Anda di halaman 1dari 15

SISTEM PEMERINTAHAN

DI INDONESIA MASA
KOLONIAL BELANDA
Sistem Pemerintahan Indonesia
Pertemuan ke-10
Pendahuluan
 Berdasarkan perjanjian Convention of London (1814)
maka Inggris menyerahkan Indonesia kepada Belanda.
 Diangkatlan Van Den Bosch menjadi penguasa di

Indonesia dengan tugas mencari uang sebanyak-


banyaknya untuk mengisi kas Belanda yang kosong.
 Ia kemudian menciptakan politik yang paling

menyengsarakan rakyat yaitu “Tanam Paksa


(Cultuurstelsel)”.
 Untuk penanam modal dibangun: Irigasi, waduk, jalan

raya, jalan kereta api dan pelabuhan. Untuk


pembangunan tersebut digunakan tenaga secara
paksa dengan sistem rodi (kerja paksa)
Masa Kolonial Belanda

Pemeri Pemerintah
Pemerintahan
ntahan an Hindia
Hindia Belanda
VOC Belanda
(Sebelum Politik (Setelah
(1602-
Etis) Politik Etis)
1807)
Pemerintahan VOC
Pemerintahan VOC
 Raja Holland merupakan penguasa tertinggi
 Gubernur jenderal berfungsi sebagai Ketua Dewan
Hindia, yang membuat keputusan dan kebijakan
dalam menjalankan misi VOC
 Kamar dagang (middleburg dan highburg) berisi
gabungan dari perseroan-perseroan kecil
 Badan-badan yang berisi para direktur dari
perseroan-perseroan kecil yang berjumlah 60-70
orang
 Dewan komisaris berjumlah 9 orang bangsawan,
baik dari pengusaha maupun kerajaan
 Dewan operasional berfungsi menjalankan
kebijakan rutin dan pengelolaan bisnis
Karakteristik Pemerintahan VOC
 VOC merupakan perkumpulan perusahaan-
perusahaan dagang di Belanda, sehingga mereka
tidak mempunyai aparat administrasi sendiri
 VOC diberi mandat kekuasaan yang luar biasa

besarnya, yakni wewenang untuk mewakili


pemerintah Belanda untuk membuat
perserikatan dan perjanjian dengan suatu
pemerintahan; menduduki suatu lokasi;
membangun pemukiman dan pusat
perdagangan; mengangkat gubernur dan
pegawainya serta membentuk militer sendiri
Karakteristik Pemerintahan VOC
 Dengan demikian, wewenang VOC tidak hanya
meliputi wewenang diplomatik tapi juga
menjalankan pemerintahan mandiri di wilayah luar
negeri
 Mereka bekerjasama dan mengikat para raja di

Indonesia untuk mematuhi politik kolonial dan


raja-raja inilah yang mengerahkan aparatnya untuk
mengontrol rakyat sesuai dengan garis politik VOC
 Meski sistem pemerintahannya bersifat tidak

langsung, tapi sistem ini lebih eksploitatif melalui


penerapan sistem tanam paksa dan kerja paksa
Pemerintahan Hindia Belanda
(Sebelum Politik Etis)
 Akibat korupsi dan ketidakmampuan membiayai
perang, VOC akhirnya bangkrut (1799), negara
Belanda kemudian mengambil-alih seluruh
kekayaan dan wilayah kerja VOC termasuk juga
hutang-hutangnya.
 Untuk membiayai ekspansi kolonialisme Belanda,
Belanda menerapkan sistem tanam paksa (cultuur
stetsel) sejak tahun 1830. Separuh dari tanah
pertanian penduduk diharuskan ditanami dengan
tanaman ekspor seperti yang pernah dilakukan
VOC, tapi sekarang dikaitkan dengan pajak tanah.
Pemerintahan Hindia Belanda
(Sebelum Politik Etis)
 Dampak dari sistem tanam paksa ini adalah terciptanya
struktur ekonomi dan sosial yang dualistis dan
ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap negara-
negara industri. Selain itu, karena politik kolonial
tersebut terpusat di Jawa maka hingga saat ini masih
terwujud adanya kesenjangan perkembangan sosial
antara Jawa dan daerah-daerah lain di luar Jawa.
 Praktik kekuasaan pemerintahan kolonial yang absolut
mulai mendapatkan reaksi dari pemerintah Kerajaan
Belanda sehingga pada tahun 1848 dikeluarkan
Regeringsreglement (RR) 1848 yang kemudian diikuti
oleh RR 1855 yang kemudian dianggap sebagai
undang-undang dasar bagi pemerintah Hindia Belanda
(pemerintah kolonial Belanda di Indonesia) untuk
mengatur perilaku pemerintah.
Struktur Pemerintahan Hindia Belanda sejak
RR 1855
Struktur Pemerintahan Hindia Belanda
sejak RR 1855
 Sistem pemerintahan Hindia Belanda tetap masih bersifat
sentralistis dan otokratik, di mana kekuasaan puncak berada
di tangan Gubernur Jenderal.
 Lembaga lainnya, yakni Raad van Indie (Dewan Hindia) lebih
bersifat konsultatif dan tidak bisa membatasi kekuasaan
Gubernur Jenderal.
 Semua pejabat di tiap tingkatan pemerintahan pada akhirnya
bertanggung jawab pada Gubernur Jenderal dan tidak ada
parlemen di tiap jenjang pemerintahan.
 Karena luasnya geografi Nusantara, maka Belanda
menerapkan dual system dalam struktur pemerintahan , di
mana posisi Gubernur Jenderal, Residen, Asisten Residen, dan
Controleur dijabat oleh Belanda, sedangkan posisi Bupati,
Wedana, Camat, dan Lurah oleh orang pribumi
 Administrasi Belanda menganut sistem birokrasi modern,
sedangkan administrasi pribumi menganut sistem birokrasi
Sistem Pemerintahan Hindia Belanda
Setelah Politik Etis
 Selain karena desakan dari kaum liberal, pemerintah Belanda mulai
akhir abad ke-19 juga mengalami desakan dari para kapitalis untuk
membuka Hindia Belanda bagi modal asing. Mereka menuntut
dilakukannya reorganisasi dan perubahan kebijakan pemerintah
kolonial agar sistem ekonomi dan perdagangan lebih efisien.
 Selain itu, bertambahnya beban anggaran untuk membiayai politik
etis mendorong dilangsungkannya suatu proses desentralisasi
kekuasaan secara bertingkat, dari pemerintah Belanda kepada
pemerintah Hindia Belanda, kemudian kepada pejabat-pejabatnya di
daerah dan seterusnya kepada pejabat pribumi. Tahun 1903,
pemerintah Kerajaan Belanda menetapkan UU Desentralisasi yang
bernama Wethoudende Decentralisatie van het Bestuur in
Nederlandsch Indie atau disingkat Decentralisatie Wet 1903.
 Dalam penerapannya, Belanda membedakan pengaturan antara Jawa
dan Madura (IGO 1906) dengan luar Jawa dan Madura (IGOB 1938).
Struktur Pemerintahan Hindia Belanda sejak
UU 1903
Struktur Pemerintahan Hindia Belanda
sejak UU 1903
Perbedaan Jawa dan Luar Jawa
 Selain pembedaan pengaturan antara Jawa
dan luar Jawa, pembedaan pengaturan juga
dilakukan atas daerah-daerah yang langsung
dikuasai Belanda dan daerah-daerah yang
tidak langsung dikuasai oleh Belanda.
 Yang langsung dikuasai Belanda: gewest

(provinsi) dan gemeente (kabupaten)


 Yang tidak langsung dikuasai Belanda: daerah

swapraja dan desa-desa

Anda mungkin juga menyukai