Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

TENTANG DAMPAK PERKEMBANGAN


KOLONIALISME DAN IMPERIALISME

DIBUAT OLEH :
● Albertus Hanyeq
● Ebrilliano Tedung
● Gregorius Geh
● Ludovikus Luhat
● Alvonsius Aldy Dikin
● Gregorius Lasah Bawan
● Serliana Inuq

SMA NEGERI 1 LONG BAGUN


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya
Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Penulisan makalah tentang "Dampak
Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme" makalah ini di buat dalam rangka
perkembangan kriteria kami dalam pendidikan.

Kami menyadari tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan.Hal ini disebakan oleh
keterbatasan dan kemampuan yang kami miliki.Oleh karena itu,semua kritik dan saran akan
kami terima dengan senang hati demi perbaikan makalah yang kami buat.

Tulisan ini dapat diselesaikan berkat ada bimbingan dan bantuan dari kelompok yang
berpihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak, terutama kepada rekan-rekan kelompok yang telah memberikan
masukan demi kelancaran dan kelengkapan makalah. Akhirnya semoga makalah yang jauh
dari sempurna ini ada manfaatnya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah VOC dibubarkan, terjadilah perubahan penting dalam sistem pemerintahan di


tanah Hindia Belanda. Pembaruan sistem pemerintahan ini terutama dilakukan oleh
Daendels. Namun sistem pemerintahan yang baru itu dapat dilembagakan dan
dilaksanakan secara nyata pada zaman pemerintahan Raffles. Sistem pemerintahan
yang baru itu bersifat dualistis, yakni ada pemerintahan Eropa dan ada pemerintahan
pribumi (sekalipun harus tunduk pada penguasa Eropa). Di samping itu, sebenarnya
ada kelompok Timur Asing yang kedudukannya setara dengan pribumi. Dalam hal ini
para pangreh praja direpresentasikan dalam pemerintahan pribumi. Namun penguasa
kolonial sangat menentukan sistem pergantian kekuasaan pemerintahan pribumi.
(Sementara itu) sejak pemerintahan Daendels, pembaruan di bidang pendidikan di
Hindia Belanda (juga) mulai dilakukan. Awalnya hanya ditujukan untuk kepentingan
tertentu dan kalangan tertentu. Namun sejak Politik Etis bergulir, para bumiputra
Hindia Belanda pun turut mengenyam pendidikan ala Barat. Pada masa selanjutnya,
hal ini menjadi bumerang bagi Belanda karena pendidikan tersebut justru melahirkan
elite lokal yang menaruh perhatian besar pada semangat nasionalisme.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dampak dalam Bidang Politik-Pemerintahan dan


Ekonomi

1. Bidang Politik dan Struktur Pemerintahan


Dalam bidang politik, para penguasa penjajahan Barat terutama Belanda
Melakukan kebijakan yang sangat ketat dan cenderung menindas.Pemerintah
kolonial menjalankan politik memecah belah atau devide et. Tidak hanya
politik memecah belah, tetapi juga disertai dengan tipu Muslihat yang
cenderung menghalalkan segala cara sehingga melanggar Norma-norma
kemanusiaan. Misalnya pura-pura mengajak perundingan Damai tetapi malah
ditangkap (penangkapan Pangeran Diponegoro), purapura diajak berunding
tetapi malah dibunuh (pembunuhan Sultan Khaerun/Hairun). Secara politik
martabat rakyat Indonesia jatuh dan menjadi tidak Berdaulat. Rakyat
Indonesia juga menjadi kelompok masyarakat kelas tiga Setelah kelompok
orang-orang Barat (penjajah) dan kelompok orang-orang Timur asing.

Berangkat dari politik memecah belah dan praktik-praktik tipu muslihat


Itu,kekuatan kolonial Belanda terus memperluas wilayah kekuasaannya
Daendels telah membagi wilayah kekuasaan kolonial Belanda Di
Indonesia/Hindia Belanda di Jawa dibagi menjadi sembilan prefektur Dan
terbagi dalam 30 regentschap (kabupaten). Setiap diangkat Seorang pejabat
kepala pemerintahan yang disebut dengan prefek. Dalam struktur
pemerintahan dikenal adanya pemerintahan tertinggi, Semacam pemerintahan
pusat. Sebagai penguasa tertinggi adalah gubernur Jenderal. Di tingkat pusat
ini juga ada lembaga yang disebut dengan Raad Van Indie. Beberapa
departemen Hasil reorganisasi tahun 1866, antara lain ada Departemen Dalam
Negeri; Departemen Pendidikan, Agama, dan Kerajinan; Departemen
Pekerjaan Umum; Departemen Keuangan; Departemen Urusan Perang;
kemudian Dibentuk Departemen Kehakiman (1870); Departemen Pertanian
(1904), yang
Disempurnakan menjadi Departemen Pertanian, Industri dan Perdagangan
(1911). Sementara itu, dalam pelaksanaan Pemerintahan dalam negeri. Ada
Pemerintahan Eropa (Europees bestuur)Dan pemerintahan pribumi (Inlands
Bestuur). Di lingkungan pemerintahan Eropa ini, terdapat pejabat wilayah
yang
Paling tinggi yakni residen. Ia memimpin Wilayah karesidenan. Di seluruh
JawaMadura terbagi menjadi 20 karesidenan. Di bawah residen ada pejabat
asisten residen. Asisten residen ini mengepalai Suatu wilayah bagian dari
karesidenan yang dinamakan afdeling. Di bawah Asisten residen masih ada
pejabat yang disebut kontrolir (controleur). Ia Memimpin wilayah yang
dinamakan Controle-afdeling.

Selanjutnya yang terkait dengan pemerintahan pribumi, para pejabatnya


Semua dijabat oleh priayi pribumi. Jenjang tertinggi dalam pemerintahan
Pribumi adalah seorang regent atau bupati. Ia memimpin sebuah wilayah
Kabupaten. Seorang bupati ini dibantu oleh seorang pejabat yakni patih. Satu
wilayah kabupaten umumnya terbagi menjadi beberapa distrik yang Dipimpin
oleh seorang wedana. Setiap distrik kemudian terbagi menjadi Onderdistrik
yang dikepalai seorang asisten wedana atau sekarang camat. Unit paling
bawah kemudian ada desa-desa.

2. Bidang Ekonomi
Pada masa pemerintahan Daendels, perubahan sistem pemerintahan telah
Membawa pada perubahan sistem perekonomian tradisional. Dalam sistem
Modern, tanah-tanah milik Raja berubah statusnya menjadi tanah milik
Pemerintah kolonial. Dalam masa pemerintahan kolonial, mencari uang Dan
mengumpulkan kekayaan menjadi tujuan utama. Mereka kumpulkan untuk
membiayai keperluan pemerintahan yang sedang Berlangsung saat itu. Untuk
mendapatkan uang pemerintah kolonial Memperolehnya dari penjual hasil
bumi dari para petani berupa pajak. Petani Pun harus menjual hasil bumi
dengan harga yang telah ditetapkan.

Grote Postweg atau jalan Raya Pos yang menghubungkan Anyer sampai
Panarukan, dibuka pada masa Daendels memerintah Hindia Belanda Karena
dengan Pembangunan jalan itu maka akan mengurangi pengeluaran
pemerintahan. Pembangunan jalan sepanjang 1000 km itu dilakukan dengan
kerja rodi. Meskipun dibangun dengan kerja rodi, jalan itu berguna untuk
memakmurkan Pedalaman Jawa sebagai konsekuensi yang teratur. Menurut
Daendels, Jalan itu membawa keuntungan bagi penduduk setempat dengan
semakin Ramainya perdagangan. Meskipun jalan pos ini membawa
perkembangan Daerah yang dilaluinya, namun kritik pedas kepada Daendels
dilontarkan Karena pembangunan jalan itu telah merenggut ribuan nyawa
manusia.

Pada masa Raffles terjadi perubahan sistem kepemilikan tanah dari tanah Raja
dan penguasa lokal ke pemerintah.Perubahan dari sistem kepemilikan Tanah
inilah yang menyebabkan pula terjadinya perubahan hubungan antara Raja dan
kawulanya, yaitu dari patron-client menjadi hubungan-hubungan Yang bersifat
komersial. Adanya penyewaan tanah ini berarti pemerintah Mendapatkan
pajak tanah, dan kas pemerintah pun terisi. Dengan demikian Pelaku ekonomi
adalah pihak swasta.Sejak Itulah sistem kegiatan ekonomi uang di desa-desa
Jawa dan daerah lain di Hindia Belanda yang telah lama dikenal dengan sistem
ekonomi swadaya Berubah menjadi sistem ekonomi komersial.

Setelah pemerintah Raffles berakhir, diganti dengan pemerintahan Hindia


Belanda ekonomi uang terus berkembang, dan kegiatan perdagangan pun
Semakin luas.Sejak tahun 1828 era perbankan modern masuk ke Hindia
Belanda. Pada masa itu De Javasche Bank, didirikan di Batavia pada tanggal
24 Januari 1828. Kemudian menyusul berdiri bank-bank lainnya seperti
Nederlands Handels Maatschappij, De Nationale Handels Bank dan Escompto
Bank. Selain itu juga berkembang bank-bank lain yang berasal dari Inggris,
Australia dan Cina. Bahkan juga ada juga bank milik pribumi yaitu Bank
Desa, Lumbung Desa.

Dampak lain dari pemerintahan kolonial adalah munculnya kota-kota baru


Yang ditandai dengan adanya jaringan transportasi berupa jalur-jalur kereta
Api dari Jakarta ke Bogor, dan kereta api di Pulau Jawa dan lain sebagainya.
Pada tahun 1840, muncul penyelidikan tentang pembangun jalur kereta Api
yang menghubungan dari Surabaya lewat Solo ke Yogyakarta hingga Ke
Priyangan. Pada September 1895, Jaringan kereta api Semarang-Cirebon
Terbangun. Jaringan kereta api juga dibangun di Sumatera. Perusahaan Zuid
Sumatera Staatsramwegen membangun jaringan di Lampung sepanjang 62 km
dan Palembang sepanjang 152 km yang telah beroperasi 1917. Di Sumatera
Barat, sejak 1833 telah dibangun kereta api, begitu juga di Aceh. Di samping
itu, jalur transpotasi darat membawa banyak perkembangan Dalam bidang
perekonomian. Munculnya pelabuhan-pelabuhan membawa pengaruh pada
perkembangan Perdagangan. Terbentuknya jaringan kereta api yang terhubung
ke Pelabuhan–pelabuhan sehingga pelabuhan-pelabuhan di Hindia Belanda
Mulai tersambung pula, karena didukung munculnya angkutan kapal laut.

Anda mungkin juga menyukai