Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DAMPAK PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME


BELANDA DI INDONESIA DALAM BIDANG SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN
DAN LATAR BELAKANG SUMPAH PEMUDA

Guru Pembimbing : Maulia Rusdian,S.Pd

NAMA KELOMPOK 4 :
Lilis Marliyana
Noval Jumanto Afdal
Tio Akbar
Putri Cahaya
M.Ilham Nur

SMA NEGERI 1 PERHENTIAN RAJA


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kami semua sehingga dapat
menyelesaikan makalah bertema Sejarah Indonesia ini.
Harapan kami agar Makalah ini dapat menambah khasanah dan wawasan,
peninggalan-peninggalan, kebudayaan serta sejarah bangsa kami sendiri agar kami
semua dapat lebih mengenal dan mencintai sejarah perjuangan bangsa kami dan
memupuk rasa Nasionalisme yang semakin terkikis oleh derasnya arus Globalisasi
yang semakin deras mendera bangsa kita.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu
guru atas bimbingannya selama di Sekolah, serta semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Makalah ini sampai selesai.
Dan kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dari makalah
yang kami susun ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan sarannya demi
kesempurnaan Makalah kami dimasa yang akan datang.

Perhentian Raja, September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah..............................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Dampak dari imperialisme Belanda di Indonesia...........................................3

2.2 Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Sosial............................4

2.3 Dampak dalam Bidang Budaya......................................................................5

2.4 Sumpah Pemuda dan yang Melatar belakanginya..........................................6

2.5 Sejarah Sumpah Pemuda................................................................................7

BAB III....................................................................................................................9

PENUTUP................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9

3.2 Kritik dan Saran..............................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktek imperialisme dan kolonialisme di Indonesia mempunyai dampak
yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Bukan hanya mengakibatkan
terjadinya penderitaan dan kesengsaraan fisik, tetapi juga psikhis, bahkan
akibatnya terasa hingga saat ini. Selain mengakibatkan penderitaan dan
kesengsaraan, imperialisme barat juga meninggalkan kosakata, budaya, marga,
sarana jalan dan beberapa pabrik gula, dan aturan perundangan. Kehidupan
masyarakat Indonesia pada masa kolonial sangat dipengaruhi oleh sistem
kolonial yang diterapkan oleh pemerintahan Hindia Belanda.
Nilai-nilai kapitalisme mulai masik ke dalam struktur masyarakat
Indonesia. Komersialisasi telah menggantikan sistem ekonomi tradisional.
Nilai uang telah menggantikan satuan ekonomi tradisional yang selama ini
dijalankan oleh masyarakat pedesaan. Masalah sistem perburuhan dikeluarkan
aturan yang ketat. Tahun 1872 dikeluarkan Peraturan Hukumam Polisi bagi
buruh yang meninggalkan kontrak kerja. Pada tahun 1880 ditetapkan Koeli
Ordonanntie yang mengatur hubungan kerja antara koeli (buruh) dengan
majikan,terutama di daerah perkebunan di luar Jawa. Walaupun wajib kerja
dihapuskan sesuai dengan semangat liberalisme, pemerintah kolonial
menetapkan pajak kepala pada tahun 1882. Pajak dipungut dari semua warga
desa yang kena wajib kerja. Pajak tersebut dirasakan oleh rakyat lebih berat
dibandingkan denganwajib kerja.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Dampak dari imperialisme Belanda di Indonesia Pendidikan?
2. Apa Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Sosial?
3. Apa Dampak dalam Bidang Budaya?
4. Apa itu Sumpah Pemuda dan Latar Belakangnya?

1
1.3 Tujuan Masalah
1. Menegtahui Dampak dari imperialisme Belanda di Indonesia Pendidikan
2. Mengetahui Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Sosial
3. Mengetahui Dampak dalam Bidang Budaya
4. Mengetahui Apa itu Sumpah Pemuda dan Latar Belakangnya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dampak dari imperialisme Belanda di Indonesia


1. Pendidikan
Pembangunan pendidikan telah mempercepat mobilitas penduduk.
Sekolah-sekolah yang didirikan di perkotaan telah menarik minat yang
besar dari penduduk sekitarnya. Banyak penduduk yang berpindah dari satu
kota ke kota lainnya karena alasan sekolah. Misalnya, para priyayi dari
berbagai kabupaten di Jawa Barat banyak yang berpindah ke Bandung
untuk sekolah. Lulusan dari sekolah di sana ada yang tetap bermukin di
kota tersebut, ada juga yang kembali ke daerah asalnya atau ke daerah lain
tempat mereka bekerja. Pendidikan yang berkembang di Indonesia pada
abad ke-19 menggunakan sistem yang diselenggarakan oleh organisasi
agama Kristen, Katholik dan Islam. Sistem persekolahan Islam
menggunakan sistem pesantren. Di luar itu, pemerintah kolonial
menerapkan system
Usaha- usaha yang dilakukan oleh kolonial Belanda dalam bidang
pendidikan tidak lain adalah untuk keuntungan pemerintahan Belanda,
yaitu menghasilkan pegawai administrasi Belanda yg murah, terampil, dan
terdidik. Selain itu Pemerintah Belanda menyusun kurikulum
pendidikannya sendiri, akibatnya perkembangan pendidikan dan
pengajaran di Indonesia sampai abad ke -19 menunjukkan kecenderungan
Politik dan Kebudayaan. Tidak semua masyarakat mendapatkan
pendidikan, masyarakat yang mempunyai jabatan lah yang dapat
merasakan pendidikan, seperti keturunan raja, keturunan bangsawan,
pengusaha kaya, dan yang lainnya.
Para Pahlawan kita lah yang mengajarkan pendidikan kepada
rakyat - rakyat jelata, dengan tujuan agar masyarakat Indonesia tidak lagi
dibodoh – bodohi oleh para kolonial Belanda.

Dampak penjajahan bangsa Barat di bidang pendidikan, antara lain :

3
a. Munculnya golongan - golongan terpelajar di Indonesia.
b. Bangsa Indonesia bisa membaca dan menulis sehingga dapat menjadi
tenaga – tenaga kerja di perusahaan Belanda.
c. Bangsa Indonesia menjadi tahu perkembangan yang terjadi di dunia
luar.
Menurut Sartono Kartodirjo (1988), perkembangan pendidikan abad ke-19
dipengaruhi oleh kecenderungan politik dan budaya sebagai berikut:
a. Pengajaran bersifat netral dan tidak didasarkan atas agama tertentu. Hal
ini dipengaruhi oleh faham humanisme dan liberalismedi Negeri
Belanda.
b. Bahasa pengantar diserahkan kepada sekolah masing-masing sesuai
kebutuhan. Misalnya jika murid pribumi menghendaki bahasa Belanda
sebagai bahasa pengantar maka sekolah harus memenuhinya.
c. Sekolah-sekolah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan praktis
pekerjaan kejuruan

2.2 Dampak Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang Sosial


Dalam bidang sosial,praktik kolonialisme dan imperialisme di
Indonesia,membawa dampak antara lain sebagai berikut.
1. Terjadinya perubahan pelapisan sosial dalam masyarakat pada masa
kolonial,yaitu sebagai berikut.
a. golongan timur asing yang terdiri dari orang Cina dan Timur Jauh
b. golongan eropa yang terdiri dari orang Belanda dan orang Eropa lainnya
c. golongan pribumi
2. Terjadinya mobilitas sosial dengan adanya gelombang transmigrasi,terutama
untuk memenuhi tenaga-tenaga di perkebunan-perkebunan yang dibuka
Belanda di luar Jawa.
Muncul golongan buruh dan golongan majiakn yang muncul karena
berdirinya pabrik-pabirk dan perusahaan sehingga pekerjaan masyarakat
Indonesia menjadi dinamis
Munculnya elit terdidik karena tuntutan memenuhi pegawai pemerintah
sehingga menyebabkan didirikannya sekolah-sekolah di berbagai kota.Hal

4
ini mendrong lahirnya elit terdidik (priyai cendikiawan) di
perkotaan.Walaupun jumlah mereka sedikit,tetapi sangat berperan dalam
perkembangan pergerakan selanjutnya.

2.3 Dampak dalam Bidang Budaya


1. Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat
penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah,
merutuhkan kewibawaan tradisional penguasa pribumi.
2. Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan
dengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.
3. Dengan merosotnya peranan politik maka para elit politik baik raja maupun
bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang seni budaya. Contoh Paku
Buwono V memerintahkan penulisan serat Centhini, R.Ng Ronggo Warsito
menyusun Kitab Pustakaraya Purwa, Mangkunegara IV menyusun kitab
Wedatama dan lain-lain.
4. Budaya Barat berkembang secara meluas, bahkan merusak sendi-sendi
kehidupan budaya tradisional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebagai
contohnya, kebiasaan minum minuman keras yang dilakukan oleh
golongan bangsawan. Kebiasaan tersebut bukan milik asli bangsa
Indonesia, tetapi kebiasaan yang berlaku di kalangan bangsa Barat yang
dibawa oleh para penjajah (Westernisasi menyebar lewat jalur pendidikan
dan pemerintahan).
5. Birokrat menggunakan bahasa belanda sebagai simbol status mereka
6. Masuknya agama katholik dan protestan

5
2.4 Sumpah Pemuda dan yang Melatar belakanginya
Pada 28 Oktober 1928 menjadi bukti kesadaran penduduk di nusantara akan
nasionalisme dan kebangsaan Indonesia. Berbagai faktor latar belakang tersebut
menyebabkan berkembangnya masa pergerakan kebangsaan, suatu periode yang
sangat penting dalam sejarah perjuangan bangsa. Dalam periode pergerakan
kebangsaan ini telah terjadi peristiwa yang sangat penting dan monumental yaitu
peristiwa Sumpah Pemuda.
Sumpah Pemuda adalah puncak (klimaks) dari sebuah perjuangan untuk
mempersatukan seluruh bangsa menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, latar
belakang terjadinya Sumpah Pemuda karena beberapa faktor antara lain:
 Politik Etis Belanda
Berbagai kebijakan pemerintah kolonial Belanda justru mengakibatkan
kemiskinan dan penderitaan rakyat di nusantara.
Kebijakan pemerintah kolonial Belanda mendapatkan kritik keras dari politikus
dan intelektual Belanda, salah satunya adalah CH Van Deventer. Kritik dari
politikus dan kaum intelektual Belanda mendapatkan perhatian dari pemerintah
Belanda. Kemudian dikeluarkan kebijakan balas budi yang disebut Politik Etis.
Politik Etis adalah kebijakan balas budi yang dibuat oleh pemerintah Belanda
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dikenal dengan Politik Etis. Politik
Etis ini menyasar balas budi dalam tiga bidang yaitu pendidikan (edukasi),
pertanian (irigasi) dan perpindahan penduduk (transmigrasi atau emigrasi).
Bidang pendidikan membuka wawasan bagi kaum muda terpelajar. Kaum muda
terpelajar adalah golongan baru yang membawa ide-ide pada kesadaran
kebangsaan.
Dalam membentuk suatu ideologi kebangsaan, hal penting yang menghubungkan
para kaum terpelajar adalah sarana komunikasi dan transportasi.
Kaum muda terpelajar ini memelopori lahirnya kebangkitan nasional di Indonesia.
 Berkembangnya pers
Berkembangnya pers atau media cetak telah menggerakkan ide-ide kemajuan.
Sehingga lebih memacu berkembangnya ideologi dan pergerakan kebangsaan.
Adanya surat kabar-surat kabar yang sudah terbit saat itu mempercapat

6
berkembangnya semangat nasionalisme di kalangan bangsa Indonesia. Beberapa
surat kabar pada awal abad ke-20 itu antara lain Pemberitaan Betawi, Pewarta
Prijaji, Djawi Kanda, Retnodhoemillah, Sinar Djawa, Tjahaja Timoer, Pewarta
Hindia dan lainnya.
 Kemunculan berbagai organisasi kepemudaan
Pada perkembangan fase kebangkita nasional ditandai dengan mulai
berkembangnya berbagai organisasi pergerakan yang mengusung ideologi
kemajuan dan kebangsaan bahkan juga politik untuk pembebasan rakyat dari
penjajahan. Berbagai organisasi yang berkembang di era kebangkitan nasional
berdasarkan corak atau sifat yang berbeda-beda, antara lain:
1.Bercorak keagamaan atau sekuler
2.Bercorak kedaerahan atau bersifat nasional
3.Kooperatif atau non-kooperatif
4.Pemuda atau wanita
Akan tetapi berbagai organisasi pergerakan nasional tersebut belum mampu
menciptakan persatuan yang kooh untuk bersama-sama melawan penjajah. Sebab
masih memikirkan bagaimana organisasinya berkembang.
Kondisi tersebut menjadi pemikiran serius dari kalangan pemuda untuk
mewujudkan gerakan persatuan dan kesatuan di antara berbagai organisasi.
Beberapa organisasi pemuda pada masa pergerakan nasional yaitu Boedi
Oetomo, Sarekat Islam, Indische Partij, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama,
Perkumpulan Politik Katolik Jawi, Taman Siswa dan lainnya.

2.5 Sejarah Sumpah Pemuda


Pada tanggal 27 Oktober 1928 dilangsungkan Kongres Pemuda II di
Jakarta. Kongres ini diprakarsai oleh PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia) yang didirikan di Jakarta pada tahun 1926, anggotanya kebanyakan
mahasiswa sekolah hukum dan beberapa mahasiswa kedokteran di Batavia.1)
Kongres ini dihadiri oleh 9 organisasi pemuda yang paling terkemuka, yaitu Jong
Sumatranen Bond, Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamienten, Jong
Bataks Bond, Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi dan PPPI.2).Selain para
pemuda, kongres juga dihadiri oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional dari partai
politik, diantaranya Soekarno, Sartono, dan Sunaryo.3) Selain itu, hadir pula 2

7
orang utusan volksraad dan 2 orang wakil pemerintah Hindia Belanda, yaitu Dr.
Pijper dan Van der Plas. Keduanya adalah tokoh Inlandsche Zaken.
Susunan panitia kongres adalah sebagai berikut: Ketua adalah Sugondo
Djojopuspito dari PPPI, Wakil Ketua dari Jong Java (Djoko Marsiad), Sekretaris
dari Jong Sumatranen Bond (Muh. Yamin), Bendahara dari Jong Bataks Bond
(Amir Syarifuddin), Pembantu I dari Jong Islamienten Bond (Djohan Muh Tjai),
Pembantu II dari Pemuda Indonesia (Kotjosungkono), Pembantu III dari Jong
Celebes (Senduk), Pembantu IV dari Jong Ambon (J. Leimena), dan Pembantu V,
Rohjani dari Pemuda Betawi. Pokok persoalan yang dibahas dalam kongres
tersebut adalah bagaimana cara mendapatkan bentuk persatuan di antara pemuda-
pemuda Indonesia yang sudah lama dicita-citakan oleh para pemuda dan
mahasiswa Indonesia, baik di Indonesia maupun di negeri Belanda. Kongres
Pemuda II berlangsung dalam rapat umum terbuka di tiga tempat yang berbeda,
menampilkan tiga prasaran, yaitu “Persatuan dan Kebangsaan Indonesia” oleh
Muh. Yamin, “Pendidikan” oleh Nn. Purnomowulan, Darwono dan S.
Mangunsarkoro, “Kepanduan” oleh Ramelan, dan Mr. Suaryo.
Pada rapat umum yang ketiga yang juga merupakan sidang penutup kongres,
bertepatan dengan hari Minggu malam Senin 28 Oktober 1928, dibacakan hasil
keputusan kongres. Intinya berbunyi:
1. Pertama : Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah
satu, tanah Indonesia
2. Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,
bangsa Indonesia
3. Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia.
Inilah yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda, dan dibacakan
kembali pada setiap upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
setiap tahun.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Bidang Pendidikan
a. Munculna golongan terpelajar
b. Wanita di perbolehkan untuk bersekolah (masih hanya d kalangan
tertentu saja)
2. Bidang Sosial.
a. Makin meluasnya kebudayaan barat, sehingga kebudayaan tradisional
mulai luntur.
b. Timbulnya kegelisahan, kekecewaan dan kebencian rakyat terhadap
pemerintah Kolonial yang menimbulkan perlawanan.
3. Latar Belakang Sumpah Pemuda
a. Politik Etis Belanda
b. Berkembangnya pers
c. Kemunculan berbagai organisasi kepemudaan

3.2 Kritik dan Saran


Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari banyak kesalahan yang
terdapat di dalamnya. Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini dikemudian hari.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sudiri, P. K. 1993. Sejarah Indonesia Baru Dari Pergerakan Nasio-nal sampai


Dekrit Presiden. Malang: IKIP Malang.

Poeponegoro, D. dkk. 1994. Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta; Balai


Pustaka.

______, Tonggak Sejarah Perjuangan Nasional, (online), tersedia: 27 Oktober


2011 (http://halamanputih.wordpress.com/tag/pemimpin-pergerakan-pemuda-
indonesia/) (30 November 2011)

http://ajiezaenulamry.blogspot.com/2015/02/makalah-tentang-pergerakan-
nasional.html

ii 10

Anda mungkin juga menyukai