Anda di halaman 1dari 42

kolonialisme dan imperalisme Barat di Nusantara

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul kolonialisme dan imperalisme Barat di Nusantara dapat
terselesaikan dengan baik.

Dalam proses penulisan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
baik secara langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu, sepantasnyalah penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada siapapun yang telah banyak membantu kami menyusun makalah ini.

Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun kekurangan itu masih
melekat pada kami. Kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis harapkan agar dapat dijadikan
asukan dalam menyempurnakan makalah ini. Harapan penulis, semoga makalah ini memberikan
manfaat bagi kita semua. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolonialisme dan imperialisme mulai berkembang sekitar abad ke-15 yang diawali dengan
adanya gejala pembaruan di Eropa di bidang ekonomi, politik, sosial, maupun budaya dalam bentuk
gerakan Renaisans dan Humanisme yang berpikiran maju.

Renaisans adalah hasrat dan semangat untuk berpikiran maju (progresif) dari kondisi atau masa
sebelumnya. Sementara Humanisme adalah suatu doktrin yang menekankan pada kepentingan
kemanusiaan dan idealisme. Adapun pusat-pusat perkembangan Renaisans pada awalnya terdapat di
kota-kota pelabuhan Italia, seperti Florence, Genoa, dan Venesia.

Kemampuan berpikir yang berhaluan maju inilah yang kemudian menghasilkan banyak penemuan-
penemuan baru seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial-ekonomi, dan kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kolonialisme dan imperialisme.

Pengertian Kolonialisme
Kolonialisme berasal dari kata colunus (colonia) yang berarti suatu usaha untuk untuk mengembangkan
kekuasaan suatu negara diluar wilayah negara tersebut. Kolonialisme pada umumnya bertujuan untuk
mencapai dominasi ekonomi atas sumber daya, manusia, dan perdagangan di suatu wilayah. Wilayah
koloni umumnya adalah daerah-daerah yang kaya akan bahan mentah untuk keperluan negara yang
melakukan kolonialisme.

Pengertian Imperialisme
Imperialisme adalah usaha memperluas kekuasaan suatu negara untuk menguasai negara lain.
Imperialisme dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu imperialisme kuno dan imperialisme modern.
Imperialisme kuno berlangsung sebelum revolusi industri dan bertujuan untuk memiliki kekayaan (gold),
mencapai kejayaan (glory), dan menyebarkan agama (gospel). Spanyol dan portugis adalah negara yang
menjalankan imperialisme kuno. Sementara Inggris merupakan negara yang menganut imperialisme
modern.

Perbedaan kolonialisme dan imperialisme

1. Kolonialisme bertujuan untuk menguras habis sumber daya alam dari negara yang bersangkutan
untuk diangkut ke negara induk.

2. Imperialisme bertujuan untuk menanamkan pengaruh pada semua bidang kehidupan negara yang
bersangkutan.

Persamaan kolonialisme dan imperialisme


Persamaan kolonialisme dan imperialisme adalah akan membuat negara penjajah menjadi makmur,
sementara yang dijajah semakin menderita.

B. Perubahan politik, ekonomi, dan sosial sebagai akibat perluasan kolonialisme serta imperialisme
di Indonesia
A. Bidang Politik

1. Struktur Birokrasi

Dengan diterapkannya kebijakan politik kolonial Belanda di Indonesia, masuk pula pengaruh Belanda
dalam bidang struktur organisasi. Residen bertugas mengawasi jalannya pemerintahan harian kolonial,
meperhatikan penanaman bahan pangan, dan mendorong pendirian sekolah pribumi. Bupati bertugas
mengawasi pelaksanaan tanam paksa, mengawasi perjanjian dagang dengan bangsa-bangsa Eropa, dan
mengawasi sekolah-sekolah pribumi.

Struktur pamong praja yang dahulu berdasarkan garis keturunan, kini mulai menganut sistem
kepegawaian.

2. Sistem Pemerintahan

Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, Pulau Jawa dijadikan sebagai pusat
pemerintahan dan membaginya menjadi kesatuan-kesatuan wilayah yang disebut prefectuure. Selain itu
ia juga menjadikan penguasa lokal, seperti wedana sebagai pegawai negeri yang mendapat gaji negara
dan bertanggung jawab kepada pemimpin prefectuure.

Tahun 1903 pemerintah Belanda mengeluarkan Undang-Undang Desentralisasi yang berisi:

a. Pendelegasian kekuasaan pusat ke Hindia Belanda, dari pemerintah Hindia Belanda ke departemen,
pejabat lokal, dan dari pejabat Belanda ke pejabat pribumi

b. Menciptakan lembaga otonom yang mengatur urusan sendiri

c. Pemisahan keuangan pusat dan daerah

Berdasarkan undang-undang tersebut Indonesia dibagi menjadi kesatuan daerah yang disebut
gouvernementen dengan gubernur sebagai pemimpinnya. Pembentukan pemerintah daerah ini dimulai
dari Jawa Barat (1926), Jawa Timur (1929), dan Jawa Tengah (1930). Perubahan sistem pemerintahan ini
dilanjutkan dengan penghapusan Dewan Karesidenan pada tahun 1925 dan dibentuk Dewan Kabupaten.

3. Sistem Hukum

Sistem hukum Indonesia yang sebelumnya berdasarkan hukum adat tradisional berangsur-angsur
digantikan oleh sistem hukum barat modern. Pada masa Gubernur Jenderal Daendels sudah
diperkenalkan sistem pengadilan keliling dan pengadilan pribumi di setiap prefectuure yang disebut
landgerecht.

Kebijakan kolonial di bidang hukum dilanjutkan dengan pendirian mahkamah agung (Hog-Gerechtschof)
yang merupakan lembaga peradilan atau yudikatif tertinggi di Indonesia saat itu. Sejak tahun 1854,
semua peraturan pemerintah yang berasal dari raja, putra mahkota, dan gubernur jenderal dinyatakan
sebagai undang-undang.
B. Bidang Ekonomi

1. Sistem perdagangan interinsuler terdesak oleh Portugis dan Belanda

2. Portugis dan Belanda melaksanakan monopoli perdagangan sehingga perekonomian rakyat


semakin menurun

3. VOC menekan rakyat untuk melakukan penyerahan tanam paksa berupa hasil bumi dan kerja rodi

4. Sejak tahun 1830 Belanda melaksanakan tanam paksa yang mengakibatkan rakyat Indonesia
semakin menderita dan sengsara

5. Pada masa liberalisme, Indonesia terbuka bagi penanaman modal asing sehingga banyak
pengusaha swasta mendirikan perkebunan di Indonesia
C. Bidang Sosial
1. Mobilitas sosial

Dalam struktur masyarakat Indonesia kolonial mobilitas sosial di kalangan penduduk pribumi hampir
tidak terjadi. Masyarakat Indonesia meliputi golongan Eropa, Asia, dan Timur Jauh serta golongan
pribumi.

2. Stratifikasi sosial

Stratifikasi sosial masyarakat Indonesia sebelum datangnya Belanda terdiri atas golongan bangsawan
(kelas atas), golongan birokrat pemerintah (kelas menengah), dan golongan rakyat jelata (kelas bawah).
Dengan datangnya Belanda ke Indonesia, mereka mengambil alih kedudukan kaum bangsawan sebagai
golongan kelas atas. Pada lapisan strata di bawahnya adalah golongan bangsawan dan birokrat
pemerintah yang memiliki privilege atau hak-hak istimewa untuk memegang kekuasaan pemerintahan.

Lapisan terakhir adalah rakyat kebanyakan yang bekerja sebagai petani kecil, buruh angkut, kuli
kontrak, dan pekerjaan-pekerjaan kasar lainnya.

3. Demografis dan mobilitas penduduk

Masuknya pengaruh sosial dan budaya Barat, serta kemajuan ekonomi di Indonesia telah membentuk
pola kependudukan yang mengikuti sistem kependudukan modern.

Mulai lahir desa-desa dan kota-kota modern menggantikan ibu kota kerajaan sebagai pusat aktivitas
masyarakat Indonesia.

Bersamaan dengan berlangsungnya perubahan struktur demografis, terjadi mobilitas penduduk dari
desa ke kota-kota yang baru berdiri, yang disebabkan faktor-faktor berikut:

a. Perbedaan tingkat kehidupan desa-kota yang sangat mencolok

b. Semakin berkurangnya tanah pertanian di daerah pedesaan

c. Kebijakan Pemerintah Belanda untuk mengirimkan tenaga kerja kuli kontrak di perkebunan-
perkebunan di luar Jawa

4. Kedudukan dan peran perempuan

Sebelum kedatangan bangsa Barat ke Indonesia, kaum perempuan Indonesia sangat dirantai oleh
aturan-aturan tradisi dan adat yang cenderung membatasi peran mereka dalam kehidupan masyarakat.

Kedatangan bangsa Barat serta kebudayaannya sedikit banyak membuka mata beberapa kalangan di
Indonesia, terutama kaum priyayi terpelajar untuk melakukan modernisasi.
Tokoh perempuan Indonesia yang dinilai sebagai pelopor kesadaran ini adalah Raden Ajeng Kartini,
seorang putri Bupati Jepara. Hal
itu ia mulai dengan membuka
sekolah kaum perempuan dan
menjadi gurunya. Sejak itulah,
gerakan emansipasi terus
bergulir di Indonesia.

D. Bidang Budaya
1. Pengaruh Westernisasi (pembaratan)

Proses westernisasi pada masa kolonial berlangsung, terutama melalui jalur pemerintahan dan
pendidikan. Proses westernisasi terlihat jelas terutama di kalangan bangsawan dan birokrat pribumi,
antara lain:

a. Penggunaan bahasa Belanda dalam pergaulan sehari-hari

b. Gaya berpakaian Barat dengan dasi dan jas

c. Lingkungan yang lebih terbuka dan egaliter

d. Sistem jabatan dan kepangkatan, serta prioritas pendidikan Eropa

e. Sistem industri dan cara produksi Barat

f. Arsitektur dan sarana perlengkapan hidup ala Eropa

g. Struktur tata kota Barat


C. Dampak Negatif kolonialisme dan imperialisme barat di Nusantara .
1. Bidang Politik.

a) Hilangnya kekuasaan Raja

b) Campur tangan pihak asing terhadap urusan Istana

c) Kewenangan Bupati berkurang dalam Pemerintahan.

2. Bidang Ekonomi.

a) Kehidupan ekonomi Bangsa Indonesia semakin merosot.

b) Kesejahteraan rakyat semakin menurun

c) Sistim ekonomi uang mulai berkembang

d) Munculnya istilah monopoli

3. Bidang Sosial.

a) Makin meluasnya kebudayaan barat, sehingga kebudayaan tradisional mulai luntur.

b) Timbulnya kegelisahan, kekecewaan dan kebencian rakyat terhadap pemerintah Kolonial yang
menimbulkan perlawanan

http://myriot99.blogspot.co.id/2015/02/kolonialisme-dan-imperalisme-barat-di.html
MAKALAH KOLONIALISME DAN
IMPERIALISME BARAT
DI INDONESIA
Dipublikasi pada 24 November 2014 oleh hasriliblog

Rate This

BAB I
PENDAHULUAN

1. Kolonialisme dan imperialisme


Akhir abad ke-15, di Eropa timbul suatu peristiwa gerakan Renaissance dan Humanisme yang
bertujuan untuk mempelajari, menyelidiki dan menggali ilmu pengetahuan. Semangat untuk dapat
lebih dari masa lampau menimbulkan gerakan kemajuan.
Dengan semangat kemajuan tersebut, maka pada abad ke-15 di Eropa melahirkan temuan-temuan
baru, misalnya temuan Nicolaus Copernicus bahwa bumi itu bulat. Hal ini mendorong pelaut-pelaut
dari Spanyol, Portugis dan negara-negara Eropa lainnya untuk berlayar menjelajahi samudera
mencari daerah baru.

Selain itu, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani dan terjadinya perang salib
mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang
dilakukan oleh Turki Utsmani. Situasi ini mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran
ke wilayah yang banyak memiliki bahan rempah-rempah. Dalam perkembangannya, mereka tidak
saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber rempah-rempah di negara penghasil. Adanya
semboyan imperalisme kuno: Gold (mencari kekayaan), Glory (mencari kejayaan), Gospel
(menyebarkan agama kristen). Semboyan tersebut menjadi tujuan penjelajahan samudera. Selain
dengan Keinginan Berpetualang

Disertai dengan keadaan Eropa pada tahun 1450 M sampai 1650 M menemui masa penemuan
(Age of Discovery) dan masa perluasan kekuasaan (Age of Expansion) Mereka berlomba-lomba
mengarungi samudra, dengan tujuan mencari daerah baru bagi perkembangan perdagangan dan
kebutuhan mereka sendiri. Inilah masa yang disebut sebagai Masa penjelajahan samudera dan
penemuan daerah-daerah baru.
Keberhasilan penjelajahan samudera yang dilakukan oleh bangsa barat dimanfaatkan oleh mereka
untuk mengusai daerah yang didatanginya. Hal inilah yang melahirkan dua istilah yaitu Kolonisme
dan Imperialisme.

Kolonialisme adalah penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud
untuk memperluas negara itu.
Imperialisme adalah sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapat kekuasaan
dan keuntungan yang lebih besar.
Kolonialisme dan imperialisme ditumbuhkembangkan bangsa-bangsa Eropa di seluruh dunia,
termasuk di Nusantara.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Penyebab Dilakukan Penjelajahan Samudra
Ramainya perdagangan di Laut Tengah, terganggu selama dan setelah berlangsungnya Perang
Salib (1096 1291). Dengan jatuhnya kota Konstantinopel (Byzantium) pada tahun 1453 ke tangan
Turki Usmani, aktivitas perdagangan antara orang Eropa dan Asia terputus. Sultan Mahmud II,
penguasa Turki menjalankan politik yang mempersulit pedagang Eropa beroperasi di daerah
kekuasannya. Bangsa Barat menghadapi kendala krisis perdagangan rempah-rempah. Oleh karena
itu bangsa Barat berusaha keras mencari sumbernya dengan melakukan penjelajahan samudra

Eropa pada tahun 1450 sampai 1650 menemui masa penemuan (Age of Discovery) dan masa
perluasan kekuasaan (Age of Expansion). Ketika itu bangsa-bangsa Eropa sudah dapat
mengembangka ilmu pengetahuan di bidang geografi dan teknologi. Memang mereka tertinggal oleh
bangsa Romawi dan bangsa Islam selama berabad-abad lamanya. Namun rupanya, bangsa-bangsa
Eropa memiliki keinginan yang kuat untuk mengejar ketertinggalan itu. Mereka berlomba-lomba
mengarungi samudra, padahal mereka belum yakin apakah dunia ini bulat seperti bola atau datar
seperti meja. Mereka pun ingin berekspansi, membangun wilayah-wilayah pendudukan atau koloni-
koloni. Inilah awal kolonialisme Eropa Akhir abad ke-15, di Eropa timbul suatu peristiwa
gerakan Renaissance dan Humanisme yang bertujuan untuk mempelajari, menyelidiki dan menggali
ilmu pengetahuan. Semangat untuk dapat lebih dari masa lampau menimbulkan gerakan kemajuan.
Dengan semangat kemajuan tersebut, maka pada abad ke-15 di Eropa melahirkan temuan-temuan
baru, misalnya temuan Nicolaus Copernicus bahwa bumi itu bulat dan ditemukanya teknologi
kompas. Hal ini mendorong pelaut-pelaut dari Spanyol, Portugis dan negara-negara Eropa lainnya
untuk berlayar menjelajahi samudera mencari daerah baru.

Selain itu, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani mengakibatkan pasokan
rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki
Utsmani. Situasi ini mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang
banyak memiliki bahan rempah-rempah, Dalam perkembangannya, mereka tidak saja berdagang,
tetapi juga menguasai sumber rempah-rempah di negara penghasil. Adanya semboyan
imperalisme kuno Yang diirigi dengan semagat kekalahan perang salib juga menimbulkan
semboyan 3G : Gold (mencari kekayaan), Glory (mencari kejayaan), Gospel (menyebarkan agama
kristen). Semboyan tersebut menjadi tujuan penjelajahan samudera. Selain dengan keinginan
berpetualang yang diilhami dari kisah perjalanan Marcopolo pada 1254-1324
Kekuatan kolonial utama bangsa eropa pada saat itu adalah Perancis, Inggris, Belanda, Portugis,
dan Spanyol. Bangsa-bangsa ini begitu tertinggal, sehingga baru pada tahun 1350 mereka bisa
melayari laut Tengah dan ujung barat di Spanyol dan ujung timur di Turki. Padahal, orang-orang
Romawi telah melakukan hal yang sama lebih dari 1000 tahun sebelumnya. Bahkan pada abad ke-
15, orang-orang Eropa hanya tahu sedikit tentang permukaan bumi. Peta dunia dibuat pada tahun
1511 oleh Vessente Maggioli, masih berdasarkan pada teori bumi sebagai tanah yang sambung
menyambung. Teori yang sudah usang ini diciptakan pada abad ke-2 oleh Ptolomeus, orang
Yunani-Mesir. Akibat anggapan tentang bumi yang salah. Maggioli menggambarkan Amerika
sebagai kelanjutan dari Asia. Dia tidak tahu bahwa beberapa benua dipisahkan oleh laut.
Untunglah para pelaut eropa tidak menunggu peta yang tepat untuk pergi berlayar. Mereka
melakukan pelayaran dengan peta seadanya. Mengapa mereka begitu nekad Berlayar dengan peta
yang buruk? Rupaya mereka cukup percaya diri karena menguasai teknologi pelayaran dan
persenjataan. Selain itu, mereka sangat bernafsu untuk mendapatkan kekayaan, seperti emas dan
rempah-rempah yang mahal.

Teknologilah yang memungkinkan bangsa-bangsa Eropa melakukan penjelajahan dunia. Selai kapal
laut, Eropa Barat telah menyempurnakan meriam. Senjata ini mengeluarkan dentuman yang
menakutkan. Pelurunya bisa merusak benteng kayu bahkan kota. Kisah keberhasilan Sultan
Muhammad II menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 adalah bukti kedahsyatan meriam.
Sang sultan sangat beruntung, karena para insinyur Eropa mau diupah untuk membuat 56 peluru
meriam kecil dan 1 pucuk meriam raksasa yang mampu melontarkan peluru seberat 800 pon (363,2
Kg).
Teknologi meriam sangat membantu para pelaut karena mereka kekurangan prajurit untuk
melindungi kapal. Kala itu, Eropa baru saja dilanda wabah kematian yang disebut Black
Death. Selain kekurangan prajurit, mereka juga kekurangan pendayung yang biasanya
menggunakan para budak atau orang-orang terpidana.
Keberhasilan menempatkan meriam di kapal akan percuma apabila para pembuat kapal tidak
menemukan cara memanfaatkan tenaga angin untuk menggantikan tenaga pendayung. Semula,
kendaraan perang di laut hanyalah perahu besar terbuka berawak puluhan pendayung dan tenara.
Kapal-kapal berlambung tertutup dan digerakan angin yang ditangkap layar pada tiang, berhasil
mengatasi masalah kekurangan pendayung dan keseimbangan akibat tambahan bobot meriam dan
hempasan ombak besar. Walau lebih lamban daripada kapal dayung, kapal layar ini memuat lebih
banyak barang dan lebih lincah.
Pada abad ke-15, para pelaut Eropa mulai mengenal kompas yang dibawa para pedagang muslim
dari Cina. Kompas sangat membantu untuk menentukan arah pelayaran. Orang-orang Islam telah
menemukan astrolobe pada abad ke-12, juga berjasa bagi para pelaut Eropa. Alat itu dapat
mengukur ketinggian matahari dan benda langit lainnya. Dengan demikian, para pelaut dapat
mengetahui letak kapal dari gais khatulistiwa. Peralatan navigasi ini lambat laun membantu
menyempurnakan peta.
Jika teknologi membantu pelayaran para penjelajah Eropa, apakah yang mendorong mereka
menempuh bahaya mengarungi lautan yang ganas, berkumpul dengan saingan penduduk pribumi
yang primitif? Pada dasarnya mereka mencari keuntungan material. Para penjelajah itu terus terang
mengakui motif itu. Bartholomeus Diaz berkata motif utamanya adalah untuk menjadi kaya. Pelaut
lainnya, Vasco da Gama, motif utamanya adalah untuk menyebarka agama dan mencari rempah-
rempah. Para pelaut dan penjelajah itu religius sebagaimana orang zaman pertengahan, nyatanya
perilaku mereka tergolong modern dan materialistik.
1. Faktor Pendorong Penjelajahan Samudra dan Penemuan Derah baru
Ada beberapa faktor yang mendorong bangsa Eropa melakukan pelayaran dan penjelajahan
samudra. Di bawah ini akan dijelaskan perkembangan ilmu pengetahuan, eknomi, politik, dan
idealisme masyarakat Eropa pada abad pertengahan.

1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Perkembangan ilmu pengetahuan pada akhir abad pertengahan, menimbulkan perubahan besar
dan cepat (revolusi). Hal itu diperlihatkan dengan munculnya penemuan Nicolaus Copernicus
dengan teori Heliosentris (helios=matahari, centrum=pusat), artinya tata surya ini berpusat pada
matahari. Teori heliosentris ini membantah teori lama yang
bersifat geosentris (geos=bumi, centrum=pusat). Ajaran geosentris ini pada perkembangannya
melahirkan suatu pandagan bahwa bumi ini datar seperti meja. Ajaran geosentris didukung dan
disahkan oleh gereja sebagai salah satu ajaran resmi para penganut gereja khatolik.
Kemudian, teori heliosentris dipertegas dan diperjelas oleh ilmuwan dari Italia, Galileo Galilei. Karya
ciptanya berupa teleskop, yang dapat mempelajari gugusan bintang. Akan tetapi, gagasan Galileo
dianggap bertentangan dengan ajaran gereja dan dinyatakan sebagai ajaran sesat.

Perkembangan pemikiran baru dari Copernicus dan Galileo di Eropa mengubah pandangan
masyarakat Eropa tentang keberadaan bumi. Pemikiran Copernicus dan Galileo menyatakan bahwa
bumi ini bula dan matahari sebagai pusat tata surya. Pernyataan itu mendorong orang-orang Eropa
untuk mengarungi lautan mencari daerah baru.
Keinginan untuk mengarungi samudra semakin besar, ketika muncul buku karangan Marco Polo
yang berjudul Imago Mundi (Citra Dunia) danIl Milline (Sejuta Keajaiban). Pada kedua buku ini
dijelaskan tentang kekayaan yang melimpah di negeri timur (Cina dan Jepang). Kekayaan itu berupa
emas, perak, dan sutra. Kisah dalam buku Marcopolo itu memberikan dorongan bagi para pelaut
Eropa untuk mengarungi samudra.
2. Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor paling kuat yang mendorong bangsa Eropa melakukan
penjelajahan samudra. Sebelum menemukan daerah pusat rempah-rempah, bangsa Eropa hanya
mendapatkan hasil dagangan di pusat-pusat perdagangan Asia Barat. Barang dagangan yang
diperoleh berasal dari India, Cina, Jepang, dan Asia Tenggara.
Keuntungan yang diperoleh oleh bangsa Eropa dengan membeli barang dagangan dari pelabuhan
Asia Barat sangat sedikit. Apalagi para pedagang Asia Barat menjual barang dagangan dengan
harga yang mahal. Karena itu orang-orang Eropa berkeinginan mencari barang dagangan dari
pusatnya. Dengan begitu, mereka berharap memiliki keuntungan yang berlipat ganda.

3. Politik
Faktor berikutnya yang mendorong bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra adalah
peristiwa jatuhnya Konstantinopel ke tangan penguasa Turki Usmania tahun1453. Peristiwa ini
menyebabkan orang-orang Eropa tidak mau berdagang di wilayah perdagangan Asia Barat.
Akibatnya, perdagangan antara dunia timur dan barat terputus.

Perkembangan beikutnya, bangsa Eropa mencari arah lain untuk menuju dunia timur. Keadaan ini
menimbulkan gerakan pelayaran dan penjelajahan samudra secara besar-besaran.
4. Idealisme
Keberhasilan para pelaut Portugis dan Spanyol merintis jalan laut menuju Nusantara, mendorong
gelombang pelayaran berikutnya. Tidak hanya ekspedisi dari Portugis dan Spanyol, meliainkan juga
dari Inggris dan Belanda. Bangsa Eropa yang datang ke dunia timur pun pada dasarnya
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor idealisme, dan merupakan tujuan utama mereka. Tujuan
mereka sama yaitu Gold, Glory, dan Gospel.
Gold secara harfiah berarti emas. Namun selain emas, orang-orang Eropa secara khusus mencari
rempah-rempah, yang merupakan sumber kekayaan yang sangat penting dan laku dipasaran Eropa.
Hasil pertanian ini mereka perlukan untuk obat-obatan dan penyedap serta pengawet makanan.
Terlebih setelah terjadi Perang Salib, orang-orang Eropa lebih terdorong untuk mendapatkan
sumber kekayaan itu langsung dari tempat asalnya.
Selain bermotifkan Gold, para penjelajah Eropa pun mengharapkan Glory, atau kejayaan. Hampir
setiap orang ingin berjaya. Hanya anak kecil, orang tua yang pikun dan orang gila yang tidak
memikirkan kejayaan. Bukan orang Eropa saja yang mengejar kejayaan di Nusantara. Bahkan kata
Nusantara merupakan lambang kejayaan Majapahit yang berhasil menundukan kerajaan-kerajaan
yang lemah. Setelahmendapatkan daerah rempah-rempah, bangsa-bangsa Eropa mempunyai
idealisme penguasaan daerah tersebut guna mencapai kejayaan.
Idealisme terakhir dari para penjelajah Eropa adalah menyebarkan agama Nasrani (gospel). Salah
seorang tokoh penyebar agama Nasrani di Indonesia bagian timur seperti di Makassar, Ambon,
Ternate, dan Morotai adalah Franciscus Xaverius atau Santo Francis Xavier (1506-1552). Xaverius
bersama Santo Ingatius de Loyola mendirikan Ordo Yesuit.

1. Dampak Pejelajahan Samudra


Dampak penjelajahan samudra dan penemuan daerah baru yakni berupa sisi positif dan negatif, sisi
postifnya antara lain yakni adanya uji coba terhadap kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Seperti
pembuktian terhadap kebenaran bumi bulat serta penerapan ilmu-ilmu navigasi dan maritim yang
berguna bagi dunia pelayaran hingga saat ini,berkembangnya agama katolik dan protestan di
berbagai belahan dunia yang di bawa dan disebarkan oleh para penjelajah dan penemu daerah baru
( Gospel ). Serta berubhanya pola perdagangan yang semula bersumber langsung dari daerah asal
menjadi sistem perdagangan transito yang mengakibatkan berbaurnya kebudayaan lokal dengan
kebudayaan yang baru atau asing yang dibawa oleh para pejelajah samudra terserbut.
Namun semua sisi baik atau positif tersebut tidak terbayar mahal dengan sisi negatif yang
ditimbulkan oleh penjelajahan samudra dan penemuan daerah baru tersebut segi negatifnya yakni
kebencian terhadap kaum muslim. Dilandasi Semangat reconguesta, yaitu semangat pembalasan
terhadap kekuasaan Islam di mana pun yang dijumpainya sebagai tindak lanjut dari Perang Salib.
Selain itu dampak atau sisi negatif lain dari penjelajahan dan penemuan daerah baru yakni adanya
suatu faham yang berkembang dan cenderung menyimpang yakni Kolonialisme dan Imperialisme
dimana pengertiannya bahwa Kolonialisme adalah suatu usaha untuk melakukan sistem
permukiman warga dari suatu Negara diluar wilayah Negara induknya atau Negara
asalnya.sedangakan Imperialisme sendiri adalah usaha memperluas wilayah kekuasaan atau
jajahan untuk mendirikan imperium atau kekaisaran. Atau secara implisit dapat diartiakan sebagai
sebuah penjajahan yang dilakukan oleh bangsa barat terhadap bangsa atau daerah baru yang telah
ditemukan bahkan dikuasainya baik secara moril ataupun materil atau kekayaan dan eksploitasi
terhadap kekayaan alamnya dengan semboyan Glory dan Goldnya. Disamping monopoli
perdagangan yang diterapkanya.

Hal-hal tersebut diatas adalah contoh dan dampak serta akibat yang ditimbulkan oleh penjelajahan
samudra dan penemuan daerah baru yang dilakukan oleh bangsa-bangsa barat baik Portugis,
Spanyol ,Belanda maupun Inggris.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Penjelajahan Samudera yang dilakukan oleh bangsa Eropa tidak dapat dilepaskan dari berbagai
peristiwa dan berbagai faktor yang mendorongnya. Antara lain Gerakan Renaisans dan Humanisme
yang terjadi di Eropa pada abad-15 yang memicu tumbuhnya berbagai kemajuan dalam
pengetahuan dan teknologi, berlangsungnya Perang Salib (1096 1291) dan jatuhnya kota
Konstantinopel (Byzantium) pada tahun 1453 ke tangan Turki Usmani. Selain itu faktor politis dan
ekonomi yang mempengaruhi situasi perdagangan di Laut Tengah juga mendorong terjadinya
perubahan jalur perdagangan dari barat ke timur

Dimana di Eropa sendiri pada tahun 1450 sampai 1650 menemui masa penemuan (Age of
Discovery) dan masa perluasan kekuasaan (Age of Expansion). Ketika itu bangsa-bangsa Eropa
sudah dapat mengembangka ilmu pengetahuan di bidang geografi dan teknologi. Memang mereka
tertinggal oleh bangsa Romawi dan bangsa Islam selama berabad-abad lamanya. Namun rupanya,
bangsa-bangsa Eropa memiliki keinginan yang kuat untuk mengejar ketertinggalan itu. Mereka
berlomba-lomba mengarungi samudra, padahal mereka belum yakin apakah dunia ini bulat seperti
bola atau datar seperti meja. Mereka pun ingin berekspansi, membangun wilayah-wilayah
pendudukan atau koloni-koloni. Inilah awal kolonialisme Eropa Akhir abad ke-15, atau sebagai
penanda awal pejelajahan samudra yang dipelopori oleh bangsa Portugis dan Spanyol.
Untuk menghindari persaingan antara Portugis dan Spanyol, maka pada tanggal 7 Juni 1494 lahirlah
Perjanjian Tordesillas. Paus membagi daerah kekuasaan di dunia non-Kristiani menjadi dua bagian
dengan batas garis demarkasi/khayal yang membentang dari kutub Utara ke kutub Selatan. Daerah
sebelah Timur garis khayal adalah jalur/kekuasaan Portugis, sedangkan daerah sebelah Barat garis
khayal adalah jalur Spanyol.

Dimana Faktor Pendorong Penjelajahan Samudra dan Penemuan Derah baru Yakni adanya
Perkembangan Ilmu Pengetahuan, faktor Ekonomi, Politik,dan Idealisme walaupun pada
tahap perkembangannya memberikan dampak positif dan negatif

https://bloghasril.wordpress.com/2014/11/24/makalah-kolonialisme-dan-imperialisme-barat-di-
indonesia/
Pengertian

Kolonialisme; berasal dari bahasa Latin yang artinya tanah pemukiman atau jajahan.
Imperialisme; berasal dari kataimperatoryang artinya memerintah.

Waktu :
1. Berdasarkan waktu munculnya, imperialisme dibedakan menjadi dua;
- Imperialisme kuno (sebelum Revolusi Industri paham 3 G)
- Imperialisme modern (setelah revolusi Industri)

Tujuan :
1. Imperialisme politik; menguasai seluruh kehidupan politik dari negara lain.
2. Imperialisme ekonomi; satu upaya menguasai seluruh kehidupan ekonomi dari negara lain.
3. Imperialisme kebudayaan; upaya menguasai menalitas dan jiwa dari negara lain.
4. Imperialisme militer; upaya utk menguasai daerah dari negara lain yang dianggap strategis dengan
menggunakan kekuatan senjata.

Akibat Politik dan Ekonomi

Negara imperialis menjadi pusat kekayaan sedangkan negara jajahan menjadi bertambah miskin.
Hasil industri dipasarkan ke daerah jajahan.
Munculnya investasi swasta
Perdagangan dunia meluas sebagai akibat meningkatnya lalu lintas perdagangan internasional.

Struktur Birokrasi Pemerintah Hindia Belanda

Akibat Sosial Budaya


Terjadi Eropanisasi kebudayaan, yaitu bergesernya kebudayaan penduduk asli dan dipengaruhi oleh
kebudayaan bangsa Eropa.

Masuknya Bangsa Eropa ke Indonesia :

Penjelajahan Portugis
Penjelajahan Spanyol
Kedatangan Bangsa Belanda
Kedatangan Bangsa Inggris

Penjelajahan Bangsa Spanyol

Penjelajahan samudera yang dilakukan Bangsa Spanyol pertama kali dipimpin oleh Christopher
Columbus.
Misi pelayaran yang dilakukan oleh Columbus bermotif Ekonomi, dengan tujuan ad, menemukan
daerah penghasil rempah-rempah.

Penjelajahan Bangsa Portugis

Bangsa Portugis menempuh jalur penjelajahan yang relatif berbeda dengan penjelajahan
Spanyol.
Portugis menempuh jalur penjelajahan ke arah timur karena adanya perjanjian Tordesillas
(1494), Spanyol mendapatkan wilayah sebelah barat dari kepulauan Cape Verde, sedangkan
bangsa Portugis mendapatkan wilayah sebelah timur.

Perjanjian ini dimaksudkan untuk mencegah bentrok antar kedua negara itu dalam
memperebutkan daerah baru.
Bartholomeu Dias (1488) --> Tanjung Harapan
Vasco da Gama (1498) ---> Calcicut
Albuquerque (1511) --> Malaka

Setelah menguasai Malaka dan Maluku, bangsa Portugis bermaksud melebarkan kekuasaan ke
Sumatera yang kaya akan lada, namun keinginan tersebut mendapakan tentangan dari Kerj. Aceh yang
mendominasi perdagangan lada di Sumatera.

Istilah :
1. Agrarische Besluit: Surat keputusan yang ditetapkan oleh Raja Belanda untuk mengatur hal-hal yang
lebih rinci dari Undang-Undang Agraria, khususnya tentang hak kepemilikan tanah dan jenis-jenis hak
penyewaan tanah oleh pihak swasta.

2. Contigenten (pajak In Natura): Kewajiban bagi rakyat pribumi untuk membayar pajak berupa hasil bumi
kepada VOC.

3. Gub. Jendral: Pemimpin tertinggi pemerintahan pendudukan Belanda di Nusantara.

4. Hak Octori: Hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah Belanda.

5. EIC: Kongsi dagang Inggris yang beroperasi di wilayah Asia.

6. VOC: Verenigde Oost Indische Compagnie/persekutuan maskapai perdagangan Hindia Timur.


7. Landrent: Sistem sewa tanah yang diterapkan oleh Thomas Stamford Raffles sebagai pengganti
sistem pajak in natura yang diterapkan sejak zaman VOC.

8. Pelayaran Hongi: Pelayaran dengan perahu Kora-kora (perahu perang) untuk mengawasi pelaksanaan
monopoli perdagangan VOC di Maluku.

9. Sistem Feodalisme: Sistem pemerintahan tradisional yang didasarkan kepada keturunan dan
pemilikan tanah.

10. Westernisasi: Pembaratan, yaitu usaha untuk memasukkan budaya barat.

Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia :

Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia dimulai ketika seorang berkebangsaan Belanda


menerbitkan catatan perjalanan yang berjudul Catatan Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis.
Dalam catatan tersebut berisi peta-peta dan gambaran tentang wilayah.
Pada tahun 1595, ekspedisi Belanda berlayar ke Asia. Ekspedisi ini di pimpin Cornelis de
Houtman. Dan 1596 mereka sampai ke Banten, dari Banten mereka terus bergerak ke Maluku.

Kedatangan Bangsa Inggris ke Indonesia :

Kedatangan bangsa Inggris ke Hindia Timur dimulai dari diberikannya Hak Octori oleh Ratu
Elizabet I dari Inggris kepada Maskapai Hindia Timur EIC.
Sir James Lancaster ad, orang pertama yang ditunjuk untuk memimpin armada pelayaran Inggris
ke dunia timur.
1602 armada dagang ini sampai ke Aceh. Dan tahun 1604 di bawah Sir Henry Middleton berhasil
mencapai Ternate, Tidore Ambon dan Banda.
Dikepulauan ini mereka mendapatkan persaingan dari Portugis.
Dalam menghadapi persaingan dengan Portugis mereka mencari pelabuhan perdagangan lain
seperti Sukadana(KalBar), Makasar, Jayakarta, Jepara , Aceh, Pariaman.

Revolusi Industri
Revolusi Industri adalah, perubahan besar dalam memproduksi barang yang dulunya dikerjakan dengan
tangan (tenaga manusia) menjadi dikerjakan dengan mesin (tenaga mesin).
Munculnya mesin-mesin penggerak itu menimbulkan perubahan dalam kualitas dan kuantitas produk,
tata kerja industri, dan pemasarannya. Perubahan itu berpengaruh besar terhadap kehidupan ekonomi,
sosial, dan politik.

Revolusi Industri di bagi dalam tiga tahap;


1. Revolusi Industri I
- Dalam tahap ini mempergunakan teknik kuno (paleotehnic) dengan mesin uap dan kayu/batu bara
sebagai bahan bakarnya. Inggris
2. Revolusi Industri II
- Dalam tahap ini menggunakan teknik baru (neotehnic) berupa mesin motor dengan listrik atau bensin
sebagai bahan bakarnya. Amerika dan Jerman pada abad ke 19
3. Revolusi Industri III
- Dalam tahap ini menggunakan teknik kimia-hayati (biotehnic) dengan bom atom/nuklir sebagai bahan
bakarnya. Amerika dan Uni Soviet.

Perkembangan Kekuasaan Bangsa Eropa di Indonesia :


1. Portugis
Alfonso de Albuquerque, menyerang Malaka dan berhasil menguasainya pada tahun 1511, dimana
Malaka saat itu diperkirakan memiliki banyak kekayaan berupa rempah-rempah.
Di bawah pimpinan Francisco Serro sampai di Maluku pada tahun 1512 tepatnya di ternate setelah
sebelumnya singgah terlebih dahulu di Gresik dan Banda.
Portugis mampu menguasai Maluku dikarenakan jasanya membantu Ternate mengalahkan Tidore.
Untuk membantu Ternate tersebut Portugis diizinkan untuk mendirikan benteng pertahanan (1522) yang
awalnya digunkan untuk menahan serangan Tidore tetapi selanjutnya dikuasai oleh Portugis.
Selain itu Portugis berhasil mendapatkan hak monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku
(Ternate) sebagai upah usahanya mengalahkan Tidore. Karena monopoli tersebut maka perdagangan
rempah-rempah di Ternate hanya boleh dilakukan oleh Portugis.
Setelah mengetahui betapa merugikannya monopoli perdagangan yang dilakukan Portugis tersebut
maka Ternate mulai menolak kedatangan Portugis yang selanjutnya.
Selain itu Portugis selama di Maluku berusaha menyebarkan agama Kristen sementara itu penduduk
Ternate saat itu beragama Islam. Perilaku Portugis selama berada di Maluku pun dinilai tidak sopan.
Portugis akhirnya berusaha mencari daerah lain yaitu di Sumatera dan di Jawa meskipun di Sumatera dia
berusaha menguasai cengkeh dan lada tetapi kurang berhasil sebab Aceh sangat kuat dalam
perdaganagn lada.
Portugis di Indonesia dari tahun 1511 sampai 1641

2. VOC
VOC dibentuk pada Maret 1602 karena adanya persaingan dagang antara sesama kongsi dagang
Belanda. Tujuan dibentuk VOC untuk mengatasi persaingan antara para pedagang Belanda. Hal ini
disebabakan harga rempah-rempah di Eropa semakin tidak terkendali. VOC (Vereenigde Oost Indische
Compagnie) merupakan Perserikatan Maskapai Hindia Timur.
VOC mempunyai hak-hak istimewa yang diberikan oleh Parlemen Belanda disebut hak Oktrooi. Selain
memiliki hak istimewa, VOC juga memiliki beberapa tanggung jawab kepada Pemerintah Belanda,
tanggung jawab tersebut ad;
a. VOC juga mempunyai kewajiban khusus terhadap pemerintah Belanda.
b. VOC wajib melaporkan hasil keuntungan dagangnya kepada Parlemen Belanda.
c. VOC juga wajib membantu pemerintah Belanda dalam menghadapi berbagai perangan.
Pusat kegiatan perdagangan VOC ada di Ambon.
Jan Pieterzoon Coen membantu Pangeran Jayakarta dalam serangan terhadap Kerajaan Banten dan
kerajan Banten berhasil dikalahkan. Jan Pieterzoon Coen kemudian membangun kembali kota Jayakarta
dan memberinya nama Batavia. Batavia dijadikan sebagai pusat perdagangan dan kekuasaan Belanda di
Indonesia. Sejak saat itu Batavia resmi menjadi markas besar VOC di Indonesia.
Pada akhir abad ke-18, VOC mengalami kemunduran disebabkan :
Gencarnya persainagn dari bangsa Perancis dan Inggris.
Korupsi dan pencurian yang dilakukan para pegawai VOC.
Maraknya perdagangan gelap di jalur monopoli VOC.
Besarnya aggaran belanja VOC tidak sebanding dengan pemasukkannya.
Akhirnya VOC dibubarkan pada tahun 1799 dengan segala tanggungjawab VOC diambil alih oleh
kerajaan Belanda dengan tujuan agar wilayah Indonesia tetap dalam pengendalian Belanda.

3. Masa Pemerintahan Kolonial Belanda


Setelah VOC bubar dan diambil alih oleh Belanda, maka Raja Louis Napoleon Bonaparte menunjuk
Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia.
Herman Willem Daendels berkuasa dari tahun 1808 sampai 1811. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
Daendels:
1. Bidang Pertahanan, ia bertugas mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris yang saat itu
sedang berperang melawan Perancis.
2. Membangun angkatan perang yang terdiri dari orang-orang Indonesia.
3. Membangun benteng-benteng militer, pabrik senjata, dan rumah sakit militer.
4. Membangun jalan utama yang yang menghubungkan kota-kota sepanjang pantai utara Jawa. Jalan
tersebut membentang dari Anyer di Jawa Barat hingga Panarukan di Jawa Timur.
5. Pembangunan Pelabuhan di Banten, Merak, dan Surabaya, serta membuat perahu-perahu untuk
keperluan pemerintahannya.
6. Daendels berusaha untuk menanamkan kekuasaannya di kerajaan-kerajaan lokal di Indonesia, dan
berusaha untuk mengubah tata cara lama dalam tradisi kerajaan-kerajaan Indonesia.
7. Menjual tanah rakyat kepada pengusaha swasta asing dari Belanda, Arab, dan Cina.
Pelaksanaan kebijakan tersebut dilakukan dengan sistem kerja paksa yang disebut Kerja Rodi. Rakyat
harus bekerja keras membangun saran umum tersebut tanpa mendapat upah. Ribuan rakyat meninggal
saat mengerjakan pembuatan jalan raya tersebut.
Tindakan Daendels tersebut menimbulkan konflik dengan para penguasa lokal Indonesia. Tindakan
otoriter Daendels tersebut membuat Raja Louis Napoleon Bonaparte memanggil kembali Daendels ke
Belanda dan diganti oleh Gubernur Jenderal Jansens.

Pertanyaan :
1. Akibat revolusi Industri dibidang sosial bagi Inggris adalah menimbulkan pusat-pusat industri (kota
industri). Seperti Manchester, Liverpool, Birmingham dan Lancaster. Akhirnya menimbulkan keinginan
para petani meninggalkan lahan pertaniannya ke pusat industri menjadi buruh pabrik.

2. Kebijakan pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia yang menyebabkan timbulnya kelompok migran
perkebunan adalah Tanam Paksa.

3. Dampak negatif diberlakukannya sistem Cultur Procenten pada masa tanam paksa berlangsung
adalah :
Cultur Procenten merupakan komisi yang diberikan kepada petugas tanam paksa apabila menyerahkan
hasil tanam paksa melebihi ketentuan, petugas tanam paksa ini berasal dari penguasa lokal setempat,
Oleh karena itu mereka terdorong untuk selalu meningkatkan hasil tanam paksa tanpa melihat
penderitaan dan kesengsaraan yang terjadi pada rakyat Hindia Timur.

4. Latar belakang dibentuknya kongsi dagang VOC adalah


VOC dibentuk pada Maret 1602 karena adanya persaingan dagang antara sesama kongsi dagang
Belanda. Tujuan dibentuk VOC untuk mengatasi persaingan antara para pedagang Belanda.

5. Tujuan Belanda menjalankan pelayaran Hongi adalah :


Pelayaran dengan perahu Kora-kora (perahu perang) untuk mengawasi pelaksanaan monopoli
perdagangan VOC di Maluku.

4. Fase ke II Pemerintahan Belanda di Hindia Timur


Belanda menguasai kembali Indonesia setelah berhasil mengalahkan Inggris dengan adanya Konvensi
London tahun 1814. Pemerintahan kolonial Belanda dipegang oleh:
a. Komisaris Jendral (1816-1819) yang terdiri Elout, Buyskes, dan Van der Capellen.
b. Van der Capellen (1819-1826)
Dalam masa pemerintahannya dia berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal
tersebut bertujuan untuk membayar hutang Belanda yang cukup besar selama perang.
Kebijakannya : menyewakan tanah kepada pengusaha-pengusaha Eropa.
c. Du Bus De Gisignnes (1826-1830)
d. Van den Bosh (1830-1870)
Mengambil kebijakan Tanam Paksa (Cultuur Stelsel). Sistem dimana setiap petani di Jawa wajib
menanam tanaman perdagangan ekspor yang laku dipasaran Eropa/dunia. Oleh karena itu, rakyat
dikenakan pajak in natura.

Ketentuan pokok sistem tanam paksa:


1. Persetujuan menyerahkan sebagian tanah yaitu seperlima dari tanah pertanian milik penduduk.
2. Waktu untuk bekerja tanam paksa tidak melebihi waktu untuk pekerjaan menanam padi.
3. Bebas pajak tanah
4. Kelebihan atau keuntungan diarahkan atau diberikan kepada rakyat
5. Jika terjadi kegagalan panen menjadi tanggung jawab pemerintah.
6. Kerja paksa dilakukan dibawah pengawasan kepala desa
7. Bagi rakyat yang tidak punya tanah, wajib bekerja 66 hari.

Pada pelaksanaannya ternyata tidak seindah ketentuan tersebut, pada pelaksanaannya selalu sangat
membebankan rakyat. Tetapi rakyat Jawa terlalu patuh terhadap kebijakan tersebut sehingga tidak ada
perlawanan dari rakyat.

Pembagian Jenis Tanaman yang ditanam saat Tanam Paksa :


Jenis tanam paksa : Gula, Nila (indigo), teh, tembakau, kayu manis, kapas, kopi.
Tanaman Musiman: Gula, Nila, Tembakau.
Tanaman Tahuanan : Lada, Kopi, Karet, Teh, Kelapa Sawit.
Rakyat Indonesia wajib menanam tanaman-tanaman tersebut dimana selanjutnya hasilnya diserahkan
pada Belanda. Pemerintah Belanda mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari sistem tanam
paksa tersebut sehingga hutang-hutang Belanda dapat dilunasi bahkan semua masalah keungan
Belanda dapat diatasi.

Tanam Paksa dihapuskan karena :


a. Beban rakyat yang semakin besar sebab rakyat selain dibebankan kewajiban menanam tanaman
ekspor, rakyat masih harus bekerja rodi untuk pemerintah membangun sarana-prasarana umum, selain
itu rakyat juga dibebankan kewajiban membayar pajak.
b. Timbulnya bahaya kelaparan, disebabakan karena daya tahan rakyat dalam menghadapi bencana
terlalu kecil sehingga ketika musim kemarau tiba mereka tidak mampu mengatasinya. Bencana
kelaparan tersebut menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di Pulau Jawa. Sebagai contoh;
Di demak penduduknya berkurang dari 336.000 jiwa menjadi 120.000 jiwa.
Di Grobogan, penduduknya berkurang dari 89.500 jiwa menjadi 9.000 jiwa.
c. Bencana tersebut sebagai titik balik atau merupakan batas kemampuan eksploitasi para petani di Jawa
dengan diterapkannya sistem tanam paksa.
d. Keadaan sebenarnya di Jawa tersebut diketahui oleh orang-orang Belanda di negara Belanda
sehingga mereka melakukan penentangan seperti Vitalis, Baron van Hoevell, Multatuli (Douwes Dekker),
Frans van de Pute.
e. Usaha penghapusan tanam paksa sudah dilakukan sejak tahun 1860 dengan penghapusan tanaman
lada sampai 1870 secara resmi tanam paksa dihapuskan di Indonesia namun tanam paksa kopi baru
dapat dihapuskan setelah 1917 dan tanam paksa benar-benar terhapus di Indonesia pada 1920.

3. Inggris
Raffles berkuasa dari tahun 1811-1814 setelah pada tahun 1811, Inggris menyerang wilayah-wilayah
yang dikuasai Belanda di Jawa. Hal ini berhasil membuat Belanda menyerah tanpa syarat dan
memberikan wilayah kekuasaan kepada pemerintah Inggris.
Kekuasaan Inggris di Indonesia diwakili oleh Maskapai Hindia Timur (The East India Company) disingkat
EIC yang berpusat di Calcutta, India. EIC mendapat hak Oktrooi dari Ratu Elizabeth I. Saat Gubernur
Jenderal Lord Minto menjadi pemimpin EIC, dia mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Gubernur
Jenderal di Hindia Belanda.
Selama Raffles berkuasa ia menerapkan berbagai kebijakan diantaranya:
1. Membagi wilayah Pulau Jawa menjadi 16 daerah Karisedenan. Tujuannya untuk mempermudah
pengaturan dan pengawasan terhadap Pulau Jawa.
2. Membentuk sistem pemerintahan dan pengadilan dengan merujuk kepada sistem di Inggris.
3. Mengeruk keuntungan sebesar-besarnya bagi kemakmuran Inggris dengan menerapkan sistem
pemiliki atas tanah dan memberlakukan sewa tanah (Stelsel Tanah).

Karena tindakan-tindakan Raffles selama berkuasa kurang memperhatikan kekuasaan pemerintah lokal
maka dia mendapat pertentangan dari para penguasa lokal di Indonesia.
Selama di Indonesia berhasil menulis buku yang berjudul History of Java berisi sejarah budaya
indonesia. Namanya diabadikan sebagai nama bunga bangkai di Bengkulu Rafflesia Arnoldi
Kekuasaan Raffles berakhir pada 1814 setelah terjadi Konvensi London antara Inggris dan Belanda.
Isinya Inggris harus mengembalikan semua wilayah jajahan Belanda yang telah dikuasainya.
Inggris menyerahkan kekuasaan pada Belanda tahun 1816.

Kondisi Masyarakat Indonesia pada masa Kolonial :


1. Bidang Politik
Struktur Birokrasi; lihat slide hal 7-8.
Sistem Pemerintahan
Dalam masa pemerintahan Kolonial Belanda menjadikan Jawa sebagai pusat pemerintahan dan
membaginya menjadi kesatuan wilayah yang disebut Perfectuure.
Sistem Hukum
dalam masa pemerintahan Kolonial yang digunakan ad, hukum barat menggantikan hukum adat
tradisional.
2. Bidang Ekonomi
Pemerintahan Belanda menetapkan kebijakan ekonomi pintu terbuka pada tahun 1870. Pada masa ini
dimulailah era komersialisasi, moneterisasi, dan industrialisasi. Dan ini memberi kesempatan kepada
pengusaha swasta Belanda untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
3. Bidang Sosial
Mobilitas Sosial
Stratifikasi Sosial
Demografi dan Mobilitas Penduduk
Kedudukan dan Peran Perempuan
4. Bidang Budaya
Pengaruh Westernisasi
Perkembangan pendidikan
5. Bidang Ideologi dan Agama

http://ips-web-id.blogspot.co.id/2012/01/ringkasan-materi-kolonialisme-dan.html
A. Perlawanan Sebelum Tahun 1800

1. Perlawanan Rakyat Mataram

Pada awalnya Mataram dengan Belanda menjalin hubungan baik. Belanda diizinkan mendirikan
benteng(loji) untuk kantor dagang di Jepara. Belanda juga memberikan dua meriam terbaik untuk
Kerajaan Mataram. Dalam perkembangannya, terjadi perselisihan antara Mataram dengan Belanda.
Pada tanggal 8 November 1618, Gubernur Jendral VOC Jan Piterzoon Coen memerintahkan Van Der
Marct menyerang Jepara. Peristiwa tersebut memperuncing perselisihan antara Mataram dengan
Belanda. Sultan Agung mempersiapkan serangan terhadap kedudukan Belanda di Batavia. Serangan
pertama dilakukan tahun 1628. Pasukan Mataram yang dipimpin Tumenggung Baurekso tiba di Batavia
tanggal 22 Agustus 1628. Pasukan ini kemudian disusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, yang
dibantu dua bersaudara, yakni Kiai Dipati Mandurojo dan Kiai Upa Santa. Upaya serangan pertama gagal
untuk menghalang mundur pasukan Belanda. Tidak kurang 1.000 prajurit Mataram gugur dalam
perlawanan tersebut. Mataram mempersiapkan serangan kedua ini pun gagal. Selain kelemahan
pasukan pertama, lumbung padi persediaan makanan banyak dihancurkan Belanda. Di samping Sultan
Agung, perlawanan terhadap kekuasaan VOC juga dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi dan Mas Said.

2. Perlawanan Rakyat Banten

Konflik dalam urusan kerajaan serta persaingan dalam tahta kerajaan juga menyebabkan perlawanan
terhadap kekuasaan barat mengalami kegagalan. Misalnya konflik internal kesultanan Banten yang
menyebabkan Banten jatuh ke tangan VOC Belanda. Setelah sultan Ageng Tirtayasa mengangkat
anaknya yang bergelar Sultan Haji sebagai Sultan Banten, Belanda segera ikut campur dalam urusan
Banten dengan cara mendekati Sultan Haji. Sultan Ageng yang anti terhadap VOC segera menarik balan
menyerahkan sebagian wilayah banten kepada VOC.

3. Perlawanan Rakyat Makasar

Di Pulau Sulawesi, perlawanan untuk mengusir kekuatan VOC juga tidak berhasil. Penyebabnya hampir
sama dengan daerah lainnya di Nusantara, yaitu karena adanya konflik dan persaingan diantara
kerajaan-kerajaan Nusantara. Misalnya konflik antara Sultan Hasanudin dari Makasar dengan Aru Pallaka
dari Kesultanan Bone yang memberi jalan Belanda untuk menguasai Kerajaan-Kerajaan di Sulawesi
tersebut.
Untuk memperkuat kedudukannya di Sulawesi, Sultan Hasanudin menduduki Sumbawa sehingga jalur
perdagangan di Nusantara bagian timur dapat dikuasainya. Oleh karena itu, penguasaan ini dianggap
oleh Belanda sebagai penghalang dalam melakukan aktifitan perdagangan. Pertempuran antara Sultan
Hasanudin dan Belanda selalu terjadi. Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis Spelman selalu
dapat dihalau pasukan Sultan Hasanudin.
Untuk menghadapi Sultan Hasanudin, Belanda meminta bantuan kepada Aru Pallaka yang bersengketa
dengan Sultan Hasanudin. Dengan kerjasama tersebut akhirnya Makasar jatuh ke tangan Belanda dan
Sultan Hasanudin harus menandatangani Perjanjian Bonghaya pada tahun 1667 yang berisikan hal
berikut :
(1) Sultan Hasanudin harus memberikan kebebasan kepada VOC untuk berdagang dikawasan Makasar
dan Maluku
(2) VOC memegang monopoli perdagangan di wilayah Indonesia bagian timur dengan pusatnya Makasar
(3) Wilayah kerajaan Bone yang diserang dan diduduki pada zaman Sultan Hasanudin dikembalikan
kepada Aru Pallaka dan dia diangkat menjadi Raja Bone.

4. Pemberontakan Untung Surapati.

Untung ialah seorang budak dari Bali. Ia dibeli oleh pedagang dari Belanda dan dijadikan pegawai VOC.
Kesalahan yang dibuatnya, yaitu menjalin hubungan dengan seorang gadis yang merupakan putri dari
tuannya, sehingga dia dipenjara. Di dalam penjara ia memimpin teman-temannya untuk membongkar
pintu penjara dan kemudian ia merampok orang orang Belanda. Untung kemudian menjadi buronan,
Belanda selalu menemui kegagalan dalam menangkapnya.
Ketika bergerilya melawan VOC di wilayah Priangan dan melanjutkan perjalanan ke Cirebon, ia terlibat
perkelahian dengan seorang pangeran Cirebon yang bernama Surapati. Untung dituduh telah melakukan
pembangkangan terhadap Sultan Cirebon. Namun, ia selamat dari tuduhan tersebut dan Surapati yang
kemudian dipersalahkan, dan akhirnya dihukum mati. Setelah kejadian itu, Untung dijuluki nama baru,
yaitu dengan sebutan Untung Surapati.
Konflik lain terjadi antara Pangeran Pugar yang merupakan adik dari Amangkurat II dan Amangkurat III
atau Sunan Mas. Konflik ini terjadi karena perbedaan prinsip. Pangeran Pugar memihak Belanda,
sedangkan Sunan Mas anti Belanda. Dalam konflik ini, tentu VOC memilih Pangeran Pugar.
Kemudian Pangeran Pugar dan VOC membuat perjanjian dan menandatanganinya di Semarang. Isi dari
perjanjian tersebut, antara lain sebagai berikut.
(1) Seluruh daerah Priangan, Cirebon dan Madura bagian timur diserahkan kepada VOC.
(2) Pangeran Pugar dibebaskan dari segala utangnya terdahulu, tetapi selama 25 tahun Sunan wajib
menyerahkan 8000 koyan beras kepada VOC.
(3) Di daerah Kartasura VOC bersedia menempatkan pasukannya untuk melindungi sunan.
Karena telah berhasil memperoleh kemenangan, Pangeran Pugar dinobatkan menjadi susuhunan oleh
VOC dengan nama Pakubuwono I.

B. Perlawanan Sesudah Tahun 1800

1. Perlawanan Sultan Nuku(Tidore)

Kesultanan Tidore di bawah pimpinan Sultan Nuku melakukan perlawanan terhadap pemerintah
kolonial Belanda. Untuk menghadapi kekuatan Belanda, Sultan Nuku melakukan persiapan perang
dengan cara meningkatkan kekuatan perangnya hingga 200 kapal perang dan 6000 orang pasukan.
Setelah itu, perjuangan Sultan Nuku untuk mengusir kekuatan Belanda tersebut dilakukan pula jalur
diplomasi.

2. Perlawanan Patimura

Pada malam hari tanggal 15 Mei 1817 para pemuda Saparua dibawah pimpinan Patimura, mulai
melakukan perlawanan terhadap Belanda. Mereka membakar perahu-perahu pos di pelabuan. Setelah
itu, mereka mengepung Benteng Duursted. Pada tanggal 16 Mei 1817, Benteng tersebut berhasil
diduduki oleh barisan Patimura dan kawan-kawan. Setelah itu, Benteng Deverdijk dapat dikuasai dan
Residen Van Der Berg berhasil ditembak mati. Sebagaimana dikemukakan oleh (Poesponegoro et al.
2010 :28), bahwa : Setiap penghuni benteng tersebut, termasuk Residen Van Der Berg beserta
keluarganya tewas...

3. Perang Paderi

Meskipun masyarakat Minangkabau sudah lama memeluk agama Islam tetapi sebagian besar dari
mereka masih memegang teguh adat dan menjalankan kebiasaan lama. Kebiasaan seperti minum
minuman keras, berjudi dan menyabung ayam masih banyak yang melakukannya, sekalipun dalam
ajaran Islam termasuk perbuatan yang terlarang.
Bertolak dari kondisi tersebut, orang-orang yang baru pulang dari Mekah itu membulatkan tekad
membersihkan agama Islam dari perbuatan-perbuatan yang melanggar ajaran agama dan dari adat yang
masih dipegang teguh. Barang siapa melanggar ajaran agama dihukum dengan berat sekali. Kewajiban
agama harus ditepati betul-betul. Orang-orang yang ikut gerakan tiga orang ulama itu juga berpakaian
putih-putih sehingga disebut Orang Putih atau Orang Padri.
Pada tahun 1825 di Jawa mulai berkobar perang Diponegoro. Belanda menilai bahwa perang
Diponegoro lebih berbahaya dari pada Perang Padri. Karena itu, pasukan Belanda yang bertugas di
Sumatera Barat harus dikurangi untuk dikerahkan ke Jawa. Karena kondisi tersebut Belanda
menggunakan taktik berdamai dengan pihak Padri. Perdamaian itu diadakan pada tahun 1825.
Sejak tahun 1830 kaum Padri mendapat bantuan dari kaum adat. Mereka mau bersatu dengan kaum
Padri karena ingin mempertahankan kemerdekaan mereka dari penjajah Belanda. Mereka sadar, bahwa
pemerintahan Belanda bagi mereka adalah rodi, menyediakan keperluan Belanda, pemerasan dan
ekspedisi-ekspedisi yang kejam. Walaupun telah mendapat bantuan dari kaum adat, tetapi kekuatan
kaum Padri semakin merosot.
Untuk mempercepat penyelesaian Perang Padri, Gubernur Jenderal van den Bosch datang ke Sumatera
Barat untuk menyaksikan sendiri keadaan di medan pertempuran. Ia mengeluarkan pernyataan
gubernemen yang terkenal dengan nama Pelakat Panjang. Pernyataan itu memberi hak-hak istimewa
kepada mereka yang memihak Belanda. Dalam kondisi terjepit, pihak Belanda mengajak Imam Bonjol
untuk berunding. Tetapi perundingan perdamaian itu oleh Belanda hanyalah dipakai untuk mengetahui
kekuatan yang terakhir di pihak Padri, yang ada di Benteng Bonjol, sementara mengharapkan Imam
Bonjol mau menyerahkan diri.
Perundingan gagal karena pihak Belanda memang telah melakukan persiapan untuk mengepung
benteng tersebut. Jenderal Michiels memimpin sendiri pengepungan kota Bonjol. Dengan susah payah
Kaum Padri menghadapi kekuatan musuh yang jauh lebih kuat. Pada akhirnya benteng Kaum Padri jatuh
ke tangan Belanda. Tuanku Imam Bonjol beserta sisa-sisa pasukannya tertawan pada tanggal 25 Oktober
1837. Imam Bonjol lalu dibuang ke Cianjur, lalu dipindah ke Ambon dan akhirnya dibuang ke Minahasa.

4. Perang Bali

Pemerintahan di Bali, akhirnya mengangkat dirinya menjadi raja dengan gelar Dewa Agung Ketut dan
bersemayam di Gelgel. Pada abad ke-17 ibukota pindah ke Klungkung, tetapi kemudian pecah menjadi
Sembilan kerajaan di antaranya yang terkenal adalah Klungkung, Gianyar, Badung, Karangasem, dan
Buleleng.
Salah satu hak yang dimiliki oleh kerajaan-kerajaan di Bali di daerah pantai ialah hak untuk menjalankan
hukum tawan karang. Menurut hukum itu, raja Bali berhak untuk merampas muatan kapal yang
terdampar di pantai wilayah kerajaannya. Sewaktu Belanda berada di Indonesia, Bali masih merupakan
kerajaan-kerajaan merdeka. sebagaimana dikemukakan oleh Poesponegoro et al. (2010 :249), bahwa :
...di Bali berlakunya hukum tawan karang, yaitu hak dari Bali untuk merampas perahu perahu yang
terdampardi pantai wilayah kekuasaannya. Hukum tawan karang ini telah menimpa kapal-kapal Belanda
seperti yang dialami pada tahun 1841 di pantai wilayah Badung. Belanda juga melakukan perdagangan
(terutama perdagangan budak) dengan kerajaan-kerajaan Bali.
Dalam perdagangannya itu, telah berulang kali kapal Belanda terdampar di salah satu pantai dari
kerajaan Bali dan muatannya dirampas oleh raja. Belanda telah mengajukan protes dan mengadakan
perjanjian-perjanjian yang menyangkut pembebasan kapal-kapal Belanda. Tetapi raja-raja Bali sering
tidak pernah mengindahkannya.
Karena merasa diingkari, maka Belanda memutuskan untuk menggunakan kekerasan dalam usaha untuk
menundukkan raja-raja Bali tersebut. Pada tahun 1846 Belanda mengirimkan ekspedisi militernya ke
daerah Buleleng. Karena itu Gusti Ketut Jelantik menyiapkan pasukan untuk menghadapi kedatangan
Belanda. Sebelum melakukan serangan, Belanda mengeluarkan ultimatum yang isinya agar Buleleng :
(1) mengakui kekuasaan Belanda,
(2) hak tawan karang harus dihapus,
(3) memberi perlindungan kepada perdagangan Belanda.
Karena ultimatum Belanda tak diindahkan, akhirnya Belanda menyerbu Buleleng. Sementara itu
Karangasem memihak Buleleng, sehingga berkobar perang Belanda-Bali.
Dalam mnghadapi perlawanan rakyat Bali, Belanda terpaksa mengerahkan ekspedisi secara besar-
besaran sebanyak tiga kali. Ekspedisi pertama dilakukan tahun 1836 dengan kekuatan 1700 tentara.
Serangan pertama ini Belanda gagal menundukkan rakyat Bali. Belanda mengajak berunding, tetapi
ternyata hanya taktik untuk melakukan penyerbuan kembali.
Sementara itu pasukan Bali di bawah Gusti Jelantik membangun benteng di Jagaraga dan mulai
menyerang Belanda. Karena serangan tersebut, Belanda lalu melakukan ekspedisi kedua tahun 1848.
Pertempuran berkobar hebat di benteng tersebut. Dalam pertempuran itu Belanda kehilangan 5
perwiranya dan 75 prajuritnya. Namun benteng Jagaraga gagal dikuasai. Setelah bala bantuan datang
dari Jakarta, Belanda kembali menyerang. Namun serangan ke benteng Jagaraga dapat ditangkis. Pada
tahun 1849 Belanda melakukan ekspedisi yang ketiga dengan kekuatan lebih dari empat ribu prajurit
dengan tiga ribu pasukan tenaga pengangkut. Pasukan besar-besaran tersebut disambut dengan tiga
ribu prajurit Bali dengan senjata tradisional. Sedangkan pasukan tambahan ada 10-20 ribu orang dari
Buleleng dan Karangasem. Pertempuran meletus di sekitar benteng Jagaraga. Benteng tersebut dijaga
sekitar 15 prajurit.
Pertempuran berlangsung beberapa hari sehingga kedua belah pihak mengalami kelelahan. Karena
kalah dalam persenjataan, pasukan Bali mengundurkan diri dari benteng Jagaraga. Dengan demikian
benteng tersebut jatuh ke tangan Belanda. Sejak itu perlawanan pindah ke daerah Karangasem dan
Klungkung dengan pimpinan Gusti Jelantik. Perlawanan baru mengendor akhir abad ke-19, setelah
sebagian besar kerajaan Bali ditaklukkan Belanda.
Pada tahun 1904 sebuah kapal dagang Cina terdampar di pantai timur Badung. Kapal tersebut dirampas
oleh penduduk di situ. Cina lalu lapor kepada Belanda. Kerajaan Badung dipersalahkan oleh
Gubernemen dan disuruh membayar denda. Perintah itu ditolak oleh raja Badung. Sikap raja Badung itu
didukung oleh raja-raja Bali, sehingga pecah perang Bali-Belanda. Belanda berhasil merebut ibukota
Denpasar. Akibatnya raja-raja Bali melakukan puputan yaitu melawan habishabisan dengan diikuti
sanak-saudaranya, para bangsawan lainnya dan kaum putri, bersenjata tombak dan keris keramat.
Mereka memilih gugur di medan perang dari pada menyerah kepada Belanda. Pada tahun 1908 kerajaan
Klungkung diserang Belanda. Raja Klungkung dibantu oleh seluruh kaum bangsawan, wanita dan anak-
anak mengadakan puputan sewaktu diserang Belanda itu, lantaran tidak mau tunduk kepada peraturan-
peraturan yang diadakan oleh pemerintah Belanda. Sesudah Klungkung diduduki maka berarti seluruh
Bali dikuasai oleh pemerintah Belanda.

5. Perang Banjarmasin

Selain di Pulau Jawa dan Sumatra, pemerintahan colonial Belanda juga berupaya menguasai Pulau
Kalimantan. Pada tahun 1817 Belanda mulai masuk ke wilayah Banjar, Kalimantan Selatan. Bahkan, pada
tahun 1826 Belanda mengadakan perjanjian dengan Sultan Adam, raja Kerajaan Banjar. Isi perjanjian ini
menyatakan bahwa seluruh wilayah Kalimantan Selatan adalah kekuasaan Belanda, kecuali Banjarmasin,
Martapura, dan Hulu Sungai.
Ketika sultan Adam wafat pada tahun 1857 terjadilah perebutan kekuasaan di keratin. Belanda berdiri di
belakang kekacauan ini mengangkat Pangeran Tamjid Illah sebagai sultan kerajaan Banjarmasin,
sedangkan rakyat menghendaki Pangeran Hidayat. Akhirnya, Pangeran Tamjid Illah III menjadi sultam,
sedangkan Pangeran Hidayat menjadi mangkubuminya. Kedua tokoh ini tidak bias bekerja sama.
Akibatnya, timbul keresahan di kalangan rakyat dan kaum bangsawan Banjar. Menyadari adanya
keresahan ini, Belanda mengambil alih kekuasaan dari Pangeran Tamjid Illah . tindakan belanda ini
menimbulkan kemarahan pada rakyat. Selanjutnya, pada tahun 1859 rakyat banjar di bawah pimpinan
Pangeran Antasari menyerang pertahanan Belanda di Martapura dan Pengaron. Perlawanan lainnya
dipimpin oleh kyai Demang Lehmanm Haji Nasrun, Haji Buyasin, kyai Langlang dan tumenggung
Surapati, serta pangeran Hidayat. Mereka berhasil merebut benteng Belanda, seperti Benteng Tabanio,
bahkan menenggelamkan kapal Onrust di sungai Barito.
Untuk mengatur strategi baru, Belanda menawarkan untuk berunding dengan Pangeran Hidayat, tetapi
ditolak. Karena putus asa, sehingga Belanda menghapuskan kerajaan Banjar pada bulan Juni 1860. Sejak
itu, daerah tersebut daerah tersebut diperintah langsung oleh Belanda. Tekanan Belanda yang sangat
kuat menyebabkan perlawanan di bawah pimpinan Pangeran Hidayat ini dapat dikalahkan karena
kurang persenjataan. Pada tahun 1862 Pangeran Hidayat ditangkap dan diasaingkan ke kota Cianjur,
Jawa Barat. Namun demikian, perlawanan rakyat Banjar semakin gencar saja, apalagi setelah pangeran
Antasari(1862), saudara sepupu pangeran Hidayat diangkat sebagai pemimpin tertinggi agama islam di
Banjar dengan gelar Panembahan Amirudin Khalifatul Mukminin.
Beberapa saat kemudian, setelah ia diangkat menjadi sultan, perang meletus lagi. Dalam perang ini
Pangeran Antasari menderita luka-luka dan akhirnya wafat pada tahun 1862. Perlawanan rakyat Banjar
dilanjutkan oleh putra-putranya dan pejuang lainnya. Namun, sejak tahun 1864 ketika para pemimpin
perlawanan Banjar berhasil ditangkap satu persatu, perlawanan rakyat Banjar mulai melemah. Akhirnya,
Banjar sepenuhnyadapat dikuasai oleh Belanda.

http://mutiarabiru147.blogspot.co.id/2014/09/rangkuman-perlawanan-melawan.html
Education of General, Islamic, and Computers.

HOME

ISLAMIC

EDUCATION

COMPUTER

ABOUT

Makalah Sejarah: Membangun Jati Diri Bangsa Indonesia

5:44 PM Education No comments

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia ini memang terbentuk melalui proses panjang atas dasar kesepakatan dan kesadaran
nasionalisme para pemuda dan terpelajar saat itu. Mereka tidak hanya berasal dari satu suku bangsa,
akan tetapi mereka berasal dari suku-suku bangsa yang ada di Hindia-Belanda pada waktu itu. Begitu
pula dalam hal keyakinan mereka sadar bahwa mereka memang berbeda, akan tetapi mereka yakin,
bahwa mereka mempunyai tujuan yang mulia, yaitu mencapai Indonesia sebagai negara merdeka dan
berdaulat.

Bagi pemuda-pemuda saat itu perbedaan pendapat adalah hal yang biasa, bukan untuk dipertentangkan
dan dipermasalahkan. Catatan sejarah menunjukkan, bahwa pada awal abad ke-20 keindonesiaan
digagas oleh kalangan pemuda terpelajar. Pada tahun 1922, De Indishe Vereeninging, yaitu suatu
perkumpulan mahasiswa Hindia (nama sebelum menjadi Indonesia) yang berada di negeri Belanda,
nama itu kemudian berubah menjadi Indonesische Vereeninging. Ketika nama Indonesia itu digunakan
oleh para kaum muda terpelajar Hindia yang sedang belajar di negeri Belanda konsep Indonesia menjadi
sebuah konsep politik. Maka, organisasi yang mulanya merupakan perkumpulan sosial kemahasiswaan
berubah menjadi organisasi yang memperlihatkan kecenderungan politik. Jadi penggunaan nama
Indonesia bukan hanya sekedar didasarkan atas kondisi geografis dan antropologis saja. Pada tahun
1923, perkumpulan itu berubah lagi menjadi Perhimpoenan Indonesia (PI). Jelaslah bahwa keinginan
kuat para pelajar itu untuk menampilkan diri sebagai kekuatan nasionalisme Indonesia. Kenyataan itu
menunjukkan hasrat kuat para pemuda itu untuk memperjuangkan tercapainya kemerdekaan Indonesia
yang demokratis. Begitu pula dengan majalah organisasi itu juga diubah namanya dari Hindia Poetera
menjadi Indonesia Merdeka.

Sementara itu, pemuda terpelajar di Indonesia menyebarkan paham kebangsaan, mereka


mengekspresikan melalui berbagai cara, antara lain melalui surat kabar, karya sastra, rapat umum, lagu-
lagu, serikat buruh, maupun perlawanan terhadap kolonialisme.

B. Tujuan

Adapun maksud tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita tahu sejarah perjuangan bangsa
Indonesia ini, dan mengetahui bagaimana organisasi-organisasi pemuda pada zaman belanda bangkit.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Menganalisis Tumbuhnya Ruh Kebangsaan dan Nasionalisme

1. Politik Etis

Politik Etis adalah kebijakan baru yang di buat oleh Ratu Wilhelmina selaku Ratu Belanda untuk
meningkatkan kesejahteraan yang pernah mengalami penurunan pada abad ke 20. Semua itu di picu
oleh berubahnya sistem administrasi tradisional menjadi administrasi modern yang mana pemerintahan
mengambil alih sistem pemimpin pribumi ke sistem birokrasi kolonial untuk mengambil posisi penting
dari pemimpin daerah ke tangan Belanda. Namun mendapatkan kritikan yang menyatakan bahawa
pemerintahannya telah mengeksploitasi wilayah jajahan untuk membangun negeri mereka dan
memperoleh keuntungan yang besar.

Awal abad 20, era Politik Etis di pimpin oleh Menteri Jajahan Alexander W.F. Indenburg yang kemudian
menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda ( 1909-1916 ). Politik Etis memiliki 3 program yaitu, irigasi,
edukasi, dan trasmigrasi yang membawa pengaruh besar terhadap perubahan arah kebijakan politik
Negeri Belanda atas Negara jajahannya. Serta munculnya symbol baru yaitu kemajuan. Zaman
kemajuan ditandai dengan bergeraknya kaum wanita yang di pelopori R.A Kartini yang merupakan
inspirasi bagi kaum etis pada saat itu.
Semangat era etis adalah kemajuan menuju moderanitas dengan adanya pendidikan gaya barat yang
membuka peluangbagi mobilitas social masyarakat di tanah Hindia/Indonesia. Pengaruhnya, muncul
sekelompok kecil intelektual bumiputra (priyayi baru) atas kesadaran bahwa rakyat bumiputra harus
mampu bersaing dengan bangsa lain untuk mencapai kemajuan. Para kaum muda terpelajar inilah yang
kemudian membentuk kesadaran nasional sebagai bumiputra di Hindia, dan bergerak bersama
bangsa-bangsa lain dalam garis waktu yang tidak terhingga menuju moderanitas. Pemerintah colonial
Belanda juga membentuk Volksraad (Dewan Rakyat) yang sejumlah tokoh Indonesia bergabung di
dalalmnya.

2. Pers Membawa Kemajuan

Awal abad ke 20, para priyayi baru menuangkan gagasannya melalui pers (media cetak) mengenai isu-
isu perubahan yang di populerkan yaitu terkait dengan peningkatan status social rakyat bumiputra dan
peningkatan kehidupan di bidang siosial, ekonomi, budaya dan politik. Pada dekade itu ditandai dengan
jumlah penerbitan surat kabar berbahas melayu yang mengalami peningkatan. Orang-orang pertama
yang aktif dalam dunia pers saat itu adalah orang Indo seperti H.C.O. Clockener Brousson dari Bintang
Hindia, E.F Wigger dari Bintang Baru, dan G. Francis dari Pemberitaan Betawi. Penertib Tionghoa yang
menjadikan pertumbuhan surat kabar berkembang pesat. R. Tirtodanudja dan R. Mohammad Jusuf.
Keduanya adalah redaktur sinar Djawa, yang dituliskan Honh Thaji Kwee Khaij Khee.

Ketua majalah bulanan insulinde adalah Dja Endar Muda, seorang wartawan keturunan Tapanuli yang
telah menerbitkan surat kabar Pertja Barat dan majalah bulanan berbahasa Batak, Tapian Nauli. Majalah
itulah yang pertama memperkenalkan slogan kemajuan dan Zaman Maju.

Majalah itu tidak saja memuat artikel tentang bangsa Hindia Belanda, akan tetapi juga memuat tentang
berita Asia dan Eropa.

Beberapa surat kabar yang kemudian membawa kemajuan bagi kalangan peribumi yaitu Medan Prijaji
(1909-1917) dan juga terbitan wanita pertama yang terbit berkala yaitu Poetri Hindia (1908-1913).
Editornya adalah R.M. Tirtoadisurya memuat tentang tulisannya, bahwa untuk memperbaiki status
dagang pedagang bangsa islam, perlu ada organisasi yang anggota-anggotanya terdiri atas para
pedagang sehingga orang kecil tidak bias dikalahkan karena mereka bersatu. Ia di kenal sebagai
pendiri sarekat dagang islamijah atau lebih di kenal dengan SDI ( syarekat dagang islam).

Pada perkembangannya SDI mengubah dirinya menjadi SI (Syarekat Islam) dengan pemimpin HJ.
Samanhudin. Sementara itu anak-anak muda berpendidikan barat di Padang menerbitkan majalah
perempuan Soeara Perempuan (1918) dengan semboyan Vrijheid yang berarti kemerdekaan bagi anak
perempuan untuk ikut dalam kemajuan tanpa hamabatan adat yang mengekang. Pers Bumiputra
mempunyai fungsi untuk mobilisasi pergerakan nasional pada saat itu. Sinar Djawa memuat tentang
perlunya rakyat kecil untuk terus menunutut ilmu setinggi mungkin. Memuat dua hal penting, yaitu
tentang bangsawan usul (keluarga raja-raja) dan bangsawan pikiran ( memiliki gelar).

Surat kabar yang paling mendapat perhatian pemerintah colonial saat itu adalah De Express yang
memuat berita-berita propaganda ide-ide radikal dan kritis terhadap system pemerintah colonial.
Puncaknya didirikan Comite tot Herdenking van Nederlands Honderdjarige Vrijheid yang di sebut Komite
Boemipoetera (1913). Tujuannya untuk mengumpulkan dana dari rakyat untuk mendukung perayaan
kemerdekaan Belanda dan mengkritik tindakan pemerintahan colonial yang merayakan
kemerdekaannya di tanah jajahan dengan mencari dana dukungan dari rakyat.

Kritik tajam yang terdapat di brosur yang berjudul Als Ik Eens Nederlans Was. Pemerintahan kolonil
menilai tulisan itu dengan menghasut rakyat untuk melawan pemerintah. Seorang jurnalis bumiputra
yang gigih memperjuangkan kebebasan pers di kenal denga nama Semaun. Ia mengkritik beberapa
kebijakan colonial melalui Sinar Hindia. Kritikannya mengenaia Haatzaai Artiklen, yang menurutnya
sebagai saranan untuk membungkam rakyat dan melindungu kekuasaan colonial dan kapitalis asing.

3. Modernisme dan Reformasi Islam

Semangat kebangkitan juga didorong oleh gerakan modernis Islam. Semangat modernisme itu
berlandaskan pada pencarian nilai-nilai yang mengarah pada kemajuan dan pengetahuan. Modernisme
di artikan sebagai cara berpikir dengan peradaban barat, dengan merujuk upaya mengejar
ketertinggalan mendasar etnik kepada agama Islam.

Gerakan reformasi Islam telah di rintis sumatera barat pada abat ke-19 yang berlanjut ke Jawa dan
berbagai daerah lainnya. Pada abad ke-19 gerakan itu menekankan pada, gerakan salafi melawan kaum
adat pada abad ke-20 menekankan pada pencarian etnik modernitas, untuk melawan tradisionalisme
dan kemunduran umat Islam. Pada awal abad ke-20, empat ulama muda Minangkabau kembali dari
menuntut ilmu di Mekah. Mereka adalah :

Syeikh Muhammad Taher Jamaludin (1900)

Syeikh Muhammad Jamil Jambek (1903)

Haji. Abdul Karim Amrullah (1906)

Haji. Abdullah Achmad ( 1899)


Mereka ber-empat menyebarkan Gerakan pembaharuan dengan menggunakan majalah al-imam, untuk
keluar dari Minangkabau. Di samping itu al-imam memuat ajaran agama dan peristiwa penting di dunia.

Hj. Abdullah Achmad yang mendirikan majalah al-munir pada tahun 1909 untuk menyebarkan agama
Islam yang di anggap sesungguhnya. Haji. Abdul Kamrim Amrullah mulai menumbuhkan kesadaran akan
perlunya perubahan metode pengajaran dan system pendidikan tradisional menjadi lebih modern.
Sementara itu berdiri pula sekolah dinniyah di padang pada tahun 1915.

B. Menganalisis Perjuangan Organisasi Pergerakan Kebangsaan

1. Organisasi Awal Pergerakan

Pada awal abad ke-20, di Nusantara muncul berbagai kelompok dan organisasi yang memliliki konsep
nasionalisme, seperti Sarekat Dagang Islam, Budi Utomo, Jong Java, Jong Cabeles, Jong Minahasan, Jong
Sumatranen Bond, dan lainnya. Munculnya organisasi-organisasi itu mendanai fase perubahan
perlawanan fisik kedaerahan menjadi perlawanan terhadap pemerintah Kolonial Belanda.

a. a. Budi Utomo

Organisasi Budi Utomo (BU) didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa STOVIA di Batavia
dengan Sutomo sebagai ketuanya. Terbentuknya organisasi tersebut atas ide dr. Wahidin Sudirohusodo
yang sebelumnya telah berkeliling Jawa untuk menawarkan idenya membentuk Studiefounds.

Gagasan Studiesfounds bertujuan untuk menghimpun dana guna memberikan beasiswa bagi pelajar
yang berprestasi, namun tidak mampu melanjutnya studinya. Gagasan itu tidak terwujud, tetapi gagasan
itu melahirkan Budi Utomo. Tujuan Budi Utomo adalah memajukan pengajaran dan kebudayaan.

Pemerintah Hindia Belanda mengakui BU sebagai organisasi yang sah pada Desember 1909. Dukungan
dari Pemerintah Hindia Belanda ini tidak lain sebagai bagian dari pelaksanaan Politik Etis. BU mulai
kehilangan wibawanya pada tahun 1935, organisasi itu bergabung dengan organisasi lain menjadi Partai
Indonesia Raya (Parindra). Keberadaan BO memberikan inspirasi untuk organisasi-organisasi modern
lainnya, seperti Jong Sumatra, Jong Ambon, Sedio Tomo, Muhammadiyah, dan lain-lain.
b. b. Serekat Islam

Pada mulanya SI lahir karena adanya dorongan dari R.M. Tirtoadisuryo seorang bangsawan, wartawan,
dan pedagang dari Solo. Tahun 1909, ia mendirikan perkumpulan dagang yang bernama Sarekat Dagang
Islam (SDI). Perkumpulan itu bertujuan untuk memberikan bantuan pada para pedagang pribumi agar
dapat bersaing dengan pedagang Cina. Kegelisahan Tirtoadisuryo itu diutarakan pada H. Samanhudi.
Atas dorongan itu H. Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo (1911). Pada mulanya SI
bertujuan untuk kesejahteraan sosial dan persamaan sosial. Mula-mula SI merupakan gerakan sosial
ekonomi tanpa menghiraukan masalah kolonialisme. Jelaslah bahwa tujuan utama SDI adalah
melindungi kegiatan ekonomi pedagang Islam agar dapat terus bersaing dengan pengusaha Cina. Agama
Islam digunakan sebagai faktor pengikat dan penyatu kekuatan pedagang Islam yang saat itu juga
mendapat tekanan dan kurang diperhatikan dari pemerintah kolonial. SDI selanjutnya dipimpin oleh Haji
Umar Said Cokroaminoto. Cokroaminoto dikenal sebagai seorang orator yang cakap dan bijak,
kemampuannya berorator itu memikat anggota-anggotanya. Di bawah kepemimpinannya diletakkan
dasar-dasar baru yang bertujuan untuk memajukan semangat dagang bangsa Indonesia. SDI kemudian
berubah nama menjadi Sarekat Islam (SI) pada tahun 1913.

Pada kongres SI yang pertama, tanggal 26 Januari 1913, dalam pidatonya di Kebun Bintang Surabaya, ia
menegaskan bahwa tujuan SI adalah menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia, memperkuat
ekonomi pribumi agar mampu bersaing dengan bangsa asing.

Ketika pemerintah kolonial mengijinkan berdirinya partai politik, SI yang semula merupakan organisasi
nonpolitik berubah menjadi partai politik. SI mengirimkan wakilnya dalam Volksraad(Dewan Rakyat) dan
memegang peran penting dalam Radicale Concentratie,yaitu gabungan perkumpulan yang bersifat
radikal. SI juga aktif mengorganisasi perkumpulan buruh. Dalam suatu pembukaan rapat Volksraadmasih
terekam dalam ingatan bersama kaum terpelajar bumiputera tentang Janji November (November
Beloofte).

Aktivitas SI yang lebih mengutamakan politik tidak disetujui oleh sebagian anggotanya. Mereka
menginginkan SI lebih banyak memperhatikan masalah-masalah keagamaan. Dalam kondisi itu, SI
memutuskan untuik bekerja sama dengan pemerintahan kolonial dan berganti nama menjadi Partai
Sarekat Islam. Sehubungan dengan semakin luasnyasemangat persatuan setelah Sumpah Pemuda, nama
tersebut diubah menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) pad tahun 1930 dengan ketuanya Haji Agus
Salim.

c. Indische Partij (IP)

Indische Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. organisasi ini juga dimaksudkan
sebagai pengganti organisasi Indische Bond, sebagai organisasi kaum Indo dan Eropa di Indonesia yang
didirikan pada tahun 1898. Ketiga tokoh pendiri Indische Partij dikenal sebagai tiga serangkai, yaitu E.F.E
Douwes Dekker(Danudirja Setiabudhi), Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryadiningrat( Ki Hajar
Dewantara). Indische Partij, yang berdasarkan golongan Indo yang makmur, merupakan partai pertama
yang menuntut kemerdekaan Indonesia.

Partai ini berusaha didaftarkan status badan hukumnya pada pemerintah kolonial Hindia Belanda tetapi
ditolak pada tanggal 11 Maret 1913, penolakan dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg sebagai
wakil pemerintah Belanda di negara jajahan. Alasan penolakkannya adalah karena organisasi ini
dianggap oleh pemerintah kolonial saat itu dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan
bergerak dalam sebuah kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Pada tahun 1913 partai ini dilarang karena tuntutan kemerdekaan itu, dan sebagian besar anggotanya
berkumpul lagi dalam Serikat Insulinde dan Comite Boemi Poetra.

2. Organisasi Keagamaan

a. Muhammadiyah

Keberadaan organisasi BU telah memberikan inspirasi kepada KH Ahmad Dahlan untuk mendirikan
sebuah orgaisasi yang bersifat modern bernama Muhammadiyah. Organisasi yang didirikan Ahmad
Dahlan pada 18 November 1912, bercirikan organisasi sosial, pendidikan, dan keagamaan. Salah satu
tujuan pendirian Muhammadiyah adalah memurnikan ajaran Islam. Islam seharusnya bersumber pada
Al-Quran dan Al-Hadis. Tindakannya adalah amar makruf nahimunkar, atau mengajak hal yang baik dan
mencegah hal yang jelek.

b. Nahdlatul Ulama (NU)

Pembaruan Islam yang dilakukan di kota-kota mendorong kaum tua yang ingin mempertahankan tradisi
mereka untuk mendirikan organisasi. Reaksi positif dari golongan tradisionalisme adalah lahirnya
organisasi di kalangan mereka. Saat itu kebetulan bertepatan dengan akan dilakukannya Kongres Islam
sedunia (1926), di Hijaz. Para ulama terkemuka saat itu kemudian membentuk lembaga yang bernama
Jamiyatul Nahdlatul Ulama (NU) pada 31 Januari 1926, di Surabaya. Sebagai pendiri organisasi ini adalah
Kyai Haji Hasyim Ashari dan sejumlah ulama lainnya. Organisasi itu berpegang teguh pada Ahlusunnah
wal jamah. Tujuan organisasi ini terkait dengan masalah sosial, ekonomi, dan pendidikan.

c. Organisasi Islam Lainnya

Al-Irsyad, didirikan oleh Syekh Ahmad Surkati

Sumatra Thawalib, didirikan oleh kalangan pemuda Sumatra Barat


Persatuan Tarbiyah Islamiyah, didirikan oleh ulama-ulama di Sumatera Barat

Persatuan Islam (PERSIS) di Bandung

d. Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI)

MIAI merupakan gabungan dari organisasi politik dan beberapa organisasi massa yang bersifat moderat
terhadap Belanda. Golongan Muslim yang tergabung dalam organisasi memilih sikap nonkooperasi
terhadap pemerintahan kolonial. Saat Jepang berkuasa, organisasi ini mendapat kelonggaran
menjalankan aktivitasnya, sementara aktivitas organisasi yang lain dilarang. Karena MIAI dipandang
sebagai organisasi yang anti barat. Suatu ketika seluruh pemuka agama diundang oleh Gunsikan, Mayor
Jenderal Okazaki ke Jakarta.

3. Organisasi Pemuda

Pada kalangan pemuda berkembang berbagai gerakan untuk membebaskan tanah air dari penjajahan.
Tri Koro Dharmo, didirikan di Jakarta pada 7 Maret 1915. Organisasi itu didirikan di Gedung Kebangkitan
Nasional dengan ketua dr. Satiman Wiryosanjoyo.

Pemuda Sumatera juga mendirikan persatuan pemuda Sumatera yang dikenal dengan Jong Sumatera
Bond. Organisasi itu dirikan pada 1917, di Jakarta. Persatuan itu bertujuan untuk memperkukuh
hubungan antarpelajar yang berasal dari Sumatera. juga menumbuhkan kesadaran di antara
anggotanya, dan membangkitkan kesenian Sumatera. Tokohnya adalah Moh. Hatta dan Moh. Yamin.

4. Organisasi Wanita

Pada tahun 1912, berdiri organisasi Putri Mardika di Jakarta. Organisasi itu bertujuan untuk membantu
bimbingan dan penerangan pada gadis bumiputera dalam menuntut pelajaran dan mengemukakan
pendapat dimuka umum, serta memperbaiki hidup wanita sebagai manusia yang mulia.

Beberapa tokoh yang pernah duduk dalam kepengurusan Putri Mardika, yaitu Sabaruddin, R.A Sutinah,
Joyo Pranoto, Rr. Rukmini, dan Sadikun Tondokusumo.

Kartini Fonds, didirikan atas usaha Ny. C. Th. Van Deventer, seorang penasehat Politik Etis. Perkumpulan
itu didirikan pada 1912 dengan tujuan untuk mendirikan sekolah Kartini. Pada tahun 1913- 1915 berdiri
berbagai organisasi wanita, terutama di Jawa dan Minangkabau.

Seiring meningkatnya pendidikan pada kaum perempuan, semakin meningkat pula perkumpulan-
perkumpulan wanita. Mereka tidak saja bergerak dalam bidang pendidikan, tetapi juga di bidang sosial.

5. Partai Komunis Indonesia

Partai ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk Sneevliet pada 1914, dengan nama Indische
Sociaal-Democratische Vereeniging (ISDV) atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda).
Keanggotaan awal ISDV pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu
SDAP (Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis), yang aktif di Hindia Belanda

Pada Oktober 101 SM ISDV mulai aktif dalam penerbitan dalam bahasa Belanda, "Het Vrije Woord" (Kata
yang Merdeka). Editornya adalah Adolf Baars.

Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia. Pada saat itu, ISDV
mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu hanya tiga orang yang merupakan warga
pribumi Indonesia. Namun demikian, partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan anti
kapitalis. Di bawah pimpinan Sneevliet partai ini merasa tidak puas dengan kepemimpinan SDAP di
Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV. Pada 1917, kelompok reformis dari ISDV memisahkan diri
dan membentuk partainya sendiri, yaitu Partai Demokrat Sosial Hindia.

Pada 1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri dalam bahasa Melayu, "Soeara Merdeka".

Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin bahwa Revolusi Oktober seperti yang terjadi di Rusia
harus diikuti Indonesia. Kelompok ini berhasil mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan
pelaut Belanda yang ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah "Pengawal Merah" dan dalam waktu
tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada akhir 1917, para tentara dan pelaut itu
memberontak di Surabaya, sebuah pangkalan angkatan laut utama di Indonesia saat itu, dan
membentuk sebuah dewan soviet. Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan soviet di Surabaya
dan ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda, termasuk Sneevliet. Para pemimpin
pemberontakan di kalangan militer Belanda dijatuhi hukuman penjara hingga 40 tahun.

ISDV terus melakukan kegiatannya, meskipun dengan cara bergerak di bawah tanah. Organisasi ini
kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang lain, Soeara Rajat. Setelah sejumlah kader Belanda
dikeluarkan dengan paksa, ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam, keanggotaan
organisasi ini pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi mayoritas orang Indonesia.

6. Perhimpunan Indonesia: Manifesto Politik

Pada awal abad ke-20, para pelajar Hindia yang berada di Belanda mendirikan organisasi yang bernama
Indische Vereniging(1908), yaitu perkumpulan Hindia, yang beranggotakan orang-orang Hindia, Cina dan
Belanda. Organisasi itu didirikan oleh R.M Notosuroto, R. Panji Sostrokartono, dan R. Husein
Jajadiningrat. Organisasi itu juga menerbitkan majalah yang diberi nama Hindia Putera.
PI menjadi organisasi politik yang semakin disegani karena pengaruh Moh. Hatta. Di bawah pimpinan
Hatta, PI berkembang dengan pesat dan merangsang para mahasiswa yang ada di Belanda untuk terus
memikirkan kemerdekaan tanah airnya.

Aktivitas politik PI tidak saja dilakukan di Belanda dan Indonesia, juga dilakukan secara internasional.
Mahasiswa secara teratur melakukan diskusi dan melakukan kritik terhadap pemerintah Belanda. PI juga
menuntut kemerdekaan Indonesia dengan segera. Dengan demikian jelaslah bahwa Perhimpunan
Indonesia merupakan manifesto politik pergerakan Indonesia.

7. Taman Siswa

Azas Taman Siswa adalah Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut wuri
Hkamuyani. Artinya, guru di depan harus memberi contoh atau teladan, di tengah harus bisa menjalin
kerjasama, dan di belakang harus memberi motivasi atau dorongan kepada para siswanya. Azas ini
masih relevan dan penting dalam dunia pendidikan.

8. Organisasi Buruh

Pada bulan Agustus 1918, Suryopranoto membentuk gerakan kaum buruh bernama Prawiro Pandojo ing
Joedoatau Arbeidsleger (tentara buruh) yang merupakan cabang dari Adhi Dharma. Organisasi ini
didirikan sebagai dampak dari terjadinya aksi perlawanan kaum buruh pabrik gula di Padokan (sekarang
pabrik gula Madukismo), Bantul, Yogyakarta. Bulan November 1918, Suryopranoto mendeklarasikan
berdirinya Personeel

Fabriek Bond (PFB) yang beranggotakan buruh tetap, Perkumpulan Tani dan koperasi yang kemudian
lazim disebut sebagai Sarekat Tani dengan anggota kuli kencengatau pemilik tanah yang disewa pabrik,
serta Perserikatan Kaoem Boeroeh Oemoem (PKBO) yang beranggotakan buruh musiman. PFB didirikan
untuk membela kepentingan kaum buruh yang terus mengalami penindasan.

C. Menganalisis Proses Penguatan Jati Diri Bangsa

1. Menuju Sumpah Pemuda

a. Gerakan Sumpah Pemuda

Tujuh tahun setelah didirikannya Budi Utomo, pemuda Indonesia mulai bangkit meskipun dalam
loyalitas kepulauan. Perubahan pesat dan radikal dari organisasi-organisasi pemuda saat itu semakin
meluas untuk mencapai cita-cita persatuan. Maka pada 30 April 2 Mei 1926, diadakannya rapat besar
pemuda di Jakarta, yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda Pertama. Kongres itu diketuai
oleh M. Tabrani.

Keputusan mendasar dari Kongres Pemuda I adalah kongres mengakui dan menerima cita-cita persatuan
Indonesia. Meskipun belum dinyatakan dengan jelas. Sebagai tindaklanjut dari kongres itu Jong Java,
Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Batas, Sekar Rukun, Vereeniging voor
Ambonsche Studeerenden dan Komite Kongres Pemuda I mengadakan pertemuan, pada 15 Agustus
1926.

Sementara itu untuk menghapus penjajahan yang merugikan rakyat Indonesia dibentuklah Perhimpunan
Pelajar-Pelajar di Indonesia (PPPI) di Jakarta, September 1926. PPPI bertujuan untuk memperjuangkan
Indonesia merdeka. Aktivitas PPPI meliputi gerakan pemuda, sosial, dan politik. Ketua perkumpulan itu
Soegondo Djojopoepito, tokoh-tokoh lainnya adalah Muh. Yamin, Abdullah Sigit, Suwiryo, Sumitro
Reksodiputro, A.K. Gani, Tamzil, Sunarko, Amir Syarifuddin, dan Sumanang. Perhimpunan itu sering
berkumpul di Indonesische Clubgebouwyang terletak di Jl. Kramat No 106, Weltevreden. Mereka
mempunyai hubungan antaranggota yang sangat dekat dan tidak formal.

Pada 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II dilaksanakan di gedung Indonesische Clubgebouw. Saat itu
kongres dihadir sekitar 1000 orang. Dalam kesempatan itu Muh. Yamin menyampaikan pidatonya
dengan judul Dari Hal Persatoean dan Kebangsaan Indonesia. Pada hari kedua kongres dibicarakan
tentang masalah-masalah pendidikan, pembicara saat itu antara lain Ki Hadjar Dewantara, S.
Mangoensarkoro, Djokosarwono, Ramelan, Mr. Soenario, dan Poernomowoelan.

Keputusan pemuda-pemudi itu kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda, pada saat itu pula
dikumandangkannya lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman dan bendera Merah Putih
digunakan sebagai bendera Pusaka Bangsa Indonesia.

Peristiwa Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 itu merupakan puncak pergerakan nasional. Karena itulah
kita memperingatinya sebagai peristiwa bersejarah yang diperingati setiap tahun hingga saat ini sebagai
hari besar nasional.

2. Bangkitnya Nasionalisme Modern

Sebagai seorang terpelajar Sukarno, muncul sebagai seorang pemuda cerdas yang memimpin
pergerakan nasional baru. Ia mendirikan partai dengan nama Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927).
Partai itu bersifat revolusioner, sebelumnya partai itu bernama klub studi umum. Sukarno memimpin
partai itu hingga Desember 1929. Jumlah anggotanya hingga saat itu mencapai 1000 orang.

Sukarno juga turut serta memprakarsai berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik


Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada 1927. Pada 28 Oktober 1928 organisasi ini ikut menyatakan ikrar
tentang tanah air yang satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia.

Sementara itu Partai Nasional Indonesia (PNI) terus mendapat tekanan dari Belanda. Sukarno sebagai
pimpinan PNI karena aksi-aksi yang dengan radikal terhadap pemerintah Belanda, akhirnya ditangkap
dan diadili. Menjelang vonis pengadilan dijatuhkan, Sukarno sempat mengucapkan pidato pembelaan
untuk membakar semangat para pejuang. Pidato pembelaan itulah yang kemudian dibukukan dengan
judul: Indonesia Menggugat. Putusan pengadilan akhirnya menjatuhkan hukuman kurungan kepada
Sukarno.Selama Sukarno menjalani masa penahanannya PNI pecah menjadi dua, Partai Indonesia
(Pertindo) dan Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru. Sukarno masuk dalam Partai Indonesia dan
PNI Baru dipimpin oleh Mohammad Hatta dan Sjahrir.

Sukarno dengan ide-ide nasionalisme itu memang terus diawasi. Selepas dari Penjara Sukamiskin
kemudian diasingkan ke Ende, Flores , Nusa Tenggara Timur. Ia ditempatkan di sebuah rumah (konon
rumah ini milik Haji Abdullah). Bersama keluarganya, Sukarno selama empat tahun (1934-1938) diisolasi
dijauhkan dari dinamika perjuangan kebangsaan.

Sementara Sukarno dan beberapa tokoh lain ditahan, organisasi pergearkan untuk menentang Belanda
terus berjalan. Kelompok yang beraliran Marxis mendirikan Gerakan Rakjat Indonesia (Gerindo) di
bawah kepemimpinan Amir Sjarifuddin dan A.K. Gani. Partai ini cenderung menampakkan faham fasisme
internasional.Sementara Sukarno dan beberapa tokoh lain ditahan, organisasi pergearkan untuk
menentang Belanda terus berjalan.Sementara itu Gabungan Politik Indonesia (GAPI) didirikan pada
tahun 1939. Tokoh pendiri GAPI adalah Muhammad Husni Thamrin. Dalam gabungan itu, Gerindo
berada dalam satu arah dengan Parindra yang dipimpin oleh Thamrindan sebelumnya oleh Sutomo.
Parindra adalah partai politik Indonesia yang paling berpengaruh di Hindia, karena keberhasilannya
dalam pemilihan di volksraad. Thamrin kemudian memimpin front Indonesia bersatu di dalam Volksraad
yang disebut Fraksi Nasional.

3. Perjuangan di Volksraad

Pada akhir tahun 1929, pimpinan PNI ditangkap. Untuk melanjutkan perjuangan maka dibentuklah fraksi
baru dalam volksraadyang bernama Fraksi Nasional, pada Januari 1930 di Jakarta. Fraksi itu diketua oleh
Muhammad Husni Tramrin yang beranggotakan sepuluh orang yang berasal dari Jawa, Sumatera dan
Kalimantan. Tujuan organisasi itu adalah menjamin kemerdekaan Indonesia dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.

a. Partai Indonesia Raya (Parindra)

Partai Indonesia Raya didirikan di Solo pada Desember 1935. Partai ini merupakan gabungan dari dua
organisasi yang berfusi yaitu BU dan PBI. Sebagai ketuanya dipilih dr. Sutomo. Tujuan partai adalah
mencapai Indonesia Raya dan mulia yang hakekatnya mencapai Indonesia merdeka.

Di Jawa anggota Parindra banyak berasal dari petani, mereka kemudian disebut dengan kaum kromo. Di
daerah lain masuk kaum Betawi, Serikat Sumatera, dan Sarikat Selebes. Partai ini adalah yang
mengajukan petisi Sutardjo yang ditandatangani oleh Sutardjo, penandatanganan pertama, yang
lainnya I.J.Kasimo.dr. Sam Ratulangi, Datuk Tumenggung, Kwo Kwat tiong, dan Alatas.

b. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

Kegagalan Petisi Sutardjo mendorong gagasan untuk menggabungan organisasi politik dalam suatu
bentuk federasi. Gabungan Politik Indonesia (GAPI) itu diketuai oleh Muh. Husni Thamrin. Pimpinan
lainnya adalah Mr. Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosuyoso. Alasan lain dibentuknya GAPI adalah
adanya situasi internasional akibat meningkatnya pengaruh fasisme. Kemenangan dan kemajuan yang
diperoleh negara fasis yaitu,

Jepang, Jerman, Italia tidak menggembirakan Indonesia. Karena itu pers Indonesia menyerukan untuk
menyusun kembali baris dalam suatu wadah persatuan berupa konsentrasi nasional.

Pada 21 Mei 1939, dalam rapat pendirian konsentrasi nasional di Jakarta berhasil didirikan suatu
organisasi yang merupakan kerjasama partai politik nasional di Jakarta yang diberi nama Gabungan
Partai Politik Indonesia (GAPI).

Untuk mencapai tujuannya GAPI membentuk Kongres Rakyat Indonesia (KRI). Pada Agustus 1940, saat
negeri Belanda dikuasai Jerman dan Indonesia dinyatakan dalam darurat perang, GAPI kembali
mengeluarkan resolusi yang menuntut diadakannya perubahan ketatanegaraan di Indonesia dengan
menggunakan hukum tata negara dalam masa genting.
Pada 14 September 1940 dibentuk Commissietot besudeering van staatsrechtelijke Hervormigen. Komisi
itu dikenal dengan komisi Visman, karena diketuai oleh D. Visman.

Pertemuan wakil GAPI dengan komisi Visman pada 14 Februari 1941 di Gedung Raad van Indie, di
Jakarta tidak menghasilkan hal baru. Pertemuan itu hanya menambahkan kekecewaan pada kalangan
pergerakan sehingga ada anggapan GAPI tidak radikal lagi.

4. Masa Berakhirnya Pemerintahan Kolonial

Menjelang berakhirnya masa pemerintahan kolonial, berbagai bentuk pergerakan nasional dapat
dikontrol oleh pemerintah kolonial. Masuknya bumiputera sebagai anggota Volksraad bukan berarti
kaum bumiputera diberi hak penuh untuk menyarakan pendapatnya dalan Volksraad.

Selama masa 1920-an, Politik Etis mulai kehilangan prinsip-prinsip asosiasinya. Politik Etis kemudian
dipandang sebagai tugas kemakmuran yang tetap berjalan dalam pengamanan masyarakat Indonesia.
Pada akhir 1920-an, pergerakan yang dilakukan kaum terpelajar mengarah pada nasionalisme sebagai
arahan politiknya. Berbeda dengan bentuk-bentuk pergerakan lama yang didasari pada ideologi Pan-
islamisme dan komunisme. Hal itu terlihat pada gerakan-gerakan mereka di bidang sosial dan ekonomi.
Pada 1930-an pikiran-pikiran asosiasi dilahirkan kembali seperti yang disebut dengan Gerakan Stuw yang
dilakukan oleh pegawai-pegawai kolonial yang progresif dan berusia muda, hal itu tidak juga
memperbaiki kemerosotan rencana-rencana pemerintah kolonial, sampai akhirnya datangnya Jepang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada saat itu para pelajar dan pemuda terdidik itu mempunyai pandangan dengan cara tersendiri
terhadap dunia mereka. Cara pandangan baru itulah yang membuka wawasan dan politik modern yang
menjadi cikal bakal pergerakan bangsa dan tumbuhnya nasionalisme saat itu. Hal itu ditandai dengan
munculnya berbagai organisasi pergerakan baik lokal maupun nasional. Berbagai organisasi itu misalnya
Sarekat Prijaji, Sarekat Dagang Islam, dan National-Indische Partij, di Jawa ada organisasi pemuda Budi
Utomo, Tri Koro Dharmo diubah menjadi Jong Java. Munculnya organisasi pemuda itu mendorong
pemuda-pemuda dari suku bangsa lain itu juga mendirikan organisasi kepemudaan seperti Jong
Sumatranen Bond, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong Minahasa.

B. Saran

Kita sebagai generasi muda harus mempunyai semangat yang tinggi seperti pemuda-pemuda pada
zaman Belanda, yaitu semangat dalam belajar. Kita juga tidak boleh melupakan perjuangan mereka, kita
bisa memperingati peristiwa sumpah pemuda setiap tanggal 28 oktober untuk menghormati perjuangan
para pemuda pada zaman dulu. Sehingga kita dapat membangun jati diri bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Mashud, Membangun jati diri bangsa indonesia. 27 Agustus


2015.http://www.slideshare.net/mashud94jkt/membangun-jati-diri-bangsa-indonesia.

Tohir, Mohammad. Sejarah Indonesia. 27 Agustus


2015https://docs.google.com/file/d/0B3m9Q_S6Q7PFRk1VMHlEZVlNX1k/edi

Anda mungkin juga menyukai