Anda di halaman 1dari 4

Nama : Shintia

NIM : 07031381924221
Angkatan : 2019
Kelas : A / Palembang
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Dosen Pengampuh : Giri Ramanda N Kiemas, SE.,MM

MASUKNYA PENJAJAHAN PADA MASA AWAL DAN


INTERAKSINYA DENGAN POLITIK LOKAL DI KERAJAAN
Pada masa sebelum kekuatan Eropa Barat mampu menguasai daratan dan
perairan Asia Tenggara, belum ada Indonesia. Nusantara yang sekarang kita kenal
sebagai Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan tanah yang dikuasai oleh berbagai
kerajaan dan kekaisaran, kadang-kadang hidup berdampingan dengan damai
sementara di lain waktu berada pada kondisi berperang satu sama lain. Nusantara yang
luas tersebut kurang memiliki rasa persatuan sosial dan politik yang dimiliki Indonesia
saat ini.
Ada dua jalur yang digunakan oleh pihak kerajaan untuk ‘mengikat’ masyarakat
dan birokrasi pemerintahan dalam sistem pemerintahan kerajaan yaitu melalui
konsep abdi dalem punokawan dan abdi dalem keprajan. Abdi dalem
punokawan adalah kesempatan yang diberikan oleh pihak kerajaan Yogyakarta bagi
masyarakat luas untuk menjadi abdi dalem (dalam kamus bahasa Indonesia abdi berarti
bawahan, pelayan, hamba atau budak tebusan) di dalam keraton Yogyakarta. Abdi
dalem punokawan ini layaknya seoang pegawai yang memiliki tugas pokok dan gaji
sesuai dengan pangkat dan kedudukan.
Jenjang pangkatnya dari posisi terendah hingga tertinggi meliputi magang, jajar,
bekel enom, bekel sepuh, lurah enom, lurah sepuh, penewu, wedono, riyo bupati anom,
bupati anom, bupati kliwom, bupati nayoko, dan kanjeng pangeran Haryo. Kenaikan
pangkat berlaku empat tahun sekali dan memenuhi daftar hadir serta “sowan bekti”
(ritual untuk menunjukkan kesetiaan). Meskipun pangkat dapat naik setiap empat tahun
terakhir tetapi dua pangkat tertinggi (bupati nayaka dan KPH) menjadi wewenang
kraton (mirunggan). Ada beberapa konpensasi yang bisa didapatkan oleh orang-orang
yang menjadi abdi dalem punokawan dari gelar dan nama pemberian kerajaan hingga
‘kalungguhan’ yang bisa disandang oleh mereka.
Interaksi dengan politik lokal di kerajaan dilakukan melalui banyak bidang , yaitu :
 Bidang Politik
Kekuasaan-kekuasaan kerajaan di Nusantara menurun pada masa
pemerintahan colonial. Hal itu disebabkan oleh adanya intervensi dari pemerintah
colonial melalui Devide Et Impera (Politik Adu Domba). Akhirnya pemerintah colonial
belanda berhasil mempengaruhi penguasa-penguasa di daerah untuk tunduk terhadap
kekuasaannya melalui Devide Et Impera. Berhasil membuat penguasa daerah tunduk,
berarti juga dapat “mengatur” beberapa kebijakan baru, seperti: Membagi wilayah yang
ada di Hindia Belanda khususnya di Jawa, Tiap prefektur dipimpin oleh prefek yang
merupakan orang Eropa sedangkan tiap regentschap (kabupaten) dipimpin bupati yang
berasal dari orang pribumi bangsawan, Prefektur dan regent berada di bawah Gubernur
Jenderal yang berkedudukan sebagai pemimpin tertinggi pemerintah kolonial Belanda,
Gubernur Jenderal dibantu oleh enam departemen yaitu kehakiman, keuangan, dalam
negeri, kebudayaan dan kepercayaan, ekonomi serta kesejahteraan rakyat, Perubahan
dalam politik pemerintahan kembali terjadi akibat kebijakan politik Pax Nederlanica di
akhir abad 19 menuju awal abad 20.
Pax Nederlanica adalah perubahan sistem pemerintahan dari administrasi
tradisional ke sistem administrasi modern. Sistem Pax Nederlanica diterapkan untuk
menggantikan posisi penting pemerintah daerah ke tangan pemerintah Belanda dengan
cara mengangkat dan menggaji pegawai yang menduduki jabatan struktur
birokrasi. Dalam sistem tersebut jabatan tertinggi yang bisa dipegang oleh masyarakat
pribumi yaitu Bupati dan di bawahnya terdapat wedana dan patih.
Selain itu, sistem pemerintahan di Indonesia sekarang merupakan warisan dari
hasil penerapan ajaran Trias Politica yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Dalam badan yudikatif di struktur tersebut, pemerintahan kolonial Belanda membagi
badan peradilan menjadi tiga macam berdasarkan golongan masyarakat di Hindia-
Belanda. Badan peradilan tersebut terdiri dari peradilan untuk orang Eropa, peradilan
orang Timur Asing, dan peradilan orang pribumi. Dalam badan legislatif, pemerintah
kolonial Belanda membentuk Volksraad atau Dewan Rakyat pada tahun 1918.
 Bidang Budaya
Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara memengaruhi kebudayaan bangsa
Indonesia. Pengaruh tersebut mulai dari kosakata bahasa, musik, seni tari, pakaian,
arsitektur hingga cara berpikir. Dampak dalam bidang budaya yang pertama adalah
adanya kata-kata serapan.
Selain itu, bangsa eropa banyak mengenakkan berbagai hal baru ke bangsa kita
seperti kita sudah mengetahui music tradisional dan tari-tarian. Bangunan-bangunan
pada saat itu juga menjadi saksi bisu terhadap semua kejadian di masa lampau. Setiap
detail bangunan memiliki ciri khasnya tersendiri, terutama bangunan-bangunan di
kerajaan. Gaya arsitektur pada bangunan zaman belanda menjadi dampak kedatangan
Bangsa Eropa
Pada saat itu juga banyak benteng-benteng yang di bangun bangsa penjajah
untuk menghalau berbagai serangan. Sampai sekarang masih banyak benteng-benteng
bekas kerajaan yang bisa kita lihat. Kerajaan-kerajaan di zaman kolonial belanda
sengaja untuk membangun bangunan tinggi guna untuk menjaga bentengnya.
 Bidang Sosial
Kedatangan bangsa Eropa di Indonesia sangat membawa banyak dampak politik
bagi kerajaan-kerajaan di Indonesia. Salah satu dampaknya adalah munculnya
masalah politik mengenai munculnya agama katolik dan Kristen protestan. Kedatangan
bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak dalam bidang sosial ataupun ekonomi.
Salah satu dampak dalam bidang sosial adalah munculnya masyarakat yang menganut
agama Katolik dan Kristen Protestan. Kedatangan Portugis yang membawa semangat
3G memengaruhi penyebaran agama Kristen dan Katolik di Indonesia
Fransiscus Xaverius adalah salah satu penyebar agama katolik di Indnesia.
Disisi lain, agama Kristen protestan juga turut tersebar di beberapa kerajaan dan
wilayah Indonesia. Penyebaran agama Kristen Protestan mulai terjadi pada masa
pemerintahan Gubernur Jendral Raffles. Penyebaran agama ini dilakukan oleh
Nederlands Zendeling Genootschap (NZG), yaitu organisasi yang menyebarkan agama
Kristen Protestan berdasarkan Alkitab. Beberapa tokoh yang tergabung dalam NZG
yang terkenal adalah Ludwig Ingwer Nommensen dan Sebastian Qanckaarts.

 Bidang Ekonomi
Berbagai kerajaan mulai di kenalkan mata uang yang diawali dengan
kedatangan Bangsa Eropa. Mata uang ini Mukai diperkenalkan di masa Raffles saat
menjalankan kebijakan Sistem Sewa Tanah. Diperkenalkannya uang kertas dan logam
mendorong munculnya perbankan modern di Hindia-Belanda. Salah satunya adalah de
Javasche Bank, bank modern di Hindia-Belanda yang muncul pertama kali dan didirikan
di Batavia pada tahun 1828.
Selanjutnya, bangkitnya kehidupan perekonomian yang dikarenakan
pembangunan jalan raya pos Anyer-Panarukan. Keberadaan infrastruktur ini di dukung
oleh jaringan transportasi seperti kereta api yang muncul dan berkembang pada masa
Sistem Tanam Paksa. Jaringan ini mulai muncul di Hindia-Belanda sebagai sarana
pengantaran hasil perkebunan yang ada di Hindia belanda serta transportasi
masyarakat kerajaan pada saat itu. Munculnya sistem transportasi ini merupakan
dampak kedatangan Bangsa Eropa bagi kerajaan yang masih bisa digunakan hingga
hari ini.
 Bidang Pendidikan
Masuknya bangsa Eropa ke Nusantara juga membawa pengaruh besar dalam
bidang pendidikan. Pendidikan dari Eropa pertama kali masuk ke Nusantara bersamaan
dengan masuknya agama Kristen Katolik. Kala itu dibangun sekolah yang mengajarkan
ajaran agama Katolik untuk para pribumi dari daerah Timur Indonesia di sekitar daerah
Maluku terutama pada daerah kekuasaan kerajaan.
Pendidikan di anggap penting dimulai pada saat kebijakan politik etis yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial. Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di sekotr-
sektor swasta dan pemerintah merupakan salah satu bentuk perhatian pemerintah
kolonial belanda di bidang Pendidikan. Sebelum muncuk Bangsa Eropa, beberapa
kerajaan belum mengenal Pendidikan. Sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah
menganut sistem pendidikan barat dan hanya bisa dimasuki oleh kalangan bangsawan.
Salah satu Pendidikan yang dibentuk pemerintah kolonial Belanda adalah
sekolah-sekolah kejuruan seperti sekolah calon pegawai negeri sipil yaitu OSVIA
(Opleidingschool voor Inlandsche Ambtenaren). Ada pula dua sekolah kejuruan medis
selevel dengan tingkat universitas yaitu School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen
(STOVIA), dan Nederland Indische Artssenschool (NIAS). STOVIA didirikan oleh
pemerintah kolonial Hindia-Belanda untuk melahirkan dokter-dokter demi mengatasi
berbagai penyakit berbahaya di wilayah jajahannya. Sekolah ini didirikan untuk
mendidik masyarakat pribumi, sehingga setelah mengenyam pendidikan di STOVIA
mereka mendapat gelar “Dokter Jawa”. Pada saat ini baru bermunculan dokter di
kerajaan, sebelum adanya dokter, semua kerajaan masih menggunakan dan
mempercayai Tabib.
Kemudian muncul kembali pendidikan tingkat universitas Technische
Hoogeschool (THS, Sekolah Tinggi Teknik). Melalui sekolah-sekolah bergaya
pendidikan barat yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda nantinya melahirkan
golongan elite baru dalam masyarakat Indonesia. Golongan elite baru inilah yang
membawa perubahan dalam perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan

Anda mungkin juga menyukai