reformasi, mulai dari pemerintahan BJ. Habibie, pemerintahan Abdurrahman
Wahid, dan pemerintahan Megawati sampai ke pemerintahan SBY jiilid 1 maupun jilid 2
dewasa ini. Keperluan mengakomodasikan kepentingan banyak partai politik untuk
menjamin dukungan mayoritas di parlemen sangat menyulitkan efektifitas
pemerintahan, termasuk pemerintahan SBY-Boediono yang ada sekarang.

Partai baru banyak bermunculan dengan wajah-wajah lama dari era perpolitikan
terdahulu atau bahkan merupakan sosok yang “dibuang” dari partai sebelumnya. Dalam
hal ini saya mencontohkah Partai Hanura dan Gerindra, dimana partai ini juga termasuk
partai baru yang cukup sukses didalam pemilu tahun 2009. Partai politik yang tergolong
baru juga tergolong mempunyai kans yang kuat untuk meraih massa dengan pandangan
baru yang mengatasnamakan kekecewaan publik terhadap kinerja parta politik yang
ada saat ini, karena memang sulit dibantah keadaan partai politik yang ada saat ini
semakin membuat publik kurang percaya dengan kredibilitas partai yang ada
mengingat banyaknya kasus yang membelit satu per satu partai yang ada saat ini.

Selain itu ada semacam trend fenomena yang terjadi dalam era reformasi sekarang ini
dimana banyak kita temukan antara lain :

·Politkus“Bajing Loncat”atau Kutu Loncat. Sering kita temukan beberapa politkus yang
pindah-pindah partai menurut selera dan analisis mereka terhadap peluang yang dapat
diraih untuk mencapai karier dalam dunia politik. Partai politik berganti-ganti nama.

Peran Partai Politik Di Indonesia 9


Beberapa partai politik harus mengganti namanya untuk membedakan ketua umum dan
partai tersebut dengan rival politiknya dalam partai induk (sebelumnya).

·Partai politik mengusung nilai-nilai keagamaan. Apapun dilakukan untuk menjadi


“kendaraan” politik agar tujuan mendominasi kekuasaan mencapai sasaran. Politikus
yang indisipliner semakin merajalela dan tak terkendali lagi keberaniannya. Mereka kini
berani terang-terangan membohongi rakyat yang mempercayainya dan memberi
amanah untuk menyampaikan pesan dan aspirasi sebagaimana yang dijanjikan dalam
sumpah jabatan dan selama pemilihan menuju karir politiknya.

·Konsentrasi politkus kita kebanyakan mengurusi obyek-obyek yang memberikan


pemasukan ketimbang mengutamakan visi dan misi yang  dibebankan kepadanya
sebelum  mereka mencapai posisi tersebut. Proses tercetaknya kader secara instan dan
sistem rekrutmen calon politikus dan diplomat akhir-akhir ini ditengarai sebagai
kontributor utama menghasilkan “rombongan”  politikus bermasalah di negeri ini.

Terjadinya perpindahan kader dari satu partai ke partai lainnya menunjukan pola
penerimaaan kader partai di Indonesia masih sangat lemah. Boleh dikatakan bahwa
partai belum memiliki sistem penerimaan kader partai yang baik. Pola penerimaan
kader yang harus dimulai dari bawah dan dilanjutkan dengan pendidikan kepartaian
yang berkesinambungan  sering terabaikan. Pada sisi lain masuknya orang kesatu partai
tidak jarang karena ingin mendapat perlindungan baik itu bisnis ataupun jabatan.
Akibatnya kader yang masuk dengan murni dan mengawali dari tingkat paling rendah
serta memiliki kapabilitas yang tinggi sering terabaikan, karena kesempatan mereka
telah direbut oleh kader “kutu loncat”.

Saya harap dengan adanya tahap-tahap konsolidasi sistem politik yang dilakukan


sebagai respons atas banyaknya pengalaman pahit selama periode reformasi dan
didukung keputusan Mahkamah Konstitusi tentang pemilihan umum dengan sistem
suara terbanyak sebagai sistem yang dianggap paling sesuai dengan maksud UUD 1945
mengatur tentang pelaksanaan pemilihan umum. Saya berharap memang benar jika
pemilihan dengan sistem suara terbanyak peranan individu wakil rakyat akan
berkembang menjadi semakin penting. Sementara itu, peranan partai politik sebagai

Peran Partai Politik Di Indonesia 10


organisasi dalam penentuan nomor urut menjadi semakin kurang penting, oleh
karenanya siapapun yang akan menjadi wakil rakyat diharapkan dapat semakin dekat
dengan rakyat dan partai politik juga bisa lebih bergerak kearah yang lebih profesional
sesuai dengan fungsinya. Karena dengan paradigma ini akan menimbulkan kesan
bahwa menjadi pengurus partai politik tidak lagi menarik, justru lebih penting adalah
bagaimana membuat calon wakil rakyat dikenal oleh para calon pemilih sehingga pada
saat pemilu nanti, calon wakil rakyat dapat memperoleh kemungkinan yang lebih besar
untuk terpilih. Kedepannya partai politik akan lebih terurus dan diurus oleh
pengurusnya, bukan saja pada saat menjelang pemilu tetapi sepanjang lima tahun masa
kerja pengurus itu harus aktif menjadikan partai politik dekat kepada rakyat.

Seharusnya mampu mengakomodir segala aspirasi masyarakat dan memberikan


jaminan bagi masyarakat akan ketentraman dan kesejehteraan tapi nyatanya mereka
para pengurus Parpol sibuk maslah intervensi kekuasaan, sibuk berlomba demi
mencapai keinginan, dan saling menjatuhkan demi sebuah jabatan, pada akhirnya
aspirasi masyarakat terbengkali dan para anggota Parpol sibuk dengan konflik internal
partai.

           

Peran Partai Politik Di Indonesia 11


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulam
Partai politik menurut UU No.2 Tahun 2008 adalah organisasi yang bersifat nasional
dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak cita cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik
anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan NKRI berdasrkan
pancasila dan UUD 1945.
Pada dasarnya sistem di Negara ini sangat bagus. Bukan hanya di Indonesia saja, di
Negara-negara lain demikian. Tapi ada hal-hal yang membuat sitem itu tidak bagus,
bahkan akan berdampak pada kehancuran. Disebabkan karena terjadinya krisis
Legitimasi sehingga pada akhirnya terjadilah tidak berkesinambungan antara para elit
partai, keadilan dan kesejahteraan tidak dirasakan oleh para rakyat, yang ada hanya
kemiskinan. Di Negara ini bagaikan pepatah “Maju tak gentar membela yang bayar”
artinya many money is king (banyak uang kita adalah raja) yang bisa melakukan apa
saja sekehendak kita. Kenapa terjadi dis-integrasi antar sesama elit politik ? tidak lain
karena perbedaan tujuan. Ada yang betul-betul menjalankan tugas dari posisi
jabatannya, ada yang hanya ingin memperjuangkan kepentingan pribadi nya. Namun
pada akhirnya banyak diantaranya yang memperjuangkan kepentingannya sendiri yang
banyak memenangkan jika ada permasalahan, dikarenakan ada tunai sebelum bekerja,
ada perjanjian setelah masalah. Dan hal itu terus menjadi buadaya di Negara ini, peran
dan fungsi para anggota partai politik tidak lagi sesuai pada jalurnya. Sampai pada
akhirnya Negara ini sebagai Negara yang “ maju tak gentar membela yang bayar”
B.     Saran
-        Pemerintah sudah dimanjakan dengan anggaran yang berlimpah, sedikit kerja uang
merajalela. Sudah saatnya pemerintahan sadar dan tertanam jiwa –jiwa kepahlawanan.
-        Pengawasan pemerintahan terhadap formulasi dan pembagian dana di Internal
Pemerintahan yang kurang, sehingga mafia-mafia sangat berkontribusi aktif dalam
memainkan perannya.
- Dalam perjalanan pelaksanaan kebijakan pemerintah banyak yang disalahgunakan oleh
oknum –oknum yang mencari keuntungan pribadi atau kelompok sehingga sasaran
yang di targetkan tidak tercapai atau kurang tepat sasaran.

Peran Partai Politik Di Indonesia 12


DAFTAR PUSTAKA
 Pamungkas, sigit, Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia, Perum Griya Saka
Permai : Yogyakarta 2010
 Subagyo, Firman, Menata Partai Politik dalam arus Demokratisasi Indonesia, PT.
Wahana Semesta intermedia, Jakarta :2009
 MD, Maruto dan WHK, Anwar,Reformasi Politik dan kekuatan masyarakat
kendala dan peluang menuju Demokratisasi, pusaka LP3ES Indonesia : Jakarta,
2002
 Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Komsep, teori, dan Strategi/hafied
Cangara Ed. 1,2 – Jakarta : Rajawali Pers, 2009
 Chilcote, Ronald H, Teori Perbandingan Politik : Penelusuran paradigma/Ronald
H.Chilcote, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta : 2004
 Winarno Budi, Kebijakan Publik “Teori, Proses, Dan Studi Kasus”(Seturan Utara,
Sleman, Yogyakarta : 2012
 https:// blogspot-ahmad.blogspot.com/2017/09/makalah-peran-partai-politik-
di.html (diakses 04 Oktober 2018; jam 21;08 WIB)
 https://www.edukasinesia.com>...>Materi Pendidikan Kewarganegaraan.
( diakses, 04 Oktober 2018; Jam 21:23 WIB)
 https://www.kompasiana.com/.../analisis-fenomena-partai-politik-di-indonesia
(diakses tanggal 04 Oktober 2018; Jam 21;47 WIB)

[1] Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik (cet. Ke-26. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama, 2004) hal 8
[2] EKA JANUAR, PARTAI POLITIK, ORMAS DALAM PERBANDINGAN POLITIK, hal 7. (Powerpoint)
[3] Rizkika Lhena Darwin, Tipologi Partai Politik, hal 2-26 (Powerpoint)
[4] Rizkika Lhena Darwin, Sistem Kepartaian, hal 2-7 (Powerpoint)
[5] Sigit Pamungkas, Partai Politik (Teori dan Praktik di Indonesia), (Sleman, Yogyakarta: Perum Griya
Saka Permai,2011). Hlm,35
[6] Hasan Basri M Nur, Parnas vs Parlok (pertarurngan partai politik dalam mengasai Aceh). (Banda
Aceh:PT Aceh Media Grafika,2014),h.214
[7] Ikrar Nusa Bakti, Beranda Perdamaian: Aceh pasca tiga tahun MoU Helsinki, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2008). Hlm. 137

Peran Partai Politik Di Indonesia 13

Anda mungkin juga menyukai