Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENJASKES

TENTANG

BELADIRI (KARATE)

OLEH
HIJJAH WILDA ADHA
DESTI NURMULIA PRATAMI
NITA PANDITA
SISKA HITUL RIZKI
NIA FITRIANI
HESTI MAULIDA
M. RAHMATUL ABROR
LALU INDRA SAPUTRA

KELAS IX.1

SMP NEGERI 1 KERUAK


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam sekolah.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Karate Indonesia

Di tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa Indonesia


yang telah menyelesaikan kuliahnya bernama Drs. Baud A.D. Adikusumo. Beliau
adalah seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA
Shotokan. Ia mulai mengajarkan karate. Melihat banyaknya peminat yang ingin
belajar karate, dia mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia)
yang merupakan cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia).
Sehingga beliau tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate di Indonesia.

Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut


berjasa mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp.
Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia
(INKAI) dan Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari aliran
Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri Lembaga Karate-Do
Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005 karena urusan internal banyak
anggota Lemkari yang keluar dan dipecat yang kemudian mendirikan INKANAS
(Institut Karate-do Nasional) yang merupakan peleburan dari perguruan MKC
(Medan Karate club). Kabarnya, perguruan ini sekarang menjadi besar dan maju,
tidak kalah dengan LEMKARI.

B. Tujuan

1. Dapat mengetahui Tentang Karate


2. Dapat mengetahui peraturan Karate

C. Rumusan Masalah

1. Mengetahui cara cara melakukan pertandingan karate


2. Mengetahui tata cara karate
3. Bagai mana peraturan karate

D. Batasan masalah

Pembahasan makalah ini hanya terbatas pada karate indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Olahraga Karate

Seorang ahli ilmu bela diri lain yang sangat terkenal yang muncul pada
jaman Dinasti Sung (920-1279 M) adalah Chang Sang Feng (Thio Sam Hong).
Awalnya Chang belajar ilmu bela diri pada Shaolin Tsu, kemudian mengasingkan
diri di gunung Wutang (Butong). Di tempat inilah dia mengamati macam-macam
gerakan binatang, seperti kera, burung bangau, dan ular. Berdasarkan
pengamatannya, dia menciptakan gaya perkelahian yang khas dengan pribadinya
yang disebut aliran Wutang. Kalau Shaolin Chuan hanya dipraktekkan oleh para
Pendeta Budha, maka aliran Wutang ini diperuntukkan orang awam yang tidak
ada ikatan dengan aliran Kuil manapun. Chang mengaja rkan supaya menerima
pukulan lawan dengan gaya lemah gemulai seperti air yang mengalir dan
menyerang dengan satu kepastian untuk mengakhiri perlawanan dengan sekali
pukul. Ciptannya didasari dengan gagasan tentang harus adanya gerak melingkar
yang luwes dan gerakan ujung yang tajam. Aliran ini selanjutnya punya dampak
yang luas di dalam perkembangan seni bela diri di China. Gaya aliran Wutang ini
segera tersebar merata di seluruh Wilayah China bagian utara yang pada masa
kemudian akan berkembang menjadi Taichi-Chuan, Hsingi-Chuan, dan Pakua-
Chuan.

Masih terdapat banyak tokoh seni bela diri yang menciptakan gaya dan
aliran masing-masing. Diantaranya Chueh Yuan yang juga pernah belajar di
Shaolin Tsu. Pada tahun 1151-1368 M dia berhasil menciptakan aliran baru
dengan cara memperluas 18 pukulan Arhat menjadi 72 jurus. Dia berkeliling ke
banyak Wilayah China dan kemudian bertemu dengan Po Yu Feng yang
menciptakan pukulan Wu Chuan. Keduanya mengadakan kerjasama menciptakan
satu aliran baru yang mencapai 170 macam gaya ilmu pukulan, diantaranya Lima
Tinju, Tinju Naga, Tinju Harimau, Tinju Bangau, Tinju Macan Tutul, dan Tinju
Ular. Di seluruh Wilayah China yang begitu luas, berbagai macam gaya dan aliran
bela diri dikembangkan, yang akhirnya menyesuaikan diri deng an sifat-sifat
lingkungan di mana gaya dan aliran itu berkembang dan dipraktekkan. Namun
pada umumnya, berbagai aliran dan gaya yang ada dapat dibagi menjadi dua
aliran yaitu aliran UTARA dan aliran SELATAN.

Aliran Selatan berasal dari daerah China Selatan di bagian hilir sungai
Yang Tse. Karena beriklim sedang, sumber kegiatan ekonomi yang paling utama
di wilayah ini adalah pertanian khususnya beras. Rakyat setempat cenderung
bertubuh gempal dan kuat karena kegiatan kerja di sawah. Disamping itu di
wilayah selatan terdapat banyak sekali sungai, sehingga alat lalu lintas yang utama
adalah perahu. Dengan mendayung sehari-hari menyebabkan badan bagian atas
lebih berkembang. Maka dengan demikian aliran selatan ini menekankan pada
gaya melentur dan penggunaan tangan dan kepala.

Aliran Utara berkembang di wilayah China Utara di bagian hulu Sungai


Yang Tse, dimana sifat daerahnya adalah pegunungan. Mengingat di wilayah ini
banyak orang terlibat dengan perburuan binatang dan penebangan kayu sebagai
sumber nafkah. Maka aliran utara ini lebih menekankan pada gerakan yang lincah
dan penggunaan teknik tendangan.

Selama masa peralihan dari Dinasti Ming ke Dinasti Ching, sejumlah ahli
bela diri China melarikan diri ke negara lain untuk membebaskan diri dari
penindasan dan pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh orang-orang
Manchu yang menguasai China. Sebagai akibatnya ilmu bela diri China dari
Jaman Ming ini disebarkan ke berbagai negara lain termasuk ke Jepang, Korea,
Asia Tenggara, dan juga Kepulauan Okinawa. Salah seorang diantaranya Chen
Yuan Pao yang menuju ke Jepang, dimana dia selanjutnya mengajarkan gagasan
dan teknik Judo. Sampai pada abad ke-15 Kepulauan Okinawa terbagi menjadi 3
(tiga) Kerajaan. Dan pada tahun 1470 Youshi Sho dari golongan Sashikianji
berhasil mempersatukan semua pulau di Kepulauan Okinawa di bawah
kekuasaannya. Penguasa ke-2 dari golongan Sho, yaitu Shin Sho, menyita dan
melarang penggunaan senjata tajam. Kemudian Keluarga Shimazu dari Pulau
Kyushu berhasil menguasai Kepulauan Okinawa, tetapi larangan terhadap
pemilikan senjata tajam masih terus diberlakukan. Sebagai akibatnya, rakyat
hanya dapat mengandalkan pada kekuatan dan ketrampilan fisik mereka untuk
membela diri.

Pada saat yang sama, ilmu bela diri dari China mulai diperkenalkan di
Okinawa melalui para pengungsi yang berdatangan dari China yang saat itu sudah
dikuasai oleh bangsa Manchu (Dinasti Ching). Diantara para pengungsi itu ada
sejumlah ahli seni bela diri dari China. Pengaruh ilmu bela diri dari China ini
dengan cepat sekali menjalar ke seluruh Kepulauan Okinawa. Melalui ketekunan
dan kekerasan latihan, rakyat Okinawa berhasil mengembangkan sejenis gaya dan
teknik berkelahi yang baru yang akhirnya melampaui sumber aslinya. Aliran-
aliran seni bela diri Te (aslinya Tode atau Tote) di Okinawa terbagi menurut nama
daerah perkembangannya menjadi Naha-te, Shuri-te, dan Tomari-te. Naha-te
mirip dengan seni bela diri China aliran selatan, khususnya dalam pola gerakan
yang dilaksanakan dengan gaya yang kokoh dan sangat tepat bagi orang yang
bertubuh besar. Shuri-te mirip dengan seni bela diri China aliran utara yang pola
gerakannya lebih menekankan kegesitan dan keringanan tubuh. Sementara kaum
Shimazu makin memperketat larangan atas pemilikan senjata tajam, latihan pola
bela diri Te ini makin berkembang.

Di Jepang sendiri juga telah ada pola bela diri sejak jaman dulu.
Diantaranya yang sangat terkenal sampai saat ini ialah gulat Sumo. Dahulu Sumo
sifatnya sangat keras dan ganas, dimana para pesertanya diperbolehkan saling
pukul dan tenda ng dan secara mental memang sudah siap mati. Baru pada abad
ke-8, pukulan dan tendangan yang mematikan tidak diperbolehkan lagi.
Pertandingan Sumo kemudian sudah sangat mirip dengan pertandingan Sumo
pada masa sekarang ini. Tokoh seni bela diri China yang mengungsi dari
penjajahan bangsa Manchu juga tersebar ke seluruh Jepang. Berbagai macam gaya
dan teknik yang mereka sebarkan menyebabkan timbulnya aliran-aliran baru. Di
bawah pengaruh dan bimbingan Chen Yuan Pao, aliran Jiu Jitsu atau seni beladiri
aliran lunak didirikan oleh beberapa tokoh beladiri Jepang. Konsep bahwa
"Kelunakan dapat mengalahkan kekerasan" dinyatakan berasal dari China, dan
aliran ini mengembangkan pengaruhnya yang penting pada pola bela diri lainnya.
Diantaranya yang sangat populer ial ah Judo yang didirikan oleh Jigoro Kano.

Karena keuletannya untuk meneliti, melatih, dan mengembangkan diri,


Judo telah berhasil diterima merata di seluruh Jepang sebagai satu cabang olah
raga modern. Pada tahun 1923, Gichin Funakoshi yang lahir di Shuri, Okinawa
pada tahun 1869 untuk pertama kalinya memperagakan Te atau Okinawa-Te ini di
Jepang. Berturut-turut kemudian pada tahun 1929 tokoh-tokoh seperti Kenwa
Mabuni, Choyun Miyagi berdatangan dari Okinawa dan menyebarkan karate di
Jepang. Kenwa Mabuni menamakan alirannya Shitoryu, Choyun Miyagi
menamakan alirannya Gojuryu, dan Gichin Funakoshi menamakan alirannya
Shotokan. Okinawa Te ini yang telah dipengaruhi oleh teknik-teknik seni bela diri
dari China, sekali lagi berbaur dengan seni bela diri yang sudah ada di Jepang,
sehingga mengalami perubahan-perubahan dan berkembang menjadi Karate
seperti sekarang ini. Berkat upaya keras dari para tokoh ahli seni bela diri ini
selama periode setelah Perang Dunia II, Karate kini telah berkembang pesat ke
seluruh dun ia dan menjadi olah raga seni bela diri paling populer di seluruh
dunia.

Pada tahun 1922, tiga muridnya, Miki, Bo dan Hirayama berpendapat


bahwa berlatih kata saja tidak cukup. Mereka mulai mengenalkan pertarungan
bebas ( Jiyu Kumite ). Mereka membuat pelindungan badan dan menggunakan
pelindung kepala kendo di dalam pertandingan. Funakoshi mendengar tentang
penyimpangan ini, dan tidak menghalangi usaha yang dia anggap telah
mengurangi arti seni beladiri karate. Funakoshi menghentikan kunjungannya ke
Shichin-Tokudo. Baik Funakoshi dan Otsuka tidak pernah terlihat lagi. Setelah
kejadian tersebut Gichin Funakoshi melarang adanya pertandingan karate. ( Tidak
pernah ada pertandingan karate hingga setelah ia meninggal tahun 1958).

Ketika Funakoshi datang ke Jepang, ia membawa 16 kata, yaitu 5 pinan


(heian), 3 naihanchi (Tekki), kushanku-dai (Kanku-dai), kushanku-sho (Kanku-
sho), seisan (Hangetsu), patsai (bassai-dai), Wanshu (Empi/Enpi),chinto
(Gankaku), jutte (jitte) dan Jion. Dia memberikan muridnya kata dasar sebelum
mereka menunjukkan kemajuan yang berarti untuk meningkat ke tingkat lanjutan.
Pada saat itu tidak kurang dari 40 kata masuk dalam kurikulum, kemudian
dimasukkan dalam edisi terbatas “ Karate-do for specialist” yang merupakan
karya monumental dari Shigeru Egami.

Jigoro Kano, penemu seni beladiri Judo moderen, sekali waktu


mengundang Funakoshi dan temannya, Makoto Gima, untuk melakukan
pertunjukan seni beladiri di Kodokan (Tomisaka). Kira-kira ribuan orang
menyaksikan pertunjukan tersebut. Gima yang belajar setelah Yabu Kenstu adalah
pemuda dari Okinawa, memainkan kata Naihanshi Shodan, dan Funakoshi
memaikan Kata Koshokun ( Kushanku-dai ).

Sensei Kano menyaksikan pertujukan tersebut dan menanyakan tentang


tehnik yang terkandung didalamnya. Dia merasa sangat kagum. Dia mengundang
Funakoshi dan Gima untuk menghadiri upacara tendon ( makan malam dengan
nasi dan ikan-fish and rice dinner), mereka menyanyi dan berkelakar untuk
menyenangkan Funakoshi.

Didalam ketulusannya mengajarkan seni beladiri karate yang baik dan


benar, Funakoshi bukan tanpa hujatan. Kritik menghina menyangkut
ketegasannya dalam aturan mempelajari kata, dan mempelajari apa yang mereka
sebut “lembut” karate merupakan hal yang menyia-nyiakan waktu. Funakoshi
tegas terhadap aturan hito-kata sanen ( tiga tahun satu kata ).

B. Pengertian Karate

Karate atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada
umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki
dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan
kepada kefahaman umum adalah serangan-serangan lurus dan mendatar. Variasi
belaan juga adalah lebih kepada kaedah mudah yang mana apabila difikirkan
secara mudah, karate adalah satu seni yang ringkas dan lebih berpandukan kepada
konsep 'tinju' teratur. Pandangan inilah yang menjadi faktor kesilapan kepada
persepsi seni karate itu sendiri.

Kempo boleh dikenali dengan penggunaan tangan melurus kehadapan


tanpa kekuda menepi dimana setiap kaki yang menjadi kekuda (stance) adalah
membuka dari hadapan ke belakang dengan jarak yang kecil. Kedudukan
menyerang ini amat merbahaya kerana membolehkan pengamalnya bergerak dan
mengubahgerak kepada 9 arah berbeza yang hanya boleh dilakukan dengan kaki
yang berdiri tegak sahaja. Kebiasaannya, kedudukan tangan adalah membengkok
menghala kehadapan dan mudah untuk menyerang.

Serangan biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya untuk


tumbukan dan belaan. Terdapat pelbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan
yang mana amat sukar untuk ditahan atau ditangkis, ditangkap dan kunci.
Tumbukan bergaris dan membulat adalah digunakan secara serentak dan tidak
mempunyai penamat yang mutlak.

Konsep 'Zen' amat dipraktikkan oleh pengamal seni kempo dimana


merosakkan bahagian yang digunakan untuk menyerang. Antara tumbukan yang
merbahaya adalah 'tumbukan iai' iaitu tumbukan angin dimana ianya digunakan
untuk memecahkan dibahagian dalam berbanding merosakan bahagian luar. Oleh
itu, konsep karate lama ini amat sesuai digunakan bagi menentang pakar-pakar
Muay Thai yang mempunyai tulang dan anggota badan yang kuat dan keras.

Kedudukan tegap dan berubah mengikut arah juga amat sesuai bagi
menentang sebarang seni beladiri yang berbentuk kuncian dan tempur jarak dekat.
Kaedah untuk menyerang juga teleah disusun agar dapat digunapakai secara
meluas lagi berkualiti bagi memastikan agar sebarang serangan dibuat kepada seni
beladiri yang berbentuk menanti dapat ditangani dengan berkesan. Humbanan
juga dapat dikekang dengan mudah dan memang diketahui oleh pengasas seni
aikido seperti morehei usheiba mengetaui mengenai perkara ini dan satu
perjanjian dibuat bagi menghormati keharmonian seni beladiri jepun dan sebarang
pergaduhan antara pengamal kedua-dua pihak haruslah disimpan dan dielakkan
sama sekali.

C. Teknik Karate

Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar),
Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk
menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).

1. Kihon

Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus
menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.

Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk


putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap DAN atau Sabuk Hitam, siswa
dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.

2. Kata

Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya
merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran
tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan
yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang
dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.

Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap
Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama
Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap
aliran juga berbeda.

3. Kumite

Kumite secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite dilakukan oleh


murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang
mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum
melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur
(go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih
dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.

Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang
sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat
menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding. Untuk aliran full
body contact seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk
melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk
melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.

Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas


kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu
Kumite untuk persiapan Shiai, dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang
diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk
beladiri, dimana semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti
bantingan, kuncian dan menyerang titik vital.

Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas


berdasarkan berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan
(khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance
(WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan
oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan
1 babak perpanjangan kalau terjadi seri, kecuali dalam pertandingan beregu tidak
ada waktu perpanjangan. Dan jika masih pada babak perpanjangan masih
mengalami nilai seri, maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif
dan agresif sebagai pemenang.

4. Luas Lapangan

Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung


dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter
pada tiap sisi. Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan
menimbulkan bahaya.

Gambar : Lapangan karate

Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu
peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan lebar 10 x 10
meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru.
Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karate-ka yang sedang
bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan
pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas
peringatan, sehingga karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang
arena dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling
banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.
Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada masa kini merupakan satu
olahan kepada peringkasan seni beladiri yang terdahulu seperti kempo dan
sebagainya. Ramai pengamal karate tidak mengetahui bahawa di dalam karate,
seni dan pergerakan yang ditawarkan adalah jauh lebih hebat dan unik daripada
apa yang dipamerkan dewasa ini. Padahal karate adalah sebuah seni bela diri yang
harus terus dijaga keasrianya

D. Peralatan Karate

Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan karate

1. Pakaian karate (karategi) untuk kontestan


2. Pelindung tangan
3. Pelindung tulang kering
4. Ikat pinggang (Obi) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka
dan biru/ao

Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:

1. Pelindung gusi (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)


2. Pelindung tubuh untuk kontestan putri
3. Pelindung selangkangan untuk kontestan putera
4. Peluit untuk arbitrator/alat tulis
5. Seragam wasit/juri
6. Baju putih
7. Celana abu-abu
8. Dasi merah
9. Sepatu karet hitam tanpa sol
10. Papan nilai
11. Administrasi pertandingan
12. Lampu merah, hijau, kuning sebagai tanda waktu pertandingan
dengan pencatat waktu (stop watch).
13. Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai
hanyalah pelindugn selangkangan untuk kontestan putra.
Sedangkan pelindung yang lain tidak diperkenankan.

E. Falsafah Karate

1. Rakka (Bunga yang berguguran)

Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud


setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar
dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri sehingga
diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari
pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang
dengan menumbuk muka, si pengamal karate boleh menggunakan teknik
menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh
mematahkan tangan yang menumbuk itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat
serangan susulan pun sudah cukup untuk membela diri.

2. Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air)

Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran)
perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah
untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu
seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat
bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil
ke danau tersebut, bayangan bulan di danau itu akan kabur.

F. Aliran Karate

Seperti telah disinggung diatas, ada banyak aliran Karate di Jepang, dan
sebagian dari aliran-aliran tersebut sudah masuk ke Indonesia.

Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang
termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:
1. Shotokan

Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai
gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan
Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate dari
Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari
berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Funakoshi.
Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh
lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan
tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga
praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.

2. Goju-ryu

Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan teknik keras dan
teknik lembut, dan merupakan salah satu perguruan karate tradisional di Okinawa
yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di
Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang
oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi
aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun
Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam
pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas
pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan
dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan
menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan
yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.

3. Shito-ryu

Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari


banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40
KATA, lebih banyak dari aliran lain. Namun yang tercatat di soke/di Jepang ada
111 kata beserta bunkainya. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado
memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan
secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.

4. Wado-ryu

Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri
Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik
kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik
Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian dan lemparan/bantingan
Jujutsu. DIdalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu
tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan
yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan kadang-kadang menggunakan
teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan
tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu
menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan
jurus-jurus Jujutsu tersebut.

Sedangkan aliran Karate lain yang besar walaupun tidak termasuk dalam
"4 besar JKF" antara lain adalah:

1. Kyokushin

Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan


tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut
berjasa memopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970an.
Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai
arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana praktisi-
praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact kumite, yakni tanpa
pelindung, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni bela diri karate serta
melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo), aliran ini juga sering dikenal sebagai
salah satu aliran karate paling keras. Aliran ini menerapkan hyakunin kumite
(kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100
kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite
300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5-10 kumite
berturut-turut.

2. Shorin-ryu

Aliran ini adalah aliran Karate yang asli berasal dari Okinawa. Didirikan
oleh Shoshin Nagamine yang didasarkan pada ajaran Yasutsune Anko Itosu,
seorang guru Karate abad ke 19 yang juga adalah guru dari Gichin Funakoshi,
pendiri Shotokan Karate. Dapat dimaklumi bahwa gerakan Shorin-ryu banyak
persamaannya dengan Shotokan. Perbedaan yang mencolok adalah bahwa Shorin-
ryu juga mengajarkan bermacam-macam senjata, seperti Nunchaku, Kama dan
Rokushaku Bo.

3. Uechi-ryu

Aliran ini adalah aliran Karate yang paling banyak menerima pengaruh
dari beladiri China, karena pencipta aliran ini, Kanbun Uechi, belajar beladiri
langsung di provinsi Fujian di China. Oleh karena itu, gerakan dari aliran Uechi-
ryu Karate sangat mirip dengan Kungfu aliran Fujian, terutama aliran Baihequan
(Bangau Putih).
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Karate atau karate-do merupakan salah satu seni bela diri timur. Pada
umumnya, karate lebih digambarkan dengan gerakan serangan dan belaan kaki
dan tangan secara menyeluruh. Konsep yang diamalkan adalah berdasarkan
kepada kefahaman umum adalah serangan-serangan lurus dan mendatar

Serangan biasa ditujukan kepada pertemuan urat walaupun hanya untuk


tumbukan dan belaan. Terdapat pelbagai variasi tumbukan dan gerakan tumbukan
yang mana amat sukar untuk ditahan atau ditangkis, ditangkap dan kunci.
Tumbukan bergaris dan membulat adalah digunakan secara serentak dan tidak
mempunyai penamat yang mutlak. Kebanyakan karate yang diperkenalkan pada
masa kini merupakan satu olahan kepada peringkasan seni beladiri yang terdahulu
seperti kempo dan sebagainya

B. Saran

Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari
gangguan binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan
penduduk dunia semakin meningkat, maka gangguan yang datang dari manusia
mulai timbul sehingga keinginan orang untuk menekuni ilmu bela diri semakin
meningkat. Jadi kita harus mempelajari ilmu membela diri untuk menjaga dari
gangguan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Khamdan, Muhammad. 2011. Makalah Olahraga Karate, [Online]. Tersedia: 


http://makalah7u.blogspot.com. [15 Februari 2015]
Anonim. 2012. Penjas Kelas XII, [Online]. Tersedia:
http://ehmankeeemaaank.blogspot.com. [15 
Februari 2015]
Admin. 2014. Karate, [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org. [15 Februari
2015]
Mulya, Key. 2014. Makalah Penjaskes Karate, [Online]. Tersedia: 
http://keynadiana.blogspot.com. [15 Februari 2015]
Ichal. 2013. Makalah Karate, [Online]. Tersedia:
http://penjaskesunhalu.blogspot.com. [15 Februari 2015]

Anda mungkin juga menyukai