Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunianya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga dapat berguna
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh karena itu
saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini, kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak akan saya terima dengan tangan terbuka selalu demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kasus Penggelapan Pajak Oleh PT. Asian Agri Group............................. 3
B. Penyelesaian Kasus Asian Agri: Di Dalam atau Luar Pegadilan.............. 5
C. Celah Keluar dari Pengadilan.................................................................... 6
D. Tidak Hanya Urusan Pajak........................................................................ 6
E. Berujung di Pengadilan............................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Siapakah Pemilik dari PT.Asian Agri Group ?
2. Berapakah Kerugian Negara yang di Derita Akibat dari Penggelapan Pajak yang
dilakukan Oleh PT Asian Agri Group ?
3. Bagaimana Awal Mula Kasus Penggelapan Pajak yang dilakukan Oleh PT Asian
Agri Group hingga Bisa Terbongkar dan Diketahui Oleh Negara ?
4. Jenis Pajak Apa Sajakah yang di Gelapkan Oleh PT.Asian Agri Group ?
5. Mengapa Perlindungan Saksi Menjadi Permasalahan yang lemah dalam kasus
PT.Asian Agri Group ?
6. Apa yang dimaksud dengan penyelesaian kasus Pajak PT.Asian Agri Group
Melalui Celah Keluar Pengadilan ?
2
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
3
dalam negeri bisa ditekan. Selain itu, rupanya perusahaan-perusahaan luar negeri yang
menjadi rekanan PT AA sebagian adalah perusahaan fiktif.
Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan
menyerahkan permasalahan tersebut ke Direktorat Pajak – karena memang
permasalahan PT AAG tersebut terkait erat dengan perpajakan.Menindaklanjuti hal
tersebut, Direktur Jendral Pajak, Darmin Nasution, kemudian membentuk tim khusus
yang terdiri atas pemeriksa, penyidik dan intelijen. Tim ini bekerja sama dengan Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung. Tim
khusus tersebut melakukan serangkaian penyelidikan – termasuk penggeladahan
terhadap kantor PT AAG, baik yang di Jakarta maupun di Medan.
Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut (14 perusahaan diperiksa), ditemukan
Terjadinya penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan
pajak pertambahan nilai (PPN).selain itu juga "bahwa dalam tahun pajak 2002-2005,
terdapat Rp 2,62 triliun penyimpangan pencatatan transaksi. Yang berupa
menggelembungkan biaya perusahaan hingga Rp 1,5 triliun. mendongkrak kerugian
transaksi ekspor Rp 232 miliar. mengecilkan hasil penjualan Rp 889 miliar. Lewat
modus ini, Asian Agri diduga telah menggelapkan pajak penghasilan untuk badan
usaha senilai total Rp 2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri yang digelapkan berasal
dari SPT periode 2002-2005. Hitungan terakhir menyebutkan penggelapan pajak itu
diduga berpotensi merugikan keuangan negara hingga Rp 1,3 triliun.
Dari rangkaian investigasi dan penyelidikan, pada bulan Desember 2007 telah
ditetapkan 8 orang tersangka, yang masing-masing berinisial ST, WT, LA, TBK, AN,
EL, LBH, dan SL. Kedelapan orang tersangka tersebut merupakan pengurus, direktur
dan penanggung jawab perusahaan. Di samping itu, pihak Depertemen Hukum dan
HAM juga telah mencekal 8 orang tersangka tersebut.
Terungkapnya kasus penggelapan pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari
pemberitaan investigatif Tempo – baik koran maupun majalah – dan pengungkapan dari
Vincent. Dalam konteks pengungkapan suatu perkara, apalagi perkara tersebut
tergolong perkara kakap, mustinya dua pihak ini mendapat perlindungan sebagai
whistle blower. Kenyataannya, dua pihak ini di-blaming. Alih-alih memberikan
perlindungan, aparat penegak hukum malah mencoba mempidanakan tindakan para
whistle blower ini. Vincent didakwa dengan pasal-pasal tentang pencucian uang –
karena memang dia, bersama rekannya, sempat mencoba mencairkan uang PT AAG.
Bahkan Vincent telah divonis dan dihukum 11 tahun penjara. Sementara itu, pesan
4
pendek (SMS) Metta Dharmasaputra – wartawan Tempo – disadap aparat penegak
hukum, print-out-nya beredar di kalangan pers. Pemberitaan investigatif Metta
Dharmasaputra dan komunikasinya dengan Vincent sempat menjadi urusan Dewan
Pers, bahkan nyaris diproses secara pidana.Selain itu, pemberitaan Tempo juga di-
blaming melalui riset di bidang komunikasi publik oleh dosen Fisipol UGM atas
pesanan PT AAG – yang menyatakan bahwa pemberitaan-pemberitaan seputar kasus
penggelapan pajak tersebut tidak mencari solusi yang komprehensif. Sedangkan P3-
ISIP UI – yang melakukan riset serupa atas pesanan PT AAG – menyimpulkan bahwa
pers (pemberitaan Tempo) cenderung melakukan bias dan keberpihakan yang secara
etis patut direnungi. Bisa jadi hasil-hasil riset tersebut sebagai legitimasi untuk
memperkarakan Tempo.Apa yang dialami Vincent dan Tempo tersebut sebenarnya
merupakan cermin buram bagi perlindungan saksi di Indonesia selama ini. Kejadian ini
bukanlah yang pertama dialami para pengungkap fakta. Tetapi kejadian berulang yang
tujuannya tidak lain adalah untuk menutupi kejahatan yang sesungguhnya. Para
pengungkap fakta semacam ini sering mengalami berbagai bentuk kekerasan –
intimidasi dan teror, bahkan diperkarakan secara hukum – baik perdata maupun pidana.
Lihat saja misalnya Kasus Udin, kasus Endin Wahyudi, Kasus Ny Maria Leonita,
Kasus Romo Frans Amanue, dan banyak lagi.Jangan sampai apa yang dialami Vincent
dan Tempo tersebut menjadi alat untuk membungkam pengungkapan kasus yang
sesungguhnya, dalam hal ini dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG.
5
C. Celah Keluar dari Pengadilan
Meski peraturan perundangan mengancam pelaku tindak pidana perpajakan
dengan sanksi pidana penjara dan denda yang cukup berat, nyatanya masih ada celah
hukum untuk meloloskan para penggelap pajak dari ketok palu hakim di pengadilan.
Pasal 44B UU No.28/2007 membuka peluang out of court settlement bagi tindak pidana
di bidang perpajakan. Ketentuan itu mengatur bahwa atas permintaan Menteri
Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan. Dengan demikian, kasus
berakhir (case closed) jika wajib pajak yang telah melakukan kejahatan itu telah
melunasi beban pajak beserta sanksi administratif berupa denda. Ketentuan hukum
nyatanya begitu lunak dalam mengatur tindak pidana perpajakan. Peluang out of court
settlement dimungkinkan bagi segala jenis tindak pidana perpajakan. Peluang itu tidak
hanya berlaku untuk “Perlawanan Pasif terhadap Pajak”, yaitu perlawanan yang tidak
dilakukan secara sadar atau disertai niat dari warga masyarakat untuk merintangi aparat
pajak dalam melakukan tugasnya. Penghentian penyidikan dan penyelesaian di luar
sidang juga berlaku untuk “Perlawanan Aktif terhadap Pajak” yang perbuatannya
dilakukan lewat cara-cara ilegal dan langsung ditujukan pada fiskus/pemerintah.
Jadi, penyelesaian kasus tindak pidana perpajakan oleh Asian Agri Group meski masuk
kategori “Perlawanan Aktif terhadap Pajak” sekalipun – tetap dapat diselesaikan di luar
sidang pengadilan. Dengan demikian, harapan kita bergantung pada Menteri Keuangan
dan Jaksa Agung sebagai pihak yang paling menentukan dalam proses penyelesaian
tindak pidana perpajakan ini.
6
Asian Agri Group mengecilkan laba perusahaan dalam negeri agar terhindar
dari beban pajak yang semestinya dengan cara mengalirkan labanya ke luar negeri
(Mauritius, Hongkong Macao, dan British Virgin Island). Surat Pemberitahuan
Tahunan (SPT) kelompok usaha Asian Agri Group kepada Ditjen Pajak telah
direkayasa sehingga kondisinya seolah merugi (Lihat pernyataan Darmin Nasution,
Direktur Jenderal Pajak, mengenai rekayasa SPT itu). Modus semacam itu memang
biasa dilakukan dalam kejahatan pencucian uang, sebagaimana juga diungkapkan oleh
Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Yunus Hussein
mengenai profile, karakteristik, dan pola transaksi keuangan yang tidak beres sebagai
indikasi kuat adanya money laundering (Metro TV, 8/1/2008).
Kuatnya dugaan tindak pidana pencucian uang oleh Asian Agri Group semakin
didukung fakta-fakta yang diperoleh lewat penelusuran Tempo. Investigasi wartawan
Tempo memperlihatkan adanya transaksi mencurigakan melalui perbankan untuk
mengalirkan uang hasil penggelapan pajak Asian Agri Group ke afiliasinya di luar
negeri yang ternyata adalah perusahaan fiktif. Salah satu perusahaan fiktif itu adalah
Twin Bonus Edible Oil and Fat, yang setelah dilakukan pengecekan rupanya
menggunakan alamat pabrik payung yang berkedudukan hukum di Hongkong (Tempo,
4/2/2007).Catatan/profile transaksi keuangan yang tidak beres dan adanya transaksi
dengan perusahaan fiktif merupakan bukti permulaan yang bisa digunakan untuk
membuat terang dugaan tindak pidana pencucian uang. Penyidikan selanjutnya bisa
dilakukan dengan menyelusuri tiga tahapan dalam kejahatan pencucian uang. Pertama,
penempatan (placement) yang dimulai dengan menyelundupakan penghasilan yang
diduga dari laba perusahaan ke negara lain. Kedua, pelapisan (layering) yaitu proses
pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil upaya
placement ke tempat lainnya melalui serangkaian transaksi yang kompleks didesain
untuk menyamarkan atau mengelabui sumber uang haram terebut (mengenai tahap
layering, lihat: Yunus Hussein, 2007). Ketiga, integrasi (integration) yang merupakan
tahap akhir dari proses money laundering yang bertujuan menjadikan uang hasil tindak
pidana itu dapat digunakan/dinikmati selayaknya uang halal.
E. Berujung di Pengadilan
Berbeda dengan tindak pidana perpajakan, dalam proses penyelesaian tindak
pidana pencucian uang tidak ada satu pihak pun yang diberi kewenangan untuk
menghentikan penyidikan. Dengan demikian, jika PPATK dan penyidik dapat
7
melakukan koordinasi dengan baik untuk menuntaskan penyidikan tindak pidana
pencucian uang itu, maka persidangan kasus ini pun dapat segera digelar. Akhirnya,
lemahnya ketentuan hukum mengenai perpajakan harus menjadi catatan lembaga
legislatif. Ketentuan yang memberikan kewenangan untuk menghentikan penyidikan
tindak pidana perpajakan hanya akan menimbulkan ketidakpastian hukum dan jelas
tidak mampu menghadirkan keadilan. Persetujuan kita bersama terhadap filosofi pajak
yang tidak bertujuan membangkrutkan usaha, semestinya juga tidak diinterpretasikan
lewat kebijakan yang membeda-beda kan kedudukan warga negara di hadapan hukum.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kasus Asian Agri adalah cermin sempurna bagi penegak hukum kita.Dari situ
tergambar, sebagian dari mereka tidak sungguh-sungguh menegakkan keadilan, malah
berusaha menyiasati hukum dengan segala cara. Tujuannya boleh jadi buat melindungi
orang kaya yang diduga melakukan kejahatan. Dan kalau perlu dilakukan dengan cara
mengorbankan orang yang lemah.Persepsi itu muncul setelah petugas Kepolisian
Daerah Metro Jaya bersentuhan dengan kasus dugaan penggelapan pajak Asian Agri,
salah satu perusahaan milik taipan superkaya, Sukanto Tanoto. Kejahatan ini
diperkirakan merugikan negara Rp 786 miliar. Polisi amat bersemangat mengusut
Vincentius Amin Sutanto, bekas pengontrol keuangan perusahaan itu, hingga akhirnya
dihukum 11 tahun penjara pada Agustus lalu. Padahal justru dialah yang membongkar
dugaan penggelapan pajak dan money laundering oleh Asian Agri. Pemerintah
mestinya berterima kasih kepada mereka. Dugaan penggelapan pajak itu bukannya
mengada-ada. Direktorat Jenderal Pajak telah menetapkan hina anggota direksi Asian
Agri sebagai tersangka kasus pidana pajak. Jika kasus ini segera ditangani dengan
tuntas, amat besar uang negara yang bisa diselamatkan.Upaya ini juga akan mencegah
pengusaha lain melakukan penyelewengan serupa, sehingga tujuan pemerintah
mendongkrak penerimaan pajak tercapai.Tidak sewajarnya polisi mengkhianati
program pemerintah. Mereka seharusnya segera mengusut pula dugaan pencucian uang
yang dilakukan Asian Agri. Perusahaan ini diduga menyembunyikan hasil
"penghematan" pajak ke berbagai bank di luar negeri. Inilah yang mestinya
diprioritaskan dibanding membidik orang yang justru membantu membongkar dugaan
penggelapan pajak.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/30982149/Makalah_Kasus_Penggelapan_Pajak_Oleh_PT
10