Anda di halaman 1dari 50

1.

Alfian Setyo
2. Arinal Haq
3. Hanan
4. Moudy Alvianti
5. Ridhwan Fakhri
6. Rizka R
7. Yafi Rahman
Karate (空 手 道) adalah seni
bela diri yang berasal dari Jepang. Seni
bela diri ini sedikit dipengaruhi oleh
Seni bela diri Cina kenpō. Karate
dibawa masuk ke Jepang lewat
Okinawa dan mulai berkembang di
Ryukyu Islands. Seni bela diri ini
pertama kali disebut "Tote” yang
berarti seperti “Tangan China”.
Ketika karate masuk ke Jepang, nasionalisme
Jepang pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga
Sensei Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa
(Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi
‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima
oleh masyarakat Jepang. Karate terdiri dari atas dua
kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ 空 dan berarti
‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ 手, berarti ‘tangan'.
Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong” 空
手 (pinyin: kongshou).
Lahirnya karate sebagai seni bela diri diketahui pada
abad ke – 19 adalah Matsumara Shukon seorang
prajurit samurai. Menurut sejarah sebelum menjadi
bagian dari jepang, Okinawa adalah suatu wilayah
berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu
itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan
pulau – pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang
menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa
mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya Cina.
Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-
orang Cina dengan latar belakang yang berbeda-beda
datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada
orang-orang setempat. Sebaliknya orang-orang Okinawa
juga banyak yang Hijrah ke Cina sekembalinya ke
Okinawa mengajarkan ilmu yang sudah didapatkan di
Cina.
Pada tahun 1477 Raja Soshin Nagamine di Okinawa
memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan
pendekar. Tahun 1608 kelompok Samurai Satsuma di
pimpin oleh Shimazu Lehisa masuk ke Okinawa dan tetap
meneruskan larangan ini. Bahkan pengadilan Bakhucon
juga menghukum bagi orang yang melanggar larangan
sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang
Okinawa berlatih Okinawa te (begitu mereka
menyebutnya) dan Ryuku Kobudo (Seni senjata) secara
sembunyi-sembunyi mereka berlatih.
Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas
yang namanya sesuai dengan daerah asalnya, yaitu :
Tomori, Shuri, dan Naha.
Namun demikian pada akhirnya Okinawa te mulai diajarkan ke
sekolah-sekolah tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari
Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin
Funakoshi sebagai instruktur pertama ditunjuk mengadakan
demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.
Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate dunia dilahirkan di Shuri,
Okinawa, pada tahun 1868. Gichin Funakoshis belajar karate pada
Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916
Gitchin Funakoshi di undang ke Jepang untuk mengadakan
demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela
diri Jepang saat itu. Selanjutnya pada tahun 1921, Putra Mahkota
yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan
meminta Gichin Funakoshi untuk demonstrasi karate. Bagi Gichin
Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu
dilakukan di arena istana Shuri. Setelah demonstrasinya yang
kedua di Jepang, Gichin Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang
selama di Jepang pula Gichin Funakoshi banyak menulis buku-
bukunya yang terkenal hingga sekarang seperti “Ryukyu Kempo :
Karate” dan “Karate Kyoan”. Sejak saat itu klub-klub karate terus
bermunculan baik di sekolah dan Universitas.
FILOSOFI GERAKAN KARATE

1. Karate diawali dengan pemberian hormat dan diakhiri dengan pemberian hormat pula.
2. Kekuatan dipergunakan sebagai pilihan terakhir dimana kemanusiaan dan keadilan tidak dapat
mengatasi, tetapi apabila kepalan dipergunakan dengan bebas tanpa pertimbangan, maka
yang melakukan akan kehilangan harga diri dihadapan orang lain.
3. Sekali gerakan dapat membunuh lawan (Ichigeki Hissatsu)
4. Pertama-tama kontrol dirimu sebelum mengontrol orang lain.
5. Karate merupakan alat pembantu dalam keadilan
6. Semangat yang utama, teknik kemudian.
7. Kecelakaan timbul lantaran kecerobohan
8. Senantiasa siap untuk membebaskan pikiranmu dari yang jahat
9. Janganlah berpikir bahwa latihan karate Cuma bisa di dojo
10. Masukan karate dalam keseharianmu, maka kamu akan menemukan Myo
11. Mempelajari karate memerlukan waktu seumur hidup dan tak punya batasan.
12. Karate seperti air yang mendidih. Jika kamu tak memanaskannya secara teratur, ia akan
menjadi dingin.
13. Janganlah kamu berpikir kamu harus menang, tapi berpikirlah bahwa kamu tidak boleh kalah.
14. Kemenangan tergantung pada keahlianmu membedakan titik-titik yang mudah diserang dan
yang tidak.
15. Pertarungan didasari oleh bagaimana kamu bergerak secara hati-hati dan waspada
16. Berpikirlah bahwa tangan dan kakimu adalah pedang
17. Jika kamu meninggalkan rumah, berpikirlah bahwa kamu memiliki banyak lawan yang menanti.
Tingkah lakumulah yang mengundang masalah bagi mereka.
18. Pemula harus menguasai postur dan cara berdiri, posisi tubuh yang alami untuk yang lebih ahli.
19. Berlatih kata adalah satu hal, terlibat dalam pertarungan sungguhan adalah hal lain
20. Jangan lupa secara tepat memperagakan kelebihan dan kekurangan dari kekuatan, peregangan
dan konstraksi dari tubuh, serta cepat lambatnya teknik.
21. Selalu berpikir dan berusahalah menemukan cara untuk hidup dengan aturan-aturan diatas
setiap hari.
22. Tak ada serangan pertama pada karate
KATA SHOTOKAN

Kata yang berarti bentuk pola atau kembangan juga memiliki arti
sebagai filsafat. Kata memainkan peranan yang penting dalam latihan
karate. Setiap kata memiliki embusan pola dan arah dan bunkai
praktik yang berbeda-beda tergantung dari kata yang sedang
diperagakan. Kata dalam karate memiliki makna dan arti yang
berbeda. Bahkan kata juga menggambarkan sesuatu. Inilah kata
sebagai filsafat. Oleh sebab itulah kata memiliki peranan yang penting
sejak jaman dulu dan menjadi latihan inti dalam karate. Gichin
funakoshi mengambil kata dari perguruan Shorei dan Shorin.
Shotokan memiliki 26 kata yang terus dilatih hingga kini. Masing-
masing kata mempunyai tingkat kesulitan sendiri-sendiri. Karena itu
wajib bagi tiap praktisi Shotokan untuk mengulang berkali-kali bahkan
ratusan kali.
Kata Nama Asli Arti

Heian shodan Pinan Nidan Pikiran tenang damai satu

Heian nidan Pinan Shodan Pikiran tenang damai dua

Heian sandan Pinan Sandan Pikiran tenang damai tiga

Heian Yondan Pinan Yondan Pikiran tenang damai empat

Heian Godan Pinan Godan Pikiran tenang damai lima

Tekki shodan Naihanchin Shodan Satria tunggang kuda satu

Tekki Nidan Naihanchi Nidan Satria tunggang kuda dua

Tekki Sandan Naihanchi Sandan Satria tunggang kuda tiga

Bassai dai Passai Menembus benteng

Kanku Dai Kushanku Memandang cakrawala

Enpi Wanshu Burung layang-layang terbang

Jion Jion Naba biksu budha


Jitte Jitte Bertarung 10 tangan

Gankaku Chinto Bangau diatas batu karang

Hangetsu Seishan Bulah separuh

Sochin Sochin Memberikedamaian bagi orang banyak

Nijushiho Niseishi 24 Langkah

Chinte Chinte Tangan yang luar biasa

Meikyo Rohai Cermin jiwa

Wankan Wankan Mahkota raja

Gojushiho Dai Useishi 54 langkah besar

Unsu Hakko Tangan menyibak awan di angkasa

Gojushiho Sho 54 langkah kecil

Kankusho Menatap Langit

Bassai Sho Menembus benteng kecil


Tingkatan / Posisi dalam Karate

Tingkat/posisi dalam karate itu di bedakan lewat


kemampuan dalam menghafal atau melakukan gerak yang
maximal dalam jurus tersebut. Maksudnya tingkatan dibedakan
oleh sabuk. Untuk mendapatkan tingkatan/posisi tersebut, kita
di haruskan mengikutkan sesi ujian sabuk. Yang berlangsung
setiap 4 bulan sekali. Untuk tingkat ini terbagi menjadi menjadi:
1. Sabuk putih 5. Sabuk biru
2. Sabuk kuning 6. Sabuk coklat
3. Sabuk Orange 7. Sabuk hitam
4. Sabuk hijau
Arti dari warna sabuk Karate
 SABUK PUTIH

Melambangkan kemurnian dan kesucian. Kemurnian


dan kesucian ini merupakan kondisi dasar dari pemula
untuk menerima dan mengolah hasil latihan dari guru
masing - masing. Artinya berkembang atau tidaknya
karateka ini tergantung dari apa yang diberikan
oleh senpai atau sensei mereka. Kemudian, setelah
materi atau nilai Karate telah disampaikan sesuai
dengan apa yang seharusnya, selanjutnya tanggung
jawab ada pada masing - masing individu.
 SABUK KUNING

Melambangkan warna matahari yang diibaratkan


bahwa karateka telah melihat “hari baru”dimana
dia telah mampu memahami semangat Karate,
berkembang dalam karakter kepribadiannya dan
juga teknik yang telah dipelajari. Sabuk
kuning juga merupakan tahapan terakhir dari
seorang “raw beginner” dan biasanya sudah mulai
belajar tahapan - tahapan gerakan kumite bahkan
ada juga yang mulai turun di suatu turnamen.
 SABUK HIJAU

Sabuk ini merepresentasikan warna rumput dan


pepohonan. Pemegang sabuk hijau ini sudah harus
mampu memahami dan menggali lebih dalam lagi
segala sesuatu yang berkaitan dengan karate seiring
dengan bertumbuhnya semangat dan teknik gerakan
yang sudah dikuasainya. Sifat dari warna hijau ini
adalah pertumbuhan dan harmoni. Dengan demikian
seorang karateka sabuk hijau diharapkan dalam
proses pertumbuhannya mulai bisa memberikan
harmoni dan keseimbangan bagi lingkungan.
 SABUK BIRU

Warna sabuk ini


melambangkan samudera dan langit. Artinya
karateka harus mempunyai semangat luas seperti
angkasa dan sedalam samudera. Karateka harus
sudah mampu memulai berani untuk menghadapi
tantangan yang dihadapinya dengan semangat
tinggi dan berfikir bahwa proses latihan adalah
sesuatu yang menyenangkan dan bisa merasakan
manfaat yang didapatkan. Karateka harus sudah
bisa mengontrol emosi dan berdisiplin.
 SABUK COKLAT

Warna sabuk ini dilambangkan dengan tanah. Sifat


warna ini adalah stabilitas dan bobot. Artinya seorang
karateka pemegang sabuk coklat mulai dari tingkatan
kyu 2 sampai 1 harus bisa memberikan kestabilan
sikap, kemampuan yang lebih dari pemegang sabuk di
bawahnya, dan juga sikap melindungi bagi junior -
juniornya. Selain itu, sikap yang harus dimiliki adalah
sikap menjejak bumi ( down to earth ) dan rendah
hati pada sesama.
 SABUK HITAM

Warna hitam sendiri melambangkan keteguhan dan


sikap kepercayaan diri yang didasari pada nilai
kebaikan universal. Warna sabuk ini menjadi idaman
bagi setiap karateka untuk mendapatkannya. Namun,
di balik semua prestise sabuk hitam terdapat
tanggung jawab besar dari karateka. Pada tahap ini,
pemegang sabuk hitam mulai dari Dan 1 sampai
selanjutnya sebenarnya baru memasuki tahap untuk
mendalami karate yang lebih mendalam. Teknik
maupun penguasaan makna hakiki dari kebaikan nilai
karate sudah harus menjadi bagian dari karateka. (
penggambaran Gichin Funakohsi ).
Teknik
Karate
Teknik Karate terbagi
menjadi tiga bagian
utama :
1. Kihon (teknik dasar),
2. Kata (jurus), dan
3. Kumite (pertarungan).

Murid tingkat lanjut


juga diajarkan untuk
menggunakan senjata
seperti tongkat (bo)
dan ruyung
(nunchaku).
Kihon (基本:きほん, Kihon)
secara harfiah berarti dasar atau
fondasi. Praktisi Karate harus
menguasai Kihon dengan baik sebelum
mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari
mempelajari pukulan dan tendangan
(sabuk putih) dan bantingan (sabuk
coklat). Pada tahap dan atau Sabuk
Hitam, siswa dianggap sudah
menguasai seluruh kihon dengan baik.

KIHON
Kata (型:かた) secara harfiah
berarti bentuk atau pola. Kata
dalam karate tidak hanya
merupakan latihan fisik atau K
aerobik biasa. Tapi juga
mengandung pelajaran tentang A
prinsip bertarung. Gerakan-gerakan
Kata juga banyak mengandung
T
falsafah-falsafah hidup. Setiap A
Kata memiliki ritme gerakan dan
pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai
adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-
gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama
yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh Kata
Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama
Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya
Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.
Kumite (組手:くみて) secara harfiah berarti
"pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh murid-murid
K tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada
dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula
U (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu
Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon
M kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran
olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite
I Pertandingan.

T
E
K dilakukan
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya
oleh siswa yang sudah mencapai tingkat
U dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat
menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan
M bertanding.
Untuk aliran "kontak langsung" seperti
I Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk
melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi
T Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan
tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah
E lawan bertanding.
K Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang
U tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu,
maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu
M Kumite untuk persiapan Shiai, yang dilatih hanya
teknik-teknik yang diperbolehkan dalam
I pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite
untuk beladiri, semua teknik dipergunakan, termasuk
T jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian, dan
menyerang titik vital
E
Pertandingan Karate

 Kumite (perkelahian)
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan
pembagian kelas berdasarkan berat badan dan kumite
beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk
putra). Sistem pertandingan yang dipakai adalah
reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali
kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara.
Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit
bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali
dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan.
Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami
nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang
paling ofensif dan agresif sebagai pemenang.
 Kata (jurus)
Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah
keindahan gerak dari jurus, baik untuk putera maupun puteri.
Sesuai dengan Kata pilihan atau Kata wajib dalam peraturan
pertandingan.
Para peserta harus memperagakan Kata wajib. Bila
lulus, peserta akan mengikuti babak selanjutnya dan dapat
memperagakan Kata pilihan.
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata
perorangan dan Kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3
orang. Setelah melakukan peragaan Kata , para peserta
diharuskan memperagakan aplikasi dari Kata (bunkai). Kata
beregu dinilai lebih prestisius karena lebih indah dan lebih
susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata
Wajib adalah hanya 8 Kata yang berasal dari perguruan 4
Besar JKF, yaitu Shotokan, Wado-ryu, Goju-ryu and Shito-
ryu, dengan perincian sebagai berikut:
 Shotokan : Kankudai dan Jion.
 Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
 Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
 Shito-ryu: Seienchin dan Bassaidai.

Karateka dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut


pertandingan Kata JKF dan WKF, hanya saja mereka harus
memainkan Kata sebagaimana dimainkan oleh perguruan 4
besar di atas.
Luas Lapangan

 Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di


atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah
daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi.\
 Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari
kemungkinan menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI
yang mengacu peraturan dari WKF, idealnya adalah
menggunakan matras dengan lebar 10 x 10 meter. Matras
tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan
biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana
karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh
batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang
kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan,
sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat
memprediksi ruang arena dia bertanding. Sisa ruang
lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak
dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.
Peralatan dalam
Pertandingan Karate

1. Pakaian karate (karategi) untuk kontestan


2. Pelindung tangan
3. Pelindung tulang kering
4. Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan
berwarna merah/aka dan biru/ao
5. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan
menjadi keharusan adalah:
◦ Pelindung gusi (di beberapa pertandingan
menjadi keharusan)
◦ Pelindung tubuh untuk kontestan putri
◦ Pelindung selangkangan untuk kontestan
putra
6. Peluit untuk arbitrator/alat tulis
7. Seragam wasit/juri
• Baju putih
• Celana abu-abu
• Dasi merah
• Sepatu karet hitam tanpa sol
8. Papan nilai/scoring board
9. Administrasi pertandingan
10. bendera merah & biru untuk juri
11. Peluit untuk wasit

Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang


dipakai hanyalah pelindung selangkangan untuk kontestan putra.
Sedangkan pelindung yang lain tidak diperkenankan.
 Rakka (Bunga yang berguguran)
F
a Ini adalah konsep bela diri atau
pertahanan di dalam karate. Penjabarannya
l setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan
s dengan bertenaga dan mantap, walau
a dengan menggunakan satu teknik pun sudah
f cukup untuk membela diri sehingga
diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke
a atas pohon, maka semua bunga dari pohon
h tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya
K jika ada orang menyerang dengan memukul
a muka, maka seorang karateka dapat
menggunakan teknik menangkis atas.
r Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan
a mantap, sang karateka dapat mematahkan
t tangan lawan yang memukul itu. Dengan itu
e tidak perlu lagi membuat serangan susulan
pun sudah cukup untuk membela diri.
F  Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air)
a Konsep ini bermaksud bahwa untuk
l tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah
s dijaga dan dilatih agar selalu tenang.
a Apabila minda tenang, maka mudah
untuk pengamal bela diri untuk
f mengelak atau menangkis serangan.
a Minda itu seumpama air di danau. Bila
h bulan mengambang, kita akan dapat
K melihat bayangan bulan dengan terang
a di danau yang tenang. Sekiranya dilontar
r batu kecil ke danau tersebut, bayangan
a bulan di danau itu akan kabur.
t
e
Aliran Karate

1. Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan
dapat diartikan sebagai gedung/bangunan - sehingga
shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi.
Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu
karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan
akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan karate
di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi.
Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu
gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan
kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang
keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga
praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan
tangkisan dengan lawan.
2. Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini
memadukan teknik keras dan teknik lembut, dan
merupakan salah satu perguruan karate tradisional
di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang.
Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang
(setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran
Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi.
Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran
ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang,
sehingga banyak orang yang menganggap Chojun
Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu.
Berpegang pada konsep bahwa "dalam
pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa
menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-
ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau
pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat
memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima
pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu
menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta
senang melakukan pertarungan jarak rapat.
3. Shito-ryu
Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian
bermain kata terbukti dari banyaknya kata yang
diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai
40 kata, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang
tercatat di soke/di Jepang ada 111 kata beserta
bunkainya. Sebagai perbandingan, Shotokan
memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12
kata. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka
bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal,
maupun dengan jarak rapat seperti Goju.
4. Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik
karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-
ryu Jujutsu sebuah aliran beladiri Jepang yang
memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan.
Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik
Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian
dan lemparan/bantingan Jujutsu.
Di dalam pertarungan, ahli Wado-ryu
menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu
tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan
tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan
keras), dan kadang-kadang menggunakan teknik
Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk
menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan
FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu
menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan
bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu
tersebut.
Keempat aliran tersebut diakui sebagai gaya Karate
yang utama karena turut serta dalam pembentukan JKF dan
WKF.
Namun gaya karate yang terkemuka di dunia bukan
hanya empat gaya di atas itu saja. Beberapa aliran besar
seperti Kyokushin, Shorin-ryu dan Uechi-ryu tersebar luas
ke berbagai negara di dunia dan dikenal sebagai aliran Karate
yang termasyhur, walaupun tidak termasuk dalam "4 besar
WKF".
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga
Karate seluruh Jepang adalah JKF.
Adapun organisasi yang mewadahi Karate seluruh
dunia adalah WKF (dulu dikenal dengan nama
WUKO - World Union of Karatedo
Organizations). Ada pula ITKF (International
Traditional Karate Federation) yang mewadahi
karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan
WKF adalah terutama untuk meneguhkan Karate
yang bersifat "tanpa kontak langsung", berbeda
dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang
"kontak langsung".
 Kyokushin
Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan
Karatedo Federation. Akan tetapi, aliran ini sangat
terkenal baik di dalam maupun di luar Jepang, serta turut
berjasa memopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama
pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai
Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti
kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo
Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani
melakukan full-contact kumite, yakni tanpa pelindung,
dan menyerang secara frontal, untuk mendalami arti
yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta melatih
jiwa/semangat keprajuritan (budo), aliran ini juga sering
dikenal sebagai salah satu aliran karate paling keras.
Tidak seperti kebanyakan aliran karate yang sudah
berfokus pada olahraga, dimana dalam pertandingannya
menerapkan sistem tidak kontak langsung dan hasil yang
ditentukan oleh poin, Kyokushin masih berpegang teguh
pada sistem tradisional, terlihat dari sistem pertandingan
kumite pada kejuaraan Kyokushin yang menerapkan
pertarungan full contact dan boleh membuat Knock Out
(KO) lawan. Aliran ini menerapkan hyakunin kumite
(kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka
diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah.
Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang.
Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10
kumite berturut-turut.
 Shorin-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli
berasal dari Okinawa. Didirikan oleh Shoshin
Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune
Anko Itosu, seorang guru Karate abad ke 19 yang
juga adalah guru dari Gichin Funakoshi, pendiri
Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan
Shorin-ryu banyak persamaannya dengan Shotokan.
Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-ryu
juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti
Nunchaku, Kama dan Rokushaku Bo.
 Uechi-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang paling
banyak menerima pengaruh dari beladiri China,
karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar
beladiri langsung di provinsi Fujian di China. Oleh
karena itu, gerakan dari aliran Uechi-ryu Karate
sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama
aliran Baihequan (Bangau Putih).
Arigatou Gozaimasu

Anda mungkin juga menyukai