kelompok:
Norliani
Lidia aprilia
Mia dwinta
Marsanda
Ropha Mariska putri
tumbang samba,07,nov,2022
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah VOC dibubarkan, terjadilah perubahan penting dalam
sistem pemerintahan di tanah Hindia Belanda. Pembaruan sistem
pemerintahan ini terutama dilakukan oleh Daendels. Namun sistem
pemerintahan yang baru itu dapat dilembagakan dan dilaksanakan
secara nyata pada zaman pemerintahan Raffles. Sistem pemerintahan
yang baru itu bersifat dualistis, yakni ada pemerintahan Eropa dan ada
pemerintahan pribumi (sekalipun harus tunduk pada penguasa Eropa).
Di samping itu, sebenarnya ada kelompok Timur Asing yang
kedudukannya setara dengan pribumi. Dalam hal ini para pangreh praja
direpresentasikan dalam pemerintahan pribumi. Namun penguasa
kolonial sangat menentukan sistem pergantian kekuasaan
pemerintahan pribumi.
Sementara itu sejak pemerintahan Daendels, pembaruan di
bidang pendidikan di Hindia Belanda (juga) mulai dilakukan. Awalnya
hanya ditujukan untuk kepentingan tertentu dan kalangan tertentu.
Namun sejak Politik Etis bergulir, para bumiputra Hindia Belanda pun
turut mengenyam pendidikan ala Barat. Pada masa selanjutnya, hal ini
menjadi bumerang bagi Belanda karena pendidikan tersebut justru
melahirkan elite lokal yang menaruh perhatian besar pada semangat
nasionalisme.
penjajahan Barat memiliki implikasi terhadap perkembangan
kehidupan bangsa Indonesia. Di samping perkembangan pendidikan
persekolahan (pendidikan modern) juga menggerakkan semangat
nasionalisme. Munculnya semangat nasionalisme dan cinta tanah air,
sebenarnya sudah muncul setelah Indonesia ini dijajah dan digerogoti
oleh kekuatan kolonialisme dan imperialisme. Timbullah berbagai
bentuk perlawanan dan pergerakan kebangsaan. Hal ini terjadi karena
kondisi sosial ekonomi rakyat yang semakin memprihatinkan akibat dari
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak perkembangan kolonialisme dan imperialisme
di bidang politik dan struktur pemerintahan?
2. Bagaimana dampak perkembangan kolonialisme dan imperialisme
di bidang ekonomi?
3. Bagaimana dampak perkembangan kolonialisme dan imperialisme
di bidang sosial-budaya?
4. Bagaimana dampak perkembangan kolonialisme dan imperialisme
di bidang pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
penjual hasil bumi dari para petani berupa pajak. Petani pun harus
menjual hasil bumi dengan harga yang telah ditetapkan.
Grote Postweg atau jalan Raya Pos yang menghubungkan Anyer
sampai Panarukan, dibuka pada masa Daendels memerintah Hindia
Belanda. Jalan itu dibangun hampir di seluruh Pulau Jawa sebagai
sarana pertahanan untuk menghadapi Inggris. Jalan yang dibangun itu
menembus sebagian hutan dan gunung untuk menghindari rawa-rawa
antara Jakarta dan Cirebon. Pembangunan jalan itu terkait dengan
masalah politik yang sedang menimpa pemerintah, seperti masalah
keuangan, ancaman Inggris, pemberontakan Banten dan Cirebon, serta
banyak musuh-musuh Daendels. Tindakan Daendels ini mendapat pujian
dari menteri penjajahan. Karena dengan pembangunan jalan itu maka
akan mengurangi pengeluaran pemerintahan.
Pembangunan jalan sepanjang 1000 km itu dilakukan dengan
kerja rodi. Meskipun dibangun dengan kerja rodi, jalan itu berguna untuk
memakmurkan pedalaman Jawa sebagai konsekuensi yang teratur.
Menurut Daendels, jalan itu membawa keuntungan bagi penduduk
setempat dengan semakin ramainya perdagangan. Meskipun jalan pos
ini membawa perkembangan daerah yang dilaluinya, namun kritik pedas
kepada Daendels dilontarkan karena pembangunan jalan itu telah
merenggut ribuan nyawa manusia.
Pada masa Raffles terjadi perubahan sistem kepemilikan tanah
dari tanah raja dan penguasa lokal ke pemerintah. Ini berarti pemerintah
mempunyai kewenangan untuk menyewakan tanah. Perubahan dari
sistem kepemilikan tanah inilah yang menyebabkan pula terjadinya
perubahan hubungan antara raja dan kawulanya, yaitu dari
menjadi hubungan-hubungan yang bersifat komersial. Adanya
penyewaan tanah ini berarti pemerintah mendapatkan pajak tanah, dan
kas pemerintah pun terisi. Dengan demikian pelaku ekonomi adalah
pihak swasta. Sistem ini telah membuka kemerdekaan ekonomi yang
didukung oleh kepastian hukum usaha. Perdagangan bebas pun mulai
dilakukan. Dalam kaitannya dengan ini, bila perdagangan bebas
8
Sekolah ini sering disebut dengan “Sekolah Dokter Jawa” Dari sekolah
ini lahir beberapa tokoh pergerakan kebangsaan. Memang harus diakui,
meskipun penduduk pribumi yang dapat bersekolah sangat sedikit,
namun keberadaan sekolah itu telah menumbuhkan kesadaran di
kalangan pribumi akan pentingnya pendidikan. Hal ini mempercepat
proses modernisasi dan munculnya kaum terpelajar yang akan
membawa pada kesadaran nasionalisme.
Munculnya kaum terpelajar itu mendorong munculnya surat
kabar, seperti, Pewarta Priayi yang dikelola oleh R.M.
Tjokroadikoesoemo. Juga koran-koran lain, seperti Surat kabar
(1885) di Bandung, (1884) di Sumatera
Timur, (1902) di Sulawesi, (1855) di
Surakarta, Bintang Hindia (1902) yang dikelola oleh Abdul Rivai,
membawa pencerahan di kalangan pribumi. Dari berbagai informasi
yang ada di surat kabar inilah lambat laun kesadaran akan pentingnya
persamaan, kemerdekaan terus menyebar ke kalangan terpelajar di
seluruh wilayah Hindia Belanda. Berkat informasi yang berkembang
inilah kaum terpelajar terus melakukan dialog dan berdebat tentang
masa depan tanah kelahirannya sehingga kesadaran pentingnya
kemerdekaan terus berkembang dari waktu ke waktu yang puncaknya
adalah adanya kesadaran untuk menjadi satu tanah air, satu bangsa,
dan satu bahasa adalah Indonesia pada 28 Oktober 1928.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan penjajah yang cenderung menindas dan intervensi
politik di lingkungan istana kerajaan, telah menempatkan penguasa
lokal menjadi bawahan Belanda. Rakyat menjadi rendah diri. Penjajahan
orang Eropa di Indonesia telah mengenalkan birokrasi pemerintahan.
Rakyat hidup semakin menderita bahkan timbul kemiskinan akibat dari
kebijakan monopoli, tanam paksa, beban pajak dan kerja rodi. Penguasa
lokal menjadi bawahan kolonial sehingga banyak yang tidak
memperhatikan rakyatnya.
Mulai diperkenalkan sistem ekonomi uang, untuk menggantikan
sistem perekonomian tradisional. Mulai dikenal tanaman-tanaman yang
laku di pasar dunia dan dibangunnya sarana prasarana pertanian dan
perkebunan, sarana dan prasarana transportasi kereta api. Pada masa
penjajahan Belanda telah diperkenalkan dan ditetapkan batas wilayah,
termasuk wilayah Hindia Belanda yang kemudian menjadi wilayah
Negara Indonesia.
Kebijakan penjajah Belanda cenderung diskriminatif, sehingga
terjadi perbedaan kelas dalam masyarakat, ada kelas atau golongan
pertama orang kulit putih, golongan kedua orang timur asing, golongan
ketiga orang Indonesia (kulit sawo matang). Dalam mengendalikan
rakyat dan mendapatkan keuntungan. Penguasa Belanda
memanfaatkan kultur feodal yang sudah ada.
Pada masa Raffles, ilmu pengetahuan, sejarah dan budaya
terutama Jawa mendapat perhatian khusus. Setelah diterapkan Politik
Etis pendidikan di tanah Hindia Belanda berkembang, termasuk kaum
bumiputera mendapat kesempatan bersekolah. Berkembangnya
pendidikan yang diikuti kaum bumiputera telah melahirkan kaum
terpelajar yang kemudian mendorong gerakan nasionalisme di
Indonesia yang kemudian ikut mendorong lahirnya Sumpah Pemuda.
14
15
F. Saran
Mempelajari sejarah perkembangan kolonialisme dan
imperialisme di Indonesia akan memberikan penyadaran dan
memberikan pelajaran dan sekaligus peringatan.
DAFTAR PUSTAKA