Anda di halaman 1dari 60

Perbandingan Partai Politik di Indonesia dan Malaysia

Mata Kuliah : Perbandingan Partai Politik

Dosen Pengampu : Aidil Arifin, S.Sos., MA. Dan Suci Ramadhani S.IP.,M.I.P

Disusun Oleh Kelompok 1 :

 Annida Anggraini Batubara (200906006)


 Dwi Gita Oktavia Mutiarahati (200906010)
 Wulan Juwita (200906028)
 Randa Hasnan Habib Pasaribu

Departemen Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, segala puji kita panjatkan kehadirat


Allah SWT. karena atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga makalah Perbandingan Partai
Politik ini bisa terselesaikan. Tak lupa sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan
Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya sampai
akhir zaman aamiin ya rabbal alamin. Makalah ini kami ingin membahas mengenai
“Perbandingan Partai Politik di Indonesia dan Malaysia”. Kami berharap makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua. Sebagai pengingat dan sebagai bahan kajian bagi kita semua.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Serta masih banyak
kekurangan baik dalam pengumpulan data maupun dalam penulisan. Mohon kritik dan sarannya
untuk kemajuan dan perbaikan kami semua.

Medan, 12 Februari 2023

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Partai politik merupakan salah satu bentuk perwujudan kebebasan berserikat sebagai
salah satu prasyarat berjalannya demokrasi. Kebebasan berserikat lahir dari kecenderungan dasar
manusia untuk hidup bermasyarakat dan berorganisasi baik secara formal maupun informal.
Kecenderungan demikian itu merupakan suatu keniscayaan. Kecenderungan bermasyarakat yang
pada prinsipnya adalah kehidupan berorganisasi timbul untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan-kepentingan yang sama dari individu-individu serta untuk mencapai tujuan bersama
berdasarkan persamaan pikiran dan hati nurani.

Partai politik adalah salah satu bentuk pengelompokan warga negara berdasarkan
kesamaan pikiran dan kepentingan politik. Partai politik sebagai organisasi yang terstruktur baru
muncul pada 1830an sebagai wujud perkembangan demokrasi modern, yaitu demokrasi
perwakilan. Perkembangan demokrasi telah meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam
kehidupan bernegara Sarana kelembagaan terpenting yang dimiliki untuk mengorganisasi
perluasan peran serta politik tersebut adalah partai politik. Miriam Budiarjo mengatakan bahwa
partai politik adalah salah satu kelompok yang terorganisir yang anggotanya mempunyai
orientasi dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah memperoleh kekuasaan politik
dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-
kebijakan mereka.

Menurut R.H Soltau partai politik ialah sekelompok warga yang sedikit banyak
terorganisir yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaan untuk
memilih yang bertujuan untuk menguasai pemerintah dan melaksanakan kebijakan umum
mereka. Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk berpartisipasi dalam proses
pengelolaan negara. Partai politik dalam perkembangannya telah menjadi penyalur kepentingan
kelompok yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat
melalui persaingan dengan satu golongan atau golongan lain yang mempunyai pandangan
berbeda.
Partai politik memiliki peran yang sangat penting dalam suatu negara demokrasi. Negara
dijalankan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat. Organisasi negara pada hakikatnya
dilaksanakan oleh rakyat sendiri atau setidaknya atas persetujuan rakyat karena kekuasaan
tertinggi atau kedaulatan berada di tangan rakyat. Oleh karena itu, syarat utama pelaksanaan
demokrasi adalah adanya lembaga perwakilan yang dibentuk melalui pemilihan berkala dan
menghendaki adanya kebebasan politik agar pemilihan tersebut benar-benar bermakna. Partai
politik adalah sekelompok orang – orang memiliki ideologi yang sama, berniat berebut
kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan dengan tujuan untuk memperjuangkan kebenaran,
dalam satu level tingkat negara. Partai politik juga merupakan salah satu infrastruktur politik di
Indonesia meliputi keseluruhan kebutuhan yang dibutuhkan dibidang politik dalam rangka
pelaksanaan tugas yang berkenaan dengan asal mula, bentuk, dan proses pemerintah pada tingkat
negara.

Edmund Burke mendefinisikan partai politik sebagai satu kesatuan struktur organisasi
yang bertujuan untuk menyebarluaskan usaha-usaha yang telah menjadi kesepakatan diantara
mereka untuk kepentingan nasional. Dengan cara yang sama, Ware (1996:5) mengambil
kesimpulan bahwa partai politik merupakan sebuah lembaga yang mempengaruhi negara dengan
cara menguasai jabatan-jabatan strategis dalam pemerintahan. Biasanya, partai politik
mempunyai lebih dari sekedar satu kepentingan dan mencoba memperjuangkan kepentingan
tersebut. Bagi Budiarjo (2007: 160-161), partai politik adalah sebuah kelompok yang terorganisir
dimana anggota-anggotanya memiliki orientasi, nilai-nilai serta cita-cita yang sama. Tujuan
kelompok ini adalah mendapatkan kekuasaan, politik dan merebut kedudukan politik secara
konstitusional demi melaksanakan kepentingan mereka.

Di Indonesia sendiri, sejarah lahirnya sebuah partai politik memiliki banyak periode,
dimana di setiap periodenya memiliki perbedaan yang seiring berkembangnya partai itu juga
dimanfaatkan untuk memperluas fungsi dan tujuan dari aebuah partai politik. Partai politik di
Indonesia sudah ada sejak pada masa penjajahan dimana partai pada masa itu masih di batasi
lingkup kegiatannya. Hingga akhirnya setelah terjadinya proklamasi yaitu ditandai dengan
periode orde lama sudah banyak bermunculan partai hingga pada era reformasi sekarang.
Berbagai partai politik memiliki kepentingan yang berbeda dalam organisasinya.
Tidak banyak perbedaan yang terjadi dengan partai politik Indonesia maupun Malaysia,
keduanya mengalami pasang surut dalam kekuatan politiknya yang dilatarbelakangi oleh
pergantian tokoh politiknya. Maka dari itu, di dalam makalah ini akan dijelaskan kondisi partai
politik Indonesia dan Malaysia kemudian membandingkan kedua negara ini dalam segi partai
politiknya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang umum yang dijelaskan dapat dirumuskan beberapa
masalah yang akan dibahas

1. Apa saja partai yang ada di Indonesia dan Malaysia


2. Bagaimana perkembangan partai politik dan kondisi partai politik di Indonesia maupun
Malaysia
3. Apa perbedaan dari partai yang ada di Indonesia dan Malaysia

C. TUJUAN
1. Mengetahui partai politik yang ada di Indonesia dan Malaysia
2. Mengetahui dan memahami perkembangan serta kondisi partai politik dari
Indonesia dan Malaysia
3. Membandingkan partai politik dari kedua negara dan mengetahui perbedaannya

D. LANDASAN TEORI
1. Teori Partai Politik

Partai Politik adalah organisasi politik yang mengorganisir keanggotaan secara stabil dan
mempromosikan kebijakan dan ideologi politik dengan tujuan untuk dipersaingkan dan
mendominasi konstelasi perpolitikan nasional. Menurut Kapani, kelompok politik harus
memiliki struktur organisasi yang permanen untuk menjadi partai politik. Partai politik berperan
sebagai wadah berkumpul para aktor politik yang mempunyai gagasan, orientasi, atau
kepentingan yang sama1 (Kapani, 1995:160). Gagasan dan kepentingan ini kemudian
dikonsolidasikan dan ditransformasikan ke dalam bentuk program kebijakan kepartaian. Ini
1
M. Kapani, Politika Bilimine Giris [Introduction to Political Science], Ankara: Bilgi Press, 1995, hlm. 160.
berkaitan dengan upaya partai politik dalam memengaruhi proses decision-making dalam
pemerintahan Oleh karena itu, partai politik bertujuan untuk meraih dan mempertahankan
kekuasaan politik. Adapun pengertian partai politik menurut para ahli, yaitu:

 Marcus Ethridge & Howard Handelman. Menurut Ethridge & Handelman, partai politik
adalah organisasi politik yang menyatukan orang-orang yang berupaya untuk menempatkan
perwakilan mereka di kantor-kantor pemerintah untuk memengaruhi aktivitas dan kebijakan
pemerintahan2 (Ethridge & Handelman, 2016:192).
 Carl J. Friedrich. Menurut Friedrich, partai politik adalah sekelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap
pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan
kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal serta material.
 Giovanni Sartori. Menurut Sartori, partai politik adalah suatu kelompok politik yang
mengikuti pemilihan umum dan, melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-
calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan publik.

Sejarah partai politik modern dapat ditelusuri di negara-negara Eropa Barat pada
pertengahan era modern awal. Bentuk awal dari partai politik berakar dari terjadinya polarisasi
politik di parlemen yang terbagi atas dua faksi politik. Faksi-faksi politik ini berkepentingan
untuk melindungi aset dan privilese-nya dari tuntutan-tuntutan raja. Oleh karena itu, kegiatan
politik dalam parlemen masih cenderung elitis dan aristokratis karena hanya terpusat pada faksi-
faksi politik dalam parlemen. Misalnya, di Inggris, terjadi polarisasi antara faksi Whig yang
menghendaki monarki konstitusional melawan faksi Tory yang mendukung monarki absolut.
Pada era revolusi industri, faksi politik aristokrat berupaya melindungi hak mereka atas
kepemilikan tanah dari upaya kaum industrialis yang membutuhkan semakin banyak lahan untuk
kepentingan industri. Kemudian, industrialisasi membawa perubahan besar terhadap tatanan
masyarakat di Eropa, salah satunya maraknya urbanisasi. Fenomena ini mendorong terbentuknya
cikal bakal dari partai massa dan meluasnya hak pilih bagi seluruh warga dari berbagai kalangan.
Akibatnya, terjadi perkembangan kegiatan politik di luar parlemen yang mendorong
pembentuknya panitia-panitia pemilihan yang mengatur pengumpulan suara dari para pendukung
2
M. Ethridge & H. Handelman, Politik Dalam Dunia yang Berubah, Bandung: Penerbit Nusa Media, 2016, hlm.
192.
menjelang masa pemilihan umum. Oleh karena itu, kelompok-kelompok politik yang elitis di
parlemen lambat laun berusaha mengembangkan organisasi massa dan memperluas cakupan
pendukungnya yang berasal dari berbagai golongan masyarakat. Selain itu, jumlah partai politik
massa (mass party) juga mengalami peningkatan pesat dengan dipimpin oleh orang-orang dari
luar kalangan elit. Misalnya, terbentuk partai sosialis yang berafiliasi dengan gerakan buruh yang
bertujuan untuk memperoleh dukungan massa dan memperkenalkan gagasan sosialisme kepada
para pengikutnya. Akibatnya, tercipta sebuah budaya politik yang baru sehingga terjadi
pertarungan antara kepentingan buruh yang mass-oriented dan hak kesejahteraan dengan para
pemilik modal yang cenderung elitis dan profit-oriented. Pada abad ke-20, jenis partai politik
yang baru lahir dari social movement. Jenis partai politik seperti ini berupaya merepresentasikan
kelompok terpinggirkan di dalam masyarakat dan permasalahan lingkungan hidup.

Partai politik tidak hanya terdapat di negara demokratis saja, melainkan negara otokratis
sekalipun. Bahkan, partai politik di lingkungan demokratis memiliki fungsi yang sangat berbeda
dengan partai politik di negara otoriter. Dalam negara demokrasi, partai-partai politik berlomba
untuk menempatkan para kadernya sebagai pejabat publik. Prosedur yang mereka ikuti untuk
mencapai tujuan ini adalah melalui pemilihan umum yang transparan dan demokratis. Di negara
demokrasi, partai politik relatif dapat menjalankan fungsinya sesuai harkatnya, yakni menjadi
wahana bagi warga negara untuk berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan bernegara dan
memperjuangkan kepentingannya di hadapan penguasa. Sebaliknya, di negara otoriter, partai
politik tidak dapat menunjukkan harkatnya secara independen, tetapi lebih banyak menjalankan
kehendak penguasa. Adapun fungsi partai politik di negara demokrasi adalah sebagai berikut.

a. Sosialisasi Politik. Proses pembentukan sikap dan orientasi politik. Niiai-nilai politik
yang disosialisasikan adalah yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan
metode penyampaiannya dapat dilakukan dengan pendidikan politik dan indoktrinasi
politik.
b. Rekrutmen Politik. Proses seleksi dan pengangkatan seseorang atau kelompok untuk
melaksanakan sejumlah peran dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan
pada khususnya.
c. Partisipasi Politik. Kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses
pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin
pemerintahan.
d. Komunikasi Politik. Proses penyampaian informasi mengenai politik daripemerintah
kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah. Dalam hal ini, partai politik
berfungsi sebagai komunikator politik yang tidak hanya menyampaikan segala keputusan
dan penjelasan pemerintah kepada masyarakat sebaimana diperankan oleh partai politik
di negara totaliter tetapi juga menyampaikan aspirasi dan kepentingan berbagai kelompok
masyarakat kepada pemerintah.
e. Artikulasi Kepentingan. Kegiatan partai politik dalam menyelenggarakan forum
komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan tuntutan-tuntutan kepada pemerintah.
Tuntutan dan aspirasi tersebut sudah dirumuskan terlebih dahulu secara teratur setelah
dilaksanakan penampungan berbagai kebutuhan dan tuntutan melalui wakil-wakil
konstituen di lembaga legislatif. Misalnya, partai politik mengadakan pertemuan dengan
berbagai kelompok kepentingan untuk menyatakan tuntutan dan keinginan mereka terkait
sebuah kebijakan publik.
f. Agregasi Kepentingan. Proses bagaimana tuntutan-tuntutan yang dilancarkan oleh
kelompok-kelompok yang berbeda, dapat digabungkan menjadi alternatif-alternatif
kebijaksanaan pemerintah.

Secara garis besar, fungsi partai politik di negara otoriter adalah sebagai alat penguasa dalam
mengonsolidasikan kekuasaan dan mencapai kepentingannya. Menurut Sigmun Neumann, fungsi
partai politik di negara otoriter atau totaliter adalah sebagai berikut.

a. Pengendali Kehidupan Masyarakat. Untuk mencapai kepentingannya, penguasa


menggunakan partai politik untuk mengatur dan mengendalikan kehidupan masyarakat
dari segala aspek. Misalnya, partai komunis akan menjalankan peran utama dalam
mengarahkan masyarakat agar sama-sama berusaha mewujudkan masyarakat komunis.
Agar cita-cita tersebut dapat diwujudkan maka keberadaan partai politik yang berbeda
ideologi, maupun ideologi lain yang ada di tengah masyarakat akan ditekan
melalui perantara partai tunggal.
b. Pemaksa Kehendak dan Kepentingan Penguasa. Partai politik di negara otoriter
berfungsi dalam memaksa individu agar menyesuaikan diri dengan suatu cara hidup yang
sejalan dengan kepentingan partai. Apabila terdapat perbedaan pendapat dan ideologi di
tengah kehidupan masyarakat, maka perbedaan tersebut tidak akan dipelihara dan
dihilangkan dengan cara mengarahkan masyarakat dalam sebuah ideologi tertentu.

Dalam ilmu politik, terdapat berbagai klasifikasi tipe partai politik oleh para akademisi.
Aneka klasifikasi tipe partai politik ini diakibatkan sejumlah sudut pandang yang berbeda-
berbeda dari para ahli. Variabel yang berbeda-beda, seperti komposisi dan fungsi keanggotaan,
orientasi kepartaian, ideologi, preferensi kuantitas, dan sebagainya. Berdasarkan komposisi dan
fungsi anggotanya, partai politik dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Partai Massa. Partai politik yang lebih mengandalkan pada keunggulan jumlah anggota
dengan cara memobilisasi massa sebanyak-banyaknya. Tujuan dari mobilisasi yang
dilakukan partai massa adalah untuk memenangkan pemilihan umum dengan mudah dan
menghendaki masyarakat dalam melaksanakan tujuan-tujuan tertentu. Partai massa
seringkali merupakan gabungan berbagai aliran politik yang sepakat untuk berada dalam
lindungan partai guna memperjuangkan dan melaksanakan program-program yang pada
umumnya bersifat sangat umum.
b. Partai Kader. Partai politik yang lebih mengandalkan kualitas anggota, kekuatan
organisasi, dan disiplin anggota sebagai sumber kekuatan utama. Partai kader
melaksanakan proses seleksi anggota dengan sangat ketat, yaitu melalui kaderisasi yang
yang berjenjang dan insentif. Selain itu, partai kader memiliki struktur organisasi partai
yang sangat hirarkis sehingga jalur perintah dan tanggung jawab sangat jelas.

Richard S. Katz dan Mair membuat klasifikasi partai politik yang terbagi menjadi empat tipe,
yaitu

a. Partai Elit. Partai politik yang mengandalkan sejumlah elit inti sebagai basis kekuatan
partai. Partai elit memperoleh dukungan dari proses patronase. Biasanya, elit yang duduk
di kepemimpinan partai memiliki status ekonomi dan jabatan yang terpandang. Partai elit
juga didasarkan pada pemimpin-pemimpin faksi dan elit politik, yang biasanya terbentuk
di dalam parlemen.
b. Partai Massa. Partai jenis ini berbasiskan individu-individu yang jumlahnya besar, tetapi
kerap tesingkirkan dari kebijakan negara. Partai ini kerap memobilisasi massa
pendukungnya untuk kepentingan partai. Biasanya, partai massa berbasiskan kelas sosial
tertentu, seperti “orang kecil”, tetapi juga bisa berbasis agama. Loyalitas kepada partai
lebih didasarkan pada identitas sosial partai ketimbang ideologi ataukebijakan.
c. Partai Catch-All. Partai jenis ini di permukaan hampir serupa dengan Partai Massa.
Namun, berbeda dengan partai massa yang mendasarkan diri pada kelas sosial tertentu,
Partai Catch-All mulai berpikir bahwa dirinya mewakili kepentingan bangsa secara
keseluruhan. Partai jenis ini berorientasi pada pemenangan Pemilu sehingga fleksibel
untuk berganti-ganti isu di setiap kampanye. Partai Catch-All juga sering disebut sebagai
Partai Electoral- Professional atau PartaiRational-Efficient.
d. Partai Kartel. Partai jenis ini muncul akibat berkurangnya jumlah pemilih atau anggota
partai. Kekurangan ini berakibat pada suara mereka di tingkat parlemen. Untuk mengatasi
hal tersebut,pimpinan-pimpinan partai saling berkoalisi untuk memperoleh kekuatan yang
cukup untuk bertahan. Dari sisi Partai Kartel, ideologi, janji pemilu, basis pemilih hampir
sudah tidak memiliki arti lagi.

Sementara itu, C. Wolinetz menyusun klasifikasi partai politik berdasarkan dua variabel, yaitu
jumlah anggota dan tingkat keterlibatan anggota dalam aktivitas partai politik. Terdapat empat
tipe partai politik menurut klasifikasi Wolinetz ini, yaitu: Partai Kader Klasik, Partai Kader
Modern (kedua jenis parpol ini melakukan proses kaderisasi dengan cara tradisional maupun
modern), Partai Tokoh (berorientasi pada pemimpin dan tokoh tertentu dalam parpol), dan Partai
Massa (berorientasi pada mobilisasi massa).

2. Teori Sistem Kepartaian

Sistem kepartaian adalah “pola kompetisi yang terus-menerus dan bersifat stabil, yang
selalu tampak di setiap proses pemilu tiap negara.” Sistem kepartaian bergantung pada jenis
sistem politik yang ada di dalam suatu negara. Menurut Dieter Nollen dan Elmar Wiesendahl,
sistem kepartaian dipahami sebagai struktur umum partai politik di suatu negara. Indikator untuk
melihat sistem kepartaian adalah: 1) jumlah partai politik yang ada; 2) derajat perpecahan atau
pengelompokan partai politik yang ada; 3) derajat hubungan atau polarisasi ideologis; 4) derajat
interaksi antara politik partai dalam bentuk aliansi dan oposisi 5) hubungan antara partai dan
masyarakat; 6) posisi partai pada sistem politik yang ada, apakah mendukungnya atau tidak; 7)
derajat pelembagaan sistem partai atau keberadaan yang stabil partai dalam setiap pemilihan
umum di negara tersebut.

3. Teori Kelembagaan

Teori kelembagaan adalah teori tentang lahirnya partai politik, teori ini mengemukaan bahwa
partai politik dibentuk oleh anggota parlemen yang awal mulanya ditentukan dengan
pengangkatan, lalu menginkan adanya kontak dengan masyarakat untuk mendapat dukungan.
Namun, setelah itu bermunculan partai politik yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri.
Masyarakat yang tidak puas dan merasa partai yang dibentuk oleh pemerintah tidak mewakili
kepentingan mereka. Teori kelembagaan juga menjelaskan bagaimana masyarakat negara maju
yang merasa kepentingannya tidak terwakili kemudian membentuk partai politik seperti, Partai
Buruh di Inggris dan Australia, serta Partai Hijau di Jerman.

Sebagaimana yang terjadi di Indonesia yang dipelopori oleh lahirnya Partai Nasional Indonesia
atau PNI, Masyumi, Partai Sosialis Indonesia atau PSI pada masa perjuangan kemerdekaan.

4. Konsep Pemilihan Umum

Pemilihan Umum adalah suatu proses untuk memilih orang-orang yang akan menduduki
kursi pemerintahan. Pemilihan umum diadakan untuk mewujudkan negara yang demokrasi
dimana para pimpinannya dipilih berdasarkan suara mayoritas terbanyak. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Pasal 1 Ayat 1 No. 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum adalah
sebagai sarana kedaulatan rakyat yang untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang dilaksanakan secara langsung, umum, Bebas, rahasia,
jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemilihan Umum merupakan bagian penting bagi negara yang menganut paham
demokrasi. Melalui pemilihan umum rakyat memiliki otoritas dalam melaksanakan kedaulatan
negara. Indonesia sebagai negara Demokrasi juga memberikan perhatian khusus bagi
pelaksanaan pemilu. Karena pemilihan umum menjadi alat utama untuk dalam melaksanakan
kedaulatan rakyat. Pemilihan tersebut ditentukan sendiri oleh rakyat yang berdaulat, oleh karena
itu setiap pemilihan dalam pemilihan umum selalu melibatkan rakyat sebagai unsur utama dalam
pelaksanaan pemilihan tersebut. Namun, pelibatan rakyat tidak seutuhnya dilibatkan, ada
beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar bisa memilih dalam pemilu yang diselenggarakan.

BAB II

ISI

A. Profil Negara Indonesia

Indonesia atau nama resmi Republik Indonesia atau lebih lengkapnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia, adalah sebuah negara kepulauan di Asia Tenggara, terbentang di garis
khatulistiwa, antara benua Asia dan Oseania, oleh karena itu dikenal sebagai negara lintas benua,
dan antara Samudera Pasifik dan Hindia antara.

Indonesia merupakan negara terbesar ke-14 dan negara kepulauan terbesar di dunia
dengan luas wilayah 1.910.931 kilometer persegi dan negara kepulauan terbesar ke-6 di dunia
dengan total 17.504 pulau, dimana lebih dari 7.000 tidak berpenghuni. Hampir tiga perempat
wilayah Indonesia diapit oleh Sumatera , Kalimantan, dan Irian Barat; Sulawesi , Jawa , dan
Maluku menempati sebagian besar wilayah negara yang tersisa. Nama alternatif yang digunakan
untuk kepulauan Indonesia disebut Nusantara. Selain itu, Indonesia adalah negara berpenduduk
terbesar keempat di dunia, dengan jumlah penduduk 270.203.917 jiwa pada tahun 2020.
Indonesia juga merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari
230 juta pemeluk agama. Seperti halnya Amerika Serikat, Indonesia adalah negara multiras,
multietnis, dan multikultural di dunia.
Indonesia berbatasan dengan sejumlah negara di Asia Tenggara dan Oseania. Indonesia
berbatasan di wilayah darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan dan Sebatik, dengan Papua
Nugini di Pulau Papua, dan dengan Timor Leste di Timor. Negara yang hanya berbatasan laut
dengan Indonesia adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan
Andaman dan Nikobar di India.

Ibu kota Indonesia saat ini adalah Jakarta. Pada tanggal 18 Januari 2022, pemerintah
Indonesia menetapkan Ibu Kota Nusantara yang berada di Pulau Kalimantan, yang menempati
wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, untuk menggantikan Jakarta sebagai ibu kota yang
baru. Hingga tahun 2022, proses peralihan ibu kota masih berlangsung.

B. Sistem Pemerintahan Indonesia

Indonesia adalah negara kesatuan yang menjalankan pemerintahan republik presidensial


multipartai yang demokratis. Konstitusi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), yang mengalami empat kali amandemen selama
masa reformasi, membawa perubahan besar pada kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Salah satu perubahan utamanya adalah pelimpahan kekuasaan dan wewenang kepada berbagai
entitas daerah dengan tetap mempertahankan satu negara.3

Kekuasaan eksekutif dipegang oleh Presiden, dibantu oleh Wakil Presiden dan Kabinet.
Presiden Indonesia adalah kepala negara dan pemerintahan serta Panglima Tertinggi Tentara
Nasional Indonesia. Masa jabatan presiden dan wakil presiden adalah lima tahun, dan dapat
dipilih kembali untuk satu periode. Joko Widodo dan Ma’ruf Amin adalah Presiden dan Wakil
Presiden periode 2019-2024. Mereka mengepalai kabinet senior Indonesia yang terdiri dari 34
menteri dan pejabat kementerian.

Lembaga perwakilan tertinggi adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), yang


memiliki kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan undang-undang dasar, serta melantik dan
memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden. Badan ini bersifat bikameral dan terdiri dari
575 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari partai politik dan 136 anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) dari perwakilan provinsi jalur independen. Anggota DPR dan DPD

3
Yani, Ahmad. Sistem Pemerintahan Indonesia : Pendekatan Teori dan Praktek Konstitusi Undang-Undang Dasar
1945. Vol. 12. No. 2. Juli 2018. Hlm. 119.
dipilih dengan hak pilih universal untuk masa jabatan lima tahun. Fungsi yang dijalankan oleh
DPR adalah legislasi (membuat undang-undang), penganggaran (membahas dan menyetujui
anggaran pendapatan dan belanja negara) dan pengawasan (mengawasi kinerja pemerintah,
sedangkan DPD adalah badan legislatif dan lebih dispesialisasikan dalam pengelolaan daerah.
MPR diketuai oleh Bambang Soesatyo, DPR diketuai oleh Puan Maharani. Sedangkan DPD
diketuai oleh La Nyalla Mattalitti. Kekuasaan kehakiman dijalankan oleh Mahkamah Agung
(MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK). Sementara itu, Komisi Yudisial mengawasi kinerja para
hakim

C. Profil Negara Malaysia

Malaysia adalah sebuah negara di Asia Tenggara . Monarki konstitusional federal terdiri
dari tiga belas negara bagian dan tiga wilayah federal , dipisahkan oleh Laut Cina Selatan
menjadi dua wilayah: Semenanjung Malaysia dan Malaysia Timur Kalimantan. Semenanjung
Malaysia berbagi perbatasan darat dan laut dengan Thailand dan perbatasan laut dengan
Singapura , Vietnam , dan Indonesia . Malaysia Timur berbagi perbatasan darat dan laut dengan
Brunei dan Indonesia, dan perbatasan laut dengan Filipina dan Vietnam. Kuala Lumpur adalah
ibu kota negara, kota terbesar di negara itu, dan kedudukan cabang legislatif pemerintah federal .
Ibu kota Putrajaya yang direncanakan di dekatnya adalah ibu kota administratif, yang mewakili
tempat kedudukan keduanyacabang eksekutif ( Kabinet , kementerian federal, dan badan-badan )
dan cabang yudikatif dari pemerintah federal. Dengan populasi lebih dari 32 juta, Malaysia
adalah negara terpadat ke-45 di dunia . Titik paling selatan benua Eurasia ada di Tanjung Piai .
Terletak di daerah tropis 4, Malaysia adalah salah satu dari 17 negara megadiverse , rumah bagi
banyak spesies endemik .

Malaysia adalah sebuah negara federal yang terdiri dari tiga belas negeri (negara bagian)
dan tiga wilayah federal di Asia Tenggara dengan luas 330.803 km persegi. Jumlah penduduk
negara ini mencapai 32.730.000 jiwa pada tahun 2020. Negara ini dipisahkan ke dalam dua
kawasan — Semenanjung Malaysia dan Malaysia Timur — oleh Kepulauan Natuna, wilayah
Indonesia di Laut Natuna yang terletak di sebelah Selatan dari Laut China Selatan. Kepala
negara Malaysia adalah seorang Raja atau seorang Sultan yang dipilih secara bergiliran setiap 5

4
Mubarok, Nafi. Sistem Pemerintahan di Negara-Negara Rumpun Melayu. Jurnal Hukum dan Perubahan Sosial.
Vol. 1. No. 1. Hlm. 142.
tahun sekali dari antara raja negara-negara bagian yang diperintah. Raja Malaysia biasanya
memakai gelar Sri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong dan pemerintahannya dikepalai oleh
seorang Perdana Menteri. Model pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementer
Westminster.

D. Sistem pemerintahan Malaysia

Federasi Malaysia adalah sebuah monarki konstitusional. Kepala negara persekutuan


Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong, biasa disebut Raja Malaysia. Yang di-Pertuan Agong
dipilih dari dan oleh sembilan Sultan Negeri-Negeri Malaya, untuk menjabat selama lima tahun
secara bergiliran; empat pemimpin negeri lainnya, yang bergelar Gubernur, tidak turut serta di
dalam pemilihan.

Sistem pemerintahan di Malaysia bermodelkan sistem parlementer Westminster, warisan


Penguasa Kolonial Britania. Tetapi di dalam praktiknya, kekuasaan lebih terpusat di eksekutif
daripada di legislatif, dan yudikatif diperlemah oleh tekanan berkelanjutan dari pemerintah
selama zaman Mahathir, kekuasaan yudikatif itu dibagikan antara pemerintah persekutuan dan
pemerintah negara bagian.5

Kekuasaan legislatur dibagi antara legislatur persekutuan dan legislatur negeri. Parlemen
bikameral terdiri dari dewan rendah, Dewan Rakyat (mirip “Dewan Perwakilan Rakyat” di
Indonesia) dan dewan tinggi, Senat atau Dewan Negara (mirip “Dewan Perwakilan Daerah” di
Indonesia). 222 anggota Dewan Rakyat dipilih dari daerah pemilihan beranggota-tunggal yang
diatur berdasarkan jumlah penduduk untuk masa jabatan terlama 5 tahun. 70 Senator bertugas
untuk masa jabatan 3 tahun; 26 di antaranya dipilih oleh 13 majelis negara bagian (masing-
masing mengirimkan dua utusan), dua mewakili wilayah persekutuan Kuala Lumpur, masing-
masing satu mewakili wilayah persekutuan Labuan dan Putrajaya, dan 40 diangkat oleh raja atas
nasihat perdana menteri. Di samping Parlemen di tingkatan persekutuan, masing-masing negara
bagian memiliki dewan legislatif unikameral (Dewan Undangan Negeri) yang para anggotanya
dipilih dari daerah-daerah pemilihan beranggota-tunggal. Pemilihan umum parlemen dilakukan
paling sedikit lima tahun sekali, dengan pemilihan umum terakhir pada Maret 2008. Pemilih
terdaftar berusia 21 tahun ke atas dapat memberikan suaranya kepada calon anggota Dewan

5
Ibid. Hlm. 146
Rakyat dan calon anggota dewan legislatif negara bagian juga, di beberapa negara bagian.
Voting tidak diwajibkan.

Kekuasaan eksekutif dilaksanakan oleh kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri;
konstitusi Malaysia menetapkan bahwa perdana menteri haruslah anggota dewan rendah (Dewan
Rakyat), yang direstui Yang di-Pertuan Agong dan mendapat dukungan mayoritas di dalam
parlemen. Kabinet dipilih dari para anggota Dewan Rakyat dan Dewan Negara dan bertanggung
jawab kepada badan itu, sedangkan kabinet merupakan anggota parlemen yang dipilih dari
Dewan Rakyat atau Dewan Negara.

Pemerintah negara bagian dipimpin oleh Menteri Besar di negeri-negeri Malaya atau
Ketua Menteri di negara-negara yang tidak memelihara monarki lokal, yakni seorang anggota
majelis negara bagian dari partai mayoritas di dalam Dewan Undangan Negeri. Di tiap-tiap
negara bagian yang memelihara monarki lokal, Menteri Besar haruslah seorang Suku Melayu
Muslim, meskipun penguasa ini menjadi subjek kebijaksanaan para penguasa. Kekuasaan politik
di Malaysia amat penting untuk memperjuangkan suatu isu dan hak. Oleh karena itu kekuasaan
memainkan peranan yang amat penting dalam melakukan perubahan.

E. Sejarah Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” dan “Kratos”. Demos bermakna
rakyat atau khalayak, sementara kratos bermakna pemerintahaan. Demokrasi sebagai sitem
pemerintahan yang memberikan atau mengizinkan warganya dalam memberikan hak, kebebasan
dalam berpendapat serta turut serta dalam mengambil keputusan di dalam pemerintahan.
Berdasarkan diatas kata demokrasi berasal dari bahsa Yunani, yakni gagasan demokrasi ini
merupakan sebagai sistem pemerintahan dari kebudayaan Yunani iru sendiri. Dengan sistem
tersebut rakyat terlibat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keberlangsungan
sebuah negara. Yunani kuno 2500 tahun yang lalu dan berkembang secara berangsur-angsur
mnerobos ke luar dari permukaan sampai pada saat ini. Demokrasi nampak pada polis Athena
satu dari banyak polis di Yunani yang kerap dianggap sebagai pusat keilmuan.6

Yunani. Yunani klasik bukanlah sebuah negara dalam pengertian kota/negara yang
modern, yaitu suatu tempat dimana semua orang Yunani hidup dalam sebuah negara dengan satu
6
Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualanangan Intelektual, (Yogyakarta: Kanisius, 2014), hlm. 271- 277.
pemerintahan. Malah sebaliknya, Yunani terdiri dari beberapa ratus kota yang merdeka, yang
masing-masing dikelilingi oleh daerah pedalaman. Berbeda dari Amerika Serikat, Prancis,
Jepang, dan negara modern lainnya, yang biasa disebut negara-bangsa atau negara nasional yang
pada umummya mendominasi dunia modern saat ini, maka negara

Yunani yang berdaulat itu adalah negara-kota. Negara-kota yang paling terkenal, baik di
masa klasik maupun sesudah-nya, adalah Athena. Tahun 507 sebelum Masehi, orang Athena
menganut sebuah sistem pemerintahan kerakyatan yang berlangsung kira-kira dua abad lamanya,
sampai pada akhirnya kota itu ditaklukkan oleh tetangganya yang lebih kuat di sebelah utara,
yaitu Macedonia. (Setelah tahun 321) sebelum Masehi, pemerintahan Athena terlunta-lunta
dibawah kekuasaan Macedonia selama beberapa generasi;lalu kota ini ditundukkan kembali, kali
ini oleh orang Romawi.) Orang Yunani itulah, mungkin sekali orang Athena, yang menciptakan
istilah demokrasi, atau demokratia, dari kata-kata Yunani demos, rakyat, dan kratos,
pemerintahan. Dalam pada itu, adalah menarik sekali bahwa sementara di Athena, kata demos itu
biasanya merujuk pada seluruh rakyat Athena, namun kadang-kadang diartikan sebagai hanya
rakyat biasa.

Demokrasi murni atau demokrasi langsung adalah sistem yang diusung di zaman
tersebut. Ribuan tahun kemudian, pada abad ke-6 SM, bentuk pemerintahan yang relatif
demokratis diperkenalkan di negara-negara bagian Athena oleh Cleisthenes pada 508 sebelum
masehi Kondisi tersebut membuat Cleisthenes dikenal dengan panggilan bapak demokrasi
Athena. Saat itu, Athena menganut demokrasi langsung dan memiliki dua ciri utama, yakni
pemilihan warga secara acak untuk mengisi jabatan administratif dan yudisial di pemerintahan,
serta majelis legislatif yang terdiri dari semua warga Athena. Hingga pada saat memasuki abad
pertengahan (6-15 M) di Eropa Barat, gagasan tersebut tidak digunakan lagi, ada banyak sistem
dimana pemilihan tetap dilakukan meskipun hanya beberapa orang yang dapat bergabung.

Diantara negara demokrasi di Yunani Athena adalah yang paling penting yang paling
terkenal pada saat itu dan juga sekarang karena pengaruhnya yang sangat luar biasa terhadap
filsafat politik dan kemudian sering dipercaya sebagai contoh utama dari partisipasi warga
negara atau sebagai sementara demokrasi partisipatif. lembaga politik demokrasi Yunani itu
walaupun merupakan suatu inovasi baru di masa mereka benar benar telah dikesampingkan,
malah juga ditolak sama sekali dalam perkembangan demokrasi perwakilan modern.
Gagasan dan praktek politik Eropa merupakan fondasi dari mana demokratisasi itu
bergerak maju. di antara pendukung Demokratisasi selanjutnya kisah kisah tentang pemerintahan
rakyat di Yunani dan Romawi klasik serta kota kota Italia. di negara negara yang memiliki
permulaan yang amat menonjol berbagai Ketidaksamaan yang menyolok merupakan kendala
besar bagi demokrasi, perbedaan hak kewajiban pengaruh dan kekuasaan atas Buddha dan orang
merdeka kaya dan miskin memiliki tanah dan tidak tuan dan anak buah laki laki dan perempuan
dan ketimpangan lainnya. bahkan di mana majelis dan parlemen itu ada semuanya itu masih
sangat jauh daripada memenuhi standar demokrasi yang minimum, sering terjadi parlemen masih
merupakan kubu haha istimewa terutama dalam dewan dewan yang disediakan khusus untuk
kaum aristokrat dan Pemuka agama. wakil wakil rakyat itu tidak sungguh sungguh mau mewakili
seluruh rakyat antara lain dengan orang orang yang merdeka itu adalah laki laki. sampai abad ke
18 dan setelahnya gagasan dan kepercayaan demokrasi itu belum sama sama dimiliki atau
bahkan belum dipahami dengan baik di semua negara logika persamaan itu hanya efektif di
kalangan sejumlah kecil orang saja dan itu pada sejumlah kecil yang mempunyai hak istimewa.

Sistem sistem politik dengan berbagai lembaga politik amat berbeda beda disebut dengan
demokrasi atau republik. lembaga lembaga tersebut telah beradaptasi terhadap berbagai
perbedaan yang sangat besar dalam ukuran atau sekalah kulit politik dalam populasi wilayah atau
keduanya. bagaimana pun sejak abad ke 18 gagasan demokrasi telah diterapkan di banyak negara
contohnya Amerika Serikat, Perancis, Inggris Raya, Norwegia, Jepang India dan lain lain.

F. Sejarah Partai Politik

Pada awalnya partai politik tumbuh di Inggris dan Francis Abad ke 18 yang disebabkan
meluasnya gagasan masyarakat perlu ikut serta dalam proses politik termasuk menentukan
wakil-wakilnya di parlemen. Hal ini dikarenakan kekecewaan masyarakat pada kinerja para
bangsawan yang menjadi anggota parlemen yang tidak mampu menjadi penghubung antara
rakyat dan raja. pada saat itu parlemen bersifat elitis dan aristokratis untuk mempertahankan
kepentingan bangsawan vs raja, sedangkan kepentingan rakyat kurang diperhatikan. Oleh karena
itu sistem pemilihan anggota parlemen yang pada mulanya berdasarkan jumlah harta kekayaan,
yakni para bangsawan yang punya banyak harta saja yang berhak menjadi anggota parlemen
diubah dengan syarat baru yakni seseorang bisa terpilih menjadi anggota parlemen jika ia
mendapat dukungan suara yang luas dari masyarakat.
Pada awalnya Partai politik dibentuk atas dasar keinginan untuk menyatukan berbagai
kelompok masyarakat yang mempunyai visi dan misi yang sama, sehingga pikiran dan orientasi
mereka dapat dikonsolidasikan. Berangkat dari hal tersebut, dapat diuraikan bahwa partai politik
merupakan kelompok terorganisir, yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai,
dan cita-cita yang sama, yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita tersebut dalam bentuk
program yang akan dilaksanakannya dengan cara konstitusional untuk memperoleh kekuasaan
politik dan merebut kedudukan politik.7

setelah itu bermunculan partai politik yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri.
Masyarakat yang tidak puas dan merasa partai yang dibentuk oleh pemerintah tidak mewakili
kepentingan mereka. Teori kelembagaan juga menjelaskan bagaimana masyarakat negara maju
yang merasa kepentingannya tidak terwakili kemudian membentuk partai politik seperti, Partai
Buruh di Inggris dan Australia, serta Partai Hijau di Jerman. Sebagaimana yang terjadi di
Indonesia yang dipelopori oleh lahirnya Partai Nasional Indonesia atau PNI, Masyumi, Partai
Sosialis Indonesia atau PSI pada masa perjuangan kemerdekaan.

Partai politik merupakan salah satu bentuk harapan atau perwujudan dari sistem politik di
sebuah negara. kemunculannya menjadi salah satu indikator penting dalam sebuah tata negara.
Partai politik ini memiliki khas sebagai lembaga penyambung lidah rakyat. namu, seiring
berkembangnya waktu tidak semua partai politik berperan sebagai tempat sarana aspirasi rakyat.
Partai politik awalnya lahir di negara-negara Eropa Barat. Partai politik lahir secara spontan,
maksudnya ialah tanpa direncanakan. seiring dengan berkembangnya waktu, gagasan bahwa
rakyat ini merupakan suatu faktor yang perlu diikutsertakan dalam proses politik.

Maka, partai politik berkembang menjadi penghubung atau jembatan antara rakyat di satu
pihak dan pemerintah di pihak lain. Di negara yang menganut paham demokrasi, gagasan
mengenai partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak menentukan siapa
yang akan memegang kekuasaan dan berwenang membuat kebijakan publik. Namun, di negara-
negara totaliter, gagasan partisipasi rakyat didasari oleh pandangan elit politik bahwa rakyat
perlu dibimbing dan dibina untuk mencapai stabilitas yang langgeng.Miriam Budiardjo menilai
kelahiran partai politik menjadi awal mula perkembangan di negara-negara Barat seperti Inggris
dan Perancis. Kegiatan politik mulanya dipusatkan pada kelompok-kelompok politik yang
7
Miriam Budiardio,DasardsarmuPoltik.(lakarta Gramedia, 008), 404
mempertahankan kepentingan umum kaum bansawan terhadap tuntutan raja Dalam rangka
memperoleh dukungan dari berbagai golongan masyarakat, kelompok-kelompok politik lambat
laun berusaha mengembangkan organisasi massa untuk menjalin hubungan tetap antara
kelompok politik dengan kelompok massa yang sepaham, maka lahirlah partai politik.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Partai di Indonesia
 Partai Nahdatul Ulama (NU)
1. Profil Partai Politik

Nahdlatul Ulama adalah organisasi keagamaan Islam Indonesia didirikan oleh


Hasyim Asy'ari, kepala pesantren di Jawa Timur. NU memiliki anggota berkisar dari 40
juta (2013) hingga lebih dari 95 juta pada Tahun (2021) yang menjadikannya sebagai
organisasi Islam terbesar di dunia. NU juga merupakan badan amal yang mengelola
pondok pesantren, sekolah, perguruan tinggi, dan rumah sakit serta mengorganisir
masyarakat untuk membantu peningkatan kualitas hidup umat Islam.

NU didirikan pada 16 Rajab 1344 H (yang bertepatan dengan tanggal 31 Januari


1926) di Kota Surabaya oleh seorang ulama dan para pedagang untuk membela praktik
Islam tradisionalis (sesuai dengan akidah Asy'ariyah dan fikih Mazhab Syafi'i) dan
kepentingan ekonomi anggotanya. Pandangan keagamaan NU dianggap "tradisionalis"
karena menoleransi budaya lokal selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini
membedakannya dengan organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, Muhammadiyah,
yang dianggap "reformis" karena membutuhkan interpretasi yang lebih literal terhadap
Al-Qur'an dan Sunnah.
Visi dan Misi
Visi Nahdlatul Ulama yaitu “Maju dalam Presentasi Santun dalam Pekerti.
Terwujudnya generasi muslim Ahlussunnah Wal Jama’ah, cerdas, berkarakter, mandiri
dan berakhlaqul karimah.”
Sedangkan Misi Nahdlatul Ulama’ adalah membentuk pribadi muslim Ahlussunnah
Wal Jama’ah yang beriman dan bertaqwa, membentuk generasi yang memiliki jiwa
nasionalisme yang tinggi, membentuk pribadi berkarakter dan berakhlaqul karimah,
mengintensifkan pembelajaran intrakurikuler dan memiliki keunggulan di bidang
akademik, menggiatkan pembelajaran ekstrakurikuler dan meningkatkan prestasi
nonakademik, mampu mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi untuk
meningkatkan potensi akademik dan nonakademik, mampu bersaing melanjutkan studi di
perguruan tinggi, mampu berkiprah dalam kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan,
serta memiliki bekal kemampuan untuk terjun di dunia kerja.
Logo
Lambang Nahdlatul Ulama’ diciptakan oleh KH. Ridwan Abdullah, setelah
melalui proses perenungan dan hasil sholat istikharah sebagai petunjuk dari Allah SWT.
1. Globe (bola dunia) melambangkan bumi tempat manusia hidup dan mencari
kehidupan yaitu dengan berjuang, beramal, dan berilmu. Bumi mengingatkan bahwa
manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.
2. Peta Indonesia yang terlihat pada globe (bola dunia). Melambangkan bahwa NU
berdiri di Indonesia dan berjuang untuk kekayaan Negara RI.
3. Tali bersimpul yang melingkari globe (bola dunia), melambangkan persatuan yang
kokoh dan ikatan di bawahnya melambangkan hubungan manusia dengan Allah SWT.
Untaian tali berjumlah 99. Melambangkan asmaul husna agar manusia hidup bahagia di
dunia dan akhirat.
4. Bintang besar, melambangkan kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. Empat bintang
di atas garis katulistiwa melambangkan kepemimpinan Khulafaur Rosyidin Abu Bakar,
Umar bin Khottob, Usman bin Affan, Ali bin Abi Tholib. Empat di bawah garis
katulistiwa melambangkan empat madzhab yaitu : Imam Syafi’I, Maliki, Hanafi, dan
Hanbali.
5. Tulisan arab “Nahdlatul Ulama” membentang dari kanan ke kiri, menunjukkan
organisasi yang berarti kebangkitan para ulama’.
6. Warna dasar hiijau melambangkan kesuburan tanah air Indonesia sedangkan tulisan
yang berwarna putih melambangkan kesucian. Berdasarkan uraiaan di atas dapat
disimpulkan NU adalah organisasi keagamaan yang setia mengikuti ajaran Nabi
Muhammad Saw.
2. Sejarah Partai Politik
Nahdlatul Ulama lahir pada tanggal 31 Januari 1926 sebagai reprensentatif dari
ulama tradisionalis, dengan haluan ideologi ahlus sunnah waljamaah tokoh-tokoh yang
ikut berperan diantaranya K.H. Hasyim Asy’ari. Berdirinya Nahdlatul Ulama tak bisa
dilepaskan dengan upaya mempertahankan ajaran ahlus sunnah wal jamaah (aswaja).
Ajaran ini bersumber dari Al-qur’an, Sunnah, Ijma’(keputusan-keputusan para
ulama’sebelumnya). Dan Qiyas (kasus-kasus yang ada dalam cerita alQur’an dan Hadits).
Nahdlatul Ulama sebagai satu organisasi sosial yang terbesar di Indonesia, sebenarnya
adalah komunitas islam yang semenjak kelahirannya tujuh puluhan tahun yang lalu
senantiasa berusaha menekankan pentingnya pelestarian dan penghargaan terhadap
khazanah budaya nusantara. Di ilhami oleh Dakwa khas Wali Songo yang berhasil
“mengawinkan” lokalitas budaya dengan universalitas agama (islam) ,NU berupaya
menebar benih-benih islam dalam wajah yang familiar atau muda di kenali oleh seluruh
masyarakat Indonesia, serta menghindari pendekatan negasional, sehingga kondusif bagi
dua hal yang sangat di butuhkan dalam konteks pluralisme, yaitu: Pertama, perekatan
identitas kebangsaan. Karena masuk melalui jalur budaya dengan membawa watak
pluralis, hampir tidak ada komunitas budaya yang merasa terancam eksistensinya, baik
langsung maupun tidak. Malai dari sinilah kemudian muncul kaidah hukum islam
“al’adah muhakkamah” yang memberi peluang besar pada tradisi apapun untuk
dikonfersi menjadi bagian hukum Islam. Selama tidak menyangkut ibadah mahdah
seperti shalat, puasa dan semacamnya, aktifitas budaya sangat mugkin dinilai sebagai
kegiatan yang bermuatan agama jika memang berperan menegakkan perinsip-prinsip
yang diperjuangkan Islam. Dan dalam batas yang minimal, aktifitas budaya tersebut tidak
akan dilarang selama tidak merusak kemaslahatan.8
1. Nahdlatul Ulama (NU) pra kemerdekaan Nahdlatul Ulama (NU) pra kemerdekaan
tampil sebagai organisasi yang disegani oleh penjajah. Sehingga kekuatan Ulama yang
tergabung dalam Nahdlatul Ulama (NU) mampu menjembati kepentingan Islam dan juga
kepentingan bangsa Indonesia yang menjadi pilar pengantar terhadap lahirnya negara
kesatuan republik Indonesia
2. Nahdlatul Ulama (NU) masa kemerdekaan
a. Masa Orde Lama
Nahdlatul Ulama (NU) memutuskan dirinya menjadi partai politik hanya karena
menghadapi komunis. Sebab kuatnya komunis sebagai partai politik membutuhkan pola
yang sama. Nahdlatul Ulama dengan suara yang keras akhirnya mampu mempertahankan
dasar negara pancasila.
b. Masa Orde Baru
Dengan kebijakan pemerintah yang kuat, posisi Nahdlatul Ulama dengan
kelompok Islam lainnya kembali sebagai organisasi sosial keagamaan dan sepakat
mendirikan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Secara sosial tetap menjadi perhatian
Nahdlatul Ulama dan secara politik partai tersebut menjadi rode politik Nahdlataul
Ulama.
c. Masa Reformasi
Dimasa reformasi pola politik mengalami perubahan, Nahdlatul Ulama (NU)
bersepakat kembali ke khittah. Yakni Nahdlatul Ulama (NU) murni sebagai organisasi

8
H. A. Hasyim Muzadi, Nahdlatul Ulama di tengah agenda persoalan, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999) h. 60
sosial keagamaan dan mengambil jarak yang sama terhadap partai politik yang ada.
Sehingga Nahdlatul Ulama bukan milik siapa-siapa tetapi merupakan milik potensi
bangsa Indonesia.9
Jadi dalam sejarahnya, Nahdlatul Ulama memang berdiri sebagai bentuk reaksi
dari luar (gerakan purifikasi). Dan berdirinya organisasi ini tidak lepas dari peran para
Kyai dengan komunitas pesantrennya yang merupakan peyanggah utama kelompok Islam
tradisionalis. Nahdlatul Ulama merupakan organisasi keagamaan, ke-Islaman organisasi
ini dirintis para kiai yang berpaham Ahlussunnah Wal Jama’ah, sebagai wadah usaha
mempersatukan diri dan menyatukan langkah dalam tugas memelihara melestarikan,
mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam dengan merujuk salah satu imam
madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali) serta berkidmat kepada bangsa, Negara
dan umat Islam.
3. Peran Politik
Menyusul pengakuan kemerdekaan Indonesia, sebuah partai baru bernama
Masyumi didirikan dengan NU sebagai komponennya. Kepemimpinan NU pada saat itu
tidak memiliki keterampilan politik, dan dianugerahi beberapa posisi kabinet yang
berpengaruh, kecuali ketua Wahid Hasyim, yang diangkat menjadi menteri agama. NU
tidak senang dengan kurangnya pengaruhnya di dalam Masyumi, terutama setelah
keputusan pada konferensi partai tahun 1949 mengubah dewan agama partai, di mana NU
memegang beberapa posisi, menjadi badan penasihat yang tidak berdaya.
Dua tahun kemudian, perselisihan tentang organisasi Haji menyebabkan
penentangan Perdana Menteri Natsir terhadap pengangkatan kembali Hasyim sebagai
menteri urusan agama di kabinet berikutnya. Dalam krisis kabinet berikutnya, NU
mengajukan serangkaian tuntutan, termasuk mempertahankan Hasyim, dan mengancam
akan meninggalkan Masyumi. Pada tanggal 5 April 1952, beberapa hari setelah
pengumuman kabinet baru tanpa Hasyim, NU pada prinsipnya memutuskan untuk
meninggalkan Masyumi. Tiga bulan kemudian mereka menarik semua anggotanya dari
dewan Masyumi, dan pada tanggal 30 Agustus ia mendirikan Liga Muslim Indonesia,
yang terdiri dari NU, PSSI dan sejumlah organisasi yang lebih kecil. Diketuai oleh
Hasyim.

9
Masykur Hasyim, Merakit Negeri Berserakan, (Surabaya: Yayasan 95, 2002) h. 77-78
Selama era demokrasi liberal (1950-1957), anggota NU menjabat di sejumlah
jabatan kabinet. Pada Kabinet Ali Sastroamidjojo I, NU menduduki tiga kursi, dengan
Zainul Arifin ditunjuk sebagai wakil perdana menteri kedua. Namun, setelah kabinet ini
jatuh, beberapa anggota NU menentang NU bergabung dengan kabinet baru, yang akan
dibentuk oleh Kabinet Burhanuddin Harahap, dengan keyakinan bahwa jika dia tidak
dapat membentuk kabinet, NU akan diundang untuk mencoba. Akhirnya ditekan untuk
berpartisipasi, dan dianugerahi portofolio urusan dalam negeri dan agama di kabinet,
yang dilantik pada 12 Agustus 1955.
Pada tanggal 29 September 1955, Indonesia mengadakan pemilihan parlemen
pertama. NU berada di urutan ketiga, dengan hampir 7 juta suara, 18,4% dari total, di
belakang Partai Nasional Indonesia dan Masyumi. NU diberikan 45 kursi di Dewan
Perwakilan Rakyat, naik dari hanya delapan sebelum pemilihan. NU adalah partai
terbesar di basis Jawa Timurnya, dan 85,6% suaranya berasal dari Jawa. Ada pemisahan
yang jelas antara Masyumi, yang mewakili pulau-pulau terluar, pemilih perkotaan, dan
NU, yang mewakili konstituen pedesaan Jawa. Tiga bulan kemudian, pemilihan diadakan
untuk Konstituante, yang bertugas menyusun konstitusi permanen. Hasilnya sangat mirip,
NU meraih 91 dari 514 kursi.
Pada 1950-an, NU masih ingin melihat Indonesia menjadi negara Islam, dan
menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pidato presiden tahun 1953 yang ditolak oleh
Sukarno. Tiga tahun kemudian, ia juga menentang "konsepsi" Sukarno yang pada
akhirnya akan mengarah pada pembentukan demokrasi terpimpin, karena ini berarti
anggota PKI duduk di kabinet. Pada tanggal 2 Maret 1957, pemberontakan Permesta
pecah. Di antara tuntutannya adalah kembalinya Mohammad Hatta menjadi wakil
presiden. NU mendukung seruan ini. Sementara itu, di Konstituante, NU bergabung
dengan Masyumi, Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Persatuan Tarbiyah Islamiyah
(Perti) dan pihak lain untuk membentuk Blok Islam, yang menginginkan Indonesia
menjadi negara Islam. Blok terdiri 44,8% dari total kursi. Namun, karena tidak ada satu
pun blok yang mampu menguasai mayoritas dan mendorong melalui konstitusi yang
diinginkan, majelis gagal untuk menyetujui dan dibubarkan oleh Sukarno dalam sebuah
dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 yang juga mengembalikan Undang-Undang Dasar 1945
yang asli, yang menyatakan negara untuk berdasarkan falsafah Pancasila, bukan Islam.
Pada tahun 1960, Presiden Sukarno melarang Masyumi karena diduga terlibat
dalam pemberontakan Permesta. Namun, kepemimpinan NU melihat Partai Komunis
Indonesia yang pro-kaum miskin, yang dekat dengan Sukarno, sebagai penghalang
ambisinya, dan bersaing dengannya untuk mendapatkan dukungan dari orang-orang
miskin. Lima tahun kemudian, upaya kudeta oleh Gerakan 30 September terjadi. Pada
tahun 1965, kelompok tersebut berpihak pada tentara pimpinan Jenderal Suharto dan
sangat terlibat dalam pembunuhan massal komunis Indonesia. Namun, NU kemudian
mulai menentang rezim Suharto.
Pada tahun 1984, Abdurrahman Wahid, cucu pendiri NU Hasyim Asy'ari,
mewarisi kepemimpinan dari ayahnya, dan kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia
pada tahun 1999. Ia secara resmi meminta maaf atas keterlibatan NU dalam peristiwa
1965. Ia juga menyatakan bahwa "Nahdlatul Ulama (NU) seperti Syi'ah dikurangi
Imamah; demikian pula Syi'ah adalah NU ditambah Imamah." Ada banyak kesamaan
antara keduanya, seperti posisi dan peran kyai. Kontras utama di antara mereka adalah
bahwa di NU, konsep itu terlihat dalam bentuk budaya yang diterima, sedangkan di
Syiah, itu berbentuk teologi. Setelah penggulingan Sukarno, rezim Orde Baru di bawah
Presiden Soeharto mengadakan pemilihan umum pada tahun 1971. Meskipun NU
dimanipulasi oleh pemerintah, yang menyebabkannya kehilangan banyak kredibilitas, NU
berhasil mempertahankan 18% suara dari pemilu 1955. pemilihan. Namun, pada tahun
1973, ia terpaksa "menyatu" ke dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang baru.
PPP berada di urutan kedua, setelah organisasi Golongan Karya (Golkar) yang disponsori
pemerintah dalam pemilihan 1977 dan 1982, tetapi pada 1984, ketua NU yang baru
Abdurrahman Wahid (juga dikenal sebagai Gus Dur), putra Wahid Hasyim, menarik NU
dari PPP karena ketidakpuasan dengan kurangnya pengaruh NU. Akibatnya, pada pemilu
1987, suara PPP anjlok dari 28% pada 1982 menjadi hanya 16%. Sejak saat itu, NU
diharapkan berkonsentrasi pada kegiatan keagamaan dan social.
4. Keikutsertaan Dalam Pemilu
Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan
diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup
berhasil dengan meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi
Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Soekarno, dan bergabung dalam
NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis). Nasionalis diwakili Partai Nasional
Indonesia (PNI), Murba (Musyawarah Rakyat Banyak), dll. Agama diwakili Partai
Nahdhatul Ulama, Masyumi, Partai Katolik, Parkindo (Partai Kristen Indonesia), dll. Dan
Komunis diwakili oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada
tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru dan mengikuti pemilu 1977 dan
1982 bersama PPP. Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk
'Kembali ke Khittah 1926' yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi.
Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU.
Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh
Abdurrahman Wahid. Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa
mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB
memperoleh 52 kursi DPR.
Berikut beberapa partai yang terafiliasi dengan NU, diantaranya adalah:
 Partai Kebangkitan Bangsa
 Partai Persatuan Pembangunan
 Partai Kebangkitan Nasional Ulama
 Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia
 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia

 Partai Golongan Karya (Golkar)


1. Profil Partai Politik
Partai Golongan Karya atau secara umum disingkat dengan Partai Golkar adalah
sebuah partai politik di Indonesia. Didirikan sebagai Sekber Golkar (Sekretariat
Bersama Golongan Karya, Sekretariat Gabungan Golongan Karya) pada tahun 1964,
dan berpartisipasi untuk pertama kalinya dalam pemilihan umum nasional pada 1971
sebagai Golkar (Golongan Karya). Partai Golongan Karya tidak resmi menjadi partai
politik sampai tahun 1999, ketika itu diperlukan untuk menjadi sebuah partai untuk
kontes pemilihan.
Partai Golongan Karya adalah partai politik yang berkuasa dari tahun 1971 hingga
1999, di bawah kepemimpinan Presiden Jenderal Besar TNI Soeharto dan B.J. Habibie.
Kemudian bergabung dengan koalisi yang berkuasa di bawah presiden Abdurrahman
Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Ketika Presiden
Joko Widodo dari PDI-P terpilih pada tahun 2014, Partai Golongan Karya awalnya
memilih untuk bergabung dengan koalisi oposisi yang dipimpin oleh mantan jenderal
Prabowo Subianto, yang pada akhirnya kembali mengalihkan dukungannya kepada
Pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2016.
Dalam perkembangannya, khususnya pasca Orde Baru, Partai Golkar berhasil
bertransformasi menjadi partai modern yang mengadopsi nilai-nilai demokrasi.
Pimpinan-pimpinan Partai Golkar juga berhasil menahkodai Golkar sebagai partai
politik berpaham sentrisme yang merangkul semua golongan dengan mengedepankan
semangat moderat.
2. Sejarah Partai Politik
Sekretariat Bersama Golongan Karya didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964.
Sekber Golkar ini lahir karena rongrongan dari PKI beserta ormasnya dalam kehidupan
politik baik di dalam maupun di luar Front Nasional yang makin meningkat. Sekber
Golkar ini merupakan wadah dari golongan fungsional/golongan karya murni yang
tidak berada di bawah pengaruh politik tertentu. Jumlah anggota Sekber Golkar ini
bertambah dengan pesat, karena golongan fungsional lain yang menjadi anggota Sekber
Golkar dalam Front Nasional menyadari bahwa perjuangan dari organisasi fungsional
Sekber Golkar adalah untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945. Semula anggotanya
berjumlah 61 organisasi yang kemudian berkembang hingga mencapai 291 organisasi.
Dengan adanya pengakuan tentang kehadiran dan legalitas golongan fungsional di
MPRS dan Front Nasional maka atas dorongan TNI dibentuklah Sekretariat Bersama
Golongan Karya, disingkat Sekber Golkar, pada tanggal 20 Oktober 1964. Terpilih
sebagai Ketua Pertama, Brigadir Jenderal Djuhartono sebelum digantikan Mayor
Jenderal Suprapto Sukowati lewat Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) I, Desember
1965.
Pada awal pertumbuhannya, Sekber Golkar beranggotakan 61 organisasi
fungsional yang kemudian berkembang menjadi 291 organisasi fungsional. Ini terjadi
karena adanya kesamaan visi di antara masing-masing anggota. Organisasi-organisasi
yang terhimpun ke dalam Sekber Golkar ini kemudian dikelompokkan berdasarkan
kekaryaannya ke dalam 7 (tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:

 Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)


 Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)
 Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)
 Organisasi Profesi
 Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM)
 Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)
 Gerakan Pembangunan
Untuk menghadapi Pemilu 1971, tujuh KINO yang merupakan kekuatan inti dari
Sekber Golkar tersebut, mengeluarkan keputusan bersama pada tanggal 4 Februari 1970
untuk ikut menjadi peserta Pemilu melalui satu nama dan tanda gambar yaitu Golongan
Karya (Golkar). Logo dan nama ini, sejak Pemilu 1971, tetap dipertahankan sampai
sekarang.
Pada Pemilu 1971 ini, Sekber Golkar ikut serta menjadi salah satu konsestan.
Pihak parpol memandang remeh keikutsertaan Golkar sebagai kontestan Pemilu.
Mereka meragukan kemampuan komunikasi politik Golkar kepada grassroot level. NU,
PNI dan Parmusi yang mewakili kebesaran dan kejayaan masa lampau sangat yakin
keluar sebagai pemenang. Mereka tidak menyadari kalau perpecahan dan kericuhan
internal mereka telah membuat tokoh-tokohnya berpindah ke Golkar.
Hasilnya di luar dugaan. Golkar sukses besar dan berhasil menang dengan
34.348.673 suara atau 62,79 % dari total perolehan suara. Perolehan suaranya pun
cukup merata di seluruh provinsi, berbeda dengan parpol yang berpegang kepada basis
tradisional. NU hanya menang di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, Partai Katholik
di Nusa Tenggara Timur, PNI di Jawa Tengah, Parmusi di Sumatra Barat dan Aceh.
Sedangkan Murba tidak memperoleh suara signifikan sehingga tidak memperoleh kursi
DPR.
Kemudian, sesuai ketentuan dalam ketetapan MPRS mengenai perlunya penataan
kembali kehidupan politik Indonesia, pada tanggal 17 Juli 1971 Sekber GOLKAR
mengubah dirinya menjadi Golkar/Golongan Karya.
September 1973, Golkar menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) I di
Surabaya. Mayor Jenderal Amir Murtono terpilih sebagai Ketua Umum. Konsolidasi
Golkar pun mulai berjalan seiring dibentuknya wadah-wadah profesi, seperti Himpunan
Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) dan
Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).
Setelah Peristiwa G30S maka Sekber Golkar, dengan dukungan sepenuhnya dari
Jenderal Soeharto sebagai pimpinan militer, melancarkan aksi-aksinya untuk
melumpuhkan mula-mula kekuatan PKI, kemudian juga kekuatan Bung Karno.
Pada dasarnya Golkar dan TNI-AD merupakan tulang punggung rezim militer
Orde Baru. Semua politik Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan oleh
pimpinan militer dan Golkar. Selama puluhan tahun Orde Baru berkuasa, jabatan-
jabatan dalam struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif, hampir semuanya diduduki
oleh kader-kader Golkar.
Keluarga besar Golongan Karya sebagai jaringan konstituen, dibina sejak awal
Orde Baru melalui suatu pengaturan informal yaitu jalur A untuk lingkungan militer,
jalur B untuk lingkungan birokrasi dan jalur G untuk lingkungan sipil di luar birokrasi.
Pemuka ketiga jalur terebut melakukan fungsi pengendalian terhadap Golkar lewat
Dewan Pembina yang mempunyai peran strategis.

Setelah Soeharto mengundurkan diri pada 1998, keberadaan Golongan Karya mulai
ditentang oleh para aktivis dan mahasiswa.
3. Keikutsertaan dalam Pemilu
Partai Golongan Karya selalu menempati peringkat pertama atau kedua dalam
perolehan suara. Pada Pemilu pasca reformasi, tahun 1999, Golkar memperoleh 22%
suara, menempati peringkat kedua. Selama era Presiden Soeharto, Golkar selalu
memperoleh mayoritas suara. Dalam Pemilu 1997, Golkar memperoleh suara sebanyak
70,2%, sedangkan dalam pemilu-pemilu sebelumnya juga sekitar 60 sampai 70%.
Contohnya, dalam pemilu tahun 1987 Partai Golongan Karya dapat menguasai secara
mutlak 299 kursi dalam DPR. Selama Orde Baru, DPR betul-betul dikuasai Golkar, dan
saat itu militer juga memiliki jatah kursi.
 Pencapaian pada Pemilu Legislatif 2009
Partai Golongan Karya mendapat 107 kursi (19,2%) di DPR hasil Pemilihan
Umum Anggota DPR 2009, setelah mendapat sebanyak 15.037.757 suara
(14,5%). Perolehan suara dan kursi menempatkannya pada posisi kedua dalam
Pemilu ini.

 Pencapaian pada Pemilu Legislatif 2014


Partai Golongan Karya mendapat 91 kursi (16,3%) di DPR hasil Pemilihan
Umum Anggota DPR 2014, setelah mendapat sebanyak 18.432.312 (14,75%).
Perolehan suara dan kursi menempatkannya pada posisi kedua dalam Pemilu ini.

 Pencapaian pada Pemilu Legislatif 2019


Partai Golongan Karya mendapat 85 kursi (14,8%) di DPR hasil Pemilihan
Umum Anggota DPR 2019, setelah mendapat sebanyak 17.229.789 (12,31%).
Perolehan suara menempatkannya pada posisi ketiga dan perolehan kursi
menempatkannya pada posisi kedua dalam Pemilu ini.
4. Pemimpin Umum Partai Golkar
 Brigadir Jenderal TNI Djuhartono (1964–1969)
 Suprapto Sukowati (1969–1973)
 Amir Moertono (1973–1983)
 Sudharmono (1983–1988)
 Wahono (1988–1993)
 Harmoko (1993–1998)
 Akbar Tandjung (1998–2004)
 Jusuf Kalla (2004–2009)
 Aburizal Bakrie (2009–2014 & Januari-Mei 2016)[27]
 Aburizal Bakrie & Agung Laksono (dualisme kepemimpinan) (2014–2016)
 Setya Novanto[28] (2016–2017)
 Airlangga Hartarto (2017–2019) (2019–)
5. Dinamika Partai Politik Golkar
Pada masa Orde Baru, Golongan Karya (Golkar) adalah organisasi yang dibentuk
ulang guna menjadi alat mobilisasi dukungan dan alat legitimasi sosial politik. Dengan
konsepsi bahwa Golongan Karya merupakan kekuatan yang akan dijadikan sebagai
lokomotif demokrasi, pemerintah Orde Baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan
Umum pada tahun 1971. Pemilihan Umum itu dilaksanakan setelah semua perangkat
hukum dan Undang-Undang dipersiapkan dan seluruh pimpinan parpol dan tokoh-tokoh
masyarakat sepakat dengan konsensus nasional yang pada dasarnya mempertahankan
Pancasila dan UUD 1945. Hasil Pemilu 1971 membuat banyak orang terkejut. Sebagai
pendatang baru ternyata Golkar dengan mudah dapat mengalahkan partai-partai besar
yang telah mapan seperti PNI dan NU. Secara menyeluruh hasil pemilu 1971
menunjukan Golkar memperoleh 236 kursi (62,80%), NU 58 kursi (16,11%), Parmusi
24 kursi (6.6%), PSII 10 kursi (2,77%), Perti 2 kursi (0,55%), PNI 20 kursi (5,55%),
Parkindo 7 Kursi (1,94%) dan Partai Katholik 3 kursi (0,83%) (Patmono, 2001:53).
Pada pemilu Orde Baru, superioritas Golkar tidak terbendung lagi. Golkar
memenangkan seluruh pemilu Orde Baru dengan meraup suara yang fantastis.
Kehadiran Golkar menurut David Reeve dilandasi semangat kolektivisme dan prinsip
kekeluargaan yang tidak mengedepankan ideologi politik aliran. Hadirnya golongan
fungsional yang merupakan cikal bakal Golkar karenanya diterimanya secara baik oleh
Soekarno maupun kalangan militer. Pada masa Orde Baru, Golkar kemudian menjadi
kekuatan politik utama dengan tetap mengembangkan ide prinsip kekeluargaan. Dengan
dasar falsafah kolektivisme dan prinsip kekeluargaan inilah Golkar mampu terus
berkiprah dan dapat dengan mudah diterima oleh berbagai kalangan masyarakat yang
plural (Reeve, 1985: 30). Sistem kepartaian Golkar sangat kuat disebut sebagai sistem
kepartaian yang hegemonic (hegemonic party system). Dengan pengertian bahwa sistem
kepartaian yang tidak membolehkan adanya kompetisi formal dalam kekuaaan. Partai
politik lain dibolehkan hidup, tetapi menjadi kelas kedua, atau partai politik yang cuma
terdaftar, tetapi marginal peranya.
Sistem kepartaian Orde Baru adalah hasil sejumlah faktor yang dirancang oleh
pemerintah, yaitu kreasi dari aparat keamanan yang represif dalam mengatur
kemapanan dan merawat stabilitas dan tatanan politik negara; proses depolitisasi massa
guna memberi kesempatan secara komplet pada kebijakan ekonomi dan pembangunan;
pengebirian dan restrukturasi parpol; penciptaan electoral laws, dan elecroral process
yang menjamin bahwa partai yang disponsori pemerintah atau tentara yakni Golkar,
selalu menang dalam pemilu (Gaffar, 1992: 37-38).
Pengunduran diri Soeharto dari tampuk kepresidenan pada tanggal 21 Mei 1998
dan kemudian digantikan B.J Habibie sebagai presiden baru merupakan blessing in
disguise bagi Golkar. Dengan pengertian bahwa pergantian rezim tidak disertai
pergantian partai yang memerintah. Oleh karena itu, transisi politik lebih dapat dikelola
oleh Golkar yang merupakan kekuatan politik terbesar dalam lembaga eksekutif dan
legislatif. Perubahan politik yang berlangsung demikian ini sangat menguntungkan bagi
Golkar, sebab transisi demokrasi ini tidak mengganti secara keseluruhan struktur
pemerintahan yang ada, tetapi perubahan dilakukan secara gradual. Lengsernya
Soeharto ini kemudian menimbulkan sejumlah tantangan, akan tetapi hal ini sekaligus
juga menjadi peluang bagi Golkar dalam menapaki kehidupan politik ke depan, yakni
kehidupan politik yang demokratis. Golkar dapat menyesuaikan dengan suhu
demokratis persaingan antar partai politik (Tandjung, 2008 : 72).
Krisis ekonomi dan merosotnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Golkar
mempercepat pembaruan politik nasional. Dalam kondisi yang demikian, tidak ada
pilihan bagi Golkar kecuali mempercepat pembaruan internal. Situasi politik internal
Golkar setelah berhentinya Soeharto antara lain ditandai oleh mengemukanya pro-
kontra atas sikap dan kebijakan politik Harmoko yang telah secara terbuka mendesak
agar Soeharto mundur dari jabatanya sebagai presiden. Manuver politik Ketua Umum
DPP Golkar Harmoko tersebut memicu polarisasi internal Golkar, setidaknya antara
kubu yang menghendaki Soeharto mundur dari jabatanya sebagai presiden dan kubu
yang menentangnya. Polarisasi tersebut setidaknya tergambar dalam Rapat Pimpinan
Nasional (Rapimnas) Golkar, yang diselenggarakan di Jakarta, 3 dan 4 Juni 1998.
Rapimnas tersebut dihadiri seluruh Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I, sebagai
respons Golkar dalam menghadapi dinamika politik setelah berhentinya Soeharto.
Pada awalnya forum yang digelar itu berupa rapat koordinasi. Akan tetapi,
seluruh peserta mengusulkan perubahan statusnya menjadi rapim, agar bisa mengambil
keputusan yang bersifat mengikat. Dari fungsionaris DPP hadir Harmoko, Abdul Gafur,
Waskito Reksosoedirdjo, Agung Laksono, Ary Mardjono, dan Moestahid Asari. Ada
dua pengurus yang tidak hadir, yakni Siti Hardijanti Rukmana (Ketua DPP) dan
Bambang Trihatmodjo (Bendahara). Pada hari kedua suasana semakin panas. Masing-
masing DPD I mengajukan pandangan, terutama sekitar perubahan anggaran
dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART), penghapusan lembaga Dewan Pembina,
diadakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub), dan pengunduran diri
Harmoko sebagai Ketua Umum Golkar (Gatra, 6 Juni 1998).

 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) adalah sebuah partai politik Indonesia,
dan partai dari Presiden Indonesia saat ini, Joko Widodo. PDI-P saat ini dipimpin oleh Megawati
Soekarnoputri, Presiden Kelima Indonesia dan merupakan putri dari Presiden Pertama Indonesia
Soekarno. Ideologi partai didasarkan pada filosofi nasional resmi Indonesia, Pancasila.

1. Sejarah

Sejarah PDI berawal dari penggabungan atau fusi dari 5 parpol, yakni PNI,Parkindo,
Partai katolik, Murba dan IPKI. Kelimanya memiliki latar belakang, basis sosial, ideologi dan
sejarah perkembangan yang berbeda. Fusi lima partai politik berlangsung pada 10 januari 1973
yang kini dirayakan sebagai hari ulang tahun PDI perjuagan. Seiring perjalanannya PDI terus
bongkar pasang dalam struktur pimpinan. Sampai pada suatu kepemimpinan Soerjadi yang saat
itu dikecam oleh pemerintah di masa orde baru. Kehendak penguasa untuk mengakhiri karier
Soerjadi sudah bulat. Sejumlah “dosa politiknya” terhadap Orba mengharuskan ia dikubur, sama
dengan para senior sebelumnya. Kongres Medan dipersiapkan untuk itu. Tapi, Soerjadi
memutuskan untuk mencoba melawan. Akibatnya, “aklamasi”bagi kembali berkuasanya Soerjadi
dilakukan tubuh ini. Tapi ini melahirkan penentangan luas, apalagi kehendak penguasa memang
bergerak ke arah itu.

Kontroversi yang terus berlangsung akhirnya ditemukan jalan keluarnya lewat


penyelenggaraan Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya. Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP) dilatarbelakangi dengan peristiwa 27 Juli 1996, dimana ketika itu kantor DPP
PDI diserbu oleh ratusan orang berkaos merah yang bermaksud mengambil alih. Hal ini juga
menjadi momentum 45 bagi Megawati Soekarno Putri untuk tampil di kancah perpolitikan
Indonesia. Sebelum peristiwa ini, ia sudah tercatat sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi
Indonesia (PDI) dan anggota Komisi I DPR RI. Namun setelah kejadian tersebut, namanya pun
semakin dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia. Nama PDIP semakin menggema di negeri
ini, terutama ketika menjelang pemilu tahun 1999. Karena di tahun tersebut, PDI berubah nama
menjadi PDIP dan partai ini pun siap menghadapi pemilu pertamanya. Hal ini membawa berkah
bagi PDI Perjuangan, dukungan yang begitu besarnya dari masyarakat menjadikannya sebagai
pemenang pemilu dan berhasil menempatkan ratusan kadernya di parlemen.

Dalam perjalannya, sang ketua umum yakni Megawati sebagai Wakil Presiden
mendampingi KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang terpilih di dalam sidang Paripurna
MPR sebagai Presiden RI ke-4.

2. Logo
Lambang PDI Perjuangan berupa gambar banteng hitam bermoncng putih dengan latar
merah di dalam lingkaran bergaris hitam dan putih. Makna dari logo tersebut, yaitu:

1. Banteng dengan tanduk yang kekar melambangkan kekuatan rakyat dan selalu
memperjuangkan kepentingan rakyat.

2. Warna dasar merah melambangkan berani mengambil resiko dalam memperjuangkan


kebenaran dan keadilan untuk rakyat

3. Mata merah dengan pandangan tajam melambangkan selalu waspada terhadap ancaman dalam
berjuang.

4. Moncong putih melambangkan dapat dipercaya dan berkomitmen dalam memperjuangkan


keadilan dan kebenaran

5. Lingkaran merah melambangkan tekad yang bulat dan perjuangan yang terus menerus tanpa
terputus

3. Pencapaian serta keterlibatan PDIP

- Pencapaian pada Pemilu Anggota DPR 2009

PDIP mendapat 95 kursi (16,96%) di DPR hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2009, setelah
mendapat 14.600.091 suara (14,03%). Dengan hasil ini, PDIP menempati posisi ketiga dalam
perolehan suara serta kursi di DPR.

-Pencapaian pada Pemilu Anggota DPR 2014

PDIP mendapat 109 kursi (19,46%) di DPR hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2014, setelah
mendapat 23.681.471 suara (18,95%). Dengan hasil ini, PDIP menempati posisi pertama dalam
perolehan suara serta kursi di DPRD.

-Pencapaian pada Pemilu Anggota DPR 2019

PDIP mendapat 128 kursi (22,26%) di DPR hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2019, setelah
mendapat 27.053.961 suara (19,33%). Dengan hasil ini, PDIP menempati posisi pertama dalam
perolehan suara serta kursi di DPR.
Pemilu No Urut Calon Calon Wakil Putaran pertama Putaran
Presiden Presiden kedua

1999 - Megawati - 44.72% ( kalah)


Soekarnoputr
i

1999 - - Megawati 56.57%


Soekarnoputri (terpilih)

2004 2 Megawati Hasyim 26.61% 39.38%


Soekarnoputr Muzadi ( putaran kedua) (kalah)
i

2009 1 Megawati Prabowo 26.79%


Soekarnoputr Subianto Kalah
i

2014 2 Joko Widodo Jusuf Kalla 53.15%(terpilih)

2019 01 Joko Widodo Ma'ruf Amin 55.50%


(terpilih)

*Pemilihan 1999 berlangsung di MPR dengan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
dilaksanakan terpisah.

4. Visi dan Misi

Dalam laman resminya, PDIP mempunyai 5 visi:

1. Alat perjuangan guna membentuk dan membangun karakter bangsa berdasarkan


Pancasila 1 Juni 1945
2. Alat perjuangan untuk melahirkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang
berKetuhanan, memiliki semangat sosio nasionalisme, dan sosio demokrasi (Trisila)
3. Alat perjuangan untuk menentang segala bentuk individualisme dan untuk menghidupkan
jiwa dan semangat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Eka Sila)
4. Wadah komunikasi politik, mengembangkan dan memperkuat partisipasi politik warga
negara
5. Wadah untuk membentuk kader bangsa yang berjiwa pelopor, dan memiliki pemahaman,
kemampuan menjabarkan dan melaksanakan ajaran Bung Karno dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Sedangkan dalam misinya, PDIP mempunyai 4 pasal yang menjelaskan perihal misi partai.
Berikut merupakan misi PDIP:

1. Pasal 7 Partai mempunyai tujuan umum:

1) Mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana dimaksud


dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
bentuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika; dan
2) Berjuang mewujudkan Indonesia sejahtera berkeadilan sosial yang berdaulat di bidang
politik, berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi, dan Indonesia yang Berkepribadian
dalam kebudayaan.

2. Pasal 8 Partai mempunyai tujuan khusus:

1) Membangun gerakan politik yang bersumber pada kekuatan rakyat untuk mewujudkan
kesejahteraan berkeadilan sosial
2) Membangun semangat, mengkonsolidasi kemauan, mengorganisir tindakan dan kekuatan
rakyat, mendidik dan menuntun rakyat untuk membangun kesadaran politik dan
mengolah semua tenaga rakyat dalam satu gerakan politik untuk mencapai kemerdekaan
politik dan ekonomi
3) Memperjuangkan hak rakyat atas politik, ekonomi, sosial dan budaya, terutama demi
pemenuhan kebutuhan absolut rakyat, yaitu kebutuhan material berupa sandang, pangan,
papan dan kebutuhan spiritual berupa kebudayaan, pendidikan dan kesehatan
4) Berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional sebagai alat untuk
mewujudkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yaitu mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial
5) Menggalang solidaritas dan membangun kerjasama internasional berdasarkan spirit Dasa
Sila Bandung dalam upaya mewujudkan cita-cita Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Tahun 1945

3. Pasal 9 Partai mempunyai fungsi:

1) Mendidik dan mencerdaskan rakyat agar bertanggung jawab menggunakan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara
2) Melakukan rekrutmen anggota dan kader Partai untuk ditugaskan dalam struktural Partai,
Lembaga Lembaga Politik dan Lembaga-Lembaga Publik
3) Membentuk kader Partai yang berjiwa pelopor, dan memiliki pemahaman, kemampuan
menjabarkan dan melaksanakan ajaran Bung Karno dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara
4) Menghimpun, merumuskan, dan memperjuangkan aspirasi rakyat menjadi kebijakan
pemerintahan negara
5) Menghimpun, membangun dan menggerakkan kekuatan rakyat guna membangun dan
mencapai cita-cita masyarakat Pancasila
6) Membangun komunikasi politik berlandaskan hakikat dasar kehidupan berpolitik, serta
membangun partisipasi politik warga negara.

4. Pasal 10 Partai mempunyai tugas:

1) Mempertahankan dan mewujudkan cita-cita negara Proklamasi 17 Agustus 1945 di dalam


Negara Kesatuan Republik Indonesia
2) Mempertahankan, menyebarluaskan dan melaksanakan Pancasila sebagai dasar,
pandangan hidup, tujuan berbangsa dan bernegara
3) Menjabarkan, menyebarluaskan dan membumikan ajaran Bung Karno dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
4) Menghimpun dan memperjuangkan aspirasi rakyat berdasarkan ideologi Pancasila 1 Juni
1945 dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Serta jalan
TRISAKTI sebagai pedoman strategi dan tujuan kebijakan politik Partai
5) Memperjuangkan kebijakan politik Partai menjadi kebijakan politik penyelenggaraan
Negara
6) Mempersiapkan kader Partai sebagai petugas Partai dalam jabatan politik dan jabatan
publik
7) Mempengaruhi dan mengawasi jalannya penyelenggaraan negara agar senantiasa
berdasarkan pada ideologi Pancasila 1 Juni 1945 dan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945, serta jalan TRISAKTI sebagai pedoman strategi dan tujuan
kebijakan politik Partai demi terwujudnya pemerintahan yang kuat, efektif, bersih dan
berwibawa
8) Sebagai poros kekuatan politik nasional wajib berperan aktif dalam menghidupkan spirit
Dasasila Bandung untuk membangun konsolidasi dan solidaritas antar bangsa sebagai
bentuk perlawanan terhadap liberalisme dan individualisme.

5.Tokoh PDIP yang menjabat

Puan Maharani
Dr. (H.C.) Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi, S.Sos. lahir 6 September 1973)
adalah politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang kini menjabat sebagai
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Ketua DPR RI) periode 2019–2024.
Puan merupakan perempuan pertama dan orang termuda ketiga, setelah Achmad Sjaichu dan
I Gusti Gde Subamia, yang pernah menjabat sebagai Ketua DPR secara tetap; dia berusia 46
tahun saat dilantik. Sebelumnya, dia merupakan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan Indonesia antara 2014 hingga 2019, dalam prosesnya juga menjadi
perempuan pertama dan orang termuda yang pernah menjabat sebagai menteri koordinator.
Puan pernah menjabat sebagai Ketua Fraksi PDI-P di DPR pada tahun 2012 hingga 2014. Di
DPR, Puan Maharani berada di Komisi VI yang mengawasi BUMN, perdagangan, koperasi,
dan usaha kecil menengah, serta anggota badan kelengkapan dewan Badan Kerja Sama
Antar-Parlemen Dewan Perwakilan Rakyat (BKSAP DPR).Sebagai anggota Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), dia pertama kali terpilih menjadi anggota Dewan
Perwakilan Rakyat pada 2009. Dia menjabat sebagai ketua fraksi partai dari tahun 2012
hingga terpilih sebagai menteri pada 2014. Dia adalah satu dari delapan perempuan yang
terpilih sebagai menteri dan satu-satunya menteri koordinator perempuan. Dia kembali
terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam pemilu 2019.

Puan adalah anak bungsu dan satu-satunya putri mantan presiden dan pemimpin PDI-
P saat ini, Megawati Sukarnoputri, serta cucu dari mantan Presiden Sukarno. Ayahnya,
Taufiq Kiemas, adalah seorang politikus yang menjabat sebagai Ketua Majelis
Permusyawaratan Rakyat dari tahun 2009 hingga kematiannya pada 2013.Menyusul Pemilu
April 2019 Indonesia, di mana hasil sementara menunjukkan PDIP memperoleh suara
terbanyak, Puan disebut-sebut menjadi Ketua DPR periode 2019–2024, menjadi ketua wanita
pertama di dewan. Dia juga telah mengindikasikan bahwa dia mungkin mencalonkan diri
kepresidenan pada tahun 2024. Secara individual, dia memperoleh 404.034 suara untuk
tiketnya ke dewan, terbanyak dari kandidat legislatif mana pun di negara ini. Ia diangkat
sebagai Ketua pada 1 Oktober 2019, menjadi wanita pertama yang memegang posisi tersebut

 Partai Darul Aceh


Partai Darul Aceh (PDA) adalah salah satu partai politik lokal di provinsi Aceh,
Indonesia. Partai ini ikut dalam Pemilihan umum legislatif Indonesia 2009, 2014, 2019 dan
pemilihan anggota parlemen daerah Provinsi Aceh. Partai Daerah Aceh merupakan satu dari tiga
partai lokal di Aceh yang lolos untuk mengikuti pemilu legislatif 2014. Sebelumnya Partai Darul
Aceh (PDA) menyerahkan berkas pendaftaran sebagai peserta pemilu 2012 ke Komisi
Independen Pemilihan (KIP) Aceh, Selasa 4 September 2012. Partai Daerah Aceh sebenarnya
bukan partai lokal baru. Partai Daerah Aceh berdiri pada tahun 2007 sebagai Partai Daulat Aceh.
Karena Partai Daulat Aceh tidak mencapai perolehan suara batas minimal untuk bisa mengikuti
pemilu berikutnya, sehingga Partai Daulat Aceh di ganti nama menjadi Partai Damai Aceh.

Pada Januari 2016, PDA mengubah kembali namanya yang awalnya Partai Damai Aceh
menjadi Partai Daerah Aceh karena pada Pileg 2014 partai tersebut tidak berhasil memperoleh
suara maksimal yang dipersyaratkan oleh aturan ambang batas pemilu 2019. Sehingga
didaftarkan lagi ke Kementerian Hukum dan HAM pada 31 Oktober 2017 dan disahkan dalam
dokumen SK Kemenkunham W.1-864.AH.11.01 Tahun 2016. Ideologi dari partai ini ialah
regionalisme aceh.

1. VISI MISI

Terwujudnya masyarakat ACEH yang bersatu, berdaulat, maju, modern, damai, adil,
makmur, beriman dan berakhlak mulia, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan bermartabat dalam pergaulan dunia dan akhirat.

2. Pencapaian Partai Darul Aceh


Pemilu Total kursi Suara Sah Hasil Urutan Ket.

2009 1 / 69 39.706 / Partai baru 10 Sebagai Partai


1,85% Daulat Aceh.

2014 1 / 81 Kenaikan Steady 0 kursi 10 Sebagai Partai


72.721 Damai Aceh

2019 3 / 81 Kenaikan Kenaikan 2 11 Sebagai Partai


87,743 kursi Daerah Aceh

3. Tokoh Partai Darul Aceh

Tgk. H. Muhibbusabri A Wahab


Tgk. H. Muhibbussabri A Wahab adalah salah satu putra dari ulama besar Aceh, Abu Wahab
Seulimum. Seorang politisi ulung yang pernah duduk sebagai DPRA selama 2 periode.

B.Partai di Malaysia

 Partai Politik Gerakan Malaysia

Sebuah partai politik di Malaysia yang didirikan oleh seorang tokoh berketurunan Arab-
Melayu, yaitu Syed Hussein Alatas bersama dengan para tokoh lainnya. Partai ini bergabung
dengan Partai Perikatan yang berubah nama menjadi Barisan Nasional (BN) pada 1973 dan
mengumumkan keluar setelah kekalahan dalam pemilihan umum 2018. Pada 11 Februari 2021,
GERAKAN secara resmi bergabung dengan Perikatan Nasional (PN) dan mendukung
pemerintahan Muhyiddin Yassin sebagai Perdana Menteri Malaysia.

1. Sejarah partai gerakan malaysia

GERAKAN mengadakan pemilihan partai pada 27 agustus 2005. Lim Keng Yaik
mencalonkan diri kembali sebagai Presiden GERAKAN dan melawan wakilnya, Kerk Choo
Ting. Lim berhasil mempertahankan jabatannya setelah memperoleh 983 suara dan mengalahkan
Kerk yang mendapatkan 628 suara dari seluruh anggota Partai GERAKAN. Sedangkan wakil
presidennya adalah Koh Tsu Koon yang menang telak dikarenakan sebagai calon tunggal. pada
November 2006, Presiden Partai Progresif Penduduk, M. Kayveas pernah mengusulkan agar
partainya tersebut dapat bergabung dengan GERAKAN. pada pemilihan umum 2018, Setelah
koalisi Barisan Nasional (BN) mengalami keterpurukan, sehingga membuat kesetiaan
GERAKAN terhadap BN mulai memudar hingga pada puncaknya pada tanggal 23 Juni 2018,
melalui musyawarah Pimpinan Pusat GERAKAN mengumumkan bahwa partai tersebut keluar
dari BN dan tetap mengekalkan partai di pihak oposisi non koalisi. pada 16 September 2018
ketika Musyawarah Perwakilan GERAKAN Negeri Sembilan ke-43. GERAKAN pertama kali
berpartisipasi dalam pemilihan umum pada 16 November 2019 ketika mengusung Wendy
Subramaniam sebagai calon legislatif di Tanjung Piai menyusul kematian anggota legislatif
petahana, Mohamed Farid Md Rafik dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia (BERSATU). Pada 11
Februari 2021, GERAKAN memutuskan untuk bergabung dengan Perikatan Nasional (PN) dan
keputusan tersebut disambut penuh oleh Dewan Tertinggi PN.[2] Muhyiddin Yassin selaku
Ketua Umum PN secara langsung menyerahkan surat pernyataan penerimaan partai tersebut
kepada Dominic Lau di Perdana Putra dan secara resmi GERAKAN menjadi anggota kelima
sebagai komponen partai di PN.

2. Hasil Pemilihan Umum

 Partai Demokratik Malaysia

Partai Tindakan Demokratis) adalah partai politik di Malaysia yang berasaskan


demokrasi sosial dan cenderung berpaham sekularisme. DAP menekankan persamaan etnis di
Malaysia yang masyarakatnya multietnik, sekaligus memperjuangkan persamaan hak dan
keadilan sosial. Basis massa terbesar partai ini adalah kaum urban dan penduduk non-Muslim,
terutama pada ras Tionghoa dan India.

1 Sejarah pembentukan partai demokratis malaysia

Partai ini pada mulanya adalah cabang Malaysia daripada People's Action Party (Partai
Aksi Rakyat), partai pemerintah di Singapura. Ketika pertikaian antara UMNO dan PAP
mencapai puncaknya, Singapura dipaksa keluar dari federasi Malaysia pada tahun 1965.
Sebagian anggota PAP menetap di Malaysia dan membentuk partai baru, DAP. DAP
melanjutkan perjuangan Lee Kuan Yew, PM Singapura ketika itu, untuk memperjuangkan
persamaan hak di antara semua etnis/suku di Malaysia, yang jelas-jelas berbenturan dengan
ideologi Ketuanan Melayu yang diusung oleh UMNO. Sampai saat ini, DAP tetap konsisten
menjadi partai oposisi di Dewan Rakyat, parlemen Malaysia.

 Partai Islam Se-Malaysia


3. Profil Partai Islam Se-Malaysia

Partai Islam Se-Malaysia disingkat PAS, adalah sebuah partai politik di Malaysia. Partai
ini didirikan untuk Islam menjadi tuntunan hidup dan mempunyai tujuan merupakan Malaysia
menjadi pemerintah Islam. PAS memperjuangkan kedaulatan Islam dan menempatkan Islam
menjadi faksi pemerintah. Walaupun PAS adalah sebuah partai yang mendukung Islam, tetapi
di Malaysia PAS diasumsikan menjadi oposan atau pihak pembangkang.10

Presiden Abdul Hadi Awang

Sekretaris Takiyuddin Hassan


Jenderal

Dibentuk 24 November 1951 (sebagai Organisasi Islam Malaya)

Disahkan 31 Mei 1955

Dipisah dari Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu

Kantor pusat No. 318-A, Jalan Raja Laut, 50350 Kuala Lumpur, Malaysia

10
Hazahar, Hazrin. Pandangan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) Terhadap Islam Hadhari di Malaysia. Jakarta. 2009.
Hlm. 20
Ideologi Islamisme
Konservatisme Islam
Fundamentalisme Islam
Pan Islamisme

Posisi politik Sayap kanan

Slogan Istiqamah Hingga Kemenangan


Islam Memimpin

Presiden PAS sekarang adalah Abdul Hadi Awang dan adalah salah seorang wakil dewan
dari negera bagian Terengganu. mantan timbalan presidennya adalah Nasharudin Mat Isa.
Beberapa anggota penting partai ini antara lain atau naib presiden PAS Husam Musa, Sallahudin
Ayub, dan Dato' Mahfuz Omar. PAS menerbitkan satu koran resmi, yaitu Harakah.

2 Logo Partai Islam Se-Malaysia

3 Azas dan pijakan politis PAS

Adapun Konstitusi awal PAS yang digariskan itu punya empat tujuan , yaitu :
PERTAMA : Menciptakan aliansi persaudaraan Islam untuk membentuk satu energi bersama
untuk mengadakan segala tuntutan Islam dan siasat yang berdasarkan demokrasi .

KEDUA : Mencurahkan segala ikhtiar dan energi untuk menyatukan Konstitusi administrasi
agama di seluruh pemerintah .

KETIGA : Memelihara dan mempertahankan hak - hak kebutuhan dan kehormatan agama dan
umat Islam .

KEEMPAT : Bekerjasama dengan organisasi siasah lainnya di dalam pemerintah ini , yang
landasan dan tujuannya tidak bertentangan dengan paham Islam dalam mencapai demokrasi ,
keadaan yang patut penduduk dan kemanusiaan .11

4. Sejarah Pendirian Partai Islam Se-Malaysia


i. Awal mula berdiri

Berdasarkan kenyataan sejarah , PAS telah didirikan secara resmi pada tanggal 23
Agustus 1951 . Tetapi , berada kenyataan lain yang menyebut bahwa PAS didirikan pada 24
November 1951 ( Warta Nasional , 26 November 1951 dan Utusan Melayu 25 November
1951 ) . Bahkan di sini berada dua tanggal yang berbeda , tetapi untuk anggota sejarah dan tokoh
- tokoh lama dalam PAS , kenyataan kedua ( 24 November 1951 ) adalah tanggal kepastian PAS
didirikan . Partai Islam Se - Malaysia akhir telah didaftarkan menjadi sebuah organisasi pada
tanggal 31 . Mei 1955 dengan Nomor Pendaftaran . 733 ( Penang ) . PAS atau Persatuan Islam
Se - Malaya (nama aslinya) adalah organisasi atau partai politik Melayu yang berteraskan
kepada Islam yang didirikan sebelum merdeka sesudah Hizbul Muslimin dilarang oleh penindas
pada tahun 1948 .

ii. Latar akhir pendirian

Golongan reformasi ini tidak hanya berhasil menyadarkan penduduk Melayu tentang
betapa pentingnya menghapus penindas barat untuk membangun sebuah pemerintah Islam ,
tetapi juga menyuarakan pendapat bahwa kelemahan umat Islam sebenarnya adalah berasal dari
penduduk Islam yang tidak mau menyertai paham Islam dengan aci sebagaimana yang
11
Partai Islam Se-Malaysia.diakses pada http://p2k.unaki.ac.id/en3/1-2878-2775/Partai-Islam-Se-
Malaysia_72140_p2k-unaki.html
terkandung di dalam al - Quran dan Sunnah . Dalam usaha mereka menyadarkan penduduk
tentang pentingnya kembali kepada Islam , pada tahun 1906 mereka telah berhasil menerbitkan
sebuah majalah di Singapura yang diberi nama al - lmam . Akhir pada tahun 1925 terbit pula
koran Edaran Zaman di Penang , majalah al - Ikhwan pada tahun 1926 dan Suara pada tahun
1928 . Dengan terbitnya koran dan majalah tersebut , golongan ini telah berhasil memicu
Revolusi lntelektual di kalangan penduduk Melayu dan akibatnya bibit - bibit kesadaran yang
ditanamkan itu telah mendorong penduduk Melayu untuk membentuk beberapa serikat atau
organisasi untuk memajukan bangsa Melayu dan umat Islam pada tahun - tahun berikutnya .

iii. Hizbul Muslimin : Cikal bakal berdirinya PAS

Melewati MATA dalam rapat umum tahunan telah berhasil melahirkan Hizbul Muslimin
pada 14 Maret 1948 . Tujuan PKMM melahirkan Hizbul Muslimin menjadi sayapnya adalah
untuk mengerahkan energi para ulama . Menjadi sebuah partai Islam pertama di Malaysia ,
Hizbul Muslimin yang dipimpin oleh Ustaz Sisa dari pembakaran Bakar al - Baqir punya tujuan
untuk mencapai kemerdekaan pemerintah yang berdaulat untuk membentuk sebuah penduduk
yang berbasis kepada pemahaman Islam serta membangun sebuah pemerintah Islam atau Darul
Islam . Dalam pendiriannya , ia mendukung PKMM tetapi sekeras - kerasnya menampik
perjuangan UMNO . Tetapi , riwayat hidup Hizbul Muslimin akibatnya pada Agustus 1948
ketika Inggris berperan mengharamkannya disamping menahan sebanyak tujuh orang pucuk
pimpinannya , termasuk Ustaz Sisa dari pembakaran Bakar al - Baqir sendiri di bawah Undang-
undang Darurat atau Emergency Regulations .Meskipun kegiatan Hizbul Muslimin terhenti ,
tetapi antusiasme dukungan rakyat khususnya dari alim ulama terhadap perjuangan politiknya
amatlah mengesankan . Semangat dan dukungan kental inilah yang akibatnya merintis jalan
mudah menghadap pembentukan PAS pada tahun 1951 . Dalam hal ini , banyak ahli sejarah
berpendapat penghargaan dan pengakuan perlulah disodorkan kepada Ustaz Sisa dari
pembakaran Bakar al - Baqir , ketua MATA dan seterusnya Hizbul Muslimin yang telah
menggarap sebagian besar dari ground work untuk melebarkan bagian yang terkait untuk
memfasilitasi pembentukan PAS . Peran Hizbul Muslimin dalam pembentukan PAS lebih
tertonjol lagi ketika sebagian besar dari mantan pucuk pimpinan pusatnya ikut berpartisipasi PAS
dan memerankan secara aktif . Mereka antaranya termasuk Ustaz Othman Hamzah , Ustaz
Baharuddin Abd . Latiff , Tuan Haji Khaider Khatib dan Ustaz Yunus Haji Yatimi . Besar
probabilitas juga Bagian Agama UMNO yang dipimpin oleh Ustaz Ahmad Fuad Hassan ikut
diresapi dengan pengaruh Hizbul Muslimin ini . Tambahan lagi banyak ketua agama dalam
UMNO ketika itu kecewa dengan kebijakan mereka yang berencana untuk mensponsori
perjudian ( lotre ) . Meskipun pertemuan ulama dan orang tunggal yang diselenggarakan oleh
Departemen Agama UMNO itu awal mulanya berhasil membentuk Organisasi Ulama , tetapi
atas inisiatif Ustaz Othman Hamzah , mantan anggota Komite Hizbul Muslimin yang mewakili
Asosiasi al - Ehya as - Syariff , Gunung Semanggol berhasil melahirkan Persatuan Islam Se -
Malaya ( PAS ) untuk menggantikan Organisasi Ulama Se - Malaya yang diusulkan pada awal
mulanya .12

5. Keikutsertaan Partai Islam Se-Malaysia dan hasil Pemilu

Pemilihan umum legislatif Malaysia 2022, secara resmi disebut sebagai pemilihan umum
ke-15 atau dengan singkatan PRU-15 adalah pemilihan umum untuk menentukan lembaga
legislatif dan eksekutif dalam membentuk suatu pemerintahan di Malaysia yang digelar setiap
lima tahun sekali. Parlemen Malaysia menganut sistem dua kamar yang memungkinkan terdapat
dua lembaga legislatif, yakni Dewan Negara dan Dewan Rakyat. Pada pemilihan umum, calon
legislatif mencalonkan dirinya sebagai anggota Dewan Rakyat, sedangkan Dewan Negara
dianggotai oleh senator.

Dimana hasil pada pemilu 2022 Partai Islam Se-Malaysia yaitu :

Partai Politik Jumlah % Jumlah Caleg Terpilih %


suara Caleg

Partai Islam Se- 2,259,353 14.56 61 43 18.10


Malaysia

6. Tokoh Tokoh PAS


i. Abdul Hadi Awang

12
Ibid.
Yang Berhormat Dato’ Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang (lahir 20 Oktober 1947)
merupakan Presiden Partai Islam Se-Malaysia dan mantan Menteri Besar Terengganu (1999-
2004). Lahir pada 6 Dzulhijjah 1366H, di Kampung Rusila, Marang, Terengganu. Anak ke-5 dari
9 orang saudara. Ayahnya adalah seorang guru agama dan imam di Masjid Rusila, Marang.

- Karier
a. Pemerintah

 Menjadi Pegawai Yayasan Islam Terengganu setelah tamat belajar 1977 - 1978.

 Menjadi Menteri Besar negara bagian Terengganu saat tahun 1999-2004

b. Badan NonPemerintah
 Menjadi Ketua Angkatan Belia Islam Malaysia (Abim) Negeri Terengganu 1977 - 1978.

7. Konflik Partai Islam Se-Malaysia

Potensi konflik politik di Malaysia memang tidak bisa dihindari, khususnya antara
UMNO yang dianggap sekuler dan PAS sebagai partai Islam. Kedua partai sama-sama
memperebutkan pemilih dari massa Melayu dan Islam. Lebih-lebih pada masa kampanye politik,
potensi konflik itu semakin nyata. UMNO sebagai partai sekuler berbasis etnis Melayu
mengklaim berkomitmen kuat mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dan menuduh PAS sebagai
partai tradisional yang menghambat kemajuan. PAS sebagai partai Islam mengklaim lebih Islami
dan menuduh UMNO banyak menyimpang dari nilai-nilai Islam. Sumber konflik kedua partai
tersebut adalah isu-isu Islam dengan penafsiran masing-masing. Strategi politik itu wajar
mengingat suara pemilih yang mereka perebutkan adalah masyarakat Melayu yang berkomitmen
kuat kepada Islam. Bagi masyarakat Melayu, budaya mereka tak bisa dipisahkan dari Islam. Itu
sebabnya, partai-partai yang berbasis Melayu, baik UMNO, PAS, maupun PKR, selalu
membawa isu Islam dalam strategi politik mereka. Bagi PAS sebagai partai oposisi, sejumlah
kebijakan politik yang dibuat pemerintah/UMNO hanyalah strategi politik untuk memengaruhi
masyarakat Melayu. Menurut PAS, dukungan UMNO terhadap Islam belum menyentuh esensi
Islam.13

 Persatuan Tionghoa Malaysia


1. Profil Persatuan Tionghoa Malaysia

Persatuan Tionghoa Malaysia atau lebih dikenal dengan akronim MCA adalah partai
politik di Malaysia yang berasaskan etnis Tionghoa yang didirikan pada 27 Februari 1949.
Bersama dengan Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu dan Kongres India Malaysia, MCA
termasuk pendiri koalisi Barisan Nasional.

Presiden Wee Ka Siong

Sekretaris Chong Sin Woon


Jenderal

Deputi Mah Hang Soon


Presiden

Wakil Presiden Lim Ban Hong

Tan Teik Cheng

Ti Lian Ker

13
Daulay, Hamdan. Memahami Persaingan Politik Malaysia. Kompas.com. 2013. Diakses pada
https://internasional.kompas.com/read/2013/05/08/02530979/memahami.persaingan.politik.malaysia?page=all.
Yew Teong Look

Pendiri Tan Cheng Lock

Dibentuk 27 Februari 1949

Didahului oleh Persatuan Tionghoa Malaya

Kantor pusat Lantai 8, Wisma MCA, 163, Jalan Ampang, 50450 Kuala Lumpur,
Malaysia

Keanggotaan 54,520 (Oktober 2022)

Ideologi Etnis Tionghoa


Konservatisme sosial
Ideologi bersejarah:
Nasionalisme Tiongkok
Tridemisme

Posisi politik Kanan tengah

Slogan Kebebasan, Demokrasi, Keadilan

2 Logo Persatuan Tionghoa Malaysia


3 Sejarah Persatuan Tionghoa Malaysia

Pada tahun 1948, Pemerintah Malaya Britania mengumumkan proklamasi darurat setelah
pihak komunis mulai melancarkan senjatanya. Akibatnya, masyarakat di kalangan
etnis Tionghoa ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintah. Beberapa di antara mereka, ada
yang dipulangkan ke tanah airnya dan juga terdapat masyarakat etnis Tionghoa yang dibunuh
oleh tentara-tentara. Pemerintah Britania pula mengasingkan masyarakat etnis Tionghoa yang
bermukim di pedesaan untuk menghindari pengaruh komunis. Mereka diasingkan ke tempat
khusus yang telah disediakan pemerintah.

Oleh karena itu, Tan Cheng Lock mendirikan Persatuan Tionghoa Malaya (bahasa
Melayu: Persatuan Cina Malaya; MCA) dalam upaya menyelamatkan masyarakat Tionghoa
untuk kembali ke negara asalnya. MCA berhasil mengambil alih peran pemerintah dalam
mengevakuasi masyarakat etnis Tionghoa untuk ditempatkan ke tempat-tempat baru. Saat itu,
Tan Cheng Lock menjabat presiden pertama MCA, Yong Shook Lim menjabat sebagai
Sekretaris Kehormatan, dan Khoo Teck Ee memegang jabatan Bendahara Kehormatan.

4 Keikutsertaan Persatuan Tionghoa Malaysia dan hasil Pemilu

Pemilihan umum legislatif Malaysia 2022, secara resmi disebut sebagai pemilihan umum
ke-15 atau dengan singkatan PRU-15 adalah pemilihan umum untuk menentukan lembaga
legislatif dan eksekutif dalam membentuk suatu pemerintahan di Malaysia yang digelar setiap
lima tahun sekali. Parlemen Malaysia menganut sistem dua kamar yang memungkinkan terdapat
dua lembaga legislatif, yakni Dewan Negara dan Dewan Rakyat. Pada pemilihan umum, calon
legislatif mencalonkan dirinya sebagai anggota Dewan Rakyat, sedangkan Dewan Negara
dianggotai oleh senator.

Dimana hasil pada pemilu 2022 Persatuan Tionghoa Malaysia yaitu :

Partai Politik Jumlah suara % Jumlah Caleg Caleg %


Terpilih

Persatuan Tionghoa 665,436 4.29 44 2 0.90


Malaysia

5 Tokoh Tokoh Persatuan Tionghoa Malaysia


i. Wee Ka Siong

Datuk Seri Ir. Dr. Wee Ka Siong (lahir 20 Oktober 1968) adalah politikus Malaysia yang
menjabat sebagai Menteri Perhubungan Malaysia di bawah pemerintahan Muhyiddin
Yassin dan Ismail Sabri Yaakob sejak 10 Maret 2020, serta merangkap jabatan sebagai
anggota Dewan Rakyat untuk daerah pemilihan Ayer Hitam, Johor sejak 2004. Pada 18 Maret
2008, ia dilantik oleh Perdana Menteri Malaysia, Tun Abdullah Ahmad Badawi sebagai Deputi
Menteri Pendidikan. Ia memegang jabatan tersebut dari 2008 sampai 5 Mei 2013.

Ia lahir di Jasin, Malaka dari klan Hakka dan kemudian dibesarkan di Tampin, Negeri
Sembilan. Ia menempuh pendidikan di sekolah dasar Yu Hsien dan Sekolah Menengah Datuk
Bendahara Jasin, Melaka. Ia menikah dengan Datin Lim Hai Ean, seorang pengacara dan
memiliki 2 anak, seorang putri dan seorang putra.
ii. Liow Tiong Lai
Tan Sri Dato' Sri Liow Tiong Lai (lahir 13 Oktober 1961) adalah seorang politisi dan
pakar nutrisi asal Malaysia yang pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan sampai 2018.
Selain itu, ia pernah memegang jabatan Menteri Kesehatan dari 2008 sampai 2013. Tiong Lai
merupakan mantan Presiden MCA sejak 2013 hingga 2018 dan digantikan oleh Wee Ka Siong.
BAB IV

KESIMPULAN

Malaysia merupakan negara di asia tenggara dengan luas wilyah 329.758 km2 di
malaysia ada beberapa suku bangsa yang menjadi bagian dari bangsa malasia diantaranya
adalah etnis Melayu Bumiputera, etnis china, etnis india, etnis bumiputera lainnya dan etnis-
etnis yang lainnya seperti Arab, Sinhalese, Eurasian serta Eropa. Malaysia merupakan sebuah
negara yang bersifat monarki konstitusional dan menganut sistem demokrasi parlementer, dan
perdana mentri serta para mentri utama dipilih oleh rakyat melalui pemilu yang berlngsung
setiap lima tahun.
Tidak seperti di negara-negara tetangga seperti Indonesia, Thailand, Filpinai, partai
politik sangat melembaga, kepribadian bukan hanya kuat, fundamental membentuk kontes
loyalitas pada politik Malaysia. Selain itu, partai-partai ini menyatu sebagai sebuah sistem,
yang ditandai dengan pola yang relatif stabiltion competitive-; aksesi luas dengan aturan yang
ditetapkan untuk kedua pelaksanaan fungsi mereka sendiri dan menentukan siapa yang
mengatur; akar kokoh dalam masyarakat; dan posisi ideologis cukup konsisten.
DAFTAR PUSTAKA

 M. Kapani, Politika Bilimine Giris [Introduction to Political Science], Ankara: Bilgi


Press, 1995.
 M. Ethridge & H. Handelman, Politik Dalam Dunia yang Berubah, Bandung: Penerbit
Nusa Media, 2016.
 A. Hasyim Muzadi, Nahdlatul Ulama di tengah agenda persoalan, (Jakarta: PT. Logos
Wacana Ilmu, 1999)
 Masykur Hasyim, Merakit Negeri Berserakan, (Surabaya: Yayasan 95, 2002)
 Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi), Jakarta: Gramedia, 2008.
 Miriam Budiardio,DasardsarmuPoltik.(lakarta Gramedia, 008), 404
 Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualanangan Intelektual, (Yogyakarta: Kanisius, 2014)
 eprints.umm.ac.id, https://eprints.umm.ac.id › ...PDF BAB IV.pdf
 Ali Safa’at Muchamad, 2011, PEMBUBARAN PARTAI POLITIK Pengaturan dan
praktik
 Pembubaran Partai Politik dalam pergulatan Republik. Rajawali pers.Hal 4-5
 Rusliansyah, “Mengenal Sistem Kekuasaan Kehakiman di Malaysia”, diakses pada 01
 Januari 2017 dari http://www.ptasamarinda.net/pdf/Artikel/Mengenal%20Sistem
%20Kekuasaan%20 Kehakiman%20di%20Malaysia.pdf
 https://www.partaidarulaceh.id/
 https://id.wikipedia.org/wiki/Puan_Maharani
 Yani, Ahmad. Sistem Pemerintahan Indonesia : Pendekatan Teori dan Praktek Konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945. Vol. 12. No. 2. Juli 2018.
 Mubarok, Nafi. Sistem Pemerintahan di Negara-Negara Rumpun Melayu. Jurnal Hukum
dan Perubahan Sosial. Vol. 1. No. 1.
 Hazahar, Hazrin. Pandangan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) Terhadap Islam Hadhari di
Malaysia. Jakarta. 2009.
 Partai Islam Se-Malaysia.diakses pada http://p2k.unaki.ac.id/en3/1-2878-2775/Partai-
Islam-Se-Malaysia_72140_p2k-unaki.html
 Daulay, Hamdan. Memahami Persaingan Politik Malaysia. Kompas.com. 2013. Diakses
pada
https://internasional.kompas.com/read/2013/05/08/02530979/memahami.persaingan.polit
ik.malaysia?page=all.

A Pembagian Tupoksi

Nama Pembagian Tugas

Annida Anggraini Batubara (200906006) - Teori Sistem Kepartaian


- Profil Negara Indonesia
- Profil Negara Malaysia
- Sistem Pemerintahan Indonesia
- Sistem Pemerintahan Malaysia
- Partai Islam Se-Malaysia
- Persatuan Tionghoa Malaysia

Dwi Gita Oktavia Mutiarahati - Teori Kelembagaan


(200906010) - Sejarah Demokrasi
- Sejarah Partai Politik
- Partai Politik Gerakan Malaysia
- Partai Demokratik Malaysia

Wulan Juwita (200906028) - Latar Belakang


- Rumusan Masalah
- Tujuan
- Konsep Pemilihan Umum
- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP)
- Partai Darul Aceh

Randa Hasnan Habib Pasaribu - Teori Partai Politik


- Partai Nahdlatul Ulama (NU)
- Partai Golkar
- Kesimpulan

B Pengerjaan Makalah dan PPT

Nama Tugas

Annida Anggraini Batubara (200906006) Membuat Makalah

Wulan Juwita (200906028) Membuat PPT

Anda mungkin juga menyukai