PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Diskusi
1. Pengertian Diskusi
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:79) diskusi kelompok
adalah suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok
orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan
berbagi informasi/pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan
suatu masalah.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Usman (2005:94) diskusi
kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok
orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai
pengalaman dan informasi, pengambilan kesimpulan/pemecahan masalah.
Dari kedua pendapat dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok
adalah suatu proses yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka secara informal untuk berbagi informasi dan
pengalaman serta mengambil kesimpulan atau pemecahan masalah.
2. Tujuan Diskusi
Tujuan diskusi kelompok kecil menurut Mulyasa dalam Suwarna
(2006:80) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil bertujuan
sebagai berikut:
a. Saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi
gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan.
b. Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan
komunikasi.
c. Terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
3
segera ditangani dengan pemikiran yang rasional, runtut dan mudah
dipahami dan diterima masyarakat.
Dadang Sukirman mengutarakan tujuan dan manfaat kegiatan
diskusi antara lain:
Memupuk sikap toleransi
Memupuk kehidupan demokrasi
Mendorong pembelajaran secara aktif
Menumbuhkan rasa percaya diri
4
Contoh Teks Diskusi
ISU
ARGUMEN MENDUKUNG
5
caffein mempengaruhi kelenjar ASI sehingga menghambat kelancaran dan
ketersediaan ASI.
Zat caffein pada bayi zat ini dapat mengakibatkan usus bayi
menjadi kejang. Kandungan mineral dalam teh juga mempunyai
kecenderungan membantu terbentuknya batu ginjal.
SIMPULAN
Usahakan juga seduh teh dengan air yang tidak terlalu banyak
dan tidak ditambahkan gula mencegah rusaknya zat-zat yang dikandung
dan hilangnya manfaat teh.
4. Unsur Diskusi
Unsur diskusi dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Unsur manusia, seperti moderator atau pemimpin diskusi,
penyaji/narasumber//pembicara, notulis/sekretaris, dan peserta
diskusi.
b. Unsur materi, seperti topik diskusi atau permasalahan, dan tujuan
atau sasaran.
c. Unsur fasilitas, seperti ruangan/tempat, perlengkapan, misalnya
meja, kursi, papan tulis, dan kertas.
5. Jenis Diskusi
Ada macam-macam jenis Diskusi, antara lain :
a. Diskusi Kelompok
6
Diskusi kelompok adalah bentuk diskusi yang paling sederhana.
Untuk mengadakan suatu diskusi kelompok, hanya diperlukan
adanya ketua atau moderator, notulis dan beberapa peserta yang
sekaligus berperan sebagai penyaji maupun penyanggah.
b. Seminar
Seminar adalah bentuk diskusi yang digunakan untuk mencari
kesepakatan atau kesamaan langkah atau pandangan dalam
menghadapi persoalan yang bersifat formal.
c. Diskusi Panel
Diskusi panel biasanya dilakukan untuk memperluas wawasan
mengenai suatu masalah yang sedang banyak dibicarakan.
Biasanya diskusi ini melibatkan beberapa pakar sebagai panelis
atau pembicaranya.
d. Symposium
Symposium adalah bentuk diskusi yang diselenggarakan untuk
membahas prasaran -prasaran mengenai suatu pokok persoalan
atau masalah tertentu.
e. Lokakarya
Lokakarya adalah bentuk diskusi atau pertemuan para ahli atau
pakar dengan tujuan untuk membahas suatu masalah di bidangnya.
f. Kongres
Kongres adalah bentuk diskusi atau pertemuan dari para wakil
organsasi, baik itu politik, sosial, mau pun profesi, untuk
mendiskusikan atau mengambil keputusan mengenai suatu
masalah.
g. Konferensi
Konferensi adalah pertemuan untuk merundingkan atau bertukar
pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama.
h. Sarasehan
Sarasehan adalah bentuk diskusi berupa pertemuan yang
diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat para ahli
mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu.
7
i. Munas
Munas atau musyawarah nasionaladalah bentuk diskusi berupa
pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan-perwakilan yang bersifat
nasional untuk membahas masalah berskala nasional.
j. Training
Training atau pelatihan adalah sebuah diskusi yang memfokuskan
pada praktek dari suatu teori.
8
sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi
dengan beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan
internet.
Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan
telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan
sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi
dengan beberapa aksesori, seperti kalkulator, kamera, dan
internet. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa
dalam bidang akademik.
Banyak sekolah, terutama sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama, melarang siswannya membawa telepon
seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya
membawa telepon seluler dengan berbagai persyaratan.
Yang paling penting apakah telepon seluler mempunyai
dampak positif yang mengarah pada pendidikan atau hanya
membawa dampak negatif belaka.
Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan
telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan
sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi
dengan beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan
internet. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam
bidang akademik.
Berdasarkan contoh 1) tersebut dapat dikemukakan bahwa
supaya padu, penulis mengulang kata telepon seluler beberapa kali.
Sementara itu, pada contoh (2) frasa beberapa aksesoris, dan kata
aplikasi ini merupakan sinonim. Pada contoh 3 dan 4) kata
melarang merupakan antonim kata membolehkan dan kata positif
merupakan antonim kata negatif. Pada contoh 5) kalkulator,
kamera, dan internet adalah hiponim dari kata aplikasi.
Penggunaan Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah kepaduan yang dicapai dengan
menggunakan elemen dan aturan gramatikal. Kohesi gramatikal,
9
antara lain, dapat terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan
elipsis. Hal itu dapat disimak pada contoh berikut.
Masyarakat yang setuju bahwa siswa boleh membawa
telepon seluler ke sekolah karena hal itu dapat memudahkan
orang tua untuk dapat menghubungi anaknya.
Ketika telepon seluler berdering di kelas, meskipun hanya
mode getar, guru akan kehilangan beberapa saat kesempatan
mengajar karena terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh
kelas.
Berdasarkan contoh (1) tersebut, -nya pada kata anaknya,
merujuk pada orang tua; sedangkan pada contoh (2) frasa hal ini
merujuk pada kalimat guru akan kehilangan kesempatan
mengajar.
c. Penggunaan Modalitas
Modalitas adalah kata yang mempunyai makna
kemungkinan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam
kalimat. Dalam bahasa Indonesia modalitas dinyatakan dengan
kata-kata seperti harus, akan, ingin, mungkin. Hal itu dapat dilihat
pada contoh berikut.
Jika siswa tidak membawa telepon seluler dan orang tua
perlu segera menghubungi, orang tua harus menghubungi kantor
sekolah.
Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk
menghubungi siswa yang bersangkutan dan menyampaikan pesan
atau memanggilnya ke kantor untuk menerima panggilan.
Meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan
kesempatan mengajar. Hal itu akan merugikan seluruh kelas.
Masyarakat yang setuju siswa boleh membawa telepon
seluler ke sekolah memiliki alasan, yaitu orang tua dapat
menghubungi anaknya baik secara langsung maupun tidak
langsung.
10
Dengan membawa telepon seluler, setidaknya orang tua
merasa nyaman karena dapat berkomunikasi dengan anaknya jika
terjadi perubahan jadwal, kondisi darurat, dan sejenisnya.
Di samping itu, siswa dapat menggunakan telepon seluler
untuk kegiatan melawan hukum seperti pencurian, dan sejenisnya.
Sementara itu, masyarakat yang tidak setuju siswa
membawa telepon seluler ke sekolah mengatakan bahwa aplikasi
yang tersedia di telepon seluler dapat memengaruhi konsentrasi
siswa dalam pembelajaran.
Siswa dapat pergi ke internet untuk mencari jawaban pada
saat ulangan.Hal ini dapat menyebabkan banyak masalah sosial,
seperti kecemburuan, pencurian, dan pelecehan.
Berdasarkan contoh (1) sampai dengan (10) tersebut kata-
kata modalitas yang digunakan adalah harus, akan, dan dapat.
7. Metode Diskusi
Sebenarnya, tidak semua pembicaraan yang dilakukan oleh
sekelompok kecil orang dapat disebut sebagai diskusi. Metode diskusi
dalam pembelajaran terdapat berbagai macam diskusi. Ditinjau dari
bentuknya, metode diskusi dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Whole Group, merupakan bentuk diskusi kelompok besar (pleno,
klasikal, paripurna)
b. Buzz Group, merupakan suatu diskusi kelompok kecil yang terdiri
dari (3-6) orang. Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga
peserta saling berhadapan untuk memudahkan pertukaran
pendapat.
c. Panel, merupakan suatu diskusi kelompok kecil (3-6) orang yang
dianggap ahli untuk mendiskusikan objek tertentu dengan cara
duduk melingkar yang dipimpin oleh seorang moderator.
d. Syndicate Group, merupakan bentuk diskusi dengan cara membagi
siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari (3-6)
orang yang masing-masing melakukan tugas-tugas yang berbeda.
11
Guru menjelaskan garis besar masalah dengan aspek-aspeknya.
kemudian tiap kelompok bertugas membahas suatu aspek tertentu
yag berbeda dengan kelompok lainnya dan membuat kesimpulan
untuk dilaporkan dalam sidang pleno serta didiskusikan lebih
lanjut.
e. Simposium, merupakan bentuk diskusi yang dilaksanakan dengan
membahas berbagai aspek dengan subjek tertentu. Dalam kegiatan
ini sering menggunakan sidang paralel, karena ada beberapa orang
penyaji. Setiap penyaji menyajikan karyanya dalam waktu 5-20
menit diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari
audience/peserta. Bahasan dan sanggahan dirumuskan oleh panitia
sebagai hasil simposium.
f. Brainstorming, merupakan suatu diskusi di mana anggota
kelompok bebas menyumbangkan ide-ide baru terhadap suatu
masalah tertentu, di bawah seorang ketua dan dilaksanakan dengan
cepat (waktu pendek). Semua ide yang sudah masuk dicatat untuk
kemudian diklasifikasikan menurut suatu urutan tertentu. Suatu
saat mungkin ada diantara ide baru tersebut yang dirasa menarik
untuk dikembangkan.
g. Informal Debate, merupakan diskusi dengan cara membagi kelas
menjadi 2 kelompok yang pro dan kontra yang dalam diskusi ini
diikuti dengan tangkisan dengan tata tertib yang longgar agar
diperoleh kajian yang dimensi dan kedalamannya tinggi.
h. Seminar, pada umumnya merupakan suatu pembahasan yang
bersifat ilmiah. Suatu pokok persoalan dibahas secara teoritis, bila
perlu dibuka suatu pandangan umum. Berdasarkan kertas kerja
yang ada, peserta menjadi beberapa kelompok untuk membahas
lebih lanjut. Pimpinan kelompok sewaktu waktu menyimpulkan
kerja kelompoknya dan dari hasil-hasil kelompok disusun suatu
perumusan oleh panitia perumus yang ditinjau.
i. Colloqinin, merupukan suatu kegiatan dimana siswa dihadapkan
pada nara sumber untuk mengajukan pertanyaan. selanjutnya
12
mengandung pertanyaan-pertanyaan tambahan dari siswa-siswa
yang lain. Dengan maksud untuk memperjelas bahan pelajaran
yang telah diterima.
j. Fish Rowt, diskusi terdiri dari beberapa orang peserta yang
dipimpin oleh seorang ketua. Tempat duduk diatur setengah
lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta,
seolah-olah menjaring ikan dalam sebuah mangkuk. Kelompok
pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat duduk di
kursi kosong tersebut. Ketua mempersilahkan berbicara dan setelah
selesai kembali ketempat semula.
B. Pidato
1. Penegertian Pidato
Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau
berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran
tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang
memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa
yang penting dan patut diperbincangkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pidato adalah (1)
pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada
orang banyak; (2) wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan
khalayak (masyarakat umum).
Lufti Afianto (2009:1) mengatakan bahwa pidato adalah seni
berbicara di depan umum dengan menggunakan bahasa yang baik
untuk menyampaikan informasi.
Menurut Fatwa Rohman (2013) pada artikelnya yang berjudul
Materi Pidato mengatakan bahwa pidato adalah sebuah kegiatan
berbicara di depan umum dengan menggunakan susunan kata yang
baik, bertujuan untuk menyampaikan perasaan/ isi hati/ pendapat/
gagasan/ pengalaman/ pengetahuan/ materi/ suatu perihal kepada
orang banyak serta dilakukan berdasarkan kaidah kebahasaan yang
baik dan benar.
13
2. Tujuan Pidato
a. Informatif, yaitu bertujuan untuk memberikan laporan, informasi,
pengetahuan atau sesuatu yang menarik untuk orang lain /
pendengar.
b. Persuasif dan instruktif, bertujuan untuk mempengaruhi,
mendorong, meyakinkan dan mengajak pendengar untuk
melakukan sesuatu hal dengan suka rela.
c. Edukatif, yaitu berupaya untuk menekankan pada aspek-aspek
pendidikan.
d. Entertain, bertujuan memberikan penyegaran kepada pendengar
dan membuat pendengar itu senang dan puas dengan pidato yang
disampaikan.
14
karena pepatah yang mengatakan tak kenal maka tak
saying, mari kita berkenalan terlebih dahulu. Perkenalkan,
nama saya adalah Reznita, atau biasa dipanggil Nita. Saya
dilahirkan pada tanggal 1 Februari 1991 di Australia, hidup
dan besar di negeri kangguru tersebut selama 17 tahun.
Saat ini saya menempuh pendidikan di Sampoerna School
of Education. Selain itu, saya juga aktif dalam organisasi
kepemudaan yang bergerak di bidang pendidikan dan
perlindungan anak-anak terlantar.”
Memberikan ilustrasi pada pembukaan pidato
“Hadirin yang berbahagia,
Sebelum saya masuk ke inti pidato saya hari ini, mari kita
merenungkan sejenak apa yang telah terjadi di dekat kita,
di lingkungan kita. Betapa memprihatinkan keadaan di
sekitar kita. Banyak orang yang masih belum tergerak hati
nya untuk membuang sampah pada tempatnya, bahkan
masih ada yang tidak segan untuk membuang sampah dari
dalam kendaraan pribadi mereka. Fenomena tersebut tentu
saja membuat lingkungan kita tidak bersih dan kurang
sedap dipandang. Tidak hanya itu, aroma sampah yang
berserakan mengganggu dan dapat menjadi sumber
penyakit. Terlebih lagi, bencana banjir bias mengancam
lingkungan kita. Bukankah keadaan-keadaan tersebut
membahayakan? Sudahah kita menjaga lingkungan kita
dengan baik? Melalui pidato ini, saya ingin mengajak
hadirin sekalian untuk menjaga lingkungan tempat tinggal
kita agar selalu bersih.”
Menyajikan fakta sejarah dalam pembukaan pidato
“Hadirin yang saya muliakan,
Tepat hari ini adalah hari sebelum hari Kemerdekaan
Republik Indonesia. Hari ini tentu membuat kita eringat
dengan para pendahulu kita, pejuang kemerdekaan yang
15
telah mengorbankan seluruh jiwa dan raga mereka untuk
menghalau dan mengusir para penjajah dari tanah air kita,
Indonesia. Dengan gagah berani pahlawan-pahlawan kita
melawan pasukan penjajah dan sekutu yang terus
membombardir negeri kita dari darat, laut dan udara.
Tetapi, para pahlawan tidak gentar untuk maju melawan.
Mereka berani memperjuangkan martabat bangsa ini.”
Humor di pembukaan pidato
“Hadirin sekalian,
Apakah Anda pernah berpikir tentang hubungan antara
kemakmuran dengan perut yang gemuk? Saya pernah.
Namun, saya juga tidak yakin apakah ada hubungannya.
Mungkin mereka brotherzone, friendzone, atau TTM
(teman tapi mesra). Hahaha. Baiklah, kembali lagi pada
hubungan perut gemuk dan kemakmuran. Ketika para
pegawai masih dalam jabatan biasa, mereka cenderung
kurus. Ketika para pegawai naik jabatan hingga mereka
menjadi pejabat tinggi, perut mereka cenderung gemuk.
Sebenarnya, saya juga tidak begitu yakin bahwa yang baru
saja saya ceritakan ada hubungannya dengan pidato yang
akan saya sampaikan.”
b. Sapaan
Sapaan kepada orang penting. Mulai dari yang mempunyai
jabatan tinggi sampai bawah.
Contoh: “Selamat siang kepada Bapak Kepala Sekolah yang
terhormat, beserta para ibu dan bapak guru. Juga tak lupa
kepada teman-teman yang saya cintai.”
c. Puji syukur
Unsur pidato yang satu ini merupakan tanda terimakasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa
16
Contoh: “Puji syukur kehadirat Illahi Rabbi, karena atas
perkenan-Nyalah kita dapat berkumpul bersama di tempat
ini ....”
d. Isi pidato
Isi pidato atau pokok pidato adalah inti dari apa yang ingin
disampaikan kepada audiens.
Contoh:
Hadirin yang saya hormati. Menkonsumsi narkoba adalah
salah satu perbuatan yang menyebabkan timbulnya kejahatan
dan juga perbuatan syetan dan sekaligus perbuatan keji yang
harus kita jauhi agar kita selamat di dunia dan akhirat, serta
lingkungan masyarakat pun tentram tidak ada satu kejahatan
pun.
e. Penutup pidato
Penutup pidato itu termasuk himbauan, ajakan, dan rasa
terimakasih.
Contoh:
Hadirin yang saya hormati. Janganlah sekali kali kita
mencoba untuk menggunakan narkoba, karena jika kita
mencobanya maka kita akan rugi seumur hidup kita. Hidup
terasa terbelenggu dan ketergantungan terhadap sesuatu yang
justru merusak hidup kita.
Maka dari itu, marilah para putra dan putri bangsa. Mulai dari
sekarang menjauhi narkotika dan mulailah berlomba-lomba
meraih cita-cita yang tinggi agar kelak menjadi orang yang
tidak merugi.
Hadirin yang saya hormati.
Mungkin hanya ini pidato yang bisa saya sampaikan, bila ada
salah kata atau ucapan mohon dimaafkan.
f. Salam penutup
Salam penutup berarti salam terakhir karena pidato telah selesai
setelah penutup. Contohnya kata: Wasalam atau sebagainya.
17
Contoh Pidato
Assalamualaikum Wr.Wb.
Marilah kita panjatkan puji dan rasa syukur kehadirat Allah SWT,
berkat karunia dan nikmat yang telah diberikan kepada kita semua, kita
dapat berkumpul di pagi ini dalam keadaan yang sehat walafiat.
Tak lupa shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW yang telah memperjuangkan nilai dan agama
yang luhur ini hingga sampai kepada kita semua.
Terima kasih saya ucapkan atas waktu dan tempat yang telah
diberikan kepada saya untuk menyampaikan pidato singkat tentang
pendidikan karakter yang harapannya kelak para generasi muda yang
mempunyai visi besar dalam membangun bangsa ini.
Saya juga berharap semoga apa yang akan saya sampaikan ini
dapat memberikan manfaat, khususnya bagi saya sendiri dan kepada
semua yang dapat hadir di tempat ini.
18
Angka ini mengalami kenaikan sekitar 20% dari tahun lalu.
Bahkan mereka juga menyatakan bahwa setiap 7 menit terdapat korban
yang meninggal dunia akibat penggunaan narkoba.
Hadirin yang saya hormati,
Data-data tersebut sudah cukup membuktikan apa yang sedang
terjadi saat ini. Lantas, dimanakah peran pendidikan sekolah, guru dan
orangtua?
Mengapa para remaja saat ini terjerumus ke dalam kehidupan
yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
kita?
Setelah diteliti ternyata pemuda atau remaja saat ini telah
kehilangan karakternya sebagai ksatria. Hal ini disebabkan lemahnya
pendidikan karakter yang mereka dapatkan baik di sekolah maupun di
rumah.
Lebih dari itu, sekolah saat ini hanya mengutamakan pendidikan
yang mengejar hasil berupa nilai daripada mendidik anak agar
mempunyai karakter yang baik dan mulia.
Hal ini bisa dilihat dari berkurangnya jam Pendidikan Moral dan
Pancasila (PPKN) di sekolah. Oleh sebab itu, yang kita butuhkan saat ini
adalah contoh pendidikan karakter agar dapat mengatasi permasalahan
yang terjadi.
Demikanlah pidato singkat yang dapat saya sampaikan dan mohon
maaf apabila ada perkataan yang tidak berkenan di hati. Akhir kata.
4. Unsur Pidato
a. Pembicara
Pembicara adalah orang yang berbicara didepan khalayak umum
dalam membawakan materi yang disampaikannya.
b. Bahan atau Materi
19
Bahan atau materi adalah informasi yang telah disiapkan
pembicara untuk disampaikan kepada pendengar
c. Objek atau pendengar
Objek atau pendengar adalah kalayak umum yang berada di depan
pembiacar untuk mendengarkan informasi atau materi yang
disampaiakan.
5. Jenis Pidato
Berdasarkan sifat isi pidato, jenis pidato dapat dibedakan menjadi:
a. Pidato Pembukaan
Maksudnya adalah pidato singkat yang dibawakan oleh MC atau
pembawa acara. Dilakukan hanya senagai pengantar untuk
menjelaskan acara yang tengah diselenggarakan.
b. Pidato Sambutan
Pidati yang disampaikan untuk menyambut acara yang sedang
diselenggarakan. Biasanya dilakukan oleh beberapa orang dengan
waktu terbatas secara bergantian.
c. Pidato Peresmian
Maksudnya adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang
berwenang untuk meresmikan sesuatu. Seperti peresmian gedung
sekolah, peresmian tempat ibadah, peresmian sarana umum oleh
pejabat atau orang tertentu.
d. Pidato Pengarahan
Pidato untuk mengarahkan suatu pertemuan. Seperti pidato
pengarahan guru pembina Pramuka pada acara Persami misalnya.
Ini dilakukan agar kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan
arahan dan imbauan guru pembina tersebut.
e. Pidato Pertanggungjawaban
Pidato yang berisi laporan pertanggungjawaban suatu bidang
pekerjaan. Misalnya pidato laporan pertanggungjawaban ketua RT
pada masa pergantian jabatan. Ini dilakukan sebagai bentuk
tanggungjawabsebagai seorang pemimpin kepada masyarakat.
20
Jenis-jenis pidato juga dapat dibedakan berdasarkan tujuan pokok
pidato yang akan disampaikan. Diantaranya:
a. Pidato Informatif
Pidato yang memilki tujuan untuk menyampaikan informasi agar
orang menjadi tahu tentang sesuatu.
b. Pidato Persuasif
Pidato yang bertujuan untuk membujuk atau mempengaruhi orang
lain agar mau melakukan ajakan juru pidato secara sukarela.
c. Pidato Rekreatif
Pidato yang bertujuan untuk menyenangkan atau menghibur orang
lain.
21
g. Menggunakan kata – kata yang menyatakan hubungan temporal
ataupun perbandingan atau pertentangan.
Contohnya kemudian, sebelum itu, berbeda halnya, dan lain – lain.
7. Metode Pidato
Berdasarkan ada tidaknya persiapan dalam pidato, Rachmat (1999:
17-18) membagi jenis pidato menjadi empat macam, yaitu pidato
impromtu, manuskrip, memoriter, dan ekstempore. Tokoh lain
menyebut empat bentuk ini bukan sebagai jenis pidato, tetapi
merupakan metode pidato.
a. Pidato Impromtu
Pidato impromptu adalah pidato yang disampaikan tanpa
adanya persiapan dari orang yang akan berpidato. Misalnya,
ketika Anda datang ke suatu pesta, kemudian Anda diminta untuk
menyampaikan pidato, maka pidato yang Anda sampaikan tanpa
adanya persiapan terlebih dahulu tersebut dinamakan pidato
impromtu.
Bagi mereka yang sudah terbiasa berpidato, pidato
impromtu ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah
(1) impromtu lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara
yang sebenarnya, karena pembicara tidak memikirkan lebih dulu
pendapat yang disampaikannya, (2) gagasan dan pendapatnya
datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup, dan (3)
impromtu memungkinkan Anda terus berpikir.
Namun demikian, impromtu ini memiliki beberapa
kelemahan, terutama bagi pembicara atau orang yang belum
terbiasa berpidato. Kelemahan-kelemahan impromtu tersebut
antara lain adalah (1) impromtu dapat menimbulkan kesimpulan
yang mentah karena dasar pengetahuan yang tidak memadai, (2)
impromtu mengakibatkan penyampaian yang tersendat-sendat dan
tidak lancar, (3) gagasan yang disampaikan biasa dan ngawur, (4)
22
karena tiadanya persiapan, kemungkinan demam panggung besar
sekali.
Menurut Jalaludin Rachmat (1999: 17) ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dan dijadikan pegangan ketika pidato
impromtu harus dilakukan. Hal-hal tersebut antara lain adalah:
Pikirkan lebih dahulu teknik permulaan pidato yang baik.
Misalnya: Cerita, hubungan dengan pidato sebelumnya,
bandingan, ilustrasi, dan sebagainya.
Tentukan sistem organisasi pesan.
Misalnya: susunan kronologis, teknik pemecahan masalah,
kerangka sosial ekonomi-politik, hubungan teori dan praktik.
Pikirkan teknik menutup pidato yang mengesankan. Kesukaran
menutup pidato biasanya merepotkan pembicara impromtu.
b. Pidato manuskrip
Pidato jenis manuskrip ini juga sering disebut pidato
dengan naskah. Orang yang berpidato mmembacakan naskah
pidato dari awal sampai akhir. Pidato jenis manuskrip ini
diperlukan oleh tokoh nasional dan para ilmuwan dalam
melaporkan hasil penelitian yang dilakukannya. Mereka harus
berbicara atau berpidato dengan hati-hati, karena kesalahan
pemakaian kata atau kalimat akibatnya bisa lebih luas dan
berakibat negatif.
Keuntunganpidato manuskrip antara lain adalah (1) kata-
kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan
arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang, (2) pernyataan
dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali, (3)
Kefasihan bicara dapat dicapai, karena kata-kata sudah disiapkan,
(4) hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari, (5)
manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.
Akan tetapi kalau dilihat dari proses komunikasi, kerugian
pidato manuskrip ini akan lebih berat , di antaranya adalah (1)
komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak
23
berbicara langsung kepada mereka, (2) pembicara tidak dapat
melihat pendengar dengan baik, sehingga akan kehilangan gerak
dan bersifat kaku, (3) Umpan balik dari pendengar tidak dapat
mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan, (4 )
pembuatannya lebih lama daripada sekedar menyiapkan garis-
garis besarnya saja. Agar dapat menghindari berbagai kelemahan
dari pidato manuskrip ini, maka perlu diperhatikan beberapa hal
berikut ini :
Susunlah lebih dahulu garis-garis besarnya dan siapkan bahan-
bahannya.
Tulislah manuskrip seolah-olah Anda berbicara. Gunakan gaya
percakapan yang lebih informal dan langsung.
Baca naskah itu berkali-kali sambil membayangkan pendengar.
Siapkan manuskrip dengan ketikan besar, tiga spasi dan batas
pinggir yang luas.
Pidato jenis ini juga sering disebut sebagai pidato hafalan.
Pembicara atau orang yang akan berpidato menulis semua pesan
yang akan disampaikan dalam sebuah naskah kemudian
dihafalkan dan disampaikan kepada audiens kata-demi kata secara
hafalan.
c. Pidato Memoriter
Pidato memoriter ini sering menjadi tidak dapat berjalan
dengan baik apabila pembicara lupa bagian yang akan
disampaikan, dan dalam pidato ini hubungan antara pembicara
dengan audiens juga kurang baik. Kekurangan pidato jenis ini
antara lain adalah: tidak terjalin saling hubungan antara pesan
dengan pendengar, kurang langsung, memerlukan banyak waktu
dalam persiapan, kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata
kepada usaha mengingat-ingat.
d. Pidato Ekstemporer
Pidato ini adalah jenis pidato yang paling baik dan paling
banyak digunakan oleh juru pidato yang telah mahir. Dalam
24
pidato jenis ini, pembicara hanya menyiapkan garis besar saja.
Dalam penyampaiannya, pembicara tidak mengingat kata demi
kata tetapi
pembicara bebas menyampaikan ide-idenya dengan rambu-rambu
garis besar permasalahan yang telah disusun. Komunikasi yang
terjadi antara pembicara dengan audiensnya dapat berlangsung
dengan lebih baik. Pembicara dapat secara langsung merespons
apa yang terjadi di hadapannya sesuai dengan situasi dan kondisi
yang dihadapinya.
Bagi pembicara yang belum mahir berpidato, pidato jenis
ekstempore ini memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan
tersebut di antaranya adalah: persiapan kurang baik bila dibuat
terburu-buru, pemilihan bahasa yang jelek, kefasihan yang
terhambat karena kekurangan memilih kata dengan segera,
kemungkinan menyimpang dari garis besar pidato tentu saja tidak
dapat dijadikan bahan penerbitan. Akan tetapi, kekurangan-
kekurangan tersebut dapat diatasi dengan banyak melakukan
latihan berpidato.
Berdasarkan isi dan sifatnya, Haryadi (1994:45)
mengelompokkan pidato ke dalam tiga jenis, yaitu (1) pidato
informatif, (2) pidato propagandis, dan (3) pidato edukatif.
Pidato informatif mempunyai ciri-ciri:
objektif, yaitu menurut apa adanya dan sesungguhnya,
dasarnya memberi penerangan sejelas-jelasnya dan tidak
menyimpang dari pokok persoalan
realistis, yaitu mengikuti apa yang sebenarnya, baik pahit
maupun manis,
motivatif, artinya memberi pengarahan agar diperoleh
kesadaran baru, dan
zakelijk,yakni tidak menyimpang dari persoalan dan jujur.
Pidato propagandis mempunyai ciri-ciri:
25
subjektif, artinya dapat menyimpang dari hakikat kebenaran
demi tercapainya tujuan,
fiktif, yakni lebih banyak gambaran-gambaran yang indah-
indah, fatamorgana, isapan jempol, pemutarbalikan fakta
bila perlu, artinya segala cara dapat dilakukan termasuk
memutarbalikkan fakta demi memperoleh pengaruh yang
besar,
agitatif, artinya dilakukan secara bersemangat dan berapi-
api,
emagogis, yaitu berisi pengarahan-pengarahan yang
menyesatkan orang lain, bahkan sering melakukan fitnah
dan adu domba,
agresif, artinya bersikap menyerang lawan,
menarik, yakni memikat dan sering mendapat tepuk tangan.
Pidato edukatif memiliki ciri-ciri:
objektif, apa yang dituju atau dimaksud,
rasional, yakni berdasarkan pikiran sehat, bukan emosi, dan
mementingkan kebenaran, berdasarkan ilmu pengetahuan
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran ilmiahnya,
defensif, artinya bersifat mempertahankan kebenaran
ilmiahnya, tenang waktu mengemukakan, dimaksudkan
untuk memakan pengertian.
C. Ceramah
1. Pengertian Ceramah
26
dengan cara kreatif dan inovatif seperti (seminar, lokakarya, pelatihan,
atau sarasehan).
2. Tujuan Ceramah
a. Informatif/instruktif: artinya untuk memberikan informasi kepada
pendengar mengenai suatu hal sehingga pendengar dapat
memahami atau mengerti isi informasi dengan jelas dan benar.
b. Persuasif: artinya mengajak pendengar supaya mengikuti apa yang
telah pembicara sampaikan agar keyakinan pendengar semakin
bertambah untuk melakukan sesuatu kearah yang lebih baik lagi.
c. Argumentatif: artinya untuk meyakinkan pendengar mengenai
suatu hal.
d. Deskriptif: artinya untuk menggambarkan atau melukiskan tentang
suatu keadaan.
e. Rekreatif: artinya untuk menghibur atau menggembirakan
pendengar agar merasa puas.
f. Naratif: artinya untuk menceritakan sesuatu hal kepada pendengar.
27
diridhoi oleh Allah swt. Semoga kita sekalian termasuk
kedalam umatnya yang diberkahi. Amin ya rabbal alamin
28
perisai dan sedekah itu memadamkan kesalahan, bagaikan air
memadamkan api. (HR. TURMUDZI)
c. Penutup
Simpulan
Ucapan permintaan maaf
Salam penutup
Contoh :
“Hadirin sekalian yang berbahagia!
Sehubungan dengan ini pula, Nabi saw. Bersabda “Sedekah yang
diberikan kepada orang miskin hanya merupakan shadaqah saja,
sedang yang diberikan kepada kerabat karib itu merupakan
sedekah dan penghubung silaturahmi”.
Demikianlah yang bisa kami sampaikan saat ini, mudah-
mudahan kita termasuk orang yang gemar bersedekah dengan
semata-mata mencari ridho Allah swt. Cukup sekian materi yang
bisa kami sampaikan, ihdinash shiroothol mustaqiim, wabillaahit
taufiq walhidayat wassalamu’alaikum warohmatulloohi
wabarakaatuh.”
Contoh Ceramah
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
29
kesempatan untuk bemujaha dengan hadirin yang ada disini. pada
siang hari ini kita dikumpulkan oleh allah SWT di masjid yang
indah dan berkah ini, untuk mendengarkan ceramah yang akan
dibawakan oleh saya.
Pada hari ini saya akan sedikit menjelaskan tentang sifat
dan keutamaan dari ‘’sabar’’. Sabar berasal dari kata sobaro
yasbiru yang artinnya menahan.
Menahan disini pengertiannya luas bisa saja kita sedang
berpuasa menahan nafsu untuk ini dan itu, Saat berpuasa kita
menahan lapar dari setelah adzan subuh sampai adzan magriib
berarti kita harus bersabar dari rasa ingin makan sampai adzan
maghrib yaitu waktu untuk kita berbuka puasa, kita harus
bersabar menghadapi perilaku seseorang yang buruk pada kita
berarti kita harus sabar dari kezaliman.
Tidak semua orang bisa memperoleh kemenangan dan
kenikmatan dari rasa sabar tersebut karena manusia belum tentu
bisa menahan rasa sabar tersebuut. Oleh karena itu, para hadirin
perlunnya kita selalu mendekatkan diri kepada Allah agar selalu
diberi kesabaran yang tiada batasnya. Agar kita dapat
memperoleh pahala yang seluas-luasnya.
Allah berfirman di dalam alquran Q.S Al-baqarah ayat 153
yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.”
Dari penjelasan ayat tersebut bahwa kita semua Sudah
mengerti Allah selalu memberikan pertolongan pada setiap
hambannya yang mau menjalankan perintahnya dan mejauhkan
larangannya, di dalam ayat tersebut dijelaskan jika kita
mengerjakan sholat wajib dan dapat menahan diri dengan rasa
sabar maka Allah menjanjikan pertolongan bagi hambannya yang
sedang dalam kesusahan.
30
Sabar memang tidak mudah, sabar adalah ujian, justru
karena ketidak mudahan itulah Allah menguji hambannya
seberapa hambannya dapat lolos dari ujian sabar ini. Jika kita
lolos, kita selalu beristigfar dan berfikir positif terhadap segala
ketentuan Allah niscaya kita akan mendapat beribu kemuliaan dan
keberntungan yang datang dari pintu manapun.
Mungkin itu saja gambaran tentang sifat sabar dan
keutamaannya di sisi Allah. Sekian dan saya doakan semoga
kalian bisa lolos dari ujian ini. Saya akhiri dengan membaca
hamdalah
Wasalamualaikum, warahmatullahi wabarakatuh.
4. Unsur Ceramah
Unsur-unsur ceramah diantaranya:
a. Da’i (penceramah)
Seorang da’i atau pencermah harus mengetahui bahwa dirinya
adalah seorang da’I atau pencermah, artinya sebelum menjadi
penceramah perlu mengetahui apa tugas dari pencermah, modal
dan bekal itu sendiri atas apa yang harus dimiliki oleh seorang
pencermah.
b. Mad’u
Mad’u atau audiens merupakan sebagai penerima nasehat-
nasehat. Audiens bermacam-macam kelompok manusia yang
berbeda mulai dari segi intelektualitas, status ekonomi, status
sosial, pendidikan, jenis kelamin dll.
c. Materi
Agar lebih menggugah pemikiran para audiens untuk
mendengarkan materi-materi yang diberikan oleh sang
pencermah. Oleh sebab itu, harus dapat memiliki bahan yang
tepat atau menarik agar si mad’u tertarik, dan sesuai dengan
pokok acara, materi yang akan disampaikan harus betuk-betul
dikuasai sehingga penampilan penuh keyakinan, tidak ragu, dan
31
jangan sampai menghilangkan konsentrasi dirinya sendiri.
Dengan itu, materi harus disusun secara sisitematis, dengan artian
judul, isi, dan acara tersebut sifatnya betul-betul mempunyai
hubungan. Sehingga pembahasan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
5. Jenis Ceramah
a. Ceramah Umum
Ceramah adalah pesan yang bertujuan memberikan nasehat dan
petunjuk-petunjuk sementara ada audiens yang bertindak sebagai
pendengar. Sedangkan umum adalah keseluruhan untuk siapa saja,
khlayak ramai, masyrakat luas, atau lazim. Jadi ceramah umum
adalah pidato yang bertujuan untuk memberikan nasehat kepada
khalayak umum atau maysrakat luas. Di dalam ceramah umum ini
keseluruhannya bersifat menyeluruh tidak ada batasan-batasan
apapun baik dari audiens yang tua muapun muda,materinya juga
tidak ditentukan sesuai dengan acara.
b. Ceramah Khusus
Pengertian ceramah sudah dipaparkan seperti yang diatas akan
tetapi kali ini akan dipaparkan pengertian dari ceramah khusus itu
sendiri yang mana khusus adalah tersendiri,istimewa, takkan ada
yang lain, jadi ceramah khusus itu sendiri berarti ceramah yang
bertujuan untuk memberikan nasehat-nasehat kepada mad’u atau
khalayak tertentu dan juga abersifat khusus baik itu materi
maupun yang lainnya. Sedangkan dalam ceramah khusus banyak
batasan-batasan yang dibuat mulai dari audiens yang sesuai
dengan yang diinginkan dan materi juga yng menyesuaikan
dengan keadaan. Contoh: Peringatan hari besar islam (PHBI)
seperti Isra’miraj, maulid Nabi Muhammad SAW, bulan puasa dll.
32
b. Menggunakan kata kerja mental, misalnya memprihatinkan.
c. Kalimatnya bersifat deklaratif dan imperatif (persuasif/ajakan).
d. Menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan argumentasi
(sebab-akibat) satu dengan yang lainnya.
e. Menggunakan kata-kata teknis/peristilahan yang berkenaan dengan
topik yang dibahas penceramah.
f. Menggunakan kata sapaan orang kedua atau ketiga yang sesuai
dengan bahasa adat setempat, santun serta sesuai dengan
kondisi/situasi.
7. Metode Ceramah
Metode ceramah pada umunya hampir sama dengan berpidato,
diantaranya:
a. Impromptu, yakni metode ceramah tanpa persiapan. Biasanya
penceramah yang melakukan metode ini sudah memiliki jam
terbang berceramah yang cukup tinggi.
b. Menghafal, yakni dilakukan dengan persiapan, kemudian
menghafalnya.
c. Membaca naskah, yakni melakukan ceramah dengan naskah
lengkap.
d. Ekstemporan, yakni metode ceramah yang menuliskan pokok-
pokok pikiran sebagai catatan pengingat.
33
interaksi antara pembicara dan pendengar/peserta diskusi, (3) ditujukan
untuk kalangan tertentu, (4) dilakukan pada acara dan tempat tertentu.
Pidato: (1) topik pembicaraannya bersifat umum, (2) tidak
terdapat interaksi antara pembicara dengan pendengar, (3) ditujukan untuk
seluruh kalangan (kalangan umum), (4) dilakukan pada acara dan tempat
tertentu.
Ceramah: (1) topik pembicaraannya bersifat pengetahuan
ataupun keagamaan namun tidak di khususkan untuk agama tertentu, (2)
terdapat interaksi berupa tanya jawab antara pembicara dengan
pendengar, (3) bisa ditujukan untuk kalangan umum jika ceramah umum
dan umat agama tertentu jika ceramah keagamaan, (4) biasanya dilakukan
tempat ibadah, di kampus, di sekolah, di tempat khusus (aula) saat
seminar/ ceramah umum.
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam keterampilan berbahasa terdapat aspek berbicara yang
digunakan sebagai komunikasi untuk memberikan informasi secara lisan,
diantaranya seperti diskusi, pidato, dan ceramah.
Diskusi merupakan suatu proses yang teratur, yang melibatkan
sekelompok orang dalam interaksi tatap muka secara informal untuk
berbagi informasi dan pengalaman serta mengambil kesimpulan atau
pemecahan masalah.
Pidato merupakan kegiatan berbicara atau berorasi untuk
menyatakan pendapat di depan umum. Adapun tujuan dalam berpidato
ialah untuk memberi pemahaman dan informasi kepada orang lain, serta
fungsinya untuk mempermudah komunikasi. Dalam praktiknya pidato
disampaikan oleh seseorang pimpinan pada khalayak ramai. Dalam
berpidato ada tata caranya mulai diawali dengan pembukaan, penyampaian
isi dan penutup serta bagaimana kita bersikap dan berbicara yang baik di
muka umum. Metode yang dapat kita gunakan untuk berpidato diantaranya
Impromptu (serta merta), Manuskrip, Memoriter dan Ekstemporan.
Ceramah adalah kegiatan berbicara yang hampir serupa dengan
pidato, hanya saja perbedaannya ceramah sering diartikan sebagai
penyanmpaian suatu hal atau pengetahuan yang berkaitan dengan
ilmu/keagamaan.
B. Saran
Keberhasilan suatu diskusi, pidato, dan ceramah selain dari
pemilihan materi yang akan disampaikan pembicara, juga tergantung dari
cara atau metode penyampaiannya. Sehingga bagi pembicara sebelum
melakukan kegiatan diskusi, pidato atau ceramah, sebaiknya menyiapkan
35
terlebih dahulu materi yang akan disampaikan agar terkuasai. Pilih metode
penyampaian sesuai dengan kesiapan.
36