Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH PENJAS

Semester Ganjil

KARATE

Disusun oleh:
Nama : Yuliyanah
Kelas : XII AP 1

SMK MUTIARA
BANGSA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyesaikan penulisan Makalah Penjas
Karate yang penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran Penjas. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurah
pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat
dan seluruh umatnya.
Penulis mengakui dalam makalah ini mungkin masih banyak terjadi
kekurangan sehingga hasilnya jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat
berharap kepada semua pihak kiranya memberikan kritik dan saran yang
sifatnya membangun.
Besar harapan penulis dengan terselesaikannya makalah ini dapat
menjadi bahan tambahan bagi penilaian guru bidang studi Penjasorkes
dan mudah-mudahan isi dari makalah penulis ini dapat di ambil
manfaatnya oleh semua pihak yang membaca makalah ini. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya Penjas.

Tangerang, 15 Februari 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................... 1
C. Manfaat ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Sejarah karate ............................................................................... 3


Peralatan Dalam Pertandingan Karate .......................................... 3
Teknik Karate ................................................................................ 4
Lapangan Karate ........................................................................... 5
Karate di Indonesia ....................................................................... 6
Tujuan Berlatih Karate ................................................................... 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................. 8
B. Saran ............................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa
Indonesia yang telah menyelesaikan kuliahnya bernama Drs. Baud
A.D. Adikusumo. Beliau adalah seorang karateka yang mendapatkan
sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan. Ia mulai mengajarkan
karate. Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar karate, dia
mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia) yang
merupakan cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia).
Sehingga beliau tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate di
Indonesia.
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang
ikut berjasa mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia,
antara lain Bp. Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut
Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate Tradisional Indonesia
(FKTI), dan juga dari aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri
Lembaga Karate-Do Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005
karena urusan internal banyak anggota Lemkari yang keluar dan
dipecat yang kemudian mendirikan INKANAS (Institut Karate-do
Nasional) yang merupakan peleburan dari perguruan MKC (Medan
Karate club). Kabarnya, perguruan ini sekarang menjadi besar dan
maju, tidak kalah dengan LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain
Shotokan, Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain
yaitu Wado dibawah asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI)
yang didirikan oleh Bp. C.A. Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki KarateDo Indonesia (KKI) yang didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga
dikenal Bp. Setyo Haryono dan beberapa tokoh lainnya membawa
aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwanto dengan beberapa tokoh lainnya
membawa aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga tumbuh di Indonesia
dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu dan SHINDOKA.
Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia setuju untuk
bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia),
yang sekarang menjadi perwakilan WKF (World Karate Federation)
untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia

dapat berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori oleh


WKF.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah karate berkembang?
2. Apa sajakah peralatan dalam pertandingan karate?
3. Apa sajakah teknik karate?
4. Berapakah luas lapangan karate?
5. Bagaimanakah perkembangan karate di Indonesia?
6. Apakah tujuan berlatih karate?
C. Tujuan
1. Mengetahui
2. Mengetahui
3. Mengetahui
4. Mengetahui
5. Mengetahui
6. Mengetahui

sejarah karate.
peralatan dalam pertandingan karate.
teknik karate.
luas lapangan karate.
perkembangan karate di Indonesia.
tujuan berlatih karate.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Karate
Karate ( ) adalah seni bela diri yang berasal
dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang
lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali disebut Tote yang
berarti seperti Tangan China. Waktu karate masuk ke Jepang,
nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga
Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China)
dalam kanji Jepang menjadi karate (Tangan Kosong) agar lebih mudah
diterima oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji.
Yang pertama adalah Kara dan berarti kosong. Dan yang kedua,
te , berarti tangan'. Yang dua kanji bersama artinya tangan
kosong (pinyin:kongshou).
Menurut Zen-Nippon
Karatedo
Renmei/Japan
Karatedo
Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF), yang dianggap
sebagai gaya karate yang utama yaitu:
1.
2.
3.
4.

Shotokan
Goju-Ryu
Shito-Ryu
Wado-Ryu

Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama


karena turut serta dalam pembentukan JKF dan WKF.
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya empat
gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorinryu dan Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan
dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak
termasuk dalam "4 besar WKF".
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate
seluruh Jepang adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate
seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama WUKO - World
Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International
Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional.
Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan
Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda dengan aliran
Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung".
3

B. Peralatan dalam Pertandingan Karate


Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Pakaian karate (karategi) untuk kontestan


Pelindung tangan
Pelindung tulang kering
Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka
dan biru/ao
5. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan
adalah:
Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi
keharusan)
Pelindung tubuh untuk kontestan putri
Pelindung selangkangan untuk kontestan putera
6. Peluit untuk arbitrator/alat tulis
7. Seragam wasit/juri
Baju putih
Celana abu-abu
Dasi merah
Sepatu karet hitam tanpa sol
8. Papan nilai/n scoring board
9. Administrasi pertandingan
10. bendera merah & biru untuk juri
11. Peluit untuk wasit
Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah
pelindugn selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung
yang lain tidak diperkenankan.
C. Teknik Karate
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik
dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga
diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung
(nunchaku).
1. Kihon
Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi
Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari
Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan
tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada
tahap DAN atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai
seluruh kihon dengan baik.
4

2. Kata
Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam
karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa.
Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap
Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah
aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang
berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran
Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu.
Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.
3. Kumite
Kumite secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite
dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih).
Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid
tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas
(jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon
kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga,
lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan
oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam).
Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak
mencederai kawan bertanding. Untuk aliran full body contact
seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk
melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin
diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat
tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya
terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi
menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, dimana
yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam
pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri,
dimana semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu
seperti bantingan, kuncian dan menyerang titik vital.
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian
kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa
pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem
pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau
5

babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan


oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3
menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali
dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan
jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri,
maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan
agresif sebagai pemenang.
D. Luas Lapangan Karate
Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas
panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman
berukuran 2 meter pada tiap sisi. Arena pertandingan harus rata dan
terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang
mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras
dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga
warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah
batas jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh
menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas
yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan,
sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang
arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam
dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding
efektif.
Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada masa kini
merupakan satu olahan kepada peringkasan seni beladiri yang
terdahulu seperti kempo dan sebagainya. Ramai pengamal karate
tidak mengetahui bahawa di dalam karate, seni dan pergerakan yang
ditawarkan adalah jauh lebih hebat dan unik daripada apa yang
dipamerkan dewasa ini. Padahal karate adalah sebuah seni bela diri
yang harus terus dijaga keasrianya
E. Karate di Indonesia
Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang
melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembakli ke
tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang. Tahun 1963
beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo,
Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan
Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate
(aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk

wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate Indonesia


(PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta.
Beberapa tahun kemudian berdatangan ex Mahasiswa Indonesia
dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi,
Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut mengembangkan karate
di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas
orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha
telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di
Indonesia. Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966),
Ishi
(Gojuryu-1969),
Hayashi
(Shitoryu-1971)
dan
Oyama
(Kyokushinkai-1967).
Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang
implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi
(Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh
masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate
dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan
diantara para tokoh tersebut, sehingga menimbulkan perpecahan di
dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya kesepakatan dari
para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya
mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil
Kongres ke IV PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang
diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).
Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di
tingkat Pusat yang dikenal dengan nama Pengurus Besar/PB. telah
dipimpin
oleh
6
orang
Ketua
Umum
dan
periodisasi
kepengurusannyapun mengalama 3 kali perobahan masa periodisasi
yaitu ; periode 5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk
kepengurusan periode tahun 1972 1977) periodisasi 3 tahun
(ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode
tahun 1997 1980) dan periodisasi 4 tahun ( Berlaku sejak kongres
tahun 1980 sampai sekarang).
F. Tujuan Berlatih Karate
1. Karate Sebagai Beladiri
Karate sudah sangat jelas memang terlahir atau terbentuk
sebagai seni beladiri. Keunikan karate dari beladiri lainnya adalah
semua teknik beladiri ada dalam karate. Mungkin hanya
pandangan awam saja yang menganggap karate hanya beladiri
yang menggunakan atau hanya mengandalkan tangan saja.
Semua itu pernyataan yang sangat salah.

Pada
kenyataannya
karate
adalah
beladiri
yang
memanpaatkan semua anggota tubuh semaksimal mungkin bisa
menjadi senjata yang mematikan. Seperti tangan, kaki, bahkan
kepala sekali pun.
2. Karate Sebagai Olahraga
Untuk hal ini saya tidak perlu menjelaskan secara gamblang.
Setiap gerakan beladiri sudah pasti termasuk gerakan olahraga.
Beda lagi dengan mereka yang memang berlatih hanya untuk
merusak dirinya sendiri.
3. Karate Sebagai Prestasi
Karate sport sudah berkembang di era modern saat ini. Dan
bisa menjadikan ajang mengukir prestasi sebanyak-banyaknya
bagi para karateka-karateka muda bangsa ini. Dan tidak perlu
takut akan cidera meski kadang dalam suatu pertandingan cidera
tidak dapat dipungkiri. Karna peraturan federasi karate dunia
(WKF) sudah membuat peraturan pertandingan sedemikian rupa
yang meminimalisir dari hal-hal yang tidak diinginkan. (seperti :
cidera, patah tulang, dan lain-lain)
4. Karate Sebagai Filosofi Hidup
Butuh waktu lama untuk lebih memahami hal ini. Bahkan
untuk tingkatan DAN pun saya rasa belum semua memahaminya.
Begitu juga saya sendiri.
Jadi buat sobat yang baru mau belajar karate tidak perlu ragu.
Ayo berlatih di dojo dengan semangat yang gigih. Karena hanya
orang-orang yang punya semangat, konsisten, fokus, tanggung
jawablah yang akan menjadi orang sukses dalam hal apapun itu.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa karate atau
karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada umumnya,
karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki
dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah
berdasarkan kepada kefahaman umum adalah serangan-serangan
lurus dan mendatar.
Serangan biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun
hanya untuk tumbukan dan belaan. Terdapat pelbagai variasi
tumbukan dan gerakan tumbukan yang mana amat sukar untuk
ditahan atau ditangkis, ditangkap dan kunci. Tumbukan bergaris dan
membulat adalah digunakan secara serentak dan tidak mempunyai
penamat yang mutlak. Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada
masa kini merupakan satu olahan kepada peringkasan seni beladiri
yang terdahulu seperti kempo dan sebagainya
B. Saran
Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari
gangguan binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak
pertambahan penduduk dunia semakin meningkat, maka gangguan
yang datang dari manusia mulai timbul sehingga keinginan orang
untuk menekuni ilmu bela diri semakin meningkat. Jadi kita harus
mempelajari ilmu membela diri untuk menjaga dari gangguan orang
lain.

DAFTAR PUSTAKA

Khamdan, Muhammad. 2011. Makalah Olahraga Karate, [Online]. Tersedia:


http://makalah7u.blogspot.com. [15 Februari 2015]
Anonim.
2012.
Penjas
Kelas
XII,
[Online].
Tersedia:
http://ehmankeeemaaank.blogspot.com. [15 Februari 2015]
Admin. 2014. Karate, [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org. [15
Februari 2015]
Mulya, Key. 2014. Makalah Penjaskes Karate, [Online].
http://keynadiana.blogspot.com. [15 Februari 2015]

Tersedia:

Ichal.
2013.
Makalah
Karate,
[Online].
http://penjaskesunhalu.blogspot.com. [15 Februari 2015]

Tersedia:

10

Anda mungkin juga menyukai