Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH INDONESIA

“PENGUATAN JATI DIRI KEINDONESIAAN”

OLEH KELOMPOK :
1. I MADE ADI WIRA BRAHMANTARA (01)
2. I GD AGUS DIA SAPUTRA (02)
3. I MADE AGUS JUNIARTA (03)
4. I MADE AGUS WIRAANDIKA (04)
5. I GD ARI SULAKSANA (05)

XI IPS 3
SMA NEGERI 1 ABIANSEMAL
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Penguatan Jati Diri Keindonesiaan”.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kekeliruan, baik dari segi penulisan, tata Bahasa, serta penyusunannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menjadi bekal pengalaman
kami untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
B. Rumusa Masalah ................................................................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Penguatan Jati Diri Keindonesiaan ....................................................................................... 3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 6
B. Saran ................................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak terjadinya perang salib dan jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan
kekuasaan Turki Usmani pada tahun 1453, mengakibatkan berakhirnya kekuasaan
kerajaan Romawi Timur. Hal ini juga mengakibatkan tertutupnya perdagangan di laut
tengah bagi orang-orang Eropa. Bangsa Turki menjalankan politik yang mempersulit
perdagang Eropa beroperasi didaerah kekuasaannya. Keadaan seperti ini
menyebabkan perdagangaan antara dunia timur dengan eropa menjadi mundur
sehingga barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh bangsa-bangsa Eropa menjadi
berkurang dipasaran Eropa terutama rempah-rempah.
Kabar mengenai adanya kepulauan rempah-rempah yang ada di Timur
menimbulkan rasa penasaran bangsa-bangsa eropa untuk datang ke Indonesia.
Bangsa-bangsa eropa yang kagum akan rempah-rempah di Indonesia berusaha untuk
menguasai (menjajah) wilayah Indonesia. Bangsa-bangsa eropa yang pernah
mengusai Indonesia adalah Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah proses penguatan jati diri ke indonesiaan?

C. Tujuan
1. Mengetahui proses penguatan jati diri ke indonesiaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penguatan Jati Diri Ke-Indonesia-an


Sumpah pemuda memiliki makna yang strategis dalam rangka untuk
mengembangkan rasa persatuan dan proses jati diri bangsa.
1. Politik untuk Kesejahteraan dan Kejayaan
Keberhasilan Kongres Pemuda Indonesia Kedua yang melahirkan
Sumpah Pemuda membuat perempuan Indonesia ikut berbakti pada bangsa
dan negara. Berbagai organisasi perempuan Indonesia pada tanggal 22-25
Desember 1928 di Pendopo Joyodipura, Yogyakarta menyelenggarakan
Kongres Perempuan Pertama yang di pimpin oleh Nyonya R.A. Sukanto.
Kongres tersebut menghasilkan organisasi Perserikatan Perempuan Indonesia
(PPI) yang mana pada tahun 1929 namanya berubah menjadi Perserikatan
Perhimpunan Istri Indonesia (PPII). Kongres Perempuan Pertama besar
pengaruhnya dalam membentuk identitas kebangsaan sebagai berikut :
a. Kongres Perempuan Pertama merupakan kebangkitan kesadaran nasional
di kalangan perempuan.
b. Kongres Perempuan Pertama membuka kesadaran kaum perempuan untuk
ikut berjuang dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, sosial, ekonomi,
politik, dan lain-lain.
2. Pemuda yang Berpolitik
Hasil fusi organisasi pemuda melahirkan “Indonesia Muda” pada tahun
1931. Pemerintah kolonial melarang aktivitas Indonesia Muda dalam politik.
Namun, tekanan itu disiasati oleh anggota Indonesia Muda dengan membentuk
organisasi lain. Seperti PNI baru di Malang mendirikan Suluh Pemuda
Indonesia (Marhaen), Partindo di Yogyakarta mendirikan Persatuan Pemuda
Rakyat Indonesia (Perpri), dan lain-lain.
Kegiatan kepanduan (pramuka) juga diselenggarakan dengan mengambil
asas-asas kepanduan dunia. Dari kegiatan kepanduan ini tumbuh semangat
patriotisme dan nasionalisme. Dalam hal kepanduan ini muncul kepanduan
dari Jong Java dan Pemuda Sumatra.
3. Nasionalisme yang Revolusioner
Kepemimpinan dan cita-cita Ir. Soekarno dalam hal mencapai Indonesia
merdeka sangat menggelora. Tak luput juga semua penderitaan yang di
3
alaminya tidak mengendorkan semangat juangnya untuk mencapai Indonesia
merdeka.
Pidato pembelaan bung karno “Indonesia Menggugat” telah ikut
membangun kesadaran tentang dampak penjajahan imperialisme modern yang
akan membawa kesengsaraan dan penderitaan rakyat. Oleh karena itu, setiap
organisasi dan partai yang berjiwa kemerdekaan akan menolak dan melakukan
perlawanan terhadap kekejaman penjajah dan imperialisme.

4. Perjuangan di Volksraad
Kata “volksraad” berasal dari bahasa Belanda, artinya Dewan Rakyat,
yaitu semacam Dewan Perwakilan Rakyat Hindia-Belanda. Volksraad yang
disetujui pembentukannya pada 16 Desember 1916, tetapi terlaksan 18 Mei
1918 oleh Gubernur Jenderal van Limburgstirum. Prosesnya diawali dengan
pembetukan Dewan Kabupaten (Haminte Kota), ketentuannya setiap 500
orang Indonesia berhak memilih Wali Pemilih (Kaesman). Kemudian Wali
Pemilih inilah yang berhak memilih sebagian anggota Dewan Kabupaten.
Setiap provinsi mempunyai Dewan Provinsi yang anggotanya sebagian dipilih
oleh Dewan Kabupaten (Haminte Kota) di wilayah provinsi tersebut.
Mayoritas anggota dewan provinsi berasal dari bangsa Belanda inilah yang
diangkat oleh gubernur jendral sebagai anggota Volksraad. Prosesnya yang
berbelit dan tidak tampak keberpihakan kepada rakyat Indonesia inilah yang
memicu sentimen negatif terhadap Volksraad, terutama dari gerakan kiri
Indonesia.
Untuk melanjutkan perjuangan setelah pimpinan PNI ditangkap
dibentuklah fraksi baru dalam volksraad yang bernama Fraksi Nasional, pada
Januari 1930 di Jakarta. Fraksi itu diketuai oleh Muhammad Husni Tamrin
yang beranggotakan 10 orang dari Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Tujuan
dari organisasi itu adalah menjamin kemerdekaan Indonesia dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Mulai saat itu anggota Volksraad dari bangsa Indonesia semakin radikal.
Pada tahun 1936 Fraksi Nasional menolak kebijakan Gubernur Jenderal De
Jonge yang membuat susah kaum pekerja akibat krisis ekonomi dunia
(Malaise). Namun, reaksi dari 4Fraksi Nasional dipatahkan pemerintah
kolonial. Tekanan terhadap Fraksi Nasional makin berat ketika keluar rencana
UU Kewajiban Milisi bagi penduduk Pribumi Non-Belanda.
Hal ini ditangkap dan disuarakan anggota Volksraad yang juga ketua
Persatuan Pegawai Bestafuur/Pamongpraja Bumiputra (PPBB) bernama
Soertarjo Kartohadikoesoemo. Beliau pada tanggal 15 Juli 1936 mengajukan
petisi kepada Ratu Wilhelmina dan Staaten Generaal (Perlemen) di Belanda.
Itu sebabnya petisi tersebut kemudian dikenal sebagai “ Petisi Soertadjo” .
petisi juga ditandatagani oleh I.J.Kasimo, G.S.S.J. Ratulangi, Datuk
Tumenggung, dan Ko Kwat Tiong. Petisi berisi tuntutan agar segera
diselenggrakan koferensi utuk megatur otonomi Indonesia dalam sebuah Uni
Indonesia-Belanda selama kurun waktu sepuluh tahun. Sayangnya petisi itu
juga ditolak pemerintah kerajaan Belanda.
5. Akhir Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda di Indonesia
Tanda-tanda runtuhnya pemerintahan Hindia Belanda semakin menguat
ketika berkobar Perang Dunia II di Eropa yang ditandai dengan penyerbuan
Jerman atas Polandia pada tanggal 1 September 1939, kemudian Jerman yang
pada saat itu dipimpin oleh Hitler menyerbu negeri Belanda pada tanggal 10
Mei 1940 yang menyebabkan pemerintah Belanda lari ke pengasingan ke
London.
Pada 8 Maret 1942, pihak Belanda di Jawa menyerah dan Gubernur
Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachouwer ditawan oleh
pihak Jepang. Dengan demikian, bukan saja de facto, melainkan juga de jure,
seluruh wilayah bekas Hindia Belanda sejak itu berada di bawah kekuasaan
dan administrasi Jepang. Berakhirlah kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan kepanduan (pramuka) juga diselenggarakan dengan mengambil asas-
asas kepanduan dunia. Dari kegiatan kepanduan ini tumbuh semangat patriotisme dan
nasionalisme. Dalam hal kepanduan ini muncul kepanduan dari Jong Java dan
Pemuda Sumatra.

B. Saran
Sebagai generasi muda kita harus mempunyai semangat nasionalisme yang tinggi
seperti para pahlawan kita yang telah mengorbankan harta benda dan nyawanya untuk
membebaskan Indonesia dari para penjajah.

DAFTAR PUSTAKA

6
https://www.academia.edu/35122442/Makalah_Sejarah_Sumpah_Pemuda_dan_
Jati_Diri_Keindonesiaan

Anda mungkin juga menyukai