Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MATA PELAJARAN PJOK

PERMAINAN TENIS MEJA

OLEH

Kurniawan Aditya Saputra 14

SMA NEGERI 1 GERUNG

KABUPATEN LOMBOK BARAT

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “PERMAINAN TENIS MEJA“ ini tepat pada waktunya. Banyak
kesulitan dan hambatan yang saya hadapi dalam penyusunan makalah yang dapat
dikatakan masih jauh dari kata sempurna ini.

Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca terutama Bapak/Ibu Guru agar dapat dijadikan
pelajaran dalam penyusunan makalah kedepannya. Saya berharap makalah ini
dapat berguna bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih banyak terkait olahraga
tenis meja.

Gerung, 2 September 2020

Kurniawan Aditya Saputra


DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………………………..i

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI…………………………………………………..
……………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1

A. Latar Belakang…..………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1
C. Tujuan……………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….3

A. Sejarah Olahraga Tenis Meja……………………………………………...3


B. Teknik-Teknik Dalam Olahraga Tenis Meja……………………………...5
C. Peraturan-Peraturan Dalam Olahraga Tenis Meja………………………...9
BAB III PENUTUP………………………………………………………………15
A. Kesimpulan………………………………………………………………15
B. Saran……………………………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini olahraga menjadi hal yang sangat digemari oleh
semua kelompok umur. Manfaat pentingnya berolahraga semakin dirasakan
oleh manusia dalam kegiatannya sehari-hari. Salah satu contoh olahraga yang
popular di Indonesia adalah tenis meja atau yang juga kita kenal dengan ping-
pong. Tenis meja adalah cabang olahraga yang dilakukan oleh dua orang
pemain (tunggal) atau dua pasang pemain (ganda) secara berhadapan dengan
menggunakan bola kecil, bet dari kayu yang dilapisi karet, dan lapangan
permainan berupa meja. Permainan ini digemari oleh segala usia mulai dari
anak-anak, remaja, bahkan orang tua. Hal ini disebabkan karena olahraga yang
satu ini tidak sulit untuk diikuti. Pada dasarnya olahraga tenis meja merupakan
olahraga yang berskala internasional, banyak negara yang ikut berperan dalam
olimpiade atau pesta olahraga dunia, bahkan pada tahun 1977 kurang lebih 75
negara ikut bertanding di Bermingham (Inggris).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang hendak dibahas dalam makalah ini meliputi :
1. Bagaimanakah sejarah olahraga tenis meja ?
2. Apa saja teknik-teknik dalam olahraga tenis meja ?
3. Apa saja peraturan-peraturan dalam olahraga tenis meja ?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini meliputi :
1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran PJOK di sekolah.
2. Sebagai sumber informasi terkait olahraga tenis meja.
3. Untuk mengetahui sejarah olahraga tenis meja.
4. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam olahraga tenis meja.
5. Untuk mengetahui peraturan-peraturan dalam olahraga tenis meja.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Olahraga Tenis Meja


Belum ada sumber yang pasti terkait asal muasal tenis meja, meskipun
olahraga ini tergolong muda, lebih muda dari tennis lapangan dan tidak jauh
lebih tua dari bola basket. Istilah awal untuk permainan ini dikenal dengan
tenis indoor yang dimainkan pada awal tahun 1880-an oleh para tentara
Inggris di India dan Afrika Selatan menggunakan papan dari kotak cerutu
sebagai paddles (bet) dan gabus bulat dari botol anggur sebagai bola, dengan
deretan buku di bagian tengah meja untuk membentuk jarring atau net.
Selanjutnya, versi lain dari tenis meja dikembangkan di Inggris pada 1890
yang dikenal sebagai "whiff whaff " dan "gossima". Parker Brothers mulai
memanufaktur peralatan (kit) untuk tenis indoor portable yang dapat diset up
pada meja, bola kecil yang ditutup dengan kasa, dan miniatur paddles (bet).
Kemudian pada 1900, James Gibb yang kala itu berangkat dari Inggris untuk
berkunjung ke Amerika Serikat, membawa beberapa bola seluloid berongga
(bola plastik) dan menggunakannya untuk bermain tenis indoor dengan
teman-temannya sebagai pengganti gabus. Gibb menamai permainan tersebut
dengan "ping-pong", mengacu pada suara benturan paddles (bet) dengan bola
di atas meja. Namun, produsen alat-alat olahraga Inggris, John Jacques,
mendaftarkan nama "ping-pong" sebagai nama dagang 1901 dan dijual di
Amerika. Selanjutnya pada 1902, E.C. Goode, orang kebangsaan Inggris
lainnya melapisi paddles kayu dengan karet yang memberikan efek spin pada
bola.
Asosiasi Ping-pong didirikan di Inggris pada tahun 1902, namun hanya
berumur kurang dari tiga tahun dikarenakan Parker Brothers menjual peralatan
tenis meja dengan harga yang mahal. Meskipun demikian, olahraga ini dapat
menyebar di Inggris dan Eropa dengan peralatan yang dipasarkan oleh
produsen lain. Asosiasi tenis meja baru didirikan di Inggris pada 1921 diikuti
oleh pendirian Fédération Internationale de Tennis de Table (Federasi Tenis
Meja Internasional) di Berlin pada 1926 melalui pertemuan Inggris, Swedia,
Hungaria, India, Denmark, Jerman, Cekoslovakia, Austria, dan Wales.
Turnamen kejuaraan dunia pertama diadakan di London pada tahun 1927.
Hingga perang Dunia II, Hungaria mendominasi dunia tenis meja. Dua
pemaian terbaik dari Hungaria pada awal periode ini adalah Maria
Mednyanszky, yang memenangkan tujuh kali women world championship dan
Viktor Barna, yang memenangkan lima kali world champion. Dua organisasi
yang menjadi saingan pada periode awal ini adalah the US Amateur Table
Tennis Association dan the National Table Tennis, kedua organisasi ini
kemudian digabung pada 1935 menjadi the US Table Tennis Association yang
selanjutnya pada tahun 1994 dikenal dengan nama USA Table Tennis. Setelah
Perang Dunia II, Eropa Tengah mendominasi kejuaraan tenis meja untuk
waktu yang lama, tetapi Asia mengambil alih kejuaraan olahraga ini pada
1953. Salah satu faktor penyebab banyak bermunculannya bintang tenis meja
di Asia adalah adalah penggunaan spons karet oleh pemain Jepang, Horoi
Satoh pada tahun1952. Tenis meja menjadi olahraga resmi di Olimpiade 1988,
dengan katagori tunggal (single) dan ganda (doubles) untuk pria dan wanita.
Permainan tenis meja di Indonesia baru dikenal pada tahun 1930. Pada
masa itu hanya dilakukan di balai-balai pertemuan orang-orang Belanda
sebagi suatu permainan rekreasi. Hanya golongan pribumi tertentu saja yang
boleh ikut latihan seperti keluarga pamong yang menjadi anggota dari balai
pertemuan tersebut. Sebelum perang dunia ke II pecah pada tahun 1939,
tokoh-tokoh tenis meja mendirikan PPPSI (Persatuan Ping-Pong Seluruh
Indonesia). Pada tahun 1958, dalam kongresnya di Surakarta PPPSI
mengalami perubahan nama menjadi PTMSI (Persatuan Tenis Meja Seluruh
Indonesia).
Tahun 1960 PTMSI elah menjadi anggota federasi tenis meja Asia, yaitu
TTFA (Table Tennis Federation of Asia). Perkembangan tenis meja di
Indonesia sejak berdirinya PPPSI hingga sekarang bisa dikatakan cukup
pesati. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perkumpulan-perkumpulan tenis
meja yang berdiri serta banyaknya pertandingan tenis meja yang dilakukan,
misalnya dalam arena PORDA, PON, POMDA, POSENI di tingkat SD,
SLTP, SLTA serta pertandingan-pertandingan yang diselenggarakan oleh
perkumpulan-perkumpulan tenis meja, instansi pemerintah atau swasta atau
karang taruna dan lain-lain. Indonesia selalu di undang dalam kejuaraan-
kejuaraan dunia resmi setelah Indonesia terdaftar sebagai anggota ITTF pada
tahun 1961. Selain kegiatan-kegiatan pertandingan tersebut, hal lain yang
patut dicatat dalam perkembangan pertenis mejaan nasional adalah berdirinya
Silatama (Sirkuit Laga Tenis Meja Utama) yang dimulai pada awal tahun
1983, yang diselenggarakan setiap 3 bulan sekali serta Silataruna yang
kegiatannya dimulai sejak 1986 setiap 6 bulan sekali.

B. Teknik-Teknik Dalam Olahraga Tenis Meja


a) Sepuluh Perintah Tenis Meja
1. Gaya bermain apa saja yang Anda inginkan. Jangan biarkan orang lain
mendikte bagaimana anda harus bermain, tetapi dengarkan nasihat
untuk memperbaikinya. Gaya anda bisa menjadi perpanjangan dari
kepribadian Anda. Semakin banyak memiliki gaya permainan,
semakin kaya akan variasi, bawa sesuatu ke permainan. Jadilah diri
sendiri.
2. Bermain dengan peralatan apapun yang anda inginkan, tetapi
seharusnya tidak membatasi pilihan taktis anda atau pilihan lainnya.
Gunakan peralatan yang anda bisa dan harus bisa dengan cara
memainkan peralatan lainnya. Eksperimentasi adalah kunci.
3. Mengembangkan taktik-taktik dari counter, serve, poin, pertandingan,
peralatan lawan, gaya dari lawan, perilaku lawan, taktik lawan,
apapun. Berpikirlah sebelum, selama, dan setelah bermain. Be smart.
4. Menghormati orang lain.Adalah cara untuk menjadi dihormati. Jangan
menggunakan taktik untuk kecewa, ketakutan atau mengganggu lawan,
di setiap point. bermainlah jika seseorang meminta anda untuk
bermain. Cobalah untuk bersenang-senang dan biarkan orang lain yang
memiliki rasa senang juga. Memberikan nasihat dan membantu pemain
lain dan memberikan respect. Be a Gentle.
5. Belajar untuk menang dan belajar untuk kalah, biasakan diri anda
menerima kesalahan dan keterbatasan dan kekurangan teknik anda,
jangan mengeluh ketika anda kalah. Anda kalah karena anda tidak
menerima kekalahan tersebut. Be modest.
6. Tidak ada keberuntungan, coba tempatkan bola anda persis jatuh di
depan net atau di ujung-ujung meja, maka anda akan terbiasa dengan
pukulan-pukulan itu. Begitu pula dengan lawan anda, jika pukulan
mereka menyentuh net atau di tepi meja, cobalah untuk tetap fokus
mengembalikan bola dari mereka.
7. Meningkatkan gaya dan teknik. Memperbaiki kelemahan anda lebih
mudah daripada meningkatkan kekuatan anda, dan ingat bahwa lawan
yang pintar akan melihat pada tiap-tiap kelemahan. Pertama
memutuskan untuk melatih apa, mengapa, dan bagaimana Anda akan
melakukannya. Kemudian latihlah. Belajar untuk rally.
8. Aturan dan peralatan akan berubah, sehingga gaya tertentu atau
peralatan dapat diistimewakan. Jika anda bisa berubah kapan saja, anda
juga dapat menerima perubahan dan mereka yang bermain di beberapa
kekurangan, seperti gaya yang kurang disukai atau bahkan dirugikan
oleh peraturan yakinlah masih bisa menang. Hanya diperlukan usaha
yang lebih keras. Jangan pernah merajuk.
9. Tidak ada peralatan yang tidak adil. Tidak ada gaya yang buruk
dengan olahraga. Tidak ada pemain yang inferior atau superior dengan
cara apapun, dan tentu saja anda tidak berhak untuk menghakimi
seseorang. Tinggalkan semua olahraga jika anda berpikir berbeda dari
ini.
10. Satu-satunya hukum yg harus dihormati adalah peraturan (the rules of
the game). Hal ini berarti bahwa satu-satunya cara menunjukkan
permainan seharusnya mainkan. Bacalah, patuhi semua peraturan, dan
lalu tegakkan. Cobalah untuk memanfaatkan aturan untuk keuntungan
anda.
b) Teknik-Teknik Dasar Permainan Tenis Meja
1. Teknik Memegang Bet (Grip)
a. Memegang bet seperti berjabat tangan (Shakehand grip).
Teknik ini merupakan teknik yang paling populer di Amerika dan
Eropa. Dengan memakai teknik ini, kamu bisa menggunakan kedua
sisi bet untuk bermain.
b. Memegang Bet seperti memegang pena (Penhold grip). Penhold
grip dikenal pula dengan nama Asia grip, walaupun sebenarnya
kebanyakan atlit tenis meja Asia memakai teknik Shakehand grip.
Pada teknik ini, sisi yang bisa digunakan untuk bermain hanya satu
saja.
c. Seemiller Grip. Seemiller grip adalah cabang dari Shakehand grip,
karena dasar cara memegangnya masih hampir sama dengan
Shakehand grip. Perbedaannya adalah Seemiller grip ini masih
harus memutar bet bagian atas mulai dari 20-90 derajat ke arah
tubuh, sehingga jari telunjuk menempel di sepanjang sisi bet.
Kelebihan teknik ini adalah mudah melakukan blok dan bisa
menguasai permainan di tengah meja dengan melakukan perubahan
sisi bet saat permainan sedang berlangsung. Kelemahannya, teknik
ini sangat tidak cocok dengan tipe pemain bertahan karena sulit
menangkal serangan-serangan lawan.
2. Teknik Siap Sedia (Stance)
a. Square Stance. Square Stance dilakukan dengan posisi badan
menghadap penuh ke meja seperti biasa. Biasanya posisi ini
digunakan untuk menerima servis dari lawan atau siap kembali
setelah mengembalikan pukulan dari lawan. Dengan satu langkah
ke samping kiri, samping kanan, ke depan, ke belakang maupun
diagonal, pemain diharapkan dapat mengembalikan bola dari lawan
dengan baik.
b. Side Stance. Side stance dilakukan dengan posisi badan dalam
keadaan menyamping, baik ke kanan maupun kiri. Pada side
stance, jarak bahu ke meja harus lebih dekat dari yang biasanya.
Misalkan, bagi pemain kidal yang hendak melakukan forehand
berarti ia harus mendekatkan bahu kiri dan kaki kirinya ke dekat
meja atau net. Sedangkan bagi pemain yang tidak kidal adalah
kebalikannya.
3. Teknik Menggerakkan Kaki (Footwork)
Metode gerak kaki yang sering digunakan adalah two-step. Teknik
ini biasanya digunakan oleh pemain dengan tipe menyerang. Cara
melakukan teknik ini adalah sebagai berikut:
a. Lutut agak ditekuk.
b. Berat badan diseimbangkan secara rata di kedua kaki.
c. Berat badan dipusatkan pada ujung kaki.
d. Apabila ingin melangkah ke kiri, kaki kiri digeser ke arah kiri dan
berat badan dibebankan ke arah kaki kiri. Bila perlu melakukan
dua kali langkah, maka tetap menggunakan cara yang sama.
e. Mengikuti posisi kaki kiri, apabila ingin melakukan pukulan
forehand maka kaki kanan ditarik ke belakang sehingga sama
seperti posisi awal melakukan pukulan forehand.
f. Setelah melakukan pukulan, pemain wajib memperhatikan ke mana
arah bola dan ia juga harus kembali ke posisi awal. Sesuaikan
posisi kita dengan memperhatikan bola terlebih dahulu, jangan
langsung bergerak ketika lawan baru memukul bola.
4. Teknik Pukulan (Stroke)
a. Pukulan Forehand. Pukulan forehand dilakukan apabila bola
berada disebelah kanan/kiri (sesuaikan dengan kebiasaan tangan)
tubuh. Cara melakukan pukulan ini adalah dengan merendahkan
posisi tubuh, lalu tangan yang memegang bet digerakkan ke arah
pinggang. Apabila tidak kidal, maka gerakkan tangan ke arah
kanan. Pada teknik ini, siku dibentuk menjadi sudut 90 derajat dan
sekarang tinggal menggerakkan tangan kedepan tanpa merubah
siku.
b. Pukulan Backhand. Posisi pukulan ini dilakukan apabila bola
berada di arah yang berlawanan dengan tangan yang memegang
bet. Untuk melakukannya, rendahkan posisi tubuh lalu gerakkan
tangan yang memegang bet ke arah kiri (apabila tidak kidal).
Arahkan tangan dan bet ke arah depan dan jaga siku agar tetap
berada dalam bentuk sudut 90 derajat.
c. Drive. Drive adalah pukulan dengan ayunan panjang sehingga
menghasilkan pukulan yang datar dan sangat keras. Tipe pukulan
ini keras dan cepat. Ada dua jenis drive, yaitu forehand drive and
backhand drive.
d. Push. Push merupakan pukulan backspin pasif yang dilakukan
untuk membalas backspin dari lawan. Pukulan ini bisa menjaga
agar bola tidak melambung terlalu tinggi dari net ketika kita
membalas pukulan. Terdapat dua jenis push, yaitu forehand push
dan backhand push.
e. Chop. Chop merupakan pukulan backspin yang cocok untuk mode
bertahan. Ada dua jenis chop, yaitu forehand chop dan backhand
chop.
f. Block. Block merupakan teknik paling sederhana untuk
mengembalikan pukulan yang keras atau smash. Block dilakukan
tepat setelah bola memantul dari meja. Hal ini dilakukan untuk
membuat lawan tidak dapat melancarkan serangan dengan cepat,
karena bola yang diblock akan kembali dengan cepat. Ada dua
jenis block, yaitu forehand block dan backhand block.
g. Service. Servis maksudnya adalah pukulan bola pertama saat
memulai permainan. Ada beberapa teknik servis yaitu servis
forehand topspin, servis backhand topspin, servis forehand
backspin, dan servis backhand backspin.
C. Peraturan-Peraturan Dalam Olahraga Tenis Meja
a) Sistem Penilaian
1. Seorang pemain memperoleh niai bila lawannya gagal melakukan
pengembalian bola yang sah. Ini termauk memukul bola keluar dari
ujung atau sisi meja, memukul bola ke net, atau gagal melakukan
servis yang baik.
2. Satu set dimenangkan dengan 21 poin.
3. Satu permainan harus dimenangkan dengan dua poin.
4. Satu pertandingan selesai dengan 2 kali menang dari 3 set atau 3 kali
menang dari 5 set.
5. Servis berpindah setiap 5 poin, kecuali saat deuce (20-20) dimana
pemain melakukan servis bergantian tiap 1 poin.
6. Permainan tidak berhenti pada 7-0 atau skor lainnya kecuali 21 atau
deuce.
b) Sistem Percepatan Waktu (Expedite System)
1. Sistem percepatan waktu harus diberlakukan setelah 10 menit
permainan dalam satu game atau kapan saja diminta oleh kedua
pemain atau pasangan.
2. Sistem percepatan waktu tidak lagi berlaku dalam satu game jika skor
yang sudah diraih berjumlah 18 (delapan belas).
3. Jika bola masih dalam permainan ketika batas waktu telah habis,
permainan harus diberhentikan oleh wasit dan dilanjutkan dengan
mengulang servis oleh pemain yang melakukan servis pada saat
permainan berlangsung. Jika bola tidak dalam permainan (bola mati)
dan sistem percepatan waktu harus diberlakukan, permainan
dilanjutkan dengan pelaku servis adalah yang menerima bola pada reli
sebelumnya. Setelah itu, setiap pemain harus melakukan servis 1 kali
secara bergantian hingga game berakhir, dan jika pemain/pasangan
yang menerima telah melakukan 13 kali pengembalian, penerima
mendapat satu poin.
4. Pemberlakuan sistem percepatan waktu harus tidak merubah urutan
servis dan penerima pada pertandingan tersebut.
5. Sekali diterapkan, sistem percepatan waktu harus terus diberlakukan
hingga pertandingan selesai.
c) Urutan Permainan
1. Pada permainan tunggal, pelaku servis harus melakukan servis terlebih
dahulu kemudian penerima harus melakukan pengembalian dan setelah
itu pelaku servis dan penerima secara bergantian melakukan
pengembalian.
2. Pada permainan ganda, pelaku servis harus melakukan servis terlebih
dahulu selanjutnya penerima melakukan pengembalian, kemudian
pasangan pelaku servis melakukan pengembalian, pasangan penerima
kemudian melakukan pengembalian dan akhirnya setiap pemain
melakukan pengembalian sesuai gilirannya.
3. Ketika pemain cacat yang duduk di kursi roda bermain ganda, pelaku
servis melakukan servis terlebih dahulu kemudian dikembalikan oleh
penerima. Tetapi setelah itu, siapa saja dari mereka boleh melakukan
pengembalian. Namun demikian, apabila kursi roda (bagian mana saja
dari kursi roda) melewati garis tengah meja, maka wasit menyatakan
poin untuk lawannya.
d) Poin
 Jika lawannya gagal melakukan servis yang benar.
 Jika lawannya gagal melakukan pengembalian yang benar.
 Jika setelah melakukan servis atau pengembalian, bola menyentuh apa
saja selain net sebelum dipukul oleh lawannya.
 Jika bola melewati meja atau berada di luar permukaan meja, tanpa
menyentuh meja.
 Jika lawannya menyentuh bola.
 Jika lawannya dengan sengaja memukul bola dua kali secara beruntun.
 Jika lawannya memukul bola dengan sisi daun raket yang tidak dilapisi
karet atau tidak sesuai dengan ketentuan sebelumnya.
 Jika lawannya atau apa saja yang dipakainya menggerakkan
permukaan meja.
 Jika lawannya atau apa saja yang dipakai menyentuh net.
 Jika tangan bebas lawannya menyentuh permukaan meja.
 Jika dalam permainan ganda setelah pelaku servis pertama melakukan
servis ke penerima dengan benar, kemudian lawannya memukul bola
di luar dari urutannya.
 Jika pemain atau pasangan cacat yang menggunakan kursi roda dan
lawannya tidak berada pada posisi duduk yang minimal pada kursi
rodanya (belakang paha tidak menempel) ketika bola dipukul.
 Lawannya menyentuh bola dengan tangan mana saja sebelum
memukul bola.
 Kaki lawannya menyentuh lantai semasa (bola) dalam permainan.
e) Peralatan Tenis Meja
1. Meja

 Bentuk : Persegi panjang


 Warna : Gelap (biru tua atau hijau tua)
 Panjang : 274 cm
 Lebar : 152,2 cm
 Tebal garis sisi : 2 cm
 Tebal garis tengah : 3 mm
 Tingi meja dari lantai : 76 cm
 Luas : 4,1785 m2
 Pantulan bola : 23 cm dari ketinggian 30 cm
2. Net
 Panjang : 183 cm
 Tinggi : 15,25 cm
 Jarak meja ke tiang : 15,25 cm
 Luas net : 0,279075 m2
3. Bola
 Diameter : 40 mm
 Berat : 2,7 gram
 Bahan : Selulosa (celluloid) atau sejenis bahan
plastik.
 Warna : Putih atau oranye dan tidak mengkilap.
4. Bet
 Daun raket harus datar dan kaku.
 Daun raket minimal 85 % terbuat dari kayu diukur dari
ketebalannya, lapisan perekat di dalam kayu dapat diperkuat
dengan bahan yang berserat seperti serat karbon (carbon fibre) atau
serat kaca (glass fibre) atau bahan kertas yang dipadatkan, namun
bahan tersebut tidak boleh lebih dari 7,5 % dari total ketebalan atau
berukuran 0,35 mm, yang lebih tipis yang dipakai sebagai acuan.
 Sisi daun raket yang digunakan untuk memukul bola harus ditutupi
oleh karet licin/halus maupun bintik, bila menggunakan karet
bintik yang menonjol ke luar (tanpa spons) maka ketebalan karet
termasuk lapisan lem perekat tidak boleh lebih dari 2 mm, atau jika
menggunakan karet lapis (karet dan spons) dengan bintik di
dalamnya menghadap keluar atau ke dalam maka ketebalannya
tidak boleh lebih dari 4 mm sudah termasuk dengan lem perekat.
 Karet bintik biasa adalah lapisan karet yang bukan seluler
(cellular), sintetik atau alami, dengan bintik yang menyebar
dipermukaannya secara merata dengan kepadatan tidak kurang dari
10/cm2 dan tidak lebih dari 30/cm2.
 Karet lapis (sandwich rubber) adalah lapisan tunggal karet seluler
(biasa disebut spons) yang ditutupi/ditumpuk dengan satu lapisan
luar karet bintik biasa (biasa disebut topsheet), ketebalan dari karet
bintik tidak lebih dari 2 mm.
 Karet penutup daun raket tidak melebihi daun raket itu sendiri,
kecuali pada bagian yang terdekat dari pegangan raket dan yang
ditutupi oleh jari-jari dapat ditutupi oleh bahan lain atau tidak
ditutupi.
 Daun raket, lapisan yang ada di dalam dan lapisan yang
menutupinya baik karet atau lemnya pada sisi yang digunakan
untuk memukul bola harus tidak ada sambungannya dan
ketebalannya juga merata.
 Permukaan karet yang menutup daun raket di satu sisi harus
berwarna merah menyala dan hitam di sisi lain (tidak sama dengan
warna sebelahnya), atau permukaan daun raket yang dibiarkan
polos tanpa penutup harus berwarna pudar.
 Karet penutup raket yang digunakan harus tanpa perlakuan bahan
kimia, tidak merubah karakterisktik karet secara fisik, atau hal
lainnya.
 Apabila terjadi sedikit kekurangan/penyimpangan pada warna dan
kesinambungan permukaan akibat kerusakan yang ditimbulkan
oleh kejadian yang tidak disengaja dapat diijinkan sepanjang tidak
merubah karakteristik dari permukaan karet.
 Pada permulaan permainan dan kapan saja pemain menukar betnya
selama permainan berlangsung, pemain tersebut harus
menunjukkan raketnya pada lawannya dan pada wasit dan harus
mengijinkan wasit dan lawannya untuk memeriksa/mencobanya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tenis meja adalah salah satu olahraga raket yang paling
terkenal di dunia dengan jumlah partisipannya menempati urutan kedua.
Olahraga ini dapat dimainkan secara tunggal dan ganda. Olahraga yang masih
belum diketahui asal negaranya ini sudah ada kira-kira sejak tahun 1890-an
dengan nama tenis indoor. Peralatan-peralatan yang digunakan dalam
permainan ini meliputi meja, net, bola, bet, dan pelapis bet.

B. Saran
Supaya pertumbuhan dan perkembangan olahraga Tenis Meja
berjalan dengan normal, maka sebagai generasi penerus bangsa, kita harus
memotivasi dan merangsang diri sendiri untuk terus tumbuh dan berkembang.
Kita perlu menumbuhkan rasa cinta terhadap olahraga sehingga dalam era
globalisasi ini bangsa kita tidak tertinggal perkembangannya dalam berbagai
bidang terutama dalam bidang olahraga. Upaya yang dapat kita lakukan
sebagai siswa adalah dengan ikut serta dan berprestasi dalam ajang-ajang
kejuaraan tenis meja serta giat berlatih dan tidak pantang menyerah saat
menghadapi kesulitan dan kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Sepuluh Perintah Tenis Meja. Table Tennis :


https://tabletennis81.wordpress.com/2011/03/22/sepuluh-perintah-tenis-meja/
Anonim. (2016). Sejarah, Teknik, dan Peraturan Tenis Meja. Tugas Siswa :
http://situstugassiswa.blogspot.com/2016/07/
Dessianti, Sherly. (2015). Ukuran Lapangan Tenis Meja. Tutorial Olahraga :
http://www.tutorialolahraga.com/2015/10/ukuran-lapangan-tenis-meja.html
Giriwijoyo, Santosa. (1991). Ilmu Faal Olahraga. Bandung : Ikip Bandung.
Giriwijoyo, Santosa. (2003). Olahraga dan Kesehatan. Bandung : FPOK – UPI.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Pskologis dalam Coaching. Jakarta:
CV. Tambak Kusuma.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Kusmaedi, Nurlan. (2002). Pembelajaran Hidup Sehat Terpadu Berbasis
Masyarakat. Bandung : FPOK – UPI.
Kusmaedi, Nurlan. (2002). Olahraga rekreasi dan olahraga tradisional. Bandung
: FPOK UPI.
Putra. (2019). Pengertian Tenis Meja. Salamadian :
https://salamadian.com/pengertian-tenis-meja/

Anda mungkin juga menyukai