DISUSUN OLEH:
FITRIANI
17TKM1218
TKM IA
Puji syukur kita senantiasa panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa
pula kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dan arahan dari dosen mata
kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja, bapak Safaruddin, Dr. Idi Amin, ST. M.Si. yang
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan pemahaman bagi
para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
BAB 1 Filosofi K3
A. Gambaran Umum Perusahaan K3
B. Proses Produksi dan Utinitas
C. Filosofi dan Budaya K3
BAB II Manajemen K3
A. Identifikasi dan Bahaya Resko
B. SMK3 dan P2K3
C. Sistem Pelaporan dan Kompensasi K3
BAB III Sistem Keselamatan Kerja
A. Alat Pengaman dan APD
B. Bahan Kimia Berbahaya
C. PTD, SPK dan invertigasi Kecelakaan
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
FILOSOPI K3
Pelatihan karyawan
Pelatihan sebagai pengganti pengalaman kerja. Kurangnya keterampilan karyawan
merupakan salah satu penyebab timbulnya kecelakaan kerja. Karyawan baru dalam sebuah
perusahaan perlu diberikan pelatihan agar dapat memahami pekerjaannya dengan baik.
Karyawan lama perlu diberikan pelatihan untuk tujuan peningkatan pekerjaan atau
perpindahan pekerjaan lain.
Kualitas supervisor
Pengawasan atas pekerjaan karyawan dalam perusahaan sangat menentukan hasil kerja dan
keamanan kerja karyawan. Tidak sedikit bahwa kurangnya kualitas supervisor dapat
menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja. Karyawan sangat membutuhkan bimbingan dan
arahan dari supervisor untuk dapat memahami pekerjaan mereka.
Ergonomik
Berbagai jenis peralatan yang digunakan untuk memperoleh hasil kerja yang diinginkan,
kesalahan dalam menggunakan peralatan dan lingkungan lain yang berkaitan dengan
pekerjaan tersebut dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Suatu tindakan untuk mengatasi
permasalahan itu melalui ergonomik, yaitu menyesuaikan mesin dan lingkungan dengan
keahlian yang dimiliki karyawan.
Buktinya saat ini PT BA tengah menggarap tiga proyek transportasi batubara dengan
kereta api dari lokasi tambang di Tanjung Enim Sumatera Selatan meniju pelabuhan dan
dermaga bataubara di Lampung dan Sumatera Selatan dengan total kapasitas angkutan
sebesar 82,7 juta ton.
Adapun ketiga proyek itu, pertama adalah proyek peningkatan kapasitas angkut
batubara Kereta Api Eksisting yang di operasikan PT Kereta Api Indonesia[KAI] dari lokasi
tambang di Tanjung Enim menuju Pelabuhan Tarahan Bandar Lampung dan Dermaga
Kertapati Palembang. Tahun 2010 kapasitas angkut kereta api PT KAI sudah menandatangani
Coal Transportation Agreement atau Perjanjian Tranportasi Batubara untuk mengangkut
batubara PTBA dengan kapasitas 22,7 juta ton pertahun.
Kedua, pembangunan transportasi kereta api baru dari Tanjung Enim menuju
pelabuhan baru di Lampung berkapasitas 25 juta ton pertahun dengan bentangan rel
sepanjang 307 kilometer.Proyek yang kontrak EPC-nya senilai USD 1,3 miliar yang sudah di
tandatangani Maret 2010 lalu, melalui konsorsium PT Bukit Asam Tanspacific
Railway(BATR). “PT BA menguasai 10 persen sahamnya, PT Transpacific Railway
Infrastructure 80 persen dan China Railway Engineering 10 persen. “ kata Sekretaris
Perusahaan PT Bukit Asam, Achmad Sudarto di Jakarta, baru-baru ini.
Dijelaskannya, saat ini statusnya masih dalam proses penyelesain design. Diharapkan
proyek ini mulai beroperasi secara komersialisai pada tahun pertama di tahun 2017 mulai
beroperasi dengan kapasitas puncaknya sebesar 25 juta ton per tahun.
Ketiga atau yang terakhir merupakan proyek pembangunan transportasi kereta api dari
Tanjung Enim menuju pelabuhan baru di wilayah Tanjung Api-api, di Pantai timur Sumsel.
Proyek ini di bangun oleh Adani Global dan Pemprov Sumatera Selatan.
Sementara posisi PTBA, adalah pihak yang mempunyai kewajiban untuk menyuplai
batubaranya sebesar 35 juta ton per tahun. “Head of Agreement untuk Coal Transportation
Agreement proyek ini ditandatangani bulan Agustus 2010 lalu. Sedangkan operasi
komersialnyadiharapkan mulai tahun 2014 sebesar 7,5 juta ton per tahun dan tahun kelima
ditargetkan sudah bisa mengangkut 35 juta ton batubara PTBA per tahunnya, “ tutur Achmad
Sudarto.
Saat ini sumber daya batubara PTBA, di Tanjung Enim terdapat sekitar 6,36 milyar
ton dari total 7,29 milyar. Dengan selesainya pembangunan tiga proyek transportasi batubara
di atas, maka pada tahun 2015 produksi PTBA akan mencaoai 50 juta ton per tahun dan 2018
nanti akan naik menjadi 80-90 juta ton per tahun, termasuk tambahan dari penjualan di mulut
tambang, paparnya.Proyek Lain
Di luar proyek pembangunan sarana trasportasi, sejumlah proyek lainnya yang sedang
digarap PTBA, di antaranya proyek pembangunan PLTU Banjarsari 2 x 100 MW di mulut
tambang di Lahat Sumatera Selatan. Pembangunan konstruksinya diharapkan sudah bisa
dimulai awal tahun depan oleh CNEEC dari China sebagai kontraktor EPC yang sudah
ditunjuk.
Selain itu, pengembangan proyek Coal Bed Methane yang melibatkan PTBA sebesar
27,5 persen sahamnya, Pertamina 27,5 persen dan Arrow Energy 45 persen, saat ini sudah
menyelesaikan tahap penandatanganan Joint Operation Agreement antara PTBA – PT
Pertamina dan Arrow Energy. Proyek yang wilayah operasinya di Tanjung Enim ini akan
menghasilkan sekitar 50 MMSCF/day atau sekitar 50 juta kaki kubik gas per hari dan
ditargetkan mulai beroperasi tahun 2013 mendatang.
Hingga Triwulan III tahun 2010, volume penjualan PTBA mengalami kenaikan
sebesar 12 persen atau naik menjadi 9,78 juta ton, dibandingkan volume penjualan periode
yang sama pada tahun lalu sebesar 8,73 juta ton. Akibat terjadinya penurunan harga batubara
pada periode ini, maka Pendapatan PTBA mengalami penurunan sebesar 10 persen atau
menjadi Rp 5,9 triliun dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun 2009 sebesar
Rp 6,9 triliun. Penurunan harga pasar ini disertai pula oleh kenaikan Harga Pokok Produksi
(HPP) akibat naiknya tarif angkut kereta api.
Semua ini telah menempatkan posisi PTBA periode januari-september 2010 untuk
Laba kotor menjadi sebesar Rp 2,6 triliun, Laba Bersih Rp 1,4 triliun.Namun demikian,
kondisi eksternal yang kurang kondusif ini tidak mengurangi minat investor terhadap saham
PTBA, di mana saham PTBA selalu menunjukkan kinerja yang cukup baik. Pada penutupan
perdagangan saham tahun 2009 tanggal 30 Desember 2009, saham PTBA menempati angka
Rp 17.250 per saham. Tanggal 10 November kemarin, saham PTBA mencatat rekor harga
tertingginya, yaitu Rp 21.850,- per saham dan penutupannya dengan harga Rp 21.800, per
saham. Heldian/Abus.
Management is responsible
Manajemen perusahaan adalah yang paling bertanggung jawab mengenai K3.
Sebagian tanggung jawab dapat dilimpahkan secara beruntun ke tingkat yang lebih bawah
1. Aspek psikologis pekerja terhadap K3 (psychological aspects, what people, feel, what
is believe)
2. Aspek perilaku K3 pekerja (behavioral aspects, what people do, what is done,)
3. Aspek situasi atau organisasi dalam kaitan dengan K3 (situational aspects, what
organizational has, what is said)
Menurut pandangan ini bila suatu perusahaan mempunyai budaya K3 yang kuat tentu
akan memiliki budaya organisasi juga kuat dan akan berorientasi pada K3 dalam produksi.
Pekerja atau SDM diperusahaan tentu akan memiliki nilia2 K3 dan persepsi terhadap bahaya
secara benar yang serta akan menampilkan perilaku K3 yang diharapkan secara konsisten.
Perusahaan juga akan mempunyai organisasi dan manajemen, system manajemen K3 yang
tepat dan diterapkan secara konsisten serta mempunyai peralatan dan anggaran yang sesuai
dan lain sebagainya.
Budaya K3 merupakan sebuah kesatuan dari tiga aspek yaitu nilai – nilai K3 dan
persepsi K3 dari setiap pekerja, aspek perilaku K3 bekerja sehari – hari dan juga aspek
Organisasi dan Manajemen K3 yang ada diperusahaan. Ketiga aspek tersebut saling
berinteraksi dan berkaitan antara satu dan yang lainnya dan tidak dapat berdiri sendiri secara
terpisah.
Karena itu budaya keselamatan tidak dapat digambarkan hanya dengan sebuah
indikator saja (single indicator) yang hanya menggambarkan salah satu aspek saja. Budaya
keselamatan merupakan suatu konsep yang menyangkut aspek manusia (Human being) yang
memilki aspek internal yang tidak terlihat (Mind) maupun eksternal yang terlihat (Behavior)
yang tentunya keberadaannya hadir dalam suatu konteks social (Community atau
Organization).
Oleh karenanya budaya keselamatan perlu difahami dalam kerangka indikator ganda
(Multiple Indicators) yaitu indikator psikologis, indikator perilaku dan indikator organisasi.
Tanpa ketiga indikator tersebut sulit untuk memperoleh gambaran suatu budaya keselamatan
sebagai bagian dari budaya organisasi disebuah perusahaan.
Tanggap darurat merupakan elemen paling penting dalam SMK3, untuk menghadapi
setiap kemungkinan yang terjadi. Tujuan K3 adalah untuk mecegah kejadian atau
kecelakaan yang tidak diinginkan. Namun demikian jika sistem pencegah mengalami
kegagalan sehingga terjadi kecelakaan, hendaknya keparahan atau konsekuensi yang
ditimbulkan dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan sistem tanggap darurat
guna mengantisipasi berbagai kemungkinan kecelakaan, kebakaran/ledakan, bocoran
bahan kimia atau pencemaran ( Ramli, 2010 ). Adapun program tanggap darurat yaitu:
1. Pengadaan sarana proteksi kebakaran aktif ( detektor, alarm, APAR, hidran )
2. Pengadaan sarana penyelamatan jiwa ( tempat berhimpun )
3. Pembentukan manajemen penanggulanagn keadaan darurat, latihan tanggap darurat
kebakaran)
Ada beberapa langkah dalam menginvestigasi kecelakaan kerja yaitu:
1. Segera kumpulkan segala informasi terkait dengan kecelakaan
Hal yang paling pertama yang harus dilakukan adalah sebisa mungkin segera
mengumpulkan semua data dan informasi terkait dengan kecelakaan kerja
2. Membentuk tim investigasi
Segera membentuk tim investigasi untuk melakukan investigasi. Besar tim investigasi
tergantung pada jenis kecelakaannya. Jika kasus kecelakaan adalah kecelakaan rinbgan
yang tidak mengakibatkan dampak yang signifikan bisa saja tim hanya beranggotakan
satu atau dua orang sajadari fasilitas kerja tersebut.
3. Meruntutkan kejadian kecelakaan kerja
Kejadian perlu diruntutkan untuk memudahkan tim dalam memahami alur cerita dari
awal sampai kecelakaan itu terjadi.
4. Mengidentifikasi semua kontrol
Kontrol yang dimaksud disini adalah kontrol yang dapat mencegah atau mengurangi
resiko kecelakaan kerja itu terjadi, atau mengurangi dampak dari kecelakaan.
5. Mengidentifikasi akar penyebab
Proses identifikasi akar penyebab adalah proses yang paling krusial. Disini tim
diharuskan untuk melakukan analisis dan menentukan apa yang menjadi akar
penyebab kecelakaan.
6. Membuat rekomendasi
Tim membuat rekomendasi-rekomendasi berupa solusi untuk mengatasi akar penyebab
tersebut sehingga kecelakaan serupa tidak terjadi lagi.
7. Membuat laporan
Melaporkan hasil investigasi ke manejemen atau top manejemen agar mereka dapat
menyetujui dan mendukung hasul dari investigasi ini dan berkomitmen untuk
menerapkan rekomendasi yang telah dibuat oleh tim agar kecelakaan kerja yang serupa
tidak terulang.
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh pelaksanaan
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan PT Bukit Asam (Persero)
Tbk. Unit Pelabuhan Tarahan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. K3 berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan PT Bukit Asam (Persero)
Tbk. Unit Pelabuhan Tarahan. (Hipotesis didukung)
2. Indikator K3 yang paling berpengaruh adalah indikator pencegahan bahaya kerja dan
indikator peraturan keselamatan dan kesehatan.
B. Saran
Beberapa hal yang dapat menjadi masukan pada penelitian ini berdasarkan hasil dan
pembahasan yang telah dipaparkan adalah:
1. Karyawan PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Unit Pelabuhan Tarahan sebaiknya lebih
memahami prosedur yang relevan dari setiap tugas yang diberikan perusahaan, sehingga
dapat mendukung peningkatan kinerja.
2. Karyawan PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Unit Pelabuhan Tarahan sebaiknya lebih
meningkatkan tantangan baru dalam pekerjaan, sehingga dapat menambah pengalaman yang
dapat melatih kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA
Bakti, Zainal. 2014. “Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Sesuai
PP No.50 Tahun 2012”. http://www.a2k4-ina.net/informasi/163-sistim-manajemen
keselamatandan- kesehatan-kerja-smk3-sesuai-pp-no-50-tahun-2012. Diakses 20 September
2016.
Bangun, Wilson. 2012. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: Erlangga. BPJS. 2016.
“Jumlah Kecelakaan Kerja di Indonesia Masih Tinggi”.
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/Jumlah-kecelakaankerja- di-Indonesia-
masih-tinggi.html. Diakses 5 September 2016.
Dewi, Rijuna. 2006. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara.
Funmilayo, Oketunji Serah. 2014. “Influence of Occupational Health and Safety (OHS)
Information Availability and Use on Job Performance of Library Personnel in Public
Universities in South-West Nigeria”. Europan Scientific Journal. Vol.10, No.14, Hal.337-
350..
Nunez, Imanol dan Villanueva, Mikel. 2011. “Safety Capital: the Management of
Organizational Knowledge on Occupational Health and Safety”. Journal of Workplace
Learning. Vol. 23, No.1, Hal.56-71.