TENTANG
BELADIRI (KARATE)
OLEH
HIJJAH WILDA ADHA
DESTI NURMULIA PRATAMI
NITA PANDITA
SISKA HITUL RIZKI
NIA FITRIANI
HESTI MAULIDA
M. RAHMATUL ABROR
LALU INDRA SAPUTRA
KELAS IX.1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam sekolah.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
D. Batasan masalah
PEMBAHASAN
Seorang ahli ilmu bela diri lain yang sangat terkenal yang muncul pada
jaman Dinasti Sung (920-1279 M) adalah Chang Sang Feng (Thio Sam Hong).
Awalnya Chang belajar ilmu bela diri pada Shaolin Tsu, kemudian mengasingkan
diri di gunung Wutang (Butong). Di tempat inilah dia mengamati macam-macam
gerakan binatang, seperti kera, burung bangau, dan ular. Berdasarkan
pengamatannya, dia menciptakan gaya perkelahian yang khas dengan pribadinya
yang disebut aliran Wutang. Kalau Shaolin Chuan hanya dipraktekkan oleh para
Pendeta Budha, maka aliran Wutang ini diperuntukkan orang awam yang tidak
ada ikatan dengan aliran Kuil manapun. Chang mengaja rkan supaya menerima
pukulan lawan dengan gaya lemah gemulai seperti air yang mengalir dan
menyerang dengan satu kepastian untuk mengakhiri perlawanan dengan sekali
pukul. Ciptannya didasari dengan gagasan tentang harus adanya gerak melingkar
yang luwes dan gerakan ujung yang tajam. Aliran ini selanjutnya punya dampak
yang luas di dalam perkembangan seni bela diri di China. Gaya aliran Wutang ini
segera tersebar merata di seluruh Wilayah China bagian utara yang pada masa
kemudian akan berkembang menjadi Taichi-Chuan, Hsingi-Chuan, dan Pakua-
Chuan.
Masih terdapat banyak tokoh seni bela diri yang menciptakan gaya dan
aliran masing-masing. Diantaranya Chueh Yuan yang juga pernah belajar di
Shaolin Tsu. Pada tahun 1151-1368 M dia berhasil menciptakan aliran baru
dengan cara memperluas 18 pukulan Arhat menjadi 72 jurus. Dia berkeliling ke
banyak Wilayah China dan kemudian bertemu dengan Po Yu Feng yang
menciptakan pukulan Wu Chuan. Keduanya mengadakan kerjasama menciptakan
satu aliran baru yang mencapai 170 macam gaya ilmu pukulan, diantaranya Lima
Tinju, Tinju Naga, Tinju Harimau, Tinju Bangau, Tinju Macan Tutul, dan Tinju
Ular. Di seluruh Wilayah China yang begitu luas, berbagai macam gaya dan aliran
bela diri dikembangkan, yang akhirnya menyesuaikan diri deng an sifat-sifat
lingkungan di mana gaya dan aliran itu berkembang dan dipraktekkan. Namun
pada umumnya, berbagai aliran dan gaya yang ada dapat dibagi menjadi dua
aliran yaitu aliran UTARA dan aliran SELATAN.
Aliran Selatan berasal dari daerah China Selatan di bagian hilir sungai
Yang Tse. Karena beriklim sedang, sumber kegiatan ekonomi yang paling utama
di wilayah ini adalah pertanian khususnya beras. Rakyat setempat cenderung
bertubuh gempal dan kuat karena kegiatan kerja di sawah. Disamping itu di
wilayah selatan terdapat banyak sekali sungai, sehingga alat lalu lintas yang utama
adalah perahu. Dengan mendayung sehari-hari menyebabkan badan bagian atas
lebih berkembang. Maka dengan demikian aliran selatan ini menekankan pada
gaya melentur dan penggunaan tangan dan kepala.
Selama masa peralihan dari Dinasti Ming ke Dinasti Ching, sejumlah ahli
bela diri China melarikan diri ke negara lain untuk membebaskan diri dari
penindasan dan pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh orang-orang
Manchu yang menguasai China. Sebagai akibatnya ilmu bela diri China dari
Jaman Ming ini disebarkan ke berbagai negara lain termasuk ke Jepang, Korea,
Asia Tenggara, dan juga Kepulauan Okinawa. Salah seorang diantaranya Chen
Yuan Pao yang menuju ke Jepang, dimana dia selanjutnya mengajarkan gagasan
dan teknik Judo. Sampai pada abad ke-15 Kepulauan Okinawa terbagi menjadi 3
(tiga) Kerajaan. Dan pada tahun 1470 Youshi Sho dari golongan Sashikianji
berhasil mempersatukan semua pulau di Kepulauan Okinawa di bawah
kekuasaannya. Penguasa ke-2 dari golongan Sho, yaitu Shin Sho, menyita dan
melarang penggunaan senjata tajam. Kemudian Keluarga Shimazu dari Pulau
Kyushu berhasil menguasai Kepulauan Okinawa, tetapi larangan terhadap
pemilikan senjata tajam masih terus diberlakukan. Sebagai akibatnya, rakyat
hanya dapat mengandalkan pada kekuatan dan ketrampilan fisik mereka untuk
membela diri.
Pada saat yang sama, ilmu bela diri dari China mulai diperkenalkan di
Okinawa melalui para pengungsi yang berdatangan dari China yang saat itu sudah
dikuasai oleh bangsa Manchu (Dinasti Ching). Diantara para pengungsi itu ada
sejumlah ahli seni bela diri dari China. Pengaruh ilmu bela diri dari China ini
dengan cepat sekali menjalar ke seluruh Kepulauan Okinawa. Melalui ketekunan
dan kekerasan latihan, rakyat Okinawa berhasil mengembangkan sejenis gaya dan
teknik berkelahi yang baru yang akhirnya melampaui sumber aslinya. Aliran-
aliran seni bela diri Te (aslinya Tode atau Tote) di Okinawa terbagi menurut nama
daerah perkembangannya menjadi Naha-te, Shuri-te, dan Tomari-te. Naha-te
mirip dengan seni bela diri China aliran selatan, khususnya dalam pola gerakan
yang dilaksanakan dengan gaya yang kokoh dan sangat tepat bagi orang yang
bertubuh besar. Shuri-te mirip dengan seni bela diri China aliran utara yang pola
gerakannya lebih menekankan kegesitan dan keringanan tubuh. Sementara kaum
Shimazu makin memperketat larangan atas pemilikan senjata tajam, latihan pola
bela diri Te ini makin berkembang.
Di Jepang sendiri juga telah ada pola bela diri sejak jaman dulu.
Diantaranya yang sangat terkenal sampai saat ini ialah gulat Sumo. Dahulu Sumo
sifatnya sangat keras dan ganas, dimana para pesertanya diperbolehkan saling
pukul dan tenda ng dan secara mental memang sudah siap mati. Baru pada abad
ke-8, pukulan dan tendangan yang mematikan tidak diperbolehkan lagi.
Pertandingan Sumo kemudian sudah sangat mirip dengan pertandingan Sumo
pada masa sekarang ini. Tokoh seni bela diri China yang mengungsi dari
penjajahan bangsa Manchu juga tersebar ke seluruh Jepang. Berbagai macam gaya
dan teknik yang mereka sebarkan menyebabkan timbulnya aliran-aliran baru. Di
bawah pengaruh dan bimbingan Chen Yuan Pao, aliran Jiu Jitsu atau seni beladiri
aliran lunak didirikan oleh beberapa tokoh beladiri Jepang. Konsep bahwa
"Kelunakan dapat mengalahkan kekerasan" dinyatakan berasal dari China, dan
aliran ini mengembangkan pengaruhnya yang penting pada pola bela diri lainnya.
Diantaranya yang sangat populer ial ah Judo yang didirikan oleh Jigoro Kano.
B. Pengertian Karate
Karate atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada
umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki
dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan
kepada kefahaman umum adalah serangan-serangan lurus dan mendatar. Variasi
belaan juga adalah lebih kepada kaedah mudah yang mana apabila difikirkan
secara mudah, karate adalah satu seni yang ringkas dan lebih berpandukan kepada
konsep 'tinju' teratur. Pandangan inilah yang menjadi faktor kesilapan kepada
persepsi seni karate itu sendiri.
Kedudukan tegap dan berubah mengikut arah juga amat sesuai bagi
menentang sebarang seni beladiri yang berbentuk kuncian dan tempur jarak dekat.
Kaedah untuk menyerang juga teleah disusun agar dapat digunapakai secara
meluas lagi berkualiti bagi memastikan agar sebarang serangan dibuat kepada seni
beladiri yang berbentuk menanti dapat ditangani dengan berkesan. Humbanan
juga dapat dikekang dengan mudah dan memang diketahui oleh pengasas seni
aikido seperti morehei usheiba mengetaui mengenai perkara ini dan satu
perjanjian dibuat bagi menghormati keharmonian seni beladiri jepun dan sebarang
pergaduhan antara pengamal kedua-dua pihak haruslah disimpan dan dielakkan
sama sekali.
C. Teknik Karate
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar),
Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk
menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).
1. Kihon
Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus
menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
2. Kata
Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya
merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran
tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan
yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang
dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap
Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama
Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap
aliran juga berbeda.
3. Kumite
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang
sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat
menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding. Untuk aliran full
body contact seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk
melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk
melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
4. Luas Lapangan
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu
peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10
meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru.
Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang
bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan
pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas
peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang
arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling
banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.
Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada masa kini merupakan satu
olahan kepada peringkasan seni beladiri yang terdahulu seperti kempo dan
sebagainya. Ramai pengamal karate tidak mengetahui bahawa di dalam karate,
seni dan pergerakan yang ditawarkan adalah jauh lebih hebat dan unik daripada
apa yang dipamerkan dewasa ini. Padahal karate adalah sebuah seni bela diri yang
harus terus dijaga keasrianya
D. Peralatan Karate
E. Falsafah Karate
Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran)
perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah
untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu
seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat
bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil
ke danau tersebut, bayangan bulan di danau itu akan kabur.
F. Aliran Karate
Seperti telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan
sebagian dari aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang
termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:
1. Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai
gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan
Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari
Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari
berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi.
Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh
lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan
tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga
praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
2. Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan
teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa
yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di
Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang
oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi
aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun
Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam
pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas
pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan
dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan
menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan
yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.
3. Shito-ryu
4. Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri
Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik
kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik
Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan
Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu
tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan
yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan kadang-kadang menggunakan
teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan
tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu
menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan
jurus-jurus Jujutsu tersebut.
Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam
"4 besar JKF" antara lain adalah:
1. Kyokushin
2. Shorin-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan
oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu,
seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi,
pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak
persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-
ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan
Rokushaku Bo.
3. Uechi-ryu
Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh
dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri
langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-
ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan
(Bangau Putih).
BAB III
A. Kesimpulan
Karate atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada
umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki
dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan
kepada kefahaman umum adalah serangan-serangan lurus dan mendatar
B. Saran
Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari
gangguan binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan
penduduk dunia semakin meningkat, maka gangguan yang datang dari manusia
mulai timbul sehingga keinginan orang untuk menekuni ilmu bela diri semakin
meningkat. Jadi kita harus mempelajari ilmu membela diri untuk menjaga dari
gangguan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA