Anda di halaman 1dari 18

TEORI PRAKTIK KARATE

TUGAS INDIVIDU

OLEH :

ILHAM MAWARDI. T 1731042118

KESREK G 2017
TEORI PRAKTIK KARATE

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PENDIDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
2019

1
KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. makalah ini dibuat sebagai Media
untuk menambah wawasan pengetahuan demi tercapainya tujuan pembelajaran.
            Penyusunan makalah ini dimaksudkan agar kedepannya kita tidak mengalami
kesulitan dalam melakukan perkuliahan mata kuliah karate . Oleh karena itu, saya berharap
dengan adanya makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui bagaimana yang dimaksud dengan
karate.
            Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa makalah yang saya
buat ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, demi penempurnaan makalah ini saya
mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak.
            Akhir kata saya ucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah
membimbing dan mengarahkan saya, serta rekan-rekan dan semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
            Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Makassar, 20 mei  2019


                                                                                                      
Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.......................................................................................4
2. Rumusan Masalah..................................................................................5
3. Tujuan....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Karate Di Dunia.............................................................6
B. Perkembangan Karate Di Indonesia.......................................................7
C. Teknik Karate.........................................................................................8
D. Kondisi Fisik Karate..............................................................................9
E. Resume.................................................................................................13
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan..........................................................................................14
2. Saran.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang

Di tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa Indonesia yang telah
menyelesaikan kuliahnya bernama Drs. Baud A.D. Adikusumo. Beliau adalah seorang
karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan. Ia mulai
mengajarkan karate. Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar karate, dia mendirikan
PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia) yang merupakan cikal bakal FORKI
(Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). Sehingga beliau tercatat sebagai pelopor seni
beladiri Karate di Indonesia.

Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa mengembangkan
berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan,
pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate Tradisional Indonesia
(FKTI), dan juga dari aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri Lembaga Karate-Do
Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005 karena urusan internal banyak anggota
Lemkari yang keluar dan dipecat yang kemudian mendirikan INKANAS (Institut Karate-do
Nasional) yang merupakan peleburan dari perguruan MKC (Medan Karate club). Kabarnya,
perguruan ini sekarang menjadi besar dan maju, tidak kalah dengan LEMKARI.

Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan, Indonesia juga
memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wado dibawah asuhan Wado-ryu Karate-
Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh Bp. C.A. Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki
Karate-Do Indonesia (KKI) yang didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal Bp.
Setyo Haryono dan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T.
Nirwanto dengan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga
tumbuh di Indonesia dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu dan SHINDOKA.

Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia setuju untuk bergabung dengan FORKI
(Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi perwakilan WKF (World
Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia
dapat berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.

4
2.    Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah sejarah karate berkembang?

2.     Bagaimanakah perkembangan karate di Indonesia?

3.      Apa sajakah teknik karate?

4.      Kondisi fisik apa yang digunakan pada karate?

3.    Tujuan

1.      Mengetahui sejarah karate.

2.      Mengetahui perkembangan karate di Indonesia.

3.      Mengetahui teknik karate.

4.      Mengetahui kondisi fisik yang digunakan pada karate.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Karate di Dunia

Karate (空 手 道) adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa
masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut “Tote” yang berarti
seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu
sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote:
Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah
diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah
‘Kara’   空  dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’   手 , berarti ‘tangan'. Yang dua kanji
bersama artinya “tangan kosong” 空手 (pinyin:kongshou).

Pada tahun 1923, Gichin Funakoshi untuk pertama kalinya memperagakan Te atau Okinawa-
Te ini di Jepang. Berturut-turut kemudian pada tahun 1929 tokoh-tokoh seperti Kenwa
Mabuni, Choyun Miyagi berdatangan dari Okinawa dan menyebarkan karate di Jepang.
Kenwa Mabuni menamakan alirannya Shitoryu, Choyun Miyagi menamakan alirannya
Gojuryu, dan Gichin Funakoshi menamakan alirannya Shotokan. Masutatsu Oyama
kemudian secara resmi juga mendirikan aliran Karate baru yang dinamakan Kyokushin pada
tahun 1956.

Okinawa Te ini yang telah dipengaruhi oleh teknik-teknik seni bela diri dari Cina, sekali lagi
berbaur dengan seni bela diri yang sudah ada di Jepang, sehingga mengalami perubahan-
perubahan dan berkembang menjadi Karate seperti sekarang ini. Berkat upaya keras dari para
tokoh ahli seni bela diri ini selama periode setelah Perang Dunia II, Karate kini telah
berkembang pesat ke seluruh dun ia dan menjadi olah raga seni bela diri paling populer di
seluruh dunia.

Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei/Japan Karatedo Federation (JKF) dan World


Karatedo Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:

1.     Shotokan

2.     Goju-Ryu

3.     Shito-Ryu

4.     Wado-Ryu

Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam
pembentukan JKF dan WKF.

6
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat gaya di atas itu saja.
Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai
negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk
dalam "4 besar WKF".

Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah JKF.
Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan
nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International
Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF
dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung",
berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung".

B.     Perkembangan Karate di Indonesia

Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-
mahasiswa Indonesia yang kembakli ke tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di
Jepang. Tahun 1963 beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo,
Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di Jakarta.
Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan
selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate
Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta.

Beberapa tahun kemudian berdatangan ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo
Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut
mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas
orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut
memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Mereka-mereka ini antara lain:
Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama
(Kyokushinkai-1967).

Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari
berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut
oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran
menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga
menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya
kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya
mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres ke IV PORKI,
terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do
Indonesia (FORKI).

Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal
dengan nama Pengurus Besar/PB. telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan periodisasi
kepengurusannyapun mengalama 3 kali perobahan masa periodisasi yaitu ; periode 5 tahun

7
(ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun 1972 – 1977)
periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode tahun
1997 – 1980) dan periodisasi 4 tahun ( Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).

C.    Teknik Karate

Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan
Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti
tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).

1.      Kihon

Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon
dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.

Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan
bantingan (sabuk coklat). Pada tahap DAN atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah
menguasai seluruh kihon dengan baik.

2.      Kata

Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan
latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung.
Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.

Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari
gerakan-gerakan dasar Kata.

Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai
contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu.
Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.

3.      Kumite

Kumite secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid
tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite
pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite)
praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk
kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.

Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai
tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak
mencederai kawan bertanding. Untuk aliran full body contact seperti Kyokushin, praktisi
Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin

8
diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan
bertanding.

Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan
Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai,
dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan
Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan,
termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian dan menyerang titik vital.

Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan
kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem
pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali
kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu
babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam
pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan
masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan
agresif sebagai pemenang

D. Kondisi Fisik Pada Karate

Dalam melakukan latihan - latihan kondisi fisik yang optimal, banyak tekanan yang harus
diberikan pada perkembangan tubuh secara keseluruhan secara yang secara teratur harus
ditambah dalam intensitasnya.

Selanjutnya akan diuraikan bentuk - bentuk latihan untuk meningkatkan kondisi fisik :

·      Kekuatan (strenght)

Dalam cabang olahraga karate ada beberapa anggota tubuh yang memerlukan kekuatan
seperti lengan untuk kekuatan pukulan, tungkai untuk kekuatan tendangan dan perut untuk
menahan serangan lawan yang ditujukan ketubuh atlet.

 Contoh bentuk latihan :

Ø  Push Up

Contoh Gambar Push Up

9
Ø  Pull Up

Contoh Gambar Pull

Ø  Sit Up

Contoh Gambar Sit Up

Ø  Squat Jump

Contoh Gambar Squat Jump

Ø  Weight Training (Latihan Berbeban)

10
Contoh Gambar Weight Training.

·      Kecepatan (speed)

Dalam cabang olah raga karate dibutuhkan kecepatan untuk menyerang lawan.

Contoh bentuk latihan :

Ø  Interval Training

Ø  Lari Akselerasi

Ø  Uphill dan Downhill

Contoh Gambar Up Hill

·      Kelincahan (agility)

Kelincahan dibutuhkan untuk mencari kesempatan menyerang lawan

Contoh bentuk latihan :

Ø  Lari Zig – zag

Ø  Squat Thrust

·      Daya Tahan (endurance)

Daya tahan membantu atlet untuk menjaga performa dalam bertanding

Contoh bentuk latihan :

Ø  Fartlek (Speed Play)

11
Ø  Interval Training

Ø  Lari Lintas Alam (Cross - Country)

·      Kelentukan (flexibility)

Kelentukan dapat membantu atlet untuk tidak gampang cedera

Contoh bentuk latihan :

Ø  Peregangan Dinamis

Ø  Peregangan Statis

Ø  Peregangan Pasif

·      Koordinasi (coordination)

Koordinasi membantu untuk terbiasa dengan gerakan - gerakan yang berbeda agar serangan
lebih bervariasi.

Contoh bentuk latihan :

Ø  Shadow Fight (Bertarung dengan Bayangan)

Dalam karate bentuk latihan ini sering dilakukan untuk membiasakan diri menyerang dan
bertahan secara terus menerus dengan membayangkan adanya lawan.

·      Ketepatan (accuracy)

Komponen ini membantu karateka untuk dapat melakukan serangan tepat pada sasaran yang
dituju.

Contoh bentuk latihan :

Ø  Latihan dengan Sasaran

       ·      Reaksi (reaction)

Kecepatan reaksi dibutuhkan saat atlet bertahan dan melakukan serangan balik.

Contoh bentuk latihan :

Ø  Aksi – Reaksi

Aksi reaksi adalah latihan Kumite menyerang dan bertahan.   

12
E. Falsafah Karate

1.    Rakka
(Bunga yang berguguran)
Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud setiap teknik pertahanan
itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah
cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka
semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang
dengan menumbuk muka, si pengamal karate boleh menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya
tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu. Dengan
itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk membela diri.

2.    Mizu No Kokoro


(Minda itu seperti air)
Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar
selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau
menangkis serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat
melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke
danautersebut, bayangan bulan di danau itu akan kabur.

D.    Aliran Karate


Seperti telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan sebagian dari aliran-aliran
tersebut sudah masuk ke Indonesia.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam "4 besar JKF"
adalah sebagai berikut:
a.    Shotokan
     Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan -
sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan
pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi
dan standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi.
Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan
menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan
cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan
dengan lawan.
b.    Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan
salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan
meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini
dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi
aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai
pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus
bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau
pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima
pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta
senang melakukan pertarungan jarak rapat.
c.    Shito-ryu
Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang
diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang
tercatat di soke/di Jepang ada 111 kata beserta bunkainya. Sebagai perbandingan, Shotokan
memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal,
maupun dengan jarak rapat seperti Goju.
d.    Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu
Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan.
Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian
dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu
yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat
mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan
sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para

13
praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa
menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.

Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam "4 besar JKF" antara lain
adalah:
a.    Kyokushin
Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat
terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh
dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama
Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana
praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung, untuk
mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan
(budo), aliran ini juga sering dikenal sebagai salah satu aliran karate paling keras. Aliran ini
menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji
melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300
orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-turut.
b.    Shorin-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang
didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah
guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu
banyak persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu juga
mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
c.    Uechi-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh dari beladiri China, karena
pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena
itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran
Baihequan (Bangau Putih).

ETIKA DALAM SENI BELADIRI KARATE

“Jalan Seni Beladiri diawali dan diakhiri dengan kesopanan”

A. Kewajiban dan ketentuan yang berlaku di lingkungan Karate

1. Pakaian karate (Karate-gi) harus berwarna putih dan tidak dibenarkan mamakai pakaian karate
yang bercorak warna lain. Murid harus selalu menjaga dirinya dan segala perlengkapan latihan,
antara lain ; Karate-gi, pelindung kaki, dan sarung tangan dalam keadan bersih dan tidak bau.

2. Hanya karate-gi bersih yang dikenakan dan jangan berkesan jorok. Karategi yang robek harus
segera dijahit kembali. Membiarkan perlengkapan latihan dan karate-gi kusut secara terus menerus,
memberi kesan tidak bersemangat.

3. Panjang lengan karate-gi tidak boleh menutupi pergelangan tangan dan harus menutupi siku,
tidak dibenarkan dilipat.

4. Panjang celana karate-gi tidak boleh menutupi pergelangan kaki dan harus menutupi lutut, tidak
dibenarkan dilipat.

5. Badge perguruan harus dan wajib dipasang di dada sebelah kiri sebagai identitas organisasi dan
memasang badge FORKI di dada sebelah kanan.

6. Pada acara-acara khusus seperti PON, PORDA atau kejuaraan antar perguruan tinggi dibenarkan
mamakai lambang daerah/departemen/instansi sebagai pangganti lambang perguruan di dada
sebelah kiri.

14
7. Pemakaian sabuk karate harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dewan guru
perguruan tentang tingkat kyu dan warna sabuk.

8. Panjang ujung sabuk karate setelah diikatkan di pinggang tidak boleh melebihi atau melampaui
lutut.

9. Setiap anggota karate baik pelatih maupun atlit harus berpakaian karate selama mengikuti latihan
karate, tanpa pakaian karate tidak dibenarkan melatih maupun mengikuti latihan karate.

10. Jangan membetulkan karate-gi atau letak sabuk karate/obi selama latihan sebelum diijinkan
pelatih. Apabila mau membetulkan karate-gi/obi, lakukan dengan cepat dan tidak berisik sambil
menghadap ke belakang.

11.Para murid dilarang meninggalkan dojo tanpa ijin dari pelatih. Bila ada hal yang mendesak dan
harus berangkat dengan segera, lakukan dengan sikap sopan dan jelaskan keperluannya dengan
cepat.

12. Untuk menghindari kemungkinan cedera, para murid dilarang mengenakan perhiasan, jam
tangan atau perhiasan lain yang tajam selama latihan, kacamata berukuran diperkenankan, tetapi
selama Kumite, sebaiknya dilepaskan atau menggunakan kontak lensa.

13.Secara tradisi, dojo adalah tempat yang dihormati, dianggap suci, oleh karena itu para murid
seharusnya tidak mengenakan topi atau sejenisnya atau menggunakan bahasa kotor di lingkungan
sekolah karate dan dojo. Juga jangan mengenakan sepatu/sandal memasuki areal dojo. Tidak ada
makanan, minuman dan rokok yang diijinkan di sekitar lingkungan perguruan karate.

14.Para murid harus selalu ikut membantu menjaga dan membersihkan dojo sebagai tempat yang
khusus dan disayangi sebelum dan setelah selesai latihan.

15. Cara memberikan latihan karate diperagakan langsung (praktek) dan bukan diberikan dengan
cara tertulis.

16. Materi latihan pada olah raga beladiri karate hanya satu macam yang dibagi dalam (3) tiga
bagian, yaitu:

a. Gerakan Dasar (Kihon)

b. Pertarungan/perkelahian (Kumite)

c. Jurus (Kata).

Yang ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

B. Tata Cara Upacara dan Tradisi dalam Karate

1. Tata Cara Pemberian Penghormatan di Lingkungan Karate Pemberian penghormatan dapat


dilakukan kapan saja dan dimana saja, baik sedang berpakaian karate maupun tidak. Penghormatan
ditujukan kepada :

15
a. Semua karateka senior, atau yang lebih tinggi tingkatan sabuknya, baik tingkat kyu atau tingkat
Dan-nya.

b. Semua karateka yang pernah atau lebih dulu mengikuti latihan karate, tapi karena suatu hal tidak
dapat melanjutkan latihan, atau tetap latihan tetapi tidak mengikuti ujian kenaikan tingkat, dengan
tidak mamandang tingkat kyu atau Dan yang disandang termasuk senior.

c. Kepada orang yang bukan karateka, tetapi aktif mengabdikan dirinya pada organisasi karate, atau
setiap orang yang lebih tua umur maupun pengalamannya, yang membantu perkembangan karate.
Adapun sebutan untuk menegur sesama karateka yaitu :

o KOHAI = Sebutan kepada adik seperguruan.

o SENPAI = Sebutan untuk semua karateka yang memiliki tingkat sabuk baik kyu atau Dan yang lebih
tinggi, dan senior yang tidak/ masih berlatih.

o SENSEI = Sebutan untuk semua karateka Dan IV sampai Dan VIII atau Anggota Dewan Guru Karate.
o SIHAN = Sebutan bagi Guru Besar Karate (Dan IX dan Dan X)

16
BAB III

PENUTUP

1.    Kesimpulan

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa karate atau karate-do merupakan salah satu
seni bela diri timur. Pada umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan
belaan kaki dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan
kepada kefahaman umum adalah serangan-serangan lurus dan mendatar.

Serangan biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya untuk tumbukan dan
belaan. Terdapat pelbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan yang mana amat sukar
untuk ditahan atau ditangkis, ditangkap dan kunci. Tumbukan bergaris dan membulat adalah
digunakan secara serentak dan tidak mempunyai penamat yang mutlak. Kebanyakan karate
yang diperkenalkan pada masa kini merupakan satu olahan kepada peringkasan seni beladiri
yang terdahulu seperti kempo dan sebagainya

B.     Saran

Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari gangguan binatang buas
dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan penduduk dunia semakin meningkat, maka
gangguan yang datang dari manusia mulai timbul sehingga keinginan orang untuk menekuni
ilmu bela diri semakin meningkat. Jadi kita harus mempelajari ilmu membela diri untuk
menjaga dari gangguan orang lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

Khamdan, Muhammad. 2011. Makalah Olahraga Karate, [Online]. Tersedia:


http://makalah7u.blogspot.com. [15 Februari 2015]

Anonim. 2012. Penjas Kelas XII, [Online]. Tersedia: http://ehmankeeemaaank.blogspot.com.


[15 Februari 2015]

Admin. 2014. Karate, [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org. [15 Februari 2015]

Mulya, Key. 2014. Makalah Penjaskes Karate, [Online]. Tersedia:


http://keynadiana.blogspot.com. [15 Februari 2015]

Ichal. 2013. Makalah Karate, [Online]. Tersedia: http://penjaskesunhalu.blogspot.com. [15


Februari 2015]

18

Anda mungkin juga menyukai