Anda di halaman 1dari 3

Nama : Angga Bangun

Nim. : 6193111052
Kelas. : PJKR 7 C

KARATE

Karate adalah olahraga beladiri yang tidak menggunakan alat untuk melakukan serangan
maupun bertahan.
Karate adalah salah satu seni beladiri yang memanfaatkan tendangan, serangan dengan
pukulan, serta pertahanan murni menggunakan tangan dan kaki tanpa alat. Kata Karate
sendiri berasa dari bahasa Jepang yang berarti tangan kosong.
Teknik bela diri jenis ini menekankan pada konsentrasi dan kekuatan tubuh pada titik serang
dan pertahanan yang dituju. Saat gerakan karate dilakukan, baik itu untuk menyerang maupun
bertahan, efeknya akan dirasakan secara instan.Untuk karateka yang sudah ahli, memecahkan
balok kayu atau batu bata menggunakan tangan kosong adalah hal yang lumrah. Selain soal
kekuatan fisik, karate juga mengedepankan ketepatan waktu, taktik, semangat, dan
kedisiplinan.

1. Karate di dunia dan Indonesia


A. Sejarah Karate di Dunia
Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa. Seni bela diri ini pertama kali
disebut “Tote” yang berarti seperti “Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang,
nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi
mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan
Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang. (Pada saat itu, Okinawa belum
menjadi bagian Jepang).
Pada tahun 1923, Gichin Funakoshi untuk pertama kalinya memperagakan Te atau Okinawa-
Te ini di Jepang. Berturut-turut kemudian pada tahun 1929 tokoh-tokoh seperti Kenwa
Mabuni, Choyun Miyagi berdatangan dari Okinawa dan menyebarkan karate di Jepang.
Kenwa Mabuni menamakan alirannya Shitoryu, Choyun Miyagi menamakan alirannya
Gojuryu, dan Gichin Funakoshi menamakan alirannya Shotokan. Masutatsu Oyama
kemudian secara resmi juga mendirikan aliran Karate baru yang dinamakan Kyokushin pada
tahun 1956.
Okinawa Te ini yang telah dipengaruhi oleh teknik-teknik seni bela diri dari Cina, sekali lagi
berbaur dengan seni bela diri yang sudah ada di Jepang, sehingga mengalami perubahan-
perubahan dan berkembang menjadi Karate seperti sekarang ini. Berkat upaya keras dari para
tokoh ahli seni bela diri ini selama periode setelah Perang Dunia II, Karate kini telah
berkembang pesat ke seluruh dun ia dan menjadi olah raga seni bela diri paling populer di
seluruh dunia.
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga karate seluruh Jepang adalah JKF.
Adapun organisasi yang mewadahi karate seluruh dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan
nama WUKO – World Union of Karatedo Organizations). Ada pula ITKF (International
Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF
dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan karate yang bersifat “tanpa kontak langsung”,
berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang “kontak langsung”.

B.Sejarah Karate di Indonesia


Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh mahasiswa-
mahasiswa Indonesia yang kembali ke tanah air setelah menyelesaikan pendidikan mereka di
Jepang. Pada tahun 1963, beberapa mahasiswa Indonesia, antara lain: Baud AD Adikusumo
(seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan),
Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh, mendirikan Dojo di Jakarta.
Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan
selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate
Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta. Baud AD Adikusumo
kemudian tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate di Indonesia dan juga pendiri
Indonesia Karate-DO (INKADO).
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa mengembangkan
berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain: Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri
Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), dan
juga adalah Anton Lesiangi (sama-sama dari aliran Shotokan), pendiri Lembaga Karate-Do
Indonesia/LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan, Indonesia juga
memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wadodibawah asuhan Wado-ryu Karate-
Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh C.A. Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki
Karate-Do Indonesia (KKI) yang didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal
Setyo Haryono dan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Goju-ryu, dan Nardi T.
Nirwanto dengan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga
tumbuh di Indonesia dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu (dengan tokohnya Dr. Markus
Basuki) dan SHINDOKA (dengan tokohnya Bert Lengkong). Selain aliran-aliran yang
bersumber dari Jepang di atas, ada juga beberapa aliran Karate di Indonesia yang
dikembangkan oleh putra-putra bangsa Indonesia sendiri, sehingga menjadi independen dan
tidak terikat dengan aturan dari Hombu Dojo (Dojo Pusat) di negeri Jepang.
Disamping ex-mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas, orang-orang Jepang yang datang ke
Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate
di Indonesia. Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-
1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).
Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari
berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut
oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran
menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga
menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya
kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya
mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres ke IV PORKI,
terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do
Indonesia (FORKI).
Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal
dengan nama Pengurus Besar/PB, organisasi ini telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum
dan periodisasi kepengurusannyapun mengalami 3 kali perobahan masa periodisasi yaitu:
periode 5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun
1972 – 1977), periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan
periode tahun 1997 – 1980), dan periodisasi 4 tahun (Berlaku sejak kongres tahun 1980
sampai sekarang)

C. ALIRAN-ALIRAN KARATE
Menurut Zen-Nippon Karatedo Renmei / Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karate
Federation (WKF), yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:

1. Shotokan
2. Goju-Ryu
3. Shito-Ryu
4. Wado-Ryu

Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta dalam
pembentukan JKF dan WKF.

SUMPAH KARATE
 SANGGUP MEMELIHARA KEPRIBADIAN
 SANGGUP PATUH PADA KEJUJURAN
 SANGGUP MEMPERTINGGI PRESTASI
 SANGGUP MENJAGA SOPAN SANTUN
 SANGGUP MENGUASAI DIRI

Anda mungkin juga menyukai