Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MENELISIK PROBLEMATIKA KEBANGSAAN DALAM CENGKRAMAN


KAPITALISME GLOBAL

Nama : Mario Goraahe

NIM : 21141010

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

KOMISARIAT INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TERNATE

CABANG KOTA TERNATE

i
KATA PENGANTAR

Allhamdulillah, senantiasa kami ucapkan puji syukur kehadirat ALLAH


SWT yang hingga saat ini memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga
saya di berikan kesempatan yang luar biasa ini yaitun kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan masalah tentang bangsaan dalam Cengkraman
Kapitalisme Global.

Salawat serta salam tidak lupa salam kita haturkan untuk junjungan nabi
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan syairah islam
yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh
alam semesta.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan syarat


dalam mengikuti peiatihan kader dasar pergererakan mahasiswa islam indonesia.
Pada makalah ini akan di jelaskan tentang Menelisik Problemmatika Ke-bangsaan
Dalam Cengkraman Kapitalisme Global.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak


yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaiaan
makalah ini hingga rampungnya makala ini. Penulis juga berharap semoga
makalah inidapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.

Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan


pembaca untuk meberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan
makalah kami ini, untuk kemudiaan kami akan merevisi kembali pembuatan
makalah ini di waktu berikutnya.

Ternate, 27 Januari 2024-01-27

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN.....................................................................................3

A. Masa pra-kemerdekaan...........................................................................3
B. Masa awal kemerdekaan.........................................................................10

BAB III : PENUTUP.............................................................................................14

A. Kesimpulan..............................................................................................14
B. Saran ......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejak awal berdirinya hingga kini, agaknya nama indonesia tidak pernah
lepas dari konstalasi dunia. Dalam sejarah indonesia, banyak bukti menunjukan
bahwa indonesia sering di kendalikan oleh wacana “asing”. Bangsa indonesia
sering dijejali atau terpaku dengan wacana “luar” yang (kadang) membuat
indonesia masuk dalam lingkaran hegemoni. Sebut saja misalnya: Nasion Sate,
Politik Etis, Nasionalisme, Demokrasi, Developmentalisme Dan sebagainya.

Jika kita kilas balik kebelakang, sejak abad ke-14 hingga akhir abad ke-19,
indonesia selalu menjadi sasaran perebutan pengaruh berbagai negara Adidaya.
Hal ini disebabkan sumber daya alamnya yang begitu melimpah maupun letak
stategisnya yang unik dikawasan asia tenggara. Sehingga sejak abad ke-14 hingga
akhir ke-19 praktis indonesia menjadi ajang perebutan pengaruh negara-negara
adidayah

Sejarah indonesia dan perubahan-perubahan sosial didalamnya tidak dapat


dipahami sepenuhnya tanpa mengkaji perubahan-perubahan yang telah dilaluinya
diisetiap tahapan. Sejara indonesia adalah satu sejarah yang terhubungkn secara
dekat dengan perkembangan kapitalisme semenjak kelahirannya di abad ke-16.
Oleh karena itu, untuk memahami kapitalisme diindonesia sekarang ini kita harus
kembali sejauh jaman kolonial belanda. Bahkan bisa dikatakan sejarah indonesia
merupakan perpanjangan tangan dari pertarungan kepentingan sosial, politik,
ekonomi, dan wacana yang sedang bermain didunia internasional, oleh sebab itu
sebuah upaya untuk melakukan perubahan ditanah air tanpa mengaitkan dengan
struktur kapitalisme global, tentu akan menemui jalan buntu.

Karena hal inilah, maka perlu di lakukan analisis secara komperhensif atas
sejarah kebangsaan indonesia dan kaitannya dengan kepentingan global
internasional. Dari sini diharapkan akan dapat ditemukan akar persoalan yang

1
sebenarnya untuk melihat keteraitan berbagai peristiwa global dengan sejarah
kebangsaan yang terjadi di indonesia, berikut ini dipaparkan berbagai pengalang
sejarah internasional dan pengaruhnya baik secara politis, ekonomis dan
sosiologis terhadap masyarakat indonesia.

Untuk itu di lakukan “Pembacaan Ulang” yang cerdas, tajam, padat,dan sudah
barang tentu provokatif terhadap sejarah Kebangsaan Indonesia dari dulu hingga
kini. Untuk itu hal di bagi mendai dua fase pertama di sebut dengan era Pra-
Kemerdekaan yang terdiri dari: Era Kebangkitan Nasion-State, Dampak Perang
Dunia I, Dan Era Konsolidasi Kapitalisme dan fase kedua di sebut dengan Masa
Awal Kemerdekaan yang terdiri dari: Intrik Negara-Negara Kapitalis-Imperalis,
Dampak Perang Dingin, Dan Perlawanan Soekarno

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana problematika kebagsaan pada masa pra-kemerdekaan?
2. Bagaimana problematika kebagsaan pada masa kemerdekaan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui problematika kebangsaan pada masa pra-kemerdekaan
2. Untuk mengetahui problematika bangsa pada masa kemerdekaan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa Pra-Kemerdekaan

Masuknya penjajahan asing di indonesia pada tahun 1596 merupakan babak


awal tertanamnya pegaruh barat di bumi indonesia. Berdirinya VOC (Verenigde
Oost-indische Compagnie-Perusahaan dagang hindia timur) pada tahun 1602
merupakan jatuhnya nusantara pada belanda secara ekonomis maupun politis.
Pada era penjajahan ini negra-negara kapitalis barat menanamkan pengaruhnya
sekaligus mengendalikan kehidupan hindia belanda, sebagai pemegang monopoli
serta hogomoni politik maka tak pelak lagi sifat dari politik kolonial belanda
menerapakan pendekatan kolonialisme klasik alias implarisme dominasi langsung
memalui pengunaan angkatan bersenjata, polisi, agen-agen binaan pemerintahan
kolonial baik yg berkebangsaan belanda maupun orang-orang indonesia
asli(Bumiputra,) maupun di terapkanya kebijakan mendorong warga negara dari
negara penjajah untuk bermukiman di negeri jajahanya.

Singat cerita, ekspansi barat ejak akhir abad ke-15 yang kemudian
memunculkan belanda serta VOC-nya sebagai pemegang monopoli serta
hegomoni politikn di nusantara. Sehingga kepentingan yang belanda yang semula
terbatas pada monopoli perdagangan rempah-rempah dan cengkeh, pada
perkembanganya kemudian menjadi penaklukan wilayah-wilayah nusantara.
Maka sangatlah tepat ungkapan Bung Hatta tentang bagaimana seharusanya
kolonisasi itu di defenisikan: “penerapan hasrat-hasrat untuk merampok dan
kerakusan negeri-negeri yang kuat secara material untuk dapat memuaskan
kepentingan ekonomi dan komersial mereka atas tangungan negeri-negeri yang
lebih lemah”

Lebih lanjut Hatta mengatakan, hubungan antar negarab yang di dasari relasi
kolonial dengan demikian jauh dari perjanjian yang saling menguntukan (Mutual
Agreement) untuk kebaikan dua negri, sebab dalam realitasnya merupakan
perampasan melalui cara kekerasan oleh suatu negara dengan mengekspolitasi
penduduk suatu negri, karena memiliki kekuatan dan potensi untuk menidas.
Dalam hubungan kolonial semacam ini, merut Hatta, punya implikasi
mengedepankan kepentingan dan kekuasan(Moham Hatta:2015).

Gambaran mengenai karakteristik kolonialisme klasik, yang dilancarkan


belanda melalui VOC di indonesia, semakin di perkuat oleh pemaparan
sejarahwan Sartono Kartodirjo. Dalam paparan sartono, VOC menerapkan
beberapa tahapan dalam melakukan rencana kolonialisasinya di indoneisa.

3
Pertama, yang semula mengembangkan lingkupnya dalam peguasaan rempah
rempah di beberapa daerah penghasil rempah-rempah seperti kepulauaan maluku,
kemudian meluskan lingkupnya kepeguasaan perkebunan-perkebunan besar, yg
bergerak di sektor pertanian untuk menguasi kopi, teh, gula, lada, dan lain
sebagainya(Imperalisme Pertaniaan).

Hal ini memang ada ceritanya, dan itu harus di telisik pada 1791-1793. Kala
itu, sempat muncul gagasan dari kalangan pendukung perdagangan bebas seperti
Elout, Buyskes dan Van Der Capellen, agar hindia belanda (indonesia) yang
merupakan negeri jajahan belada, agar di buka bagi para pegusaha/saudagar
swasta bagi modal dan tenaga asing.

Gagasan dari kalangan swasta tersebut muncul setelah menyadari bahwa


bwrkat sistem monopoli VOC, belanda berhasil meraut untung sangat besar,
menurut catatn Bung Hatta, berkat monopoli dan praktek tanam paksa, VOC
berhasil meraut untung hingga ratusan juta florins. Keuntunganya lebih dari 100
persen per tahun, sementara harga sahamnya naik hingga mencapai 1080 persen
dari nilai nominalnya. Menjadi kaya lantaran setoran dari koloninya di indonesia,
maka negeri belanda kemudian mampu meningkatan perdangangan dan pelayaran
mereka di eropa dan membangun kota-kota mereka.

Sehingga muncul gagasan, mengapa tidak pihak swasta saja yang membangun
usaha sendiri di indonesia sebagai negri jajahan belanda sehingga rakyat indonesia
bisa langsung menjual kepada para pegusaha swasta tersebut, tidak lagi melalui
VOC.

Pada era penjajahan ini negara-neraga kapitalis barat menanamkan


pegaruhnya sekaligus mengendalikan kehidupan masyarakat hindia belanda,
meskipun terjadi berbagai gerakan perlawanan dan pemberontakan dengan
intenstitas yang berbeda beda. Baru pada dekade terakhir abad ke-19 terjadi
perubahan yang berarti dalam kehidupan masyarakat hindia belanda sebagai
dampak dari adanya perubahan yg mendasar di b kalangan di berbagai negra-
negara barat di eropa ini dapat di sebut dengan erah “nation-state”

1. Era Kebangkitan Nation-State

Pada tahun 1890-an seorang pemikir perancis bernama Ernast Renan.


Melontarkan kajian di bidang politik dalam upayanya menemukan konsep
nasionalisme. Konsep ini tertuang dalam bukunya yang berjudul What Is Nations?
(Apakah Bangsa Itu). Pemikiran Ernast Renan ini memberikan pengaruh yang
cukup besar di eropa. Dengan konsep ini muncul berbagai negara-bangsa di eropa.

4
Terjadinya perubahan di negara. Ini berdampak pada negara jajahan termasuk
hindia belanda.

Bersamaan dengan munculnya negara bagsa di eropa, pemerintah kolonial


belanda meberlakukan kebijakan politik etis atas hindia belanda. Sebagai mana di
tulis dalam sejarah, menjelang paro ke dua abad ke-19 terjadi persaingan yg hebat
antara berbagai kekuatan eropa di asia tengara. Inggris memperkukuh
kedudukanya di sigapura, semenajung, malaya dan burma; perancis memperluas
dominasinya atas kamboja, dan laos, menyebabkan muangthai menjadi negara
penyaga dan satu-satunya negara merdeka di asia tengara. Perang Spanyol-
Amerika tahun 1898 memerdekakan bagsa filipina dari cengraman bangsa
Spanyol namun jatuh dalam kekuasan Amerika Serikat. pendeknya asia tengara
mengalami penataan baru takala terjadi perluasan kawasan pegaruh berbagai
kekuatan dunia secara pasti(Akira Nazumi), 1989;26.

Di samping perubahan yang terjadi di kawasan eropa akibat munculnya


Negara-Bagsa, kawasan di asia tengara ini mempegaruhi politik kolonial belanda.
Perubahan ini secara monumental terlihat dalam kebijakan politik etis. Kebikan
ini bermula dari usulan seorang pengacara dari mantan pejabat peradilan kolonial
yang menjadi anggota parlemen negeri belanda yang bernama C. TH. Van
Deventer. Pada tahun 1899 Van deventer menulis sebuah usulan yang berjudul
“Utang Budi” yang mengemukakan bahwa bangsa belanda berutang pada hindia
belanda oleh keuntungan yang di perolehnya selama dasawarsa-dasawarsa yang
lalu. Atas dasar ini. Pidato ratu Wilhelmina dari tahnta tahun 1901
mengumandangkan bermulanya jaman baru dalam politik kolonial, yang lajim di
sebut politik etis.

Dampak paling nyata dari kebijakan politik etis ini adalah terbukanya
kesempatan yang makin luas di kalangan pribumi untuk memproleh pendidikan
moderen ala barat. Pada mulanya kesempatan ini di isi oleh golongan priyayi,
namun karena adanya kebutuhan tenaga birokrasi yang makin meningkat, sebagai
akibat dari perubahan peraturan pemerintah mengenai jabatan birokrasi
(BURGER,1956), akhirnya banyak juga anak priyayi rendah dan bahkan anak
orang biasa yang masuk dalam pendidikan barat. Akibat lebih jauh dari kondisi
yang demikian adalah terjadinya perubahan struktur social masyarak hindia
belanda.

Struktur social masyarakat hindia belanda (khususnya jawa) yang dulunya


hanya terdiri dari golongan priyayi praton dan rakyat jelata (Moertono,1968 ).
Kini bergeser karena adanya kelompok profesional baru yaitu para birokrat yang
secara social mendapat sebutan priayi. Padamulanya golongan priyayi praton
menempati posisi yang tinggi dikalangan masyarakat. Dengan masuknya

5
pemerintah colonial, posisi ini menjadi tergeser. Untuk mempertahankan
posisinya ditengah masyarakat dan rakyat jelata, para priyayi kraton tidak segan-
segan menjadi alat dari pemerintahan kolonial. Pengulangan gejala sosial ini
terulang pada akhir abad ke 20 sebagai mana akan di jelaskan dalam paparan
berikutnya.

Pertarungan ini terlias jelas dalam organisasi budi oetomo (BO) yang berdiri
pada tahun 1908 di sini terjadi pertarungan yang tajam anat golongan
priyayi(Jawa) konservatif yang ingin mempertahankan posisinya di masyarakat
maupun dalam jabatan pemerintahan dengan golongan priyayi muda yang lebih
berorientasi barat yang lebih moderen, liberal dan terbuka (Robert Van Niel,
1984;88). Dengan gagasan-gagasannya yang cemerlang, kelompok yang terakhir
ini berhasilmenggusur kelompok konservatif dari tubuh Budi Utomo (BO). Lewat
organisasi ini kelompok mudah yang di pimpin oleh dr. Sutomo, dr. Gunawan
Mangunkusumo, dan dr. Rajiman yang berhasil mengkomunikasikan pemikiran
Barat mengenai Nasionalisme. Organisasi ini menunjukkan pengaruh usaha-usaha
barat untuk mengubah kehidupan social dan ekonomi Hindia belanda dengan
berpikir dan bertindak secara Barat modern (Ibid;83).

Karena pengaruh pemikiran Barat yang dibawah oleh kaum muda yang
berhasil mengenyam pendidikan modern ala Barat dan didukung oleh perubahan-
perubahan yang terjadi di Negara Barat akibat munculnya Negara Bangsa,
akhirnya semangat Nasionalisme berhasil mempengaruhi wacan kalangan
masyarakat Hindia Belanda. Akibat lebih lanjut dari suasana Social politik
Internasional yang demikian, berdirilah organisasi-organisasi kepemudaan dan
kemasyarakatan. Namun karena keterbatasan jangkauan dan interaksi, semangat
Nasionalisme yang ada masih bersifat otomis, sebagaimana tercermin dari bentuk
dan corak organisasi yang hanya bersifat etnis dan local. Semangat kesatuan dan
persatuan belum tercermin dalam jiwa Nasionalisme kaum muda dan masyarakat
Hindia Belanda pada saat itu.

Dapat dikatakan, pengaruh era Nasion-state yang berkembang di Eropa dan


didukung oleh kebijakan politik etis pemerintah kolonial Belanda terhadap
Masyrakat Hindia Belanda adalah lahirnya organisasi-organisasi rakyat yang
bersifat lokal (Islam people) dan sektarian seperti Jong jawa, Jong Sumatra, Jong
Celebes, SI, Muhammadiyah, Dan sejenisnya.

Menjelang perang Dunia I, tahun 1917, di Rusia terjadi revolusi Bolshevik.


Revolusi yang dimotori oleh Lenin ini berhasil memunculkan ideologi
komunisme yang kemudian berkembang dengan berbagai variannya di belahan
dunia, Termasuk di Indonesia.

6
2. Dampak Perang Dunia I

Keteganagan yang terjadi di Negara-negara Barat mencapai puncakNya


dengan meletusnya perang dunia I pada tahun 1918. Beberapa negara Eropa,
diantaranya Rusia, Jerman,Prancis, dan Inggris terlibat dalam peperangan.
Kejadian ini berpengaruh pada Negara-negara jajahan di Asia seperti India, Turki,
Jepang juga termasuk Hindia Belanda (Indonesia) hingga melahirkan gelombang
revolusi Asia (lih. Gendenkboek 1908-1923, Indonesia Vereeniging, hal.53)

Perang dunia I yang mengerucut pada dua kutub antara blok Inggris-Prancis
versus blok Jerman-Turki, akhirnya di menagkan oleh blok Inggris dan Prancis.
Sehingga membawa konsekuensi perbuhan peta di kawasan timur tengah, dan
munculnya beberapa Negara-Bangsa di timur tengah, meskipun sebagai negara-
negara satelit dari Inggris dan Prancis.

Dampak perang dunia I di indonesia, cukup menguntungkan. Karena


indonesia berhasil mengkonstruksikan paham kebangsaanya secara utuh dan
terpadu melalui peristiwa monumental sumpah pemuda 28 oktober 1928. Maka
sejak saat itulah lahir wacana indonesia sebagai Negara-Bangsa. Sehingga situasi
pasca perang dunia I memberi pengaruh langsung pada bangsa indonesia baik
terkait konsepsi Negaea-Bangsa maupun kesadaran nasionalisme.

Namun di tengah-tengah dinamika global yang dinamis menyusul menguatnya


kembali kekuatan-kekuatan kapitalisme global yang berporoskan inggris dan
Amerika Serikat, ada sebuah kejadiaan penting menyusul terjadinya resesi
ekonomi dunia 1930 (Zaman Malaise), sebagai akibat dari kebangkrutan negara-
negara kapitalisme-kapitalisme ketika harus mengeluarkan biaya perang begitu
tinggi.

Untuk memulihkan kondisi perekonomian negara-negara kapitalisme-


imperealisme, kemudian mulai melakukan konsolidasi. Maka sejak itu
terbentuklah blok-blok barat kapitalisme-imperalisme seperti amerika serikat,
inggris, Uni Soviet, Jerman, dan Jepang. Di bidang ekonomi kemudian di lakukan
rekonstruksi pada sektor-sektor moneter maupun sektor riil.

Sebagai akibatnya, kemudian terciptalah polarisasi polarisasi anatara blok


Iperalis(Inggris, Amerika Serikat Dan Uni Soviet). Versus blok fasis (Jepang,
Italia, Spanyol Dan Jerman).

Apa yang terjadi menunjukan bahwa bangsa indonesia tertingal puluhan tahun
dari bangsa-bangsa eropa mengenai paham Negara-Bangsa. Dengan kata lain
kondisi sosial memberikan pegaruh yang cukup berarti pada bangsa indonesia
mengenai konsep Negara-Bangsa dan kesadaran Naionalosme.

7
3. Era Konsolidasi Kapitralisme

Setelah perang dunia I banyak Negara-negara kapitalis yang mengalami


kebangkrutan akibat biaya perang yang cukup tinggi. Dibidang ekonomi
dilakukan restrukturisasi pada sector monrter maupun sector riil.

Di bidang social, mulai dilakukan suatu proses rekayasa social (social


engeineering) melalui penyusunan beberapa konsep dan teori social. Salah satu
teori yang sangat terkenal dan hendak diuji cobakan di negara-negara jajahan
adalah teori strukturalisme fungsional dari sosiolog kondang Amerika, Talcott
Parsonss. Teori ini mulai di bangun oleh Parsos tahun 1937, sebagaimana
tercermindalam sebuah artikelnya yang berjudul The Structure Of Social Action,
kemudian dielaborasi oleh Parsos bersama Edward Shils dalam buku Toward a
General Theory Of Action; 1951.

Dalam masa konsolidasi ini, mulai terjadi polarisasi nagara-negara imperialis.


Negara-negara Imperialis-kapitalis dan Imperialis-komunis bergabung menjaadi
satu bentuk bentuk blok sekutu/ Allies (AS, Inggiris, Uni Sovyet dan lain-lain),
sedangkan Nagara-negara Imperialis-rasis dan imperialis-totaliter membentuk
suatu blok yang disebut dengan blok Aksis (Jerman, Jepang, Italia, dan Spanyol).
Jika dibaca lebih lanjut, polarisasi ini ssebenarnya merupakan kelanjutan dari
perpecahan yang terjadi pada akhir abad ke-19. Kemajuan Jepang dalam bidang
politik dan ekonomiyang istimewa semenjak tahun 1890 telah mendatangkan
kekhawatiran Amerika Serikat dan Negara-negara sekutunya di Eropa, lebih-lebih
ketika Jepang berhasil menaklukan Cina pada tahun 1895 dan memenangkan
peperangan melawan Rusia pada tahun 1905. Sementara itu dibelahan Eropa
terjadi pepecahan antara Rusia dan Inggris akibat berebut negara penjajahan di
Afghanistan. Demikian juga yang terjadi antara Jerman dan prancis.

Selama masa ini Bangsa Indonesia juga melakukan konsolidasi kebangsaan.


Dikalangan Bangsa Indonesia, pada saat itu sudah terbentuk suatu imajinasi
kolektif mengenai negara indonesia yang merdeka, namun mereka belum biasa
mencari jalan untuk mempromosikan kemerdekaan. Gerakan-gerakan
organisatoris yang bersifat politis mulai dilakukan oleh para toko indonesia.
Soekarno, Hatta, Sjahril, Tan Malaka, dan rekan-rekan seperjuangannya mulai
membentuk konsep-konsep kebangsaan modern. Namun hegomoni negara
imprealis masi begitu kuat sehingga masi sulit bagi mereka untuk merebut dan
menyatakan kemerdekaan.

Sementara itu komfilk antara berbagai negara imprealis makin menajam


hungga akhirnya mencapai puncaknnya pada peristiwa perang dunia II pada tahun
1939. Sepanjang perang dunia II indonesia menjadi perebutan dari masing-masing

8
pihak yang sedang bertempur untuk menjadikan pangkalan dalam
mempertahankan kepentingan geo-politik dan geo-strategi masing-masing pihak.

Hal ini terlihat dalam pertempuran-pertempuran sengit antara AS dan Jepang


dalam perebutan pulau sabang sampai pelabuhan alam yang strategis untuk
superioritas dan domonasi di wilayah lautan hindia, serta perebutan sengit untuk
menguasai daerah morotai sebagai pangkalan udara yang strategis di wilayah
lautan pasifik. Agaknya harus di perhitungkan akar-akar historis pertarungan ini
untuk melihat gejolak yang terjadi di ke dua daerah tersebut pada pengujung abad
ke-20

Dalam suasana peperangan di asia pasifik, seorang toko indonesia yang


bernama soekarno berhasil memanfaatkan situasi dan mencuri momen-momen
hingga melahirkan pro-klamasi kemerdekaan indonesia. Dalam hal ini soekarno
dan kawan-kawan berhasil memaikan peran yang cukup biak dengan cara
mempermainkan kelompok negara-negara imprealis yang sedang terlibat dalam
pertarungan, yaitu dengan cara “bermain mata” dengan jepang yang telah
mengalami kekalahan dari blok sekutu.

Sebagaimana tradisi yang berkembang dikalangan negara-negara penjajah


yang sedanag terlibat dalam peperangan, mereka yang kalah harus menyerahkan
negara jajahan yang dikuasainya seperti yang terjadi atas filipina ketika harus
berahlih dalam kekuasaan Amerika Serikat ketika negara yang menjajahnya,
spanyol, berhasil di kalahkan oleh amerika. Demikian juga dengan indonesia,
mestinya dia harsu berada dalam kekuasaan AS dan Inggris, ketika Jepang, negara
yang berhasil meribut dari tangan Blanda, dikalahkan oleh AS. Namun berkat
kelicikan jepang dan kemahiran acrobat politik soekarno dan kawan-kawan,
akhirnya lahirlah negara kesatuan republik indonesia (NKRI) pada tahun 1945.
Dari sini jelas terlihat bahwa kemerdekaan indonesia terjadi karena pengaruh
situasi global dunia internasional. Berbagai intrik antar kelompok nasionalis dan
peran internasional pada periode ini bisa di lihat dalam buku G. Mc. T. Kahin,
nasionalisme dalam revolusi di indonesia, serta buku Ben Andreson, revolusi
pemuda

Pola ini sekarang turun kembali, meski dengan cara dan format yang berbeda.
Kalau pada zaman revolusi fisik upaya imprealisme di lakukan melalui
penyerbuhan fisik kini upaya tersebut di lakukan melalui infiltrasi modal asing
dan penguasaan asset industry. Apa yang di lakukan beberapa perusahaan
keuangan amerika serikat (AS) dan inggris yang mencoba menguasai sebagian
besar aset industri indonesia sebenarnya bisa di pahami sengbagai pengulangan
peyerbuaan yang berahli bentuk atas negara-negara berkembang yang di lakukan
oleh kapitalisme global sebagai upaya melestarikan hegomoni dan kekuasaanya.

9
Tampaknya para agamawan islam di indonesia tidak memahami hal ini sehingga
tidak siap secara stuctural maupun konsepsional untuk menangkal peyerbuhan
dengan modus seperti ini.

B. Masa Awal Kemerdekaan

1. Intrik Negara-Negara Kapitalis-Imprealis

Negara-Negara kapitalisme-imperealisme yang di motori Amerika Serikat dan


Inggris menjelang berakhirnya perang dunia II mulai mengantisipasi
kemungkinan bangkitnya negara-negara merdeka di asia, Afrika dan Timur
Tengah. Maka, pada 1944 negara-negara adikuasa tersebut mengelar pertemuaan
di Bretton Woods, untuk merumuskan sebuah strategi baru menghadapi negara-
negara merdeka.

Hasil dari pertemuaan tersebut di bidang ekonomi adalah;

Pertama: mebentuk World Bank (Bank Dunia) dan IBRD (Intertional


Bank For Reconstruction And Development), sebuah lembaga keuangan
internasional yang menawarkan pinjaman pada negara-negara berkembang.
yang beroperasi pada tahun 1946. Lembga ini berfungsi memberi pinjaman
pada negara-negara yang baru merdeka atau hancur akibat dari perang dunia II
untuk pembagunan persyaratan model pembagunan tertentu untuk membiayai
pembangunan negaranya. Namun untuk mendapatkan pinjaman, dengan syarat
negara-negara peminjam harus mengikuti model pembagunan atas arahan
skema kapitalisme global yang mana sejak 1980 di tetapkan sebagai doktrin
konsensus Washington.

Kedua: mendirikan IMF yang beroperasi pada tahun 1947, yang berfungsi
memberikan pinjaman untuk negara-negara yang kesulitan dalam nerca
pembayaran luar negri dan memasukan disiplin finansial tertentu.

Ketiga: mendirikan GATT yang beroperasi pada tahun,1947 berfungsi


memajukan dan mengatur perdagangan dunia agar sesui dengan aturan
kapitalis. Di eropa, upaya rekonstruksi pasca perang dunia II dengan model
sebagai mana di atas di kenal dengan sebutan Marshall Plan. Lembaga-
lembaga ini secara ekonomis mengendalikan negra-negara yang Baru
merdeka.

Di bidang politik, negara-negara kapitalis-imperalis memotori berdirinya


PBB pada tahun 1945. Di samping itu, pada tahun yang di sepakati juga
Declaration Of Human Rights suatu deklarasi yang memberikan perlindungan

10
tentang hak-hak asasi manusia. Di sisi lain, blok negara-negara komunis
membentuk pula pakta kerja sma di bawa payung yang di sebut COMECON.

Keputusan-keputusan ini memberikan pegaruh yang cukup besar bagi


perkembangan dunia, karena menjadi titik berakhirnya erah penjajahan fisik.
Namun demikian, hal ini tidak berarti pengaruh negara-negara imperalis-
kapitalis maupun negara-negara imperealis komunis di negara-negara bekas
jajahan yang baru saja merdeka telah berakhir.

Pada tahun 1948 presiden Amerika-Serikat, Trauman mengundang para


pakar dan intelektual terkemuka Amerika-Serikat untuk bertemu di MIT guna
membahas starategi membendung komunisme, dalam pertemuan tersebut
berhasil di rumuskan ideologi Developentalisme sebagai sesuatu hal yang
harus di sebarluaskan di nera yang baru merdeka. Jelas di sini terlihat bahwa
developmentalisme sebenarnya adalah bentuk baru dari kapitalisme-
moderenisme-imperealisme yang di samping sebagi propaganda politis juga
sebagai alat idelogi komunis. (Mansur Faqih, 1996).

Penerapan developentalisme sebagai kebijakan di negara-negara


berkembang menyebabkan perusahaan-perusahaan besar negara kapitalis
memiliki kesempatan mengembangkan usahanya di negara berkembang secara
bebas, sehingga muncul MNC(Multinational Corporation) dan TNC
(Transnation Corporation) yaitu perusahaan-perusahaan besar lintas negara
degan pusat-pusat pengendalian berbeda di negara kapitalis.

Sejatinya ini merupakan VOC-VOC gaya baru yang melakukan ekspolitasi


sumber daya alam dengan melalui skema penjajahan gaya baru. Anthony
Samson, penulis buku bertajuk The Seven Sisters, mengambarkan bagaimana
perusahan minyak raksasa Amerika-Serikat standar oil yang bernama Exoon,
telah melakukan ekspansi ke seluruh dunia termasuk ke indonesia, melalui
berbagai perusahan yang di milikinya antara lain Caltex, yang juga menguasai
aliran minyak dari arab saudi melalui Armaco.(Arab America Corporation).

2. Dampak Perang Dingin

Apa yang terjadi di dunia internasional berpengaruh terhadap konstalasi


sosial politik di indonesia sebagai negara yang memiliki arti strategis secara
geografis maupun ekonomis, maka indonesia menjadi sasaran bagi dunia
internasional untuk menanamkan pegaruhnya. Para era ini indonesia menjadi
ajang pertarungan kepentingan dari negara-negara yang sedang bersengketa,
baik secara ideologis, politis, maupun ekonomis.

11
Untuk menanamkan pegaruhnya sekaligus membendung berkembangnya
ideologi komunisme, Amerika bermain secara intens di indonesia melalui
berbagai macam cara.

Pengaruh paling nyata adanya pertarungan kepentingan dari negara-negara


luar atas indonesia bpada era ini adalah terjadinya perdebatan yang cukup
tajam anatara bentuk negara kesatuan dan federal, alotnya perjanjian-
perjanjian yang berlangsung antara indonesia dengan belanda sebagai wakil
dari negara kapitalis khusunya dalam salah irian. Di samping itu juga
terjadinya destabilisasi di indonesia melalui pada munculnya gerakan separatis
yang di mulai pada tahun 1950-1958 di mulai dari gerakan negara pasundan
sampai dengan PPRI/Premesta.

3. Perlawanan Soekarno

Pegaruh pertarungan kepentingan negra-negara di indonesia nampaknya


di sadari penuh oleh soekarno. Menghadapi kondisi demikian, soekarno
mencoba bersikap konsisten pada garis yang telah di tetapkan yaitu tidak
berpihak pada sala satu kekuatan; baik pada blok komunis maupun blok
kapitalis untuk mepertahankan sikapnya yang demikian, ketika dia melihat
amerika di indonesia sudah berlebihan, maka dia coba melakukan Manuver
politik untuk membuat keseimbangan. Misalnya, dengan menyelengarakan
konferensai Asia-Afrika pada tahun 1955, membuat poros Jakarta-peking
pada tahun 1962 dan keluar dari PBB. Upaya Bung-Karno mempertahnkan
PKI, meski ada usulan agar di bubarkan sejak peristiwa madium 1948, bisa di
pahami dalam rangka mencari keseimbangan ini, yaitu mengeleminir
pengaruh kapitalisme internasional.
Dalam melakukan perlawanan terhadap kapitalisme internasional yang
telah masuk ke indonesia, Soekarno berpijak pada tiga kekutan utamanya yaitu
PNI, PKI, dan NU. Untuk itu Soekarno mengelorakan kembali semangat
nasionalisme yang di pahami sebagai iktikad bersama untuk hidup bersatu dan
berdaulat dalam suatu negara yang bebas dan merdeka, meskipun untuk itu
harus makan batu untuk menyabung hidup. Melihat kegigihan Soekarno dalam
menghadapi kapitalisme-imperalisme, maka negara-negara kapitalis semakin
gencar melakukan serangan kepada Soekarno. Karena kegigihan soekarno ini,
berbagai scenario sosial dan beberapa proyek rekayasa sosial (social
engineering) di indonesia menjadi rusak dan gagal. Untuk itu, Amerika-
Serikat dan Inggris bekerja sama dengan kekuatan militer dan beberapa
kelompok intelektual modernis untuk menghancurkan soekarno.
untuk menopang perlawanan terhadam negara-negara kapitalis, disadari
atau tidak, soekarno melakukan aliansi-aliansi dengan blok COMECON

12
misalnya dalam pembangunan pabrik saja krakatau steel, pengadaan peralatan
militer berupa kapal selam, pesawat tempur MIG dan senjata infantri AK,
yang keseluruhannya buatan Uni Soviet.
Karena kuatnya pengaruh soekarno, maka digunakan teori domino, yaitu
dengan cara dihancurkan kekuatan PKI, dengan logika jika PKI hancur maka
kekuatan soekarno akan hancur. Melalui sebuah rekayasa politik yang maha
canggih akhirnya pada tahunb 1965 terjadi “drama politik” yang
menghancurkan kekuatan soekarno setelah kekuatan PKI dilumpuhkan.
Operasi pelumpuhan PKI dilakukan terutama dengan menggunakan NU.
Kaena kenaifan dan kebodohannya, NU melakukan semua itu dengan segala
kebanggaan dan ketulusan. Namun ada pula tokoh keterlibatan kekuasaan AS
dalam pendiriaan Orba yaitu Subhan ZE. Menarik untuk diperlihatkan bahwa
Subhan ZE meninggal pada usia muda dalam sebuah “kecelakan mobil.
Apakah peristiwa ini dapat digolongkan sebagai kecelakan yang terukur tepat
pada saat yang sempurna’? Peristiwa ini menandai kemenangan kubu
kapitalis-modernis di indonesia melalui bangkitnya pemerintahan orba di
bawah pemerintahan Soeharto.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

dalam sebuah upaya untuk melakukan perubahan di tanah air, tanpa


mengaitkanya dengan struktur kapitalisme global, maka tentu akan menemui
jalan buntu soalnya upaya demokratisasi tidak sekedar berhadapan dengan
negara(Kekuasaan), militer, elit politik, elit ekonomi, dan semacamnya. secara
lebih luas dan lebih dalam akan berhadapan dan membentuk struktur kapitalisme
global yang dominatif dan hegomonik.

B. SARAN

Menghadapi situasi yang demikian memang sulit, sebab kita tidak mungkin
keluar dari cengkraman kapitalisme global karena indonesia telah ikut
penandatangan APEC dan telah pula terdaftar sebagai anggota organisasi
perdagangan dunia WTO. Yang paling mungkin untuk di lakukan adalah
menerima keberadaan kapitalisme global secara sadar, kritis dan cerdas. Setalah
itu langka selanjutnya adalah merumuskan kepentingan kolektif nasional, dengan
melihat potret konstalasi politik internasional sebagai acuan, dengan tetap
menjadikan kepentingan dan cita-cita kemerdkan sebagaimana yang di rumuskan
dalam UUD 45 sebagai titik pijak bersama.

14
DAFTAR PUSTAKA

Pranoto Arief. M. Dan Hendrajit (2016),perang asimetris dan skema


penjajahan gaya baru,kemayoran baru: global future institute publisher.

Wahid Hasyim,dkk (1999), telikungan kapitalisme global dalam sejarah


kebangsaan indonesia, Yogyakarta : Lkis

Sprague Ted, sejarah perkembangan kapitalisme indonesia.


https://www.revolusioner.org/teori-4/sejarah/revolusi-indonesia/8111-sejarah-
perkembangan-kapitalisme-indonesia.htnn di akses pada : 26 januari 2024 pukul :
11:30 WIT.

15

Anda mungkin juga menyukai