Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI1

Kata Pengantar2
1.3 Tujuan Penulisan
1.3 Manfaat Penulisan
II. PEMBAHASAN6
2.1 Definisi Partai Politik6
2.2 Sejarah Partai Politik6
2.3 Fungsi Partai Politik8
2.2 Partai Politik di Indonesia
III. PENUTUP17
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat Nya sehingga makalah Sistem
Politik Indonesia tentang “Partai Politik” ini dapat tersusun hingga selesai. Kami juga berterima
kasih kepada dosen pembimbing kami yaitu Dr. Raniasa Putra, M.Si. atas bimbingannya dalam
menyusun makalah ini. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah, selain untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Sistem Politik Indonesia ini juga menjadi bahan pembelajaran kami
bersama. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita dan tentunya ilmu
yang didapat semakin bertambah dan kami juga berharap agar para pembaca bisa
mempraktekkan dalam kehidupan. Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun
agar lebih dan kurangnya makalah Sistem Politik Indonesia ini dapat menjadi pembelajaran
untuk kedepannya menjadi lebih baik lagi.

Palembang, 10 Maret 2020

Shintia

BAB I

2
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Partai politik merupakan salah satu institusi dari pelaksanaan demokrasi


modern.Demokrasi modern mengandaikan sebuah sistem dimana yang disebut keterwakilan,
baik keterwakilan dalam lembaga lembaga formal seperti parlemen maupuketerwakilan aspirasi
masyarakat dalam institusi kepartai Fungsi rekrutmen (pengkaderan) sebagai salah satu dari
bagian dari partai politik merupakan bagian yang sangat penting.Fungsi rekrutmen itu sendiri
bertujuan untuk menyediakan kader kadernya yang berkualitas untuk ditempatkan di lembaga-
lembaga legislatif seperti DPR maupun DPRD.

Setiap partai politik membutuhkan kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan
kader yang demikian, partai politik dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan yang
lebih besar untuk mengembangkan diri.Dalam literatur literatur ilmu politik dijelaskan bahwa
partai politik memiliki beberapa fungsi seperti : fungsi artikulasi kepentingan, fungsi agregasi
kepentingan, fungsi sosialisasi politik, fungsi rekrutmen politik dan fungsi komunikasi politik.
Proses pengkaderan itu sendiri merupakan proses penyiapan sumber daya manusia untuk kelak
mereka menjadi pemimpin yang dapat membangun dan menjalankan fungsi organisasi dengan
baik.

Jadi secara sederhana proses pengkaderan tersebut telah menyalahi dari konsep yang
seharusnya, dimana proses kaderisasi itu bertujuan untuk mencetak individu –individu yang
memiliki kemampuan berpikir dan bertindak yang melebih orang-orang awam pada umumnya.
Fungsi kaderisasi atau pencetakan calon pemimpin tidak telepas dari penanaman etika-etika
politik. Kaderisasi merupakan salah satu media rekrutmen, pemantapan komitmen dan penguatan
terhadap ideologi politik. Proses kaderisasi sebagai penguatan kelembagaan partai merupakan
sebuah orientasi jangka Panjang.

Kaderisasi di partai politik merupakan sebuah persoalan yang penting, karena di dalam
partai politik akan dilatih calon-calon pemimpin baik lokal maupun nasional yang memiliki
mental yang jujur dan visi yang jelas.Partai politik tanpa kaderisasi tidak akan berarti apa-apa.
Setiap partai politik harus memiliki sistem kaderisasi yang baik. Sistem kaderisasi yang baik
didapatkan apabila setiap pihak yang terkait berkerja sama dalam membentuk pola kaderisasi.

3
1.2 Rumusan Masalah

Pada penulisan makalah ini dapat ditemukan pada latar belakang beberapa rumusan
masalah yang dapat digunakan sebagai materi pembahasan pada penulisan ini, yaitu
1. Apakah definisi dari partai politik?

2. Bagaimana sejarah perkembangan partai politik ?

3. Apa fungsi partai politik?

4. Bagaimana partai politik di indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Pada penulisan makalah ini dapat ditemukan pada rumusan masalah beberapa tujuan
penulisan yang dapat digunakan sebagai materi pembahasan pada penulisan ini, yaitu
1. Untuk mengetahui definisi dari partai politik

2. Untuk megetahui sejarah perkembangan partai politik

3. Untuk mengetahui fungsi partai politik

4. Untuk mengetahui partai politik di Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan

Pada penulisan makalah ini dapat ditemukan pada tujuan penulisan beberapa manfaat
penulisan yang dapat digunakan sebagai materi pembahasan pada penulisan, yaitu:
1. Dapat menarik minat para pembaca untuk menambah wawasan mengenai definisi parti
politik

2. Dapat memberikan informasi untuk para pembaca agar bisa menambah wawasan dan
ilmu mengenai sejarah perkembangan partai politik

3. Dapat menarik minat para pembaca untuk menambah wawasan mengenai fungsi partai
politik

4. Dapat memberikan informasi untuk para pembaca agar bisa menambah wawasan dan
ilmu mengenai partai politik di Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

5
2.1 Definisi Partai Politik

Partai politik secara umum dapat di definisikan dengan, sekumpulan kelompok orang
yang mempunyai tujuan ataupun kepentingan yang sama. Dengan tujuan memperoleh kekuasaan
politik dan merebut kekuasaan politik. Biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan
kebijaksanaan mereka. Berbagai pengertian atau definisi dari partai politik menurut beberapa
para ahli, yaitu:
 Carl J. Friedrich: Partai Politik adalah “sekelompok manusia yang terorganisir secara
stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan
bagi pimpinan partainya, berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota
partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil”.
 R. H. Soltau: “Partai Politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit banyak
terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan
kekuasaannya untuk memilih. Bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan
kebijaksanaan umum mereka”. UU Partai Politik pasal 1 ayat 1 tahun 2008: Partai
Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan di bentuk oleh sekelompok warga
negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan
negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
pancasila dan UUD 1945
2.2 Sejarah Partai Politik

Partai politik pertama-tama lahir di negara eropa barat bersaan dengan gagasan bahwa
rakyat merupakan fakta yang menentukan dalam proses politik. Dalam hal ini partai politik
berperan sebagai penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di lain pihak. Maka
dalam perkembangannya kemudian partai politik di anggap sebagai menifestasi dari suatu politik
yanfg demokratis yang mewakili aspirasi rakyat. Perkembangan selanjutnya adalah dari barat,
partai politik mempengruhi dan perkembangan di negara- negara baru, yaitu di Asia dan Afrika.

Partai politik di negara –negara jajahan sering berperan sebagai pemersaatu aspirasi
rakyat dan penggerak kearah persatuan nasional yang bertujuan mencapai kemerdekaan. Hal ini
terjadi di indonesia (waktu itu masih hindia belanda) serta india dan dalam perkembangannya
akhir-akhir ini partai politik umumnya di terima sebagai suatu lembaga penting terutama di

6
negara-negara berdasarkan demokrasi konstitusional, yaitu sebagai kelengakapan sisitem
demokrasi suatu negara.

Partai politik merupa kan salah satu sarana untuk berperan serta dan untuk berpartisipasi
dalam politik. Berdasarkan perkembangannya, partai politik pertama kali hadir di kawasan Eropa
Barat meliputi negara seperti, Inggris dan Prancis.Pada masa itu kegiatan partai politik
dipusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam parlemen.Kegiatan ini pada mulanya bersifat
elitis dan aristokratis, hanya diisi oleh kaum bangsawan yang ingin mempertahankan
kepentingannya terhadap tuntutan-tuntutan raja. Berdasarkan sejarahnya terdapat 3 teori yang
dapat menjelaskan asal-usul dan pertumbuhan partai politik.

1. Teori Kelembagaan

Teori ini melihat ada keterhubungan antara Parlemen awal dan timbulnya partai politik.
Teori ini mengatakan bahwa, partai politik dibentuk oleh kalangan legislatif (dan eksekutif)
karena ada kebutuhan para anggota parlemen untuk mengadakan kontrak dengan masyarakat dan
membina dukungan dari masyarakat. Setelah partai tersebut terbentuk dan menjalankan
fungsinya, maka muncul partai politik lain yang dibentuk oleh kalangan masyarakat. Oleh
kalangan masyarakat partai politik dibentuk karena masyarakat sadar bahwa partai politik yang
dibentuk oleh pemerintah tidak dapat menampung aspirasi mereka

2. Teori Situasi Historik

Teori ini melihat timbulnya partai politik sebagai upaya sebuah sistem politik untuk
mengatasi krisis yang disebabkan oleh perubahan masyarakat secara luas.Teori ini menjelaskan
bahwa krisis situasi yang terjadi manakala suatu sistem politik mengalami masa transisi karena
perubahan masyarakat dari bentuk masyarakat yang sifatnya tradisional yang berstruktur
sederhana menuju masyarakat yang modern yang berstruktur kompleks. Pada situasi terjadi
berbagai perubahan seperti perubahan jumlah penduduk, perluasan pendidikan, perubahan pola
pertanian dan industri, partisipasi media massa, urbanisasi, perubahan ekonomi yang berorientasi
pasar, peningkatan aspirasi dan harapan-harapan baru dan munculnya gerakan-gerakan populis.

3. Teori Pembangunan

7
Teori yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial ekonomi.Dalam teori
ketiga ini, melihat modernisasi sosial ekonomi, seperti pembangunan teknologi komunikasi
berupa media massa dan transportasi, perluasan dan peningkatan mutu pendidikan,
industrialisasi, urbanisasi, perluasan kekuasaan negara seperti birokratisasi, pembentukan
berbagai kelompok-kelompok kepentingan dan organisasi profesiserta peningkatan individu
dalam memberikan pengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, melahirkan sebuah kebutuhan
terhadap sebuah organisasi politik yang mampu memadukan dan memperjuangkan berbagai
aspirasi tersebut. Jadi partai politik merupakan sebuah produk logis dari modernisasi sosial
ekonomi

2.3 Fungsi Partai Politik

Partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau di bentuk
dengan tujuan khusus. Definisi lainya adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi , nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini
adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara
kostitusionil untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan kepada rakyatnya.

Ada 6 fungsi Partai Politik, yaitu

 Sarana komuniksi politik.

Di negara yang menetapkan sitem demokrasi seperti indonesia, partai politik


berfungsi untuk menyalurkan berbagai macam suara maupun aspirasi masyrakat supaya
sampai pada pemarintah. Kemudian asspirsi tersebut di tungangkan dalam berbagai
macam kegiatan-kegiatan partai politik, salain itu partai politik juga berfungsi untuk
memperluaskan keputusan dan kebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam hal ini fungsi
partai politik berperan sebagai perantara antara pemerintah dan masyrakat.

 Sarana Sosialisasi politik

Dalam ilmu politik sosialisasi politik di artikan sebagai proses dimana seseorang
memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku di
masyarakat dimanapun berada. Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-
angsur dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Pendidikan partai politik proses dialogis

8
yang bertujuan angar anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nialai-nilai, norma,
dam simbol politik negaranya.

 Sarana Rekrutmen politik

Partai ini juga berperan sebagai wadah untuk menampung dan menyeleksi kader-
kader politik yang nantinya akan meneruskan kepemimpinan suatu pemerintah dengan
jabatan-jabatan tertentu. Partai politik memperluas perannya dalam membuka
kesempatan dalam warga negara untuk turut serta dalam berpartisipasi politik dalam
suatu negara. Partai politik senantiasa melahirkan kader-kader yang potensial dalam
setiap perkembanganya perpolitikan.

 Sarana mengatur konflik

Dalam suatu negara demokrasi seperti indonesia, perbedaan pendapat tentunya


menjadi hal yang wajar adanya. Berbagai perbedaaan pendapat tentunya menjadi hal
yang wajar adanya. Berbagai perbadaan suku, tetnis, budaya, status sosial, dan lainj-lain
tentunya tidak jarang menimbulkan berbaagai permaasalahan yang dapat menganjam
persatuan bangsa, partai politik harus mampu menciptakan suasana harmonis di antara
kalangan masyarakat serta mencontohkan persaingan-persaingan sehat dalam mencapai
tujuan.

 Sarana kontrol politik

Dalam menetapakan keputusan –keputusan maupun kebijakan terkadang terjadi


kesalahan maupun keliruan yang tidaak sesuai dengan kepentingan masyarkat. Dalam hal
ini partai politik berperan untuk menggingatkan dan meluruskan kebijakan pemerintah.
Kontrol kebijakan di lakukan untuk mengatasi kesewenag-wenangan pemerintah yanag
dapat merugikan rakyat. Dalam melakukan kontrol politik, partai politik juga
melinbatkan masyarakat dalam memlibatkan masyarakat dalam memberikan aspirasi
yang dapt mempengaruhi kebijakan politik suatu negara.

 Sarana partisipasi politik

Partai politik berfungsi untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah hal tersebut di


karenakan partai politik menerima dan menampung aspirasi masyarakat dalam

9
melaksankan pembangaunan nasional. Negara dengan sistemnya demokrasi tentunya
peran politik sebagai penampung suara masyarakat untuk di salurkan kepada pemerintah.
Tanpa danya partisipasi ataupu keterlibatan partai politik, kebijakan yang di buat
pemerintah tentunya tidak dapat di ubah jika tidak sesuai dengan kondisi masyarakat.
Oleh karena itu dalam hal ini peran politik sangat penting.

Menurut Paul Allen Beck dan Frank J.Sorauf (1992;17), kesulitan untuk melekatkan
fungsi apa yang semestinya menjadi atribut partai disebabkan oleh dua hal. Pertama, di antara
ahli kepartaian sendiri tidak pernah mencapai kesepakatan tentang apa yang dimaksud dengan
kata fungsi. Beberapa ahli menggunakan kata itu untuk menunjukkan aktivitas nyata partai
politik, seperti kontestasi dalam pemilu, sementara ahli yang lain menggunakannya untuk
menggambarkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak direncanakan atau sebuah kebetulan yang
dihasilkan dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Pakar yang lain menyebutkan fungsi
adalah menandakan sebuah kontribusi partai untuk beroperasi dalam sistem politik yang luas.

Kedua,kesulitan Untuk memformulasikan kategori fungsi partai terkait dengan kebutuhan


untuk dapat diobservasi dan diukur atas fungsi yang dijalankan. Beberapa penulis berpendapat
bahwa salah satu fungsi partai politik adalah mengorganisir konflik sosial atau artikulasi
kepentingan-kepentingan sosial. Menurut Caton (2007:7) dalam Pamungkas, dalam negara
demokrasi dan berbagai fungsi partai politik yang ada sebenarnya terdapat 4 (empat) fungsi
sentral partai politik.fungsi artikulasi kepentingan, yaitu mengembangkan program-program dan
kebijakan pemerintah yang konsisten.

a. Fungsi agregasi kepentingan, memungut tuntutan masyarakat dan membungkusnya

b. Rekuitmen, yaitu menyeleksi dan melatih orang untuk posisi-posisi di eksekutif dan
legislatif.

c. Mengawasi dan mengkontrol pemerintah.

Fungsi-fungsi tersebut dalam cakupan lebih luasnya antara lain adalah dari satu partai ke
partai lain menunjukkan bahwa kaderisasi yang dilakukan oleh partai politik belum berhasil
menanamkan loyalitas yang kuat sehingga kaderisasi tersebut menjadi masalah besar di partai
politik. Partai-partai politik tersebut dianggap tidak memiliki kemampuan mengerahkan dan

10
mewakili kepentingan warga dengan pemerintah.Terjadinya kesulitan dalam menjalankan fungsi
partai politik ini menurut

Paul Allen Beck dan Frank J. Sorauf dikarenakan oleh dua hal, yakni:

 Di antara ahli kepartaian sendiri tidak pernah mencapai kesepakatan tentang apa yang
dimaksud dengan kata fungsi. Beberapa ahli menggunakan kata tersebut untuk
menunjukkan aktivitas nyata partai politik, seperti kontestasi dalam pemilu.
Sementara ahli yang lain menggunakannya untuk menggambarkan konsekuensi yang
tidak direncanakan atau sebuah kebetulan yang dihasilkan dari aktivitas yang
direncanakan.

 Kesulitan untuk memformulasikan kategori fungsi partai terkait dengan kebutuhan


untuk dapat diobservasi dan diukur di atas fungsi yang dijalankan. Beberapa penulis
malah berpendapat bahwa salah satu fungsi partai adalah mengorganisir konflik sosial
atau artikulasi kepentingan sosial. Arianto menjabarkan bahwa masyarakat tidak lagi
percaya dengan partai. Kandidat yang diberikan sebagai calon dianggap tidak
memberikan perubahan. Akibatnya masyarakat enggan untuk menggunakan hak pilih.
Stigma ini terbentuk karena tabiat sebagian politisi yang masuk pada kategori politik
instan.

Politik di mana baru mendekati masyarakat ketika akan ada agenda politik seperti pemilu.
Maka kondisi ini meruntuhkan kepercayaan masyarakat pada politisi harus
dibebankan,yaitupartaipenguasa. Partai penguasa bertanggungjawab terhadap berbagai tindakan
yangdilakukan pemerintah. Fungsipartai untuk memperkuat stabilitas pemerintahan dan
demokrasi adalahmenjaga stabilitas partai. Berdasarkan penjelasan fungsi partai politik diatas,
dapat disimpulkan bahwa fungsi partai politik adalah untuk membantu masyarakat menyalurkan
aspirasinya dan membantu masyarakat berpartisipasi dalam politik, mengawasi jalannya
pemerintahan dan mewujudkan pemerintahan yang adil dan demokratis.Kendala dalam
Pelaksanaan Fungsi Partai Politik di Indonesia Ada beberapa faktor yang bias menjadi penyebab
gagalnya sebuahpartai politik di Indonesia menjalankan fungsinya, yaitu:

1) Sistem Kepartaian di Indonesia Sejak zaman kemerdekaan , Indonesia mengadopsi sistem


multipartai dengan segala variannya sebagai wujud kemajemukan (beragamnya

11
kepentingan dan kelompok sosial) Indonesia. Secara spesifik pada negara berkembang,
partai politik yang ada akan membentuk sistem yang terpolarisasi sebagai akibat dari
lebarnya jarak ideologi. Keadaan tersebut akan menghasilkan pemerintahan yang tidak
stabil karena partai politik yang cenderung untuk terlibat dalam konflik horizontal. Hal
itu juga yang menyebabkanpartai politik kurang dapat menjalankan fungsi komunikasi
dansosialisasi politik di masyarakat.

2) Budaya Elitisme Partai politik di Indonesia masih dikuasai oleh kelompok-kelompok


(faksi) tertentu. Pada perkembangannya, budaya tersebut membuat partai hanya dikuasai
oleh elit-elit tertentu dan bahkan menjadi semacam dinasti politik dalam partai. Hal itu
mungkin menjadi strategi partai politik untuk mempertahankan ideologi dan
kepentingannya. Kalau sudah begitu, fungsi rekrutmen partaipolitik tidak akan berjalan
sempurna dan bisa menjadi pengaruh buruk dalam pendidikan politik di masyarakat.

3) Pragmatisme Partai Politik Pada dasarnya, ideologi partai politik di Indonesia


dipengaruhi oleh jalur-jalur agama, kelas dan kebangsaan. Namun pada dewasa
ini,idealisme partai seakan dikalahkan oleh budaya pragmatisme yang menyebabkan
partai politik di Indonesia lebih berpikir untuk mempertahankan kekuasaan politiknya
saja dari pada mempertahankan idealismenya. Kendala pelaksanaan fungsi partai politik
di Indonesia secara garis besar disebabkan karena partai politik di Indonesia lebih
berpikir untuk mempertahankan kekuasaan politiknya saja daripada mempertahankan
idealismenya

2.4 . Partai Politik di Indonesia

Partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional yang di bentuk oleh sekolompok
warga negara indonesia secara sukarela atas dasar keamanan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangankan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara
serta mempersatukan NKRI berdasarkan pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pengertian ini tercantum dalam pasal 1 ayat 1 undang- undang no 2 tahun 2008 tentang
Partai Politik.

Untuk mengikuti pemilihan umum, partai politik wajib memenuhi persyartan retentu
yang telah di tetapkan oleh Undang-undang. Selanjutnya,komisi pemilihan umum akan

12
,melakukan proses sertivikasi terdiri dari tahap yaitu verivikasi administrasi dan verivikasi
faktual. Bagian ini akan mengidentifikasi masalah, tantangan dan capaian dalam penguatan
partai politik saat ini di Indonesia. Dari wawancara, FGD serta literatur yang ada, kami
menemukan tiga persoalan pokok yang kami identifikasi dalam kajian ini, yakni korupsi, politik
uang (money politics),serta melemahnya fungsi keterwakilan partai politik. Ilustrasi berikut
adalah gambaran kinerja partai politik di tengah lingkaran tiga permasalahan tersebut. Korupsi,
money politics, dan kerapuhan fungsi representasi merupakan permasalahan yang saling
mempengaruhi kinerja partai politik. Dalam hal kerapuhan fungsi representasi, sebagaimana
yang kami identifikasi dari kajian ini, ada tiga hal yang dominan yakni tidak efektifnya
pengartikulasian aspirasi rakyat, masalah dalam kaderisasi, dan tidak efektifnya pendidikan
politik.

Dalam setiap bahasan permasalahan partai politik tersebut, kami juga akan
mengidentifikasi dan menganalisis perangkat hukum dan kebijakan yang sudah ada di Indonesia.
Persoalan Pokok Partai Politik Setelah mengidentifikasi tiga masalah utama tersebut, kami akan
membahas tantangan dan capaian dalam upaya penguatan partai politik agar bisa efektif dalam
melakukan peran dan fungsinya dalam demokrasi di Indonesia. Tiga tantangan utama yang kami
identifikasi adalah relasi patronase dan klientalisme yang kuat, mekanisme dan sistem yang tidak
demokratis dalam internal partai, serta keterbatasan pengawasan dan implementasi. Dari
ketiganya, kami juga akan mengidentifikasi capaian yang sudah ada sampai saat ini.

 MASALAH-MASALAH KEPARTAIAN

1. Korupsi

Korupsi, baik yang dilakukan secara individu maupun kolektif untuk kepentingan partai
politik, merupakan fenomena yang muncul sejak reformasi bergulir terutama pasca Pemilu 2004.
Selain itu kasus-kasus skandal korupsi partai politi juga makin marak dengan melibatkan
individu-individu di pemerintahan. Maraknya fenomena ini tidak lain disebabkan karena
kebutuhan sumber dana yang besar untuk partai politik sebagai sebuah mesin politik satu-satunya
yang mendominasi politik Indonesia, sebagaimana dijamin dalam konstitusi yang telah beberapa
kali diamandemen. Dominasi ini meliputi penguatan fungsi DPR, yang berarti penguatan peran
partai politik karena hanya partai politik yang berhak memiliki kursi di DPR, kewenangan partai
politik sebagai satu-satunya organisasi yang berhak mencalonkan presiden dan wakilnya serta

13
kepala daerah,dan wewenang partai politik melalui wakil-wakilnya di DPR untuk memilih dan
mengangkat pejabat publik (Asshiddiqie, 2007).

Perannya yang sedemikian besar diatur dalam konstitusi lewat sejumlah proses yang sarat
dengan tarik menarik kepentingan wakil-wakil partai politik yang ada di DPR RI. Ini merupakan
salah satu perubahan paling dramatis dan menguntungkan bagi partai politik, mengingat UUD
1945 bahkan tak sekalipun menyebut “partai politik” dan secara praktik fungsi partai politik
dimandulkan oleh rejim Orde Baru. Peran yang demikian besar dan strategis ini diikuti dengan
kebutuhan berkegiatan untuk menjalankan fungsinya, terutama untuk mempertahankan
keberadaannya dan mengupayakan berbagai cara untuk memenangkan pertarungan elektoral.

Partai politik membutuhkan sumber dana yang terbilang sangat besar untuk mencakup
mulai dari kebutuhan operasional (kesekretariatan) hingga konsolidasi organisasi. Junaidi dkk
(2011: 104-108) membagi kebutuhan partai politik ini ke dalam lima aspek berdasarkan laporan
keuangan partai politik ke pemerintah. Kelima aspek ini adalah:

1) Operasional sekretariat, yang mengacu pada PP No. 5/2000;

2) Konsolidasi organisasi, termasuk Musyawarah Nasional, kongres, atau muktamar.

3) Pendidikan politik termasuk kaderisasi

4) Unjuk publik yang meliputi survei, pemasangan iklan di media massa, perayaan ulang
tahun, bakti sosial, seminar, dan kegiatan lainnya; serta

5) Perjalanan dinas ketua umum partai politik bersama jajaran pengurus partainasional
lainnya.

Besarnya pengeluaran ini tidak dibarengi dengan pendapatan atau pemasukan yang
memadai. Pendapatan partai politik diatur sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang, dan
disebutkan juga dalam AD/ART partai politik, mencakup lima sumber: iuran anggota,sumbangan
perseorangan anggota, sumbangan perseorangan bukan anggota, sumbangan badan usaha, dan
subsidi Negara. Penelitian Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan Indonesia (Kemitraan)
tentang keuangan partai politik mencoba membuat simulasi pendapatan dan belanja
(pengeluaran) partai politik berdasarkan laporan keuangan partai ke pemerintah

a) Undang-Undang yang Mengatur Keuangan Partai Politik

14
Lepas kendalinya partai politik, termasuk pengendalian partai politik oleh pemilik uang
tertentu, berpengaruh pada fungsi dan peran partai politik. Hal ini melatar belakangi lahirnya
pengaturan keuangan partai politik dalam tiga UU partai politik: UU No. 31/2002, UU
No.2/2008, dan UU No. 2/2011. Sebelumnya, pada masa Orde Baru pemerintah juga mengatur
tentang keuangan partai politik dalam UU No. 3/1975 yang menyebutkan bahwa sumber
keuangan partai politik berasal dari iuran anggota, sumbangan yang tidak mengikat, usaha lain
yang sah, dan bantuan dari Negara. Adapun UU yang dibuat untuk mengatur secara lebih rinci
soal keuangan partai politik. UU No 31/2002 menjabarkan posisi dan fungsi partai politik setelah
perubahan UUD 1945. UU No. 2/2008 merupakan pengganti UU No.31/2002, yang
dimaksudkan untuk menyempurnakan pengaturan partai politik. Terakhir, UU No.2/2011 yang
berlaku sejak 15 Januari 2011 dibuat untuk mengganti UU No.2/2008 dengan maksud untuk
mempertegas pengaturan keuangan.

b) Partai politik.

Politik Uang politik uang atau yang umumnya dikenal sebagai money politik,yang
dilakukan oleh individu-individu partai politik di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang
semakin mencuat dalam dua dekade terakhir. Fenomena ini bahkan sudah mencapai titik kronis,
dikarenakan banyaknya kasus-kasus terjadi di momen politik lokal maupun nasional. Di samping
itu, berbeda dengan korupsi, politik uang sulit dibuktikan secara hukum, tapi lebih umum diakui
secara sosial. Praktek ini sudah dimulai oleh Golkar pada masa Orde Baru yang mengiming-
imingi masyarakat setiap Pemilu yang kemudian dikenal dengan istilah ‘serangan fajar’, dan
berkembang di hampir seluruh pemilihan di lingkungan partai politik pada era tersebut.

Politik uang, menurut Ali Nurdin, adalah istilah khas Indonesia yang tidak dikenal dalam
literatur politik. Meski demikian, politik uang secara umum dipahami sebagai praktik
pendistribusian uang (tunai atau dalam bentuk barang) dari individu kandidat pada Pemilu atau
Pilkada kepada pemilih di wilayah pemilihan mereka. Istilah lain yang digunakan dalam literatur
atau kajian politik adalah vote-buying atau pembelian suara oleh para kandidat Pemilu dengan
membagi-bagikan uang atau bentuk konsesi lainnya. Fenomena vote-buying ini menurut
Scheffer merupakan sesuatu yang umum terjadi dalam Pemilu yang kompetitif (popular
election). Pembelian suara memiliki banyak arti dan dipahami dalam konteks yang berbeda-beda

15
tergantung faktor-faktornya, termasuk tradisi politik, budaya, dan sistem pemilihan.Politik uang
dalam Pemilu langsung bekerja paling tidak empat siklus.

1. Transaksi antara elit ekonomi (pemilik uang) dengan pasangan calon kepala daerah
yang akan menjadi pengambil kebijakan/keputusan politik pasca-Pemilukada.

2. Transaksi antara pasangan calon kepala daerah dengan partai politik, dimana partai
politik cenderung memanfaatkan kesempatan untuk mengeruk dana dari kandidat
tersebut.

3. Transaksi antara pasangan calon dan tim kampanye dengan petugas-petugas


Pemilukada yang mempunyai wewenang untuk menghitung perolehan suara agar
kandidat memiliki kesempatan untuk memperoleh tambahan suara guna
memenangkan pemilihan, dengan cara-cara yang tidak sah melalui bantuan dari
otoritas pelaksana pemilukada. Aspinall dkk menyebut praktek ini sebagai vote-
trading atau pertukaran suara, dan ini menjadi fenomena yang marak di berbagai
pilkada sebagaimana temuan penelitian mereka.

4. Transaksi antara calon atau tim kampanye dengan calon pemilih dalam bentuk
pembelian suara. Lima aktor yang terlibat dalam siklus tersebut adalah penyandang
dana atau donor, kandidat politik dan timnya, partai politik, penyelenggara pemilu,
dan calon pemilih

16
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Partai politik merupakan salah satu sarana untuk berperan serta dan untuk berpartisipasi
dalam politik. Berdasarkan perkembangannya, partai politik pertama kali hadir di kawasan Eropa
Barat meliputi negara seperti, Inggris dan Prancis.Pada masa itu kegiatan partai politik
dipusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam parlemen.Kegiatan ini pada mulanya bersifat
elitis dan aristokratis, hanya diisi oleh kaum bangsawan yang ingin mempertahankan
kepentingannya terhadap tuntutan-tuntutan raja. Berdasarkan sejarahnya terdapat 3 teori yang
dapat menjelaskan asal-usul dan pertumbuhan partai politik.

Fungsi partai politik sesungguhnya berangkat dari realitas empirik yang dikerjakan partai
politik dan berlangsung melalui proses evolusi yang panjang. Menurut Paul Allen Beck dan
Frank J.Sorauf (1992;17), kesulitan untuk melekatkan fungsi apa yang semestinya menjadi
atribut partai disebabkan oleh dua hal. Pertama, di antara ahli kepartaian sendiri tidak pernah
mencapai kesepakatan tentang apa yang dimaksud dengan kata fungsi. Beberapa ahli
menggunakan kata itu untuk menunjukkan aktivitas nyata partai politik, seperti kontestasi dalam
pemilu, sementara ahli yang lain menggunakannya untuk menggambarkan konsekuensi-
konsekuensi yang tidak direncanakan atau sebuah kebetulan yang dihasilkan dari aktivitas-
aktivitas yang direncanakan.

Fungsinya dalam demokrasi di Indonesia. Tiga tantangan utama yang kami identifikasi
adalah relasi patronase dan klientalisme yang kuat, mekanisme dan sistem yang tidak demokratis
dalam internal partai, serta keterbatasan pengawasan dan implementasi. Dari ketiganya, kami
juga akan mengidentifikasi capaian yang sudah ada sampai saat ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik-cet. Ke-26. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama, 2004.
Drs. M. Jimly Asshiddiqie. Kemerdekaan serikat. Buana ilmu populer, 2007.

Febri Saputra. 2017. Makalah Politik [Internet]. [Di unduh 2017, 15 Desember]. Tersedia
pada http://makalahkuindonesia.blogspot.com/2017/12/makalah-partai-politik-tugas-ini-
di.html

Kartika. 2013. Makalah Partai Politik [Internet]. [Di unduh 2013, 7 Januari ]. Tersedia
pada http://gudangtugaskuliah.blogspot.com/2013/01/makalah-partai-politik.html

Prof . M. Herbert fieth, pemikiran politik indonesia. Jakarta. Pustaka jaya. 1984.

Prof. K. Pringgodigdo. Sejarah pergerakan rakyat, jakarta. Dian rakyat.2003

Rudy, Teuku May. Pengantar Ilmu Politik-cet. Pertama. Bandung : Eresco, 1993.

Rudy, Teuku May. Pengantar Ilmu Politik-cet. pertama. Bandung: Eresco, 1993

Sanit, Arbi. Sistem Politik Iindonesia. Jakarta. Raja Grasindo Persada, 2008.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik-cet. Ketujuh. Jakarta : Grasindo, 2010.

Syafiie, Inu Kencana. Ilmu Politik-cet. pertama. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Undang-Undang Partai Politik & Perubahannya (2011).

18

Anda mungkin juga menyukai