PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Karate merupakan seni bela diri yang sangat di kenal. Hal ini disebabkan
adanya orang yang berkunjung ke Jepang dan dahulukala jepang menjajah
beberapa negara di dunia dimana mereka pasti akan mengajarkan kebudayaanya.
B. SEJARAH KARATE
Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 Gitchin Funakoshi di undang
ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari
seluruh bela diri Jepang saat itu. Selanjutnya pada tahun 1921, Putra Mahkota yang
kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Gichin
Funakoshi untuk demonstrasi karate. Bagi Gichin Funakoshi undangan ini sangat
besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana Shuri.
Gichin funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi.
Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang
berarti ekor harimai). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara tertiup angin
yang bergerak seolah gelombang yang memecah di pantai. Terinspirasi oleh hal itu
Gichin funakoshi menulis sebuah nama “Shoto” sebuah nama yang berarti kumpulan
2
cemara yang bergerak seolah gelombang, dan “Kan” yang berarti ruang atau balai
utama tempat murid-muridnya berlatih. Simbol harimau yang digunakan karate
shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (Salah satu murid pertama Gichin
Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna
bahwa “Harimau tidak pernah tidur”. Digunakan dalam karate Shotokan karena
bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan diri
pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan
suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao. Sekalipun Gichin
Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya
mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo sekitar tahun 1936
sebagai penghormatan pada sang guru.
Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik pukulan,
tendangan dan lompatan, gerakan yang ringan dan cepat. Gichin Funakoshi percaya
bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk berlatih menguasai untuk
penekanan fisik dan bela diri. Gichin Funakoshi mempertegas keyakinannya bahwa
karate adalah sebuah seni. Selanjutnya Gicin Funakoshi menjelaskan makna kata
“kara” pada karate mengarah kepada sifat kejujuran, rendah hati dari seseorang.
Walaupun demikian sifat kesatria tetap tertanam dalam kerendahan hatinya, demi
keadilan berani maju sekalipun berjuta lawan tengah menunggu. Gichin Funakoshi
meninggal dunia tanggal 26 April 1957.
4
Murid Gichin Funakoshi yang terkenal :
Hoan Kosugi (yang melukis lambang Shotokan / harimau)
Shinken Taira (Ryuku KobudoHironori Ohtsuka (Wado Ryu)
Msatoshi Nakayama (JKA)
Hidetaka Nishiyama, Shotokan ITKF
Masutatsu Oyama (Kyoyushin – Ryu)
Hirokazu Kanazawa (SKIF)
Shigeru Egami (Shotokan)
Tsutomu Ohshima (SKA)
Yashuhiro Konishi
Isao Obata
Gigo Funakoshi
Tsutomu Okazaki
Takeshi Shimoda
Shinken Gima
Kimo Ito
Genshin Hironishi
Taiji Kase
Hiroshi Noguchi
Tomasaburo Okano
Fusajiro Takagi
Masamoto Takagi
Tasuo Yamada
5
Anton di Lesiangi, Chairul Taman dan Sabeth Muchsin, Marcus Basuki yang juga
mengembangkan karate tanah air. Perkembangan karate tanah air juga mencatat
kedatangan ahli-ahli karate Jepang yang datang ke tanah air, antara lain Masatoshi
Nakayama Shotokan , Oishi Shotokan, Nakamura Shotokan, Kawawada shotokan,
Matsusaki Kushinryu, Masutatsu Oyama Kyokushinryu, Ishilshi Gojuryu dan Hayashi
Shitoryu.
6
FORKI
Arti lambang lambang FORKI segi lima dengan garis bawah membentuk
sudut melambangkan olah raga karate yang dibina oleh FORKI, berdiri atas dasar
semangat revolusi 17 Agustus 1945, berazaskan Pancasila dan Sumpah Karate.
Tujuh buah lingkaran melambangkan keolahragaan karate dan Sapta Prasetia
FORKI. Gambar huruf K menggambarkan seorang karateka yang sedang siap sedia.
Warna Kuning melambangkan keagungan warna hitam melambangkan keteguhan
tekad. Warna merah melambangkan keberanian warna putih melambangkan
kesucian.
INKAI
Arti Lambang bulatan bumi berwarna Merah Putih yang diikat Sabuk Hitam didalam
sebuah lingkaran yang berwarna dasarnya kuning, melambangkan anggota INKAI
yang bersatu pada ikatan kekeluargaan berdasarkan prinsip-prinsip karate-do
1. SHOTOKAN
7
mendemonstrasikan karate di berbagai universitas, termasuk di Universitas
Keio, UniversitasWaseda, Hitotsubashi, UniversitasTakushoku, Universitas Chuo,
Universitas Gakushuin, dan Universitas Hosei. Funakoshi banyak memiliki murid
yang melanjutkan perjuangannya mengajarkan karate Shotokan setelah
kematiannya pada tahun 1957.
8
ke rumah kediaman keluarga Asato untuk menerima pelajaran karate dari Ankō
Asato.[
9
murid Shotokan, dan diterbitkannya dalam buku berjudul The Twenty Guiding
Principles of Karate.[5] Di dalam buku ini , Funakoshi menerangkan 20 prinsip yang
harus dipatuhi murid karate agar dapat "menjadi manusia yang lebih baik". [3] Karate-
Do Kyohan "The Master Text" karya Funakoshi hingga kini tetap merupakan buku
yang paling lengkap, berisi penjelasan tentang sejarah, dasar-dasar, kata,
dan kumite.
Batu kedua berisi tulisan yang dibuat oleh Nobuhide Ohama, dan
diterjemahkan sebagai:
10
dari jutsu ke do. Melalui kata-kata terkenalnya, "Karate ni sente nashi" ("Tidak ada
serangan pertama dalam karate") dan "Karate wa kunshi no bugei" ("Karate adalah
seni bela diri orang bijaksana), Sensei membantu kami untuk mengerti
makna jutsu secara lebuh baik lagi. Kami, para murid setia, dengan maksud
memperingati jasa dan kontribusinya sebagai perintis karate-do modern, membentuk
Shotokai dan mendirikan monumen ini di Enkakuji. "Kenzen ichi" ("Kepalan dan Zen
adalah satu").
2. WADO RYU
Wado-ryu atau Wadoryu atau Wado Ryu (和道流) atau Wado saja adalah
sebuah aliran Karate dari Jepang. Aliran ini diciptakan oleh Hironori Otsuka pada
tahun 1934. Ia menggabungkan teknik dari seni beladiri Shindo Yoshin-
ryu Jujutsu dengan seni beladiri Okinawan Karate yang dipelajarinya dari Funakoshi
(pendiri Shotokan Karate), Kenwa Mabuni (pendiri Shito-ryu Karate) dan Choki
Motobu (tokoh Okinawan Kenpo).
11
KATA berpasangan seperti yang dimiliki oleh jujutsu, untuk melengkapi KATA
sendirian seperti yang lazim dimiliki oleh sebuah aliran karate.
Adapun KATA yang dimainkan di dalam aliran Wado-ryu adalah: Pinan 1-5,
Naihanchi, Seishan, Chinto, Kushanku, Bassai, Rohai, Niseishi, Jion, Jitte. Ada juga
beberapa versi Wado dari Kata Gojushiho, Matsumura Rohai, Suparimpei dan Unsu,
namun belum secara resmi diterima oleh semua perguruan Wado. Sedangkan KATA
berpasangan yang diadopsi dari Jujutsu adalah: Idori no Kata, Gyakunage no Kata,
Fujin Goshinjutsu, Yakusoku Kihon Kumitegata, Tantodori dan Shinken Shirahadori.
Beberapa perguruan Wado juga menerapkan Ohyo Kumite dan Goshin Jutsu Ohyo,
yaitu aplikasi dan variasi teknik-teknik Wado-ryu Karate dan Jujutsu untuk situasi
beladiri.
Wado-ryu masuk ke Indonesia pada tahun 1968, dibawa oleh Ir. Chaerul.A.
Taman M.Eng, sekarang menjabat sebagai Guru Besar dari Wado-ryu Karate-Do
Indonesia (WADOKAI) dengan gelar Nanadan-Renshi (setingkat Professor Madya,
DAN-7) dari markas besar JKF-Wadokai di Jepang. Ia ikut mendirikan FORKI pada
tahun 1972, dan juga tercatat sebagai pendiri, guru besar dan ketua
penasihat Goshinbudo Jujutsu Indonesia Club (GBI), salah satu organisasi Jujutsu di
Indonesia.Beberapa Karateka hasil bimbingan WADOKAI telah menyumbangkan
prestasinya untuk bangsa Indonesia, antara lain Tommy Firman juara WUKO dan
Hasan Basri juara Asian Games.
12
Master Otsuka memulai pelatihan seni bela diri pada usia lima tahun di
bawah paman buyutnya Chojiro Ibashi ( Shintani & Reid, 1998 ) dan pada usia tiga
belas tahun secara resmi mempelajari shindo yoshinryu jujutsu , seni bela diri
tradisional Jepang yang darinya judo modern diturunkan, di bawah Yokiyoshi
Tatsusaburo Nakayama . Sedangkan sebagian besar sekolah pada masa itu
menekankan pada teknik lempar atau grappling, sekolah ini menekankan pada
teknik atemi (teknik striking and kicking). Pelatihan bela dirinya terus berlanjut
bahkan ketika pada tahun 1911, ia masuk Universitas Waseda untuk belajar
administrasi bisnis. Ia selama periode ini bahwa Guru Otsuka mulai belajar atemi -
gaya Toshin-Kenposambil melanjutkan studinya di shindo yoshinryu . Ketika
ayahnya meninggal pada tahun 1913, dia dipaksa berhenti sekolah dan kembali ke
Shimodate untuk bekerja di bank. Pada tahun 1921, di usia yang relatif muda yaitu
29 tahun, ia dianugerahi menkyo-kaiden yang didambakan, menunjuknya sebagai
penerus gaya ini. Setahun kemudian ia memulai pelatihan karate di bawah
bimbingan Gichin Funakoshi, orang yang memperkenalkan karate ke Jepang dari
Okinawa. Guru Otsuka telah mendengar tentang kunjungan Funakoshi ke Jepang
dan pergi ke Tokyo untuk menyaksikan demonstrasi tersebut.
Master Otsuka akhirnya membuka dojo sendiri sebagai klub Dai Nippon
Karate Shinko pada tahun 1934. Menurut catatan yang diterbitkan oleh Shintani &
Reid (1998), namanya diubah menjadi Dai Nippon Karate-do Shinbu-Kai , kemudian
menjadi Ko-Shu Wado-Ryu Karate Jutsu , yang kemudian disingkat menjadi Jutsu
Karate Wado-Ryu , diikuti oleh Wado Ryu.. Master Otsuka mendaftarkan karate
Wado pada tahun 1940 di Butokukai, Kyoto, dan itu telah menjadi salah satu dari
empat gaya utama karate Jepang, yang lainnya adalah: Shotokan, Shito, dan Goju.
Pada tahun yang sama, Master Otsuka mengorganisir All Japanese Karate-do
Federation, Wado-Kai, yang berfungsi sebagai badan pemberi sanksi dunia untuk
karate Wado dan afiliasinya. Pada awal 1934 ia telah mengembangkan aturan dan
regulasi untuk perdebatan bebas kompetitif untuk dimasukkan ke dalam sistemnya,
gaya karate pertama yang melakukannya. Aturan-aturan ini telah diadopsi
seluruhnya atau sebagian oleh hampir semua kompetisi seni bela diri modern.
Pada tahun 1966, Guru Otsuka menerima Kun-Go-To , atau "Urutan Kelima
dari Pahala Harta Karun" dari Kaisar Jepang, yang juga menganugerahkan
kepadanya medali Soko Kyokujitsu-Sho atas kontribusi Guru Otsuka untuk
pengembangan dan promosi karate. Pada tahun 1972, ia menerima Shodai Karate-
do Meijin Judan atau "Master Karate-do Generasi Pertama dari Dan Kesepuluh" dan
ditunjuk sebagai kepala dari semua sistem seni bela diri dalam All Japan Karate-do
Federation. Master Otsuka meninggal dunia pada tanggal 29 Januari 1982, setelah
itu karate Wado dipisahkan menjadi beberapa organisasi berdasarkan perbedaan
dalam konsep kepemimpinan .MASTER HIRONORI OTSUKA
14
PENDIRI WADO KAI KARATE (1892-1982):
Master Otsuka memulai pelatihan seni bela diri pada usia lima tahun di
bawah paman buyutnya Chojiro Ibashi ( Shintani & Reid, 1998 ) dan pada usia tiga
belas tahun secara resmi mempelajari shindo yoshinryu jujutsu , seni bela diri
tradisional Jepang yang darinya judo modern diturunkan, di bawah Yokiyoshi
Tatsusaburo Nakayama . Sedangkan sebagian besar sekolah pada masa itu
menekankan pada teknik lempar atau grappling, sekolah ini menekankan pada
teknik atemi (teknik striking and kicking). Pelatihan bela dirinya terus berlanjut
bahkan ketika pada tahun 1911, ia masuk Universitas Waseda untuk belajar
administrasi bisnis. Ia selama periode ini bahwa Guru Otsuka mulai belajar atemi -
gaya Toshin-Kenposambil melanjutkan studinya di shindo yoshinryu . Ketika
ayahnya meninggal pada tahun 1913, dia dipaksa berhenti sekolah dan kembali ke
Shimodate untuk bekerja di bank.
15
memutuskan untuk tinggal di Jepang dan mengajar karate di Gimnasium
Meishojuku, Guru Otsuka meminta untuk tinggal dan belajar dengannya. Pada tahun
1927 ia meninggalkan bank di Shimodate, dan menjadi spesialis medis yang
menangani cedera seni bela diri agar dapat mencurahkan lebih banyak waktu untuk
seni bela diri. Pada tahun 1929 dia memulai klub karate pertama di Universitas
Tokyo, dan lima tahun berikutnya dia akan mendirikan klub di banyak universitas lain
sebagai salah satu siswa Funakoshi yang paling senior. Selama ini,Master Otsuka
juga memiliki kesempatan untuk belajar dengan penata karate terkemuka lainnya
pada saat itu, termasukKenwa Mabuni dari gaya shito-ryu , dan Choki Motobu ,
yang dikenal karena penekanannya pada kumite dan kata Naihanchi .
Master Otsuka akhirnya membuka dojo sendiri sebagai klub Dai Nippon
Karate Shinko pada tahun 1934. Menurut catatan yang diterbitkan oleh Shintani &
Reid (1998), namanya diubah menjadi Dai Nippon Karate-do Shinbu-Kai , kemudian
menjadi Ko-Shu Wado-Ryu Karate Jutsu , yang kemudian disingkat menjadi Jutsu
Karate Wado-Ryu , diikuti oleh Wado Ryu.. Master Otsuka mendaftarkan karate
Wado pada tahun 1940 di Butokukai, Kyoto, dan itu telah menjadi salah satu dari
empat gaya utama karate Jepang, yang lainnya adalah: Shotokan, Shito, dan Goju.
Pada tahun yang sama, Master Otsuka mengorganisir All Japanese Karate-do
Federation, Wado-Kai, yang berfungsi sebagai badan pemberi sanksi dunia untuk
16
karate Wado dan afiliasinya. Pada awal 1934 ia telah mengembangkan aturan dan
regulasi untuk perdebatan bebas kompetitif untuk dimasukkan ke dalam sistemnya,
gaya karate pertama yang melakukannya. Aturan-aturan ini telah diadopsi
seluruhnya atau sebagian oleh hampir semua kompetisi seni bela diri modern.
Pada tahun 1966, Guru Otsuka menerima Kun-Go-To , atau "Urutan Kelima
dari Pahala Harta Karun" dari Kaisar Jepang, yang juga menganugerahkan
kepadanya medali Soko Kyokujitsu-Sho atas kontribusi Guru Otsuka untuk
pengembangan dan promosi karate. Pada tahun 1972, ia menerima Shodai Karate-
do Meijin Judan atau "Master Karate-do Generasi Pertama dari Dan Kesepuluh" dan
ditunjuk sebagai kepala dari semua sistem seni bela diri dalam All Japan Karate-do
Federation. Master Otsuka meninggal dunia pada tanggal 29 Januari 1982, setelah
itu karate Wado dipisahkan menjadi beberapa organisasi berdasarkan perbedaan
dalam konsep kepemimpinan dan pengajaran.
3. SHITO RYU
Aliran Shito Ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari
banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito Ryu, yaitu adalah 43 Kata, lebih
banyak dari aliran lain.
Mabuni adalah seorang anak yang lemah dan sakit-sakitan tetapi pada usia
tiga belas tahun, ia mulai belajar seni bela diri di bawah bimbingan guru
terkenal Anko Itosu dari sekolah Shuri-Te, yang umumnya berbicara sebagai
kakek dari karate zaman modern . Dia berlatih setiap hari dan kesehatannya segera
mulai membaik dan saat dia tumbuh lebih kuat, dia unggul dalam bela diri di bawah
bimbingan gurunya.
18
Beberapa tahun kemudian, bersama dengan karateka Okinawa lainnya
yang sedang naik daun seperti Chojun Miyagi dan Gichin Funakoshi (yang kemudian
mendirikan karate Shotokan), dia terlibat dalam sebuah dojo bernama Ryukyu Tode
Kenkyu Kai (Klub Penelitian Karate Okinawa). Master lain yang terlibat dalam proyek
ini adalah Woo Yin Gue, seorang pedagang teh Cina yang tinggal di Okinawa yang
mengajar kungfu Bangau Putih Provinsi Mabuni Fukien , yang mempengaruhi Shito-
Ryu kata Rohai dan Nipaipo.
Pada tahun 1918, Mabuni adalah salah satu anggota klub penelitian yang
untuk mendemonstrasikan karate Okinawa, yang saat itu dikenal sebagai Tode atau
Te, kepada anggota keluarga Kerajaan Jepang yang sangat membantu sehingga
mereka meminta klub untuk mengirimkan perwakilannya untuk mengajar seni
tersebut. di Jepang. Pada tahun 1922, Gichin Funakoshi dipilih untuk tugas tersebut
tetapi anggota lain termasuk Mabuni sering melakukan perjalanan ke Jepang untuk
mengajar.
Pada tahun 1929 pada usia tiga puluh sembilan, Mabuni secara permanen
pindah ke kota Osaka di Jepang untuk mengajar gaya karate sendiri, Shito-Ryu. Itu
adalah perpaduan unik dari gaya karate Okinawa dan termasuk beberapa kung fu
saat Mabuni mengambil yang terbaik dari apa yang telah dia buat dari gurunya untuk
membentuk versi yang koheren dari seni bela diri yang saat ini dipraktekkan oleh
jutaan orang di seluruh dunia.
Filosofi utama ajaran Mabuni dituangkan dalam Go Do Shin (Jiwa / Jalan Lima
Arah) Shito-Ryu Karate:
19
Penentuan - Jangan pernah melupakan semangat awal yang pertama.
Awalnya, Mabuni harus bekerja keras agar gaya karate-nya diterima oleh
masyarakat Osaka. Dia melakukan banyak toko publik Shito-Ryu termasuk
memecahkan batu bata dan dengan tangan dan kakinya. Dia juga memberikan
pelajaran gratis ke berbagai kantor polisi di seluruh Jepang dan merancang Dai
Nihon Karate Do Kai pada tahun 1931, cikal bakal Federasi Karate-Do Shito-Kai
Dunia modern . Lambat laun gaya itu mulai ampuh dan Mabuni, temukan lebih
banyak siswa, baik di dojo-nya di Osaka maupun di universitas yang ingin
membentuk dojo sendiri.
Siswa seniornya membuka klub mereka sendiri di seluruh Jepang dan pada
saat kematiannya pada tahun 1952, karate Shito-Ryu menjadi semakin
populer. Putra Mabuni, Kenzo, mengambil alih sebagai kepala Shito-Ryu Karate dan
mengabdikan hidupnya untuk mengajar seni yang dikembangkan. Selama bertahun-
tahun, ia dan master lain yang telah diajar oleh Kenwa Mabuni mulai mengajar di
luar Jepang yang kemudian menyebabkan Shito-Ryu menjadi salah satu dari empat
gaya karate utama dan salah satu seni bela diri dunia yang paling dipraktikkan dan
paling dicintai di sana.
4 .GOJU RYU
20
Goju memiliki arti keras lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan
teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa
yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di
Jepang (Setelah masuknya Shotokan ke Jepang) Aliran Goju ini dibawa ke Jepang
oleh Chojun Miyagi. Chojun Miyagi memperbaharui banyak teknik – teknik aliran ini
menjadi aliran Goju Ryu, sehingga banyak orang menganggap Chojun Miyagi
sebagai pendiri Goju Ryu. Berpegang pada konsep bahwa “dalam pertarungan yang
sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan”. Sehingga Goju
Ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para
praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari
lawan tanpa terluka. Goju Ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta
senang melakukan peraturan jarak rapat.
21
Ayahnya, Choyo Miyagi adalah anak ketiga dari keluarga Miyagi. Keluarga Miyagi
telah menjadi bagian dari kelas Shizoku atas (bangsawan Ryukyu) sebelum sistem
kelas ini dihapuskan, dan telah menjadi pemasok jamu untuk keluarga kerajaan
Ryukyu. Setelah sistem kelas dihapuskan pada tahun 1879, mereka masih menjadi
keluarga kaya dan mereka dianggap sebagai Sohouka (素 封 家 , そ ほ う か
yang berarti keluarga kaya dengan kekayaan yang sangat besar, biasanya seorang
kapitalis atau pemilik tanah besar.). Chojun Miyagi Sensei kehilangan ayahnya,
Choyo Miyagi, ketika dia masih bayi, dan dia kemudian diadopsi oleh seorang
kerabat yang bernama sohouka.. Ayah angkatnya tidak memiliki anak dan dia
menamai Chojun Miyagi Sensei sebagai pewaris yang ditunjuknya ketika Chojun
Sensei masih di bawah umur.
Chojun Miyagi Sensei pergi ke Fuzhou pada tahun 1915 untuk mencari
guru Kanryo Sensei, Ryu Ryuko. Di Fuzhou, rombongannya, termasuk Eisho
Nakamoto, menemukan bahwa sebagian besar cabang lain dari gaya Ryu RyuKo
telah meninggalkan Fuzhou setelah kerusuhan sosial dan perang, dan hanya sedikit
orang dari generasi yang lebih tua yang tertinggal. Salah satu murid Ryu Ryuko
memimpin rombongan Chojun Sensei ke kuburan Ryu Ryuko untuk memberikan
penghormatan, sebuah formalitas dalam tradisi seni bela diri Tiongkok saat itu,
sebuah penegasan bahwa Chojun Sensei adalah anggota dari sekolah atau gaya
mereka. Chojun Miyagi Sensei juga mengunjungi situs ditinggalkan dojo Ryu Ryuko
di mana Kanryo Sensei pernah berlatih dengan rombongannya.
Chojun Miyagi Sensei kembali ke Okinawa pada tahun 1915, tepat sebelum
kematian Kanryo Sensei pada bulan Oktober tahun yang sama. Chojun Miyagi
Sensei telah berlatih di bawah Kanryo Higaonna Sensei selama sekitar 13 tahun,
dan menjadi murid terlama Kanryo Higaonna Sensei setelah kematian Kanryo
Sensei pada Oktober 1915. Kanryo Higaonna Sensei mampu secara resmi menamai
Chojun Miyagi Sensei sebagai penerusnya. gaya Naha-te sebelum kematiannya.
Oleh karena itu Chojun Miyagi Sensei mewarisi sistem Naha-te Kanryo
Sensei pada akhir 1915. Pada tahun 1916 di Okinawa, Chojun Miyagi Sensei secara
resmi menerima perwakilan tamu dari sekolah seni bela diri di Fuzhou, dirinya
bertindak dalam kapasitas sebagai kepala baru gaya Kanryo Sensei dari Naha- te.
Pada tahun 1916, Chojun Sensei melakukan perjalanan kedua ke Fuzhou untuk
melanjutkan penelitiannya dalam seni bela diri. Dalam perjalanan kedua ini ia
ditemani oleh Gokenki (Wu Xian Gui, seorang seniman bela diri Gaya Bangau Putih
sekaligus pedagang teh ) yang bertindak sebagai penerjemahnya. Di perjalanan
kedua inilah ia mulai mempelajari kata Rokkishu ( 六 机 手 , sebuah kata yang
kemudian diganti namanya menjadi Tensho) dan manual seni bela diri Cina Bubishi
Dia juga mulai merancang satu set latihan yang disebut Junbi Undo sekitar waktu ini.
24
Sekembalinya ke Okinawa, Chojun Sensei mulai mencurahkan waktu,
energi, dan kekayaannya yang banyak untuk pelestarian dan promosi karate. Pada
tahun 1918 Chojun Miyagi Sensei bekerja dengan Choki Motobu Sensei, Chomo
Hanashiro Sensei dan Kenwa Mabuni Sensei untuk mendirikan Ryukyu Tode
Kenkyu Kai, salah satu organisasi pertama yang pernah didirikan untuk
mempromosikan Tode (karate).
Pada tahun 1922 Chojun Sensei mulai mengajar Tode (Karate) di sekolah
Polisi prefektur Okinawa.
Pada tahun 1926 Chojun Miyagi Sensei sekali lagi bekerja dengan Choki
Motobu Sensei, Chomo Hanashiro Sensei dan Kenwa Mabuni Sensei untuk
mereformasi Ryukyu Tode Kenkyu Kai menjadi Tode Kenkyu Kurabu, sekali lagi, ini
adalah organisasi yang bertujuan untuk melestarikan dan mempromosikan Tode
(sebagai karate dikenal saat itu). Sekitar waktu inilah dia mulai mengajarkan Kata
Rokkishu (Tensho) kepada murid-muridnya.
Pada tahun 1926, Chojun Miyagi Sensei ditunjuk sebagai instruktur Tode
(Karate) untuk seminar seni bela diri pertama di Okinawa yang diselenggarakan oleh
Dai-Nippon Butoku-Kai.
Pada tahun 1927 pendiri Judo, Kano Jigoro (1860 ~ 1938) menyaksikan
demonstrasi oleh Chojun Miyagi Sensei. Sangat terkesan dengan keterampilan dan
kekuatan Chojun Miyagi Sensei, dia memutuskan untuk menggunakan pengaruhnya
di lingkaran Seni Bela Diri Jepang untuk membantu Chojun Miyagi Sensei
mempromosikan Karate (Tode) di daratan Jepang. Setelah itu, Chojun Miyagi Sensei
25
dan murid-muridnya secara teratur tampil di acara Seni Bela Diri Jepang (Budo)
untuk memperagakan karate (Tode) mereka.
Pada tahun 1930 Chojun Miyagi Sensei juga ditunjuk sebagai guru Tode
(Karate) dari Asosiasi Pendidikan Jasmani Prefektur Okinawa.
Pada tanggal 5 Mei 1930, siswa senior Chojun Miyagi Sensei, Jinan
Shinzato Sensei berpartisipasi dalam demonstrasi di Festival Budo Meiji Jingū (明治
神宮) dimana dia ditanya tentang nama gaya seni bela dirinya, dan karena dia tidak
memiliki jawaban untuk itu. pertanyaan itu, setelah kembali ke Okinawa, dia
melaporkan kejadian itu kepada Chojun Sensei. Chojun Sensei menyadari bahwa
jika Naha-te atau Tode (Karate) akan diterima di Jepang, maka perlu diberi
nama. Chojun Sensei memilih dua kata dari frase Bubishi "Ho Goju Donto" dan
menamai Naha-te-nya sebagai Goju-Ryu.
Chojun Miyagi Sensei juga pergi ke Hawaii pada tahun 1934 ~ 1935 untuk
mempromosikan karate kepada penduduk lokal di sana. Hawaii memiliki populasi
penduduk yang cukup besar yang merupakan keturunan Jepang atau Okinawa dan
Chojun Sensei pergi ke Hawaii atas undangan surat kabar lokal Jepang di sana ( 洋
國 時 報 社 ). Di Hawaii ia mengamati peralatan pelatihan penduduk setempat dan
memutuskan untuk memasukkan salah satu peralatan pelatihan mereka ke dalam
sistem Goju-Ryu. Ini kemudian dikenal sebagai Kongoken. Sekembalinya dari Hawaii
pada tahun 1935 Chojun Miyagi Sensei sekali lagi pergi ke Jepang di mana dia
mengajar di klub karate Universitas Ritsumeikan (立命 館 大学). Anggota klub pada
saat itu termasuk Yamaguchi Gogen, So Nei Cho dan Jitsuei Yogi. Beberapa bulan
kemudian, pada tahun 1936 Chojun Miyagi Sensei sekali lagi melakukan perjalanan,
kali ini ke Shanghai, Tiongkok, bersama dengan Aniya Seisho ( 安 仁 屋 正
昌,seorang siswa Go-Kenki) , dengan tujuan mengunjungi berbagai sekolah seni
bela diri Tiongkok di sana, termasuk Asosiasi Olahraga Jing Wu Shanghai.
27
Pada bulan April 1938 Chojun Miyagi Sensei menerima posisi sebagai
Instruktur Karate untuk Sekolah Guru Prefektur Okinawa. Pada tahun 1940 Chojun
Miyagi Sensei menciptakan rangkaian kata Gekisai. Setelah perang, pada tahun
1945 Chojun Miyagi Sensei menerima posisi untuk mengajar karate di Akademi
Kepolisian Okinawa di bawah pemerintahan pemerintah pasca-perang yang baru
dibentuk. Pada tahun 1948, Chojun Miyagi Sensei mulai menerima siswa swasta di
dojo taman rumahnya sekali lagi. Murid swasta pertamanya setelah perang adalah
An'ichi Miyagi Sensei. Pada tahun 1951 Chojun Miyagi Sensei sekali lagi menerima
siswa karate dari masyarakat umum ke dojo tamannya. Chojun Miyagi Sensei
meninggal pada 8 Oktober 1953.
D. PERUMUSAN MASALAH
Saya sebagai penulis membuat makalah ini karena ingin tahu, seperti apa
teknik yama zuki dan tobi geri itu. Serta, saya ingin mempelajarinya lebih dalam
dan dapat menguasainya.
E. TUJUAN
Sesuai dengan judul, makalah ini dibuat untuk memperdalam teknik tobi
geri dan yama zuki. Sehingga, saya sebagai penulis dapat memperagakannya
dengan baik dan benar.
F. MANFAAT
BAB II
29
A. TEKNIK TOBI GERI
b. Kemampuan fisik, jika kohai (adik) / murid sekiranya fisiknya lemah lebih baik
latihan yang lain.
30
Cara melakukannya sebagai, berikut:
- Melakukan lompatan
Keunggulan dari teknik ini sama seperti teknik yoko tobi geri, yaitu
31
- Jika ragu-ragu bisa ganti serangan dengan yang lain.
Keunggulan dari teknik ini sama seperti teknik mae tobi geri, yaitu:
32
Cara melakukannya adalah menarik tubuh lawah lalu menusukkan lutut kita terhadap
lawan sambil loncat.
- Melompat
B. Fisik, kalau kamu lemah malah bisa tulang kita yang patah.
2. Hal – Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melatih Teknik Yama Zuki
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melatih teknik yama zuki,
diantaranya:
- Tangan yang di atas bisa di jadikan tangkisan age uke dan ude uke.
34
- Serangan yang ganda sekaligus.
- Kekuatan.
- Kecepatan.
- Ketepatan sasaran.
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
35
Tehnik tobi geri merupakan tendangan sembari terbang. Ada yang ke
depan, ke sampng, ada yang sembari berputar, ada yang menggunakan
dua kaki dan hiza.
Jadi, dari kedua tehnik tersebut sulit digabungkan, karena tobi geri
merupakan gerakan sambil lompat, sedangkan yama zuki merupakan
gerakan yang berpijak.
B. SARAN
Setelah membaca makalah ini saran saya adalah membaca informasi
dari buku, internet, dan sumber lain-lainnya, karena makalah saya ini masih
banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
https://de.wikipedia.org/wiki/Tobi-Geri
Abdillah, Tamma Jauhar. 2021. Teknik Haito Uchi dan Hiza Geri. Cianjur.
36
Taufik, Ahmad dan Setyowati, Nurwasta. 2021. Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Jakarta: Kementerian Agama RI.
https://blackbeltwiki.com/mae-tobi-geri
https://www.serbailmu.live/host-https-brainly.co.id/tugas/45232187
https://www.martialartstube.net/mae-tobi-geri/
https://macam-macam-seni-bela-diri85.blogspot.com/p/yama-zuki.html
https://www.themartialway.com.au/yama-zuki-mountain-punch/
https://m.facebook.com/342321769524162/posts/yama-zukiyama-zuki-gets-its-name-for-
two-reasons-the-first-is-the-position-of-th/817486188674382/?locale2=id_ID
37
GOLONGAN DARAH : --
AGAMA : ISLAM
TINGKTAN KYU :
(KYU 1, CABANG)
PRESTASI : --
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim’
38
Puji dan syukur penulis/penyusun panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
mengnugrahkan rahmat dan karunuanya kepauda Rasulullah SAW. dan umatnya.
Berkat rahmat dan karunianya,sehingga makalah yang menjadi syarat untuk ujian
sabuk hitam (dan1) Inkanas Raider Kodim Cianjur,dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya .
Dan karena itu pula,penulis / penyusun tidak melupakan atas segala bantuan dari
orangtua dalam penyusunan tata bahasa dan susunan makalah,penulis/penyusun
menyampaikan terima kasih kepada mereka,karena berkat merekan makalah ini
dapat di selesaikan .
Saya sebagai penulis/penyusun mengakui bahwa makalah ini masaih jau dan
kesempurnaan ,tapi memang inilah kemampuan penulis dengan segala
kekurangannya.
Alhamdulillahirobbilalamin.
DAFTAR ISI
Halaman
39
Kata pengantar ………………………………………………...…………………….. iv
B. SejarahKarate………………………………………………………………………1
1. Shotokan ………………………………………………………………………. 7
E. Tujuan …………………………………………………………………………… . 29
F. Manfaat …………………………………………………………………………… 29
Bab II Pembahasan Teknik Tobi Geri dan Teknik Yama Zuki ……………………30
2. Hal – Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melatih Teknik Tobi Geri ….. 30
40
B. Teknik Yama Zuki ………………………………………………………………. 34
2. Hal – Hal yang Harus Diperhatikan dalam Melatih Teknik Yama Zuki … 34
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………… 36
B. Saran …………………………………………………………………………….. 36
41
Makalah Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Naik Tingkat Ke
Sabuk Hitam
DIBUAT OLEH:
INKANAS
42