OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. makalah ini dibuat
sebagai Media untuk menambah wawasan pengetahuan tentang karate. Penyusunan makalah
ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas kecabangan. Oleh karena itu, kami
berharap makalah ini dapat membantu kita dalam memahami tentang apa itu karate dan
sejarahnya karate.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini
masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, demi penyempurnaan makalah ini kami
mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Akhir kata kami ucapkan banyak terima
kasih kepada kedua Senpai yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam
menyelesaikan tugas makalah kami.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.......................................................................................4
2. Rumusan Masalah..................................................................................5
3. Tujuan....................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Karate Di Dunia.............................................................6
B. Perkembangan Karate Di Indonesia.......................................................7
C. Teknik Karate.........................................................................................8
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan..........................................................................................10
2. Saran.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa Indonesia yang telah
menyelesaikan kuliahnya bernama Drs. Baud A.D. Adikusumo. Beliau adalah seorang karateka
yang mendapatkan sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan. Ia mulai mengajarkan karate.
Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar karate, dia mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga
Karate-Do Indonesia) yang merupakan cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do
Indonesia). Sehingga beliau tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate di Indonesia.
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa
mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth Mukhsin dari aliran
Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate Tradisional
Indonesia (FKTI), dan juga dari aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri Lembaga Karate-
Do Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005 karena urusan internal banyak anggota Lemkari
yang keluar dan dipecat yang kemudian mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional) yang
merupakan peleburan dari perguruan MKC (Medan Karate club). Kabarnya, perguruan ini
sekarang menjadi besar dan maju, tidak kalah dengan LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan, Indonesia
juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wado dibawah asuhan Wado-ryu Karate-
Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh Bp. C.A. Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki
Karate-Do Indonesia (KKI) yang didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal Bp.
Setyo Haryono dan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwanto
dengan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga tumbuh di
Indonesia dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu dan SHINDOKA.
Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia setuju untuk bergabung dengan
FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi perwakilan WKF
(World Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia
dapat berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.
4
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Shotokan
2. Goju-Ryu
3. Shito-Ryu
4. Wado-Ryu
Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta
dalam pembentukan JKF dan WKF. Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan hanya
6
empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin , Shorin-ryu dan Uechi-ryu
tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate yang termasyhur,
walaupun tidak termasuk dalam "4 besar WKF".
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang adalah
JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan
nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International
Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan
WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda
dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang "kontak langsung".
Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal
dengan nama Pengurus Besar/PB. telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan periodisasi
kepengurusannyapun mengalama 3 kali perobahan masa periodisasi yaitu ; periode 5 tahun
(ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun 1972 – 1977) periodisasi
7
3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode tahun 1997 – 1980) dan
periodisasi 4 tahun ( Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).
C. Teknik Karate
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan
Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti
tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).
1. Kihon
Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon
dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite. Pelatihan Kihon dimulai dari
mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap
DAN atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.
2. Kata
Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan
latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung.
Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan
dari gerakan-gerakan dasar Kata. Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang
berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama
Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga
berbeda.
3. Kumite
Kumite secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid
tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite
pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite)
praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk
kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah
mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya
supaya tidak mencederai kawan bertanding. Untuk aliran full body contact seperti Kyokushin,
praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi
Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke
arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate
dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai,
dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan
Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan, termasuk
jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian dan menyerang titik vital.
8
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat
badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem
pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali
kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak
(2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan
beregu tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih
mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif
sebagai pemenang.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
9
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa karate atau karate-do merupakan salah
satu seni bela diri timur. Pada umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan
belaan kaki dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan kepada
kefahaman umum adalah serangan-serangan lurus dan mendatar.
Serangan biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya untuk tumbukan dan
belaan. Terdapat berbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan yang mana amat sukar untuk
ditahan atau ditangkis, ditangkap dan kunci. Tumbukan bergaris dan membulat adalah digunakan
secara serentak dan tidak mempunyai penamat yang mutlak. Kebanyakan karate yang
diperkenalkan pada masa kini merupakan satu olahan kepada peringkasan seni beladiri yang
terdahulu seperti kempo dan sebagainya.
B. Saran
Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari gangguan binatang
buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan penduduk dunia semakin meningkat, maka
gangguan yang datang dari manusia mulai timbul sehingga keinginan orang untuk menekuni ilmu
bela diri semakin meningkat. Jadi kita harus mempelajari ilmu membela diri untuk menjaga dari
gangguan orang lain.
10
DAFTAR PUSTAKA
11