Anda di halaman 1dari 40

MASA KOLONIAL

BELANDA
Nama : Rinanto
PETA KONSEP

Pemerintahan JalanTengah Sistem Sistem


KonvensiLond
KolonialBelan bersamaKomi PolitikEtis
on TanamPaksa UsahaSwasta
daII sarisJendral
PENDAHULUAN
Setelah VOC bangkrut, Inggris berkuasa di Indonesia. Inggris menduduki
Indonesia sejak tahun 1811 setelah melakukan serangan atas wilayah
kekuasaan Belanda di Pulau Jawa. Akibat serangan tersebut Belanda
menyerah tanpa syarat dan harus memberikan wilayah kekuasaannya
kepada Inggris.

Kekuasaan Inggris di Indonesia diwakili oleh badan perdagangan Inggris


yang berpusat di Kalkutta India yang bernama EIC, singkatan dari East
Indian Company. Di Indonesia, EIC menunjuk Thomas Stamford Raffles
sebagai Gubernur jenderal.
Kebijakan penting yang ditempuh Raffles selama berkuasa di Indonesia adalah
membagi wilayah Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan. Pembagian ini
dimaksudkan untuk mempermudah pengaturan dan pengawasan terhadap
Pulau Jawa. Raffles juga membentuk sistem pemerintahan dan pengadilan
dengan merujuk pada sistem di Inggris.

Selain kebijakan tersebut Raffles berhasil menulis buku yang ditulisnya selama
berkuasa di Indonesia, yang berjudul "History of Java". Isi buku History of Java
adalah tentang sejarah budaya bangsa Indonesia.

Raffles juga meninggalkan nama untuk sebuah jenis tanaman bunga raksasa
yang ditemukannya di Pulau Sumatra. Bunga yang dikenal dengan sebutan
bunga bangkai tersebut oleh Raffles diberi nama "Rafflesia arnoldi".

Kekuasaan Raffles di Indonesia berakhir pada tahun 1814 setelah diadakannya


Konvensi London antara Inggris dan Belanda. Isi Konvensi London yang dibuat
antara Belanda dan Inggris adalah sebagai berikut :
1.Belanda menerima kembali semua daerah jajahannya dari tangan Inggris.
2.Inggris memperoleh daerah di India dari Belanda.
MASA PEMERINTAHAN KOLONIAL
HINDIA BELANDA (1816)

 Dampak dari Treaty of London (1814)


 Sejak tahun 1816, nusantara diperintah oleh Elout, Busykes, dan Van Der Capellen
 Capellen melakukan pengerukan besar-besaran untuk mendapat keuntungan
 Setelah itu, digantikan oleh Van Den Bosch (1830-1870) yang menetapkan
Cultuur Stelsel
JALAN TENGAH
BERSAMA KOMISARIS JENDRAL
Jalan tengah bersama komisaris jendral
Komisaris jendral Kebijakan jalan tengah Sebab-sebab munculnya jalan
tengah
Komisaris jendral

• Komisaris jendral merupakan badan yang dibentuk oleh pangeran Wiliam VI yang terdiri atas tiga orang
yakni : Cornelis Theodorus Elout( Ketua); Arnold Ardiaan Buyskes (anggot); Alexander Gerard Philip Van
Der Capllen (anggota ).Sebagai rambu-rambu pelaksanaan pemerintahan di negeri jajahan pangeran
Williaam VI mengeluarkan undang-undang pemerintah untuik negeri jajahan (Regerings Reglement) pada
tahun 1815.Salah satu pasal dari undang-undang tersebut menegaskan bahwa pelaksanaan pertanian
dilakukan secara bebas. Hal ini menunjukkan bahwa ada relevasi dengan keinginan kauk liberal
sebagaimana diusulkan oleh Dirk Van Hogendorp
Kebijakan jalan tengah

Kebijakan jalan tengah adalah mengeksploitasi kekayaan di tanah jajahan langsung ditanganioleh
pemerintah hindia belanda agar segera mendatangkan keuntungan bagi negeri induk ,disamping
mengusahakan kebebasan penduduk dan pihak swasta untuk berusaha ditanah jajahan .tetapi kebijakan
jalan tengah ini tidak merubah keadaan
Sebab-sebab munculnya jalan
tengah

Hindia dalam keadaan merosotdan pemerintahan mengalami kerugian . Kas negara di Belanda
dalamkeadaan menipis.mereka sadar bahwa tugas mereka harus dilaksanakan secepatnya untuk dapat
mengatasi persoalan ekonomi baik ditanah jajahan maupun di Negeri induk.sementara itu perbedaan
antara antar kaum liberal dan kaum konservatif terkait dengan pengelolaan tanah jajahan untuk
mengdatangkan keuntungan sebesar besarnya sebelum belum mencapai titik temu.
Perbedaan antara kaum
liberal dan kaum konservatif

Kaum liberal berkeyakinan bahwa pengelolaan negeri jajahan akan mendatangkan keuntungan yang
besar bila bila diserahkan kepada swasta ,dan rakyat diberikan kebebasan dalam menanam.
sedangkan
Kaum konserrvatif berpendapat pengelolaan tanah jajahanakan menghasilkan keuntungan yang besar
apabila langsung ditanganipemerintah dengan pengawasan yang ketat
TANAM PAKSA (CULTUURSTELSEL)
 Sistem tanam paksa adalah
peraturan mempekerjakan seseorang
dengan paksa tanpa gaji yang sangat
merugikan pekerja.
 Pada tahun 1892, Johannes Van den
Bosch mengusulkan kepada Raja
Belanda, untuk memberlakukan
sisitem tanam paksa di Hindia
Belanda. Dan Raja Belanda
menyetujuinya.
 Sistem tanam paksa, bertujuan
untuk mempercepat ekonomi
Belanda, khusunya VOC.
1. Penduduk menyediakan sebagian tanah mereka untuk pelaksanaan tanam paksa.
2. Tanah pertanian yang disediakan, tidak melebihi 1/5 dari tanah pertanian penduduk.
3. Waktu dan pekerjaan tanam paksa tidak boleh melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam
padi .
4. Tanah yang digunakan tanam paksa dibebaskan pajak.
5. Hasil tanaman tanam paksa, harus diserahkan kepada pemerintah, jika hasilnya ditaksir melebihi pajak
tanah, kelebihannya akan dikembalikan ke penduduk.
6. Kegagalan panen bukan karena rakyat petani, menjadi tanggung jawab pemerintah.
7. Penduduk desa yang melaksanakan tanam paksa, diawasi oleh para penguasa pribumi, sedang pegawai
eropa mengawasi secara umum.
8. Penduduk bukan petani, diwajibkan bekerja di perkebunan/pabrik milik pemerintah selama 65 hari dalam satu
tahun.
POSITIF NEGATIF
 Dikenalnya jenis tanaman ekspor  Rakyat fokus berkeja tanam paksa,
sehingga mereka lupa dengan
baru. dirinya, dan keluarga.
 Dibangunnya saluran irigasi.  Belanda telah mengeruk kekayaan
 Dibangunnya jaringan rel kereta Hindia Belanda sangat banyak.
api.  Banyak terjadi kemiskinan di
Indonesia.
 Meningkatnya angka kematian yang
drastis.
 Banyak terjadi korupsi diantara pejabat dan pegawai terkait pelaksanaan
sistem tanam paksa.
 Hasil panen dari penduduk yang lebih, tidak dikembalikan ke penduduk.
 Memaksa rakyat untuk menanam tanaman yang telah ditentukan waktu
yang telah ditentukan.
PERSEBARAN
AGAMA
KRISTEN
Perkembangan Agama Kristen di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu Kristen
Katolik dan Kristen Protestan. Agama Kristen disebarkan melalui jalur
perdagangan dan pelayaran. Dalam kenyataannya, Agama Kristen sudah
berkembang di daerah Papua, Minahasa, Timor, Nusa Tenggara Timur,
Tapanuli, dan menjadi mayoritas
PROSES MASUKNYA
AGAMA KRISTEN KE INDONESIA
Menurut Cosmas Indicopleustes dalam bukunya Topographica Christiana,
sudah ada komunitas kristiani di India Selatan, Pantai Malabar, dan Sri Lanka pada
abad ke 6. Pada tahun 650, Agama Kristen mulai berkembang di Kedah
(Semenanjung Malaya) dan sekitarnya. Di abad ke-9, Kedah berkembang
menjadi pelabuhan dagang yang sangat ramai di jalur pelayaran yang
menghubungkan India ke Nusantara, jalur inilah yang disebut jalur penyebaran
Agama Kristen. Kemudian, Agama Kristen mulai tumbuh di daerah Barus (Fansur).
Di daerah tersebut, terdapat gereja yang dikenal dengan Gereja Bunda Perawan
Murni Maria. Disebutkan juga di Lobu Tua, dekat Kota Barus, terdapat desa tua
yang dinamakan “Desa Janji Mariah”
 Pada abad ke-16, orang-orang Portugis menyebarkan agama Kristen
Katolik (saat ini disebut Katolik), sedangkan orang-orang Belanda
menyebarkan Agama Kristen Protestan ( selanjutnya disebut Kristen). Di
tahun 1512, Portugis datang menyebarkan agama Katolik di Kepulauan
Maluku. Kemudian, di Nusa Tenggara Timur seperti Flores, Solor, dan Timor,
agama Katolik terus berkembang hingga saat ini.
 Di tahun 1563, agama Katolik memasuki wilayah Sulawesi Utara. Tercatat
pada ekspedisi itu sejumlah rakyat dan raja menyatakan masuk agama
Kristen dan dibabtis. Agama Kristen juga masuk dan berkembang di tanah
Minahasa
GEREJA BUNDA PERAWAN MURNI MARIA GEREJA KATOLIK
BINTANGOR
SISTEM USAHA SWASTA
LATAR BELAKANG

 Pelaksanaan sistem Tanam Paksa yang diprakarsai Van Den


Bosch berbuah manis bagi Belanda, salah satunya adalah
mendorong Belanda berkembang sebagai negara industri.
 Hal ini juga mendorong tampilnya kaum liberal yang didukung
penguasa dan mengakibatkan adanya perdebatan tentang
Tanam Paksa. Masyarakat Belanda mulai mempertimbangkan
baik dan untung ruginya Tanam Paksa. Timbullah pro dan kontra
mengenai pelaksanaan tanam paksa.
PRO
 Pihak yang setuju dengan adanya sistem Tanam Paksa adalah
kelompok konservatif dan para pegawai pemerintahan. Mereka
setuju karena mereka dapat menikmati keuntungan
diadakannya Tanam Paksa tersebut. Para pemegang saham
NHM* (Nederlansche Handel Matschappij) sangat mendukung
karena mereka mendapat hak monopoli untuk mengangkut
hasil-hasil Tanam Paksa ke Eropa.

KONTRA
 Adalah pihak yang merasa kasihan terhadap pelaksanaan
penderitaan rakyat. Mayoritas karena terpengaruh ajaran
agama dan penganut asas liberalisme yang menghendaki
tidak adanya campur tangan pemerintah dalam urusan
ekonomi dan sebaiknya diserahkan kepada pihak swasta.
 Tahun 1850 Pemerintah dibuat bimbang oleh kaum liberal karena pandangan
dan ajaran yang semakin berkembang dan pengaruhnya semakin kuat.
Ditambah lagi kaum liberal mendapatkan kemenangan politik di Parlemen yang
memiliki peran lebih besar dalam urusan tanah jajahan. Kaum liberal menuntut
adanya perubahan dan pembaruan dalam Tanam Paksa.

 Tuntutan kaum liberal untuk mengakhiri Tanam Paksa dikuatkan dengan terbitnya
dua buah buku yang memberikan kritik keras terhadap pelaksanaan Tanam
Paksa, yakni buku Max Havelar karangan E. Douwes Dekker dan buku Suiker
Contractor karangan Frans van de Pute. Karena itu, Tanam Paksa berangsur-
angsur dihapus dan mulai diterapkan sistem politik ekonomi liberal. Hal ini juga
didorong oleh kesepakatan Traktat Sumatera yang ditandatangani tahun 1871.
 Penetapan pelaksanaan sistem politik ekonomi liberal
memberikan peluang pihak swasta untuk ikut
mengembangkan perekonomian di tanah jajahan. Seiring
dengan upaya pembaruan, Belanda mengeluarkan berbagai
ketentuan
1. 1864 dikeluarkan UU Perbendaharaan Negara
2. UU Gula mengatur tentang monopoli tebu yang kemudian
diserahkan kepada pihak swasta
3. 1870 UU Agraria mengatur tentang prinsip-prinsip politik
tanah di negeri jajahan.
DOKUMENTASI
Sejak dikeluarkan UU Agraria, Usaha perkebunan
pihak swasta main banyak di Hindia Belanda
memasuki tanah jajahan di semakin Bagi rakyat
HindiaBelanda. Berkembanglah berkembang. Bumiputera,
kapitalisme di Hindia Belanda. Perkebunan yang pelaksanaan usaha
Tanah jajahan berfungsi dikembangkan swasta tetap
sebagai: misalnya tebu, membawa
tembakau, kopi, penderitaan.
1. Tempat untuk
teh, kina, kelapa Pertanian rakyat
mendapatkan bahan
mentah sawit, dan karet. merosot,
Tambang juga pelaksanaan kerja
2. Tempat pemasaran meningkat. Industri paksa masih terus
barang-barang industri
ekspor dilakukan.
Eropa
berkembang
3. Penyedia tenaga kerja pesat.
murah
KEBIJAKAN/POLITIK ETIS
LATAR BELAKANG

Praktik eksploitasi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial membuat


kaum humanis angkat bicara. Mereka mendesak pemerintah Belanda
untuk memperbaiki nasib rakyat Indonesia. Menurut mereka, Belanda
sudah menerima banyak dari kekayaan alam Indonesia selama
penjajahannya berabad-abad, dan sudah seharusnya Belanda
membalasnya dengan memajukan bangsa Indonesia dan bukan
malah menyengsarakannya. Itulah gagasan dasar yang mendorong
lahirnya Kebijakan/Politik Etis.
CAKUPAN KEBIJAKAN

KebijakanDese
Politik ntralisasi

PolitikEtis
Triasvan
Ekonomi
Deventer
TOKOH PELOPOR

Di antara para penggagas Politik Etis, Theodore van Deventer


adalah yang paling dikenal dan paling berpengaruh.
Van Deventer (1857-1915) adalah seorang praktisi hukum di
Hindia-Belanda. Saat masih menjadi penasihat hukum bagi
berbagai perusahaan swasta di Hindia-Belanda, ia pernah
menulis surat kepada orangtuanya. Van Deventer mengatakan
bahwa pemerintah Belanda harus melakukan sesuatu demi
kesejahteraan kaum pribumi. Demikian ditulisnya dalam surat
tertanggal 30 April 1886 itu.
TOKOH PELOPOR

Pada tahun 1899, van Deventer membuat karangan terkenal


berjudul Een Eereschuld (Hutang Budi). Dia menjelaskan bahwa
Belanda menjadi negeri yang makmur dan aman karena
adanya dana yang mengalir dari tanah jajahan Asia
Tenggara. Tokoh humanis yang kelak menjadi anggota
parlemen dari Partai Liberal itu juga mendesak
dikembalikannya semua dana hasil keuntungan yang diperoleh
pemerintah Belanda dari Hindia-Timur (Indonesia)
Kritik inilah yang mempengaruhi lahirnya Politik Etis.
KEBIJAKAN DESENTRALISASI
Dalam bidang politik, para penggagas PE mendesak
diberlakukannya kebijakan Desentralisasi : desentralisasi dari Den
Haag ke Batavia, Batavia ke daerah-daerah, dan dari orang-orang
Belanda ke orang-orang Indonesia.
Maksud utama dari kebijakan ini adalah memberikan ruang, peran,
serta kesempatan bagi orang-orang Indonesia untuk memikirkan
nasib dan masa depannya sendiri dengan melibatkan dewan-
dewan lokal.
Kebijakan ini ditanggapi setengah hati oleh pemerintah Belanda.
Hal ini dapat dilihat dari :
1. Dewan-dewan lokal baru dibentuk tahun 1905.
2. Mayoritas anggota dewan adalah orang-orang Belanda.
TRIAS VAN DEVENTER

Dalam pidatonya pada tanggal 17 September 1901,


Ratu Wilhelmina dengan tegas menyatakan bahwa
Belanda memiliki panggilan moral terhadap kaum
pribumi Indonesia. Orasi ratu Belanda dalam sidang
pembukaan parlemen itu disepakati sebagai
momentum kelahiran paham atau aliran etis dalam
kancah politik kolonial.
Ratu Wilhelmina kemudian menuangkan panggilan
moral tadi ke dalam suatu rancangan yang disebut
Trias van Deventer.
Berikut ini penjabaran dari rancangan itu :
Triasvan Deventer
Irigasi(pengairan)
Migrasi Edukasi(Pendidikan)

Membangundanme
mperbaikipengairan Mengajakrakyatbert Menyelenggarakan
danbendunganuntu ransmigrasiagarterja pendidikandanmem
kpertanian dikeseimbanganjum perluasbidangpeng
lahpenduduk ajaran
PENYIMPANGAN POLITIK ETIS

Terlihat sekilas PE sangat “mulia”. Namun praktiknya di lapangan tidak


seindah gagasannya. Gagasan itu tidak mengakar secara luas dalam
masyarakat Belanda di Indonesia. Di negeri Indonesia ini sendiri, PE hanya
dipahami oleh sekelompok kecil pejabat, cendekiawan, sastrawan, dan
wartawan yang memiliki pengaruh yang besar. Akibatnya, banyak terjadi
penyimpangan penerapan kebijakan itu di lapangan.
REFERENSI

Basundoro, Purnawan dan Baha Uddin. 2014. Sejarah Indonesia. Jakarta : Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Hapsari, Ratna dan M. Adil. 2014. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta :
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai