Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Karate Indonesia

Di tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa


Indonesia yang telah menyelesaikan kuliahnya bernama Drs. Baud A.D.
Adikusumo. Beliau adalah seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam
dari M. Nakayama, JKA Shotokan. Ia mulai mengajarkan karate. Melihat
banyaknya peminat yang ingin belajar karate, dia mendirikan PORKI
(Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia) yang merupakan cikal bakal
FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). Sehingga beliau tercatat
sebagai pelopor seni beladiri Karate di Indonesia.
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut
berjasa mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp.
Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia
(INKAI) dan Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari
aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri Lembaga Karate -Do
Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005 karena urusan internal banyak
anggota Lemkari yang keluar dan dipecat yang kemudian mendirikan
INKANAS (Institut Karate-do Nasional) yang merupakan peleburan dari
perguruan MKC (Medan Karate club). Kabarnya, perguruan ini sekarang
menjadi besar dan maju, tidak kalah dengan LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain
Shotokan, Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu
Wado dibawah asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI) yang
didirikan oleh Bp. C.A. Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki Karate-Do
Indonesia (KKI) yang didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga
dikenal Bp. Setyo Haryono dan beberapa tokoh lainnya membawa aliran
Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwanto dengan beberapa tokoh lainnya membawa
aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga tumbuh di Indonesia dibawah
perguruan GABDIKA Shitoryu dan SHINDOKA.

1
Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia setuju untuk
bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang
sekarang menjadi perwakilan WKF (World Karate Federation) untuk
Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia dapat
berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.

C. Rumusan Masalah
• Mengetahui cara cara melakukan pertandingan karate
• Mengetahui tata cara karate
• Bagai mana peraturan karate

D. Batasan masalah
Pembahasan makalah ini hanya terbatas pada karate indonesia

B. Tujuan
• Dapat mengetahui Tentang Karate
• Dapat mengetahui peraturan Karate

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Karate

Karate atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada
umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan
kaki dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah
berdasarkan kepada kefahaman umum adalah serangan -serangan lurus dan
mendatar. Variasi belaan juga adalah lebih kepada kaedah mudah yang mana
apabila difikirkan secara mudah, karate adalah satu seni yang ringkas dan
lebih berpandukan kepada konsep 'tinju' teratur. Pandangan inilah yang
menjadi faktor kesilapan kepada persepsi seni karate itu sendiri.

B. Karate
Kempo boleh dikenali dengan penggunaan tangan melurus kehadapan
tanpa kekuda menepi dimana setiap kaki yang menjadi kekuda (stance)
adalah membuka dari hadapan ke belakang dengan jarak yang kecil.
Kedudukan menyerang ini amat merbahaya kerana membolehkan
pengamalnya bergerak dan mengubahgerak kepada 9 arah berbeza yang
hanya boleh dilakukan dengan kaki yang berdiri tegak sahaja. Kebiasaannya,
kedudukan tangan adalah membengkok menghala kehadapan dan mudah
untuk menyerang.
Serangan biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya
untuk tumbukan dan belaan. Terdapat pelbagai variasi tumbukan dan gerakan
tumbukan yang mana amat sukar untuk ditahan atau ditangkis, ditangkap dan
kunci. Tumbukan bergaris dan membulat adalah digunakan secara serent ak
dan tidak mempunyai penamat yang mutlak.
Konsep 'Zen' amat dipraktikkan oleh pengamal seni kempo dimana
merosakkan bahagian yang digunakan untuk menyerang. Antara tumbukan
yang merbahaya adalah 'tumbukan iai' iaitu tumbukan angin dimana ianya
digunakan untuk memecahkan dibahagian dalam berbanding merosakan

3
bahagian luar. Oleh itu, konsep karate lama ini amat sesuai digunakan bagi
menentang pakar-pakar Muay Thai yang mempunyai tulang dan anggota
badan yang kuat dan keras.
Kedudukan tegap dan berubah mengikut arah juga amat sesuai bagi
menentang sebarang seni beladiri yang berbentuk kuncian dan tempur jarak
dekat. Kaedah untuk menyerang juga teleah disusun agar dapat digunapakai
secara meluas lagi berkualiti bagi memastikan agar sebarang serangan dibuat
kepada seni beladiri yang berbentuk menanti dapat ditangani dengan
berkesan. Humbanan juga dapat dikekang dengan mudah dan memang
diketahui oleh pengasas seni aikido seperti morehei usheiba mengetaui
mengenai perkara ini dan satu perjanjian dibuat bagi mengho rmati
keharmonian seni beladiri jepan dan sebarang pergaduhan antara pengamal
kedua-dua pihak haruslah disimpan dan dielakkan sama sekali.

1. Teknik Karate
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik
dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga
diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung
(nunchaku).
1. Kihon
Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi
Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari
Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan
tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap
DAN atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh
kihon dengan baik.
2. Kata
Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam
karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi

4
juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata
memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah
aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk
tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal
dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatn ya
Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.
3. Kumite
Kumite secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite
dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih).
Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid
tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas
(jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon
kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih
dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan
oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi
diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak
mencederai kawan bertanding. Untuk aliran full body contact seperti
Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan
kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan
untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah
lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya
terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi
menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, dimana
yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam
pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri,
dimana semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu
seperti bantingan, kuncian dan menyerang titik vital.

5
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian
kelas berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian
kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang
dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali
kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan
dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak
perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu
tidak ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak
perpanjangan masih mengalami nilai seri, maka akan diadakan
pemilihan karateka yang paling ofensif dan agresif sebagai
pemenang.
2. Luas Lapangan
Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas
panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman
berukuran 2 meter pada tiap sisi. Arena pertandingan harus rata dan
terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang
mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras
dengan lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna
yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai
dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas
tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam
dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karate-ka yang sedang
bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang
lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih
adalah arena bertanding efektif.
Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada masa kini
merupakan satu olahan kepada peringkasan seni beladiri yang terdahulu
seperti kempo dan sebagainya. Ramai pengamal karate tidak mengetahui
bahawa di dalam karate, seni dan pergerakan yang ditawarkan adalah
jauh lebih hebat dan unik daripada apa yang dipamerkan dewasa ini.

6
Padahal karate adalah sebuah seni bela diri yang harus terus dijaga
keasrianya

3. Peralatan Karate
Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate
1. Pakaian karate (karategi) untuk kontestan
2. Pelindung tangan
3. Pelindung tulang kering
4. Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan
biru/ao
5. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan
adalah:
1. Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
2. Pelindung tubuh untuk kontestan putri
3. Pelindung selangkangan untuk kontestan putera
Peluit untuk arbitrator/alat tulis
Seragam wasit/juri
1. Baju putih
2. Celana abu-abu
3. Dasi merah
4. Sepatu karet hitam tanpa sol
Papan nilai
Administrasi pertandingan
Lampu merah, hijau, kuning sebagai tanda waktu pertandingan
dengan pencatat waktu (stop watch).
Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah
pelindugn selangkangan untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung
yang lain tidak diperkenankan.

7
4. Falsafah Karate
1. Rakka (Bunga yang berguguran)
Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia
bermaksud setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan
bertenaga dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun
sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan jika teknik
itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut
akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang dengan
menumbuk muka, si pengamal karate boleh menggunakan teknik
menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap,
ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu. Dengan itu tidak
perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk membela
diri.
2. Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air)
Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran)
perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang,
maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis
serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang,
kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang
tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danau tersebut, bayangan
bulan di danau itu akan kabur.

7. Aliran Karate
Seperti telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan
sebagian dari aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang
termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:

1. Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat
diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat

8
diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi
merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari Okinawa ke
Jepang.
Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari
berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh
Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu
gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda
yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan
Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani
langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.

2. Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik
keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate
tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan
meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah
masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang
oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik
aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak
orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu.
Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang
sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan".
Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau
pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan
yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju -
ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang
melakukan pertarungan jarak rapat.

3. Shito-ryu
Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA,
terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito -ryu,

9
yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Namun
yang tercatat di soke/di Jepang ada 111 kata beserta bunkainya.
Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17,
Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate
Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa
bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat
seperti Goju.

4. Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada
seni beladiri Shindo Yoshin-ryuJujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang
yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga
Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarka n teknik
kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam
pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak
mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan
tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan
kadang-kadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan
sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam
pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu
menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa
menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam
"4 besar JKF" antara lain adalah:

1. Kyokushin
Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo
Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam
maupun diluar Jepang, serta turut berjasa memopulerkan Karate di
seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh

10
Sosai Masutatsu Oyama. NamaKyokushin mempunyai arti kebenaran
tertinggi.
Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-
praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite,
yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari
seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo),
aliran ini juga sering dikenal sebagai salah satu aliran karate paling
keras. Aliran ini menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang)
sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite
berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan
kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk
melakukan 5-10 kumite berturut-turut.

2. Shorin-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa.
Didirikan oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran
Yasutsune Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang juga
adalah guru dari Gichin Funakoshi, pendiri Shotokan Karate. Dapat
dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak persamaannya dengan
Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin -ryu juga
mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan
Rokushaku Bo.

3. Uechi-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima
pengaruh dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun
Uechi, belajar beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh
karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate sangat mirip dengan
Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan (Bangau Putih).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karate atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada
umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan
kaki dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah
berdasarkan kepada kefahaman umum adalah serangan -serangan lurus dan
mendatar
Serangan biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya
untuk tumbukan dan belaan. Terdapat pelbagai variasi tumbukan dan g erakan
tumbukan yang mana amat sukar untuk ditahan atau ditangkis, ditangkap dan
kunci. Tumbukan bergaris dan membulat adalah digunakan secara serentak
dan tidak mempunyai penamat yang mutlak. Kebanyakan karate yang
diperkenalkan pada masa kini merupakan satu olahan kepada peringkasan
seni beladiri yang terdahulu seperti kempo dan sebagainya

B. Saran

Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari
gangguan binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan
penduduk dunia semakin meningkat, maka gangguan yang datang dari
manusia mulai timbul sehingga keinginan orang untuk menekuni ilmu bela
diri semakin meningkat. Jadi kita harus mempelajari ilmu membela diri untuk
menjaga dari gangguan orang lain.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://makalah7u.blogspot.co.id/2011/03/makalah -olahraga-karate.html

https://makalah-update.blogspot.co.id/2012/11/makalah-teknik-dasar-
karate.html

13
MAKALAH PENJASKES
( KARATE )

DISUSUN OLEH :

NAMA : 1. RESKI NUR ARIFIN PUTRI


2. ANDI POPPY AZHARI
3. ANDI NIRFAL ARYA AKDANI
4. MUH. ILHAM BOHARI
5. MUH. SABARUDDIN
6. ANDI AHMAD RIADI SULTAN
3. MELINDA

KELAS : XI. IPA 1

SMA NEGERI 1 BANGKALA BARAT


TAHUN AJARAN 2015-2016

14
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnya maka kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
" KARATE ", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
untuk mempelajari Ilmu Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
maklum bilamana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat
kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat.
Bangkala Barat, 6 Juni 2017

Penyusun

ii15
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang Karate Indonesia ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

C. Batasan Masalah .......................................................................................... 2

D. Tujuan.......................................................................................................... 2

II. PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Pengertian Karate ........................................................................................ 3

B. Karate .......................................................................................................... 3

III. PENUTUP........................................................................................................ 12

A. Kesimpulan.................................................................................................. 12

B. Saran ............................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 13

iii
16

Anda mungkin juga menyukai