Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Dampak
Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme” ini dapat diselesaikan dengan
baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran
Sejarah Indonesia. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya
akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PEMBAHASAN...................................................................................1
A. Kesimpulan............................................................................................9
B. Saran....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................11
ii
BAB I
PEMBAHASAN
1
2
pemerintahan dan birokrasi yang baru. Dalam hal ini pemerintah pusat dapat
langsung berhubungan dengan rakyat tanpa perantara penguasa lokal.
Sebenarnya pekerjaan ini sudah diawali oleh Daendels, sehingga Raffles
tinggal melanjutkan saja. Pembaruan yang dilakukan Raffles juga menyangkut
struktur pemerintahan dan peradilan.
Pada masa pemerintahan Raffles, bupati sebagai penguasa lokal harus
dijauhkan dari otonomi yang menguntungkan diri sendiri. Seorang bupati
diangkat sebagai pegawai pemerintah di bawah seorang residen. W. Daendels
memberikan istilah itu dengan prefek atau landrost. Raffles kemudian
membagi Jawa menjadi 16 keresidenan. Tiap keresidenan dikepalai oleh
seorang residen dan dibantu oleh beberapa asisten residen. Pembaruan yang
dilakukan Raffles ini bertujuan untuk melakukan transformasi sistem
pemerintahan Jawa, yaitu menggantikan sistem tradisional Jawa yang bersifat
patrimonial menuju sistem pemerintahan modern yang rasional.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, sistem pemerintahan
Raffles diperbaiki kembali. Di samping itu untuk menyatukan seluruh wilayah
Hindia Belanda yang masih berbentuk kerajaan-kerajaan, pemerintah Kolonial
Belanda melakukan politik pasifikasi kewilayahan di Aceh, Sumatera Barat,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sunda Kecil, Maluku dan Papua. Penyatuan
seluruh wilayah Hindia Belanda ini baru berhasil sekitar tahun 1905.
Bersatunya Hindia Belanda ini dikenal dengan Pax Neerlandica masa setelah
itu, wilayah Hindia Belanda telah stabil di bawah kekuasaan Hindia Belanda.
Wilayah inilah setelah proklamasi menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
B. Dampak Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Bidang
Ekonomi
Pada masa pemerintahan Daendels, perubahan sistem pemerintahan
telah membawa pada perubahan sistem perekonomian tradisional. Dalam
sistem modern, tanah-tanah milik Raja berubah statusnya menjadi tanah milik
pemerintah kolonial. Dalam masa pemerintahan kolonial, mencari uang dan
mengumpulkan kekayaan menjadi tujuan utama. Uang dan kekayaan mereka
kumpulkan untuk membiayai keperluan pemerintahan yang sedang
4
sendirinya. Sejak itulah sistem kegiatan ekonomi uang di desa-desa Jawa dan
daerah lain di Hindia Belanda yang telah lama dikenal dengan sistem ekonomi
swadaya berubah menjadi sistem ekonomi komersial.
Dampak lain dari pemerintahan kolonial adalah munculnya kota-kota
baru yang ditandai dengan adanya jaringan transportasi berupa jalur-jalur
kereta api dari Jakarta ke Bogor, dan kereta api di Pulau Jawa dan lain
sebagainya. Pada tahun 1840, muncul penyelidikan tentang pembangun jalur
kereta api yang menghubungkan dari Surabaya lewat Solo ke Yogyakarta
hingga ke Priyangan. Pada September 1895, Jaringan kereta api Semarang-
Cirebon terbangun. Jaringan kereta api juga dibangun di Sumatera.
Perusahaan Zuid Sumatera Staatsramwegen membangun jaringan di Lampung
sepanjang 62 km dan Palembang sepanjang 152 km yang telah beroperasi
1917. Di Sumatera Barat, sejak 1833 telah dibangun kereta api, begitu juga di
Aceh. Di samping itu, jalur transportasi darat membawa banyak
perkembangan dalam bidang perekonomian.
Perkembangan ekonomi juga didukung oleh munculnya kemajuan
komunikasi dan transportasi. Pada 1746, kantor pos pertama didirikan di
Batavia. Hal ini mengalami kemajuan lagi setelah Daendels membangun jalan
pos yang menghubungkan di wilayah Pulau Jawa. Terhubungnya jaringan
kereta api dan jalan pos telah mempercepat pengiriman surat lewat pos,
sehingga informasi semakin berkembang cepat. Di Sumatera pelayanan pos
dilakukan dengan mobil, misalnya di Palembang, Pantai Timur Sumatera dan
Aceh. Pelayanan telegrap dimulai sejak 1855, sehingga informasi semakin
cepat sampai. Sistem ekonomi kapitalis mulai bangkit dengan ditandai oleh
masyarakat Indonesia yang mulai mengenal beberapa jenis tanaman
perkebunan yang menjadi bahan ekspor di pasar dunia.
kelas II, dan kaum pribumi dipandang sebagai masyarakat kelas III, kelas yang
paling rendah. Hal ini membawa konsekuensi bahwa budayanya juga
dipandang paling rendah. Pandangan ini sengaja untuk menjatuhkan martabat
bangsa Indonesia yang memang sedang terjajah.
Memang bangsa Barat ini ingin memberantas budaya feodal. Terbukti
Belanda berhasil menggeser hak-hak istimewa para penguasa pribumi. Para
penguasa pribumi, telah kehilangan statusnya sebagai bangsawan yang sangat
dihormati oleh rakyatnya. Mereka telah ditempatkan sebagai pegawai
pemerintah kolonial, sehingga tidak memiliki hak-hak istimewa
kebangsawanannya. Status dan hak-hak istimewanya justru diambil oleh
Belanda. Masyarakat Indonesia harus menghormati secara berlebihan kepada
penguasa kolonial.
Harus diakui dengan adanya dominasi orang-orang Barat di Indonesia
telah menanamkan nilai-nilai budaya yang umumnya kurang sesuai dengan
nilai- nilai budaya bangsa Indonesia. Bahkan perkembangan budaya Barat
yang cenderung dipaksakan juga telah menggeser nilai-nilai budaya
keindonesiaan.
Semangat persatuan, hidup dalam suasana kekerabatan, nilai-nilai
gotong royong, nilai-nilai kesantunan, unggah-ungguh atau budi pekerti luhur
yang dikembangkan di lingkungan kraton yang juga ditiru oleh masyarakat
mulai bergeser. Bahkan yang menyedihkan dengan alasan modernisasi, para
penguasa Barat tidak mau tahu tentang tradisi atau norma-norma, termasuk
nilai halal dan haram dalam Islam, misalnya dengan budaya minum- minuman
keras (menjadi mabuk-mabukan), berangkat dari dansa kemudian mengarah
kepada pergaulan laki-laki dan perempuan yang cenderung tanpa batas. Oleh
karena itu, di lingkungan masyarakat beragama Islam, kaum kolonial yang
menjajah Indonesia dikatakan sebagai orang-orang kafir.
Kedatangan dan dominasi bangsa-bangsa Barat juga telah membawa
pengaruh semakin intensifnya perkembangan agama Kristen. Hal ini tentu
sejenak menimbulkan culture shock di kalangan masyarakat muslim di
Indonesia. Namun dalam perkembangannya mampu beradaptasi sehingga
menambah khazanah keragaman di Indonesia. Kemudian pada zaman
7
A. Kesimpulan
Kebijakan penjajah yang cenderung menindas dan intervensi politik di
lingkungan istana kerajaan, telah menempatkan penguasa lokal menjadi
bawahan Belanda. Rakyat menjadi rendah diri. Penjajahan orang Eropa di
Indonesia telah mengenalkan birokrasi pemerintahan. Rakyat hidup semakin
menderita bahkan timbul kemiskinan akibat dari kebijakan monopoli, tanam
paksa, beban pajak dan kerja rodi. Penguasa lokal menjadi bawahan kolonial
sehingga banyak yang tidak memperhatikan rakyatnya.
Mulai diperkenalkan sistem ekonomi uang, untuk menggantikan sistem
perekonomian tradisional. Mulai dikenal tanaman-tanaman yang laku di pasar
dunia dan dibangunnya sarana prasarana pertanian dan perkebunan, sarana dan
prasarana transportasi kereta api. Pada masa penjajahan Belanda telah
diperkenalkan dan ditetapkan batas wilayah, termasuk wilayah Hindia Belanda
yang kemudian menjadi wilayah Negara Indonesia.
Kebijakan penjajah Belanda cenderung diskriminatif, sehingga terjadi
perbedaan kelas dalam masyarakat, ada kelas atau golongan pertama orang
kulit putih, golongan kedua orang timur asing, golongan ketiga orang
Indonesia (kulit sawo matang). Dalam mengendalikan rakyat dan
mendapatkan keuntungan. Penguasa Belanda memanfaatkan kultur feodal
yang sudah ada.
Pada masa Raffles, ilmu pengetahuan, sejarah dan budaya terutama
Jawa mendapat perhatian khusus. Setelah diterapkan Politik Etis pendidikan di
tanah Hindia Belanda berkembang, termasuk kaum bumiputera mendapat
kesempatan bersekolah. Berkembangnya pendidikan yang diikuti kaum
bumiputera telah melahirkan kaum terpelajar yang kemudian mendorong
gerakan nasionalisme di Indonesia yang kemudian ikut mendorong lahirnya
Sumpah Pemuda.
9
10
E. Saran
Mempelajari sejarah perkembangan kolonialisme dan imperialisme di
Indonesia akan memberikan penyadaran dan memberikan pelajaran dan
sekaligus peringatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dkk. 1978. Manusia dalam Kemelut Sejarah. Jakarta: LP3ES.
Bachtiar, Harsya W , Peter B.R. Carey, Onghokham. 2009. Raden Saleh: Anak
Belanda, Mooi Indie dan Nasionalisme. Jakarta: Komunitas Bambu.
Boomgaard, Peter dan Janneke van Dijk. 2001. Het Indie Boek. Zwolle: Waanders
Drukkers.
Elson, R. E.. 2009. The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan.
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Margana, Sri dan Widya Fitrianingsih (ed.). 2010. Sejarah Indonesia: Perspektif
Lokal dan Global. Yogyakarta: Ombak.