Anda di halaman 1dari 43

Media Pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial


untuk SMP/MTs Kelas VIII

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


Bab
Nasionalisme dan Jati Diri Bangsa
3

Tujuan Pembelajaran
Peserta didik diharapkan mampu:
1. menjelaskan hubungan antara kondisi geografis
dengann munculnya kolonialisme dan imperialism
di Indonesia;
2. menganalisis pengaruh kolonialisme dan
imperialism di Indonesia;
3. menguraikan proses perjuangan bangsa Indonesia
dalam meraih kemerdekaan;
4. menganalisis upaya pemerataan pembangunan
ekonomi di Indonesia; dan
5. mendesain aktivitas penyelesaian konflik dan upaya
meningkatkan integrasi sosial.
Perhatikan gambar berikut.
Berdasarkan gambar tersebut,
jawablah pertanyaan berikut.
1. Bagaimana pengaruh kondisi
geografis wilayah Indonesia
terhadap penjelajahan samudra?
2. Mengapa wilayah Nusantara
dipilih bangsa Eropa sebagai koloni
atau wilayah jajahan?
3. Bagaimana pengaruh kolonialisme
dan imperialisme bangsa asing di
Indonesia?
4. Bagaimana upaya pemerataan
pembangunan setelah
kemerdekaan Indonesia?
A. Penjelajahan Samudra, Kolonialisme, dan Imperialisme
di Indonesia
1. Pengaruh Kondisi Geografis terhadap Penjelajahan Samudra

Rempah-rempah yang dicari bangsa-bangsa Eropa banyak ditermukan di Kepulauan


Nusantara. Kepulauan Nusantara merupakan jalur pelayaran yang menghubungkan
dunia barat dan timur. Hal tersebut karena Nusantara terletak di antara Benua Asia dan
Benua Australia serta Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Kondisi geografis inilah yang
memengaruhi penjelajahan samudra ke Nusantara.

2. Faktor-faktor Pendorong Penjelajahan Samudra


Faktor yang menjadi latar belakang kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Kekayaan alam. Kekayaan alam terutama rempah-rempah menjadi alasan utama bangsa-bangsa Eropa
datang ke Nusantara. Rempah-rempah merupakan komoditas yang sangat laku di pasaran Eropa.
b. Motivasi 3G. Motivasi 3G, yaitu mendapatkan kekayaan (Gold), meraih kejayaan (Glory), dan
menyebarkan ajaran agama (Gospel). Hal-hal tersebut mendorong terjadinya imperialisme kuno, yaknni
melakukan penguasaan daerah baru untuk mendapatkan 3G.
c. Revolusi Industri. Terjadinya revolusi industri mendorong bangsa-bangsa Eropa melakukan imperialisme
modern untuk kepentingan ekonomi, seperti mendapatkan wilayah untuk memasarkan produk,
mendapatkan wilayah penghasil bahan mentah dan penanaman modal.
3. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonialisme dan Imperialisme Eropa
a. Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia

Bangsa Portugis

Bartolomeus Diaz merupakan orang Portugis pertama yang mencoba mencari jalan
menuju negara penghasil rempah-rempah melalui Tanjung Harapan Baik dan di
lanjutkan oleh Vasco da Gama tahun 1947. Baru pada tahun 1511, ekspedisi
Portugal di bawah pimpinan Afonso de Albuquerque berhasil menaklukan Malaka
dan mengendalikan jalur perdagangan rempah-rempah. Perjalanan selanjutnya
dilakukan tahun 1522 ke Maluku dan diterima dengan baik oleh Raja Ternate.

Bangsa Spanyol

Pelopor bangsa Spanyol untuk mencari jalan ke daerah penghasil rempah-rempah


adalah Christoper Columbus, namun usahanya gagal. Pelaut lain, yaitu Ferdinand
Magellan mencari jalur menuju Kepulauan Maluku. Ekspedisi yang dimulai Magellan
tiba di Kepulauan Maluku pada November 1521 dan singgah di Tidore. Sejak saat
itu, terjalin kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kondisi tersebut menyababkan
pertentangan antara Portugal dan Spanyol yang mengklaim Kepulauan Maluku
sebagai milik mereka.
3. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonialisme dan Imperialisme Eropa
a. Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia

Bangsa Inggris

Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis Drake dan Thomas
Cavendish dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan. Ia singgah di Maluku, Sulawesi,
serta Jawa dan berhasil membawa rempah-rempah kembali ke Inggris. Kongsi Dagang
Inggris, sejak awal abad ke-17 telah mendirikan kantor-kanntor dagangnya di Banten,
Aceh, Makassar, dan Maluku. Namun, tahun 1682, Belanda berhasil mengusir Inggris dan
merebut perdagangan lada.

Bangsa Belanda

Ekspedisi Belanda yang pertama berusaha mencapai Indonesia pada tahun 1595
dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Dengan melalui Selat Sunda, hingga tiba di
Banten tetapi ditola oleh rakyat Banten, Ekspedisi berikutnya dipimpin oleh Jacob
Corneliszoon van Neck berhasiil mencapai Kepulauan Maluku dan membawa
rempah-rempah. Berbagai armada Belanda kemudian datang secara bergantian.
Pada tahun 1602, dibentuk VOC dengan memberikan hak-hak istimewa atau hak
oktroi.
3. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonialisme dan Imperialisme Eropa
b. Pengaruh Kedatangan Bangsa Eropa terhadap Masyarakat Indonesia
Bangsa-bangsa Eropa mulai melakukan berbagai cara untuk memperoleh hak monopoli perdagangan di Indonesia.
Hal tersebut dilakukan dengan menetapkan kebijakan-kebijakan pada masa kolonialisme dan imperialisme di
Indonesia.

Monopoli Perdagangan
Perkembangan industri Eropa memengaruhi meningkatnya kebutuhan akan rempah-rempah. Oleh karena itu,
serikat-serikat dagang Eropa memonopoli perdagangan di suatu wilayah untuk memastikan kestabilann
pasokan bahan baku dan harga.
• Bangsa Portugis menjalin kerja sama dengan Kerajaan Ternate untuk memperoleh hak istimewa
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.
• Bangsa Inggris melalui serikat dagang East India Company (EIC) menjalin kerja sama perdagangan dengan
beberapa kerajaan, tetapi gagal dan kalah bersaingndengan armada dagang Belanda.
• Bangsa Belanda melalui serikat dagang VOC menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku dan
memonopoli lada di Banten.
Pengaruh praktik monopoli terhadap masyarakat Indonesia adalah petani tidak mendapatkan keuntungan
yang tinggi, adanya pembatasan jumlah produksi sehingga hasil produksi tidak maksimal, terjadi campur
tangan dalam pembuatan kebijakan yang menguntungkan bangsa Eropa.
3. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonialisme dan Imperialisme Eropa
b. Pengaruh Kedatangan Bangsa Eropa terhadap Masyarakat Indonesia

Sistem Kerja Paksa

Pemerintah kolonial mengerahkan tenaga rakyat Indonesia melakukan kerja paksa untuk membangun
jalan raya dari Anger (Banten) hingga ke Panarukan (Jawa Timur), membangun pabrik senjata di
Semarang dan Surabaya, serta membangun pangkalan laut di Merak dan Surabaya.
Dampak sistem kerja paksa terhadap masyarakat Indonesia adalah timbulnya kemiskinan dan
kemelaratan dan menyebabkan banyak rakyat meninggal dunia.

Sistem Tanam Paksa

Penetapan sistem tanam paksa mewajibkan masyarakat menanam tanaman komersial komoditas ekspor,
seperti kopi dan tebu. Hasil produksi wajib dijual kepada pemerintah Hindia Belanda dengan harga yang
telah ditentukan. Pengaruh praktik sistem tanam paksa terhadap masyarakat Indonesia adalah petani
lokal mulai mengenal tanaman komoditas ekspor dan sistem upah, hasil produksi pertanian masyarakat
berkurang, muncul fenomena kemiskinan dan kelaparan di berbagai daerah.
3. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonialisme dan Imperialisme Eropa
c. Pengaruh Masyarakat Indonesia akibat Kolonialisme dan Imperialisme Bangsa Eropa

1 Aspek geografis menimbulkan berbagai perubahan,yaitu:


4
• pemanfaatan jalur laut untuk kegiatan dagang, Aspek sosial budaya menyebabkan terjadinya perubahan
• pembangunan sarana dan prasarana perdagangan, dalam munculnya kelompok masyarakat berdasarkan
• pembangunan perkebunan komoditas ekspor, dan golongan, terjadinya akulturasi budaya, dan lunturnya tradisi
• pengenalan program transmigrasi. kerajaan lokal.

2 Aspek politik menyebabkan terjadinya perubahan dalam


5
Aspek pendidikan menimbulkan berbagai perubahan, yaitu:
hal kekuasaan penguasa lokal terhadap wilayahnya • pendirian lembaga penndidikan model Barat,
terbatas secara hukum dan terjadinya pembentukan • terbukanya peluang pendidikan lebih besar bagi
struktur organisasi birokrasi. masyarakat pribumi, dan
• munculnya kaum terpelajar.
3 Aspek ekonomi menimbulkan berbagai perubahan, yaitu:
• makin beragamnya aktivitas ekonomi,
• pengenalan sistem upah, kontrak kerja, dan pajak,
• pengenalan sistem perkebunan besar,
• pembangunan fasilitas pendukung pertanian dan
perkebunan, dan
• penanaman modal asing.
3. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonialisme dan Imperialisme Eropa
d. Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

Perlawanan terhadap Bangsa Portugis


Perlawanan bangsa Indonesia terhadap kolonialisme atau penjajahan
bangsa Portugis dilakukan oleh beberapa kerajaan di Nusantara.
Perlawanan tersebut antara lain dilakukan oleh Kesultanan Ternate,
Kesultanan Demak, dan Kesultanan Aceh.

Perlawanan terhadap Bangsa Belanda


Perlawanan pada Masa VOC
Dalam melaksanakan kegiatannya, VOC menerapkan kebijakan-kebijakan yang
menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat di Nusantara. Hal tersbeut memicu
perlawanan rakyat, di antaranya oleh Kesultanan Mataram dan Kesultanan
Gowa-Tallo.
3. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonialisme dan Imperialisme Eropa
d. Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap Kolonialisme dan Imperialisme

Perlawanan terhadap Bangsa Belanda


Perlawanan pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda
1) Perlawanan Rakyat Aceh
Perlawanan rakyat Aceh dikenal dengan nama Perang Aceh, berlangsung selama 40 tahun. Perang Aceh berawal dari keinginan
pemerintah Hindia Belanda untuk menguasai wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh. Pemerintah Hindia Belanda menyerang
Kesultanan Aceh secara terbuka pada 5 April 1873 dengan 3.000 tentara tetapi gagal. Pada bulan November di tahun yang sama,
Belanda kembali menyerang dengan kekuatan 13.000 tentara. Belanda mengira bahwa Kesultanan Aceh berhasil ditaklukkan.
Namun, rakyat Aceh terus melanjutkan perlawanannya yang dilakukan dengan taktik gerilya. Meskipun Perang Aceh dianggap
berakhir pada tahun 1912, perlawanan bersenjata rakyat Aceh terhadap pemerintah Hindia Belanda terus berlangsung hingga
tahun 1942.

2) Perlawanan Rakyat Sumatra Utara


Perlawanan rakyat Sumatra Utara terhadap pemerintah Hindia Belanda salah satunya terjadi di Tapanulid selama kurang lebih 29
tahun. Pemerintah Hindia Belanda berusaha memperluas wilayah kekuasaannya setelah menguasai Sumatra bagian Timur dan
Aceh. Pasukan Belanda yang berkedudukan di Tarutung diserang oleh pasukan Si Singamangaraja XII yang bermakas di Bakkara.
Dalam penyerangan itu, pasukan Belanda dipimpin oleh Hans Christoffel. Pada 17 Juni 1907, Si Singamangaraja XII yang
memusatkan pertahanan terakhir di Dairi gugur karena ditembak oleh Belanda.
Perlawanan terhadap Bangsa Belanda
Perlawanan pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda
3) Perlawanan Rakyat Sumatra Barat
Perlawanan yang terjadi di Sumatra Barat berawal dari tindakan pemerintah kolonial Belanda yang memanfaatkan konflik antara
Kaum Padri dan Kaum Adat. Pemerintah kolonial Belanda memberi bantuan kepada kaum Adat dalam menghadapi Kaum Padri.
Kaum Adat yang menyadari bahwa mereka dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial Belanda akhirnya bersatu dengan Kaum Padri
untuk menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Perlawanan Kaum Padri yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol berhasil
memukul mundur pasukan Belanda dan membalas serangan ke berbagai pos pertahanan Belanda. Pada Oktober 1837, Tuanku
Imam Bonjol ditangkap saat menghadiri undangan perundingan dari Belanda.

4) Perlawanan Rakyat Sumatra Selatan


Di Sumatra Selatan, pendudukan Belanda juga mendapat perlawanan dari Kesultanan Palembang. Perlawanan rakyat Palembang
dipimpin oleh Sultan Mahmud Badaruddin II saat pemerintah Hindia Belanda mengirimkan ekspedisi ke Palembang pada tahun
1818. Ekspedisi pasukan Belanda tersebut berhasil dipukul mundur oleh rakyat Palembang pada Juli 1819 dikenal sebagai Perang
Menteng dan pada Oktober 1819. Namun, dalam serangan Juni 1821, Sultan Mahmud Badaruddin II berhasil ditangkap dan
kemudian dibuang ke Ternate. Secara politis, Kesultanan Palembang dihapus keberadaannya pada tahun 1824 oleh pemerintah
kolonial Hindia Belanda.
Perlawanan terhadap Bangsa Belanda
Perlawanan pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda
5) Perlawanan Rakyat Jawa
Perlawanan rakyat Jawa dipimpin oleh Pangeran Diponegoro yang dilatarbelakangi campur tangan pemerintah
Hindia Belanda terhadap urusan pemerintah Kesultanan Yogyakarta. Pemerintah Hindia Belanda juga memasang
patok-patok batas pembangunan jalan melewati tanah milik Pangeran Diponegoro. Pada pertempuran awal,
Pangeran Diponegoro memperoleh kemenangan tetapi perlawanan tersebut berakhir setelah pemerintah
kolonial Belanda menggunakan tipu muslihat dengan melakukan perundingan oleh Jenderal De Kock. Pangeran
Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado.

6) Perlawanan Rakyat Bali


Latar belakang terjadinya perlawanan di Bali, yaitu sehubungan dengan adanya hak tawan karang yang dimiliki
raja-raja Bali. Pada tahun 1844, Raja Buleleng merampas kapal Belanda yang karam di wilayah perairannya yang
mengakibatkan pemerintah Belanda tidak terima. Ketegangan yang terjadi tersebut menimbulkan perang,
Belanda menyerang Buleleng dan berhasil merebut istana Buleleng. Pada tahun 1849, Belanda melancarkan
serangan besar-besaran terhadap kerajaan-kerajaan di Bali.
Perlawanan terhadap Bangsa Belanda
Perlawanan pada Masa Pemerintahan Hindia Belanda
7) Perlawanan Rakyat Kalimantan
Perlawanan rakyat Kesultanan Banjar disebabkan campur tangan Belanda dalam pengangkatan Pangeran
Tamjidillah menjadi seorang sultan. Perlawanan terhadap Belanda dipimpin oleh Pangeran Antasari dengan
mengepung benteng Belanda di Pengaron. Selain itu, Pangeran Hidayatullah juga bergerilya melawan Belanda.
Perlawanan terus berlanjut yang dipimpin oleh beberapa tokoh, seperti Gusti Mas Said dengan siasat perang
gerilya.
8) Perlawanan Rakyat Sulawesi Selatan
Ketika Gubernur Jenderal van der Capellen ingin memperbarui Perjanjian Bongaya, kerajaan-kerajaan di
Sulawesi, terutama Kerajaan Bone menentang keras usaha tersebut. Pada tahun 1824, Kerajaan Suppa
mempersiapkan sekitar 4.000 pasukan untuk menghadapi Belanda. Pasukan Kerajaan Bone juga melakukan
serangan kepada pos-pos Belanda di Pangkajene dan La’bakkang. Namun, tahun 1825 Kerajaan Bone dapat
ditaklukkan.

9) Perlawanan Rakyat Maluku


Perlawanan rakyat Maluku terjadi di Pulau Saparua dibawah pimpinan Thomas Matulessy (Pattimura) dengan
menghancurkan Benteng Duurstede. Perlawanan rakyat Saparua menjalar ke Ambon, Seram, dan pulau-pulau
lainnya. Perlawanan selanjutnya digantikan oleh Martha Christina Tiahahu. Akibat pemberontakan ini,
pemerintah Belanda menerapkan kebijakan ketat dan pemberlakuan kembali monopoli rempah-rempah oleh
pemerintah Hindia Belanda.
3. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia
a. Kedatangan Bangsa Jepang ke Indonesia

Perkembangan modernisasi dan industri membuat Jepang membutuhkan


daerah atau negara lain sebagai pemasok bahan baku industri dan pasar
bagi produk hasil industri. Jepang memulai imperialisme di Asia dengan
menginvasi beberapa wilayah dan mengarah ke daerah-daerah di Asia
Tenggara dan Pasifik yang kaya sumber daya alam, terutama Indonesia.

Jepang mendarat di Indonesia melalui Maluku pada Januari 1941.


Selanjutnya, mereka masuk ke Tarakan dan menguasai Kalimantan, lalu
menuju ke pusat-pusat kekuasaan Belanda di Sumatra, Sulawesi, dan
Jawa. Pasukan Belanda tidak mampu menahan laju invasi pasukan Jepang
sehingga menyerah tanpa syarat kepada pasukan Jepang. Awalnya,
kedatangan Jepang disambut baik oleh bangsa Indonesia karena Jepang
dapat menarik simpati rakyat Indonesia.
3. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia
b. Perubahan Masyarakat Indonesia Akibat Pendudukan Jepang
1 3
Aspek geografi. Jepang berhasil memonopoli seluruh Aspek sosial. Kehidupan sosial pada masa pendudukan
hasil pertanian dan mengawasi langsung pengelolaan Jepang mengalami kemunduran sebagai dampak eksploitasi
perkebunan dengan mengutamakan perkebunan karet sumber daya alam dan manusia. Masyarakat yang menjadi
dan kina. Pemerintah Jepang juga melaksanakan program romusa mengalami perlakuan yang tidak manusiawi.
perpindahan penduduk untuk tenaga kerja romusa.
4
2 Aspek budaya. Dalam bidang kebudayaan, Jepang
Aspek politik. Jepang membagi tiga daerah pemerintahan
militer, yaitu: mendirikan pusat kebudayaan bernama Keimin Bunkei
• Daerah bagian tengah, meliputi Jawa dan Madura di Shisodo. Karya-karya para seniman dijaga agar tidak
bawah angkatan darat. menyimpang dan dijadikan alat propaganda Jepang.
• Daerah bagian barat, meliputi Sumatra di bawah Penduduk juga diwajibkan mengikuti kebiasaan-kebiasaan
angkatan darat. Jyang dilakukan Jepang.
• Daerah bagian Timur, meliputi Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua di bawah 5
angkatan laut. Aspek pendidikan. Sistem pengajaran dan struktur kurikulum
ditujukan untuk kepentingan Perang Asia Timur Raya. Semua
3 pelajar diwajibkan menghormati adat kebiasaan Jepang dan
Aspek ekonomi. Pemerintahan Jepang menyita aset-aset
ekonomi peninggalan Hindia Belanda, berupa melakukan latihan jasmani serta kemiliteran.
perkebunan, pabrik, dan bank. Jepang juga menerapkan
sistem autarki di setiap wilayah ekonomi.
3. Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang di Indonesia
c. Bentuk-Bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia terhadap Pendudukan Jepang

Rakyat Indonesia melakukan berbagai upaya untuk melawan pendudukan Jepang di Indonesia, baik melalui cara
kerja sama (kooperatif), nonkooperatif, maupun pemberontakan. Perbedaan cara tersebut menunjukkan
besarnya tekad para tokoh pejuang dan rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia.
• yang berkembang pada masa kolonial
1) Pendidikan Dasar:
a. ELS ( Europose Legerschool ) dan HIS ( Holandsch Inlandschool).untuk ketunan Indonesia
asli golongan atas.Merupakan sekolah kelas satu.
b. Sekolah kelas dua,utuk golongan Indonesia asli kelas bawah
2). Pendidikan Tingkat Menengah
c. HBS ( Hogere Burger School ),MULO ( Meerr Uitegbreit Ondewijs) dan AMS ( Algemene
Middelbare School)
d. Sekolah Kejuruan : Kweekschoolen ( guru pribumi) dan Normaal school
1) Pendidikan Tinggi :
a) Pendidikan Tinggi Teknik
b) Sekolah Tinggi Hukum
c) Sekolah Tinggi Kedokteran
d) Sekolah pelatihan untuk kepala atau pejabat pribumi
B. Pergerakan Kebangsaan Menuju
Kemerdekaan
1. Perkembangan Organisasi Pergerakan di Indonesia pada Masa Penjajahan
Organisasi pergerakan untuk kemerdekaan dimulai ketika Budi Utomo didirikan pada 20 Mei 1908. Organisasi
pergerakan menyadarkan bangsa Indonesia terhadap penderitaan dan kemiskinan akibat penindasan penjajah
sehingga gerakan rakyat yang semula bersifat kedaerahan menjadi berskala nasional.

a. Faktor Penyebab Pergerakan Nasional


Terdapat faktor-faktor bersifat internal dan eksternal yang memicu munculnya pergerakan nasional di Indonesia.
1) Faktor-faktor yang bersifat internal, antara lain penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh rakyat,
munculnya kaum terpelajar, kenangan akan kejayaan bangsa pada masa lampau.
2) Faktor-faktor yang bersifat ekstenal, antara lain keberhasilan pergerakan nasional di negara lain, kemenangan
Jepang atas Rusia, berkembangnya paham-paham baru dari Eropa dan Amerika.

b. Pihak-Pihak yang Berperan dalam Proses Terbentuknya Kesadaran Nasional


1) Peranan Kaum Terpelajar dan Kaum Profesional. Kaum terpelajar dan profesional Indonesia bergerak untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan membentuk beberapa organisasi pergerakan nasional,
seperti Budi Utomo, Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, dan Partai Nasional Indonesia.
2) Peranan Pers. Pers mampu memengaruhi pendapat atau opini masyarakat untuk berpikir, berbuat, atau
bertindak sesuai yang diharapkan. Pers tidak dapat lepas dari proses penyadaran dan pembentukan jati diri
bangsa. Beberapa surat kabar yang sangat memengaruhi kesadaran berbangsa di Indonesia adalah Bintang
Hindia dan Medan Prijaji.
1. Perkembangan Organisasi Pergerakan di Indonesia pada Masa Penjajahan
c. Organisasi Pergerakan Nasional
Perjuangan pergerakan kebangsaan Indonesia menuju kemerdekaan tidak dilaksanakan dengan seketika,
melainkan ditempuh melalui proses panjang.
1) Organisasi Pergerakan yang Bersifat Etnik-Kedaerahan
Pada tahun 1915, sejumlah pemuda yang dipimpin Dr. Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Soenardi
mendirikan perkumpulan pemuda yang beranggota anak-anak sekolah menengah diberikan nama Tri Koro
Dharmo. Tri Koro Dharmo dianggap lebih berorientasi pada kepentingan golongan Jawa sehingga diubah menjadi
Jong Java. Di beberapa daerah juga terdapat beberapa perkumpulan pemuda, salah satunya adalah pelajar
Sumatra yang membentuk Jong Sumatranen Bond pada 9 September 1917.

2) Organisasi Pergerakan yang Bersifat Keagamaan


Organisasi-organisasi pergerakan yang didirikan berdasarkan asas keagamaan, antara lain Sarekat Dagang Islam,
Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama. Sarekat Dagang Islam dibentuk oleh H. Samanhoedi pada tahun 1912
dengan tujuan melindungi dan menjamin kepentingan pedagang muslim terhadap ancaman dan persaingan
dengan pedagang Muslim. Muhammadiyah didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 untuk melakukan
modernisasi serta pemurnian agama Islam dari unsur-unsur non-Islam. Nahdlatul Ulama dibentuk oleh kelompok
yang dipimpin K. H. Hasyim Asy’ari pada tahun 1926, bertujuan mempertahankan kepentingan kaum muslim
tradisional.
1. Perkembangan Organisasi Pergerakan di Indonesia pada Masa Penjajahan
c. Organisasi Pergerakan Nasional

3) Organisasi Pergerakan yang Bersifat Nasional


Terdapat organisasi yang berhaluan nasional, diantaranya adalah Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, dan
Partai Nasional Indonesia. Indische Partij didirikan di Bandung oleh E. F. E. Douwes Dekker, dr. Tjipto
Mangoenkoesoemo, dan R. M. Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) pada tahun 1912 dengan tujuan
mewujudkan Hindia (Indonesia) merdeka. Perhimpunan Indonesia yang awalnya bernama Indische Vereeniging
merupakan perkumpulan pelajar dan mahasiswa yang didirikan tahun 1908 berjuang dalam bidang politik untuk
kemerdekaan Indonesia. Partai Nasional Indonesia bermula dari Algemene Studie Club. Tujuan pokok PNI adalah
mencapai Indonesia merdeka dan membebaskan para tahanan Digul.
1. Perkembangan Organisasi Pergerakan di Indonesia pada Masa Penjajahan
d. Peristiwa Pergerakan Nasional
Manifesto Politik 1925
Pada tahun 1925, Perhimpunan Indonesia mengeluarkan Manifesto Politik (Manipol) 1925 yang memuat prinsip
perjuangan, yakni persatuan, kesetaraan, dan kemerdekaan. Prinsip-prinsip tersebut terangkumm dalam tegasan
sikap bahwa:
• rakyat Indonesia sewajarnya diperintah oleh pemerintah yang dipilih,
• memperjuangkan pemerintahan sendiri tanpa bantuan pihak mana pun, dan
• tanpa persatuan kokoh dari pelbagai unsur rakyat, tujuan perjuangan sulit dicapai

Kongres Pemuda
Pada tahun 1926, berbagai organisasi kepemudaan menyelenggarakan Kongres Pemuda I di Jakarta. Puncak
kebulatan tekad masyarakat Indonesia untuk menetapkan Indonesia sebagai identitas nasional terjadi pada 28
Oktober 1928 dalam Kongres Pemuda II. Sebanyak 750 orang wakil dari organisasi-organisasi kepemudaan
mengeluarkan sebuah sumpah yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Di dalamnya, nama Indonesia dipakai sebagai
perekat atau identitas pemersatu. Setelah peristiwa Sumpah Pemuda, perkumpulan dan organisasi pemuda
menyepakati pembentukan Komisi Besar Indonesia Muda yang membentuk organisasi bernama Inesia Muda.
1. Perkembangan Organisasi Pergerakan di Indonesia pada Masa Penjajahan
d. Peristiwa Pergerakan Nasional

Kongres Perempuan

Kaum perempuan Indonesia telah lama berkiprah dalam pergerakan dan pembentukan identitas nasional. Hal ini
dapat dilihat dari kiprah R. A. Kartini dan R. Dewi Sartika. R. A. Kartini memiliki mimpi bahwa perempuan Indonesia
dapat bangkit dari keterbelakangan dan kaum perempuan dapat memperoleh pendidikan sehingga dapat
memajukan bangsa. Pemikiran Kartini tersebut memperolah tanggapan positif dan memunculkan berbagai
perkumpulan perempuan yang menyelenggarakan pendidikan khusus bagi perempuan.
R. Dewi Sartika juga melakukan hal yang sama dengan Kartini. Dewi Sartika merintis berdirinya Sekolah Istri yang
kemudian berganti nama menjadi Sekolah Keoetamaan Istri. Rintisan yang dilakukan Kartini dan Dewi Sartika memiliki
pengaruh yang luas. Pada tahun 1912, berdiri perkumpulan Poetri Merdika di Jakarta yang bertujuan membantu para
perempuan yang ingin sekolah. Perkumpulan perempuan Indonesia mengadakan Kongres Perempuan Indonesia
Pertama pada 22 Desember 1928.
2. Proses Pelaksanaan Kemerdekaan
a. Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Kekalahan Jepang dan Janji Indonesia Merdeka

Bulan Juni 1944, angkatan perang Amerika Serikat memukul mundur angkatan
perang Jepang di Saipan, Papua Nugini, Kepulauan Salomon, dan Kepulauan
Marshall. Pada 7 September 1944, PM Koiso menjanjikan bahwa Hindia Timur
(Indonesia) akan diperkenankan merdeka. Tujuan dari janji PM Koiso adalah agar
rakyat Indonesia tidak mengadakan perlawanan terhadap Jepang.

Pembentukan BPUPK

Janji PM Koiso direalisasikan dalam pembenntukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha


Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) atau Dokuritsu Junbi Cosakai yang bertujuan
mempelajari hal-hal penting mengenai masalah tata pemerintahan Indonesia
merdeka. Sidang pertama BPUPK pada 29 Mei 1945–1 Juni 1945 merumuskan dasar
falsafah Negara Indonesia. Sidang pertama tidak menghasilkan rumusan tentang
dasar negara, melainkan pandangan umum dasar Negara Indonesia merdeka.
Sidang kedua, membiccarakan rancangan undang-undang dasar (UUD).
Pembentukan PPKI

Saat tugas BPUPK telah selesai dan dibubarkan, maka digantikan oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai yang dibentuk
pada 7 Agustus 1945. Rincian dan penetapan PPKI dilakukan oleh Jenderal Hisaichi
Terauchi yang menegaskan bahwa para anggota PPKI diizinkan melakukan
kegiatannya menurut pendapat dan kesanggupan bangsa Indonesia sendiri dengan
memperhatikan syarat, yaitu menyelesaikan perang yang sedang dihadapi bangsa
Indonesia dan Negara Indonesia merupakan anggota Lingkungan Kemakmuran
Bersama di Asia Timur Raya.

Peristiwa Rengasdengklok

Dalam proses pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia, terjadi perbedaan


pandangan antara golongan tua dan golongan muda. Golongan tua memiliki
pendapat bahwa pelaksanaan proklamasi kemerdekaan harus melalui rapat
bersama PPKI. Sedangkan, golongan muda berpendapat bahwa proklamasi
kemerdekaan harus lahir melalui perjuangan bangsa Indonesia. Hal tersebut
menyebabkan golongan muda mengamankan Soekarno dan Moh. Hatta ke
Rengasdengklok. Kemudian, mereka sepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dilaksanakan di Jakarta yang akan dilakukan pada 17 Agutus 1945.
Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Rombongan Soekarno dan Moh. Hatta menuju ke rumah Laksamana Maeda yang dianggap aman
untuk mengadakan rapat penyusuan rencana proklamasi kemerdekaan. Naskah ditulis oleh
Soekarno dan dibantu oleh Moh. Hatta dan Ahmad Soebarjo. Rumusan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia terdiri atas dua bagian pokok. Bagian pertama merupakan saran Ahmad
Soebarjo dan bagian kedua merupakan buah pikiran Moh. Hatta. Soekarno menyarankan agar
semua yang hadir menandatangi bersama-sama selaku wakil-wakil Bangsa Indonesia. Kemudian,
naskah diketik oleh Sajoeti Melik, yang dikenal sebagai Teks Proklamasi yang autentik.

Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan


Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, teks Proklamasi dibacakan oleh
Soekarno dan didamingi oleh Moh. Hatta. Pembacaan dilakukan di kediaman
Soekarnno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta (sekarang Jalan Proklamasi).
Sebelum pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Moh. Hatta telah
berpesan kepada para pemuda yang bekerja pada pers untuk memperbanyak teks
proklamasi dan menyiarkan ke seluruh dunia. Penyebarluasan berita proklamasi
dilakukan melalui radio; poster, selebaran, dan spanduk; surat kabar; dan
pengiriman delegasi.
C. Pemerataan Pembangunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 menyebutkan bahwa pembangunan nasional
merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara. Rangkaian upaya pembangunan memuat kegiatan yang berlangsung tanpa henti
dengan menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi ke generasi dalam konteks memenuhi
kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generai yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhan.

1. Kondisi Geografis dan Pemerataan Ekonomi


Pada masa yang akan datang, perekonomian dituntut untuk mampu berkembang secara lebih seimbang di
seluruh wilayah tanah air dalam rangka pemerataan pembangunan untuk mengurangi kesenjangan sosial.
Pengembangan perekonomian harus memperhatikan kondisi geografis suatu wilayah.
a. Wilayah Papua
Wilayah Papua berpotensi besar sebagai penggerak ekonomi Indonesia bagian timur melalui
sumber daya alam, berupa perikanan, pertanian dan perkebunan, industri agro dan pangan,
pariwisata bahari dan alam, maupun pertambangan. Sektor jasa didorong dengan
mengembangkan kawasan metropolitan sebagai pusat pertumbuhan, khususnya di Kota
Sorong dan Kota Jayapura.
1. Kondisi Geografis dan Pemerataan Ekonomi
b. Wilayah Maluku
Pengembangan wilayah Maluku diarahkan sebagai basis perikanan nasional. Pembangunan Kepulauan
Maluku difokuskan pada pendayagunaan sumber daya kelautan, daratan, serta pengembangan kawasan
perbatasan berwawasan lingkungan.
c. Wilayah Bali dan Nusa Tenggara
Secara umum, pengembangan wilayah Bali–Nusa Tenggara diarahkan sebagai basis wisata internasional.
Wilayah Bali–Nusa Tenggara mempunyai potensi besar dalam sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan
terutama pariwisata. Pengembangan kawasan metropolitan Kota Dennpasar, Mataram, dan Kupang, serta
kawasan pariwisata Bali dan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Mandalika diharapkan dapat mendorong
sektor jasa.
d. Wilayah Sulawesi
Pengembangan wilayah Sulawesi diarahkan sebagai basis industri pangan dan gerbang Kawasan Timur
Indonesia (KTI). Pulau Sulawesi berpotensi besar sebagai penggerak ekonomi dan sumber keanekaragaman
hayati Indonesia. Sektor pertanian, perikanan, pariwisata, dan pertambangan menjadi keunggulan.
Peningkatan peran sektor jasa didorong dengan pengembangan kawasan metropolitan Kota Makassar dan
Kendari.
1. Kondisi Geografis dan Pemerataan Ekonomi
e. Wilayah Kalimantan
Secara umum, pengembangan wilayah Kalimantan diarahkan sebagai basis industri pengolahan dan lumbung
energi nasional. Pulau Kalimantan di dominasi oleh kawasan hutan. Kawasan hutan ini akan dijaga
kelestariannya sebagai paru-paru Indonesia. Kawasan hutan dikelola dengan kegiatan agroforestry yang tidak
merusak keseimbangan daya dukung lingkungan.
f. Wilayah Jawa
Pengembangan wilayah Jawa diarahkan sebagai basis perdagangan dan jasa. Kondisi tanah yang sangat subur
merupakan salah satu potensi terbesar di Pulau Jawa. Itulah sebabnya, Pulau Jawa diarahkan untuk
mewujudkan lumbung pangan nasional yang berkelanjutan. Selain itu, pengembangan Pulau Jawa juga
diarahkan pada peningkatan keterhubungan antara kegiatan pertanian, industrim serta perdaganagn dan jasa
yang berwawasan lingkungan.
g. Wilayah Sumatra
Pengembangan wilayah Sumatra diarahkan sebagai basis industri baru dan gerbang kawasan Asia. Pulau
Sumatra sangat berpotensi di sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan atau kelautan. Wilayah Sumatra
diarahkan menjadi wilayah yang dapat mewujudkan swasembada pangan dan lumbung pangan nasional.
Wilayah Sumatra memiliki posisi yang strategis sebagai pintu utama perdagangan internasional.
2. Lembaga Keuangan untuk Kesejahteraan Rakyat
a. Lembaga Keuangan Bank
Dalam UU RI No. 4 Tahun 2023, bank adalah badan usaha yang meghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

01 Bank Sentral Bank Perekonomian Rakyat


03 Bank Perekonomian Rakyat
Bank Indonesia merupakan Bank Sentral
Republik Indonesia, bertujuan melaksanakan kegiatan usaha secara
menncapai stabilitas nilai rupiah, konvensional dan/atau berdasarkan
memelihara Sistem Pembayaran, dan Prinsip Syariah, tidak memberikan jasa
menjaga Stabilistas Sistem Keuangan. dalam lalu lintas giral secara langsung.

Bank Umum Bank Syarian


02 04
Bank umum melaksanakan kegiatan Bank Syariah melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan/atau perbankan berupa menghimpun dan
berdasarkan Prinsip Syariah dalam menyalurkan dana berdasarkan Prinsip
memberikan jasa dalam lalu lintas Syariah sebagai prinsip hukum Islam.
pembayaran.
2. Lembaga Keuangan untuk Kesejahteraan Rakyat
a. Lembaga Keuangan Bank
Produk Perbankan
Produk perbankan dapat dikelompokkan atas produk kredit pasif dan produk kredit aktif.
Produk Kredit Pasif
Produk Kredit Aktif
Simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan Penyediaan dana atau tagihan
Giro menggunakan cek, bilyet giro, sarana berdasarkan persetujuan atau
perintah pembayaran lain atau
Kredit kesepakatan pinjam-meminjam untuk
pemindahbukuan. melunasinya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
Simpanan yang penarikannya hanya
Deposito dapat dilakukan pada waktu tertentu Surat pengakuan utang, wesel, saham,
berdasarkan nasabah penyimpan. obligasi, sekuritas kredit, atau setiap
Surat Berharga derivatif yang lazim diperdagangkan
Simpanan yang penarikannya dilakukan dalam Pasar Modal dan Pasar Uang.
menurut syarat tertentu yang
Tabungan disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet giro, atau alat yang
dipersamakan.
2. Lembaga Keuangan untuk Kesejahteraan Rakyat
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank
Lembaga keuangan bukan bank (LKBB) merupakan semua badan selain bank yang menghimpun dana dari
masyarakat dengan menerbitkan surat berharga dan menyalurkannya untuk membiayai investasi perusahaan.

01 Bank Sentral
Koperasi Simpan
02 Dana Pensiun 03 Perusahaan Asuransi
Pinjam

Koperasi adalah badan usaha yang Asuransi merupakan perjanjian


melakukan kegiatan Dana pensiun adalah badan antara dua pihak, yaitu
persekonomian berdasarkan asas- hukum yang mengelola dan perusahaan asuransi dan
asas kekeluargaan dan sebagai menjalankan program yang pemegang polis yang menjadi
salah satu bentuk gerakan menjanjikan manfaat pensiun. dasar bagi penerimaan premi
perekonomian rakyat. Koperasi Dana pensiun dihimpun dari para sebagai imbalan untuk
menghimpun dan menyalurkan peserta dalam bentuk tabungan memberikan pergantian
dana dari dan/atau ke pihak bagi keperluan di hari tua. kerusakan, kerugian, dan hal
anggota maupun bukan anggota. lainnya.
2. Lembaga Keuangan untuk Kesejahteraan Rakyat
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank

04 Bank Sentral
Lembaga Pembiayaan 05 Pasar Modal 06 Lembaga Keuangan
Mikro

Lembaga pembiayaan adalah


Pasar modal merupakan pasar Lembaga keuangan mikro adalah
badan usaha yang melakukan
tempat bertemunya permintaan lembaga yang khusus didirikan
kegiatan pembiayaan dalam
dan penawaran dana-dana jangka untuk memberikan jasa
bentuk penyediaan dana atau
panjang dalam bentuk penjualan pengembangan usaha dan
barang modal. Lembaga
dan pembelian surat-surat pemberdayaan masyarakat, baik
pembiayaan terbagi:
berharga. Produk yang melalui pinjaman atau
• Lembaga pembiayaan
diperjualbelikan antara lain pembiayaan dalam usaha skala
pembangunan dan lembaga
saham, obligasi, right issue, mikro.
perantara penerbitan
warrant, dan reksa dana.
• Leasing
2. Lembaga Keuangan untuk Kesejahteraan Rakyat
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank

07 Lembaga Jasa Keuangan Khusus

Lembaga jasa keuangan khusus meliputi beberapa lembaga atau perusahaan yang dibentuk atau didirikan
untuk melaksanakan tugas dan fungsi khusus yang berkaitan dengan upaya mendukung program pemerintah
dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.
• Pegadaian, yaitu badan usaha yang memberikan pinjaman kepada orang perorangan yang besarnya
sesuai dengan nilai jaminan yang diserahkan.
• Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, yaitu badan usaha pembiayaan ekspor nasional yang bertujuan
untuk menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka mendorong program ekspor nasional.
D. Konflik dan Integrasi
Nasional
1. Konflik Sosial

Pengertian Konflik Sosial


Soerjono Soekanto menyebut konflik sebagai pertentangan atau pertikaian, yaitu suatu proses individu
atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan, disertai
ancaman dan/atau kekerasan.

Faktor Penyebab Konflik


Konflik akan selalu ada dalam dinamika sosial suatu masyarakat. terdapat empat faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya konflik, yakni perbedaan individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan
kepentingan, dan perubahan sosial.

Bentuk-Bentuk Konflik

1) Konflik pribadi. Konflik yang terjadi antara dua individu atau lebih karena perbedaan pandangan dan
sebagainya.
2) Konflik rasial. Konflik yang timbul akibat perbedaan ras.
3) Konflik antar kelas sosial. Konflik ini umumnya terjadi disebabkan perbedaan kepentingan.
4) Konflik politik. Konflik yang terjadi akibat perbedaan tujuan politis seseorang atau kelompok.
5) Konflik internasional. Umumnya terjadi karena perbedaan kepentingan yang berpengaruh pada
kedaulatan negara.
1. Konflik Sosial

Dampak Konflik Sosial

Segi Positif
• Membantu memperjelas aspek-aspek kehidupan.
Segi Negatif
• Penyesuaian kembali norma, nilai, dan hubungan sosial.
• Keretakan hubungan antarindividu atau kelompok.
• Meningkatkan solidaritas.
• Berubahnya sikap kepribadian para individu.
• Mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
• Kerusakan harta benda dan jatuhnya korban manusia.
• Menghidupkan norma lama dan menciptakan norma baru.
• Munculnya dominasi kelompok pemenang atas
• Sarana mencapai kesimbangan antara kekuatan yang ada di
kelompok yang kalah.
masyarakat.
• Memunculkan sebuah kompromi baru.

Penanganan Konflik

Secara umum, ada tiga upaya pengendalian konflik antara lain sebagai berikut.
• Konsiliasi, yaitu bentuk pengendalian konflik yang dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang memungkinkan diskusi
dan pengambilan keputusan yang adil.
• Mediasi, yaitu bentuk pengendalian konflik yang dilakukan dengan cara kedua belah pihak menunjuk pihak ketiga sebagai
mediator atau penengah.
• Arbitrase, yaitu bentuk pengendalian konflik yang dilakukan apabila kedua belah pihak sepakat untuk menerima atau terpaksa
menerima hadirnya pihak ketiga yang memberikan keputusan untuk penyelesaian konflik.
2. Integrasi Sosial
Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu
kesatuan, meliputi perbedaan kependudukan sosial, ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma.
Syarat Terjadinya Integrasi Sosial
1) Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan mereka.
2) Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai sosial yang dijadikan pedoman.
3) Norma dan nilai sosial berlaku cukup lama, tidak mudah berubah, dan dijalankan secara konsisten.

Faktor yang Memengaruhi Cepat atau Lambatnya Proses Integrasi Sosial


1) Homogenitas kelompok. Integrasi sosial akan mudah dicapai pada kelompok atau masyarakat yang tingkat
kemajemukannya rendah.
2) Besar kecilnya kelompok. Dalam kelompok kecil, hubungan sosial antaranggota terjadi secara intensif sehingga
penyesuaian atas perbedaan lebih cepat dilakukan.
3) Mobilitas geografis. Makin seringnya anggota masyarakat datang dan pergi, makin sulit pula proses integrasi
sosial.
4) Efektivitas komunikasi. Komunikasi yang efektif antaranggota kelompok akan mempercepat proses integrasi dalam
kelompok.
2. Integrasi Sosial
Bentuk-Bentuk Integrasi Sosial

Integrasi Normatif Integrasi Fungsional Integrasi Koersif

Integrasi normatif dapat diartikan sebagai Integrasi fungsional terbentuk karena ada Integrasi koersif terbentuk berdasarkan
integrasi yang terjadi akibat terdapatnya fungsi tertentu dalam masyarakat. kekuasaan yang dimiliki penguasa.
norma-norma yang berlaku di Integrasi dapat terbentuk dengan Penguasa dapat menerapkan cara koersif
masyarakat. Norma menjadi hal yang mengedepankan fungsi dari tiap pihak (kekerasan) sebagai salah satu alat
mampu mempersatukan masyarakat. dalam masyarakat. pemersatu.

Proses Integrasi Sosial


Integrasi sosial dapat terjadi melalui proses-proses berikut.
1) Asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai adanya usaha untuk mengurangi perbedaan antara individu atau
kelompok dalam masyarakat. Setiap individu berusaha untuk meningkatkan kesatuan tindakan, sikap, dan proses
mental.
2) Akulturasi merupakan proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan
pada kebudayaan asing yang berbeda yang berlangsung hingga unsur tersebut diterima masyarakat.
2. Integrasi Sosial
Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Sosial

1) Adanya toleransi tehadap kelompok manusia dengan kebudayaan berbeda

2) Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi bagi golongan masyarakat

3) Sikap saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya.

4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.

5) Pengetahuan tentang persamaan-persamaan unsur kebudayaan yang berlainan.

6) Perkawinan campuran antara dua pendukung kebudayaan yang berbeda.

7) Adanya musuh bersama dari luar cenderung memperkuat persatuan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai