Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KARATE

KELOMPOK 4 :
MUH ADITIYA B.
MUH IQBAL AMSAL
HERMAN
NIKEN FIZRIA
MUH SALEHUDDIN
MUH MULANA NUSURI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN
STKIP PELITA NUSANTARA BUTON
TAHUN AJARAN 2023/2024

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia Nya,
penulisan makalah mata kuliah olahraga dengan judul “makalah karate dan
perwasitannya” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun sebagai bukti tertulis sebagai
tugas.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, untuk itu kami
harapkan kritik dan saran ke arah yang membangun. Semoga bermanfaat bagi semua
yang membutuhkan.

2017
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan .................................................................................................................4
BAB II POKOK PEMBAHASAN ...................................................................................5
A. Karate...................................................................................................................5
B. Teknik Karate ......................................................................................................6
C. Pertandingan Karate ............................................................................................7
D. Aliran Karate .......................................................................................................9
E. Pengertian
wasit………….............................................................................10
F. Peraturan
wasit………………………………………………………………………………
……11
A. Kesimpulan.........................................................................................................11
B. Saran ..................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang
mahasiswa Indonesia yang telah menyelesaikan kuliahnya bernama Drs.
Baud A.D. Adikusumo. Beliau adalahseorang karateka yang mendapatkan
sabukhitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan. Ia mulai mengajarkan
karate. Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar karate, dia
mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia) yang
merupakan cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia).
Sehingga beliau tercatat

sebagai pelopor seni beladiri Karate di Indonesia.

Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia


yang ikut berjasa mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia,
antara lain Bp. Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut
Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate Tradisional Indonesia
(FKTI), dan juga dari aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri
Lembaga Karate- Do Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005
karena urusan internal banyak anggota Lemkari yang keluar dan
dipecat yang kemudian mendirikan INKANAS (Institut Karate-do
Nasional) yang merupakan peleburan dari perguruan MKC (Medan
Karate club). Kabarnya, perguruan

ini sekarang menjadi besar dan maju, tidakkalah dengan LEMKARI.

Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia.


Selain Shotokan, Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan dari
aliran lain yaitu Wado dibawah asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia
3
(WADOKAI) yang didirikan oleh Bp. C.A. Taman dan Kushin-ryu
Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI) yang didirikan oleh Matsuzaki
Horyu. Selain itu juga dikenal Bp. Setyo Haryono dan beberapa tokoh
lainnya membawa aliran

Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwantodengan beberapa tokohlainnya membawa


aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga tumbuh di Indonesia dibawah

perguruan GABDIKA Shitoryu dan SHINDOKA.

Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia setuju


untuk bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do
Indonesia), yang sekarang menjadi perwakilan WKF (World Karate
Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para
Karateka Indonesia dapat

berlaga di forum Internasionalterutamayang disponsori oleh WKF.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Karate ?
2. Apa saja teknik yang terdapat dalam Karate?
3. Apa sajakelas yang dipertandingkan dalam Karate?
4 . Aliran apa sajayangterdapat dalam Karate?
5. Apa pengertian wasit?
6 . A p a p e r a t u r a n w as i t ?

C. Tujuan
1. Dapat memahami apa itu Karate.
2. Dapat mengetahui teknik yang terdapat dalam Karate.
3. Dapat mengetahui kelas yang dipertandingkan dalam Karate.
4. Dapat mengetahui aliran yang terdapat dalam Karate.
5. Dapat mengetahui pengertian wasit
6 dapat mengetahui peraturan wasit

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karate
Karate adalahseni beladiri yang bersaladari Jepang. Seni
beladiri ini sedikit dipengaruhi oleh Seni bela diri Cinayaitu Kenpo.
Karate dibawa masuk ke Jepang melalui Okinawa dan mulai
berkembang di Ryukyu Islands. Karate awalnnya disebut “Tote” yang
berarti seperti “Tangan China”. Ketika Karate masuk ke Jepang,
nasionalisme penduduk Jepang sedang berada pada puncaknya,
sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote:
Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi “Karate” (Tangan Kosong)
agar lebih mudah diterima oleh masyarakat

Jepang.
Di negara Jepang, oraganisasi yang mewadahi olahraga
Karate seluruh Jepang adalah JKF (Japan Karate Federation).
Sedangkan di Indonesia bernama FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do
Indonesia) dan WKF (World Karate Federation) untuk organisasi yang
mewadahi Karate

seluruh dunia.
Tingkat/posisi dalam karate itu di bedakan lewat kemampuan
dalam menghafal atau melakukan gerak yang maksimal dalam jurus
tersebut. Maksudnya tingkatan dibedakan oleh sabuk. Untuk
mendapatkan tingkatan/posisi tersebut, kita di haruskan mengikutkan
sesi ujian sabuk. Yang berlangsung setiap 6 bulan sekali. Untuk tingkat
ini terbagi menjadi

menjadi:
1. Sabuk putih
2. Sabuk kuning
3. Sabuk Orange
4. Sabukhijau
5. Sabukbiru
6. Sabukcoklat
7
7. Sabukhitam

B. Teknik Karate
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon
(teknik dasar), Kata (jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat
lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo)
dan ruyung

(nunchaku).

1. Kihon
Kihon berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus
menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan
Kumite.Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan
tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabukcoklat). Padatahap dan
atau Sabuk Hitam,siswadianggap

sudahmenguasai seluruh kihon dengan baik.

2. Kata
Kata berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak
hanya merupakan latihanfisikatauaerobik biasa. Tapi juga mengandung
pelajaran tentang prinsip bertarung. Gerakan-gerakan Katajuga banyak
mengandung falsafah-falsafah hidup. SetiapKatamemilikiritme
gerakandan pernapasan

yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah
aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaangerak dannamayang berbedauntuk tiap
Kata. Sebagai contoh Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan
nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi
kata) tiap aliran juga berbeda

3. Kumite
7
Kumite berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh
murid- murid tingkat lanjut (sabukbiru atau lebih). Tetapi sekarang, ada
dojo yang

mengajarkan kumitepadamurid tingkat pemula (sabuk kuning).


Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite)
praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku
kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite
Shiai atau

Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan
oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi
diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak
mencederai kawan

bertanding.
Untuk aliran "kontak langsung" seperti Kyokushin, praktisi
Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip.
Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan
pukulan

sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.


Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya
terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi
menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, yang dilatih
hanya teknik- teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan
Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, semua teknik
dipergunakan, termasuk jurus-

jurus Jujutsu seperti bantingan,kuncian, dan menyerangtitik vital.

7
C. Pertandingan Karate
Pertandingan karate dibagi atastiga jenis yaitu :
1. Kumite (perkelahian)
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian
kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas
berat badan (khusus untuk putra). Sistem pertandingan yang dipakai
adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada
atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan
dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau
terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregutidak
adawaktuperpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih
mengalami nilai seri, maka akan

diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai

pemenang

2. Kata (jurus)
Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan
gerak dari jurus, baikuntuk putera maupun puteri. Sesuaidengan Kata
pilihanatau

Kata wajib dalamperaturan pertandingan.


Para peserta harus memperagakan Kata wajib. Bila lulus,
peserta akan mengikuti babak selanjutnya dan dapat memperagakan Kata
pilihan. Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan
Kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan
peragaan Kata , para peserta diharuskan memperagakan aplikasi dari
Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena lebih indah
dan lebih susah untuk

dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata
Wajib adalah hanya 8 Kata yang berasal dari perguruan 4 Besar
JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu and Shito-ryu, dengan
perincian sebagai
7
berikut:
- Shotokan : Kankudai dan Jion.
- Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
- Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
- Shito-ryu : Seienchin dan Bassaidai.

Karateka dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk


ikut pertandingan Kata JKF dan WKF, hanya saja mereka harus
memainkan

Kata sebagaimana dimainkan oleh perguruan 4 besar di atas.

D. Aliran Karate
1. Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, -Kan dapat
diartikan sebagai gedung/bangunan sehingga shotokan dapat
diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi
merupakan pelopor yang membawailmu karate dari Okinawa ke
Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari
berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh
Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu
gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-
kuda rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan
cenderung linier/frontal, sehingga praktisi Shotokan

berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.

2. Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan
teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan
karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang.
7
Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya
Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun
Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi
aliran Goju-ryu yang sekarang,sehinggabanyakorangyang menganggap
Chojun Miyagi sebagai

pendiri Goju-ryu.
Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang
sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga
Goju-ryu menekankan pada latihan Sanchin atau pernapasan dasar,
agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan
menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan
tangkisan yang

bersifat circular serta senang melakukan pertarunganjarak rapat.

3. Shito-ryu
Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain kata terbukti
dari banyaknya kata yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30
sampai 40 kata, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang tercatat di
Jepang ada

111 kata beserta bunkainya.


Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki
17, Goju memiliki 12 kata. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, merekabisa bertarung seperti
Shotokan

secara frontal, maupun denganjarak rapat seperti Goju.

4. Wado-ryu

Wado-ryu adalah aliran Karate yang unikkarena berakarpada seni


beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang

7
yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga
Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan
teknik kuncian

persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu.


Didalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakanprinsip
Jujutsu yaitutidak mau mengadutenaga secara frontal, lebih banyak
menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan
keras), dan kadang- kadang menggunakan teknik Jujutsu seperti
bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi,
dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga
mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding
tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu

tersebut.

E. Pengertian Wasit

Wasit adalah seorang yang memiliki wewenang untuk mengatur jalannya suatu
pertandingan olahraga. Wasit memiliki hak penuh selama pertandingan kepada seluruh
pemain dan pelatih dan ofisial sebuah tim.  Ada bermacam-macam istilah wasit. Dalam
bahasa Inggris dikenal referee, umpire, judge atau linesman. Wasit dituntut agar selalu
tegas, adil, disegani, dan ditakuti oleh semua pemain dan official. Ia harus pandai,
cerdik, dan tidak memihak pada salah satu tim atau pemain tertentu. Oleh karena itu,
wasit harus menguasai teknik-teknik perwasitan dan peraturan pertandingan dengan
sempurna. Seperti pemimpin pada umumnya penampilan wasit sangat menentukan
ketika ia berada di lapangan, wasit harus tampak berwibawa dan memiliki kharisma.

F. Peraturan Perwasitan Karate

Per 1 Januari 2015, peraturan pertandingan WKF KATA AND KUMITE


COMPETITION RULES REVISION 9.0 resmi diberlakukan, banyak perubahan-
perubahan signifikan yang perlu diperhatikan tidak hanya oleh wasit dan juri,
7
melainkan pelatih dan para atlet. Hal ini dikarenakan tidak sedikit kekalahan atau
pelanggaran yang terjadi dikarenakan kurangnya pemahaman mengenai peraturan
perwasitan versi terbaru. (Version 9.0).

Kategori Kumite
1. Perlengkapan atlet sudah ditetapkan bahwa wajib menggunakan WKF Approved
Hijab untuk atlit putri muslimah bagi yang menggunakan dengan ketentuan untuk
atlit harus terbuka bagian leher dan telinga, sedangkan wasit dan pelatih boleh
tertutup telinga dan lehernya. Sedangkan untuk pertandingan di Nasional,
penggunaan hijab belum bisa diterapkan sesuai peraturan karena bentuk hijab yang
terbuka tersebut belum bisa diterima oleh atlit muslimah di Indonesia. (Saat ini
Produk WKF Approved Hijab dikeluarkan oleh Arawaza dan telah tersedia di
www.oshcollection.com - red)
2. Tidak ada penambahan waktu untuk pertandingan FINAL. Jika sebelmnya untuk
perebutan medali Senior waktu ditambahkan 1 menit, namun kini tetap
menggunakan waktu penyisihan sesuai kategori. Misal Senior untuk Putra 3 menit
dan untuk putri 2 menit.
3. Untuk waktu 10 detik terakhir tidak berlaku lagi passivity (bersikap deffence dan
tidak menunjukkan niat untuk melancarkan serangan untuk menambah skor).
4. Membanting lawan dengan menggunakan 2 tangan dilarang kecuali untuk
menangkap kaki lawan saat lawan menyerang dengan tendangan. Jika hal tersebut
dilakukan maka akan dikenakan hukuman peringatan kategori 2 (C2).
5. Membanting diperbolehkan hanya dengan menggunakan satu tangan dan pada saat
membanting tidak boleh melebihi atas pinggang atau tidak boleh juga membanting
dengan cara tangan meraih kaki lawan dari bawah.
6. Diberikan 1 kartu protes bagi kontingen yang akan dipegang oleh pelatih yang
mendampingi dalam setiap partai pertandingan. Kartu protes ini dapat digunakan
oleh pelatih jika pelatih merasa ada skor yang masuk tapi tidak diambil oleh juri.
Setelah pelatih salah satu kontingen melakukan protes tersebut, akan dilakukan
review oleh 2 orang wasit senior melalui rekaman Video. Namun jika protes yang
dilontarkan oleh pelatih tersebut tidak terbukti, kartu protes tersebut akan ditahan.
Namun jika protes tersebut diterima, maka keputusan wasit akan mengikuti hasil
review dan kartu protes dikembalikan kepada pelatih untuk dapat digunakan
kembali pada kesempatan berikutnya.

7
7. Pemisahan yang jelas tugas dan wewenang wasit dan juri bahwa Juri hanya
berwenang memberikan skor dan memberikan hukuman untuk terjadinya jogai
(keluar arena) sedangkan wasit bertanggung jawab untuk memberikan pendapat
hukuman C1 dan C2 dengan minimal mendapat dukungan dari 2 juri.
8. Waktu istirahat untuk atlet untuk melakukan pertandingan berikutnya adalah sama
dengan waktu standar pertarungan kategori tersebut. Misal senior putra 3 menit,
maka untuk main berikutnya 3 menit juga. Kecuali untuk referchage atau
kesempatan kedua adalah 5 menit karena termasuk waktu untuk mengganti warna
perlengkapan.
9. Untuk kadet, face mask hanya berlaku ditahun 2015 ini saja, selanjutnya mulai 1
januari 2016 tidak ada lagi penggunaan facemask.
10. Setiap kontestan memiliki area start bebas dalam area 2x1m dengan warna matras
berwarna merah.

Kategori Kata
1. WAJIB untuk melakukan penghormatan sebelum dan sesudah memperagakan kata,
jika tidak maka peserta akan didiskualifikasi. (Sebelumnya justru tidak dibolehkan
melakukan penghormatan)
2. Kata yang boleh diperagakan itu bukan lagi berdasarkan school atau club, tapi
harus berdasarkan Ryu-Ha (Shotokan, Shitoryu, Wadoryu, Goju-Ryu).
Note: Karate-ka aliran shotokan boleh menggunakan kata di luar aliran Shotokan
selama berada dalam daftar kata yang boleh dipertandingkan.
Berikut merupakan daftar Kata tersebut:

7
Note: Nama beberapa Kata diterjemahkan dalam bahasa romawi dari bahasa
aslinya (jepang), di beberapa perguruan dapat terjadi merupakan Kata yang sama
namun penamaan yang berbeda
3. Kata dasar boleh dipertandingkan dalam pertandingan kata senior. Tidak ada lagi
Kata Wajib sehingga seluruh Kata menjadi Tokui semua
4. Perubahan Kriteria penilaian dari 4 komponen penilaian (Kesesuaian, Technical
Performance, Kinerja atletis/power, dan Tingkat kesulitan). Namun sekarang
dijadikan 3 kriteria utama menjadi Kesesuaian, Technical Performance dan Kinerja
Atletis/Power. Sedangkan penilaian tingkat kesulitan kata digabungkan
penilaiannya dalam Technical Performance.
5. Chief Judge boleh memanggil Juri (Shugo) hanya untuk menjelaskan telah terjadi
pelanggaran Diskualifikasi.

General (Berlaku untuk Kata dan Kumite)


7
1. Diberlakukannya Double Disqualification, yaitu kedua peserta bisa dua duanya di
diskualifikasi baik untuk kumite maupun kata apabila 2 kontestan tersebut
terdiskualifasi (Hanshoku). Jika terjadi pada babak penyisihan maka dua duanya
hilang dalam bagan pertandingkan, (lawan di pertandingan sesudahnya menjadi
menang bye). Namun dalam perebutan medali, tetap harus ada penentu
kemenangan, maka penentuan pemenang akan dilakukan dengan hantei (voting).
2. Perubahan kategori pertandingan (Kadet, Junior, Under 21 dan Senior), contoh
sebelumnya Under 21 itu 3 kelas putra dan 3 kelas putri dan kata tidak ada.
Sekarang menjadi ada kata dan nomor pertandingan menjadi 5 putra dan 5 putri.
Sekian merupakan hal-hal yang perlu dipahami oleh seluruh insan olahraga
Karate-Ka di Indonesia. Jangan sampai kekalahan terjadi karena kurangnya
pemahaman di dunia perwasitan. Adapun inti dari perubahan peraturan perwasitan
tersebut adalah:
1. Supaya pertandingan bisa lebih mudah dimengerti dan dilihat dengan baik oleh
penonton / tidak membingungkan.
2. Lebih terukur walaupun tetap saja tidak mutlak semuanya menjadi terukur sebagai
persyaratan yang diminta oleh IOC agar karate bisa tampil di Olimpiade musim
dingin di jepang.
Walaupun demikian, tentunya terdapat beberapa kendala yang perlu kita sikapi.
Kendala tersebut adalah:
1. Peraturan ini terbilang baru dan tidak banyak daerah yang telah memahami secara
menyeluruh peraturan-peraturan tersebut sehingga perlu dilakukan sosialisasi
secara menyeluruh.
2. Wasit dan Juri perlu benar-benar memperhatikan peraturan. Saat ini masih terdapat
Wasit/Juri yang belum maksimal sehingga menimbulkan banyak protes.
3. Dengan diberlakukannya Kata kembali ke style lagi, maka wasit dituntut harus tahu
untuk semua aliran, minimal walaupun tidak hapal semua Kata terutama Kata
aliran lain maka diharapkan untuk mengetahui setiap karakteristik dan filosofinya.
Sekarang Wasit/Juri lebih dituntut untuk mempelajari lagi mengenai aliran Karate
lainnya yang masih dalam naungan WKF.
4. Dengan diberikannya kartu protes, maka waktu pertandingan dapat berlangsung
semakin lama karena  diperlukan waktu bagi wasit untuk melakukan review ulang.

7
Perlu diperhatikan oleh pihak penyelenggara dalam mengatur waktu jalannya
pertandingan.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Karate atau Karate-do merupakan salah satu seni bela diri
dari Jepang yang biasa digambarkan dengan gerakan serangan serta
tangkisan

kaki dan tangan secara menyeluruh.

Banyaknya aliran yang terdapat dalam Karate dapat


menjadi sumber perpecahan antar organisasi Karate, sikap solidaritas
antar aliran perguruan sangat dibutuhkan agar seluruh aliran dapat
saling berjalan

beriringan dan bersatu untuk memajukan Karate di Indonesia.

B. Saran
Seni bela diri Karate merupakan suatu bentuk pertahanan diri
dan penguasaan terhadap diri sendiri. Tidak dibenarkan untuk
menggunakan

Karate dalam halkekerasanjikatidak terdesak.

8
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. “Karate” . 20 Desember 2017. Diakses


https://id.wikipedia.org/wiki/Karate , 10.55 WIB.

9
10
11
4
5
6
11
12

Anda mungkin juga menyukai