Anda di halaman 1dari 3

Sistem Pemerintahan Pada Masa Hindia Belanda

A. Peralihan VOC Ke Pemerintah Hindia Belanda


Peralihan VOC menunju Hindia Belanda tidak semerta-merta berlangsung
begitu saja, namun hal tersebut akibat dari kebangkrutan VOC dan berakhir dengan
pembubaran VOC pada tahun 1789. Pada tahun 1795, hak oktoroi VOC dicabut,
kebangkrutan VOC terjadi karena beberapa faktor diantaranya yaitu banyaknya
korupsi yang dilaukan oleh para pegawai, hutang yang besar, kemrosotan moral
akibat dari sistem paksa pengumpulan bahan atau hasil tanaman penduduk serta
perang Belanda dalam menghadapi Inggris dalam rangka berkompetisi di perdangan
membutuhkan dana besar yang mana hal tersebut mempercepat kebangrutan VOC.
Setelah VOC tiada dan berganti menjadi pemerintahan Hindia Belanda tidak
sesuai ekspetasi karena tidak membawa perbaikan. Hal ini diakibatkan Pemerintah
Belanda masih menghadapi serangan-serangan dalam persaingan politik dagang oleh
Inggris, Perancis, dan Jerman. Selain politik dagang, negara Belanda masih dalam
belenggu Prancis yang di perintah oleh Kaisar Napoleon. Dalam hal ini Inggris
memperoleh kesempatan untuk mengambil daerah jajahan Belanda hingga
dikembalikan kepada Pemerintah Belanda pada tahun 1800-an hingga 1816. Sistem
perdagagan tidak ada yang berubah masih sama seperti pada masa VOC. Namun,
pemerintah Hindia Belanda membentuk cara baru dalam mengelola Hindia Belanda
secara efektif yaitu membentuk daerah-daerah jajahan serta mengeksploitasinya.
Pemerintah Hindia Belanda belajar dari kegagalan Spanyol dalam mengelola
daerah-daerah koloninya hingga menyebabkan pemberontakan yang berkepanjangan1.
Situasi di setiap daerah koloni Hindia Belanda berbeda satu sama lain, misalnya di
Jawa pemerintah Belanda memberikan kepercayaan kepada masyarakat atau
penduduk di Pulau Jawa berupa kepuasan terhadap pemerintah dan menghimbau
untuk tidak mengasingkan penduduk lokal dengan kebijakan dan intruksi mereka. Hal
tersebut sama seperti yang dilakukan oleh tentara kolonial dan angkatan laut yang
bertugas mengusir invasi yang dilakukan bangsa asing. Hal tersebut dijadikan dalih
bahawasanya mereka mencegah invansi koloni asing dan telah memenuhi hak
penduduk yang sebelumnya diabaikan.
Inggris yang menjadi saingan dalam berdagang karena mereka memiliki
industri yang maju . Hal tersebut membuat pemerintah Hindia Belanda memikirkan
taktik agar bisa bersaing dengan Inggris ditengah pertanian dan industri mereka yang
1
Kees Van Dick, The Nederland Indies and The Great War 1914-1918, KILTV Press, 2007, hlm 19.
tidak sebanding dengan Inggris. Seorang negarawan Belanda bernama Drick Van
Hogendrop mengusulkan agar pemerintahan yang didasarkan atas kebebasan dan
kesejahteraan umum dari penduduk2. Pemerintahan langsung dengan sistem pajak pun
dipilih, namun ide tersebut mendapat pertenetangan dari kelompok progresif yang
mana mereka memilih politik liberal yang didasari oleh humanitarism. Hal ini
dikarenakan menurut kaum progresif, ide tersebut sama saja mewarisi sistem dagang
dari politik yang diterapkan oleh VOC.
Perdebatan tersebut akhirnya diputuskan oleh Negeri Belanda yang mana
mulai tahun 1800 hingga 1870 politik dagang dan sistem pajak masih menjadi
kebimbangan untuk diterapkan langsung kedalam sistem pemerintahan yang baru.
Daendels yang pada saat itu menjadi gubernur jendral di Hindia Belanda melakukan
pembenahan terhadap sistem pemerintahan yang baru3. Ia mendapat tugas dari
Napoleon Bonaparte yang pada saat itu menguasai Negeri Belanda. Walaupun ia
belum pernah memiliki pengalaman dalam kolonialisasi sebelumnya. Ia dikenal
sebagai tokoh revolusioner yang menerapkan perubahan liberal 4. Ia juga berusaha
mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris.
Dalam pemerintahannya, Daendels menggunakan cara-cara radikal dengan
meletakkan dasar-dasar pemerintahan seperti yang ada di Barat. Jawa menjadi pusat
pemerintahan dengan dibagi menjadi daerah-daeah (perfectuur) yang dikepalai oleh
prefek dibawah kendali Wali Negara.5 Ia juga melakukan perluasan dan pembaharuan
terhadap pengadilan pribumi. Kedudukan Bupati diubah menjadi pegawai meskipun
mereka masuk dalam kekuasaan feodal (kerajaan). Deandels dengan kebijakannya
juga memberantas kerusuhan yang terjadi akiba penungutan kontingen dan
penyerahan paksa dan kerja paksa. Ia melakukan perombakan sistem feodal seperti
menjadikan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon sebagai daerah gubernemen
atau pemerintahan, ia juga melakukan penyederhanaan upacara-upacara aday yang
ada di Keraton Yogyakarta. Perombakan tersebut pada akhirnya gagal karena ia
mengedepankan kepentingannya dalam mempertahankan Jawa dari Inggris.

2
Sartono Kartodirjo, dkk., Sejarah Nasional Indonesia Jilid 5: Jaman Kebangkitan Nasionaldan Masa Akhir Hindia
Belanda 1900-1942, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975, hlm 2.

3
Maria Immaculatus Djoko Marihandono, Sentralisme kekuasaan pemerintahan Herman Willem Daendels
di Jawa 1808-1811: penerapan instruksi Napoleon Bonaparte, Repositori Universitas Indonesia,2005.
4
Op.Cit, hlm 2.

5
Ibid, hlm 3.
B. Hindia Belanda Dibawah Pimpinan Daendels
Pengangkatan Daendels sebagai Gubernur Hindia Belanda ditetapkan
berdasarakan surat keputusan Napoleon Bonaparte pada tanggal 28 Januari 1807.
Dikeluarkannya keputusan tersebut membuat Daendels menjalankan wewenangnya
sebagai gubernur, terutama dalam mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris.
Selain itu, semenjak dibubarkannya VOC kondisi administrasi Hindia Timur tidak
tertata akibat para pejabat yang korup. Hal ini kemudian membuat Daendels
menertibkan dan menata ulang sistem administrasi tersebut.
Dalam menjalankan tugasnya, Daendels melakukan sistem pemerintahan yang
sentralis yang mana semua yang ada di Hindia Timur harus mengakui gubernur
Jendral dalam kondisi apapun, harus patuh dan percaya serta melaksanakan
perintahnya6. Hal ini dikarenakan jabatan Daendels merupakan jabatan gubernur
jendral Hindia yang dibawahi langsung oleh wakil pemerintah Hindia Belanda
dibawah Kementrian Perdagangan dan Koloni. Selain itu, Daendels juga memiliki hak
istimewa sebagai gubernur jendral yaitu kekebalan atas hukum. Oleh karenanya ia
tidak bisa dituntut denga hukum di wilayah kekuasaanya (Hindia Timur), baik dalam
maupun di luar dari tugas yang ia pegang, terkecuali jika ada perintah dari Raja
Belanda.
Sebagai gubernur jendra, dalam menjalankan tugasnya Daendels tidak dibantu
oleh lembaga Hindia atau Dewan Legislatif (Raad Van Indie) yang bertugas untuk
memberikan pertimbangan gubernur jendral. Hal ini dikarenakan sebelumnya fungsi
lembaga ini tidak berjalan dengan baik. Keputusan Raja Napoleon dengan
memusatkan semua intruksi kepada Gubernur Jendral membuat gubernur jendral
memiliki wewenang untuk memutuskan dan menetapkan peraturan walaupun tidak
dibantu oleh Dewan Legislatif. Daendels juga mengusai semua angkatan darat dan
laut yang ada di Hindia Timur dan memiliki wewenang untuk mengisi dan
mengangkat seseorang dalam jabatan militer baik darat maupun laut.
Dalam militer, kebijakan Daendels mendukung upaya untuk mempertahankan
Pulau Jawa dari serangan Inggris ada;ah dengan menunjang operasi angkatan laut
yang memadai. Salah satunya adalah dengan memperbaiki kapal-kapal perang. Ia juga
memanfataakan kapal-kapal swasta yang mana merupakan intruksi langsung dari Raja
Belanda untuk pengiriman tentara.

6
Op.Cit.,hlm 58.

Anda mungkin juga menyukai