Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH JUDO

Oleh Kelompok 2 :

1. Ni Kadek Puspita Sari (18)


2. Ni Made Nonik Wahyuni (20)
3. Ni Kadek Ayu Ariska Dewi (14)
4. Ni Made Yanti Prastya Dewi (22)
5. Ni Putu Diantari (24)
6. I Nyoman Adi Saputra (07)
7. I Made Wiranata (06)
8. I Nyoman Gede Ardana (30)

KELAS :XI TB 1

SMK PGRI 1 BADUNG


LATU GERIH ABIANSEMAL
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena rahmat dan

karunianya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini

dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga dapat

berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh karena

itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang

bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini, kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak akan saya terima dengan tangan terbuka selalu demi

kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Judo................................................................................................... 3
2.1.1 Sebelum Judo........................................................................................ 3
2.1.2 Awal mula Judo.................................................................................... 3
2.2 Perbedaan Judo dan Jujutsu........................................................................... 4
2.2.1 Penggunaan akhiran –do dan –jutsu..................................................... 4
2.3 Judo sebagai Cabang Olah Raga.................................................................... 5
2.3.1 Judoka Perempuan................................................................................ 5
2.3.2 Tingkatan Judo dan Warna Ikat Pinggang............................................ 6
2.3.3 Lantai Judo............................................................................................ 7
2.3.4 Seragam Judo........................................................................................ 7
2.4 Peraturan Pertandingan Olah Raga Judo........................................................ 8
2.4.1 Awal Pertandingan................................................................................ 9
2.4.2 Akhir Pertandingan............................................................................... 9
2.5 Sistem Penilaian Judo.................................................................................... 9
2.6 Teknik Terlarang Judo................................................................................... 10
2.7 Posisi Dalam Judo.......................................................................................... 11
2.8 Teknik Judo.................................................................................................... 13
2.8.1 Teknik Bantingan.................................................................................. 14
2.8.2 Teknik Kuncian .................................................................................... 14
2.9 Pertolongan Pertama Judo.............................................................................. 15

ii
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 16
B. Saran............................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Olah raga merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam hidup
manusia. Olah raga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan jasmani
manusia. Kini olah raga juga termasuk dalam kurikulum sekolah dari tingkat SD
maupun hingga SMA. Maka dari itu terdapat berbagai macam jenis olah raga yang
dapat dipilih sesuai keinginan atau bakat masing-masing orang.
Dengan perkembangan jaman, banyak cabang olah raga yang berupa
permainan seperti sepak bola, bola basket, bola voli, bulu tangkis dan lain-lain, ada
juga olah raga yang berupa olah raga seni bela diri seperti judo. Juga sering digelar
pertandinga olah raga judo dalam kejuaraan tingkat kabupaten, provinsi, nasional
dan sampai ke internasional.
Judo dikembangkan dari seni bela diri kuno Jepang yang disebut Jujutsu.
Jujutsu yang merupakan seni bertahan dan menyerang menggunakan tangan kosong
maupun senjata pendek, dikembangkan menjadi Judo oleh Kano Jigoro pada 1882.
Olahraga ini menjadi model dari seni bela diri Jepang, gendai budo, dikembangkan
dari sekolah (koryu) tua. Pemain judo disebut judoka atau pejudo. Judo sekarang
merupakan sebuah cabang bela diri yang populer, bahkan telah menjadi cabang
olahraga resmi Olimpiade.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas terdapat beberapa rumusan masalah yang
dapat penulis sampaikan yaitu:
1. Bagaimanakah sejarah dari cabang olahraga judo?
2. Bagaimana judo sebagai cabang olah raga?
3. Bagaimana peraturan pertandingan olah raga judo?
4. Bagaimana sistem penilaian dalam pertandingan olah raga judo?
5. Apa sajakah teknik terlarang dari olah raga judo?
6. Bagaimana posisi duduk, berdiri, jatuh dan berguling dalam olah raga judo?
7. Bagaimana teknik judo ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah dari cabang olahraga judo
2. Untuk mengetahui judo sebagai cabang olah raga
3. Untuk mengetahui peraturan pertandingan olah raga judo
4. Untuk mengetahui system penilaian dalam pertandingan olah raga judo
5. Untuk mengetahui teknik terlarang dari olah raga judo
6. Untuk mengetahui posisi duduk, berdiri, jatuh dan berguling dalam olah
raga judo
7. Untuk mengetahui teknik judo

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Judo


2.1.1 Sebelum Judo

Pegulat sumo zaman dahulu kala menjatuhkan lawannya tanpa senjata. Hal
ini menginspirasikan teknik-teknik bela diri jujutsu. Sumo pada awalnya hanya
dinikmati kaum aristokrat sebagai ritual atau upacara keagamaan pada zaman Heian
(abad ke-8 hingga abad ke-12).
Pada perkembangannya, Jepang memasuki masa-masa perang di mana kaum
aristokrat digeser kedudukannya oleh kaum militer. Demikian pula olahraga yang
sebelumnya hanya dijadikan hiburan, oleh kaum militer dijadikan untuk latihan
para tentara. Pada masa inilah teknik jujutsu dikembangkan di medan pertempuran.
Para prajurit bertempur tanpa senjata atau dengan senjata pendek. Teknik
menjatuhkan lawan atau melumpuhkan lawan inilah yang dikenal dengan nama
jujutsu.
Pada zaman Edo (abad ke-17 hingga abad ke-19) di mana keadaan Jepang
relatif aman, jujutsu dikembangkan menjadi seni bela diri untuk melatih tubuh bagi
masyarakat kelas ksatria. Gaya-gaya jujutsu yang berbeda-beda mulai muncul,
antara lain Takenouchi, Susumihozan, Araki, Sekiguchi, Kito, dan Tenjinshin'yo.

2.1.2Awal mula Judo


Jigoro Kano menambahkan gayanya sendiri pada banyak cabang jujutsu yang
ia pelajari pada masa itu (termasuk Tenjinshiyo dan Kito). Pada tahun 1882 ia
mendirikan sebuah dojo di Tokyo yang ia sebut Kodokan Judo. Dojo pertama ini
didirikan di kuil Eisho ji, dengan jumlah murid sembilan orang.

3
Tujuan utama jujutsu adalah penguasaan teknik menyerang dan bertahan.
Kano mengadaptasi tujuan ini, tapi lebih mengutamakan sistem pengajaran dan
pembelajaran. Ia mengembangkan tiga target spesifik untuk judo: latihan fisik,
pengembangan mental / roh, dan kompetisi di pertandingan-pertandingan.

2.2 Perbedaan Judo dan Jujutsu


Terjemahan harafiah dari kata 'judo' adalah 'cara yang halus'. 'Cara' atau
'jalan' yang dimaksud disini memiliki arti konotasi secara etika dan filosofis. Kano
mengungkapkan konsep filosofinya dengan dua frasa, "Seiryoku Zen'yo"
(penggunaan energi secara efisien) dan "Jita Kyoei" (keuntungan bagi diri sendiri
dan orang lain). Meskipun disebut halus, namun sebenarnya judo merupakan
kombinasi dari teknik-teknik keras dan lembut, maka dari itu judo dapat pula
diartikan sebagai 'cara yang lentur'.
Jujutsu, pada sisi yang lain, memiliki terjemahan harafiah 'kemampuan yang
halus'. Latihan jujutsu dipusatkan pada cara-cara (Kata) tertentu dan formal,
sedangkan judo menekankan pada latihan bebas teknik tertentu dalam perkelahian
bebas (randori). Hal ini membuat pelatihan judo berjalan lebih dinamis.
Para kontestan jujutsu menggunakan seragam yang relatif berat (hakama).
Para praktisi awal judo menggunakan semacam celana pendek, namun tidak lama
kemudian mereka lebih memilih menggunakan busana Barat yang dinilai lebih
memiliki keunggulan fungsi dan mengijinkan pergerakan yang lebih bebas.
Seragam modern judo (judogi) dikembangkan pada tahun 1907.
Teknik-teknik jujutsu, selain teknik dasar seperti melempar dan menahan,
menggunakan pukulan, tendangan, bahkan menggunakan senjata pendek. Pada sisi
lain, judo menghindari tendangan dan pukulan-pukulan yang berbahaya, dan lebih
dipusatkan pada teknik membanting yang terorganisir dan teknik bertahan.

2.2.1 Penggunaan akhiran -do dan -jutsu


Banyak cabang beladiri Jepang yang mempunyai awalan yang sama namun
memiliki dua akhiran '-do' dan '-jutsu'. Bujutsu dan budo serta Kenjutsu dan kendo
adalah beberapa contohnya. Perbedaan dasar dari kedua akhiran ini adalah '-do'
berarti 'jalan' dan '-jutsu' yang artinya 'jurus' atau 'ilmu'. Selain itu dalam bela diri

4
berakhiran '-do' biasanya lebih banyak peraturan yang tidak memungkinkan
seseorang untuk terluka akibat serangan yang fatal, namun tidak demikian halnya
dengan bela diri yang berakhiran dengan kata '-jutsu', misalnya di dalam kendo,
hanya bagian tangan, perut, kaki, dan bagian bawah dagu yang boleh diserang,
sedangkan kenjutsu membolehkan serangan ke semua bagian tubuh.
Secara umum, budo ('bu-' artinya prajurit) adalah pengembangan dari bujutsu
yang telah disesuaikan dengan zaman sekarang (untuk olahraga, bukan berkelahi).
Beberapa contoh bujutsu yang dikembangkan menjadi budo:
a. Jujutsu à Judo
b. Kenjutsu à Kendo
c. Aiki-Jujutsu à Aikido
d. Kempo jutsu à Kempo Do
e. Karate jutsu à Karate Do
f. Battoujutsu/Iaijutsu à Battoudo/Iaido

2.3 Judo Sebagai Cabang Olah Raga


2.3.1 Judoka Perempuan

Kaum perempuan pertama kali diterima sebagai judoka pada tahun 1893,
walaupun pada saat itu kaum olahragawati dianggap sebelah mata di dalam struktur
masyarakat Jepang. Meskipun demikian, kemajuan yang dramatis ini hanya
berlangsung sebentar, karena pada hakekatnya mereka masih dijauhkan dari
pertandingan-pertandingan resmi, dengan alasan keselamatan fisik.
Setelah Perang Dunia II, judo bagi laki-laki dan perempuan diperkenalkan
keluar Jepang. Persatuan Judo Eropa dibentuk pada tahun 1948, diikuti dengan
pembentukan Federasi Internasional Judo pada tahun 1951. Judo menjadi salah satu

5
cabang olahraga resmi Olimpiade pada Olimpiade Tokyo 1964 di Tokyo, Jepang.
Judoka perempuan pertama kali berlaga di Olimpiade pada Olimpiade Barcelona
1982 di Barcelona, Spanyol.

2.3.2 Tingkatan Judo dan Warna Ikat Pinggang


Dimulai dari kelas pemula (shoshinsha) seorang judoka mulai menggunakan
ikat pinggang dan disebut berada di tingkatan kyu kelima. Dari sana, seorang
judoka naik tingkat menjadi kyu keempat, ketiga, kedua, dan akhirnya kyu pertama.
Setelah itu sistem penomoran dibalik menjadi dan pertama (shodan), kedua, dan
seterusnya hingga dan kesepuluh, yang merupakan tingkatan tertinggi di judo.
Meskipun demikian, sang pendiri, Kano Jigoro, mengatakan bahwa tingkatan judo
tidak dibatasi hingga dan kesepuluh, dan hingga saat ini karena hanya ada 15 orang
yang pernah sampai ke tingkat dan kesepuluh, maka tidak ada yang pernah
melampaui tingkat tersebut.
Warna ikat pinggang menunjukkan tingkatan kyu ataupun dan. Pemula,
kyukelima dan keempat menggunakan warna putih; kyu ketiga, kedua, dan pertama
menggunakan warna cokelat; warna hitam dipakai oleh judoka yang sudah
mencapai tahapan dan, mulai dari shodan, atau dan pertama, hingga dan kelima.
Judoka dengan tingkatan dan keenam hingga dan kesembilan menggunakan ikat
pinggang kotak-kotak bewarna merah dan putih, walaupun kadang-kadang juga
menggunakan warna hitam. Tingkatan teratas, dan kesepuluh, menggunakan ikat-
pinggang merah-putih atau merah. Judoka perempuan yang telah mencapai tahap
dan keatas memiliki garis putih yang memanjang di bagian tengah ikat pinggang
hitam mereka.

6
2.3.3 Lantai Judo

Pertandingan judo diselenggarakan di atas karpet atau matras (tatami)


berbentuk segi empat (belah ketupat) dengan sisi 14,55 meter atau sepanjang 8
tatamiyang dijajarkan. Selain dialasi matras, kebanyakan dojo judo sekarang
menggunakan pegas di bawah lantai palsu, untuk menahan benturan akibat
bantingan.
Di awal pertandingan, kedua judoka berdiri di tengah-tengah tepat di
belakang garis sejajar dengan diawasi oleh juri. Sebelum dimulai, kedua judoka
tersebut menunduk memberi hormat satu sama lain dari belakang garis. Di sudut
atas dan bawah belah ketupat duduk dua orang hakim, dan di belakang masing-
masing judoka, di luar arena yang dibatasi matras, duduk judoka-judoka dari regu
yang sama, dan duduk pula seorang pencatat waktu dan seorang pencatat nilai.
Pertandingan diselenggarakan di dalam arena di dalam matras yang dibatasi
oleh (dan termasuk didalamnya) garis merah (jonai). Luas arena tersebut adalah 9,1
meter persegi dan terdiri dari 50 tatami. Waza atau teknik judo yang dipakai di
arena diluar garis merah (jogai) tersebut dianggap tidak sah dan tidak dihitung.

2.3.4 Seragam Judo


Seragam (gi) longgar yang dikenakan seorang judoka (judogi) harus sesuai
ukurannya.
1. Jaket
Bagian bawah jaket menutupi pantat ketika ikat pinggang
dikenakan. Antara ujung lengan dengan pergelangan tangan selisih 5-8

7
cm. Lengan baju panjangnya sedikit lebihnya dari dua pertiga panjang
lengan. Karena jaket ini dirancang untuk menahan benturan tubuh akibat
dibanting ke lantai, maka bahannya umumnya lebih tebal dari seragam
karate (karategi) atau bela diri yang lain
2. Ikat pinggang
Ikat pinggang harus cukup panjang sehingga menyisakan 20-30 cm
menjuntai pada masing-masing sisi.
3. Celana
Celana yang dipakai sedikit longgar. Antara ujung celana dengan
pergelangan kaki selisih 5-8 cm. Celana panjangnya sedikit lebihnya dari
dua pertiga panjang kaki.
Mengenakan Seragam Judo, celana dikenakan dan tali celana dikencangkan.
Jaket kemudian dikenakan dengan sisi kiri di atas sisi kanan. Kenakan ikat
pinggang dengan cara meletakkan tengah-tengah sabuk di depan perut, kemudian
kedua ujung sabuk diputar melingkar di belakang pinggang kembali ke depan;
pegang kedua ujung sabuk, lalu talikan dengan kedua ujung berakhir secara
horisontal. Talikan dengan kencang sehingga tidak lepas pada saat pertandingan.

2.4 Peraturan Pertandingan Olah Raga Judo


Pertandingan judo diadakan antara perorangan dan juga beregu. Beberapa
kompetisi membagi pertandingan menjadi 8 kategori, berdasarkan berat tubuh.
Kompetisi lain membagi pertandingan berdasarkan tingkatan dan, umur, dan lain-
lain. Ada juga yang tidak mengenal pembagian apapun.
Satu pertandingan judo berlangsung selama 3-20 menit. Pemenang ditentukan
dengan jalan judoka pertama yang meraih satu angka, baik dengan bantingan
maupun kuncian. Jika setelah waktu yang ditentukan tidak ada pemain yang
memperoleh satu angka, pemain dengan nilai lebih tinggi menang atau
pertandingan berakhir seri.
Judo, sebagaimana olahraga lain dari Jepang, diselenggarakan dengan penuh
tata krama. Kedua judoka membungkuk memberi hormat satu sama lain pada awal
dan akhir pertandingan.

8
2.4.1 Awal Pertandingan
Judoka menghadap satu sama lain, meluruskan telapak kaki mereka di
belakang garis masing-masing di tengah-tengah arena dan berdiri tegak lurus. Lalu
mereka saling membungkuk pada saat yang sama. Kemudian mereka maju satu
langkah, diawali dengan kaki kiri, dan berdiri dengan posisi kuda-kuda alami
(shizen hon tai). Sang juri atau wasit lalu berkata "Mulai" (Hajime) dan
pertandingan pun dimulai.
2.4.2 Akhir Pertandingan
Kedua judoka kembali dalam posisi kuda-kuda alami dan menghadap satu
sama lain satu langkah di depan garis mereka masing-masing. Juri kemudian
mengumumkan hasil pertandingan, dan kedua kontestan mundur selangkah ke
belakang garis dimulai dengan kaki kanan. Mereka lalu membungkuk lagi dan
keluar dari arena.

2.5 Sistem Penilaian Judo


 Satu angka (ippon) dapat diperoleh dengan jalan:
1. Bantingan (nage waza): Jika judoka dapat mengungguli teknik
lawan dengan membantingnya dengan tenaga dan kecepatan
dengan punggung membentur lantai terlebih dahulu.
2. Kuncian (katame waza): Jika judoka berhasil mengunci lawan
sehingga ia mengucapkan kata "Aku menyerah!" (maitta), atau
menepuk lantai dua kali dengan tangan atau kaki, pingsan, atau jika
kuncian tersebut berlangsung paling sedikit 30 detik (osae waza)
dan diumumkan bahwa pertandingan berakhir (osae komi)
 Setengah angka (waza ari) dapat diperoleh dengan cara:
1. Bantingan: Jika teknik judoka cukup bagus namun tidak sampai
layak untuk menerima angka penuh.
2. Kuncian: Jika judoka berhasil mengunci lawannya selama paling
tidak 25 detik.
 Dua waza ari berarti satu angka, namun setengah angka saja tidak cukup
untuk menentukan seorang pemenang, maka oleh para perancang
pertandingan dibuatlah sistem angka tambahan.

9
 Tambahan (yuko dan koka) yang tidak peduli berapapun tidak akan
mengungguli satu 'Setengah-angka', namun dapat menjadi penentu jika
masing masing judoka memperoleh nilai yang sama (1W1Y0K - 1 Waza
dan 1 Yuko menang melawan 1W0Y9K - 1 Waza dan 9 Koka). Angka
tambahan ini diperoleh jika teknik yang diperagakan tidak cukup bagus
untuk memperoleh nilai setengah (yuko) atau tidak cukup bagus untuk
memperoleh yuko (koka). Tidak jarang suatu pertandingan ditentukan
dengan banyaknya yuko dan koka yang diperoleh (karena satu angka
otomatis menang dan dua setengah-angka juga otomatis menang)

Jika jumlah nilai yang diperoleh kedua judoka sama, maka kadang-kadang
suatu pertandingan menggunakan sistem pemungutan suara antara kedua hakim
sudut dan juri (dengan total tiga suara).

2.6 Teknik Terlarang Judo


Teknik-teknik atau waza yang berbahaya tidak diijinkan penggunaannya.
Total teknik terlarang berjumlah 31 (32 untuk perempuan). Judoka akan dikenai
empat tingkatan sanksi, tergantung seberapa berat pelanggaran yang dilakukan.
Untuk tiap-tiap jenis pelanggaran, pertandingan dihentikan sejenak dan kedua
judoka kembali ke garis masing-masing.
Pelanggaran ringan (shido) adalah peringatan untuk pelanggar peraturan yang
tidak seberapa berbahaya. Judoka diberi peringatan awasete chui jika
melakukannya untuk kedua kalinya. Pelanggaran ini memiliki nilai berkebalikan
dengan satu koka. Beberapa tindakan yang akan mendapat peringatan:
 Seorang judoka kehilangan semangat bertarung dan tidak menyerang selama
lebih dari 30 detik
 Melepas ikat pinggang lawan atau ikat pinggang sendiri tanpa izin dari juri
 Melilit tangan lawan dengan ujung ikat pinggang (atau ujung baju)
 Memelintir atau berpegang pada ujung lengan baju maupun celana lawan
 Memasukkan bagian seragam lawan manapun ke dalam mulut (menggigit
seragam lawan)
 Menyentuh wajah lawan dengan bagian tangan atau kaki manapun
 Menarik rambut lawan

10
 Mengunci telapak tangan lawan dengan telapak tangan sendiri selama lebih
dari 6 detik dalam posisi berdiri

Pelanggaran kecil (chui) adalah peringatan untuk pelanggaran yang lebih


berat dari pelanggaran ringan. Pelanggaran ini memiliki efek negatif sebesar yuko
Beberapa contohnya sebagai berikut:
 Memasukkan bagian kaki manapun ke seragam lawan, baik ikat pinggang
maupun jaket, selama kuncian dilakukan lawan
 Mencoba mematahkan jari lawan untuk melepaskan genggaman lawan
 Menendang tangan lawan dengan kaki atau lutut untuk lepas dari
cengkeraman lawan

Pelanggaran berat (keikoku) adalah pelanggaran yang dapat dikenai sanksi


dan teguran keras. Judoka yang melakukan pelanggaran ini akan dikurangi nilainya
sebesar setengah angka. Dua pelanggaran kecil memungkinkan dikenainya sanksi
yang sama. Contoh pelanggaran-pelanggaran berat:
 Mengunci lengan lawan (kansetsu waza) di manapun selain di sikut
 Menarik lawan yang tergeletak menengadah ke atas di lantai dan kemudian
membantingnya kembali
 Seorang judoka melakukan tindakan berbahaya apapun yang bertentangan
dengan jiwa judo.

Pelanggaran serius (hansoku make) adalah pelanggaran yang dapat membuat


seorang judoka didiskualifikasi karena melakukan pelanggaran yang sangat berat
sehingga membahayakan baik lawannya maupun orang lain. Empat kali peringatan
(shido) juga dapat dikenai sanksi ini.

2.7 Posisi Dalam Judo


Posisi tubuh yang benar merupakan bagian yang penting di dalam judo.
1. Posisi Duduk
Duduk bersila (seiza) Dari posisi berdiri, kaki kiri ditarik ke belakang,
lalu lutut kiri diletakkan ke lantai di tempat di mana jari kaki kiri tadinya

11
berada. Lakukan hal yang sama dengan kaki kanan, dan kedua kaki pada
saat ini harus bersangga pada jari kaki dan lutut. Kemudian luruskan jari
kaki sejajar dengan lantai dan pantat diletakkan di atas pangkal kaki.
Letakkan kedua tangan di atas paha masing-masing sisi. Untuk berdiri,
lakukan prosedur yang sama dengan cara terbalik.
Memberi hormat (zarei) Dengan bersila, bungkukkan badan ke depan
sampai kedua telapak tangan menyentuh lantai dengan jari tangan
menghadap ke depan. Diam dalam posisi ini selama beberapa saat,
kemudian kembali ke posisi bersila.
2. Posisi Berdiri
Memberi hormat (ritsurei) Berdiri dengan kedua pangkal kaki
didekatkan, bungkukkan badan ke depan sekitar 30 derajat dengan telapak
tangan di depan paha. Diam dalam posisi ini selama beberapa saat,
kemudian kembali ke posisi berdiri.
a. Posisi alami (shizen tai) Kaki dibuka sekitar 30 cm dalam posisi
natural dengan berat badan yang dibagi sama rata di kedua kaki.
Istirahatkan otot bahu dan tangan. Ini adalah postur dasar dan alami
judo.
b. Posisi bertahan (jigo tai) Dari posisi alami, kaki dibuka lebih lebar,
lutut ditekuk agar pusat gravitasi tubuh lebih turun.
c. Melangkah (suri ashi) Cara berjalan di dalam judo dengan cara telapak
kaki menyusuri lantai untuk menjaga kestabilan. Pastikan langkahnya
sama rata dan pusat gravitasi tetap di posisi yang sama agar dapat
bergerak lincah ke segala arah.
 Kanan-kiri (ayumi ashi): Seperti berjalan biasa, telapak kaki
melewati satu sama lain ketika berjalan
 Kanan-kanan (tsugi ashi): Setelah kaki pertama maju, kaki kedua
yang maju tidak melebihi posisi kaki pertama
3. Posisi Jatuh dan Berguling
Menguasai posisi ini memungkinkan untuk melindungi diri sendiri
ketika dijatuhkan atau dibanting lawan dan mengurangi ketakutan ketika
dilempar oleh lawan.

12
a. Jatuh ke belakang (ushiro ukemi) Kaki disatukan dan tangan juga
disatukan, jatuhkan punggung ke matras dengan tangan lurus di
samping tubuh dan telapak tangan menyentuh lantai untuk menahan
jatuh. Lindungi bagian belakang kepala dengan menyentuhkan dagu ke
tubuh.
b. Jatuh ke samping (yoko ukemi) Dari posisi berdiri, jatuhkan diri ke
belakang, angkat kedua kaki satu persatu, kemudian angkat kedua
tangan di depan tubuh. Berguling ke kanan (atau kiri) matras dengan
kepala tetap dilindungi agar tidak menyentuh lantai. Kemudian tahan
tubuh dengan tangan dan telapak tangan kanan (atau kiri).
c. Jatuh ke depan (mae ukemi) Jatuhkan diri ke depan dengan kedua
telapak tangan di depan muka, sikut ditekuk. Jatuh tertelungkup
dengan ditahan oleh kedua tangan, badan diluruskan, otot perut
dikencangkan, dan tahan tubuh dengan ditahan oleh kedua tangan dan
jari kaki (lutut diangkat).
d. Berguling ke depan (mae mawari ukemi) Berguna pada saat
dilemparkan oleh lawan. Dari posisi berdiri, kaki kanan dimajukan
telapak tangan kiri disentuhkan ke lantai. Bahu kanan kemudian
dilemparkan ke depan dengan telapak tangan menghadap ke belakang,
ini dilakukan bersamaan dengan kedua kaki menjejak lantai dan
berguling ke depan. Kedua kaki dan tangan hendaknya menyentuh
lantai secara bersamaan.

2.8 Teknik Judo


Teknik bantingan judo (nage waza) dapat dibagi menjadi teknik berdiri (tachi
waza) dan teknik menjatuhkan diri (sutemi waza). Teknik berdiri dibagi lagi
menjadi teknik tangan (te waza), teknik pangkal paha (koshi waza), dan teknik kaki
(ashi waza). Teknik menjatuhkan diri dibagi lagi menjadi teknik menjatuhkan diri
ke belakang (ma sutemi waza) dan teknik menjatuhkan diri ke samping (yoko
sutemi waza)

13
Teknik kuncian judo (katame waza) dapat dibagi menjadi teknik menahan
(osae waza atau osaekomi waza), teknik jepit (shime waza), dan teknik sambungan
(kansetsu waza)
Teknik menyerang (atemi waza) dengan tendangan atau pukulan bahkan
dengan senjata pisau atau pedang kadang digunakan untuk latihan bagi judoka
tingkatan tinggi, walaupun dalam pertandingan resmi hal tersebut dilarang
(demikian pula pada saat latihan bebas (randori).

2.8.1 Teknik bantingan (teknik berdiri)


 Sapuan lutut - hiza guruma
 Jegal dari belakang - o soto gari
 Jegal dari depan - 'ko uchi gari
 Sapuan samping - deashi barai
 Bantingan paha - uchi mata
 Bantingan pangkal paha memutar - o goshi
 Bantingan pangkal paha angkat - surikomi goshi
 Bantingan pangkal paha sapuan - harai goshi
 Lemparan bahu - seoi nage
 Menjatuhkan tubuh - tai otoshi
 Lemparan guling belakang - tomoe nage

2.8.2 Teknik kuncian (teknik berbaring)


Teknik kuncian (katame waza) disebut juga teknik berbaring (ne waza)
karena teknik ini dilakukan ketika seorang judoka atau lawannya berbaring
menghadap ke atas atau ke bawah.
 Kuncian pinggang - kesa gatame
 Kuncian bahu - kata gatame
 Kuncian empat sisi - yoko shiho gatame
 Kuncian empat sisi atas - kami shiho gatame
 Kuncian belakang - kataha jime
 Kuncian kalung - okuri eri jime
 Kuncian tangan - ude garami

14
 Kuncian tangan silang - ude hishigi juji gatame

2.9 Pertolongan Pertama Judo


Seringkali di dalam pertandingan judo, seorang judoka mengalami asphyxia,
di mana judoka mengalami kesulitan bernapas karena kekurangan oksigen. Untuk
itu, judo telah mengembangkan suatu pertolongan pertama untuk mengembalikan
kesadaran mereka yang terkena asphyxia atau aspiksia. Hal ini dapat terjadi jika
kuncian yang dilakukan terlalu kuat sehingga lawan berhenti bernapas sesaat.
Orang tersebut segera memerlukan pertolongan darurat di tempat.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Judo adalah salah satu cabang beladiri yang berasal dari Jepang dan telah
menjadi olahraga populer di dunia saat ini. Judo diciptakan oleh Prifesssor Jigoro
Kano atau Maha Guru Kano pada tahun 1882.
Setelah Perang Dunia II, judo bagi laki-laki dan perempuan diperkenalkan
keluar Jepang. Persatuan Judo Eropa dibentuk pada tahun 1948, diikuti dengan
pembentukan Federasi Internasional Judo pada tahun 1951. Judo menjadi salah satu
cabang olahraga resmi Olimpiade pada Olimpiade Tokyo 1964 di Tokyo, Jepang.
Judoka perempuan pertama kali berlaga di Olimpiade pada Olimpiade Barcelona
1982 di Barcelona, Spanyol.
Pertandingan judo diadakan antara perseorangan dan beregu. Beberapa
kompetisi membagi pertandingan jadi 8 kategori berdasarkan berat tubuh. Lamanya
pertandingan biasanya 3-20 menit. Pemenang ditentukan dengan jalan judoka
pertama yang meraih 1 angka, baik dengan bantingan maupun kuncian. Jika setelah
waktu yang ditentukan tidak ada pejudo memperoleh 1 angka, pejudo dengan nilai
lebih tinggi menang atau pertandingan berakhir seri. Membungkukkan badan satu
sama lain di awal dan akhir pertandingan adalah hal yang wajib. Ini dilakukan
untuk menghormati lawan.

3.2 Saran
Untuk pembaca, agar dapat membela diri ketika sedang mengalami musibah,
dapat mempelajari cabang olah raga ini.
1. Untuk Dinas pendidikan dan olahraga agar lebih memerhatikan atlet-atlet
dibidang olah raga ini agar peminatnya lebih banyak.
2. Untuk Pembina extrakulikuler judo agar meningkatkan kapasitas latihan
untuk menambah kemampuan para atlet judo.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://sandroacademy.id/what-is-judo/
https://anwarrimbawan.blogspot.com/2020/10/sejarah-judo.html

17

Anda mungkin juga menyukai