Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Karate merupakan seni bela diri yang sangat di kenal. Hal ini disebabkan
adanya orang yang berkunjung ke Jepang dan dahulukala jepang menjajah
beberapa negara di dunia dimana mereka pasti akan mengajarkan kebudayaanya.

Didalam karate banyak bagian-bagian yang bervariasi.hal ini terjadi oleh


banyaknya pengembang karate, yang sekarang karate memiliki 89 aliran-+.

Ada beberapa gerakan karate yang belum saya pelajari mendalam


diantaranya teknik tobi geri dan teknik yama zuki, karena itulah saya memilih
menggunakan teknik ini.

B. SEJARAH KARATE

1. Sejarah Karate Di Dunia


Asal usul karate berasal dari seni beladiri tinju Cina diciptakan oleh Darma,
guru Budha yang Agung, manakala tengah bermeditasi di Biara Shorinji, Mt-Sung,
Provinsi Henan, Cina Generasi Darma selanjutnya menyebut bela diri ini dengan
nama Shorinji Kempo yang berakar di Okinawa melalui kontaknya dengan Cina pada
medio abad ke-14. Lahirnya karate sebagai seni bela diri diketahui pada abad ke –
19 adalah Matsumara Shukon seorang prajurit samurai. Menurut sejarah sebelum
menjadi bagian dari jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang
bebas merdeka.

Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau –


pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah
Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina.
Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar
belakang yang berbeda-beda datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada
orang-orang setempat. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang Hijrah ke
Cina sekembalinya ke Okinawa mengajarkan ilmu yang sudah didapatkan di Cina.
1
Pada tahun 1477 Raja Soshin Nagamine di Okinawa memberlakukan
larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1608 kelompok Samurai
Satsuma di pimpin oleh Shimazu Lehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan
larangan ini. Bahkan pengadilan Bakhucon juga menghukum bagi orang yang
melanggar larangan sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa
berlatih, Okinawa te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryuku Kobudo (Seni senjata)
secara sembunyi-sembunyi mereka berlatih. Tiga aliranpun muncul masing-masing
memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan daerah asalnya, yaitu : Tomori,
Shuri, dan Naha.

Namun demikian pada akhirnya Okinawa te mulai diajarkan ke sekolah-


sekolah tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan
bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi sebagai instruktur pertama ditunjuk
mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang. Gichin
Funakoshi sebagai Bapak Karate dunia dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun
1868. Gichin Funakoshis belajar karate pada Azato dan Itosu.

Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 Gitchin Funakoshi di undang
ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari
seluruh bela diri Jepang saat itu. Selanjutnya pada tahun 1921, Putra Mahkota yang
kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Gichin
Funakoshi untuk demonstrasi karate. Bagi Gichin Funakoshi undangan ini sangat
besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana Shuri.

Setelah demonstrasinya yang kedua di Jepang, Gichin Funakoshi


seterusnya tinggal di Jepang selama di Jepang pula Gichin Funakoshi banyak
menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang seperti “Ryukyu Kempo”,
“Karate” dan “Karate Kyoan”. Sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik
di sekolah dan Universitas.

Gichin funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi.
Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang
berarti ekor harimai). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara tertiup angin
yang bergerak seolah gelombang yang memecah di pantai. Terinspirasi oleh hal itu
Gichin funakoshi menulis sebuah nama “Shoto” sebuah nama yang berarti kumpulan
2
cemara yang bergerak seolah gelombang, dan “Kan” yang berarti ruang atau balai
utama tempat murid-muridnya berlatih. Simbol harimau yang digunakan karate
shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (Salah satu murid pertama Gichin
Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna
bahwa “Harimau tidak pernah tidur”. Digunakan dalam karate Shotokan karena
bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan diri
pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan
suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao. Sekalipun Gichin
Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya
mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo sekitar tahun 1936
sebagai penghormatan pada sang guru.

Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik pukulan,
tendangan dan lompatan, gerakan yang ringan dan cepat. Gichin Funakoshi percaya
bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk berlatih menguasai untuk
penekanan fisik dan bela diri. Gichin Funakoshi mempertegas keyakinannya bahwa
karate adalah sebuah seni. Selanjutnya Gicin Funakoshi menjelaskan makna kata
“kara” pada karate mengarah kepada sifat kejujuran, rendah hati dari seseorang.
Walaupun demikian sifat kesatria tetap tertanam dalam kerendahan hatinya, demi
keadilan berani maju sekalipun berjuta lawan tengah menunggu. Gichin Funakoshi
meninggal dunia tanggal 26 April 1957.

Filosofi Karate Gichin Funakoshi, diantaranya :


- Karate diawali dengan pemberian hormat dan diakhiri dengan pemberian hormat
pula.
- Kekuatan dipergunakan sebagai pilihan terakhir dimana kemanusiaan dan
keadilan tidak dapat mengatasi, tetapi apabila kepalan dipergunakan dengan
bebas tanpa pertimbangan, maka yang melakukan akan kehilangan harga diri
dihadapan orang lain.
- Sekali gerakan dapat membunuh lawan (Ichigeki Hissatsu).
- Pertama-tama kontrol dirimu sebelum mengontrol orang lain.
- Karate merupakan alat pembantu dalam keadilan
- Semangat yang utama, teknik kemudian.
- Kecelakaan timbul lantaran kecerobohan
3
- Senantiasa siap untuk membebaskan pikiranmu dari yang jahat
- Janganlah berpikir bahwa latihan karate Cuma bisa di dojo
- Masukan karate dalam keseharianmu, maka kamu akan menemukan Myo
- Mempelajari karate memerlukan waktu seumur hidup dan tak punya batasan.
- Karate seperti air yang mendidih. Jika kamu tak memanaskannya secara teratur,
ia akan menjadi dingin.
- Janganlah kamu berpikir kamu harus menang, tapi berpikirlah bahwa kamu tidak
boleh kalah.
- Kemenangan tergantung pada keahlianmu membedakan titik-titik yang mudah
diserang dan yang tidak.
- Pertarungan didasari oleh bagaimana kamu bergerak secara hati-hati dan
waspada
- Berpikirlah bahwa tangan dan kakimu adalah pedang
- Jika kamu meninggalkan rumah, berpikirlah bahwa kamu memiliki banyak lawan
yang menanti. Tingkah lakumulah yang mengundang masalah bagi mereka.
- Pemula harus menguasai postur dan cara berdiri, posisi tubuh yang alami untuk
yang lebih ahli.
- Berlatih kata adalah satu hal, terlibat dalam pertarungan sungguhan adalah hal
lain
- Jangan lupa secara tepat memperagakan kelebihan dan kekurangan dari
kekuatan, peregangan dan konstraksi dari tubuh, serta cepat lambatnya teknik.
- Selalu berpikir dan berusahalah menemukan cara untuk hidup dengan aturan-
aturan diatas setiap hari.
- Tak ada serangan pertama pada karate.
Demikianlah makna yang terkandung dalam karate. Karena itulah seseorang
yang belajar karate sepantasnya tidak hanya memperhatikan sisi tekhnik dan fisik,
melainkan juga memperhatikan sisi mental yang sama pentingnya. Seiring usia yang
terus bertambah kondisi fisik akan terus menurun. Namun kondisi mental seorang
karateAkhirnya kata “Do” pada Karate do memiliki makna jalan atau arah. Suatu
filosofi yang diadopsi tidak hanya oleh karate tapi kebanyakan seni bela diri Jepang
dewasa ini.

4
Murid Gichin Funakoshi yang terkenal :
Hoan Kosugi (yang melukis lambang Shotokan / harimau)
Shinken Taira (Ryuku KobudoHironori Ohtsuka (Wado Ryu)
Msatoshi Nakayama (JKA)
Hidetaka Nishiyama, Shotokan ITKF
Masutatsu Oyama (Kyoyushin – Ryu)
Hirokazu Kanazawa (SKIF)
Shigeru Egami (Shotokan)
Tsutomu Ohshima (SKA)
Yashuhiro Konishi
Isao Obata
Gigo Funakoshi
Tsutomu Okazaki
Takeshi Shimoda
Shinken Gima
Kimo Ito
Genshin Hironishi
Taiji Kase
Hiroshi Noguchi
Tomasaburo Okano
Fusajiro Takagi
Masamoto Takagi
Tasuo Yamada

2. Sejarah Karate Di Indonesia


Masuknya karate ke tanah air dipelopori oleh Mahasiswa Indonesia yang
sudah menyelesaikan studinya di Jepang. Baud Adikusumo, Muchtar dan Karyanto
mendirikan dojo yang memperkenalkan aliran Shotokan. Dojo ini didirikan di Jakarta,
tahun 1963. Tahun- berikutnya mereka membentuk suatu wadah yang saat itu
disebut PORKI (Persatuan Olahraga Karate Indonesia). Kemudian datang pula
mahasiswa Indonesia yang juga telah belajar di Jepang seperti Setyo Haryono.

5
Anton di Lesiangi, Chairul Taman dan Sabeth Muchsin, Marcus Basuki yang juga
mengembangkan karate tanah air. Perkembangan karate tanah air juga mencatat
kedatangan ahli-ahli karate Jepang yang datang ke tanah air, antara lain Masatoshi
Nakayama Shotokan , Oishi Shotokan, Nakamura Shotokan, Kawawada shotokan,
Matsusaki Kushinryu, Masutatsu Oyama Kyokushinryu, Ishilshi Gojuryu dan Hayashi
Shitoryu.

Melihat dan antusiasme menyebabkan karate tumbuh pesat di tanah air


yang dapat dilihat dari banyaknya organisasi karate. Namun demikian karena
ketidakcocokan para tokoh, akhirnya PORKI mengalami perpecahan. Pada akhirnya,
dilandasi dengan itikad baik untuk bersatu dan keinginan bersama untuk
mengembangkan karate, para tokoh karate sepakat untuk membentuk wadah baru
yang brnama FORKI (Federasi Olahraga Karate Do Indonesia) tahun 1972. Karena
semakin dikenal diseluruh Indonesia. Mereka mengembangkan karate dengan
mendirikan perguruan. Dengan semakin besarnya pengaruh karate di Indonesia
akhirnya diubahlah nama PORKI (Federasi Olahraga Karate Do Indonesia) menjadi
FORKI (Federasi Olahraga Karae Indonesia) yang merupakan induk organisasi
semua perguruan karate di Indonesia. FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do
Indonesia) yang sekarang menjadi perwakilan WKF (Wordl Karate Federation) untuk
Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di
forum Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.

Tokoh Karete Indonesia

Baud Adikusumo (INKADO)


Sabeth Mukhsin (INKAI)
Anton Lesiangi (LEMKARI)
Nardit T (WADOKAI)
Bert Lengkong (SHINDOKA)
Chairul Taman (KHUSHINKAI)
Setyo Haryono (GOJU RYU)
Marcus Basuki (SHITORYU)

Dan masih banyak lagi yang lainnya

6
FORKI

(Federasi Olah Raga Karate – do Indonesia)

Arti lambang lambang FORKI segi lima dengan garis bawah membentuk
sudut melambangkan olah raga karate yang dibina oleh FORKI, berdiri atas dasar
semangat revolusi 17 Agustus 1945, berazaskan Pancasila dan Sumpah Karate.
Tujuh buah lingkaran melambangkan keolahragaan karate dan Sapta Prasetia
FORKI. Gambar huruf K menggambarkan seorang karateka yang sedang siap sedia.
Warna Kuning melambangkan keagungan warna hitam melambangkan keteguhan
tekad. Warna merah melambangkan keberanian warna putih melambangkan
kesucian.

INKAI

(INSTITUT KARATE DO INDONESIA )

Arti Lambang bulatan bumi berwarna Merah Putih yang diikat Sabuk Hitam didalam
sebuah lingkaran yang berwarna dasarnya kuning, melambangkan anggota INKAI
yang bersatu pada ikatan kekeluargaan berdasarkan prinsip-prinsip karate-do

C. MACAM-MACAM ALIRAN KARATE DAN SEJARAHNYA

1. SHOTOKAN

Shotokan ( 松 濤 館 流 Shōtōkan-ryū) adalah sebuah aliran karate yang


dikembangkan oleh Gichin Funakoshi (1868–1957) dan anaknya Gigo (Yoshitaka)
Funakoshi (1906–1945). Gichin merupakan salah satu master karate (selain Kenwa
Mabuni dan Chōki Motobu) yang memperkenalkan karate ke pulau
utama Jepang pada tahun 1910-an dan 1920-an.[1] Namun, anaknya lah, Gigō
Funakoshi, yang lebih banyak berperan memopulerkan karate. Funakoshi

7
mendemonstrasikan karate di berbagai universitas, termasuk di Universitas
Keio, UniversitasWaseda, Hitotsubashi, UniversitasTakushoku, Universitas Chuo,
Universitas Gakushuin, dan Universitas Hosei. Funakoshi banyak memiliki murid
yang melanjutkan perjuangannya mengajarkan karate Shotokan setelah
kematiannya pada tahun 1957.

KISAH PENDEK ALIRAN :

Gichin Funakoshi ( 船 越 義 珍 Funakoshi Gichin, lahir di Shuri, Kerajaan


Ryukyu, 10 November 1868 – meninggal di Tokyo, Jepang, 26 April 1957 pada umur
88 tahun) adalah pencipta aliran karate Shotokan yang merupakan salah satu dari
aliran utama karate, dan sekaligus dianggap sebagai "bapak karate modern".
[1]
Funakoshi mengikuti ajaran dari guru bernama Ankō Itosu hingga menjadi salah
satu master karate Okinawa yang mengajarkan karate kepada penduduk kepulauan
utama Jepang pada tahun 1921. Ia mengajar karate di berbagai universitas di
Jepang, dan diangkat sebagai ketua kehormatan Asosiasi Karate Jepang ketika baru
didirikan pada tahun 1949. Karier[sunting | sunting sumber]

Gichin Funakoshi dilahirkan di Shuri, Okinawa sekitar tahun 1868 ketika


Jepang sedang berada dalam zaman Restorasi Meiji. Kedua orangtuanya
adalah penduduk asli Okinawa yang memakai nama keluarga Tominakoshi.
[2]
Ayahnya bernama Gisu.[3] Setelah masuk sekolah dasar, Gichin bersahabat baik
dengan putra Ankō Asato, seorang master karate dan kendo yang nantinya menjadi
guru karate pertamanya.[3]

Keluarga Funakoshi sangat menentang undang-undang yang


mengharuskan orang untuk memotong rambut yang ditata dengan model
rambut chonmage. Seperti halnya biksu, dokter pada zaman Meiji memang tidak
dibenarkan menata rambut dengan model chonmage. Keputusan untuk tidak mau
memotong rambut, mengakibatkan Funakoshi tidak diizinkan masuk sekolah
kedokteran, walaupun dirinya sudah lulus ujian masuk. [3] Sebagai orang terpelajar
yang terdidik dalam sastra Cina Klasik serta filsafat Jepang, Funakoshi bekerja
sebagai asisten guru di Okinawa. Pada waktu itu pula, hubungan dirinya dengan
keluarga Asato menjadi semakin dekat. Ia mulai sering bepergian pada malam hari

8
ke rumah kediaman keluarga Asato untuk menerima pelajaran karate dari Ankō
Asato.[

Funakoshi menguasai kedua aliran karate Okinawa yang populer pada


waktu itu, Shōrei-ryu dan Shōrin-ryu. Aliran karate yang didirikannya diberi nama
Shotokan yang berasal dari nama pena Funakoshi, Shoto yang berarti gelombang
pinus (gerakan daun-daun pinus ketika angin bertiup). Selain sebagai master karate,
Funakoshi adalah seorang filsuf dan penyair yang produktif. Ia sering diberitakan
berjalan hingga jauh sekali di dalam hutan untuk bermeditasi dan menulis puisi.
[4]
Kan berarti aula latihan atau rumah, sehingga Shotokan berarti rumah Shoto.
Nama aliran karate ini diciptakan oleh murid-murid Funakoshi yang memasang plang
nama bertuliskan Shoto kan di atas pintu masuk dojo tempat mereka berlatih.

Pada akhir 1910-an, Funakoshi telah memiliki banyak murid, di antaranya


dianggap mampu untuk meneruskan ajaran sang guru. Funakoshi sendiri
melanjutkan usahanya untuk menyebarluaskan karate Okinawa, dan berkelana ke
kepulauan utama Jepang pada tahun 1922.[3]

Pada tahun 1939, Funakoshi mendirikan dojo Shōtōkan yang pertama


di Tokyo. Ia juga mengubah sebutan untuk seni beladiri yang diajarkannya,
dari tōte ( 唐 手 ) yang terdiri dari dua aksara kanji: 唐 (tō, kara; Dinasti Tang atau
Cina) dan 手 (te, tangan) menjadi karate ( 空 手 , tangan kosong). Keduanya ditulis
dengan aksara kanji yang berbeda, walaupun sebetulnya 唐 手 dapat dibaca
secara kun'yomi sebagai karate. Funakoshi percaya bahwa istilah baru yang
diciptakannya tidak akan menimbulkan kesalahpahaman bahwa karate berasal
dari seni bela diri Cina.

Di Tokyo, Funakoshi mendirikan Asosiasi Karate Jepang (JKA) pada 1949,


dan diangkat sebagai ketua kehormatan. Ia tetap tinggal di Tokyo hingga tutup usia
pada tahun 1957.

Funakoshi menerbitkan sejumlah buku mengenai karate, termasuk


autobiografi Karate-Do: My Way of Life. Peninggalan terpentingnya berupa sebuah
dokumen yang berisi filsafat latihan karate yang sekarang disebut niju kun atau "20
Prinsip Karate". Prinsip-prinsip tersebut merupakan dasar pemikiran bagi semua

9
murid Shotokan, dan diterbitkannya dalam buku berjudul The Twenty Guiding
Principles of Karate.[5] Di dalam buku ini , Funakoshi menerangkan 20 prinsip yang
harus dipatuhi murid karate agar dapat "menjadi manusia yang lebih baik". [3] Karate-
Do Kyohan "The Master Text" karya Funakoshi hingga kini tetap merupakan buku
yang paling lengkap, berisi penjelasan tentang sejarah, dasar-dasar, kata,
dan kumite.

Monumen untuk Gichin Funakoshi didirikan oleh Shotokai di sebuah kuil di


Kamakura bernama Engaku-ji pada 1 Desember 1968. Batu ini dirancang oleh Kenji
Ogata dan bertuliskan kaligrafi karya Funakoshi dan biksu kepala bernama Sōgen
Asahina (1891-1979). Pada batu monumen ini bertuliskan prinsip kedua dari 20
Prinsip Karate, "Karate ni sente nashi" ("Tidak ada serangan pertama dalam
karate"). Di sebelah kanannya terdapat batu bertuliskan puisi yang ditulisnya ketika
dalam perjalanan ke Jepang pada tahun 1922.

Batu kedua berisi tulisan yang dibuat oleh Nobuhide Ohama, dan
diterjemahkan sebagai:

Sensei karate-do Funakoshi Gichin dilahirkan di Shuri Okinawa pada 10


Juni 1870. Sejak sekitar usia sebelas tahun, ia mulai belajar tō-te jutsu dari Azato
Anko dan Itosu Anko. Ia berlatih dengan rajin dan pada tahun 1912 diangkat sebagai
ketua Shobukai Okinawa. Pada Mei 1922, ia pindah ke Tokyo dan menjadi sensei
profesional karate-do. Ia mengabdikan seluruh hidupnya bagi pengembangan
karate-do. Ia hidup hingga usia delapan puluh delapan tahun, dan meninggalkan
dunia ini pada 26 April 1957. Sambil melakukan reinterpretasi to-te jutsu, Sensei
menyebarluaskan karate-do tanpa menghilangkan filsafat aslinya. Seperti
halnya bugei (seni bela diri klasik), puncak dari "mu" (pencerahan) adalah: untuk
memurnikan dan membuat seorang menjadi kosong melalui transformasi

10
dari jutsu ke do. Melalui kata-kata terkenalnya, "Karate ni sente nashi" ("Tidak ada
serangan pertama dalam karate") dan "Karate wa kunshi no bugei" ("Karate adalah
seni bela diri orang bijaksana), Sensei membantu kami untuk mengerti
makna jutsu secara lebuh baik lagi. Kami, para murid setia, dengan maksud
memperingati jasa dan kontribusinya sebagai perintis karate-do modern, membentuk
Shotokai dan mendirikan monumen ini di Enkakuji. "Kenzen ichi" ("Kepalan dan Zen
adalah satu").

2. WADO RYU

Wado-ryu atau Wadoryu atau Wado Ryu (和道流) atau Wado saja adalah
sebuah aliran Karate dari Jepang. Aliran ini diciptakan oleh Hironori Otsuka pada
tahun 1934. Ia menggabungkan teknik dari seni beladiri Shindo Yoshin-
ryu Jujutsu dengan seni beladiri Okinawan Karate yang dipelajarinya dari Funakoshi
(pendiri Shotokan Karate), Kenwa Mabuni (pendiri Shito-ryu Karate) dan Choki
Motobu (tokoh Okinawan Kenpo).

Atas jasa-jasa dia dalam memopulerkan Karate dan Jujutsu, Hironori


Otsuka diberi penghargaan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1970-an, dan sebelum
wafatnya pada tahun 1982, dia dianugerahi gelar "Meijin Judan" (manusia bijaksana,
DAN-10) oleh keluarga kaisar. Sepeninggal dia, organisasi Wado-ryu terpecah
menjadi tiga yaitu Wado-ryu Renmei yang dipimpin oleh Jiro Otsuka, Wado Kokusai
Renmei yang dipimpin oleh Tatsuo Suzuki, dan JKF-Wadokai yang dipimpin oleh
alm. Eichi Eriguchi.

Wado-ryu selain dikenal sebuah aliran karate juga dikenal sebagai


aliran jujitsu, karena di dalam syllabus Wado-ryu juga diajarkan jujitsu dari aliran
Shindo Yoshin-ryu seperti disebutkan di atas. Ciri khas Wado-ryu adalah memiliki

11
KATA berpasangan seperti yang dimiliki oleh jujutsu, untuk melengkapi KATA
sendirian seperti yang lazim dimiliki oleh sebuah aliran karate.

Adapun KATA yang dimainkan di dalam aliran Wado-ryu adalah: Pinan 1-5,
Naihanchi, Seishan, Chinto, Kushanku, Bassai, Rohai, Niseishi, Jion, Jitte. Ada juga
beberapa versi Wado dari Kata Gojushiho, Matsumura Rohai, Suparimpei dan Unsu,
namun belum secara resmi diterima oleh semua perguruan Wado. Sedangkan KATA
berpasangan yang diadopsi dari Jujutsu adalah: Idori no Kata, Gyakunage no Kata,
Fujin Goshinjutsu, Yakusoku Kihon Kumitegata, Tantodori dan Shinken Shirahadori.
Beberapa perguruan Wado juga menerapkan Ohyo Kumite dan Goshin Jutsu Ohyo,
yaitu aplikasi dan variasi teknik-teknik Wado-ryu Karate dan Jujutsu untuk situasi
beladiri.

Wado-ryu masuk ke Indonesia pada tahun 1968, dibawa oleh Ir. Chaerul.A.
Taman M.Eng, sekarang menjabat sebagai Guru Besar dari Wado-ryu Karate-Do
Indonesia (WADOKAI) dengan gelar Nanadan-Renshi (setingkat Professor Madya,
DAN-7) dari markas besar JKF-Wadokai di Jepang. Ia ikut mendirikan FORKI pada
tahun 1972, dan juga tercatat sebagai pendiri, guru besar dan ketua
penasihat Goshinbudo Jujutsu Indonesia Club (GBI), salah satu organisasi Jujutsu di
Indonesia.Beberapa Karateka hasil bimbingan WADOKAI telah menyumbangkan
prestasinya untuk bangsa Indonesia, antara lain Tommy Firman juara WUKO dan
Hasan Basri juara Asian Games.

KISAH PENDEK ALIRAN :

PENDIRI WADO KAI KARATE (1892-1982) "Karateka harus selalu


memegang tiga elemen vital yang benar - hati, semangat dan kekuatan fisik." - Tuan
Hironori Otsuka atau Master Hironori Otsuka lahir 1 Juni 1892, di Shimodate,
Jepang, di mana ayahnya, Dr. Tokujiro Otsuka, mengoperasikan sebuah klinik.
Sebagai anak laki-laki, dia mendengarkan seorang prajurit samurai, paman ibunya,
menceritakan kisah-kisah mendebarkan tentang eksploitasi samurai. Di sinilah benih
pertama ditaburkan yang nantinya akan menjadi beberapa prinsip dan filosofi karate
Wado.

12
Master Otsuka memulai pelatihan seni bela diri pada usia lima tahun di
bawah paman buyutnya Chojiro Ibashi ( Shintani & Reid, 1998 ) dan pada usia tiga
belas tahun secara resmi mempelajari shindo yoshinryu jujutsu , seni bela diri
tradisional Jepang yang darinya judo modern diturunkan, di bawah Yokiyoshi
Tatsusaburo Nakayama . Sedangkan sebagian besar sekolah pada masa itu
menekankan pada teknik lempar atau grappling, sekolah ini menekankan pada
teknik atemi (teknik striking and kicking). Pelatihan bela dirinya terus berlanjut
bahkan ketika pada tahun 1911, ia masuk Universitas Waseda untuk belajar
administrasi bisnis. Ia selama periode ini bahwa Guru Otsuka mulai belajar atemi -
gaya Toshin-Kenposambil melanjutkan studinya di shindo yoshinryu . Ketika
ayahnya meninggal pada tahun 1913, dia dipaksa berhenti sekolah dan kembali ke
Shimodate untuk bekerja di bank. Pada tahun 1921, di usia yang relatif muda yaitu
29 tahun, ia dianugerahi menkyo-kaiden yang didambakan, menunjuknya sebagai
penerus gaya ini. Setahun kemudian ia memulai pelatihan karate di bawah
bimbingan Gichin Funakoshi, orang yang memperkenalkan karate ke Jepang dari
Okinawa. Guru Otsuka telah mendengar tentang kunjungan Funakoshi ke Jepang
dan pergi ke Tokyo untuk menyaksikan demonstrasi tersebut.

Kemudian, ketika Funakoshi memutuskan untuk tinggal di Jepang dan


mengajar karate di Gimnasium Meishojuku, Guru Otsuka meminta untuk tinggal dan
belajar dengannya. Pada tahun 1927 ia meninggalkan bank di Shimodate, dan
menjadi spesialis medis yang menangani cedera seni bela diri agar dapat
mencurahkan lebih banyak waktu untuk seni bela diri. Pada tahun 1929 dia memulai
klub karate pertama di Universitas Tokyo, dan lima tahun berikutnya dia akan
mendirikan klub di banyak universitas lain sebagai salah satu siswa Funakoshi yang
paling senior. Selama ini,Master Otsuka juga memiliki kesempatan untuk belajar
dengan penata karate terkemuka lainnya pada saat itu, termasukKenwa
Mabuni dari gaya shito-ryu , dan Choki Motobu , yang dikenal karena
penekanannya pada kumite dan kata Naihanchi .

Namun, Master Otsuka akhirnya mulai tidak setuju dengan Master


Funakoshi mengenai masalah perkembangan, terutama keinginan Master Otsuka
untuk mengembangkan latihan sparring gratis, yang dikecam Funakoshi sebagai
ketidakmurnian dalam pelatihan karate, dengan potensi cedera parah karena sifat
13
mematikan dari beberapa teknik karate. Pada awal tahun 1930-an, Master Otsuka
akhirnya berpisah dengan Funakoshi, dan melakukan perjalanan ke Okinawa untuk
mempelajari karate lebih dalam dari para master yang telah mengajar Funakoshi. Itu
adalah keyakinannya bahwa Funakoshi telah terlalu menyederhanakan dan terlalu
banyak memodifikasi beberapa teknik karate dan kata untuk kepentingan mengajar
kelompok besar pemula. Master Otsuka menggabungkan pengetahuan karate
Funakoshi dengan pengetahuan barunya tentang karate Okinawa, dan
menambahkan beberapa adaptasinya sendiri dari bushido Jepang (cara para
pejuang) seni bela diri untuk membentuk karate Wado.

Master Otsuka akhirnya membuka dojo sendiri sebagai klub Dai Nippon
Karate Shinko pada tahun 1934. Menurut catatan yang diterbitkan oleh Shintani &
Reid (1998), namanya diubah menjadi Dai Nippon Karate-do Shinbu-Kai , kemudian
menjadi Ko-Shu Wado-Ryu Karate Jutsu , yang kemudian disingkat menjadi Jutsu
Karate Wado-Ryu , diikuti oleh Wado Ryu.. Master Otsuka mendaftarkan karate
Wado pada tahun 1940 di Butokukai, Kyoto, dan itu telah menjadi salah satu dari
empat gaya utama karate Jepang, yang lainnya adalah: Shotokan, Shito, dan Goju.
Pada tahun yang sama, Master Otsuka mengorganisir All Japanese Karate-do
Federation, Wado-Kai, yang berfungsi sebagai badan pemberi sanksi dunia untuk
karate Wado dan afiliasinya. Pada awal 1934 ia telah mengembangkan aturan dan
regulasi untuk perdebatan bebas kompetitif untuk dimasukkan ke dalam sistemnya,
gaya karate pertama yang melakukannya. Aturan-aturan ini telah diadopsi
seluruhnya atau sebagian oleh hampir semua kompetisi seni bela diri modern.

Pada tahun 1966, Guru Otsuka menerima Kun-Go-To , atau "Urutan Kelima
dari Pahala Harta Karun" dari Kaisar Jepang, yang juga menganugerahkan
kepadanya medali Soko Kyokujitsu-Sho atas kontribusi Guru Otsuka untuk
pengembangan dan promosi karate. Pada tahun 1972, ia menerima Shodai Karate-
do Meijin Judan atau "Master Karate-do Generasi Pertama dari Dan Kesepuluh" dan
ditunjuk sebagai kepala dari semua sistem seni bela diri dalam All Japan Karate-do
Federation. Master Otsuka meninggal dunia pada tanggal 29 Januari 1982, setelah
itu karate Wado dipisahkan menjadi beberapa organisasi berdasarkan perbedaan
dalam konsep kepemimpinan .MASTER HIRONORI OTSUKA

14
PENDIRI WADO KAI KARATE (1892-1982):

Master Hironori Otsuka lahir 1 Juni 1892, di Shimodate, Jepang, di mana


ayahnya, Dr. Tokujiro Otsuka, mengoperasikan sebuah klinik. Sebagai anak laki-laki,
dia mendengarkan seorang prajurit samurai, paman ibunya, menceritakan kisah-
kisah mendebarkan tentang eksploitasi samurai. Di sinilah benih pertama ditaburkan
yang nantinya akan menjadi beberapa prinsip dan filosofi karate Wado.

Master Otsuka memulai pelatihan seni bela diri pada usia lima tahun di
bawah paman buyutnya Chojiro Ibashi ( Shintani & Reid, 1998 ) dan pada usia tiga
belas tahun secara resmi mempelajari shindo yoshinryu jujutsu , seni bela diri
tradisional Jepang yang darinya judo modern diturunkan, di bawah Yokiyoshi
Tatsusaburo Nakayama . Sedangkan sebagian besar sekolah pada masa itu
menekankan pada teknik lempar atau grappling, sekolah ini menekankan pada
teknik atemi (teknik striking and kicking). Pelatihan bela dirinya terus berlanjut
bahkan ketika pada tahun 1911, ia masuk Universitas Waseda untuk belajar
administrasi bisnis. Ia selama periode ini bahwa Guru Otsuka mulai belajar atemi -
gaya Toshin-Kenposambil melanjutkan studinya di shindo yoshinryu . Ketika
ayahnya meninggal pada tahun 1913, dia dipaksa berhenti sekolah dan kembali ke
Shimodate untuk bekerja di bank.

Pada tahun 1921, di usia yang relatif muda yaitu 29 tahun, ia


dianugerahi menkyo-kaiden yang didambakan, menunjuknya sebagai penerus gaya
ini. Setahun kemudian ia memulai pelatihan karate di bawah bimbingan Gichin
Funakoshi, orang yang memperkenalkan karate ke Jepang dari Okinawa. Guru
Otsuka telah mendengar tentang kunjungan Funakoshi ke Jepang dan pergi ke
Tokyo untuk menyaksikan demonstrasi tersebut. Kemudian, ketika Funakoshi

15
memutuskan untuk tinggal di Jepang dan mengajar karate di Gimnasium
Meishojuku, Guru Otsuka meminta untuk tinggal dan belajar dengannya. Pada tahun
1927 ia meninggalkan bank di Shimodate, dan menjadi spesialis medis yang
menangani cedera seni bela diri agar dapat mencurahkan lebih banyak waktu untuk
seni bela diri. Pada tahun 1929 dia memulai klub karate pertama di Universitas
Tokyo, dan lima tahun berikutnya dia akan mendirikan klub di banyak universitas lain
sebagai salah satu siswa Funakoshi yang paling senior. Selama ini,Master Otsuka
juga memiliki kesempatan untuk belajar dengan penata karate terkemuka lainnya
pada saat itu, termasukKenwa Mabuni dari gaya shito-ryu , dan Choki Motobu ,
yang dikenal karena penekanannya pada kumite dan kata Naihanchi .

Namun, Master Otsuka akhirnya mulai tidak setuju dengan Master


Funakoshi mengenai masalah perkembangan, terutama keinginan Master Otsuka
untuk mengembangkan latihan sparring gratis, yang dikecam Funakoshi sebagai
ketidakmurnian dalam pelatihan karate, dengan potensi cedera parah karena sifat
mematikan dari beberapa teknik karate. Pada awal tahun 1930-an, Master Otsuka
akhirnya berpisah dengan Funakoshi, dan melakukan perjalanan ke Okinawa untuk
mempelajari karate lebih dalam dari para master yang telah mengajar Funakoshi. Itu
adalah keyakinannya bahwa Funakoshi telah terlalu menyederhanakan dan terlalu
banyak memodifikasi beberapa teknik karate dan kata untuk kepentingan mengajar
kelompok besar pemula. Master Otsuka menggabungkan pengetahuan karate
Funakoshi dengan pengetahuan barunya tentang karate Okinawa,
danmenambahkan beberapa adaptasinya sendiri dari bushido Jepang (cara para
pejuang) seni bela diri untuk membentuk karate Wado.

Master Otsuka akhirnya membuka dojo sendiri sebagai klub Dai Nippon
Karate Shinko pada tahun 1934. Menurut catatan yang diterbitkan oleh Shintani &
Reid (1998), namanya diubah menjadi Dai Nippon Karate-do Shinbu-Kai , kemudian
menjadi Ko-Shu Wado-Ryu Karate Jutsu , yang kemudian disingkat menjadi Jutsu
Karate Wado-Ryu , diikuti oleh Wado Ryu.. Master Otsuka mendaftarkan karate
Wado pada tahun 1940 di Butokukai, Kyoto, dan itu telah menjadi salah satu dari
empat gaya utama karate Jepang, yang lainnya adalah: Shotokan, Shito, dan Goju.
Pada tahun yang sama, Master Otsuka mengorganisir All Japanese Karate-do
Federation, Wado-Kai, yang berfungsi sebagai badan pemberi sanksi dunia untuk
16
karate Wado dan afiliasinya. Pada awal 1934 ia telah mengembangkan aturan dan
regulasi untuk perdebatan bebas kompetitif untuk dimasukkan ke dalam sistemnya,
gaya karate pertama yang melakukannya. Aturan-aturan ini telah diadopsi
seluruhnya atau sebagian oleh hampir semua kompetisi seni bela diri modern.

Pada tahun 1966, Guru Otsuka menerima Kun-Go-To , atau "Urutan Kelima
dari Pahala Harta Karun" dari Kaisar Jepang, yang juga menganugerahkan
kepadanya medali Soko Kyokujitsu-Sho atas kontribusi Guru Otsuka untuk
pengembangan dan promosi karate. Pada tahun 1972, ia menerima Shodai Karate-
do Meijin Judan atau "Master Karate-do Generasi Pertama dari Dan Kesepuluh" dan
ditunjuk sebagai kepala dari semua sistem seni bela diri dalam All Japan Karate-do
Federation. Master Otsuka meninggal dunia pada tanggal 29 Januari 1982, setelah
itu karate Wado dipisahkan menjadi beberapa organisasi berdasarkan perbedaan
dalam konsep kepemimpinan dan pengajaran.

3. SHITO RYU

Aliran Shito Ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari
banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito Ryu, yaitu adalah 43 Kata, lebih
banyak dari aliran lain.

Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 26, Wado memiliki 17, Goju


Memiliki 12 Kata. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito – Ryu dapat menyesuaikan
diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperi Shotokan secara frontal, maupun
dengan jarak rapat seperti Goju Kenwa Mabuni - Pendiri Shito-Ryu Karate

Kenwa Mabuni (1889-1952) adalah anggota kelas prajurit di Okinawa dan


berasal dari pejuang barisan yang panjang dari keluarga samurai Onigusukini , yang
melayani elit penguasa di pulau itu selama ratusan tahun.
17
Pelatihan Awal Seni Bela Diri

Mabuni adalah seorang anak yang lemah dan sakit-sakitan tetapi pada usia
tiga belas tahun, ia mulai belajar seni bela diri di bawah bimbingan guru
terkenal Anko Itosu dari sekolah Shuri-Te, yang umumnya berbicara sebagai
kakek dari karate zaman modern . Dia berlatih setiap hari dan kesehatannya segera
mulai membaik dan saat dia tumbuh lebih kuat, dia unggul dalam bela diri di bawah
bimbingan gurunya.

Kemudian sekitar tahun 1909, ia mulai mempelajari karate Okinawa gaya


Naha-Te di bawah bimbingan Kanryo Higaonna, yang diperkenalkan oleh
situs Chojun Miyagi (yang kemudian menemukan karate Goju-Ryu). Selama di Naha,
ia juga belajar di bawah guru besar lainnya, Seisho Arakaki yang mengajarinya
menggunakan senjata secara efektif, khususnya tongkat bo dan sai, bersama
dengan berbagai kata senjata.

Pelatihan Lanjutan dalam Seni Bela Diri :

Setelah menyelesaikan sekolah menengah dan wajib militer yang


mengikutinya, Mabuni menjadi petugas polisi di Okinawa dan merupakan anggota
masyarakat yang dihormati yang dikenal karena keadilan dan rasa keadilannya
untuk semua. Meskipun sekarang ia adalah karateka ulung dengan haknya sendiri,
ia terus belajar dengan masternya sampai pada tahun 1915, baik Itosu dan
Higaonna meninggal dalam waktu singkat satu sama lain yang menghancurkan
Mabuni dan murid mereka yang lain. Setelah kematian guru mengajar Itosu, Mabuni
dikatakan telah membangun sebuah kuil di dekat situs kuburannya dan
mempraktikkan kata di sana setiap hari selama menghormati guru besar itu.

18
Beberapa tahun kemudian, bersama dengan karateka Okinawa lainnya
yang sedang naik daun seperti Chojun Miyagi dan Gichin Funakoshi (yang kemudian
mendirikan karate Shotokan), dia terlibat dalam sebuah dojo bernama Ryukyu Tode
Kenkyu Kai (Klub Penelitian Karate Okinawa). Master lain yang terlibat dalam proyek
ini adalah Woo Yin Gue, seorang pedagang teh Cina yang tinggal di Okinawa yang
mengajar kungfu Bangau Putih Provinsi Mabuni Fukien , yang mempengaruhi Shito-
Ryu kata Rohai dan Nipaipo.

Pada tahun 1918, Mabuni adalah salah satu anggota klub penelitian yang
untuk mendemonstrasikan karate Okinawa, yang saat itu dikenal sebagai Tode atau
Te, kepada anggota keluarga Kerajaan Jepang yang sangat membantu sehingga
mereka meminta klub untuk mengirimkan perwakilannya untuk mengajar seni
tersebut. di Jepang. Pada tahun 1922, Gichin Funakoshi dipilih untuk tugas tersebut
tetapi anggota lain termasuk Mabuni sering melakukan perjalanan ke Jepang untuk
mengajar.

Perkembangan Shito-Ryu Karate :

Sementara itu, Mabuni meningkatkan pengembangan seninya dengan


berlatih dan berbagi pengetahuan dengan anggota Ryukyu Tode Kenkyu Kai
lainnya. Pada tahun 1924, Mabuni belajar bersama dengan deretan Chojun Miyagi
untuk memimpin sesi pelatihan klub. Bersama-sama mereka menekankan
pentingnya melatih latihan serangan dan gerakan defensif pada lawan yang
bergerak sambil meningkatkan kontrol intensitas teknik yang mereka gunakan.

Pada tahun 1929 pada usia tiga puluh sembilan, Mabuni secara permanen
pindah ke kota Osaka di Jepang untuk mengajar gaya karate sendiri, Shito-Ryu. Itu
adalah perpaduan unik dari gaya karate Okinawa dan termasuk beberapa kung fu
saat Mabuni mengambil yang terbaik dari apa yang telah dia buat dari gurunya untuk
membentuk versi yang koheren dari seni bela diri yang saat ini dipraktekkan oleh
jutaan orang di seluruh dunia.

Filosofi utama ajaran Mabuni dituangkan dalam Go Do Shin (Jiwa / Jalan Lima
Arah) Shito-Ryu Karate:

19
Penentuan - Jangan pernah melupakan semangat awal yang pertama.

Moralitas - Jangan pernah mengabaikan kesopanan dan etika.

Pengembangan - Jangan pernah mengabaikan usaha.

Akal sehat - Jangan pernah Kehilangan akal sehat.

Kedamaian - Jangan pernah mengganggu harmoni.

Awalnya, Mabuni harus bekerja keras agar gaya karate-nya diterima oleh
masyarakat Osaka. Dia melakukan banyak toko publik Shito-Ryu termasuk
memecahkan batu bata dan dengan tangan dan kakinya. Dia juga memberikan
pelajaran gratis ke berbagai kantor polisi di seluruh Jepang dan merancang Dai
Nihon Karate Do Kai pada tahun 1931, cikal bakal Federasi Karate-Do Shito-Kai
Dunia modern . Lambat laun gaya itu mulai ampuh dan Mabuni, temukan lebih
banyak siswa, baik di dojo-nya di Osaka maupun di universitas yang ingin
membentuk dojo sendiri.

Selama Perang Dunia Kedua, mengalir di klubnya karena begitu banyak


pemuda yang berjuang dalam konflik dan seperti banyak lainnya, Mabuni menderita
kemiskinan yang parah selama periode ini tetapi bertahan dengan seni
pilihannya. Setelah perang berakhir, banyak hal mulai membaik dan jumlah siswa
meningkat di seluruh negeri.

Siswa seniornya membuka klub mereka sendiri di seluruh Jepang dan pada
saat kematiannya pada tahun 1952, karate Shito-Ryu menjadi semakin
populer. Putra Mabuni, Kenzo, mengambil alih sebagai kepala Shito-Ryu Karate dan
mengabdikan hidupnya untuk mengajar seni yang dikembangkan. Selama bertahun-
tahun, ia dan master lain yang telah diajar oleh Kenwa Mabuni mulai mengajar di
luar Jepang yang kemudian menyebabkan Shito-Ryu menjadi salah satu dari empat
gaya karate utama dan salah satu seni bela diri dunia yang paling dipraktikkan dan
paling dicintai di sana.

4 .GOJU RYU

20
Goju memiliki arti keras lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan
teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa
yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di
Jepang (Setelah masuknya Shotokan ke Jepang) Aliran Goju ini dibawa ke Jepang
oleh Chojun Miyagi. Chojun Miyagi memperbaharui banyak teknik – teknik aliran ini
menjadi aliran Goju Ryu, sehingga banyak orang menganggap Chojun Miyagi
sebagai pendiri Goju Ryu. Berpegang pada konsep bahwa “dalam pertarungan yang
sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan”. Sehingga Goju
Ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para
praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari
lawan tanpa terluka. Goju Ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta
senang melakukan peraturan jarak rapat.

KISAH PENDEK ALIRAN :

Pendiri sebenarnya dari Goju-Ryu Karate adalah Chojun Miyagi Sensei


( 1888-1953). Chojun Miyagi Sensei lahir pada 25 April 1888, di Naha, Okinawa.

21
Ayahnya, Choyo Miyagi adalah anak ketiga dari keluarga Miyagi. Keluarga Miyagi
telah menjadi bagian dari kelas Shizoku atas (bangsawan Ryukyu) sebelum sistem
kelas ini dihapuskan, dan telah menjadi pemasok jamu untuk keluarga kerajaan
Ryukyu. Setelah sistem kelas dihapuskan pada tahun 1879, mereka masih menjadi
keluarga kaya dan mereka dianggap sebagai Sohouka (素 封 家 , そ ほ う か
yang berarti keluarga kaya dengan kekayaan yang sangat besar, biasanya seorang
kapitalis atau pemilik tanah besar.). Chojun Miyagi Sensei kehilangan ayahnya,
Choyo Miyagi, ketika dia masih bayi, dan dia kemudian diadopsi oleh seorang
kerabat yang bernama sohouka.. Ayah angkatnya tidak memiliki anak dan dia
menamai Chojun Miyagi Sensei sebagai pewaris yang ditunjuknya ketika Chojun
Sensei masih di bawah umur.

Ketika Chojun Miyagi Sensei berusia 11 tahun, dia memulai pelatihan


karate dasar dengan master Tomari-te dan pejuang terkenal Ryoko Aragaki Sensei
(1875-1961) yang kebetulan adalah tetangganya. Ryoko Aragaki Sensei adalah
kakek dari Shuichi Aragaki Sensei, yang meraih gelar Dan Hanshi ke-10 dalam
IOGKF satu abad kemudian. Ryoko Aragaki Sensei juga salah satu dari sedikit
master karate yang menang dalam pertarungan terbuka dengan Choki Motobu,
petarung karate Okinawa yang terkenal. Dalam ingatannya Ryoko Aragaki Sensei
mengenang Chojun Miyagi Sensei sebagai anak yang ceria dan agak nakal dengan
reputasi sering terlibat masalah, yang, bagaimanapun, adalah seorang siswa karate
yang sangat serius dan menjanjikan. Karena Ryoko Aragaki Sensei mengenali
potensi Chojun Sensei, ia memutuskan untuk merekomendasikannya untuk belajar
karate di bawah bimbingan Grandmaster Naha-te yang legendaris.Kanryo
Higaonna Sensei saat Miyagi Sensei berusia 14 tahun. Di bawah asuhan Kanryo
Sensei, tidak hanya potensi karate Chojun Miyagi Sensei yang disadari sepenuhnya,
kepribadiannya juga menjadi sangat serius dan pendiam.

Ketika dia menyelesaikan pendidikan akademisnya, Chojun Miyagi Sensei


berlari lebih dari 10 kilometer setiap hari sepulang sekolah untuk sampai ke rumah
Kanryo Sensei untuk pelatihan karate, dan dia akan melatih kekuatannya dengan
menggunakan batu di sepanjang jalan sebagai beban atau dia akan memukul
mereka untuk memperkuatnya tinju. Menurut orang-orang sezamannya, Chojun
Sensei adalah pesenam yang sangat baik dan ahli dalam latihan bar paralel. Chojun
22
Sensei juga bergabung dengan tim Judo sekolah, tetapi dia segera diminta untuk
mengundurkan diri karena sifatnya yang berat selama pelatihan. Chojun Miyagai
Sensei berpartisipasi dalam pertandingan gulat lokal tetapi karena dia sering
bertangan keras dan karena dia sering menggunakan teknik Naha-te, pegulat lain
mewaspadai dia. Dia akhirnya berhenti bergulat ketika ayah angkatnya memintanya
untuk berhenti berlatih gulat untuk menghindari permusuhan dari para pegulat.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Chojun Miyagi Sensei bekerja di


bank selama setahun. Karena mereka memiliki kekayaan untuk mendukung
kecintaannya pada karate, para tetua keluarganya menyuruhnya untuk melepaskan
pekerjaan perbankannya untuk memusatkan usahanya pada karate. Chojun Miyagi
Sensei menikah sekitar tahun 1908 dan pada tahun 1910 ia direkrut menjadi Tentara
Kekaisaran Jepang dan ditugaskan untuk pelatihan militer dasar di Kyushu. Sebelum
kepergian Chojun Sensei, Kanryo Sensei memberikan Bo Kata dan metode
serangan nukite untuk digunakan seandainya dia harus membela diri selama dinas
militernya. Meskipun pada masa itu orang Okinawa pada umumnya menghadapi
diskriminasi dalam masyarakat Jepang, karena keahliannya dalam pertempuran tak
bersenjata, Chojun Sensei dijadikan instruktur tempur tak bersenjata di unitnya.
Setahun kemudian,Chojun Sensei dipromosikan ke pangkat kopral dan dia meminta
untuk dipindahkan ke badan medis, di mana dia belajar banyak pengetahuan ilmiah
tentang anatomi manusia. Ini terbukti menjadi pengetahuan yang berguna yang
membantunya merancang latihan tertentu di masa depan. Di tahun itu, ia juga pergi
ke Judokan untuk berlatih di waktu senggangnya. Chojun Miyagi Sensei
menyelesaikan pelatihan militernya pada tahun 1912 dan ia kembali ke Okinawa
untuk melanjutkan pelatihannya di bawah Kanryo Higaonna Sensei.Chojun Miyagi
Sensei menyelesaikan pelatihan militernya pada tahun 1912 dan ia kembali ke
Okinawa untuk melanjutkan pelatihannya di bawah Kanryo Higaonna Sensei.Chojun
Miyagi Sensei menyelesaikan pelatihan militernya pada tahun 1912 dan ia kembali
ke Okinawa untuk melanjutkan pelatihannya di bawah Kanryo Higaonna Sensei.

Kembali ke Okinawa, reputasi Chojun Sensei sebagai karateka yang cakap


mulai menyebar dan dia menghadapi banyak penantang. Dalam satu contoh, Chojun
Miyagi Sensei diundang untuk melihat sabung ayam dengan Choki Motobu. Tanpa
peringatan sebelumnya Choki Motobu melancarkan serangan ke Chojun Sensei,
23
Chojun Sensei mencegat serangannya dan dengan cekatan menjatuhkan Choki-
Motobu dengan teknik balasan. Peristiwa ini disaksikan oleh seorang wartawan lokal
dan dikenal luas di kalangan lokal. Chojun Miyagi Sensei berusia sekitar 26 tahun
saat ini (sekitar 1913 ~ 1914).

Chojun Miyagi Sensei pergi ke Fuzhou pada tahun 1915 untuk mencari
guru Kanryo Sensei, Ryu Ryuko. Di Fuzhou, rombongannya, termasuk Eisho
Nakamoto, menemukan bahwa sebagian besar cabang lain dari gaya Ryu RyuKo
telah meninggalkan Fuzhou setelah kerusuhan sosial dan perang, dan hanya sedikit
orang dari generasi yang lebih tua yang tertinggal. Salah satu murid Ryu Ryuko
memimpin rombongan Chojun Sensei ke kuburan Ryu Ryuko untuk memberikan
penghormatan, sebuah formalitas dalam tradisi seni bela diri Tiongkok saat itu,
sebuah penegasan bahwa Chojun Sensei adalah anggota dari sekolah atau gaya
mereka. Chojun Miyagi Sensei juga mengunjungi situs ditinggalkan dojo Ryu Ryuko
di mana Kanryo Sensei pernah berlatih dengan rombongannya.

Chojun Miyagi Sensei kembali ke Okinawa pada tahun 1915, tepat sebelum
kematian Kanryo Sensei pada bulan Oktober tahun yang sama. Chojun Miyagi
Sensei telah berlatih di bawah Kanryo Higaonna Sensei selama sekitar 13 tahun,
dan menjadi murid terlama Kanryo Higaonna Sensei setelah kematian Kanryo
Sensei pada Oktober 1915. Kanryo Higaonna Sensei mampu secara resmi menamai
Chojun Miyagi Sensei sebagai penerusnya. gaya Naha-te sebelum kematiannya.

Oleh karena itu Chojun Miyagi Sensei mewarisi sistem Naha-te Kanryo
Sensei pada akhir 1915. Pada tahun 1916 di Okinawa, Chojun Miyagi Sensei secara
resmi menerima perwakilan tamu dari sekolah seni bela diri di Fuzhou, dirinya
bertindak dalam kapasitas sebagai kepala baru gaya Kanryo Sensei dari Naha- te.
Pada tahun 1916, Chojun Sensei melakukan perjalanan kedua ke Fuzhou untuk
melanjutkan penelitiannya dalam seni bela diri. Dalam perjalanan kedua ini ia
ditemani oleh Gokenki (Wu Xian Gui, seorang seniman bela diri Gaya Bangau Putih
sekaligus pedagang teh ) yang bertindak sebagai penerjemahnya. Di perjalanan
kedua inilah ia mulai mempelajari kata Rokkishu ( 六 机 手 , sebuah kata yang
kemudian diganti namanya menjadi Tensho) dan manual seni bela diri Cina Bubishi
Dia juga mulai merancang satu set latihan yang disebut Junbi Undo sekitar waktu ini.

24
Sekembalinya ke Okinawa, Chojun Sensei mulai mencurahkan waktu,
energi, dan kekayaannya yang banyak untuk pelestarian dan promosi karate. Pada
tahun 1918 Chojun Miyagi Sensei bekerja dengan Choki Motobu Sensei, Chomo
Hanashiro Sensei dan Kenwa Mabuni Sensei untuk mendirikan Ryukyu Tode
Kenkyu Kai, salah satu organisasi pertama yang pernah didirikan untuk
mempromosikan Tode (karate).

Pada tanggal 6 Maret 1921, Departemen Pendidikan Okinawa (沖 縄 文 部


署) mengeluarkan undangan kepada Chojun Miyagi dengan pemberitahuan singkat
untuk mewakili Naha-te dalam demonstrasi Tode (karate) untuk mengunjungi Putra
Mahkota Jepang (Pengganti Emporer) Hirohito. Demonstrasi tersebut berlangsung 4
hari kemudian pada tanggal 10 Maret 1921 (Giichin Funakoshi Sensei juga
berpartisipasi dalam demonstrasi ini).

Pada tahun 1922 Chojun Sensei mulai mengajar Tode (Karate) di sekolah
Polisi prefektur Okinawa.

Pada tahun 1925 Chojun Sensei diundang untuk mendemonstrasikan


Naha-te di hadapan Pangeran Chichibu (Yasuhito).

Pada tahun 1926 Chojun Miyagi Sensei sekali lagi bekerja dengan Choki
Motobu Sensei, Chomo Hanashiro Sensei dan Kenwa Mabuni Sensei untuk
mereformasi Ryukyu Tode Kenkyu Kai menjadi Tode Kenkyu Kurabu, sekali lagi, ini
adalah organisasi yang bertujuan untuk melestarikan dan mempromosikan Tode
(sebagai karate dikenal saat itu). Sekitar waktu inilah dia mulai mengajarkan Kata
Rokkishu (Tensho) kepada murid-muridnya.

Pada tahun 1926, Chojun Miyagi Sensei ditunjuk sebagai instruktur Tode
(Karate) untuk seminar seni bela diri pertama di Okinawa yang diselenggarakan oleh
Dai-Nippon Butoku-Kai.

Pada tahun 1927 pendiri Judo, Kano Jigoro (1860 ~ 1938) menyaksikan
demonstrasi oleh Chojun Miyagi Sensei. Sangat terkesan dengan keterampilan dan
kekuatan Chojun Miyagi Sensei, dia memutuskan untuk menggunakan pengaruhnya
di lingkaran Seni Bela Diri Jepang untuk membantu Chojun Miyagi Sensei
mempromosikan Karate (Tode) di daratan Jepang. Setelah itu, Chojun Miyagi Sensei
25
dan murid-muridnya secara teratur tampil di acara Seni Bela Diri Jepang (Budo)
untuk memperagakan karate (Tode) mereka.

Pada bulan Oktober 1928, Chojun Miygai Sensei diundang untuk


memberikan ceramah tentang Tode (Karate) di Klub Judo Universitas Teikoku
Kyoto. Pada tahun 1929, Chojun Sensei menjadi instruktur seni bela diri di Sekolah
Menengah Komersial Naha sambil mempertahankan pengangkatan sebelumnya
sebagai instruktur Budo di sekolah pelatihan Polisi Prefektur Okinawa.

Pada tahun 1930 Chojun Miyagi Sensei juga ditunjuk sebagai guru Tode
(Karate) dari Asosiasi Pendidikan Jasmani Prefektur Okinawa.

Pada tanggal 5 Mei 1930, siswa senior Chojun Miyagi Sensei, Jinan
Shinzato Sensei berpartisipasi dalam demonstrasi di Festival Budo Meiji Jingū (明治
神宮) dimana dia ditanya tentang nama gaya seni bela dirinya, dan karena dia tidak
memiliki jawaban untuk itu. pertanyaan itu, setelah kembali ke Okinawa, dia
melaporkan kejadian itu kepada Chojun Sensei. Chojun Sensei menyadari bahwa
jika Naha-te atau Tode (Karate) akan diterima di Jepang, maka perlu diberi
nama. Chojun Sensei memilih dua kata dari frase Bubishi "Ho Goju Donto" dan
menamai Naha-te-nya sebagai Goju-Ryu.

Yang paling signifikan di antara demonstrasi Chojun Sensei adalah


demonstrasi di mana Chojun Sensei mendemonstrasikan dalam pertemuan Dai-
Nippon Butoku-Kai Budo pada tahun 1930, dan sekali lagi pada tahun 1932 ia
berdemonstrasi di Seneinkan (済 寧 館) yang merupakan Dojo Pengawal Kekaisaran
di dalam Kekaisaran Istana di Tokyo. Lebih penting lagi, setelah banyak promosi
publik dan lobi pribadi, Chojun Miyagi Sensei, dalam upaya bersama dengan master
karate lainnya seperti Kenwa Mabuni, Choki-Motobu akhirnya berhasil membujuk
Dai-Nippon-Butoku-kai untuk secara resmi mengakui Tode (karate )) sebagai sistem
budo yang sah. Dai-Nippon-Butoku-kai adalah badan resmi seni bela diri di Jepang
sebelum Perang Dunia Kedua, dan pencapaian ini oleh Chojun Sensei dan orang-
orang sezamannya di Okinawa menandai era baru karate karena seni tersebut
selanjutnya dapat diajarkan secara sah di Jepang. .Sebagai pemimpin gerakan lobi,
Goju-Ryu Sensei Chojun menjadi gaya pertama yang terdaftar di Butoku-Kai. Secara
resmi terdaftar di Dai Nippon Butoku Kai sebagai "Goju-Ryu Tode".
26
Pada tahun yang sama tahun 1933, sebagai otoritas terkemuka Tode
Okinawa (karate) pada masa itu, Chojun Miyagi Sensei diangkat menjadi kepala
Cabang Dai-Nippon Butoku Kai di Okinawa. Selanjutnya, Chojun Miyagi Sensei
menjadi perwakilan resmi dari Tode Okinawa (Karate) dalam pembentukan Budo
Jepang dan bekerja untuk mempromosikan semua gaya karate di Jepang.

Setelah 1933, Chojun Miyagi Sensei mempromosikan Goju-Ryu dan


sekolah karate lainnya sebagian besar melalui Butoku-Kai. Pada tahun 1934 ia
diangkat menjadi anggota tetap Butoku-kai. Pada tahun itu ia menulis artikelnya
yang sekarang terkenal tentang "Pengantar Sejarah Ryukyu Kempo Tode" yang ia
presentasikan dalam pidatonya pada tahun 1936. Pada tahun 1937 Chojun Miyagi
Sensei menjadi salah satu dari tiga master karate yang pertama kali diberi gelar
"Kyoshi "Dari Dai-Nippon Butoku Kai. Itu adalah peringkat tertinggi yang akan
diberikan kepada master karate mana pun hingga saat ini, dan langkah ini dengan
sendirinya mewakili kemajuan lebih lanjut dari status karate dalam pembentukan
Budo Jepang dan pengakuan bahwa karate semakin diterima dan dipraktikkan di
masyarakat Jepang. Ini adalah pencapaian upaya gabungan oleh Chojun Miyagi
Sensei, Kenwa Mabuni Sensei,Hironori Ōtsuka Sensei dan Giichin Funakoshi Sensei
di Jepang, dan banyak master karate perintis lainnya pada saat itu.

Chojun Miyagi Sensei juga pergi ke Hawaii pada tahun 1934 ~ 1935 untuk
mempromosikan karate kepada penduduk lokal di sana. Hawaii memiliki populasi
penduduk yang cukup besar yang merupakan keturunan Jepang atau Okinawa dan
Chojun Sensei pergi ke Hawaii atas undangan surat kabar lokal Jepang di sana ( 洋
國 時 報 社 ). Di Hawaii ia mengamati peralatan pelatihan penduduk setempat dan
memutuskan untuk memasukkan salah satu peralatan pelatihan mereka ke dalam
sistem Goju-Ryu. Ini kemudian dikenal sebagai Kongoken. Sekembalinya dari Hawaii
pada tahun 1935 Chojun Miyagi Sensei sekali lagi pergi ke Jepang di mana dia
mengajar di klub karate Universitas Ritsumeikan (立命 館 大学). Anggota klub pada
saat itu termasuk Yamaguchi Gogen, So Nei Cho dan Jitsuei Yogi. Beberapa bulan
kemudian, pada tahun 1936 Chojun Miyagi Sensei sekali lagi melakukan perjalanan,
kali ini ke Shanghai, Tiongkok, bersama dengan Aniya Seisho ( 安 仁 屋 正
昌,seorang siswa Go-Kenki) , dengan tujuan mengunjungi berbagai sekolah seni
bela diri Tiongkok di sana, termasuk Asosiasi Olahraga Jing Wu Shanghai.
27
Pada bulan April 1938 Chojun Miyagi Sensei menerima posisi sebagai
Instruktur Karate untuk Sekolah Guru Prefektur Okinawa. Pada tahun 1940 Chojun
Miyagi Sensei menciptakan rangkaian kata Gekisai. Setelah perang, pada tahun
1945 Chojun Miyagi Sensei menerima posisi untuk mengajar karate di Akademi
Kepolisian Okinawa di bawah pemerintahan pemerintah pasca-perang yang baru
dibentuk. Pada tahun 1948, Chojun Miyagi Sensei mulai menerima siswa swasta di
dojo taman rumahnya sekali lagi. Murid swasta pertamanya setelah perang adalah
An'ichi Miyagi Sensei. Pada tahun 1951 Chojun Miyagi Sensei sekali lagi menerima
siswa karate dari masyarakat umum ke dojo tamannya. Chojun Miyagi Sensei
meninggal pada 8 Oktober 1953.

Dalam proses membangun sistem Goju-Ryu, Chojun Miyagi Sensei


merancang sistem latihan persiapan Junbi Undo. Dia menyimpan Sanchin Kata
Kanryo Higaonna Sensei dan 8 Kaishu kata tapi dia menciptakan Heishu Kata,
Tensho Kata, dan 2 kata pengantar, Gekisai Dai Ichi dan Gekisai Dai Ni dan
menambahkan ini ke sistem. Dia memelopori banyak metode pelatihan Hojo Undo
dan memasukkan Kongoken ke dalam silabus pelatihan Goju-Ryu Hojo-Undo.

Pada saat kematiannya, sistem Goju-Ryu Sensei Chojun Miyagi telah


menjadi salah satu gaya karate utama di seluruh Jepang dan dunia. Pengganti yang
dimaksudkan oleh Sensei Chojun untuk sistem Goju-Ryu adalah Jinan Shinzato
Sensei (1900 hingga 1945), yang terus-menerus berlatih di bawah Miyagi Sensei
selama hampir 3 dekade, dan dia adalah satu-satunya murid yang diizinkan untuk
menggantikan Chojun Sensei saat ketidakhadiran nanti. Sayangnya, Sensei
Shinzato terbunuh menjelang akhir Perang Dunia Kedua. Karena Chojun Sensei
tidak pernah berada di satu tempat untuk waktu yang cukup lama untuk mengajar
secara komprehensif antara tahun 1927 dan ss1938 ketika dia akhirnya kembali ke
Okinawa, ada jeda hampir satu dekade antara murid-murid awalnya dan murid-
muridnya kemudian yang menyaksikan desain terakhirnya untuk Goju- Sistem Ryu.
Setelah kematiannya, Chojun Sensei digantikan oleh siswa senior pasca-1938,di
antara mereka adalah An'ichi Miyagi Sensei, murid pribadi terakhir Chojun Miyagi
Sensei dan siswa yang tinggal. An'ichi Miyagi Sensei adalah Ushi-Deshi terakhir
yang menyaksikan modifikasi yang dilakukan Chojun Sensei pada sistem Goju-Ryu
di fase akhir hidupnya, dan dalam pengertian ituPengetahuan dan
28
pengalaman An'ichi Sensei sangat penting untuk pemahaman kita tentang sistem
Goju-Ryu yang lengkap seperti yang ditinggalkan Chojun Sensei pada Oktober 1953.

D. PERUMUSAN MASALAH
Saya sebagai penulis membuat makalah ini karena ingin tahu, seperti apa
teknik yama zuki dan tobi geri itu. Serta, saya ingin mempelajarinya lebih dalam
dan dapat menguasainya.
E. TUJUAN
Sesuai dengan judul, makalah ini dibuat untuk memperdalam teknik tobi
geri dan yama zuki. Sehingga, saya sebagai penulis dapat memperagakannya
dengan baik dan benar.

F. MANFAAT

Adapun harapan penyusun adalah agar makalah ini dapat bermanfaat


terutama untuk penulis dan untuk pembaca, sehingga kami dapat lebih
menguasai teknik tobi geri dan yama zuki.

BAB II

MENGENAL TEKNIK TOBI GERI DAN TEKNIK YAMA ZUKI

29
A. TEKNIK TOBI GERI

1. Pengertian Tobi Geri


Tobi Geri ( 跳 び 蹴 り , dinamakan "tendangan lompat") juga disebut Kesa
Geri, dalam seni bela diri Jepang mengacu pada tendangan yang dilakukan saat
melompat. Tobi Geri bisa digunakan untuk menendang lawan di dagu. Teknik ini
memerlukan kesiapan mental dan fisik. Teknik ini juga akan membuat musuh
kesakitan cukup parah. Jika gagal melakukannya, maka dapat mengurangi
keseimbangan badan dan memudahkan lawan menyerang balik. Kuda kuda dari
tehnik ini adalah

2. Hal – Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melatih Teknik Tobi


Geri
Dalam melatih tehnik tobi gri ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
diantaranya:

a. Kesabaran, tehnik ini lumayan susah untuk dipelajari, karena harus


mengkombinasikan tendangan dengan loncatan.

b. Kemampuan fisik, jika kohai (adik) / murid sekiranya fisiknya lemah lebih baik
latihan yang lain.

c. Kombinasi tendangan dan lompatan.

3. Jenis dan Keunggulan Teknik Tobi Geri


Ada beberapa macam jenis teknik dalam tobi geri, yaitu:

a. Yoko Tobi Geri

Yoko tobi geri (横飛び蹴り, dinamakan “tendangan lompat ke samping”) dalam


seni bela diri Jepang mengacu pada tendangan melompat ke samping. Yoko tobi geri bisa
digunakan untuk menendang lawan di leher. Tehnik ini perlu kesiapan mental dan fisik. Jurus
ini menggunakan tendangannya sokuto dan kuda-kudanya zenkutsu dachi.

30
Cara melakukannya sebagai, berikut:

- Melakukan lompatan

- Tubuh agak miring ke lawan arah musuh

- Melakukan tendangan ( yang melakukan tendangan kaki atas)

Ada beberapa keunggulan dari yoko tobi geri, diantaranya:

- Membuat mental musuh melemah,

- Jika tendangannya berhasil maka musuh akan kesakitan parah,

- Jangkauan yang cukup jauh,

- Jika ragu-ragu bisa ganti serangan dengan yang lain.

b. Mae Tobi Geri

Mae tobi geri (前飛ゲリ, dinamakan “tendangan lompat ke depan”) dalam


seni bela diri Jepang mengacu pada tendangan lompat ke depan. Mae tobi geri bisa
digunakan untuk menendang ke arah leher. Tehnik ini memerlukan kesiapan mental
dan fisik. Jurus ini menggunakan tendangannya kosi dan kuda-kudanya zenkutsu
dachi.

Cara melakukannya sebagai, berikut:

- Mengangkat lutut yang tidak menendang sambil lompat

- Kaki yang satunya lagi menendang

Keunggulan dari teknik ini sama seperti teknik yoko tobi geri, yaitu

- Membuat mental musuh melemah,

- Jika tendangannya berhasil maka musuh akan kesakitan parah,

- Jangkauan yang cukup jauh,

31
- Jika ragu-ragu bisa ganti serangan dengan yang lain.

c. Ushiro Tobi Geri

Ushiro tobi geri ( う し ろ と び ゲ リ , dinamakan “tendangan lompat balik)


dalam seni beladiri Jepang mengacu pada tendangan lompat sambil berputar. Ushiro
tobi geri bisa digunakan untuk menendang le arah dada. Tehnik ini memerlukan
kesiapan mental dan fisik. Jurus ini tendangannya menggunakan kosi dan kuda-
kudanya zenkutsu dachi.

Cara melakukannya sebagai, berikut:

- Kaki belakang yang akan menendang

- Lakukan seperti mawasi ushiro sambil melompat

Keunggulan dari teknik ini sama seperti teknik mae tobi geri, yaitu:

- Membuat mental musuh melemah,

- Jika tendangannya berhasil maka musuh akan kesakitan parah,

- Jangkauan yang cukup jauh,

- Jika ragu-ragu bisa ganti serangan dengan yang lain.

d. Tobi Hiza Geri

Tobi hiza geri (トビヒザゲリ, dinamakan “tendangan lompat lutut”) dalam


seni beladiri Jepang mengacu pada tendangan menggunakan lutut sambil loncat.
Sasaran untuk teknik ini adalah kepala. Tehnik ini memerlukan kesiapan fisik.
Seperti namanya tehnik ini menggunakan hiza dan kuda- kudanya zenkutsu dachi.

32
Cara melakukannya adalah menarik tubuh lawah lalu menusukkan lutut kita terhadap
lawan sambil loncat.

Keuggulan dari teknik tobi hiza geri, yaitu:

- Membuat mental musuh melemah,

- Jika tendangannya berhasil maka musuh akan kesakitan parah,

- Dapat dilakukan berkali-kali.

e. Nidan Tobi Geri

Nidan tobi geri( ニ ダ ン 跳 び 蹴 り , dinamakan “tendangan lompat ganda”)


dalam seni bela diri Jepang mengacu pada tendangan ganda sambil loncat. Sasaran
dari teknik ini adalah dada. Teknik ini memerlukan kesiapan fisik dan mental. Teknik
ini menggunakan tendangannya kosi dan kuda-kudanya zenkutsu dachi.

Cara melakukannya sebagai, berikut:

- Melompat

- Melakukan tendangan pertama

- Melakukan tendangan kedua

Keunggulannya sebagai, berikut:

- Membuat mental musuh melemah,

- Jika tendangannya berhasil maka musuh akan kesakitan parah,

- Jangkauan yang cukup jauh,

- Jika ragu-ragu bisa ganti serangan dengan yang lain.

- Serangannya lebih keras 2 kali dibanding mae tobi geri

4. Faktor yang Mempengaruhi Teknik Tobi Geri


Ada beberapa hal yang mempengaruhi teknik ini, di antaranya:
33
A. Mental, disini mental kita tidak boleh lemah kalau tidak, bisa terjadi
kecelakaan, karena ragu-ragu.

B. Fisik, kalau kamu lemah malah bisa tulang kita yang patah.

C. Keahlian dalam melompat.

D. Kecepatan, kalau tidak cepat musuh akan mudah menghindar.

B. TEKNIK YAMA ZUKI

1. Pengertian Yama Zuki

Yama zuki( 山 月 ) Yama Zuki adalah pukulan simultan yang mengarah ke


dua arah yang sama dengan beda titik serangan, yakni bagian atas tubuh (Jodan)
seperti leher dan bagian tengan tubuh (Chudan) terutama bagian ulu hati yang
dilakukan dengan kecepatan maksimal. Teknik ini pukulannya menggunakan siken
dan kuda-kudanya zenkutsu dachi. Jurus ini terdapat pada kata basadai sebanyak
tiga kali dan lain-lain. Teknik ini menggunakan pengambilan dari pinggang

2. Hal – Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melatih Teknik Yama Zuki
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melatih teknik yama zuki,
diantaranya:

- Kemiringan tangan, karena kalau kemiringan tangannya salah dan malah


panjang yang satu, tidak lurus, maka yang satu saja yang kena dan jadi lain
nama.

- Pengambilan, dalam melakkukan apapun pengambilan juga penting.

3. Keunggulan Teknik Yama Zuki


Keunggulan yama zuki sebagai berikut :

- Tangan yang di atas bisa di jadikan tangkisan age uke dan ude uke.
34
- Serangan yang ganda sekaligus.

- Tangan yang bawah bisa di jadikan tangkisan gedan barai.

4. Faktor yang Mempengaruhi Teknik Yama Zuki


Ada beberapa faktor yang memengaruhi yama zuki, diantaranya :

- Kekuatan.

- Kecepatan.

- Ketepatan sasaran.

BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

35
Tehnik tobi geri merupakan tendangan sembari terbang. Ada yang ke
depan, ke sampng, ada yang sembari berputar, ada yang menggunakan
dua kaki dan hiza.

Tehnik yama zuki merupakan pukulan simultan yang mengarah ke dua


arah yang sama dengan beda titik serangan. Pukulannya menggunakan
siken, dan kuda-kudanya zenkutsu dachi.

Jadi, dari kedua tehnik tersebut sulit digabungkan, karena tobi geri
merupakan gerakan sambil lompat, sedangkan yama zuki merupakan
gerakan yang berpijak.

B. SARAN
Setelah membaca makalah ini saran saya adalah membaca informasi
dari buku, internet, dan sumber lain-lainnya, karena makalah saya ini masih
banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

https://de.wikipedia.org/wiki/Tobi-Geri

Abdillah, Tamma Jauhar. 2021. Teknik Haito Uchi dan Hiza Geri. Cianjur.
36
Taufik, Ahmad dan Setyowati, Nurwasta. 2021. Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Jakarta: Kementerian Agama RI.

https://blackbeltwiki.com/mae-tobi-geri

https://www.serbailmu.live/host-https-brainly.co.id/tugas/45232187

https://www.martialartstube.net/mae-tobi-geri/

https://macam-macam-seni-bela-diri85.blogspot.com/p/yama-zuki.html

https://www.themartialway.com.au/yama-zuki-mountain-punch/

https://m.facebook.com/342321769524162/posts/yama-zukiyama-zuki-gets-its-name-for-
two-reasons-the-first-is-the-position-of-th/817486188674382/?locale2=id_ID

RIWAYAT HIDUP PENULIS

 NAMA : SINA KAMIL ABDILLAH

 JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI

37
 GOLONGAN DARAH : --

 TEMPAT, TANGGAL LAHIR : CIANJUR, 22 JULI 2009

 ASAL SEKOLAH : MTS ISLAMIYAH SAYANG CIANJUR

 AGAMA : ISLAM

 ALAMAT : KP. GUNTENG RT 04 RW 09 BOJONG –


KARANGTENGAH - CIANJUR - JABAR

 TINGKTAN KYU :

 SABUK PUTIH : 15 JULI 2017

 SABUK KUNING : 28 FEBUARI 2018

 SABUK HIJAU : 29 JULI 2018

 SABUK BIRU : 20 FEBUARI 2019

 SABUK COKLAT (KYU 3) : 14 JULI 2019

 SABUK COKLAT (KYU 2) : 23 JANUARI 2020

 SABUK COKLAT : 1 JANUARI 2022

(KYU 1, CABANG)

 PRESTASI : --

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim’

38
Puji dan syukur penulis/penyusun panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
mengnugrahkan rahmat dan karunuanya kepauda Rasulullah SAW. dan umatnya.

Berkat rahmat dan karunianya,sehingga makalah yang menjadi syarat untuk ujian
sabuk hitam (dan1) Inkanas Raider Kodim Cianjur,dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya .

Dan karena itu pula,penulis / penyusun tidak melupakan atas segala bantuan dari
orangtua dalam penyusunan tata bahasa dan susunan makalah,penulis/penyusun
menyampaikan terima kasih kepada mereka,karena berkat merekan makalah ini
dapat di selesaikan .

Saya sebagai penulis/penyusun mengakui bahwa makalah ini masaih jau dan
kesempurnaan ,tapi memang inilah kemampuan penulis dengan segala
kekurangannya.

Alhamdulillahirobbilalamin.

Cianjur, 1 Maret 2022

Penulis dan penyusun

Sina Kamil Abdillah

DAFTAR ISI

Halaman
39
Kata pengantar ………………………………………………...…………………….. iv

Daftar isi ………………………………………………………….…………………….. v

Bab I Pendahuluan ………………………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………………… 1

B. SejarahKarate………………………………………………………………………1

1. Sejarah Karate di Dunia………………………………………………………..1

2. Sejarah Karate di Indonesia…………………………………………………...6

C. Macam-macam Aliran Karate dan Sejarahnya ……………………………….. 7

1. Shotokan ………………………………………………………………………. 7

2. Wadu Ryu ……………………………………………………………………...11

3. Shito Ryu …………………………………………………………………….. 17

4. Goju Ryu ……………………………………………………………………... 21

D. Perumuasan Masalah ………………………………………………………….. 29

E. Tujuan …………………………………………………………………………… . 29

F. Manfaat …………………………………………………………………………… 29

Bab II Pembahasan Teknik Tobi Geri dan Teknik Yama Zuki ……………………30

A. Teknik Tobi Geri.………………………………………………………………... 30

1. Pengenalan Tobi Geri ………………………………………………………. 30

2. Hal – Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melatih Teknik Tobi Geri ….. 30

3. Jenis dan Keunggulan Teknik Tobi Geri ………………………………….. 30

a. Yoko Tobi Geri …………………………………………………………… 30

b. Mae Tobi Geri …………………………………………………………… 31

c. Ushiro Tobi Geri ………………………………………………………… 32

d. Tobi Hiza Geri …………………………………………………………... 32

e. Nidan Tobi Geri …………………………………………………………. 33

4. Faktor yang Mempengaruhi Teknik Tobi Geri ……………………………. 34

40
B. Teknik Yama Zuki ………………………………………………………………. 34

1. Pengenalan Yama Zuki …………………………………………………….. 34

2. Hal – Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melatih Teknik Yama Zuki … 34

3. Keunggulan Teknik Yama Zuki ……………………………………………. 35

4. Faktor yang Mempengaruhi Teknik Yama Zuki ………………………….. 35

Bab III Penutupan …………………………………………………………………… 36

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………… 36

B. Saran …………………………………………………………………………….. 36

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….. 37

Riwayat Hidup Penulis …………………………………………………………..…. 38

TEKNIK TOBI GERI DAN YAMA ZUKI

41
Makalah Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Naik Tingkat Ke
Sabuk Hitam

DIBUAT OLEH:

SINA KAMIL ABDILLAH


KYU 1 CABANG
CABANG RAIDER

INKANAS

CIANJUR, 1 MARET 2022

42

Anda mungkin juga menyukai