NIM : 21141010
i
KATA PENGANTAR
Salawat serta salam tidak lupa salam kita haturkan untuk junjungan nabi
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan syairah islam
yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh
alam semesta.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Masa pra-kemerdekaan...........................................................................3
B. Masa awal kemerdekaan.........................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................14
B. Saran ......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak awal berdirinya hingga kini, agaknya nama indonesia tidak pernah
lepas dari konstalasi dunia. Dalam sejarah indonesia, banyak bukti menunjukan
bahwa indonesia sering di kendalikan oleh wacana “asing”. Bangsa indonesia
sering dijejali atau terpaku dengan wacana “luar” yang (kadang) membuat
indonesia masuk dalam lingkaran hegemoni. Sebut saja misalnya: Nasion Sate,
Politik Etis, Nasionalisme, Demokrasi, Developmentalisme Dan sebagainya.
Jika kita kilas balik kebelakang, sejak abad ke-14 hingga akhir abad ke-19,
indonesia selalu menjadi sasaran perebutan pengaruh berbagai negara Adidaya.
Hal ini disebabkan sumber daya alamnya yang begitu melimpah maupun letak
stategisnya yang unik dikawasan asia tenggara. Sehingga sejak abad ke-14 hingga
akhir ke-19 praktis indonesia menjadi ajang perebutan pengaruh negara-negara
adidayah
Karena hal inilah, maka perlu di lakukan analisis secara komperhensif atas
sejarah kebangsaan indonesia dan kaitannya dengan kepentingan global
internasional. Dari sini diharapkan akan dapat ditemukan akar persoalan yang
1
sebenarnya untuk melihat keteraitan berbagai peristiwa global dengan sejarah
kebangsaan yang terjadi di indonesia, berikut ini dipaparkan berbagai pengalang
sejarah internasional dan pengaruhnya baik secara politis, ekonomis dan
sosiologis terhadap masyarakat indonesia.
Untuk itu di lakukan “Pembacaan Ulang” yang cerdas, tajam, padat,dan sudah
barang tentu provokatif terhadap sejarah Kebangsaan Indonesia dari dulu hingga
kini. Untuk itu hal di bagi mendai dua fase pertama di sebut dengan era Pra-
Kemerdekaan yang terdiri dari: Era Kebangkitan Nasion-State, Dampak Perang
Dunia I, Dan Era Konsolidasi Kapitalisme dan fase kedua di sebut dengan Masa
Awal Kemerdekaan yang terdiri dari: Intrik Negara-Negara Kapitalis-Imperalis,
Dampak Perang Dingin, Dan Perlawanan Soekarno
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana problematika kebagsaan pada masa pra-kemerdekaan?
2. Bagaimana problematika kebagsaan pada masa kemerdekaan?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui problematika kebangsaan pada masa pra-kemerdekaan
2. Untuk mengetahui problematika bangsa pada masa kemerdekaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Pra-Kemerdekaan
Singat cerita, ekspansi barat ejak akhir abad ke-15 yang kemudian
memunculkan belanda serta VOC-nya sebagai pemegang monopoli serta
hegomoni politikn di nusantara. Sehingga kepentingan yang belanda yang semula
terbatas pada monopoli perdagangan rempah-rempah dan cengkeh, pada
perkembanganya kemudian menjadi penaklukan wilayah-wilayah nusantara.
Maka sangatlah tepat ungkapan Bung Hatta tentang bagaimana seharusanya
kolonisasi itu di defenisikan: “penerapan hasrat-hasrat untuk merampok dan
kerakusan negeri-negeri yang kuat secara material untuk dapat memuaskan
kepentingan ekonomi dan komersial mereka atas tangungan negeri-negeri yang
lebih lemah”
Lebih lanjut Hatta mengatakan, hubungan antar negarab yang di dasari relasi
kolonial dengan demikian jauh dari perjanjian yang saling menguntukan (Mutual
Agreement) untuk kebaikan dua negri, sebab dalam realitasnya merupakan
perampasan melalui cara kekerasan oleh suatu negara dengan mengekspolitasi
penduduk suatu negri, karena memiliki kekuatan dan potensi untuk menidas.
Dalam hubungan kolonial semacam ini, merut Hatta, punya implikasi
mengedepankan kepentingan dan kekuasan(Moham Hatta:2015).
3
Pertama, yang semula mengembangkan lingkupnya dalam peguasaan rempah
rempah di beberapa daerah penghasil rempah-rempah seperti kepulauaan maluku,
kemudian meluskan lingkupnya kepeguasaan perkebunan-perkebunan besar, yg
bergerak di sektor pertanian untuk menguasi kopi, teh, gula, lada, dan lain
sebagainya(Imperalisme Pertaniaan).
Hal ini memang ada ceritanya, dan itu harus di telisik pada 1791-1793. Kala
itu, sempat muncul gagasan dari kalangan pendukung perdagangan bebas seperti
Elout, Buyskes dan Van Der Capellen, agar hindia belanda (indonesia) yang
merupakan negeri jajahan belada, agar di buka bagi para pegusaha/saudagar
swasta bagi modal dan tenaga asing.
Sehingga muncul gagasan, mengapa tidak pihak swasta saja yang membangun
usaha sendiri di indonesia sebagai negri jajahan belanda sehingga rakyat indonesia
bisa langsung menjual kepada para pegusaha swasta tersebut, tidak lagi melalui
VOC.
4
Terjadinya perubahan di negara. Ini berdampak pada negara jajahan termasuk
hindia belanda.
Dampak paling nyata dari kebijakan politik etis ini adalah terbukanya
kesempatan yang makin luas di kalangan pribumi untuk memproleh pendidikan
moderen ala barat. Pada mulanya kesempatan ini di isi oleh golongan priyayi,
namun karena adanya kebutuhan tenaga birokrasi yang makin meningkat, sebagai
akibat dari perubahan peraturan pemerintah mengenai jabatan birokrasi
(BURGER,1956), akhirnya banyak juga anak priyayi rendah dan bahkan anak
orang biasa yang masuk dalam pendidikan barat. Akibat lebih jauh dari kondisi
yang demikian adalah terjadinya perubahan struktur social masyarak hindia
belanda.
5
pemerintah colonial, posisi ini menjadi tergeser. Untuk mempertahankan
posisinya ditengah masyarakat dan rakyat jelata, para priyayi kraton tidak segan-
segan menjadi alat dari pemerintahan kolonial. Pengulangan gejala sosial ini
terulang pada akhir abad ke 20 sebagai mana akan di jelaskan dalam paparan
berikutnya.
Pertarungan ini terlias jelas dalam organisasi budi oetomo (BO) yang berdiri
pada tahun 1908 di sini terjadi pertarungan yang tajam anat golongan
priyayi(Jawa) konservatif yang ingin mempertahankan posisinya di masyarakat
maupun dalam jabatan pemerintahan dengan golongan priyayi muda yang lebih
berorientasi barat yang lebih moderen, liberal dan terbuka (Robert Van Niel,
1984;88). Dengan gagasan-gagasannya yang cemerlang, kelompok yang terakhir
ini berhasilmenggusur kelompok konservatif dari tubuh Budi Utomo (BO). Lewat
organisasi ini kelompok mudah yang di pimpin oleh dr. Sutomo, dr. Gunawan
Mangunkusumo, dan dr. Rajiman yang berhasil mengkomunikasikan pemikiran
Barat mengenai Nasionalisme. Organisasi ini menunjukkan pengaruh usaha-usaha
barat untuk mengubah kehidupan social dan ekonomi Hindia belanda dengan
berpikir dan bertindak secara Barat modern (Ibid;83).
Karena pengaruh pemikiran Barat yang dibawah oleh kaum muda yang
berhasil mengenyam pendidikan modern ala Barat dan didukung oleh perubahan-
perubahan yang terjadi di Negara Barat akibat munculnya Negara Bangsa,
akhirnya semangat Nasionalisme berhasil mempengaruhi wacan kalangan
masyarakat Hindia Belanda. Akibat lebih lanjut dari suasana Social politik
Internasional yang demikian, berdirilah organisasi-organisasi kepemudaan dan
kemasyarakatan. Namun karena keterbatasan jangkauan dan interaksi, semangat
Nasionalisme yang ada masih bersifat otomis, sebagaimana tercermin dari bentuk
dan corak organisasi yang hanya bersifat etnis dan local. Semangat kesatuan dan
persatuan belum tercermin dalam jiwa Nasionalisme kaum muda dan masyarakat
Hindia Belanda pada saat itu.
6
2. Dampak Perang Dunia I
Perang dunia I yang mengerucut pada dua kutub antara blok Inggris-Prancis
versus blok Jerman-Turki, akhirnya di menagkan oleh blok Inggris dan Prancis.
Sehingga membawa konsekuensi perbuhan peta di kawasan timur tengah, dan
munculnya beberapa Negara-Bangsa di timur tengah, meskipun sebagai negara-
negara satelit dari Inggris dan Prancis.
Apa yang terjadi menunjukan bahwa bangsa indonesia tertingal puluhan tahun
dari bangsa-bangsa eropa mengenai paham Negara-Bangsa. Dengan kata lain
kondisi sosial memberikan pegaruh yang cukup berarti pada bangsa indonesia
mengenai konsep Negara-Bangsa dan kesadaran Naionalosme.
7
3. Era Konsolidasi Kapitralisme
8
pihak yang sedang bertempur untuk menjadikan pangkalan dalam
mempertahankan kepentingan geo-politik dan geo-strategi masing-masing pihak.
Pola ini sekarang turun kembali, meski dengan cara dan format yang berbeda.
Kalau pada zaman revolusi fisik upaya imprealisme di lakukan melalui
penyerbuhan fisik kini upaya tersebut di lakukan melalui infiltrasi modal asing
dan penguasaan asset industry. Apa yang di lakukan beberapa perusahaan
keuangan amerika serikat (AS) dan inggris yang mencoba menguasai sebagian
besar aset industri indonesia sebenarnya bisa di pahami sengbagai pengulangan
peyerbuaan yang berahli bentuk atas negara-negara berkembang yang di lakukan
oleh kapitalisme global sebagai upaya melestarikan hegomoni dan kekuasaanya.
9
Tampaknya para agamawan islam di indonesia tidak memahami hal ini sehingga
tidak siap secara stuctural maupun konsepsional untuk menangkal peyerbuhan
dengan modus seperti ini.
Kedua: mendirikan IMF yang beroperasi pada tahun 1947, yang berfungsi
memberikan pinjaman untuk negara-negara yang kesulitan dalam nerca
pembayaran luar negri dan memasukan disiplin finansial tertentu.
10
tentang hak-hak asasi manusia. Di sisi lain, blok negara-negara komunis
membentuk pula pakta kerja sma di bawa payung yang di sebut COMECON.
11
Untuk menanamkan pegaruhnya sekaligus membendung berkembangnya
ideologi komunisme, Amerika bermain secara intens di indonesia melalui
berbagai macam cara.
3. Perlawanan Soekarno
12
misalnya dalam pembangunan pabrik saja krakatau steel, pengadaan peralatan
militer berupa kapal selam, pesawat tempur MIG dan senjata infantri AK,
yang keseluruhannya buatan Uni Soviet.
Karena kuatnya pengaruh soekarno, maka digunakan teori domino, yaitu
dengan cara dihancurkan kekuatan PKI, dengan logika jika PKI hancur maka
kekuatan soekarno akan hancur. Melalui sebuah rekayasa politik yang maha
canggih akhirnya pada tahunb 1965 terjadi “drama politik” yang
menghancurkan kekuatan soekarno setelah kekuatan PKI dilumpuhkan.
Operasi pelumpuhan PKI dilakukan terutama dengan menggunakan NU.
Kaena kenaifan dan kebodohannya, NU melakukan semua itu dengan segala
kebanggaan dan ketulusan. Namun ada pula tokoh keterlibatan kekuasaan AS
dalam pendiriaan Orba yaitu Subhan ZE. Menarik untuk diperlihatkan bahwa
Subhan ZE meninggal pada usia muda dalam sebuah “kecelakan mobil.
Apakah peristiwa ini dapat digolongkan sebagai kecelakan yang terukur tepat
pada saat yang sempurna’? Peristiwa ini menandai kemenangan kubu
kapitalis-modernis di indonesia melalui bangkitnya pemerintahan orba di
bawah pemerintahan Soeharto.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Menghadapi situasi yang demikian memang sulit, sebab kita tidak mungkin
keluar dari cengkraman kapitalisme global karena indonesia telah ikut
penandatangan APEC dan telah pula terdaftar sebagai anggota organisasi
perdagangan dunia WTO. Yang paling mungkin untuk di lakukan adalah
menerima keberadaan kapitalisme global secara sadar, kritis dan cerdas. Setalah
itu langka selanjutnya adalah merumuskan kepentingan kolektif nasional, dengan
melihat potret konstalasi politik internasional sebagai acuan, dengan tetap
menjadikan kepentingan dan cita-cita kemerdkan sebagaimana yang di rumuskan
dalam UUD 45 sebagai titik pijak bersama.
14
DAFTAR PUSTAKA
15