Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KARATE

Oleh Kelompok 3 :

1. Ni Made Priyatni (34)


2. Ni Kadek Dwi Febriani (15)
3. Ni Putu Eka Ariyanti (25)
4. Ni Kadek Pipit Sinar Wati (17)
5. I Putu Krisna Bayu Udayana (10)
6. Visal Varesa (29)
7. Ni Komang Satya Yani (19)
8. I Wayan Risky Juni Arimbawa (12)

KELAS :XI TB 1

SMK PGRI 1 BADUNG


LATU GERIH ABIANSEMAL

i
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena rahmat dan

karunianya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini

dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga dapat

berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Oleh karena

itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang

bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini, kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak akan saya terima dengan tangan terbuka selalu demi

kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Karate........................................................................................... 3
B. Teknik Karate................................................................................................. 5
C. Pertandingan Karate....................................................................................... 6
D. Luas Lapangan............................................................................................... 7
E. Peralatan Dalam Pertandingan Karate............................................................ 8
F. Falsafah Karate............................................................................................... 9
G. Aliran Karate.................................................................................................. 10
H. Perkembangan Karate Di Indonesia............................................................... 12
I. Tokoh, Fakta Dan Kesimpulan Penting......................................................... 16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................... 16
B. Saran............................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa Indonesia yang
telah menyelesaikan kuliahnya bernama Drs. Baud A.D. Adikusumo. Beliau adalah
seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan. Ia
mulai mengajarkan karate. Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar karate, dia
mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia) yang merupakan cikal
bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). Sehingga beliau tercatat
sebagai pelopor seni beladiri Karate di Indonesia.
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa
mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth Mukhsin
dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate
Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi
(pendiri Lembaga Karate-Do Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005 karena
urusan internal banyak anggota Lemkari yang keluar dan dipecat yang kemudian
mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional) yang merupakan peleburan dari
perguruan MKC (Medan Karate club). Kabarnya, perguruan ini sekarang menjadi besar
dan maju, tidak kalah dengan LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan,
Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wado dibawah
asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh Bp. C.A.
Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI) yang didirikan oleh
Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal Bp. Setyo Haryono dan beberapa tokoh
lainnya membawa aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwanto dengan beberapa tokoh
lainnya membawa aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga tumbuh di Indonesia
dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu dan SHINDOKA.
Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia setuju untuk bergabung
dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi
perwakilan WKF (World Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan

1
FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di forum Internasional terutama yang
disponsori oleh WKF.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Karate?
2. Bagaimana cara-cara melakukan pertandingan Karate?
3. Apa tata cara Karate?
4. Bagaimana peraturan Karate?
C. Tujuan
1. Dapat memahami tentang Karate
2. Dapat mengetahui cara-cara dalam pertandingan Karate
3. Dapat mengetahui tata cara Karate
4. Dapat mengetahui peraturan Karate

2
BAB II
ANALISIS

A. Pengertian Karate
Karate (空 手 道) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri
ini sedikit dipengaruhi oleh Seni bela diri Cina kenpō. Karate dibawa masuk ke Jepang
lewat Okinawa dan mulai berkembang di Ryukyu Islands. Seni bela diri ini pertama kali
disebut "Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Ketika karate masuk ke Jepang,
nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin
Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi
‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. Karate
terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’  空 dan berarti ‘kosong’. Dan
yang kedua, ‘te’ 手, berarti ‘tangan'. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong”
空手 (pinyin: kongshou).

Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan


World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama
yaitu:
1. Shotokan
2. Goju-Ryu
3. Shito-Ryu
4. Wado-Ryu

Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut
serta dalam pembentukan JKF dan WKF.

3
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas itu
saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas
ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur,
walaupun tidak termasuk dalam "4 besar WKF".
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang
adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu
dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada pula
ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional.
Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang
bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku
yang "kontak langsung".
Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
1. Kihon
2. Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate.
3. Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring.

Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan
aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik tempur
sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik-teknik untuk pertandingan olah
raga.
Tingkat/posisi dalam karate itu di bedakan lewat kemampuan dalam menghafal
atau melakukan gerak yang maximal dalam jurus tersebut. Maksudnya tingkatan
dibedakan oleh sabuk. Untuk mendapatkan tingkatan/posisi tersebut, kita di haruskan
mengikutkan sesi ujian sabuk. Yang berlangsung setiap 4 bulan sekali. Untuk tingkat ini
terbagi menjadi menjadi:
1. Sabuk putih
2. Sabuk kuning
3. Sabuk Orange
4. Sabuk hijau
5. Sabuk biru
6. Sabuk coklat
7. Sabuk hitam

4
B. Teknik Karate
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata
(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk
menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).

a. Kihon
Kihon (基本:きほん, Kihon?) secara harfiah berarti dasar atau fondasi.
Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata
dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk
putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap danatau Sabuk Hitam, siswa
dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.

b. Kata
Kata (型:かた) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate
tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobikbiasa. Tapi juga mengandung
pelajaran tentang prinsip bertarung. Gerakan-gerakan Kata juga banyak
mengandung falsafah-falsafah hidup. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan
pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang
dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk
tiap Kata. Sebagai contoh Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama
Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap
aliran juga berbeda.

c. Kumite

5
Kumite ( 組 手 : く み て ) secara harfiah berarti "pertemuan tangan".
Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi
sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk
kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari
kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite
aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa
yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat
menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Untuk aliran "kontak langsung" seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah
dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin
diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke
arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas
kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu
Kumite untuk persiapan Shiai, yang dilatih hanya teknik-teknik yang
diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk
beladiri, semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti
bantingan, kuncian, dan menyerang titik vital.
Pertandingan Karate

C. Pertandingan Karate
Pertandingan Karate dibagi atas tiga jenis yaitu :
1. Kumite (perkelahian)
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas
berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan
(khusus untuk putra). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance
(WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan
oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan
1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak
ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih
mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling
ofensif dan agresif sebagai pemenang.

6
2. Kata
Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari
jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan Kata pilihan atau Kata
wajib dalam peraturan pertandingan. Para peserta harus memperagakan Kata
wajib. Bila lulus, peserta akan mengikuti babak selanjutnya dan dapat
memperagakan Kata pilihan.
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan Kata
beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan peragaan Kata ,
para peserta diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata beregu
dinilai lebih prestisius karena lebih indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah
hanya 8 Kata yang berasal dari perguruan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-
ryu, Goju-ryu and Shito-ryu, dengan perincian sebagai berikut:
 Shotokan : Kankudai dan Jion.
 Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
 Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
 Shito-ryu: Seienchin dan Bassaidai.

Karateka dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut pertandingan
Kata JKF dan WKF, hanya saja mereka harus memainkan Kata sebagaimana
dimainkan oleh perguruan 4 besar di atas.

D. Luas lapangan
1. Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan
ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap
sisi.
2. Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan
bahaya.

7
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu peraturan
dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras
tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar
adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh
batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari
batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat
memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam
dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.

E. Peralatan Dalam Pertandingan Karate


Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate
1. Pakaian karate (karategi) untuk kontestan
2. Pelindung tangan
3. Pelindung tulang kering
4. Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao
5. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:
 Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
 Pelindung tubuh untuk kontestan putri
 Pelindung selangkangan untuk kontestan putra
6. Peluit untuk arbitrator/alat tulis
7. Seragam wasit/juri
 Baju putih

8
 Celana abu-abu
 Dasi merah
 Sepatu karet hitam tanpa sol
8. Papan nilai/n scoring board
9. Administrasi pertandingan
10. bendera merah & biru untuk juri
11. Peluit untuk wasit

Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah


pelindung selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang lain tidak
diperkenankan.

F. Falsafah Karate
a. Rakka (Bunga yang berguguran)
Ini adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate.
Penjabarannya setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga
dan mantap, walau dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk
membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pohon,
maka semua bunga dari pohon tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika
ada orang menyerang dengan memukul muka, maka seorang karateka dapat
menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat
dan mantap, sang karateka dapat mematahkan tangan lawan yang memukul itu.
Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk
membela diri.
b. Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air)
Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran)
perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka
mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan.
Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat
melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar
batu kecil ke danau tersebut, bayangan bulan di danau itu akan kabur.

9
G. Aliran Karate
Seperti telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan
sebagian dari aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk
dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:
a. Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai
gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan
Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate
dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan
standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari
oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan
dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta
pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal,
sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan
dengan lawan.

b. Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan
teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di
Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya
popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran
Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak
teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak
orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang
pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa
menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan
SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan
pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu
menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan
pertarungan jarak rapat.

c. Shito-ryu

10
Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain kata terbukti dari
banyaknya kata yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 kata,
lebih banyak dari aliran lain. Namun yang tercatat di soke/di Jepang ada 111
kata beserta bunkainya. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado
memiliki 17, Goju memiliki 12 kata. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan
secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.

d. Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni
beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki
teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain
mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan
lemparan/bantingan Jujutsu. Di dalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan
prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak
menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan
kadang-kadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki
untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF,
para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang
ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.

Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar
JKF" antara lain adalah:
a. Kyokushin
Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation.
Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik di dalam maupun di luar Jepang, serta
turut berjasa memopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun
1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin
mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate,
dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite,
yakni tanpa pelindung, dan menyerang secara frontal, untuk mendalami arti yang
sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan
(budo), aliran ini juga sering dikenal sebagai salah satu aliran karate paling
keras. Tidak seperti kebanyakan aliran karate yang sudah berfokus pada

11
olahraga, dimana dalam pertandingannya menerapkan sistem tidak kontak
langsung dan hasil yang ditentukan oleh poin, Kyokushin masih berpegang
teguh pada sistem tradisional, terlihat dari sistem pertandingan kumite pada
kejuaraan Kyokushin yang menerapkan pertarungan full contact dan boleh
membuat Knock Out(KO) lawan. Aliran ini menerapkan hyakunin kumite
(kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100
kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite
300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite
berturut-turut.

b. Shorin-ryuSunting
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan
oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu,
seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi,
pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak
persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa
Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku,
Kama dan Rokushaku Bo.

c. Uechi-ryuSunting
Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh
dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri
langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-
ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan
(Bangau Putih)

H. Perkembangan Karate Di Indonesia


Pada tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa Indonesia
yang telah menyelesaikan kuliahnya di Jepang yang bernama Drs. Baud A.D.
Adikusumo (Alm.). Beliau adalah seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari
M. Nakayama, JKA Shotokan. Di Indonesia beliau mulai mengajarkan karate. Melihat
banyaknya peminat yang ingin belajar karate, lalu ia mendirikan PORKI (Persatuan
Olahraga Karate-Do Indonesia) yang merupakan cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga

12
Karate-Do Indonesia). Sehingga beliau tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate di
Indonesia. Dan beliau juga adalah pendiri Indonesia Karate-DO (INKADO).
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa
mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth Mukhsin
dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate
Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi
(pendiri Lembaga Karate-Do Indonesia/LEMKARI), yang pada dekade 2005 karena
masalah internal perguruan banyak anggota LEMKARI yang keluar lalu kemudian
mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional) yang merupakan peleburan dari
perguruan MKC (Medan Karate Club). Kabarnya, perguruan ini sekarang menjadi besar
dan maju, tidak kalah dengan LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan,
Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wado dibawah
asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh Bp. C.A.
Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI) yang didirikan oleh
Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal Bp. Setyo Haryono dan beberapa tokoh
lainnya membawa aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwanto dengan beberapa tokoh
lainnya membawa aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga tumbuh di Indonesia
dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu (dengan tokohnya Bp. Dr. Markus Basuki) dan
SHINDOKA (dengan tokohnya Bp. Bert Lengkong).
Selain aliran-aliran yang bersumber dari Jepang diatas, ada juga beberapa aliran
Karate di Indonesia yang dikembangkan oleh putra-putra bangsa Indonesia sendiri,
sehingga menjadi independen dan tidak terikat dengan aturan dari Hombu Dojo (Dojo
Pusat) di negeri Jepang.
Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia, baik yang berasal dari
Jepang maupun yang dikembangkan di Indonesia sendiri (independen), setuju untuk
bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang
menjadi perwakilan WKF (World Karate Federation) untuk Indonesia. Dimana
perguruan karate yang bernaung dibawah FORKI adalah :
1. AMURA
2. BKC (Bandung Karate Club)
3. BLACK PANTHER KARATE INDONESIA
4. FUNAKOSHI

13
5. GABDIKA SHITORYU INDONESIA (Gabungan Beladiri Karate-Do
Shitoryu)
6. GOJUKAI (Gojuryu Karate-Do Indonesia)
7. GOJU RYU ASS (Gojuryu Association)
8. GOKASI (Gojuryu Karate-Do Shinbukan Seluruh Indonesia)
9. INKADO (Indonesia Karate-Do)
10. INKAI (Institut Karate-Do Indonesia)
11. INKANAS (Intitut Karate-Do Nasional)
12. KALA HITAM
13. KANDAGA PRANA
14. KEI SHIN KAN
15. KKNSI (Kesatuan Karate-Do Naga Sakti Indonesia)
16. KKI (Kushin Ryu M. Karate-Do Indonesia)
17. KYOKUSHINKAI (Kyokushinkai Karate-Do Indonesia)
18. LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia)
19. PERKAINDO
20. PORBIKAWA
21. PORDIBYA
22. SHINDOKA
23. SHI ROI TE
24. TAKO INDONESIA
25. WADOKAI (Wadoryu Karate-Do Indonesia)

Adapun mereka yang pernah menduduki jabatan sebagai Ketua Umum dan
Sekretaris Jenderal PB. FORKI sejak tahun 1972 sampai dengan saat ini adalah:
a. 1972-1977: Ketua Umum: Widjojo Sujono, Sekretaris Jenderal: Otoman Nuh 
b. 1977-1980: Ketua Umum: Sumadi, Sekretaris Jenderal: Rustam Ibrahim 
c. 1980-1984: Ketua Umum: Subhan Djajaatmadja, Sekretaris Jenderal: G.A.
Pesik 
d. 1984-1988: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: Adam Saleh 
e. 1988-1992: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: G.A. Pesik 
f. 1992-1996: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: G.A. Pesik 
g. 1997-2001: Ketua Umum: Wiranto, Sekretaris Umum: Hendardji-S 

14
h. 2001-2005: Ketua Umum: Luhut B. Panjaitan, Sekretaris Umum: Hendardji-S.

I. Tokoh, Fakta Dan Kesimpulan Penting


a. Yang pertama membawa karate ke Indonesia adalah Baud Adikusumo, ia
mendirikan INKADO (otomatis sebagai perguruan tertua di Indonesia)
b. Sabeth Mukhsin mendirikan INKAI & FKTI
c. Anton Lesiangi mendirikan LEMKARI. 
d. CA Taman mendirikan WADOKAI
e. Matsuzaki Horyu mendirikan KKI
f. Setyo Haryono membawa GOJU-RYU
g. Nardi T Nirwanto membawa KYOKUSHIN
h. Markus Basuki mendirikan GABDIKA SHITO-RYU
i. Bert Lengkong mendirikan SHINDOKA
j. Perguruan terakhir adalah INKANAS, perguruan yang berasal dari pemisahan
dari LEMKARI dan melebur ke dalam MKC (Medan Karate Club) dan
membentuk perguruan baru bernama INKANAS (Institut Karate-Do Nasional)

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Karate atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada umumnya,
karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki dan tangan secara
menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan kepada kefahaman umum
adalah serangan-serangan lurus dan mendatar
Serangan biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya untuk
tumbukan dan belaan. Terdapat pelbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan yang
mana amat sukar untuk ditahan atau ditangkis, ditangkap dan kunci. Tumbukan bergaris
dan membulat adalah digunakan secara serentak dan tidak mempunyai penamat yang
mutlak. Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada masa kini merupakan satu olahan
kepada peringkasan seni beladiri yang terdahulu seperti kempo dan sebagainya

B. Saran
Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari gangguan
binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan penduduk dunia semakin
meningkat, maka gangguan yang datang dari manusia mulai timbul sehingga keinginan
orang untuk menekuni ilmu bela diri semakin meningkat. Jadi kita harus mempelajari
ilmu membela diri untuk menjaga dari gangguan orang lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

Khamdan, Muhammad. 2011. Makalah Olahraga Karate, [Online]. Tersedia:

http://makalah7u.blogspot.com. [15 Februari 2015]

Anonim. 2012. Penjas Kelas XII, [Online]. Tersedia:


http://ehmankeeemaaank.blogspot.com. [15 

Februari 2015]

Admin. 2014. Karate, [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org. [15 Februari 2015]

Mulya, Key. 2014. Makalah Penjaskes Karate, [Online]. Tersedia:

http://keynadiana.blogspot.com. [15 Februari 2015]

Ichal. 2013. Makalah Karate, [Online]. Tersedia:


http://penjaskesunhalu.blogspot.com. [15 Februari 2015]

17

Anda mungkin juga menyukai