Anda di halaman 1dari 46

SEJARAH KARATE

Lahirnya karate sebagai seni bela diri diketahui pada abad ke 19 adalah
Matsumara Shukon seorang prajurit samurai. Menurut sejarah sebelum menjadi
bagian dari jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang bebas
merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau
pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah
Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina.
Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar
belakang yang berbeda-beda datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada
orang-orang setempat. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang Hijrah
ke Cina sekembalinya ke Okinawa mengajarkan ilmu yang sudah didapatkan di
Cina.

Pada tahun 1477 Raja Soshin Nagamine di Okinawa memberlakukan larangan


pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1608 kelompok Samurai
Satsuma di pimpin oleh Shimazu Lehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan
larangan ini. Bahkan pengadilan Bakhucon juga menghukum bagi orang yang
melanggar larangan sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa
berlatih Okinawa te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryuku Kobudo (Seni
senjata) secara sembunyi-sembunyi mereka berlatih.

Namun demikian pada akhirnya Okinawa te mulai diajarkan ke sekolah-sekolah


tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi
karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi sebagai instruktur pertama ditunjuk
mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.

Karate ( ) Seni bela diri ini sedikit di pengaruhi oleh Seni bela diri Cina
kenp, Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote yang berarti Tangan China,
waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat itu sedang tinggi
sehingga Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China)
dalam kanji Jepang menjadi karate (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima
oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah
Kara dan berarti kosong. Dan yang kedua, te, berarti tangan'. Yang dua kanji
bersama artinya tangan kosong

Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate dunia dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada
tahun 1868. Gichin Funakoshis belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah
berlatih begitu lama, pada tahun 1916 Gitchin Funakoshi di undang ke Jepang
untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh
bela diri Jepang saat itu. Selanjutnya pada tahun 1921, Putra Mahkota yang kelak
akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Gichin Funakoshi
untuk demonstrasi karate. Bagi Gichin Funakoshi undangan ini sangat besar
artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana Shuri. Setelah
demonstrasinya yang kedua di Jepang, Gichin Funakoshi seterusnya tinggal di
Jepang selama di Jepang pula Gichin Funakoshi banyak menulis buku-bukunya
yang terkenal hingga sekarang seperti Ryukyu Kempo : Karate dan Karate
Kyoan.

Sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan Universitas.
Gichin funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama
Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang berarti
ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara tertiup angin
yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu
Gichin funakoshi menulis sebuah nama Shoto sebuah nama yang berarti
kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan Kan yang berarti ruang
atau balai utama tempat murid-muridnya berlatih. Simbol harimau yang digunakan
karate shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (Salah satu murid pertama Gichin
Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna
bahwa Harimau tidak pernah tidur. Digunakan dalam karate Shotokan karena
bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan
diri pikiran yang damai. Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas
beragam teknik pukulan, tendangan dan lompatan, gerakan yang ringan dan
cepat. Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup
untuk berlatih menguasai untuk penekanan fisik dan bela diri.

Gichin Funakoshi mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni.


Selanjutnya Gicin Funakoshi menjelaskan makna kata kara pada karate
mengarah kepada sifat kejujuran, rendah hati dari seseorang. Walaupun demikian
sifat kesatria tetap tertanam dalam kerendahan hatinya, demi keadilan berani
maju sekalipun berjuta lawan tengah menunggu.

Menurut Japan Karatedo Federation (JKF) dan World Karatedo Federation (WKF),
yang dianggap sebagai gaya karate yang utama yaitu:

1. Shotokan 2. Goju-Ryu 3. Shito-Ryu 4. Wado-Ryu

Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate yang utama karena turut serta
dalam pembentukan JKF dan WKF, namun gaya karate yang terkemuka di dunia
bukan hanya empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar seperti Kyokushin ,
Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas ke berbagai negara di dunia dan dikenal
sebagai aliran Karate yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam 4 besar
WKF.

Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh Jepang


adalah JKF. Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF
(dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations). Ada
pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang mewadahi karate
tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah terutama untuk meneguhkan
Karate yang bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda dengan aliran Kyokushin
atau Daidojuku yang "kontak langsung".

SEJARAH KARATE DI INDONESIA

Pada tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa Indonesia
yang telah menyelesaikan kuliahnya di Jepang yang bernama Drs. Baud A.D.
Adikusumo (Alm.). Beliau adalah seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam
dari M. Nakayama, JKA Shotokan.

Di Indonesia beliau mulai mengajarkan karate. Melihat banyaknya peminat yang


ingin belajar karate, lalu ia mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do
Indonesia) yang merupakan cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do
Indonesia). Sehingga beliau tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate di
Indonesia. Dan beliau juga adalah pendiri Indonesia Karate-DO (INKADO).

Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa
mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth
Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan
Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari aliran Shotokan adalah
Anton Lesiangi (pendiri Lembaga Karate-Do Indonesia/LEMKARI), yang pada
dekade 2005 karena masalah internal perguruan banyak anggota LEMKARI yang
keluar lalu kemudian mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional) yang
merupakan peleburan dari perguruan MKC (Medan Karate Club).

Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan,


Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wado dibawah
asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh Bp. C.A.
Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI) yang didirikan oleh
Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal Bp. Setyo Haryono dan beberapa tokoh
lainnya membawa aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwanto dengan beberapa tokoh
lainnya membawa aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga tumbuh di Indonesia
dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu (dengan tokohnya Bp. Dr. Markus Basuki)
dan SHINDOKA (dengan tokohnya Bp. Bert Lengkong). Selain aliran-aliran yang
bersumber dari Jepang diatas, ada juga beberapa aliran Karate di Indonesia yang
dikembangkan oleh putra-putra bangsa Indonesia sendiri, sehingga menjadi
independen dan tidak terikat dengan aturan dari Hombu Dojo (Dojo Pusat) di
negeri Jepang.

Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia, baik yang berasal dari Jepang
maupun yang dikembangkan di Indonesia sendiri (independen), setuju untuk
bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang
menjadi perwakilan WKF (World Karate Federation) untuk Indonesia. Dimana
perguruan karate yang bernaung dibawah FORKI

MEMAKNAI SUMPAH KARATE

Tradisi dalam membuka dan menutup latihan adalah mengucapkan dengan


lantang Tradisi Sumpah Karate. Tidak perlu diingat-ingat karena ucapan tentunya
sudah pasti hapal diluar kepala oleh para karateka. Tetapi apakah benar makna
yang terkandung di dalamnya meresap dalam tingkah laku kita sehari-hari ?

1. Sanggup Memelihara Kepribadian

Seorang Karateka berjiwa ksatria, sportif, berbudi pekerti luhur, tidak sombong dan
rendah hati

2. Sanggup Patuh Pada Kejujuran

Seorang Karateka pantang berbohong, jujur pada diri sendiri dan orang lain,
sehingga dapat dipercaya semua orang.

3. Sanggup Mempertinggi Prestasi

Sesuai tingkatan sabuk, seorang Karateka harus dapat meningkatkan kemampuan


diri dari segi teknik, fisik dan keilmuan serta filosofi Karate-Do. Bagi para atlet
harus rajin berlatih agar mampu meningkatkan prestasi yang sudah diraih.

4. Sanggup Menjaga Sopan Santun

Karateka adalah figur yang memiliki etika dalam kehidupan sehari-hari, baik di
perguruan, pekerjaan dan pergaulan di masyarakat. Menghormati dan menghargai
sesama Karateka (yunior, setara dan senior) maupun kepada orang lain.

Sebagaimana dinasihatkan Gichin Funakoshi :

Tanpa sopan santun kau tidak akan bisa berlatih Karate-Do. Hal ini tidak hanya
berlaku selama latihan saja namun juga dalam hidupmu sehari-hari.

5. Sanggup Menguasai Diri

Seorang Karateka yang menjiwai Karate-Do akan mampu mengendalikan


emosinya. Lebih memilih menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah
daripada kepalan tangan. Selalu menghindari perkelahian daripada menimbulkan
masalah apalagi mencederai orang lain. Teknik Karate hanya digunakan saat
keadaan benar-benar memaksa dan tak ada jalan lain untuk menghindar.

Gichin Funakoshi mengingatkan :


untuk mendapat seratus kemenangan dalam seratus pertarungan bukanlah
kemampuan yang tertinggi. Untuk menaklukkan lawan tanpa bertarung adalah
kemampuan yang tertinggi

MAKNA WARNA SABUK KARATE

Karate olahraga beladiri yang mempunyai ciri khas yang dapat dibedakan dari
jenis olahraga beladiri lainnya seperti Silat, Judo, Kung Fu, Kempo dan beladiri
lainnya. Perbedaan ini dapat dilihat baik secara filosofi, tehnik gerakan maupun
atribut yang digunakan selama menjalani proses latihan, pertandingan serta pada
saat pelaksanaan ujian kenaikan sabuk/ tingkat.

Salah satu perbedaan di dalam penggunaan atribut yakni peralatan dan


perlengkapan yang dipergunakan, seperti baju dan sabuk. Namun demikian antara
beladiri Karate dan Judo memiliki kesamaan di dalam menentukan sistem
peringkat, yaitu dengan membedakan berdasarkan warna sabuk. Sebagaimana
yang diakui oleh Master Gichin Funakoshi bahwa Karate didalam menggunakan
system pemeringkat mengadopsi/meniru sistem yang dipergunakan didalam
beladiri Judo.

Dalam beladiri Karate warna sabuk (obi) dipergunakan untuk membedakan antara
satu karateka dengan karateka lainnya. Sabuk yang dipergunakan oleh karateka
pemula saat mulai berlatih Karate dimulai dari sabuk putih. Secara filosofis,
perbedaan sabuk Karate ini untuk menunjukkan bahwa karateka harus menjunjung
tinggi sikap saling menghomati satu sama lainnya. Karateka yang baru belajar
atau pemula harus menghormati karateka yang sudah lebih tinggi sabuk yang
diraihnya, meski secara umur lebih muda. Namun demikian karateka yang sudah
meraih sabuk lebih tinggi dari yang lainnya, wajib untuk menghargai dan
menghormati pula karateka yang baru belajar. Sikap ini sejalan dengan prinsip
Karate yang dijelaskan oleh Gichin Funakoshi bahwa Karate diawali dan diakhiri
oleh sikap menghormati dan saling menghargai. Obi sebagai sistem pemeringkat
menggunakan ukuran kyu (kadang berbeda antara satu perguruan dengan
perguruan lainnya) yang merupakan bentuk representasi dari Karate dalam
menunjukkan bahwa karateka harus berproses dalam semua tujuan yang
diinginkan. Untuk menjadi sekedar sabuk hitam, harus mulai belajar dasar. Untuk
mengejar nilai kebaikan melalui perolehan sabuk hitam, harus belajar dari dasar.
Kecuali untuk tokoh yang memberikan kontribusi dan dukungan nyata terhadap
Karate mereka bisa mendapat penghargaan sabuk hitam kehormatan. Dengan
demikian, perbedaan sabuk ini selain sebagai pelajaran bagi karateka untuk terus
belajar dan berproses dalam meraih tujuan, juga saling menghormati dan
menghargai sesama karateka adalah kemutlakan untuk dijalani.
Sabuk Karate sendiri terdiri dari 6 warna sabuk yang diawali dari sabuk putihdan
yang tinggi sabuk hitam. Arti dari warna sabuk tersebut yakni :

SABUK PUTIH: melambangkan kemurnian dan kesucian. Kemurnian dan kesucian


ini merupakan kondisi dasar dari pemula untuk menerima dan mengolah hasil
latihan dari guru masing-masing. Artinya berkembang atau tidaknya karateka ini
tergantung dari apa yang diberikan oleh senpai atau sensei mereka. Kemudian,
setelah materi atau nilai Karate telah disampaikan sesuai dengan apa yang
seharusnya, selanjutnya tanggung jawab ada pada masing-masing individu.

SABUK KUNING: melambangkan warna matahari yang diibaratkan bahwa karateka


telah melihat hari baru dimana dia telah mampu memahami semangat Karate,
berkembang dalam karakter kepribadiannya dan juga teknik yang telah dipelajari.
Sabuk kuning juga merupakan tahapan terakhir dari seorang raw beginner dan
biasanya sudah mulai belajar tahapan-tahapan gerakan kumite bahkan ada juga
yg mulai turun di suatu turnamen.

SABUK HIJAU: Sabuk ini merepresentasikan warna rumput dan pepohonan.


Pemegang sabuk hijau ini sudah harus mampu memahami dan menggali lebih
dalam lagi segala sesuatu yang berkaitan dengan karate seiring dengan
bertumbuhnya semangat dan teknik gerakan yang sudah dikuasainya. Sifat dari
warna hijau ini adalah pertumbuhan dan harmoni. Dengan demikian seorang
karateka sabuk hijau diharapkan dalam proses pertumbuhannya mulai bisa
memberikan harmoni dan keseimbangan bagi lingkungan.

SABUK BIRU: Warna sabuk ini melambangkan samudera dan langit. Artinya
karateka harus mempunyai semangat luas seperti angkasa dan sedalam
samudera. Karateka harus sudah mampu memulai berani untuk menghadapi
tantangan yang dihadapinya dengan semangat tinggi dan berfikir bahwa proses
latihan adalah sesuatu yang menyenangkan dan bisa merasakan manfaat yang
didapatkan. Karateka harus sudah bisa mengontrol emosi dan berdisiplin.

SABUK COKLAT: Warna sabuk ini dilambangkan dengan tanah. Sifat warna ini
adalah stabilitas dan bobot. Artinya seorang karateka pemegang sabuk coklat
mulai dari tingkatan kyu 2 sampai 1 harus bisa memberikan kestabilan sikap,
kemampuan yang lebih dari pemegang sabuk di bawahnya, dan juga sikap
melindungi bagi junior-juniornya. Selain itu, sikap yang harus dimiliki adalah sikap
menjejak bumi (down to earth) dan rendah hati pada sesama.

SABUK HITAM : Warna hitam sendiri melambangkan keteguhan dan sikap


kepercayaan diri yang didasari pada nilai kebaikan universal. Warna sabuk ini
menjadi idaman bagi setiap karateka untuk mendapatkannya. Namun, di balik
semua prestise sabuk hitam terdapat tanggung jawab besar dari karateka. Pada
tahap ini, pemegang sabuk hitam mulai dari Dan 1 sampai selanjutnya sebenarnya
baru memasuki tahap untuk mendalami karate yang lebih mendalam. Teknik
maupun penguasaan makna hakiki dari kebaikan nilai karate sudah harus menjadi
bagian dari karateka. (penggambaran Gichin Funakohsi).

Sebagian perguruan Karate di Indonesia, menggunakan sistem peringkat selain


sabuk yakni kyu, ada beberapa perbedaan ketika sabuk biru (kyu 4) mengikuti
ujian kenaikan sabuk coklat. Ada yang turun kyu dari kyu 4 menjadi kyu 3,5. Di
perguruan lain ada yang langsung dari kyu 4 menjadi kyu 3. Dengan demikian,
bagi sebagian perguruan Karate di Indonesia ada yang menerapkan ujian kenaikan
sabuk coklat sebanyak 4 kali (2 tahun atau 4 semester) sampai mendapat kyu 1.
Namun bagi sebagian yang lain, bisa hanya sampai 1,5 tahun atau 3 semester.
Maka warna sabuk dalam Karate selain sebagai pembeda antara karateka yang
baru belajar/pemula dengan yang sudah lama menekuni Karate, sabuk
dipergunakan lebih luas dari itu yakni sebagai proses pendorong bagi karateka
untuk terus giat belajar dan berlatih. Selain itu juga, bagaimana perbedaan sabuk
ini justru menjadi dorongan bagi semua karateka untuk saling menghormati dan
menghargai satu sama lain.

1. Teknik Dasar Sangat Penting Dalam Karate

Mengapa saya selalu disuruh pelatih saya untuk latihan teknik dasar ? Mengapa
latihan saya harus selalu melaksanakan teknik sabuk putih ? Mengapa saya harus
latihan teknik ini lagi ? Saya sudah tahu cara melaksanakannya, tetapi mengapa
saya tidak belajar teknik yang lainnya setelah ini ? Padahal pelatih sudah tahu
kalau saya telah bisa melaksanakan teknik dasar yang telah diberikan. Latihan
dasar lagi ?

Kata-kata tersebut adalah yang sering dirasakan oleh karateka setiap kali latihan.
Pada kenyataannya, karateka sudah bisa merasakan keuntungan dari teknik yang
telah dipelajarinya namun kebanyakan teknik yang dikuasai mereka belum baik
dan benar, sehingga pelatih lebih sering melatih teknik dasar dalam karate.

Seperti halnya dalam membangun sebuah rumah. Setelah rumah selesai dimana
dinding dan atapnya yang telah didesain sedemikian rupa, namun dalam
pembangunannya tidak memiliki pondasi yang kuat dan benar. Apabila gempa
atau angin puting beliung datang maka dinding dan atap rumah tersebut akan
runtuh, sehingga si pemilik rumah tersebut akan pindah atau harus membangun
rumah mereka kembali.

Hal seperti tersebut diatas sama halnya dengan seseorang yang mempelajari
karate. Dimana mereka tidak memahamidan melaksanakan teknik dasar karate
dengan baik dan benar secara terus-menerus, maka pada saat mereka telah
mencapai tingkatan yang lebih tinggi (kyu) biasanya mereka sudah malas untuk
latihan karate dan bahkan meninggalkannya (atau mempelajari bela diri lainnya).

Haruslah dipahami didalam karate, bahwa mulai dari sabuk putih hingga sabuk
coklat adalah masa perkenalan teknik-teknik karate (dan selalu melatih teknik
yang telah diberikan); bukan tujuan untuk mendapatkan tingkatan yang lebih
tinggi. Kemudian pada saat telah mencapai sabuk hitam dan seterusnya adalah
masa-masa pemahaman dan pendalaman terhadap materi karate yang diterima.

Jadi, apabila seseorang yang mempelajari karate maka mereka harus selalu
melatih teknik dasar (kihon) secara kontinyu sampai mereka akan merasakan
teknik dasar yang baik dan benar. Apabila teknik dasar telah dikuasai maka pada
saat mereka mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam karate maka mereka
tidak akan susah melaksanakannya/mempelajarinya. Begitu pun halnya untuk
pelaksanaan kata dan kumite. Sehingga pada akhirnya mereka akan mencintai
karate sampai usia senja

2. Teknik Karate

Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama :


''Kihon'' (teknik dasar) ''Kata''(jurus) ''Kumite'' (pertarungan)
Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat
dan ''ruyung'' (nunchaku).

Kihon

Kihon (:, Kihon?) secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate
harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih)
dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau Sabuk Hitam, siswa dianggap
sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.

Kata

Kata ( : ) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak
hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran
tentang prinsip bertarung. Gerakan-gerakan Kata juga banyak mengandung
falsafah-falsafah hidup. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang
berbeda. Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai.

Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata.
Sebagai contoh Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di
aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.

Kumite

Kumite (:) secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan


oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo
yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum
melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go
hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal
dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.

Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah
mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga
pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding. Untuk aliran "kontak
langsung" seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan
kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan
tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding. Untuk aliran
kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan
Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan
Shiai, yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan,
dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, semua teknik dipergunakan,
termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian, dan menyerang titik vital.

KIHON

Kihon atau Dasar merupakan gerakan paling penting dalam Karate, sebab sebelum
kita berlatih Kata dan Kumite, Kita Harus melatih Kihon terlebih dahulu, dan jika
gerakan Kihon kita tidak sempurna maka dapat dipastikan gerakan dalam Kata dan
Kumite pun akan rusak pula.
Gerakan-gerakan Kihon terdiri dari Kuda-Kuda ( Dachi ), Pukulan (Zuki), Tendangan
( Geri ), dan Tangkisan(Uke), dan semua gerakan ini saling berhubungan

Kuda-Kuda ( Dachi )

Kuda-kuda ( dachi ) adalah salah satu gerakan Dasar yang sangat penting, karena
Kuda-kuda merupakan tumpuan dari semua gerakan. Berikut ini adalah macam-
macam kuda-kuda yang di pelajari dalam Karate.

- Hachiji-Dachi : Kuda-kuda Dasar ( Kaki Dibuka selebar bahu )


- Kiba-Dachi : Kuda-kuda Berat tengah ( Kaki dibuka 2 X lebar bahu )
- Zen-Kutsu-
: Kuda-kuda berat depan
Dachi
- Ko-Kutsu-Dachi : Kuda-kuda berat belakang
- Hangetsu-Dachi : Kuda-kuda berat tengah ( dalam Kata Hangetsu )
: Kuda-kuda berat tengah tatapi kedua kaki rapat ( dalam Kata
- Heisoku-Dachi
Unsu )
- Neko-Ashi-
: Kuda-kuda berat belakang ( dalam Kata Unsu )
Dachi
- Sanshin-Dachi : Kuda-kuda berat tengah
- Sochin-Dachi : Kuda-kuda berat tengah ( dalam Kata Sochin )

Pukulan ( Zuki )

Pukulan ( Zuki ) adalah gerakan yang tak kalah pentingnya dengan Kuda-kuda,
karena pukulan sangat kita perlukan untuk menyerang lawan selain Geri atau
tendangan. Berikut ini macam-macam pukulan ( Zuki ) dalam Karate.

- Oi-Zuki-Chudan : Pukulan ke arah Perut atau ulu hati


- Oi-Zuki-Jodan : Pukulan ke arah kepala
- Kisame-Zuki : Pukulan ke arah kepala tetapi kaki tidak melangkah
- Gyaku-Zuki : Pukulan ke arah perut tetapi kaki tidak melangkah
- Ura-Zuki : Pukulan yang bentuknya seperti Soto-Ude-Uke
- Morote-Zuki : Pukulan dan dorongan
: Pukulan dengan tangan bagian dalam dan bentuknya
- Agi-Zuki
seperti Agi-Uke
- Choku-Zuki : Pukulan kearah perut dengan Kuda-kudaHachiji-Dachi
- Kage-Zuki : Pukulan kesamping exs pada Kata Tekki Shodan
- Tate-Zuki : Pukulan yang bentuknya seperti Uchi-Ude-Uke
: Pukulan menggunung / Pukulan ganda dengan kedua
- Yama-Zuki
tangan
- Morote-Hisame-Zuki : Pukulan dengan kedua tangan
- Tetsui-Uchi : Tangan palu
- Uraken-Uchi : Pukulan menyamping
- Haishu-Uchi : Tangan pedang
- Haito-Uchi : Tangan pedang
- Empi : Sikutan
- Shuto-Uchi : Tangan pedang
- Tate-Shuto : Tangan pedang

Tendangan ( Geri )

Dalam menyerang lawan selain dengan Pukulan ( Zuki ) dalam Karate bisa juga
dengan mengunakan tendangan ( Geri ) dengan macam dan bentuk yang beragam
sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi. Pada umumnya Geri
digunakan pada pertarungan dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Berikut ini
adalah macam-macam Geri dalam Karate.

- Mae-Geri : Tendangan ke arah Perut atau Kepala dengan arah ke depan


- Mawashi-Geri : Tendangan dengan Kaki bagian atas
- Yoko-Geri-
: Tendangan dengan Kaki bagian samping ( di sodok )
Kekome
- Yoko-Geri- : Tendangan dengan Kaki bagian samping ( di snap )
Keange
- Usiro-Geri : Tendangan ke belakang

Tangkisan ( Uke )

Ketika kita dalam keadaan diserang tangkisan jelas sekali sangat diperlukan
karena tanpa menangkis sudah pasti pukulan atau tendangan lawan akan
mendarat dengan telak ke badan kita. Tidak seperti tendangan atau pukulan, pada
tangkisan posisi badan kita haruslah menyamping atau segaris dengan Kuda-kuda
hal ini dimaksudkan agar apabila pukulan atau tendangan luput dari tangkisan kita
tidak mengenai badan kita. Berikut ini adalah nama-nama tangkisan dalam Karate.

- Gedan Barai : Tangkisan bawah atau tangkisan Mae-Geri.


- Soto-Ude-Uke : Tangkisan tengah yang datangnya dari belakang telinga.
- Uchi-Ude-Uke : Tangkisan tengah yang datangnya dari bawah ketiak.
- Agi-Uke : Tangkisan atas
- Shuto-Uke : Tangkisan tangan pedang
- Juji-Uke : Tangkisan dengan kedua tangan disilang
- Morote-Uke : Tangkisan yang bentuknya seperti Morote-Zuki

Gambar 1. Kuda-Kuda ( Dachi )


Gambar 2. Pukulan ( Zuki )
Gambar 3. Tendangan ( Geri )

Gambar 4. Tangkisan ( Uke )


Gambar 5. Teknik Lanjutan / Rahasia

KATA
Kata yang berarti bentuk resmi atau kembangan juga memiliki arti sebagai filsafat.
Kata memainkan peranan yang penting dalam latihan karate.
Setiap kata memiliki embusen (pola dan arah) dan bunkai (praktik) yang berbeda-
beda tergantung dari kata yang sedang dikerjakan. Kata dalam karate memiliki
makna dan arti yang berbeda, bahkan kata juga menggambarkan sesuatu. Inilah
kata sebagai filsafat.Oleh sebab itulah kata memiliki peranan yang penting sejak
jaman dulu dan menjadi latihan inti dalam karate.
Gichin Funakoshi mengambil kata dari perguruan Shorei dan Shorin. Shotokan
memiliki 26 kata yang terus dilatih hingga kini. Ada yang populer ada pula yang
tidak.
Masing-masing kata mempunyai tingkat kesulitan sendiri-sendiri. Karena itu wajib
bagi tiap praktisi Shotokan untuk mengulang berkali-kali bahkan ratusan kali.
Kata Heian Di Pulau Okinawa, seri Kata ini aslinya bernama Pinan . Nama
Heian diberikan oleh Sensei Gichin Funakoshi mengartikan Heian dengan Pikiran
yang tenang . pemberian nama Heian memperlihatkan bahwa Kata ini memiliki
tingkat kesulitan yang tinggi dalam mempelajarinya, satu sampai lima. Kecuali
Kata Heian dan Tekki, Kata aliran Sotokan tidak menggunakan nama yang
menggunakan penomoran.
Kata Tekki Kata ini terdiri dari tiga seri, nama aslinya adalah Naihanchi .
Sensei Gichin Funakoshi mengganti namanya menjadi Tekki. Nama Tekki sendiri
diambil dari kata Tetsu , yang berarti Besi atau Baja. Dan Ki berarti
pengendara kuda atau pahlawan berkuda. Dan kemudian Tekki diartikan sebagai
Pahlawan berkuda dengan pakaian besi / baja .
Kata Dai dan Sho Dalam tulisan kanji Jepang, Kata Dai dan Sho secara
sederhana memiliki arti Besar dan Kecil . walaupun pada kenyataannya
terjadi kesalahan konsep kata, Kata Dai tidak lagi atau kurang dari Sho, Kata
Gojushiho telah membuktikannya. Versi Dai dari Kata Gojushiho pada
kenyataannya lebih kecil dari dari versi Sho. Tetapi secara umum pengertian Dai
dan Sho tetap digunakan hingga saat ini.

Kata Arti Nama Asli


Heian Shodan Pikiran yang damai (1) Pinan Nidan
Heian Nidan Pikiran yang damai (2) Pinan Shodan
Heian Sandan Pikiran yang damai (3) Pinan Sandan
Heian Yondan Pikiran yang damai (4) Pinan Yondan
Heian Godan Pikiran yang damai (5) Pinan Godan
Tekki Shodan Satria yang kuat, kuda-kuda Naihanchi
yang kuat (1)
Tekki Nidan Satria yang kuat, kuda-kuda
yang kuat (2)
Tekki Sandan Satria yang kuat, kuda-kuda
yang kuat (3)
Bassai Dai Menembus benteng (besar) Passai
Kanku Dai Menatap langit (besar) Kushanku
Enpi Burung layang-layang terbang Wanshu
Hangetsu Bulan separuh Seishan
Jion Nama biksu Budha, Jion
pengampunan
Nijushiho 24 langkah Niseishi
Sochin Memberi kedamaian bagi orang Sochin
banyak
Bassai Sho Menembus benteng (kecil)
Kanku Sho Menatap langit (kecil)
Jitte Bertarung seolah-olah dengan Jitte
kekuatan 10 orang
Chinte Tangan yang luar biasa Chinte
Meikyo Cermin jiwa Rohai
Jiin Gema Kuil, Dasar kuil
Gankaku Bangau diatas batu Chinto
Wankan Mahkota raja Wankan
Gojushiho Sho 54 langkah (kecil)
Gojushiho Dai 54 langkah (besar) Useishi
Unsu Tangan seperti (menyibak) awan Hakko
di angkasa

KATA HEIAN

Heian Shodan
Heian berarti pikiran penuh kedamaian. Kata ini adalah Kata pertama dari
lima Kata tingkat dasar, yang diciptakan oleh Yasutsune Itoso ( Salah satu
guru Gichin funakoshi ). Meskipun tidak diketahui bagai mana Kata Heian
diciptakan, tetapi banyak yang berpendapat bahwa Heian merupakan bagian
dari Kata yang lebuh tinggi tingkatannya yaitu Kanku-dai. Itoso menciptakan
Kata ini untuk teknik yang berbahaya yang terdapat pada Kata lanjutan. Heian
merupakan Kata Shorin, yang memperlihatkan kekuatan dan fleksibelitas
gerakan.
Hal Terpenting :
sikap ke depan dan pukulan gerak maju, memiliki 21 gerakan dengan waktu
40 detik.
Heian Nidan
Heian Nidan berati seri Heian yang kedua. Aslinya Kata ini merupakan Kata
yang pertama., tetapi Gichin Funakoshi merubahnya. Karena Kata ini lebih sulit
untuk mempelajarinya. Kata ini berhubungan dengan Kata Bassai-Dai.

Hal Terpenting :
sikap balik belakang, tendangan menyamping, membalikkan posisi pinggang
dan kombinasi teknik. Memiliki 26 gerakan dengan waktu 40 detik.
Heian Sandan
Heian Sandan berarti seri ketiga dari seri Kata Heian. Kata ini berhubungan
dengan Kata Jitte.

Hal Penting :
sikap ke samping dan tangkisan atas (Bahu / Kepala). Memiliki 20 gerakan
dengan waktu
40 detik.
Heian Yondan
Heian Yondan berarti seri keempat dari Kata Heian. Kata ini berhubungan
dengan Kata Kanku-Dai.

Hal Penting : pengembangan / kontraksi, tangkisan dan penyelesaian,


memiliki 27 gerakan dengan waktu 50 detik.
Heian Ghodan

Heian Ghodan berarti seri kelima dari Kata Heian. Keta ini berhubungan denan
Kata Gankaku.

Hal Penting : fleksibelitas dan keseimbangan, memiliki 23 gerakan dengan


waktu 50 detik.
KATA TEKKI

Tekki Shodan
Tekki berarti Kuda Besi atau Posisi Berkuda. Tekki Shodan adalah seri
pertama dari Kata Tekki, yang merupakan Kata Shorei. Menggambarkan
kekuatan, dan teknik tang penuh tenaga. Tekki diciptakan dan direvisi oleh
Yasutsune Itosu. Gichin funakoshi menghabiskan waktu tiga tahun untuk
mempelajari masing-masing kata Tekki ini ( pada waktu itu, setiap murid
menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari Kata ). Tekki Shodan
memiliki nama asli Naihanchi dan diperkenalkan oleh Itosu, Tekki Nidan dan
Sandan diciptakan oleh Itosu.
Belum ada keterangan yang menjelaskan kenapa Kata tekki memiliki
perlintasan gerakan satu garis. Meskipun kadang terpikir dilakukan dengan baju
besi dan di atas punggung kuda ( hal ini tidak dapat diaplikasikan secara
teknis ). Makna dari Kata ini dapat juga pertahanan dengan latar belakang
dinding / tembok, atau di atas perahu.
Hal Penting :
posisi badan rendah yang kuat, getaran pinggul, dan sikap ke samping.
Memiliki 29 gerakan dengan waktu 50 detik.

Tekki Nidan
Tekki Nidan berarti seri kedua dari Kata Tekki. Tekki nidan dan Sandan pertama
kali dipelajari di level sabuk cokelat, tetapi tidak dipelajari secara intensif
hingga tingkat sabuk hitam.
Hal Penting :
posisi badan rendah yang kuat, getaran pinggul, dan sikap ke samping memiliki
24 gerakan, dengan waktu 40 detik.
Tekki Sandan
Tekki Sandan berarti seri ketiga dari Kata Tekki.
Hal Penting :
posisi badan rendah yang kuat, getaran pinggul, dan sikap ke samping. Memiliki
36 gerakan dengan waktu 50 detik.
Kata Dai dan Sho
Bassai-Dai
Bassai-Dai berarti menghancurkan pertahanan musuh dengan kecerdikan dan
menemukan kelemahan lawan, kebanyakan mengartikannya dengan gempuran
yang sangat kuat. Kata ini dipelajari pada tingkat Kyu 3 hingga Shodan ( sabuk
hitam Dan I ), aslinya bernama Passai , Kata ini pertama kali diperlihatkan
di Tomari dan Shuri, Bassai-Dai adalah Kata Shorin.
Hal Penting :
rotasi pinggul, kekuatan penuh, semangat yang kuat dan luapan tenaga,
ketidak untungan harus menjadi keuntungan. Memiliki 42 gerakan dengan
waktu 1 menit.
Bassai-Sho
Bassai-Sho berarti lebih rendah dari Bassai-Dai. Kata Shorin ini diciptakan oleh
Yasutsune Itosu kata ini lembut, tetapi penuh tenaga walaupun tidak seperti
Bassai-dai.
Hal Penting : tangkisan yang kuat dan serangan balik yang sangat tajam,
memiliki 27 gerakan.
Kanku-Dai
Kanku-Dai berarti melihat Dunia atau melihat Langit ( dari gerakan pertama ), kata
Dai menunjukkan bahwa Kata ini merupakan Kata Kanku terhebat. Nama asli Kata ini
adalah Kushanku , nama seorang ahli bela diri dari China yang datang ke Okinawa
pada abad ke-18. Kata ini merupakan Kata favorit dari Gichin Funakoshi, dan Kata ini
beliau pilih untuk didemonstrasikan diluar Okinawa. Funakoshi yakin bahwa Kanku-dai
memiliki semua elemen dasar dari Karate Shotokan, Kata ini juga favorit dari Sensei
Okazaki yang mendemonstrasikan Kata ini dalam buku The Best Of Karate . kata ini
merupakan bahan ujian Kata kedua dalam ujian Nidan ( Dan II ).
Hal Penting : teknik yang cepat dan lamban, penuh tenaga dan lembut, pemekaran
dan penciutan, lompatan, dan membungkuk. Kata ini digunakan jika benar-benar
terkepung oleh musuh. Keadaan / situasi merupakan hal penting, karena panjangnya
Kata yang memiliki 65 gerakan dengan waktu 90 detik.

Kanku-Sho
Kanku-Sho berarti lebih rendah dari Kanku-Dai. Kata Shorin ini merupakan
perpaduan dari Heian yondan dan Kanku-Dai.
Hal Penting :
penggunaan tenaga yang benar, kecepatan dan pemekaran / penciutan dari
otot. Kata ini memiliki 47 gerakan.
Jitte
Jitte / Jutte berarti tangan sepuluh atau keajaiban sepuluh. Kata Shorei ini
berasal dari Tomari. Kata ini mungkin diperagakan dengan tongkat ditangan.
Nama Kata ini mengalami tidak perubahan,hanya jitte dan Gion yang tidak
mengalami perubahan.
Hal Penting :
rotasi pinggul, dan tangkisan dengan tongkat. Kata ini memilik 24 gerakan
dengan waktu 1 menit.

Hangetsu
Hangetsu berarti Bulan separuh / setengah bulan ( berarti juga sikap utama
dalam Kata ). Kata ini adalah asli China, nama aslinya adalah Seisan atau
Sishan . Kata ini adalah Kata Shorei diperagakan pertama kali di Tomari.
Hal Penting : pemekaran / penciutan, putaran lengan dan pergerakan
kakiserta pernapasan. Kata ini memiliki 41 gerakan dengan waktu 1 menit.
Empi
Empi / Enpi berarti burung walet terbang. Kata Shorin ini dipelajari terutama di
Tomari ( hingga rotasi Meiji, disebarkan ke Shuri dan Naha ). Kata ini
sebelumnya dikenal dengan nama Wansu atau Wanshu ( setelah seorang
ahli beladiri asal China datang ke Okinawa ). Nama Kata ini diganti oleh Gihchin
Funakoshi, dan Yasutsune Itosu membuat perbaikan yang sangat berarti dari
gerakan aslinya.
Hal Penting :
tinggi rendah posisi badan, dan kecepatan. Kata ini memiliki 37 gerakan dengan
waktu 1 menit.

Gankaku
Gankaku berati Burung Bangau Di atas Karang, nama ini diambil dari salah satu
posisi dalam Kata ini, ada satu posisi di mana seperti burung bangau dengan
satu kaki, sebagai serangan dalam mempertahankan diri. Gankaku merupakan
Kata yang sudah sangat tua, aslinya bernama Chinto kemudian namanya
diubah oleh Gichin Funakoshi. Kata ini disempurnakan oleh Yasutsune Itosu.
Gankaku merupakan Kata Shorin, walaupun kadang dikatakan sebagai Kata
Shorei.
Hal Penting : keseimbangan dan tendangan ke samping, Kata ini memiliki 42
gerakan dengan waktu 1 menit.

Gion / Jion
Arti dari Gion / Jion belum ditemukan. Ini merupakan Kata Shorei yang diberi
nama setelah rahib China datang ke Okinawa. Gion juga merupakan nama
sebuah pura di Jepang dan China, dan Gion dikenal sebagai nama rahib Budha
suci. Nama Kata ini tidak mengalami perubahan, Gion dipelajari di Tomari. Versi
lain dari Kata Gion ini juga dipelajari aliran Karate Wado-Ryu. Dalam
mengambil nama dari rahib suci, Gion juga berkonotasi ketenangan, penuh
kebanggaan, dan penuh kekuatan dalam mempelajarinya. Kata ini
didemonstarikan oleh Sensei Tanaka dalam buku The Best Of Karate.
Hal Penting : ketenangan penuh tenaga, dengan semangat bertarung yang
hebat. Kata ini memiliki 47 gerakan dengan waktu 1 menit.

Chinte
Chinte berarti tangan ajaib, Kata ini merupakan Kata Shorin yang terdiri dari
beberapa teknik China yang tidak ditemukan dalam Karate Shotokan. Funakoshi
mengganti namanya menjadi Shoin , namun kemudian kembali lagi ke nama
yang dahulu. Sangat sulit menguasai penggunaan tenaga yang benar dalam
Kata ini, Chinte memiliki 33 gerakan.
Unsu
Unsu berarti tangan bagaikan awan, Kata ini merupakan Kata Shorin tanpa
diketahui asalnya. Tangan dengan arti teknik tangan menyapu lawan seperti
awan terbelah pisau di Langit. Masatoshi Nakayama mengingatkan bahwa Kata
Unsu terlihat bagaikan burung gagak yang menakutkan mencoba menari. Jika
Kata Heian, Kanku-Dai, Empi, dan Gion telah dikuasai.
Hal Penting : lompatan tinggi dan rendah, teknik menendang, berpura-pura
mengunakan beberapa bagian tubuh sebagai senjata. Memiliki 48 gerakan.
Sochin
Sochin berarti perasaan atau keadaan tenang ditengah orang. ( nama ini
diambil dari posisi utama dalam Kata ini ). Kata ini merupakan Kata Shorei,
dimodifikasi oleh Yoshitaka Funakoshi ( anak dari Gichin Funakoshi ).

Hal Penting :
lamban, gerakan penuh tenaga, dan sikap Sochin ( sering juga disebut sikap
Fudo-Dachi ). Memiliki 40 gerakan.
Nijushiho
Nijushiho berarti dua puluh empat langkah, tatapi sekarang memiliki 30 gerakan,
namun aslinya adalah 24 langkah kaki. Makna dari Kata ini adalah gambaran alami
aliran air atau ombak karena kadang gerakannya lamban dengan segala
keagungan dan kadang kuat dan cepat. Kata ini merupakan kata Shorin meskipun
ada yang mengklaim bahwa Kata ini adalah Kata Shorei. Kata ini merupakan Kata
favorit instruktur Frank Woon-A-Tai . Pada tahun 1934 guru Gichin funakoshi
memerintahkan Masatoshi Nakayama untuk mempelajari Kata ini dari guru
Shito-Ryu, dan Kenwa Mabumi. Kata ini secara bertahap disesuaikan dengan
teknik Shotokan.
Hal Penting : penggabungan total dari bermacam-macam kekuatan dan
kecepatan ( Masatoshi Nakayam mengingatkan bahwa Kata ini dapat menyerupai
tarian tanpa kepandaian yang sempurna untuk melakukannya.
Gojushiho-Dai
Gojushihi-Dai berarti lima puluh empat langkah, tetapi sekarang 62 gerakan.
Kata Shorin ini terinspirasi dari seekor burung yang menyerang musuh dengan
ketajaman paruhnya. Nama aslinya adalah Useshi . kata ini asli dari China
dan dipelajari di China hingga abad ke-20. Masatoshi Nakayama juga
mempelajari Kata ini ketika beliau belajar Kata Nijushiho dengan Mabumi.
Hal Penting : dengan segala kelembutan dan teknik aliran.
Gojushiho-Sho
Gojushiho-Sho berarti Kata terendah dari Kata Gojushiho. Kata ini merupakan
Kata Shorin yang terinspirasi dari seekor burung yang menyerang musuh
dengan ketajaman paruh, sayap dan cakarnya. Kemampuan teknik tingkat
tinggi sangat diperlukan untuk memainkan Kata ini.
Hal Penting :
satu hal yang penting dalam Kata ini adalah teknik tangan pedang ( Nukite ).
Memiliki 65 gerakan yang mudah dikacaukan dengan gerakan Gojushiho-Dai.

Meikyo
Meikyo berarti cermin membersihkan cermin, atau kembali mengasah teknik
Karate dengan latihan yang berulang-ulang untuk mendapatkan sebuah
pengertian yang jernih tentang teknik dan karakter Karate. Kata ini adalah Kata
shorei yang memiliki penguasaan teknik dalam Kata Heian dengan bentuk yang
lebih lunak dan tenang. Nama asli Kata ini adalah Rohai , Kata ini
merupakan Kata favorit Sensei Nakayama. Menurut cerita asli, Kata ini
diambil dari sebuah tarian untuk meminta Tuhan memunculkan Dewa Matahari
Amaterasu dari gua di mana Dia bersembunyi. Kata ini memiliki 32 gerakan.

Wankan
Wankan berarti mahkota raja, Kata Shorin ini tidak dijelaskan dalam buku The
Best Of Karate. Wankan adalah Kata terpendek dari semua Kata aliran
Shotokan. Kata ini aslinya dipelajari di Tomari, terdiri dari gerakan lembut dan
ringan dari apa yang sekarang kita lihat dalam Kata aliran shotokan.

Jiin
Jiin diciptakan sebagai sebuah penghormatan terhadap kematian dan
ketenangan / penuh kekuatan dari Gion. Nama aslinya tidak diketahui, dan
namanya mungkin diambil dari sumber yang sama dengan Gion.
KUMITE ( PERTARUNGAN )

Kumite merupakan bagian dari latihan Karate yang mengajarkan Karateka untuk
mempraktekkan teknik menyerang, bertahan, dan menyerang balik dengan
sungguh-sungguh dan konsentrasi tinggi. Kumite adalah bagian dari Karate yang
merupakan hal baru, pada saat Bapak Karate Gichin Funakoshi masih hidup tidak
ada latihan kumite. Yang Beliau ajarkan hanya Kihon dan Kata. Tetapi setelah
Beliau wafat dan diteruskan oleh anaknya, serta Karate mulai diajarkan di
sejumlah universitas di Jepang, mulailah Kumite dan kompetisi menjadi populer.
Merupakan kesalahan besar, jika kita menganggap latihan Kumite adalah
segalanya, Matoshi Nakayama ( Dan IX ), mengatakan Di dalam Kata, kita
sudah berlatih dengan musuh yang di bayangkan, hanya gerakan tubuh dan
menggunakan lebar jarak dalam teknik menangkis dan menyerang. Kumite akan
mengingatkan kita pada hal-hal kecil tetapi merupakan hal penting yang
terkandung dalam Karate, oleh karena itu tanpa penguasaan Kihon dan Kata yang
baik, kita tidak akan melakukan Kumite dengan baik.
Jika teknik Karate digunakan dengan paksaan atau dengan jalan kekuatan, tubuh
akan menjadi rusak, dan jika teknik Kata menjadi rusak ketika diaplikasikan, maka
latihan Kumite tidak akan mencapai tujuannya. Dengan kata lain, pengembangan
latihan Kumite berhubungan secara langsung dengan pengembangan dalam Kata,
keduanya berjalan bersama-sama seperti tangan yang memakai sarung tangan.
Etika dan sikap hormat kepada pasangan latihan Kumite harus diperlihatkan ketika
melakukan praktek Kumite. Ketika latihan Kihon di Dojo, Karateka harus melangkah
ke depan dengan kecepatan dan tenaga, teriakan Kiai memperlihatkan
semangat yang baik. Ketika berlatih Kumite, Karateka melakukan gerakan
melangkah ke belakang untuk memperlihatkan sikap hormat dan terima kasih
kepada pasangan yang telah membantunya dalam latihan. Latihan Kumite dimulai
dan diakhiri oleh masing-masing pasangan dengan sikap Musubi-Dachi
( sikap berdiri, tumit menyentuh lantai, dan ujung kaki membentuk sudut 45,
tangan terbuka dan menyentuh paha bagian luar ) berhadap-hadapan dan saling
memberi hormat dengan membungkukkan badan.
Jepang Indonesia
Kihon Ippon Kumite Pertarungan Dasar Dua
Keashi Ippon Kumite Langkah
San-Bon Kumite Pertarungan Dua Langkah
Go-hon Kumite Pertarungan Tiga Langkah
Okuri Jiyu Ippon Pertarungan Lima Langkah
Kumite Pertarungan Semi Bebas Dua
Jiyu Ippon Kumite Langkah
Jiyu Kumite Pertarungan Semi Bebas
Pertarungan Bebas
Kihon Ippon Kumite
Metode ini dimulai dengan perintah Yoi ( siap ), kedua pasangan menggerakan
kaki kanan, bergerak hingga membentuk sikap Hachiji-Dachi ( kaki terbuka
selebar bahu, ujung kaki membentuk sudut 45 ). Karateka yang menyerang
pertama mengambil sikap Gedan Barai kanan atau kiri sesuai dengan instruksi,
dan memberitahukan tingkat kecepatan, tingkat dan teknik serangan. Karateka
yang bertahan berkonsentrasi atau memikirkan teknik tangkisan yang akan
digunakan dan memberitahukan kepada Karateka penyerang dengan kata Osh
.
Karateka penyerang harus memfokuskan serangan kepada target yang ditentukan
dengan semangat dan kontrol yang baik, menjamin bahwa teknik yang telah
dilakukan dengan baik
( sikap, pernapasan, dan Kime ). Karateka bertahan harus memperlihatkan
semangat dan kontrol, menjamin bahwa teknik yang telah dilakukan dengan baik
(sikap, pernapasan, dan Kime ). Kedua Karateka harus kembali pada pada posisi
semula dan menyatakan Zansin ( kesadaran penuh dan kesiapan ), hingga
instruktur mengatakan Yamea ( stop ) dan Enyoi (istirahat). Ketika kita
berlatih dengan pasangan, kita bertanggung jawab atas keselamatannya.
Tujuan Mengarahkan Karateka untuk berlatih teknik pukulan, tendangan,
serangan, serangan dan tangkisan dengan musuh dan merasakan melawan
dengan teknik Karate ketika barhadapan langsung dengan orang lain.
Mendemontrasikan pentingnya latihan teknik jarak, waktu, gerakan dan Kime yang
baik.
Go-hon Kumite
Metode ini dimulai seperti Kihon Ippon Kumite, tetapi penyerang melakukan
serangan lima langkah ke depan untuk mencapai target, dan Karateka bertahan
melangkah mundur lima langkah dan menagkis lima kali, setelah tangkisan kelima,
Karateka bertahan melakukan serangan balik dengan Gyaku-Zuki (berteriak
Kiai ketika menyerang dengan kecepatan dan tenaga).
Go-Hon Kumite selalu dilatih lamban dengan hitungan, cepat dengan hitungan, dan
cepat penuh tenaga tanpa hitungan. Ketika latihan cepat dan penuh tenaga,
Karateka penyerang tidak harus bergerak ke depan dengan irama, tetapi dia harus
merencanakan serangan untuk dapat merusak pertahanan Karateka bertahan.
Karateka bertahan dilarang bergerak mundur sebelum serangan terjadi.
Pada semua latihan Kumite Masing-masing Karateka harus berkonsentrasi penuh
dan latihan dengan serius, sebab jika kehilangan konsentrasi akan menyebabkan
kecelakaan.
Tujuan Tujuannya sama dengan Ippon Kumite.

Anda mungkin juga menyukai