Anda di halaman 1dari 11

RESUME

PENGANTAR IPS SD
AKIBAT-AKIBAT DARI PENJAJAHAN DALAM
BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN DAN LATAR
BELAKANG TIMBULNYA PERGERAKAN
NASIONAL

Disusun Oleh :
Kartini 23129043
Kayla Assyfha 23129189
Marsa Hanafiah 23129336

Dosen Pengampu:
Dra. Hamimah, M.Pd

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas resume yang berjudul “Akibat-Akibat
Dari Penjajahan Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Dan Latar Belakang Timbulnya Pergerakan
Nasional.”

Resume ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar IPS SD. Selain itu,
resume ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Akibat-Akibat Dari Penjajahan Dalam
Berbagai Aspek Kehidupan dan Latar Belakang Timbulnya Pergerakan Nasional. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen Pengantar IPS SD Ibu Dra. Hamimah, M.Pd.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
penulis dapat menyelesaikan resume ini.

Penulis sangat menyadari bahwa resume ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan
resume ini.

Padang, 7 November 2023

Penulis

|2
BAB
PEMBAHASAN

A. Akibat-Akibat dari Pejajahan dalam Kehidupan Bangsa Indonesia


Datangnya bangsa Belanda terutama pada masa pemerintahan Jenderal Daendels
membawa perubahan berupa administrasi dan politik yang lebih modern.
1. Bidang Politik
Dalam bidang politik, kolonialisme dan imperialisme bangsa Barat di Indonesia
menyebabkan semakin hilangnya kekuasaan Politik dan para penguasa Indonesia yang
beralih ke tangan Belanda.
Perubahan sistem politik yang signifikan menyebabkan hilangnya kekuasaan politik
penguasa lokal ke tangan Belanda. Berikut adalah dampak kolonialisme pada bidang
politik:
● Penerapan sistem indirect rule atau sistem pemerintahan tidak langsung dengan
menjadikan para bupati sebagai penguasa VOC dan digaji oleh pemerintah kolonial.
● Munculnya perlawanan dari rakyat nusantara terhadap penerapan sistem pemerintahan
Hindia Belanda.
● Kebijakan yang dikeluarkan Belanda banyak berpengaruh pada kerajaan –
kerajaan.
● Ketergantungan kerajaan pada kekuasaan kolonial Belanda.

Belanda sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan politik kerajaan karena


intervensinya. Bupati menjadi alat kekuasaaan pemerintahan kolonial. Mereka menjadi
pegawai pemerintahan kolonialyang diberi gaji. Padahal menurut adat penguasa tradisional
tersebut mendapat upeti dari rakyat. Semakin merosotnya dan bergantungnya kekuasaan
raja kepada kekuasaan asing. Bahkan sebagian diambil alih atau di bawah kekuasaan
kolonial. Dampak Kolonialisme di bidang politik adalah sebagai berikut :

1) Daendels atau Raffles sudah meletakkan dasar pemerintahan yang modern.


2) Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan digaji, padahal menurut adat istiadat
kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat.
3) Bupati dijadikan alat kekuasaan pemerintah kolonial. Pamong praja yang dahulu
berdasarkangaris keturunan sekarang menjadi sistem kepegawaian.
4) Jawa dijadikan tempat pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah
perfektuf.
5) Belanda dan Inggris melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, contohnya

|3
tentang pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di
Indonesia. Yang mengakibatkan peranan elite kerajaan berkurang dalam politik,
dan kekuasaan pribumi bahkan bisa runtuh.
6) Hukum yang dulu menggunakan hukum adat diubah menggunakan sistem hukum
baratmodern.
7) Kebijakan yang diambil raja dicampuri Belanda

2. Bidang Sosial
Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia membawa dampak dalam bidang sosial Salah
satu dampak dalam bidang sosial adalah munculnya masyarakat yang menganut agama
Katolik, serta pengaruh Kristen Protestan. Kedatangan Portugis yang membawa semangat
3G (Gold, Glory dan Gospel) mempengaruhi penyebaran agama Kristen dan Katolik di
Indonesia.
Terjadinya perubahan pelapisan sosial dalam masyarakat pada masa kolonial, yaitu
sebagai berikut:
1) Golongan timur asing yang terdiri dari orang Cina dan Timur Jauh.
2) Golongan eropa yang terdiri dari orang Belanda dan orang Eropa lainnya.
3) Golongan pribumi

Terjadinya mobilitas sosial dengan adanya gelombang transmigrasi, terutama untuk


memenuhi tenaga-tenaga di perkebunan-perkebunan yang dibuka Belanda di luar
Jawa.Muncul golongan buruh dan golongan majikan yang muncul karena berdirinya pabrik-
pabirk dan perusahaan sehingga pekerjaan masyarakat Indonesia menjadi dinamis.
Munculnya elit terdidik karena tuntutan memenuhi pegawai pemerintah sehingga
menyebabkan didirikannya sekolah-sekolah di berbagai kota. Hal ini mendrong lahirnya elit
terdidik (priyai cendikiawan) di perkotaan. Pembentukan status sosial dimana yang tertinggi
adalah Eropa lalu Asia dan Timur yang terakhir kaum Pribumi.
Terjadinya penindasan dan pemerasan secara kejam. Tradisi yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia, seperti upacara dan tata cara yang berlaku dalam lingkungan istana
menjadi sangat sederhana, bahkan cenderung dihilangkan.
Daerah Indonesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke
pedalaman. Kemunduran perdagangan dilaut secara tak langsung menimbulkan budaya
feodalisme di pedalaman.

3. Bidang Budaya
Kebiasaan pemerintah Kolonial menggunakan bahasa Belanda, di sisi lain,
membawa pengaruh tersendiri. Kita punya banyak bahasa serapan yang berasal dari
bahasa Belanda, portugis dan inggris, misalnya : Indonesia : Handuk, Belanda:
Handdoek, Indonesia: Sepatu, Portugis : Sepato, Indonesia : Buku, Inggris : Book.
Selain kosa kata, kedatangan Bangsa Eropa juga mengenalkan berbagai hal baru ke bangsa
kita. Misalnya, kita jadi tahu berbagai musik internasional ataupun tarian seperti dansa.

|4
Selain itu, ada juga bangunan-bangunan yang menjadi saksi bisu terhadap segala
peristiwa masa lampau. Seperti bangunan yang bisa kita temui di Kota Tua, Lawang
Sewu adalah gedung bersejarah milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang awalnya
digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan keretaapi swasta Nederlandsch-Indische
Spoorweg Maatschappij (NISM). Bangunannya dirancang oleh Prof. Jakob F.
Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek dari Amsterdam dengan ciri dominan berupa
elemen lengkung dan sederhana. Bangunan di desain menyerupai huruf L serta memiliki
jumlah jendela dan pintu yang banyak sebagai sistem sirkulasi udara. Karena jumlah
pintunya yang banyak maka masyarakat menamainya dengan Lawang Sewu yang berarti
seribu pintu..

4. Bidang Ekonomi
Bangsa Barat mengambil keuntungan sebesar – besarnya dalam rangka
melaksanakan penjajahan di Nusantara. Berikut adalah beberapa kebijakan yang
berpengaruh dalam bidang ekonomi :
● Munculnya sistem monopoli perdagangan dengan adanya perdagangan rempah-
rempah membuat bangsa Indonesia mengenal jenis tanaman baru.
● Penerapan sistem tanam paksa terhadap rakyat Indonesia (Cultuurstelsel).
● Diberlakukannya sistem uang menggantikan sistem barter sebagai raksi atas
penerapan sistem sewa tanah (landrent).
● Pembangunan fasilitas umum dengan mempekerjakan rakyat Indonesia (kerja
rodi).
● Pembangunan infrastruktur pendukung ekonomi seperti jalan raya pos dan
perkereta apian.

5. Bidang Pendidikan

Dampak penjajahan bangsa Barat di bidang pendidikan, antara lain:

• Munculnya golongan -golongan terpelajar di Indonesia.


• Bangsa Indonesia bisa membaca dan menulis sehingga dapat menjadi
tenaga–tenaga kerja di perusahaan Belanda.
• Bangsa Indonesia menjadi tahu perkembangan yang terjadi di dunia luar

Usaha–usaha yang dilakukan oleh kolonial Belanda dalam bidang pendidikan


tidak lain adalah untuk keuntungan pemerintahan Belanda, yaitu menghasilkan
pegawai administrasi Belanda yang murah, terampil, dan terdidik. Selain itu
Pemerintah Belanda menyusun kurikulum pendidikannya sendiri, akibatnya
perkembangan pendidikan dan pengajaran di Indonesia sampai abad ke–19
menunjukkan kecenderungan Politik dan Kebudayaan. Tidak semua masyarakat
mendapatkan pendidikan, masyarakat yang mempunyai jabatanlah yang dapat
merasakan pendidikan, seperti keturunan raja, keturunan bangsawan, pengusaha kaya,
dan yang lainnya.

|5
B. Sejarah Awal Mula Pergerakan Nasional
1. Latar belakang pergerakan nasional
a) Politik Etis
• (1899) Van Deventer menerbitkan sebuah artikel yang berjudul Een
Eereschuld (Suatu Hutang Kehormatan) yang menyatakan bahwa Belanda
berhutangbudi kepada Indonesia atas eksploitasi.
• (1901) Ratu Wilhelmina berpidato bahwa Belanda mempunyai kewajiban
untuk mengusahakan kemakmuran sosial ekonomi bagi Hindia Belanda.
• Van Deventer manganjurkan Politik Etis. Politik etis ini didukung oleh
adanya politik asosiasi yaitu politik kerjasama antara golongan pribumidan
Eropa untuk mencapai kemajuan Belanda. Politik etis dilakukan dengan
cara edukasi, emigrasi dan irigasi.
• Belanda membangun sistem irigasi. Namun irigasi dimanfaatkan untuk
mengairi pekebunan Belanda saja
• Emigrasi yaitu pemindahan penduduk Pulau Jawa dalam rangka pemenuhan
tenaga kerja perkebunan Belanda. Banyak yang dikirim ke Sumatra Timur
dan Lampung, bahkan ke Suriname.

b) Sistem sekolah jaman Belanda


➢ Sekolah Dasar:
Pengantar Bahasa Belanda:
• ELS Sekolah dasar bangsa Eropa untuk anak Eropa, Indo, Timur Asing,
atau pribumi terkemuka
• HCS Sekolah dasar bangsa Cina
• HIS. Sekolah untuk anak pribumi terkemuka atau pegawai negeri

Pengantar Bahasa Indonesia


• Sekolah Kelas Dua (Ongko Loro)
• Sekolah Rakyat (Volkschool)

➢ Sekolah Menengah Setingkat SMP/SMU:


• MULO: setingkat SMP untuk pribumi
• AMS: setingkat SMA untuk pribumi
• HBS: Kelanjutan dari ELS untuk Eropa dan bangsawan
• OSVIA: Sekolah Pegawai Pribumi
• STOVIA: Sekolah Dokter Pribumi

➢ Sekolah Menengah Setingkat SMP/SMK:


• Kweekschool: Sekolah Guru Sekolah Teknik (Ambachtsschool)
• Sekolah Dagang (Handel Onderwijs)

➢ Perguruan Tinggi:

|6
• GHS (Sekolah Tinggi Kedokteran)
• RHS (Sekolah Tinggi Hukum)
• THS (Sekolah Tinggi Teknik cikal bakal ITB)

c) Peraturan Pendidikan Zaman Kolonial

2. Organisasi Pergerakan Nasional


a) Budi Utomo
b) Sarekat Islam (SI)
c) Partai India (IP)
d) Indische Social Demokratische Vereninging (ISDV) dan PKI
e) Perhimpunan Indonesia (PI)
f) PNI dan PNI-Baru
g) Radicale Concentratie

h) PPPKI dan Kongres Pemuda

3. Organisasi Pergerakan Berbasis Keagamaan


a) Muhammadiyah
• (18/11/1912) KH. Ahmad Dahlan membentuk Muhammadiyah.
Kegiatannya antara lain: Memberantas buta huruf dan mendirikan
sekolah,Mendirikan rumah sakit, Mendirikan bank Islam.
• Menyingkirkan tradisi kuno yang menyimpang dengan ajaran Islam.
b) Nahdatul Ulama (NU)
• (26/1/1926) KH Hasyim Asy'ari, KH. Abdul Wahab, dan KH. Abdul Halim
mendirikan Nahdatul Ulama di Surabaya. Tujuannya adalah menyiarkan
agama Islam berdasarkan kitab ahli Sunnah Wal Jama'ah.
• NU mendirikan masjid-masjid, pondok pesantren, madrasah.
c) MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia)
• (1943) MIAI didirikan oleh KH Mas Mansyur dari Muhammadiyah dan KH
Wahab Chasbullah dariNU. Organisasi ini adalah gabungan Ormas Islam.

d) Perkumpulan Politik Katolik Djawi


• (1920) Perkumpulan Politik Katolik Djawi didirikan oleh I.J. Kasimo di
Yogykarta. Tujuannya adalah menghimpun masyarakat Indonesia yang
beragama Katolik untuk berperan aktif memajukan Indonesia. Gerakan ini
kooperatif terhadap Belanda dan begerak pada bidang sosial politik.
e) Perserikatan Kaum Chirsten
• (1929) RM Notosutarto dan Mr. Sawuji mendirikan Perserikatan Kaum
Chirsten yang menuntut agar Volksraad dijadikan parlemen dan kepala
departemen menjadi menteri.

4. Organisasi Pergerakan Berbasis Kependidikan


a) Indonesische Studie Club (Kelompok Studi Indonesia)
• (11/7/1924) Dr. Sutomo mendirikan Kelompok Studi Indonesia di
menyatukan elit baru dan mengembangkan nasionalisme Indonesia.
Gerakan ini adalah cikal bakal berdirinya Partai Indonesia Raya
|7
b) Algemeene Studio Club (Kelompok Studi Umum)
• (25/11/25) Iskak Tjokroadisuryo, Soekarno dan Anwari mendirikan
Kelompok Studi Umum di Bandung. Tujuan organisasi ini adalah
mengembangkan kesadaran politik dan penyebaran nasionalisme melalui
organisasi
c) Taman Siswa
• (3/7/1922) Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) mendirikan Taman
Siswa.
• (1933) Taman Siswa dianggap sebagai sekolah liar menurut Undang-
undang Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonantie). Hal ini ditentang oleh
Suwardi Suryaningrat.

5. Sikap Pemerintah Belanda Terhadap Pergerakan Nasional


a) Sikap Toleran Gubernur van Limburg Stirum
b) Sikap Represif (Nonkooperatif)

C. Latar Belakang Timbulnya Pergerakan Nasional

Latar belakang yang dilakukan pemuda dalam pergerakan nasional disebabkan karena
melihat kegagalan dari golongan tua dalam melawan penjajahan Belanda pada abad sembilan
belas. Perlawanan yang dilakukan menimbulkan kerugian yang besar bagi rakyat Indonesia
sepertiadanya krisis ekonomi dan banyaknya korban akibat peperangan. melihat hal peristiwa
pada masa sebelumnya, para pejuang bangsa khususnya pemuda berusaha memperbaiki
keadaan Indonesia. Pemuda berupaya melakukan aksi-aksi yang bersifat modern, contohnya
seperti oraganisasi yangdipelopori oleh pemuda yaitu Budi Utomo

Rakyat Indonesia semakin sadar terhadap pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia.


Banyak berdiri suatu forum komunikasi antara tokoh-tokoh tua dan tokoh muda, maka dalam
perkembangannya melahirkan suatu konsep pemikiran untuk mewujudkan suatu organisasi
yang bersifat nasional sebagai sarana untuk dapat memfasilitasi potensi-potensi pemuda yang
berkembang pada masa pergerakan nasional. Dibuktikan dengan berdirinya Budi Utomo yang
merupakan dorongan dan propaganda dari dokter Wahidin Sudirohusodo. Dokter Wahidin
Sudirohusodo adalah inspirator bagi pembentukan organisasi modern pertama di Jawa.
Mengikutijejak dari Budi Utomo, pemuda-pemuda dari daerah-daerah yang datang ke Batavia
ikut merasakan pentingnya hidup bersama dalam suatu perhimpunan, berdiri suatu organisasi
Jong Java(JJ-1916), Jong Sumateranen Bond (JSB-1917), Jong Celebes (1918), Jong Minahasa
(1918), Sekar Roekoen (SR-1919), Jong Batak Bond (JBB-1925), Jong Islamieten Bond (JIB-
1925) dan sebagainya (yayasan gedung-gedung bersejarah, 1974: 35). Organisasi-organisasi
yang berdasarkan kedaerahan akan membentuk suatu perkumpulan yang lebih besar
berdasarkan kebangsaan (nasional) yaitu Indonesia Muda yang merupakan transisi bagi
persatuan pemuda antardaerah.

|8
Menjelang tahun 1928 cita-cita persatuan telah menguasai suasana politik pergerakan
nasional Indonesia, rasa satu bangsa dimiliki oleh kaum pergerakan. kongres pemuda II pada
28 oktober 1928 yang melahirkan suatu peristiwa yang sangat besar pengaruhnya terhadap
pergerakannasional Indonesia. Peristiwa itu dikenal dengan peristiwa Sumpah Pemuda yang
dicetuskan olehgolongan pemuda, dimana dalam peristiwa tersebut memperoleh kesepakatan
bersama yaitu adanyasatu tanah air, satu bahasa, dan satu bangsa (Suhartono, 1994: 99).

Melalui peristiwa sumpah pemuda, secara terus menerus rakyat Indonesia mengobarkan
semangat persatuan untuk melawan pemerintahan kolonial Belanda. Ide persatuan menciptakan
suatu kesadaran nasional bagi pemuda Indonesia untuk terus berperan dalam kegiatan
organisasiorganisasi pemuda pada masa pergerakan nasional.Dinamika pergerakan pemuda
selama masa pergerakan nasional dalam perkembangannya mengalami pasang surut. Hal ini
dapatdilihat dari latar belakang aspek pendidikan, politik, sosial budaya, dan sosial ekonomi.

D. Dampak dari Pergerakan Nasional


Tujuan pergerakannasionalmenurutTuahunse (2009) yaitumencapai Indonesia
merdeka, dijiwai oleh semangatpersatuan dan kesatuan, sehinggamelahirkan proses
perjuangan yang bertujuanmencapai Indonesia merdeka dan melahirkanbeberapa
momentum sejarah yang penting, salah satunya Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908. Sumpah
Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dan peristiwaProklamasiKemerdekaan Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945 merupakan salah satu dampak yang terjadi karena adanya
pergerakan nasional. Pergerakan nasional yang lahir dari berbagai periode ini
memunculkan dampak yang mempengaruhi kehidupan masyarakat luas, khususnya
Indonesia saat ini. Hal ini juga didorong oleh faktor- faktor yang mempengaruhinya.
Dampak yang ada dari munculnya pergerakan nasional dalam beberapa bidang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Bidang Sosial
Secara sosial pergerakan nasional juga memunculkan solidaritas, nasionalisme dan
multikulturalisme serta jiwa toleransi antar masyarakat. Selain itu, muncul pula
organisasi bersifat kedaerahan saat itu diantaranya adalah: Jong Java, Jong Minahasa,
Jong Celebes, dan lainnya. Organisa sisosial dan keagamaan juga turut mewarnai
dinamika semangat pergerakan nasional pada saat itu, dengan contoh konkritnya
adalah terbentuknya Taman Siswa (1922), Muhammadiyah (1912), dan Nahdlatul
Ulama (1926) yang ke semuanya turut berperan serta dalam membangun semangat
nasionalisme bangsa dan mempunyai kontribusi yang nyata.
2. Bidang Ekonomi
Eksploitasi dilakukan oleh penjajahankolonialber dampak dengan menimbulkan
reaksi-reaksi di kalangan golongan terpelajar, baik di dalam maupun diluar negeri.
Penjajah melakukan tindakan- tindakan ekonomi hanya untuk melindungi kepentingan
kolonial di bidang ekonomi. Diskriminasi dan eksploitasi yang dilakukan penjajahan
Belanda menimbulkan usaha-usaha ke arah eksploitasi ekonomi.

|9
3. Bidang Politik

Dampakdarikolonialisme dan imperialisme adalah munculnya sikap nasionalisme


dari berbagai kalangan. Politiketis yang dikerahkan kolonial Belanda terhadap bumi
putera telah mendorong lahirnya golongan elite yang kemudian menjadi dampak
signifikan bagi kolonial Belanda sendiri. Kesadaran bersama muncul sebagai bentuk
menentang penjajahan yang dilakukan oleh Belanda. Kesadaran tersebut menciptakan
bentuk perlawanan baru melalui jalur diplomasi. Awal abad ke-19 melahirkan berbagai
jenis organisasi pergerakan, baik dalam skala lokal, nasional, maupun eksklusif.
Organisasi pergerakan yang banyak bermunculan pada awal abad 19 dimana mampu
merangkul berbagai macam kalangan di Hindia Belanda.
4. Bidang Penddikan

Munculnya kelas terpelajar baru : Salah satu dampak paling signifikan dari
pergerakan nasional adalah munculnya kelas terpelajar baru atau priyayi baru. Kelas ini
tercipta karena diterapkannya Kebijakan Etis oleh pemerintah kolonial Belanda yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dengan
memberikan pendidikan dan Kesehatan.

| 10
DAFTAR PUSTAKA

Ichsan, M., Maulia, S. T., & Hendra, H. (2023). BUDI UTOMO: PEMANTIK
PERGERAKAN NASIONAL. Jurnal EduSosial, 3(1), 96-106.
Iryana, W. (2022). Sejarah pergerakan nasional: melacak akar historis perjuangan bangsa
Indonesia dan kiprah kaum santri dalam lahirnya negara kesatuan Republik Indonesia.
Prenada Media.
Jayusman, I., & Shavab, O. A. K. (2021). Peranan Sarekat Islam (SI) dan Muhammadiyah
sebagai Gerakan Politik dan Pendidikan pada Masa Pergerakan Nasional.
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan Dan Sejarah, 7(2), 82-92.
Muttaqin, F. (2015). Sejarah pergerakan nasional. Humaniora.

Nurhayati, T. (2022). Suwarsih Djojopuspito: Perempuan dalam pergerakan nasional pada


tahun 1928-1945 (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
Poeze, H. A., Dijk, C., & van der Meulen, I. (2008). Di negeri penjajah: orang Indonesia di
negeri Belanda, 1600-1950. Kepustakaan Populer Gramedia.

| 11

Anda mungkin juga menyukai