celah-celah
adanya
kezaliman.
Mahasiswa
bukan
sebagai
pengamat dalam peran ini, namun mahasiswa juga dituntut sebagai pelaku
dalam
masyarakat,
karena
tidak
bisa
dipungkiri
bahwa
mahasiswa
control, and iron stock. Hingga suatu saat nanti, bangsa ini akan menyadari
bahwa mahasiswa adalah generasi yang ditunggu-tunggu bangsa ini..
Kitalah generasi itu..
Jaya mahasiswa.!!
tempat tinggal kami juga akan hilang, maka dari itu, kami berharap mahasiswa untuk dapat
bergerak, menyelamatkan kami!.
Kisah ini selalu membuat saya berlinang air mata, betapa pentingnya peranan mahasiswa bagi
masyarakat, betapa berharganya peran mahasiswa mengkritik apa yang salah dari pemerintah.
Berdasarkan itulah perlu dirumuskan peranan mahasiswa bukan hanya bagi negara, melainkan
masyarakat.
Dalam konteks era kekinian, peranan mahasiswa mengalami pergeseran nilai dan tujuan.
Mahasiswa kini tak lagi idealis seperti dulu, banyak peranan mahasiswa yang diboncengi oleh
banyak kepentingan yang ada. Selain itu, peranan mahasiswa yang seharusnya menjadi pembawa
aspirasi rakyat, kini mulai bergeser menjadi academic oriented saja dengan hanya belajar sebagai
kegiatan utama. Perlu ingat, mahasiswa hakikatnya lahir dari RAHIM RAKYAT, dan sudah
sepantasnyalah mahasiswa membela kepentingan rakyat.
Penulis sebagai mahasiswa dapat memetakan setidaknya ada empat peranan mahasiswa yang
menjadi tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul. Peranan ini diturunkan apa yang
seharusnya dan paling idealnya.
Creator of Change
Selama ini kita mendengar bahwa peranan mahasiswa hanya sebagai agen perubahan. Penulis
mengatakan itu tidaklah benar, mengapa? Karena dalam defininya kata agen hanya merujuk
bahwa mahasiswa hanyalah sebagai pembantu atau bahkan hanya menjadi objek perubahan,
bukan sebagai pencetus perubahan. Inilah alasan mengapa saat ini peranan mahasiswa banyak
yang diboncengi pencetus perubahan lain seperti partai politik, ormas, dan lainnya. Melihat dari
kata pencetus, mahasiswa seharusnya dapat bergerak independen, sesuai dengan idealisme
mereka.
Hal ini dapat lihat, ketika kondisi bangsa ini sekarang tidaklah ideal, banyak sekali permasalahan
bangsa yang ada, mulai dari korupsi, penggusuran, ketidakadilan, dan lain sebagainya.
Mahasiswa yang mempunyai idealisme sudah seharusnya berpikir dan bertindak bagaimana
mengembalikan kondisi negara menjadi ideal. Lalu, apa yang menjadi alasan untuk berubah?
Secara substansial, perubahan merupakan harga mutlak, setiap kebudayaan dan kondisi pasti
mengalami perubahan walaupun keadaanya tetap diam sudah menjadi hukum alam. Sejarah
telah membuktikan, bahwa perubahan besar terjadi di tangan generasi muda mulai dari zaman
nabi, kolonialisme, reformasi, dan lain sebagainya. Maka dari itu, mahasiswa dituntut bukan
hanya menjadi agen perubahan saja, melainkan pencetus perubahan itu sendiri yang tentunya ke
arah yang lebih baik.
Iron Stock
Peranan mahasiswa yang tak kalah penting adalah iron stock atau mahasiswa dengan
ketangguhan idealismenya akan menjadi pengganti generasi-generasi sebelumny, tentu dengan
kemampuan dan akhlak mulia. Dapat dikatakan, bahwa mahasiswa adalah aset, cadangan, dan
harapan bangsa masa depan. Peran organisasi kampus tentu mempengaruhi kualitas mahasiswa,
kaderasasi yang baik dan penanaman nilai yang baik tentu akan meningkatkan kualitas
mahasiswa yang menjadi calon pemimpin masa depan. Pasti timbul pertanyaan, bagaimana cara
mempersiapkan mahasiswa agar menjadi calon pemimpin yang siap pakai? Tentu jawabannya
adalah dengan memperkaya pengetahuan yang ada terhadap masyarakatnya. Selain itu,
mempelajari berbagai kesalahan yang ada pada generasi sebelumnya juga diperlukan sehingga
menjadi bahan evaluasi dalam pengembangan diri.
Ada satu pertanyaan yang menggelitik bagi saya, mengapa bernama iron stock? Bukan golden
atau silver stock? Hal ini masuk akal, karena sifat besi itu sendiri yang berkarat dalam jangka
waktu lama, sehingga diperlukan pengganti besi-besi sebelumnya. Filosofi ini dapat dibenarkan,
karena manusia yang disimbolkan sebagai besi tentu akan mati dan kehilangan tenaganya, maka
dari itu dibutuhkan generasi manusia baru sebagai pengganti yang lebih baik.
Social Control
Peran mahasiswa sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang tidak beres atau ganjil dalam
masyarakat dan pemerintah. Mahasiswa dengan gagasan dan ilmu yang dimilikinya memiliki
peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial dalam masyarakat. Mengapa harus
menjadi social control? Kita semua tahu, bahwa mahasiswa itu sendiri lahir dari rahim rakyat,
dan sudah seyogyanya mahasiswa memiliki peran sosial, peran yang menjaga dan memperbaiki
apa yang salah dalam masyarakat.
Saat ini di Indonesia, masyarakat merasakan bahwa pemerintah hanya memikirkan dirinya
sendiri dalam bertindak. Usut punya usut, pemerintah tidak menepati janji yang telah diumbarumbar dalam kampanye mereka. Kasus hukum, korupsi, dan pendidikan merajalela dalam
kehidupan berbangsa bernegara. Inilah potret mengapa mahasiswa yang notabene sebagai anak
rakyat harus bertindak dengan ilmu dan kelebihan yang dimilikinya. Lalu bagaimana cara agar
mahasiswa dapat berperan sebagai kontrol sosial? Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial
yang peduli pada keadaan rakyat yang mengalami penderitaan, ketidakadilan, dan ketertindasan.
Kontrol sosial dapat dilakukan ketika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan
rakyat, maka dari itu mahasiswa bergerak sebagai perwujudan kepedulian terhadap rakyat.
Pergerakan mahasiswa bukan hanya sekedar turun ke jalan saja, melainkan harus lebih
substansial lagi yaitu diskusi, kajian dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sifat peduli terhadap
rakyat juga dapat ditunjukkan ketika mahasiswa dapat memberikan bantuan baik secara moril
dan materil bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Moral Force
Moral force atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harus moral force? Mahasiswa dalam
kehidupannya dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat.
Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum
terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Kini, peran mahasiswa yang satu ini telah banyak ditinggalkan, banyak kegiatan mahasiswa yang
berorientasi pada kehidupan hedonisme. Amanat dan tanggung jawab yang telah dipegang oleh
mahasiswa sebagai kaum terpelajar telah ditinggalkan begitu saja. Jika ini terjadi, kegiatan
mahasiswa bukan lagi berorientasi pada rakyat, hal ini pasti akan menyebabkan generasi
pengganti hilang. Maka dari itu, peran moral force sangat dibutuhkan bagi mahasiswa Indonesia
yang secara garis besar memiliki goal menjadikan negara dan bangsa ini lebih baik.
Mahasiswa dengan segala keunikan dan kelebihannya masih sangat rentan, sebab posisi
mahasiswa yang dikenal sebagai kaum idealis harus berdiri tegap di antara idealisme mereka dan
realita kenyataan. Realita ini yang ada dalam masyarakat, di saat mahasiswa tengah berjuang
membela idealisme mereka, tenyata di sisi lain realita yang terjadi di masyarakat semakin buruk.
Saat mahasiswa berpihak pada realita, ternyata secara tak sadar telah meninggalkan idealisme
dan ilmu yang seharusnya di implementasikan. Inilah yang menjadi paradoks mahasiswa saat ini.
Posisi mahasiswa di masyarakat juga masih dianggap sebagai kaum ekslusif, kaum yang hanya
bisa membuat kemacetan di kala aksi, tanpa sekalipun memberikan hasil yang konkret, yang
dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan kata lain, perjuangan dan peran mahasiswa saat ini
telah kehilangan esensinya sehingga masyarakat sudah tidak menganggap peran mahasiswa
sebagai suatu harapan. Inilah paradigma yang seharusnya diubah, jurang lebar antara masyarakat
dan mahasiswa harus dihapuskan. Penulis berpendapat, bahwa peran mahasiswa saat ini
seyogyanya memiliki kesinergisan masyarakat dimana mahasiswa bernaung sebagai anak rakyat,
semoga.