Anda di halaman 1dari 24

Makalah

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

“PT. BUKIT ASAM”

DISUSUN OLEH:
FITRIANI
17TKM1218
TKM IA

JURUSAN TEKNIK KIMIA MINERAL


KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK ATI MAKASSAR
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita senantiasa panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa

pula kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dan arahan dari dosen mata

kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja, bapak Safaruddin, Dr. Idi Amin, ST. M.Si. yang

senantiasa membimbing dan mengarahkan kami dalam pengerjaan tugas ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan pemahaman bagi

para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini

agar dapat menjadi lebih baik kedepannya lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih

banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 18 Maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
BAB 1 Filosofi K3
A. Gambaran Umum Perusahaan K3
B. Proses Produksi dan Utinitas
C. Filosofi dan Budaya K3
BAB II Manajemen K3
A. Identifikasi dan Bahaya Resko
B. SMK3 dan P2K3
C. Sistem Pelaporan dan Kompensasi K3
BAB III Sistem Keselamatan Kerja
A. Alat Pengaman dan APD
B. Bahan Kimia Berbahaya
C. PTD, SPK dan invertigasi Kecelakaan
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
FILOSOPI K3

A. GAMBARAN UMUM DAN K3


1. Gambaran umum perusahaan
1.Sejarah singkat perusahaan
Sejarah singkat berdirinya PT.Bukit Asam tidak terlepas dari adanya peristiwa
pengambilalihan atau nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan milik Belanda oleh pemlerintah
RI.Sesuai dengan peraturan pemerintah(PP) No. 3 tahun 1960, di pengumuman Menteri
Urusan Pendapatan,Pembiayaan dan Pengawasan RI NO. 1263/BUM II tanggal 9 Februari
1960.
PT.Bukit Asam pertambangan terletak di Tanjung Enim Sumatra Selatan,perusahaan
ini dulu di zaman pemerntah Hindia Belanda tahun 1919 kegiatannya menggunakan metode
penambangan terbuka (open pit mining) diwilayah operasi pertama di Tambang AIR
LAYA.Pada tahun 1923 operasinya berubah dengan metode pertambangan bawah tanah
(underground mining) hingga tahun 1940 dan produksi untuk kepentingan komersial dimulai
pada tahun 1938.
Setelah kemerdekaan statusnya berubah menjadi pertambangan Nasional dan pada
tahun 1950 pemerintah RI mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Bukit
Asam (PNTABA),pada tahun 1981 PNTABA berubah statusnya menjadi Perusahaan
Terbatas dengan nama PT Tambang Bkit Asam (persero) terbuka pada tahun 1990 dan
bertepatan dengan adanya Program Nasional pemerintah mengembangkan ketahjanan energi
nasional dengan mengembangkan briket batu bara pada tahun 1993.23 Desember 2002
persero mencatatkan dirinya sebagai prusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode
“PTBA”(PT. BUKIT ASAM).

2.Visi dan Misi Perusahaan


Visi perusahaan PT.Bukit Asam : “menjadi perusahaan energi berbasis batu bara
ramah lingkungan”
Misi perusahaan PT.Bukit Asam :
 Fokus pada core competency dan pertumbuhan yang berkesinambungan
 Memberikan kontribusi pengembangan ekonomi nasional
 Memberikan kontribusi yang maksimal dalam mningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan pelestarian lingkungan.

3. Data dan Sumber Data


Penelitian ini menggunakan dan skunder yaitu data deret waktu dalam bentuk data
tahunan,yang menyangkut data tentang keuntungan perusahaan,dan tentang kontribusi laba
perusahaan PTBA kepada BUMN seluruh indonesia dan data lainnya yang terkait dengan
tujuan dari penelitian.
Data yang digunakan adalah selama masa pengamatan penelitian yang sejak tahn
2004-2keadaan perusahaan PT Bukit Asam ini. Sumber data diperoleh dari laporan tahunan
data dari data rekapitulasdi tahunan yang ada di PT Bukit Asam. Data yang terkumpul,baik
data kuantitatif ataupun kualitatif diperoleh selain dari laporan-laporan tahunan juga
diperoleh dari internet.

4. Tempat Dan Waktu Penelitian


Untuk memperoleh data-data yang digunakan dalam penyusunan skripsi dalam
penyusunan skripsi ini ,telah diadakan penelitian pada PT Bukit Asam dan beberapa instansi
lain seperti Kementrian BUMN dan Biro Pusat Statistiik Lampung (BPS) pada bulan
november 2011 dan januari 2012
5. Teknik Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan dua pendekatan penelitian yaitu:
1. Penelitian kepustakaan
Penelitian ini dilakukan dengan mencari dan mempelajari buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
2. Penelitian lapangan
Penelitian yang dilakukan adalah dengan observasi langsung ke PT Bukit Asam .

2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


1. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja sangat penting dalam sebuah perusahaan karena bertujuan untuk
mengurangi tingkat kecelakaan kerja. Menurut Bangun (2012) keselamatan kerja yaitu
perlindungan atas keamanan kerja yang dialami karyawan, baik fisik maupun mental dalam
lingkungan pekerjaannya. Mangkunegara (2009) dalam Anjani, et al. (2014)
Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan
atau kerugian di tempat kerja.Definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keselamatan
kerja adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja sehingga karyawan
dapat merasakan kondisi yang aman dan selamat dari kerusakan
atau kerugian ditempat kerja. Usaha pencegahan tersebut dapat ditinjau dari dua faktor yaitu,
faktor lingkungan secara fisik dan faktor lingkungan secara psikologis.

2. Penyebab dan Pencegahan Kecelakaan Kerja


Kejadian – kejadian yang telah terjadi pada berbagai peristiwa yang dapat
menimbulkan kecelakaan kerja, menurut Bangun (2012) terdapat tiga penyebab timbulnya
kecelakaan kerja, antara lain:
a. Perilaku karyawan itu sendiri
Sering terjadi perlakuan karyawan, seperti mengerjakan pekerjaan dengan ceroboh, tidak
mematuhi peraturan kerja, tidak mematuhi standard operation procedure (SOP), dan tidak
menggunakan alat pelindung diri, yang kebanyakan sebagai penyebab timbulnya kecelakaan
kerja.
b. Kondisi yang tidak aman
Kondisi yang tidak aman merupakan penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang bersumber
dari lingkungan pekerjaan. Faktor-faktor tersebut antara lain peralatan yang rusak, peralatan
yang tidak diamankan dengan baik, penerangan yang tidak baik, tempat penyimpanan barang
atau peralatan yang tidak aman, dan penempatan letak barang atau peralatan yang tidak aman.
Kebanyakan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja adalah tidak menggunakan alat
pelindung dan peralatan yang semestinya digunakan, kecerobohan, bekerja tidak sesuai
prosedur kerja, dan kurangnya pengetahuan dan pengalaman kerja. Supervisor dituntut agar
dapat mengawasi pekerja untuk melakukan seluruh petunjuk kerja dalam mengurangi risiko
kecelakaan kerja.

c. Tindakan tidak aman


Faktor ini merupakan tindakan manusia sebagai penyebab kecelakaan kerja. Kebanyakan
karyawan mengalami kecelakaan kerja diakibatkan oleh tindakan manusia atau karyawan itu
sendiri, seperti dalam melaksanakan pekerjaan tidak mengikuti petunjuk penggunaan alat
atau material, tidak menggunakan pelindung diri, membuang benda sembarangan, tidak
mengamankan peralatan dengan baik, bekerja pada posisi dan kecepatan tidak aman, dan
bekerja dengan ceroboh. Menurut uraian penyebab timbulnya kecelakaan kerja di atas, suatu
keharusan bagi setiap perusahaan untuk melakukan pencegahan atas kecelakaan kerja dalam
menjamin keamanan dan kenyamanan kerja. Menurut Bangun (2012) terdapat enam tindakan
mencegah kecelakaan kerja, yaitu:
 Pendidikan Karyawan
Tujuan utama bidang keselamatan kerja adalah mencegah timbulnya kecelakaan kerja yang
dialami karyawan. Karyawan perlu diberikan pendidikan untuk mengetahui prosedur kerja
yang benar dan memahami peraturan – peraturan tentang keselamatan kerja. Kebanyakan
karyawan di Indonesia mengalami kecelakaan kerja disebabkan kurangnya pengetahuan
tentang pekerjaan, sehingga kurang memahami prosedur kerja dan penggunaan peralatan
dengan baik.

 Mengurangi kondisi yang tidak aman


Kebanyakan timbulnya kecelakaan kerja diakibatkan situasi di lingkungan kerja, seperti
menggunakan peralatan yang tidak layak pakai, kondisi gudang yang tidak aman, kurangnya
penerangan, dan lain sebagainya. Kondisi seperti ini berkaitan dengan kondisi fisik,
merupakan tanggung jawab supervisor dan manajer memperbaiki untuk memperkecil tingkat
kecelakaan.

 Seleksi dan penempatan karyawan


Seleksi karyawan merupakan proses untuk mencari karyawan yang sesuai dengan sifat – sifat
pekerjaan. Karyawan akan berhasil mengerjakan pekerjaannya jika memiliki pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan persyaratan pekerjaan. Kesalahan dalam
memilih karyawan pada suatu pekerjaan dapat menimbulkan kecelakaan
kerja yang dapat menyebabkan kerugian bukan hanya sepihak.

 Pelatihan karyawan
Pelatihan sebagai pengganti pengalaman kerja. Kurangnya keterampilan karyawan
merupakan salah satu penyebab timbulnya kecelakaan kerja. Karyawan baru dalam sebuah
perusahaan perlu diberikan pelatihan agar dapat memahami pekerjaannya dengan baik.
Karyawan lama perlu diberikan pelatihan untuk tujuan peningkatan pekerjaan atau
perpindahan pekerjaan lain.
 Kualitas supervisor
Pengawasan atas pekerjaan karyawan dalam perusahaan sangat menentukan hasil kerja dan
keamanan kerja karyawan. Tidak sedikit bahwa kurangnya kualitas supervisor dapat
menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja. Karyawan sangat membutuhkan bimbingan dan
arahan dari supervisor untuk dapat memahami pekerjaan mereka.

 Ergonomik
Berbagai jenis peralatan yang digunakan untuk memperoleh hasil kerja yang diinginkan,
kesalahan dalam menggunakan peralatan dan lingkungan lain yang berkaitan dengan
pekerjaan tersebut dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Suatu tindakan untuk mengatasi
permasalahan itu melalui ergonomik, yaitu menyesuaikan mesin dan lingkungan dengan
keahlian yang dimiliki karyawan.

B. PROSES PRODUKSI DAN UTINITAS

PT Bukit Asam (Persero) Tbk, semakin memperlihatkan eksistensinya sebagai


perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia. Dari waktu ke waktu perusahaan yang
bermarkas di Tanjung Enim, Provinsi Sumatera Selatan ini terus berpacu menancapkan diri
sebagai BUMN yang sehat.

Buktinya saat ini PT BA tengah menggarap tiga proyek transportasi batubara dengan
kereta api dari lokasi tambang di Tanjung Enim Sumatera Selatan meniju pelabuhan dan
dermaga bataubara di Lampung dan Sumatera Selatan dengan total kapasitas angkutan
sebesar 82,7 juta ton.

Adapun ketiga proyek itu, pertama adalah proyek peningkatan kapasitas angkut
batubara Kereta Api Eksisting yang di operasikan PT Kereta Api Indonesia[KAI] dari lokasi
tambang di Tanjung Enim menuju Pelabuhan Tarahan Bandar Lampung dan Dermaga
Kertapati Palembang. Tahun 2010 kapasitas angkut kereta api PT KAI sudah menandatangani
Coal Transportation Agreement atau Perjanjian Tranportasi Batubara untuk mengangkut
batubara PTBA dengan kapasitas 22,7 juta ton pertahun.

Kedua, pembangunan transportasi kereta api baru dari Tanjung Enim menuju
pelabuhan baru di Lampung berkapasitas 25 juta ton pertahun dengan bentangan rel
sepanjang 307 kilometer.Proyek yang kontrak EPC-nya senilai USD 1,3 miliar yang sudah di
tandatangani Maret 2010 lalu, melalui konsorsium PT Bukit Asam Tanspacific
Railway(BATR). “PT BA menguasai 10 persen sahamnya, PT Transpacific Railway
Infrastructure 80 persen dan China Railway Engineering 10 persen. “ kata Sekretaris
Perusahaan PT Bukit Asam, Achmad Sudarto di Jakarta, baru-baru ini.

Dijelaskannya, saat ini statusnya masih dalam proses penyelesain design. Diharapkan
proyek ini mulai beroperasi secara komersialisai pada tahun pertama di tahun 2017 mulai
beroperasi dengan kapasitas puncaknya sebesar 25 juta ton per tahun.

Ketiga atau yang terakhir merupakan proyek pembangunan transportasi kereta api dari
Tanjung Enim menuju pelabuhan baru di wilayah Tanjung Api-api, di Pantai timur Sumsel.
Proyek ini di bangun oleh Adani Global dan Pemprov Sumatera Selatan.

Sementara posisi PTBA, adalah pihak yang mempunyai kewajiban untuk menyuplai
batubaranya sebesar 35 juta ton per tahun. “Head of Agreement untuk Coal Transportation
Agreement proyek ini ditandatangani bulan Agustus 2010 lalu. Sedangkan operasi
komersialnyadiharapkan mulai tahun 2014 sebesar 7,5 juta ton per tahun dan tahun kelima
ditargetkan sudah bisa mengangkut 35 juta ton batubara PTBA per tahunnya, “ tutur Achmad
Sudarto.

Saat ini sumber daya batubara PTBA, di Tanjung Enim terdapat sekitar 6,36 milyar
ton dari total 7,29 milyar. Dengan selesainya pembangunan tiga proyek transportasi batubara
di atas, maka pada tahun 2015 produksi PTBA akan mencaoai 50 juta ton per tahun dan 2018
nanti akan naik menjadi 80-90 juta ton per tahun, termasuk tambahan dari penjualan di mulut
tambang, paparnya.Proyek Lain

Di luar proyek pembangunan sarana trasportasi, sejumlah proyek lainnya yang sedang
digarap PTBA, di antaranya proyek pembangunan PLTU Banjarsari 2 x 100 MW di mulut
tambang di Lahat Sumatera Selatan. Pembangunan konstruksinya diharapkan sudah bisa
dimulai awal tahun depan oleh CNEEC dari China sebagai kontraktor EPC yang sudah
ditunjuk.

Sebelumnya prakondisi di lapangan sudah dirampungkan, Saat ini statusnya sedang


dalam tahap finansial PPA. Dalam proyek yang diharapkan bisa beroperasi secara komersial
tahun 2013 nanti, PTBA menempati posisi sebagai pemegang 59,75 persen sahamnya, PJB
29,15 persen dan NII 11,10 persen.

Selain itu, pengembangan proyek Coal Bed Methane yang melibatkan PTBA sebesar
27,5 persen sahamnya, Pertamina 27,5 persen dan Arrow Energy 45 persen, saat ini sudah
menyelesaikan tahap penandatanganan Joint Operation Agreement antara PTBA – PT
Pertamina dan Arrow Energy. Proyek yang wilayah operasinya di Tanjung Enim ini akan
menghasilkan sekitar 50 MMSCF/day atau sekitar 50 juta kaki kubik gas per hari dan
ditargetkan mulai beroperasi tahun 2013 mendatang.

Mengantisipasi peningkatan kapasitas angkut batubara oleh PT KAI, PTBA juga


meningkatkan kapasitas muat Pelabuhan Tarahan dari saat ini hanya memiliki satu dermaga
dengan kapasitas sandar 80.000 dwt ditingkatkan menjadi dua dermaga, masing-masing
80.000 DWT dan 150.000 DWT. Dengan menyerap anggaran sebesar USD 135 juta, proyek
yang saat ini dalam tahap tender untuk memilih kontraktor EPC-nya diharapkan selesai tahun
2013.

Untuk meningkatkan efisiensi dan menekan biaya operasional, PTBA membangun


dua PLTU untuk pemakaian sendiri, masing-masing di Tanjung Enim dengan kapasitas 3 x
10 MW dan diharapkan mulai beroperasi tahun 2011. Sedangkan yang satu lagi di Pelabuhan
Tarahan dengan kapasitas 2 x 8 MW. Pembangunan konstruksinya akan dimulai pada awal
tahun depan oleh kontraktor EPC yang sudah ditunjuk, dan ditargetkan mulai beroperasi
tahun 2013.

Kinerja Triwulan III

Hingga Triwulan III tahun 2010, volume penjualan PTBA mengalami kenaikan
sebesar 12 persen atau naik menjadi 9,78 juta ton, dibandingkan volume penjualan periode
yang sama pada tahun lalu sebesar 8,73 juta ton. Akibat terjadinya penurunan harga batubara
pada periode ini, maka Pendapatan PTBA mengalami penurunan sebesar 10 persen atau
menjadi Rp 5,9 triliun dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun 2009 sebesar
Rp 6,9 triliun. Penurunan harga pasar ini disertai pula oleh kenaikan Harga Pokok Produksi
(HPP) akibat naiknya tarif angkut kereta api.
Semua ini telah menempatkan posisi PTBA periode januari-september 2010 untuk
Laba kotor menjadi sebesar Rp 2,6 triliun, Laba Bersih Rp 1,4 triliun.Namun demikian,
kondisi eksternal yang kurang kondusif ini tidak mengurangi minat investor terhadap saham
PTBA, di mana saham PTBA selalu menunjukkan kinerja yang cukup baik. Pada penutupan
perdagangan saham tahun 2009 tanggal 30 Desember 2009, saham PTBA menempati angka
Rp 17.250 per saham. Tanggal 10 November kemarin, saham PTBA mencatat rekor harga
tertingginya, yaitu Rp 21.850,- per saham dan penutupannya dengan harga Rp 21.800, per
saham. Heldian/Abus.

C.FILOSOPI DAN BUDAYA K3


1.FILOSOPI K3
Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah melindungi keselamatan
dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya
pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Bila
semua potensi bahaya telah dikendalikan dan memenuhi batas standar aman, maka akan
memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat dan proses
produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian dan
berdampak terhadap peningkatan produktivitas.
Filosofi penerapan K3 tidak hanya dilakukan ditempat kerja, tapi sudah secara
otomatis tanpa kita sadari sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dimanapun kita
berada. Hal ini terbukti dalam pergaulan kita sehari-hari dimana kita selalu mengucapkan
Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Malam, Selamat Makan atau Selamat Tidur dan
selamat yang lainnya. Sekarang yang menjadi pertanyaan “ Kenapa kok kata-kata selamat
yang selalu terucap? dan ada bahaya apakah disekitar kita?”. Kalo kita selami lebih dalam
ucapan selamat ini sebetulnya menandakan setiap orang selalu berharap untuk keselamatan
dirinya sendiri dan juga orang lain yang ditemuinya termasuk lingkungan disekitarnya.
Sedangkan kalo kita berbicara mengenai bahaya, tidak bisa kita pungkiri dimanapun kita
berada selalu dikelilingi oleh bahaya, termasuk ketika kita tidur pun juga dikelilingi bahaya
seperti misal tiba-tiba terkena bencana kebakaran atau gempa bumi.
Hal ini yang mendorong orang selalu bilang “selamat tidur”, atau sebagai orang yang
beragama kita diharapkan selalu berdoa sebelum tidur,harapannya ketika tidur kita bisa
selamat. Sekarang yang menjadi pertanyaan, “Apakah kita mesti takut menjalani hidup
dengan melihat kondisi lingkungan kita yang tidak pernah aman atau selalu dikelilingi
bahaya?”. Jawabannya adalah tergantung diri kita masing-masing. Kita tidak perlu takut
dalam menjalani hidup ini, semua kita kembalikan ke Yang Maha Kuasa dan tergantung
usaha kita.
Bahaya yang ada disekitar kita merupakan tantangan bagi kita untuk mencari cara
agar bisa selamat dengan memanfaatkan kemampuan berfikir kita. Bahaya memang tidak bisa
kita hilangkan tetapi tetap bisa kita kendalikan dan minimalisirkan dampaknya dengan upaya-
upaya penerapan K3 sehingga kita bisa menjalani hidup ini dengan tetap selamat dan aman.
Dan juga tidak bisa kita pungkiri semua tetap kita kembalikan kepada Yang Maha Kuasa
karena itu kita diharapkan untuk selalu rendah diri dan berdoa agar selalu selamat.

Sementara itu, menurut International Association of Safety Professional, Filosofi K3 sibagi


menjadi 8 Filosofi yaitu

1. Safety is an ethical responsibility


2. Safety is a culture, not a program
3. Management is responsible
4. Employee must be trained to work safety
5. Safety is a condition of employment
6. All injuries are preventable
7. Safety program must be site specific
8. Safety is good business

Safety is an ethical responsibility


K3 adalah tanggung jawab moral/etik. Masalah K3 hendaklah menjadi tanggung awab
moral untuk menjaga keselamatan sesama manusia. K3 bukan sekedar pemenuhan
perundangan atau kewajiban
Safety is a culture, not a program
K3 bukan sekedar program yang dijalankan perusahaan untuk sekedar memperoleh
penghargaan dan sertifikat. K3 hendaklah menjadi cerminan dari budaya dalam organisasi

Management is responsible
Manajemen perusahaan adalah yang paling bertanggung jawab mengenai K3.
Sebagian tanggung jawab dapat dilimpahkan secara beruntun ke tingkat yang lebih bawah

Employee must be trained to work safety


Setiap tempat kerja, lingkungan kerja dan jenis pekerjaan memiliki karakteristik dan
persyaratan K3 yang berbeda. K3 harus ditanamkan dan dibangun melalui pembinaan dan
pelatihan

Safety is a condition of employment


Tempat kerja yang baik adalah tempat kerja yang aman. Lingkungan kerja yang
menyenangkan dan serasi akan mendukung tingkat keselamatan. Kondisi K3 dalam
perusahaan adalah pencerminan dari kondisi ketenagakerjaan dalam perusahaan.

All injuries are preventable


Prinsip dasar dari K3 adalah semua kecelakaan dapat dicegah karena kecelakaan ada
sebabnya. Jika sebab kecelakaan dapat dihilangkan maka kemungkinan kecelakaan dapat
dihindarkan.

Safety program must be site specific


Program K3 harus dibuat berdasarkan kebutuhan kondisi dan kebutuhan nyata di
tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan finansial dll.
Program K3 dirancang spesifik untuk masing-masing organisasi atau perusahaan.

Safety is good business


Melaksanakan K3 jangan dianggap sebagai pemborosan atau biaya tambahan.
Melaksanakan K3 adalah sebagai bagian dari proses produksi atau strategi perusahaan.
Kinerja K3 yang baik akan memberikan manfaat terhadap bisnis perusahaan.
2.BUDAYA K3
Berbagai Model Budaya Keselamatan umumnya berkembang dari lingkup ilmu2
perilaku (Behavioral Sciences: antropologi, sosiologi dan psikologi). Terutama dalam
pendekatan Organisasi dan Manajemen serta Psikologi Organisasi yang kajiannya khusus
mempelajari masalah manusia dalam bidang Keselamatan (Safety). Perkembangan tersebut
banyak menciptakan berbagai model Budaya Keselamatan dengan masing-masing indikator
budaya keselamatan yang sebagian besar dewasa ini banyak dipergunakan di berbagai sektor
di industri maupun jasa pelayanan.
Tentu saja terdapat berbagai model dan indikator Budaya Keselamatan mulai dari
yang paling majemuk dan sulit difahami hingga yang sederhana dan mudah di mengerti oleh
kalangan praktisi. Salah satu model yang sering dianggap sederhana dan mudah untuk
difahami indikator2nya adalah model Budaya keselamatan dari seorang ahli psikologi
organisasi yang banyak meneliti dan menjadi konsultan dalam mengembangkan perilaku
selamat (safety behavior) dan budaya keselamatan (safety culture) yaitu Dominic Cooper⁵.
Menurutnya Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di sebuah perusahaan yang
merupakan bagian dari budaya organisasi bisa dilihat dari 3 indikator yaitu :

1. Aspek psikologis pekerja terhadap K3 (psychological aspects, what people, feel, what
is believe)
2. Aspek perilaku K3 pekerja (behavioral aspects, what people do, what is done,)
3. Aspek situasi atau organisasi dalam kaitan dengan K3 (situational aspects, what
organizational has, what is said)

Menurut pandangan ini bila suatu perusahaan mempunyai budaya K3 yang kuat tentu
akan memiliki budaya organisasi juga kuat dan akan berorientasi pada K3 dalam produksi.
Pekerja atau SDM diperusahaan tentu akan memiliki nilia2 K3 dan persepsi terhadap bahaya
secara benar yang serta akan menampilkan perilaku K3 yang diharapkan secara konsisten.
Perusahaan juga akan mempunyai organisasi dan manajemen, system manajemen K3 yang
tepat dan diterapkan secara konsisten serta mempunyai peralatan dan anggaran yang sesuai
dan lain sebagainya.
Budaya K3 merupakan sebuah kesatuan dari tiga aspek yaitu nilai – nilai K3 dan
persepsi K3 dari setiap pekerja, aspek perilaku K3 bekerja sehari – hari dan juga aspek
Organisasi dan Manajemen K3 yang ada diperusahaan. Ketiga aspek tersebut saling
berinteraksi dan berkaitan antara satu dan yang lainnya dan tidak dapat berdiri sendiri secara
terpisah.
Karena itu budaya keselamatan tidak dapat digambarkan hanya dengan sebuah
indikator saja (single indicator) yang hanya menggambarkan salah satu aspek saja. Budaya
keselamatan merupakan suatu konsep yang menyangkut aspek manusia (Human being) yang
memilki aspek internal yang tidak terlihat (Mind) maupun eksternal yang terlihat (Behavior)
yang tentunya keberadaannya hadir dalam suatu konteks social (Community atau
Organization).
Oleh karenanya budaya keselamatan perlu difahami dalam kerangka indikator ganda
(Multiple Indicators) yaitu indikator psikologis, indikator perilaku dan indikator organisasi.
Tanpa ketiga indikator tersebut sulit untuk memperoleh gambaran suatu budaya keselamatan
sebagai bagian dari budaya organisasi disebuah perusahaan.

Program dalam mengembangkan Budaya K3


Program pengembangan Budaya K3 secara global sangat bervariasi karena masing-
masing program dilandasi oleh model konsepsual yang dipakai. Pada umumnya program
yang ada sifatnya sangat komprehensif dan biasanya terdiri dari suatu program utama yang
kemudian dikuti dengan beberapa program lainnya yang satu sama lain saling terkait dan
tidak berdiri sendiri-sendiri secara terpisah. Program tersebut biasanya tersusun secara
sistimatis dan terencana dalam kerangka waktu yang panjang.
Seperti contoh misalnya, di sebuah tambang batubara (coalmining) yang saat ini
mengembangkan budaya selamat melalui pendekatan Leadership (keteladanan dalam
keselamatan) juga mengembangkan program2 lain yang terkait seperti misalnya dengan
program Behavioral-Based Safety, peningkatan pengawasan serta pengembangan dan
pemantuan penerapan sistim manajemen K3 terintegrasi dan juga kelengkapan peralatan K3
dan lain2 sebagainya.
Biasanya sebelum program di mulai dilakukan terlebih dahulu kajian (assessment)
terhadap kondisi yang ada saat itu untuk mendapat gambaran profile budaya keselamatan
yang ada sehingga tergambar aspek yang perlu ditingkatkan dan aspek2 yang perlu
dipertahankan. Setelah program dijalankan kemudian dalam kurun waktu satu tahun dapat
diukur lagi perubahan yang terjadi dan kemudian disusun kembali program lainnya sebagai
suatu program perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement).
Contoh di tambang batubara yang lain, adalah pengembangan program ‘Peningkatan
Kepempinan Keselamatan pada Supervisor’ (supervisory safety leadership improvement)
yang tentunya diikuti dengan penerapan program lainnya seperti Behavior-Based Safety,
JSA, Risk Management, System Audit serta penigkatan pemahaman SMK3 pada seluruh
pekerja disemua tingkatan.
Karena itulah banyak kajian, baik dalam jurnal ilmiah maupun praktis, yang
membahas program2 tunggal yang hanya terfokus pada satu aspek saja (missal pada aspek
perilaku manusia) yang mempertanyakan keberhasilan program tunggal tersebut terhadap
perubahan meningkatnya budaya K3.
Semakin jelas bahwa hanya dengan suatu program tunggal saja yang hanya
terfokus pada satu aspek, misal pada aspek perilaku manusianya semata-mata, nampaknya
akan mempunyai dampak yang tidak besar pada peningkatan budaya K3 di organisasi.
Karena aspek lain seperti aspek psikologis dan terutama aspek organisasi dan sistim
manajemen K3 tidak kalah penting dan mempunyai peranan yang cukup besar dalam
meningkatkan budaya K3.
BAB II
MANAJEMEN K3

A.Identifikasi Bahaya dan Resiko


Unit Pelabuhan Tarahan pada bulan Agustus 2015 sampai Agustus 2016. Terjadi
kecelakaan kerja pada bulan Mei sebanyak dua orang, yang pertama tergolong cidera berat
yaitu korban mengalami patah tulang paha pada bagian atas kaki sebelah kanan dan korban
kedua tergolong cidera fatal yaitu meninggal dunia. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti
pada Pembina K3L korban kecelakaan bukan berasal dari karyawan tetap PT Bukit Asam
melainkan karyawan kontrak yaitu karyawan yang sedang bekerjasama dari perusahaan lain.
Kecelakaan kerja diakibatkan oleh perilaku karyawan itu sendiri yaitu kelalaian karyawan
tidak mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP), yaitu menggantikan karyawan tanpa
sepengetahuan pihak Bukit Asam. Kedua, diakibatkan oleh kondisi yang tidak aman yaitu
karyawan kontrak tidak melakukan pengecekan secara rutin terhadap peralatan yang
digunakan. Pihak Bukit Asam hanya melakukan pengecekan peralatan pada awal kontrak.
KEPMEN 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum Pasal 40 yaitu:
1. Cidera Ringan
Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja tambang tidak mampu
melakukan tugas rutin semula lebih dari 1 hari dan kurang dari 3 minggu, termasuk hari
Minggu dan hari libur.
2. Cidera Berat
a. Menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas rutin semula lebih dari 3
minggu, termasuk hari Minggu dan hari libur.
b. Menyebabkan pekerja tambang cacat tetap yang tidak mampu menjalankan tugas semula.
c. Mengalami cidera seperti salah satu dibawah ini:
a) Keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan bawah, lengan atas,
paha atau kaki.
b) Pendarahan di dalam atau pingsan disebabkan kekurangan oksigen.
c) Luka berat atau luka terbuka atau terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuan tetap.
d) Persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.
3. Fatal atau Mati
Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati dalam waktu 24 jam
terhitung dari waktu terjadinya kecelakaan.

B.SMK3 DAN P2K3


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 Pasal 2 tujuan penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu:

1. Meningkatkan efektivitas perlindungan K3 yang terencana, terukur dan terintegrasi.


2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja atau buruh, dan serikat pekerja atau serikat
buruh.
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien untuk mendorong
produktivitas.

C.SISTEM PELAPORAN DAN KOMPENSASI K3


Menurut Permenker No.03/MEN/1998 tentang tata cara pelaporan dan pemeriksaan
kecelakaan kerja adalah:
1. Pengurus atau pengusaha wajib melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja pimpinannya.
2. Kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Kecelakaan kerja
b. Kebakaran atau peledakan atau bahaya pembuangan limbah
c. Kejadian berbahaya lainnya
3. Pengurus atau pengusaha yang telah dan belum mengikutsertakan pekerjanya
kedalam program jaminan sosial ketenaga kerja berdasarkan Undang-Undang No.
3 Tahun 1992
4. Laporan meliputi:
a. Data umum
1) Identitas perusahaan
2) Informasi kecelakaan
3) Keterangan lain
b. Data korban
1) Jumlah korban
2) Nama
3) Akibat kecelakaan
4) Keterangan cidera
c. Fakta yang dibuat
1) Kondisi yang berbahaya
2) Tindakan yang berbahaya
d. Uraian terjadinya kecelakaan
e. Sumber kecelakaan
f. Tipe kecelakaan
g. Penyebab kecelakaan
h. Syarat-syarat yang diberikan
i. Tindakan lebih lanjut
j. Hal-hal yang perlu dilaporkan

Kompensasi diberikan kepada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja. Besarnya


kompensasi yang diberikan kepada pegawai/karyawan perusahaan, tergantung pada
seberapa parah kondisi cedera atau luka yang dialami oleh pegawai/karyawan perusahaan.
Perusahaan bekerjasama dengan Jamsostek ketenagakerjaan untuk pemberian jaminan
kesehatan dan keselamatan pada pekerja atau karyawan perusahaan.
BAB III
SISTEM KESELAMATAN KERJA

A. ALAT PENGAMAN DAN APD


Adapun jenis-jenis alat pelindung diri yang digunakan oleh karyawan PT. Bukit Asam
Persero tbk saat melakukan pekerjaannya yaitu:
a. Helm
Helm merupakan alat pelindung diri yang berfungsi untuk melindungi kepala dari
kejatuhan benda keras dan resiko terbentur. Helm selalu di gunakan oleh tenaga kerja selama
berada dalam lokasi perusahaan. Karyawan di PT. Bina Guna Kimia semua memakai helm
bila berada di lokasi kecuali di kantor.
b. Safety Glass
Safety glass merupakan alat pelindung diri yang berfungsi untuk melindungi mata.
Safety glass diperuntukkan bagi tenaga kerja dibagian maintenance, workshop dan ruang
Quality Control (QC) atau laboratorium.
c. Masker Katun
Masker katun di gunakan untuk melindungi pekerja dari debu yang dihasilkan selama
proses produksi terutama di bagian mesin illapak dan pada bagian gudang pasir. Masker ini
digunakan untuk sekali pakai dan sesudah itu masker akan dibuang.
d. Masker Respirator
Masker Respirator digunakan untuk tenaga kerja yang bekerjanya berhadapan dengan
gas bahan kimia yang berbahaya, korosif dan dapat menimbulkan iritasi. Masker respirator
digunakan oleh pekerja yang bekerja di bagian liquid dan pada pekerja di bagian formulator.
e. Tameng Muka
Tameng muka digunakan untuk tenaga kerja yang bekerja di bagian workshop.
f. Sarung Tangan Katun
Sarung tangan katun digunakan untuk pekerja yang di bagian warehouse dan
digunakan pada karyawan yang bekerja di bagian produksi.
g. Sarung Tangan Nitril.
Sarung tangan nitril sering dipakai untuk pekerja yang bekerja di bagian liquid.
Sarung tangan nitril terbuat dari karet dan biasanya berwarna hijau.
h. Appron
Appron digunakan untuk tamu atau visitor yang berkunjung ke PT. Bina Guna Kimia
dan appron ini berwarna putih.
i. Safety Shoes
Safety shoes merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kaki
dari bahaya kejatuhan benda keras dan tersiram bahan kimia. Safety shoes digunakan untuk
semua tenaga kerja yang bekerja di semua bagian produksi.
j. Celemek
Celemek diperuntukkan untuk pekerja di bagian formulator khususnya yang berada di
bagian liquid.
k. Welding Gloves
Welding Gloves merupakan alat yang digunakan untuk melindungi tangan dari
bahaya pengelasan. Welding Gloves banyak digunakan pada bagian workshop.
l. Medical Oxygen
Medical Oxygen ini digunakan bila ada tenaga kerja yang mengalami kecelakaan
yang disebabkan oleh ganguan pernafasan sementara. Medical oxygen berada disemua bagian
produksi dan disetiap unit departemen.

B.BAHAN KIMIA BERBAHAYA


1. Cairan NaOH
Cairan NaOH merupakan bahan kimia yang bersifat basa kuat dan digunakan
di boiler untuk perawatan internal. Cairan NaOH bertujuan untuk mencegah
terjadinya korosi dan kerak dalam boiler. Cairan NaOH dapat menyebabkan korosi
pada pekerja maupun benda yang terkena dengan cairan ini.
C. PTD dan Investigasi Kecelakaan

Tanggap darurat merupakan elemen paling penting dalam SMK3, untuk menghadapi
setiap kemungkinan yang terjadi. Tujuan K3 adalah untuk mecegah kejadian atau
kecelakaan yang tidak diinginkan. Namun demikian jika sistem pencegah mengalami
kegagalan sehingga terjadi kecelakaan, hendaknya keparahan atau konsekuensi yang
ditimbulkan dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan sistem tanggap darurat
guna mengantisipasi berbagai kemungkinan kecelakaan, kebakaran/ledakan, bocoran
bahan kimia atau pencemaran ( Ramli, 2010 ). Adapun program tanggap darurat yaitu:
1. Pengadaan sarana proteksi kebakaran aktif ( detektor, alarm, APAR, hidran )
2. Pengadaan sarana penyelamatan jiwa ( tempat berhimpun )
3. Pembentukan manajemen penanggulanagn keadaan darurat, latihan tanggap darurat
kebakaran)
Ada beberapa langkah dalam menginvestigasi kecelakaan kerja yaitu:
1. Segera kumpulkan segala informasi terkait dengan kecelakaan
Hal yang paling pertama yang harus dilakukan adalah sebisa mungkin segera
mengumpulkan semua data dan informasi terkait dengan kecelakaan kerja
2. Membentuk tim investigasi
Segera membentuk tim investigasi untuk melakukan investigasi. Besar tim investigasi
tergantung pada jenis kecelakaannya. Jika kasus kecelakaan adalah kecelakaan rinbgan
yang tidak mengakibatkan dampak yang signifikan bisa saja tim hanya beranggotakan
satu atau dua orang sajadari fasilitas kerja tersebut.
3. Meruntutkan kejadian kecelakaan kerja
Kejadian perlu diruntutkan untuk memudahkan tim dalam memahami alur cerita dari
awal sampai kecelakaan itu terjadi.
4. Mengidentifikasi semua kontrol
Kontrol yang dimaksud disini adalah kontrol yang dapat mencegah atau mengurangi
resiko kecelakaan kerja itu terjadi, atau mengurangi dampak dari kecelakaan.
5. Mengidentifikasi akar penyebab
Proses identifikasi akar penyebab adalah proses yang paling krusial. Disini tim
diharuskan untuk melakukan analisis dan menentukan apa yang menjadi akar
penyebab kecelakaan.
6. Membuat rekomendasi
Tim membuat rekomendasi-rekomendasi berupa solusi untuk mengatasi akar penyebab
tersebut sehingga kecelakaan serupa tidak terjadi lagi.
7. Membuat laporan
Melaporkan hasil investigasi ke manejemen atau top manejemen agar mereka dapat
menyetujui dan mendukung hasul dari investigasi ini dan berkomitmen untuk
menerapkan rekomendasi yang telah dibuat oleh tim agar kecelakaan kerja yang serupa
tidak terulang.
BAB IV
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh pelaksanaan
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan PT Bukit Asam (Persero)
Tbk. Unit Pelabuhan Tarahan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. K3 berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT Bukit Asam (Persero)
Tbk. Unit Pelabuhan Tarahan. (Hipotesis didukung)
2. Indikator K3 yang paling berpengaruh adalah indikator pencegahan bahaya kerja dan
indikator peraturan keselamatan dan kesehatan.

B. Saran
Beberapa hal yang dapat menjadi masukan pada penelitian ini berdasarkan hasil dan
pembahasan yang telah dipaparkan adalah:
1. Karyawan PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Unit Pelabuhan Tarahan sebaiknya lebih
memahami prosedur yang relevan dari setiap tugas yang diberikan perusahaan, sehingga
dapat mendukung peningkatan kinerja.
2. Karyawan PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Unit Pelabuhan Tarahan sebaiknya lebih
meningkatkan tantangan baru dalam pekerjaan, sehingga dapat menambah pengalaman yang
dapat melatih kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA

Bakti, Zainal. 2014. “Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Sesuai
PP No.50 Tahun 2012”. http://www.a2k4-ina.net/informasi/163-sistim-manajemen
keselamatandan- kesehatan-kerja-smk3-sesuai-pp-no-50-tahun-2012. Diakses 20 September
2016.

Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: Erlangga. BPJS. 2016.
“Jumlah Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih Tinggi”.
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/Jumlah-kecelakaankerja- di-Indonesia-
masih-tinggi.html. Diakses 5 September 2016.

Dewi, Rijuna. 2006. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara.

Funmilayo, Oketunji Serah. 2014. “Influence of Occupational Health and Safety (OHS)
Information Availability and Use on Job Performance of Library Personnel in Public
Universities in South-West Nigeria”. Europan Scientific Journal. Vol.10, No.14, Hal.337-
350..

Katsuro, P., Gadzirayi C. T., M. Taruwona, Mupararano Suzanna. 2010. “Impact of


Occupational Health and Safety on Worker Productivity : A Case of Zimbawe Food
Industry”. Journal of Business Management. Vol.4, No.13, Hal.2644-2651.

Nunez, Imanol dan Villanueva, Mikel. 2011. “Safety Capital: the Management of
Organizational Knowledge on Occupational Health and Safety”. Journal of Workplace
Learning. Vol. 23, No.1, Hal.56-71.

Setiawan, Darmawan Saputra. 2014. “KEPMEN 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan


dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum”.
http://www.darmawansaputra.com/2014/09/kepmen-555k26mpe1995-
tentang-keselamtan.html. Diakses 5 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai