Anda di halaman 1dari 27

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Karate

Menurut Dewi Nastiti (2011: 03) Karate adalah seni beladiri yang berasal

dari Jepang, seni beladiri karate di bawa masuk Jepang lewat Okinawa. Seni

beladiri ini pertama kali disebut “tote” yang berarti seperti “Tangan cina” waktu

karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi-

tingginya sehingga sensei Gichin funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote:

Tangan china) dalam kanji Jepang menjadi “Karate” ( Tangan Kosong ).

Agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang karate terdiri dari dua

kanji yang pertama adalah “Kara” yang berarti “Kosong” dan yang kedua “te”

berarti “Tangan” yang dua kanji bersama artinya “Tangan

Kosong”(Darmalis,2017: 01).Menurut Japan Karatedo Federation (JKF) dan

Word Karatedo Federation (WKF) adapun yang dianggap sebagai gaya-gaya

karate yang utama yaitu: Shotokan, Goju-Ryu,Shito-Ryu,Wado-Ryu, keempat

aliran tersebut diakui sebagai gaya karate yang utama karena turut serta dalam

pembentukan JKF dan WKF,namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan

hanya empat gaya diatas itu saja beberapa aliran besar seperti Kyokushi,Shorin-

Ryu,dan Uechi-Ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai

aliran Karate yang termasuk walaupun tidak termasuk dalam 4 besar WKF (Dwi

Nastiti, 2011: 12).

1. Teknik Dasar Karate

Menurut Darmalis (2017: 5-6) secara garis besar teknik karate terdiri dari

tiga jenis yaitu: teknik kihon, teknik kata, dan teknik kumite
8

a. Kihon

Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi, praktisi Karate harus

menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari kata dan kumite,

pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan dan

tangkisan,pada tahap DAN atau sabuk hitam karateka dianggap sudah

menguasai seluruh kihon dengan baik.

Gambar 2.1 Kihon


(Sumber: Dwi Nastiti, 2011)

b. Kata

Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola,kata dalam karate tidak hanya

merupakan latihan fisik tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip

bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda

dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai,Bunkaiadalah aplikasi yang dapat

digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata. Setiap aliran memiliki perbedaan

gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata Sebagai contoh Kata tekki di

aliran shotokan,Kata Naihanchi di aliran Shito RyuSebagai akibatnya Bunkai

(Aplikasi Kata) juga berbeda.


9

Gambar 2.2 Kata


(Sumber: Dwi Nastiti, 2011)

c. Kumite

Kumite secara harfiah berarti “pertemuan tangan”,kumite dilakukan oleh

murid-murid tingkat lanjut (Sabuk biru atau lebih) tetapi sekarang ada dojo

yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk

kuning).Sebelum melakukan kumite bebas (Jiyu Kumite) praktisi mempelajari

kumite yang diatur (go-hon kumite) atau (yakusoku Kumite), untuk kumite

aliran olahraga lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Pertandingan,untuk

aliran Shotokan di Jepang kumite hanya di lakukan siswa yang sudah

mencapai tingkat DAN(Sabuk Hitam) praktisi di haruskan untuk dapat

menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding. Untuk

aliran “Kontak langsung “ seperti Kyokushin praktisi karate sudah di

biasakan untuk melakukan Kumite sejak sabuk biru strip, praktisi

Kyokushindi perkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat

tenaganya ke arah lawan bertanding.


10

Gambar 2.3 Kumite


(Sumber: Darmalis, 2017)

2. Aliran-aliran Dalam Olahraga Karate

Adapun aliran-aliran dalam olahraga karate seperti yang telah di jelaskan

(Darmalis, 2017: 94-96).Bahwa terdapat banyak aliran-aliran besar dalam JKF

(Japan Karate Federation).

a. Shotokan

Shotoadalah nama pena Gichin Funakoshi, Kandapat di artikan sebagai

gedung/bangunansehingga Shotokandapat di terjemahkan sebagai perguruan

Funakoshi.Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate

dari Okinawa ke Jepang, aliran Shotokanmerupakan akumulasi dan

standardisasi dari berbagi perguruan karate di Okinawa yang pernah di

pelajari oleh Funakoshi.Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsuyaitu satu

gerakan dapat membunuh lawan,Shotokan menggunakan kuda-kuda yang

rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras, gerakan shotokan

cendrungLinear/frontalsehingga praktisi shotokan berani langsung beradu

pukulan dan tangkisan dengan lawan.

b. Goju-ryu
11

Goju memiliki arti keras-lembut, aliran ini memadukan teknik keras dan

teknik lembutdan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di

Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang,dengan meningkatnya

popularitas Karate di Jepang (Setelah masuknya Shotokanke Jepang).Aliran

goju ini di bawa ke jepang oleh Chojun Miyagi, Miyagi memperbarui banyak

teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarangsehingga

banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-

ryu.Berpegang pada konsep bahwa “dalam pertarungan yang

sesungguhnyakita harus bisa menerima dan membalas pukulan”, sehingga

Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasaragar

para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima

pukulan dari lawan tanpa terluka, Goju-ryu menggunakan tangkisan yang

bersifat circular serta serangan melakukan pertarungan jarak rapat.

c. Shito-ryu

Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain kata terbukti dari

banyaknya kata yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40

kata lebih banyak dari aliran namun yang tercatat di soke/di Jepang ada 111

kata beserta bunkai. Sebagai perbandingan Shotokan memiliki 25, Wado

memiliki 17, Goju memiliki 12 kata. Dalam pertarungan ahli karate Shito-ryu

dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti

shotokan secara frontal maupun dengan jarak rapat seperti goju.

d. Wado-ryu

Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri

Shindo yoshin-ryuJujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik


12

kuncian persendian dan lemparan.Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan

teknik karate juga mengajarkan teknik kuncian persendiandan

lemparan/bantingan Jujutsu,didalam pertarungan Wado-ryu menggunakan

prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal,lebih banyak

menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras),dan

terkadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan

kakiuntuk menjatuhkan lawan.Akan tetapi dalam pertandingan FORKI dan

JKF,para praktisi Wado-ryu juga mampumenyesuaikan diri dengan peraturan

yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.

Sedangkan aliran karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam “4

besar JKF’’ antara lain adalah :

a. Kyokushin
Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation, akan

tetapi aliran ini sangat terkenal baik di dalam maupun diluar Jepangserta turut

berjasa mempopulerkan karate di seluruh dunia. Terutama pada tahun

1970an, aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama nama Kyokushin

mempunyai arti kebenaran tertinggi, aliran ini menganut sistem Budo Karate,

dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan Full-

contactKumite,yakni tanpa pelindung untuk mendalami arti yang sebenarnya

dari seni beladiri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan

(budo).Aliran ini juga menerapkan Hyakunn kumite (Kumite 100 orang)

sebagai ujian tertinggi,dimana karateka diuji melakukan 100 Kumite berturut-

turut tanpa kalah, Sosai Oyama sendiri telah melakukan Kumite 300 orang,

tetapi umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite berturut-

turut.
13

b. Shorin-ryu
Aliran ini adalah aliran karate yang asli berasal dari Okinawa, didirikan

oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko

Itosu,seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Ginchin

Funakoshipendiri Shotokan Karate.Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-

ryu banyak persamaannya dengan Shotokan, perbedaan yang mencolok

adalah bahwa Shorin-ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata seperti

Nunchaku,Kama,danRokushaku Bo.
c. Uechi-ryu
Aliran ini adalah aliran karate yang paling banyak menerima pengaruh dari

beladiri China,karena pencipta aliran iniKanbun Uechi yang belajar beladiri

langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu gerakan dari aliran

Uechi-ryukarate sangat mirip dengan kungfu aliran Fujianterutama aliran

Baihequan (Bunga Putih).

B. Latihan
1.Definisi Latihan
Menurut Sukadiyanto dalam Suryoko (2011: 5) istilah latihan berasal dari

kata dalam bahasa inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti:

practice, exercises, dan training. Practice adalah aktivitas untuk meningkatkan

keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan

sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Exercises adalah

perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi

sistem organ tubuh manusia sehingga mempermudah atlet dalam penyempurnaan

kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktik, menggunakan

metode, dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip-

prinsip latihan yang terencana dan teratur, sehingga tujuan latihan dapat tercapai

tepat pada waktunya.


14

Menurut Suharno yang di kutip dalam Irianto (2002: 11) latihan adalah

suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk mencapai

mutu prestasi maksimal dengan diberi beban fisik dan mental yang teratur,

terarah, meningkat dan berulang-ulang waktunya.


Untuk menunjang keberhasilan dalam proses berlatih-melatih, seorang

pelatih juga dituntut menyediakan kebutuhan atletnya, baik kebutuhan fisik, psikis

maupun sosialnya (Irianto, 2002: 13). Selain itu hal yang harus diperhatikan

dalam latihan adalah tugas utama dalam latihan seprti, mengali, menyusun, dan

mengembangkan konsep berlatih melatih dengan memadukan antara pengalaman

praktisi dan pendekatan keilmuan, sehingga proses berlatih dapat berlangsung

tepat, cepat, efektif, dan efisien.

2. Prinsip-prinsip Latihan

Prinsip latihan merupakan hal-hal yang harus ditaati, dilakukan atau

dihindari agar tujuan latihan dapat tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.

Menurut Mylsidayu (2015: 55-64) prinsip-prinsip latihan antara lain prinsip

kesiapan (Readiness), prinsip individual, prinsip adaptasi, prinsip beban lebih

(Overload), prinsip progresif (Peningkatan), prinsip spesifikasi (Kekhususan),

prinsip variasi, prinsip pemanasan dan pendinginan (Warm-Up and Cool Down),

prinsip jangka panjang (Long Term Training), prinsip berkebalikan (Reversibility),

prinsip tidak berlebih (Moderat), prinsip sistematik.Menurut Irianto (2002: 43-51)

prinsip-prinsip latihan antara lain beban lebih (Overload), prinsip kembali asal

(Reversible), prinsip kekhususan (Specifity), prinsip individual, prinsip beragam,

prinsip keterlibatan aktif.

Berikut ini merupakan prinsip-prinsip latihan agar tujuan latihan tercapai,

antara lain :
15

a. Prinsip kesiapan (Readiness)

Pada prinsip kesiapan, materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan

usia atlet. Sebab kesiapan setiap atlet akan berbeda-beda antara anak yang

satu dengan anak yang lainnya meskipun diantara atlet memilik usia yang

sama.

b. Prinsip Individual

Dalam merespon beban latihan untuk setiap atlet berbeda-beda sehingga

beban latihan bagi setiap atlet tidak sama. Hal ini dipengaruhi oleh faktor

keturunan, kematangan, gizi, waktu istirahat dan tidur, tingkat kebugaran,

pengaruh lingkungan, rasa sakit dan cedera, dan motivasi.

c. Prinsip adaptasi

Organ tubuh manusia cenderung selalu mampu beradaptasi terhadap

perubahan lingkungannya. Latihan menyebabkan terjadinya proses adaptasi

pada organ tubuh. Namun tubuh memerlukan jangka waktu tertentu agar

dapat mengadaptasi seluruh beban selama proses berlatih. Bila latihan beban

ditingkatkan secara progresif, maka organ tubuh akan menyesuaikan terhadap

perubahan tersebut dengan baik. Tingkat kecepatan atlet dalam mengadaptasi

setiap beban latihan berbeda-beda, tergantung dari umur, usia latihan, kualitas

kebugaran otot, kebugaran energi, dan kualitas lainnya.

d. Prinsip beban lebih (Overload)

Beban lebih adalah beban latihan harus mencapai atau melampaui sedikit

di atas batas ambang rangsang. Sebab beban yang terlalu berat akan

mengakibatkan tidak mampu diadaptasi oleh tubuh, sedangkan bila terlalu

ringan tidak berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik. Adapun cara


16

meningkatkan beban latihan adalah dengan cara di perbanyak, di percepat,

dan di perlama. Oleh sebab itu, tingkat penambahan beban latihan berkaitan

dengan frekuensi, intensitas, dan durasi.

e. Prinsip Progresif (Peningkatan)

Latihan progresif artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari yang

mudah ke yang sukar, sederhana ke kompleks, umum ke khusus, bagian ke

keseluruhan, ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas, serta

dilaksanakan secara maju, dan berkelanjutan. Peningkatan beban latihan ini

akan memberikan rangsangan kepada organ-organ tubuh untuk lebih

berkembang dalam mengatasi bebean latihan yang diterimanya, kian hari kian

meningkat.

f. Prinsip Spesifikasi (Kekhususan)

Setiap bentuk latihan yang dilakukan oleh atlet memiliki tujuan khusus

sehingga materi latihan harus dipilih sesuai dengan kebutuhan cabang

olahraganya.

g. Prinsip variasi

Variasi latihan adalah satu dari komponen kunci yang diperlukan untuk

merangsang penyesuaian pada respon latihan. Prinsip variasi bertujuan untuk

menghindari kejenuhan, keengganan, dan keresahan yang merupakan

kelelahan secara psikologis.

h. Prinsip Pemanasan dan Pendinginan (Warm-Up and Cool Down)


17

Tujuan dari pemanasan adalah untuk mempersiapkan fisik dan psikis atlet

memasuki latihan inti dan diharapkan dapat terhindar dari kemungkinan

terjadinya cedera dan rasa sakit. Sama pentingnya dengan pemanasan,

aktivitas pendinginan merupakan proses penurunan kondisi tubuh dari latihan

berat ke normal tidak terjadi secara mendadak. Dengan aktivitas jogging dan

dilanjutkan stretching pada saat pendinginan akan membantu kelancaran

peredaran darah, menurunkan ketegangan otot, dan mempelancar

pengangkutan sisa pembakaran.

i. Prinsip Latihan Jangka Panjang (Long Term Training)

Untuk meraih prestasi terbaik diperlakukan proses latihan dalam jangka

waktu yang lama. Pengaruh beban latihan tidak dapat diadaptasi oleh tubuh

secara mendadak, tetapi memerlukan waktu dan harus bertahap dan kontinyu.

j. Prinsip Berkebalikan (Reversibility)

Prinsip berkebalikan artinya bila atlet berhenti dari latihan dalam waktu

tertentu bahkan dalam waktu lama, maka kualitas organ tubuhnya akan

mengalami penurunan fungsi secara otomatis.

k. Prinsip Tidak Berlebihan (Moderat)

Keberhasilan jangka panjang sangat ditentukan oleh pembebanan yang

tidak berlebihan, Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat

kemampuan, pertumbuhan, dan perkembangan atlet, sehingga beban latihan

yang diberikan benar-benar tepat (tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu

ringan).
18

l. Prinsip Sistematik

Prestasi atlet sifatnya labil dan sementara, sehingga prinsip ini berkaitan

dengan ukuran (dosis) pembebanan dan skala prioritas sasaran latihan.

3. Faktor Latihan

Faktor dasar latihan meliputi latihan fisik, teknik, taktik, dan

mental.Faktor latihan adalah sebuah bagian dari beberapa latihan program

yangditentukan dari umur atlit, potensi individu, level,persiapan, atau fase dari

latihan.Pembentukan fisik merupakan factor yang paling penting dalam program

latihan yang bertujuan untuk mencapai kemampuan yang tinggi,

(Budiwanto,2004:31)menyatakan bahwa “agar latihan pembentukan fisik dapat

tercapai sesuai dengan tujuan, maka latihan harus dilakukan secara teratur,terus

menerus tanpa berselangdengan beban yang tepat sesuai rencana latihan”.

Budiwanto (2004:46) menarik kesimpulan sebagai berikut ” Teknik dasar

ada tiga kategori yaitu teknik dasar, teknik menengah dan teknik tinggi ”. Teknik

dasar adalah suatu teknik dimana proses melakukan gerakan merupakan fondamen

dasar, gerakan dilakukan dalm kondisi sederhana dan mudah Teknik menengah

adalah suatu teknik dimana dalam melakukan-melakukan gerakan menuntut

penggunaan kecepatan, kekuatan, kelincahan koordinasi yang lebih tinggi dari

pada teknik dasar. Teknik tinggi adalah suatu teknik dimana dalam melakukan

gerakan menuntut tempo yang tinggi, koordinasi, keseimbangan, ketepatan yang

tinggi serta gerakan tersebut sulit, simultan dalam kondisi yang berat.Dengan

demikian dapat di simpulkan bahwa factor latihan meliputi teknik dasar, teknik

menengah, dan teknik tinggi.Pada teknik tersebut sudah mencangkup keseluruhan

faktor dasar latihan di antaranya taktik, teknik, fisik dan mental.


19

4. Program Latihan

Program perencanaan latihan menggambarkan prosedur dalam

mengorganisasi secara metodik dan ilmiah, untuk membantu atlet mencapai

tingkat latihan dan kemampuan yang tinggi( Bompa dalam

Budiwanto,2004:92).Untuk mencapai prestasi yang semaksimal mungkin

memerlukan proses latihan dan waktu Pembentukan fisik,teknik,taktik dan

mental, perlu disusun dalam satu program latihan jangka panjang,teratur dan

terus-menerus.Hasil latihan akan mengakibatkan adaptasi atlit,yaitu penyesuaian

fungsi dan struktur organisme akibat beban latihan.Adaptasi atlit bersifat labil dan

sementara akan menurun atau menjadi hilang jika latihan menjadi ringan,tidak

teratur atau tidak terus-menerus.Oleh karena itu,kegiatan latihan harus disusun

perencanaan dan pelaksanaannya dalam suatu program latihan (Suhamo dalam

Budiwanto,2004:93).

C. Pengertian Kelincahan

Agility atau kelincahan adalah komponen penting yang dibutuhkan oleh

hampir seluruh cabang olahraga.Agility atau kelincahan adalah kemampuan untuk

mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan bersama-sama

dengan gerakan lainnya (Widiastuti, 2011: 125).

Sapulete (2012: 109) mendefinisikan kelincahan adalah kemampuan untuk

mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang

bergerak tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.

Surohudin (2013: 10) menekankan bahwa kelincahan adalah salah satu komponen

kondisi fisik yang sangat diperlukan dalam permainan. Seorang pemain yang
20

mampu mengubah satu posisi berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi

yang baik, berarti kelincahan cukup baik.

Beragam pendapat diatas memberikan kesimpulan bahwa kelincahan

merupakan komponen gerak yang harus dimiliki oleh olahragawan. Kelincahan

adalah kemampuan tubuh seseorang untuk merubah posisi dengan cepat dan tepat

tanpa mengalami gangguan keseimbangan pada waktu bergerak dari posisi

tertentu ke posisi yang berbeda.

D. Latihan Pliometrik

1. Pengertian pliometrik

Latihan Plyometric merupakan suatu metode untuk mengembangkan daya

ledak atau eksplosif otot (power otot) yang merupakan salah satu komponen

penting dari sebagian besar prestasi atau kinerja olahraga.Arti dari plyometric

tersebut berasal dari kata bahasa Yunani yaitu pleythuein yang berarti

memperbesar atau meningkatkan, dari akar kata bahasa yunani pho dan metric

Masing-masing berarti lebih banyak dan ukuran.Sekarang ini plyometric mengacu

pada latihan-latihan yang ditandai dengan kontraksi-kontraksi otot yang kuat

sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis atau perengangan

otot-otot yang terlibat.Kecepatan otot pada saat memanjang dan memendek

tersebut berpengaruh pada tenaga yang di hasilkan.Awan Hariono (2006: 80)

latihan untuk meningkatkan power dapat dilakukan dengan menggunakan

plyometric prinsip metode latihan plyometric adalah otot selalu berkontraksi baik

pada saat memanjang (Eccentric) maupun pada saat memendek (Concentric).

Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa latihan Plyometricadalah

bentuk latihan Explosive Power dengan karakteristik menggunakan kontraksi otot


21

yang sangat kuat dan cepat, yaitu otot selalu berkontraksi baik saat memanjang

(Eccentric) maupun saat memendek (Concentric) dalam waktu cepat, sehingga

selama bekerja otot tidak ada waktu relaksasi.

Ada sebuah saran dari ASCA (Australia Strenght And Conditioning

Association) bahwa melakukan kekuatan untuk anak dan pemuda efektif dan

aman digunakan. Meskipun demikian dalam latihan ini harus tetap berhati-hati

untuk menghindari angkatan maksimal yang membahayakan untuk anak.

Menurut ASCA, bahwa latihan yang memuat intensitas adalah pilihan yang

strategis untuk diberikan ketika anak dan pemuda latihan. Adapun tingkatan yang

dimaksud adalah:

a. Tingkat 1 : Usia 6-9 tahun : perpaduan dari latihan yang menggunakan berat

badan dan berkerja hanya untuk repetisi yang relative tinggi yaitu lebih dari 15

repetisi.

b. Tingkat 2 : Usia 9-12 tahun : 10-15 RM(maksimal beban yaitu 60% dari

beban maksimal)

c. Tingkat 3 : Usia 13-15 tahun : 8-15 RM(maksimal beban yaitu 70% dari

beban maksimal)

d. Tingkatan 4 : Usia 15-18 tahun : 6-15 RM (maksimal beban 80% dari beban

maksimal)

2. Bentuk Latihan Pliometrik

Menurut Radeliffe dan Farentinos, 1985: 15-17 (Dalam Bayu Santoso,

2016) bentuk latihan pliometrik adalah sebagai berikut:

a. Bounding
22

Boundingadalah latihan pliometrik yang menekankan pada loncatan untuk

mencapai ketinggian maksimum dan jarak horisontal. Macam-macam latihan

bounding adalah: double leg bound, alternate, leg bound, double leg box

bound, alternate leg box bound, dan incleane bound. Bounding dapat

dilakukan dengan dua kaki atau satu kaki secara bergantian.

b. Hopping

Hopping merupakan bentuk latihan pliometrik yang lebih ditekankan pada

kecepatan gerakan kaki untuk mencapai lompat-loncat setinggi-tingginya dan

sejahu-jahunya.Hopping dapat dilakukan dengan dua kaki atau satu kaki.

Macam-macam latihan hopping adalah: double leg speed hop, single speed

hop, decline hop, side hop, dan ankle hop.

c. Jumping

Ketinggian maksimum sangat diperlukan dalam jumping, sedangkan

pelaksanaan merupakan faktor kedua dan jarak horisontal tidak diperlukan

dalam jumping. Macam-macam latihan jumping adalah: squat jump, knee tuck

jump, split jump, scissor jump, dan box jump.

d. Leaping

Leaping adalah suatu latihan kerja tunggal yang menekankan jarak

horisontal dengan ketinggian maksimum.Leaping dapat dilakukan dengan

menggunakan dua kaki ataupun satu kaki. Macam-macam gerakan

leapingadalah: quick leap, dan dept jump leap.

e. Skipping
23

Skipping dilakukan dengan melangkah meloncat secara bergantian, hop-

step, yang menekankan ketinggian dan jarak horisontal. Macam-macam

gerakan skipping adalah: box skip, dan skipping.

f. Ricochet

Ricochet merupakan bentuk latihan pliometrik yang semata-mata

menekankan pada tingkat kecepatan tungkai dan gerakan kaki, meminimalkan

jarak vertikal dan horisontal yang memberikan kecepatan pelaksanaan yang

lebih tinggi. Macam-macam gerakan ricochet: floor kip, dan decline ricochet.

Latihan pliometrik merupakan bentuk-bentuk latihan yang semata-mata

menekankan pada tingkat kecepatan tungkai dan gerakan kaki.Artinya latihan

pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang berguna untuk

meningkatkan kecepatan tungkai dan gerakan kaki.Dalam penelitian ini

metode latihan pliometrik yang digunakan adalah metode latihan Ricochet.

3. Prinsip Latihan Pliometrik

Dalam kegiatan olahraga, kerja atlet mungkin dikaitkan dengan tiga jenis

kontraksi otot, yaitu concentric (memendek), isometric (tetap), dan eccentric

(memanjang).Tipe gerakan dalam latihan pliometrik adalah cepat, kuat,

eksplosif dan reaktif. Menurut Bompa, 1994: 32 (Dalam Bayu Santoso, 2016)

latihan pliometrik sebagai metode latihan fisik untuk mengembangkan kualitas

fisik selain juga harus mengikuti prinsip-prinsip khusus yang terdiri dari:

a. Memberi regangan (stretch)pada otot.

Tujuan dari pemberian regangan yang cepat pada otot-otot yang terlibat

sebelum melakukan kontraksi (gerak) secara fisiologis untuk memberi panjang


24

awal yang optimum pada otot, mendapatkan tenaga elastis, dan menimbulkan

reflek regang.

b. Beban lebih yang meningkat.

Dalam latihan pliometrik harus menerapkan beban lebih (overload) dalam

hal beban atau tahanan (resistive), kecepatan (temporal) dan jarak (spatial).

Tahanan atau beban yang overload biasanya pada latihan pliometrik diperoleh

dari bentuk pemindahan dari anggota badan atau tubuh yang cepat, seperti

menanggulangi akibat jatuh, meloncat, melambung, memantul dan

sebagainya.

c. Kekhususan latihan (specifity training).

Dalam latihan pliometrik harus menerapkan prinsip kekhususan, yaitu:

kekhususan terhadap kelompok otot yang dilatih atau kekhususan

neuromuscular, kekhususan terhadap systemenergi utama yang digunakan,

kekhususan terhadap pola gerakan latihan.

Aspek-aspek yang menjadi komponen-komponen dalam latihan pliometrik

tidak jahu berbeda dengan latihan kondisi fisik yang meliputi: volume,

intensitas yang tinggi, frekuensi, dan pulih asal.Chu, 1992: 14 (Dalam Bayu

Santoso, 2016)

E. Latihan ladder drill dan cone drill

1. Ladder drill

Ladder drill adalah suatu bentuk alat latihan melompat menggunakan satu

atau dua kaki dengan melompat tali yang berbentuk tangga yang di letakkan

dilantai atau tanah. Ladder drill biasa digunakan para atlet untuk meningkatkan
25

kelincahanmaupun koordinasi. Latihan ini tidak terlepas dari kekuatan otot

tungkai karena latihan ini banyak menggunakan otot tungkai selain menggunakan

otot kaki saja. Untuk dapat meningkatkan kelincahan dan koordinasi salah satunya

dapat dengan menggunakan alat Ladder (Reynold, 2014: 19).


Ladder adalah salah satu bentuk latihan fisik yang berfungsi melatih

kelincahan kaki dan sinkronisasi gerak secara seimbang, untuk berlatih gerak ini

yang dibutuhkan adalah alat berupa tali lentur yang menyerupai anak tangga yang

berukuran 50 cm x 520 cm, dengan jarak antara bilah 50 cm, dan kemudian di

letakkan pada bidang datar atau lantai, latihan dengan alat ini juga dapat

meningkatkan sistem saraf dan kelompok otot yang terkait (Reynold, 2014: 21)

Latihan menggunakan alat ladder drill dapat diterapkan pada semua cabang

olahraga, dan karenanya telah menjadi salah satu program pelatihan yang cukup

populer di dunia olahraga.

Gambar 2.4 Tangga ketangkasan


(Sumber: J Anderson, 2017)

Ladder merupakan salah satu bentuk alat latihan fisik yang menyerupai

anak tangga yang di letakkan pada bidang datar atau lantai. Dibawah ini akan di

jelaskan secara detail beberapa contoh cara latihan ladder (Reynolds, 2014: 27):

a. Contoh bentuk latihan 1 Foot In Each


26

1. Berlari melalui ladder dengan satu kaki pada setiap kotak.

2. Ditekankan pada ayunan lengan dan gerakan knee yang tinggi secara kuat

serta kontak dengan tanah secara cepat.

b. Contoh bentuk latihan 2 Feet In Each

1. Berlari melalui ladder dengan kedua kaki pada setiap kotak.

2. Ditekankan pada ayunan lengan dan gerakan knee yang tinggi secara kuat

serta kontak dengan tanah secara cepat.

c. Contoh bentuk latihan 3 In In OutOut

1. Mulai dengan berdiri disamping ladder.

2. Bergerak dalam pola lateral ke kanan, melangkah kedalam kotak pertama

dengan kaki kanan.

3. Kemudian diikuti dengan langkah kaki kiri kedalam kotak pertama.

4. Berikutnya, melangkah ke belakang dengan kaki kanan.

5. Kemudian diikuti dengan langkah kaki kiri ke belakang.


27

d. Contoh bentuk latihan 4 X-Over Zig-zag.

1. Mulai dengan posisi kedua kaki disamping ladder.

2. Lakukan gerakan Zig-zagkesamping dengan masuk ke dalam kotak

pertama.

3. Ulangi urutan latihan ini dari kotak 2-5 dan sepanjang ladder.

2. Cone drill

Menurut Griffin Football, 2011: 69 (Dalam Dwita Febriyanti, 2017)Cone

drill adalah suatu bentuk latihan yang menjadikan kerucut atau cone sebagai batas

dan rintangan pada saat melakukan gerakan dengan tujuan untuk meningkatkan

kelincahan, tujuan dari setiap bagian ini adalah untuk meningkatkan gerakan

melalui serangkaian perubahan arah yang direncanakan.Cone drill merupakan

cara yang baik untuk latihan pada kecepatan dan perubahan arah, latihan dapat

dilakukan di mana saja, latihan ini paling efektif dilakukan di lapangan sepakbola

dan akan membantu untuk menjalankan latihan yang lebih khusus dan efektif.

Menambahkan kerucut atau cone memungkinkan untuk kombinasi yang berbeda

dari gerakan dan meningkatkan kompleksifitas latihan.Adapun beberapa contoh-

contoh dan cara latihan dalam meningkatakan kelincahan menggunakan cone

antara lain:
a.Squer Drill (Variation: Carioca, Shuffle stepor hop on one foot)
28

Gambar 2.5 Squer Drill


(Sumber: Lee E Brown, 2005)
Prosedur Pelaksanaan:
1. Buatlah area persegi seperti pada gambar di atas dengan menggunakan cone.

Setiap cone masing-masing berjarak 5 meter.


2. Seperti pada gambar. Start dimulai dari cone 1 sprint ke cone 2.
3. Dari cone 2 bergerak menyamping ke kanan menuju cone 3.
4. Dari cone 3 lalu kemudian mundur menuju cone 4.
5. Dari cone 4 menyamping ke kiri menuju cone 1.
6. Variasi untuk gerakan dari cone 2 ke cone 3 dan dari cone 4 ke cone 1 bisa

diganti dengan gerakan carioca atau hop on one foot.


b. Shuttle run
29

Gambar: 2.6 Shuttle run


(Sumber: Widiastuti, 2011)
Prosedur pelaksanaan:
1. Buatlah dan tempatkanlah cone seperti yang ditunjukan pada gambar. Jarak

antara cone 1, 2, dan 3 masing-masing berjarak 5 meter.


2. Sprint dari cone 1 ke cone 2.
3. Dari cone 2 sprint ke cone 1.
4. Sprint dari cone 1 ke cone 3.
5. Lalu dari cone 3 sprint ke cone

c. 8 Run
30

Gambar: 2.7 Latihan 8 Run


(Sumber: Widiastuti, 2011)
Prosedur pelaksanaan:
1. Buatlah dan tempatkanlah cone seperti yang ditunjukan pada gambar.
2. Sprint dari cone 1 ke cone 2.
3. Dari cone 2 sprint ke cone 3.
4. Sprint dari cone 3 ke cone 4.
5. Lalu dari cone 4 sprint ke cone 1.

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Nama dan
tahun Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
penelitian
31

Fajar Pengaruh latihan Variabel Pada Hasil rata-rata


ismoyo variasi Ladder terikat kemampuan pretest kelincahan
( 2013 ) drill terhadap pengaruh dribbling, sebesar 12,57
kemampuan terhadap kelincahan, detik dan hasil
dribbling, peningkatan dan rata-rata posttest
kelincahan, dan kelincahan koordinasi kelincahan
koordinasi pada pada atlet pada atlet sebesar 12,37
atlet bola kaki Pemula Bola kaki detik. Dengan
usia 12-13 selisih 0,2 detik
Tahun memberikan
perubahan 1,56%
lebih baik dari
sebelum di
berikan treatmen.

Dwi Pengaruh latihan Variabel Terdapat Terdapat


wicaksono Shuttle run dan terkait variabel peningkatan
(2014) lari zig-zag pengaruh Shuttle run kelincahan pada
terhadap terhadap dan zig-zag atlet bulu tangkis
peningkatan peningkatan Pada atlet usia 11-13 tahun,
kelincahan kelincahan bulu tangkis dengan mean
gerak shadow 6 pada atlet sebesar 2,54
titik atlet bulu pemula titik/30 detik
tangkis usia 11-
13 Tahun

Martin Pengaruh latihan Variabel Terdapat Terdapat


Ilham shuttle run dan terkait variable peningkatan
Indrajaya boomerang run pengaruh Shuttle run kelincahan pada
(2017) terhadap terhadap dan atlet karate putri
peningkatan peningkatan boomerang Inkai Surabaya
kelincahan atlet kelincahan run pada atlet dengan rata-rata
karate putri karate putri waktu 13,24 detik
Inkai Surabaya setelah di berikan
perlakuan. Dan
berdasarkan
klasifikasi kriteria
di nyatakan
“Baik” pada
waktu 12,11 – 13,
53 detik.
G. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang pemikiran, landasan teori yang sudah

dibicarakan sebelumnya maka penelitian mempunyai konsep pemikiran tentang

pengaruh latihanladder drill dan Cone drill terhadap peningkatan kelincahan atlet
32

pemula. Untuk membentuk peningkatan kelincahan seorang atlet tidak mudah,

tetapi hal tersebut bisa terwujud apabila dilaksana secara bersama-sama dan

seimbang
Dalam olahraga karate khususnya dalam melakukan teknik serangan dan

menghindar, faktor kelincahan sangat diperlukan oleh atlet karate. Karena sangat

memudahkan atlet dalam melakukan teknik serangan dan menghindar. Adapun

konsep kerangka pemikiran yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Atlet Karate pemula

Test Awal

Ladder Drill

Cone drill

Tes Akhir

Gambar 2.8 Kerangka berpikir


(Sumber: Peneliti, 2018)
H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara yang terhadap rumusan

masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2011: 64). Berdasarkan pada kerangka


33

berpikir, sekaligus untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini, perlu

dibuatkan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara. Hipotesis dalam

penelitian ini mengemukakan bahwa:

1.Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan dari Latihan Ladderdrillterhadap

peningkatan kelincahanatlet pemula di Club Institut Karate-do Indonesia

Prestasi sungailiat.

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan Ladderdrill terhadap

peningkatan kelincahan atlet pemula di Club Institut Karate-do Indonesia

Prestasi sungailiat.

2.Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan dari Latihan Conedrillterhadap

peningkatan kelincahan atlet pemula di Club Institut Karate-do Indonesia

Prestasi sungailiat.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan Conedrill terhadap

peningkatan kelincahan atlet pemula di Club Institut Karate-do Indonesia

Prestasi sungailiat.

3. Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan dari posttest Ladderdrill dan posttest

Conedrill.

Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari posttest Ladderdrill dan

posttest Conedrill

Anda mungkin juga menyukai