Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH GIZI VEGETARIAN

ANALISIS MALGIZI PADA VEGETARIAN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK : III (TIGA)

NAMA KELOMPOK :1. FITRIANI PUTRI P 211 19 005

2. SITI NURFADILLAH P 211 19 045

3. KHUSNUL KHATIMAH P 211 19 051

4. ADE ANIZAR KARTIKA P 211 19 061

5. ALFIKA DANIA R P 211 19 065

6. NUR MULYANA SARI P 211 19 067

7. NYOMAN PUTRA P 211 19 079

8. TUTI AULIA 6181210008

9. MUH.REZA ALMADANI P 211 19 025

KELAS :A

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya
kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “ANALISIS MALGIZI PADA
VEGETARIAN” Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya makalah ini tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan hingga
tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.

Palu, 07 September 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................ i

Daftar Isi ..................................................................................................................................... ii

BAB I

Pendahuluan ................................................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................................... 2

BAB II

Pembahasan ................................................................................................................................. 3

2.1 Malgizi pada Vegetarian ....................................................................................................... 3

2.2 Anemia Gizi Besi pada Vegetarian ....................................................................................... 3

2.3 Kekurangan Vitamin A pada Vegetarian .............................................................................. 4

2.4 Gangguan Akibat Kekurangan Yodium pada Vegetarian ..................................................... 5

2.5 Kekurangan Gizi Lainnya pada Vegetarian .......................................................................... 6

BAB III

Penutup ....................................................................................................................................... 8

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 8

3.2 Saran ..................................................................................................................................... 8

Daftar Pustaka ............................................................................................................................. 9


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan menjadi isu utama bagi beberapa orang yang memilih pola makan vegetarian,
demikian ulas sebuah artikel yang diterbitkan di Harvard Health Publication (2016). Selain
alasan kesehatan, beberapa alasan lain untuk menjadi vegetarian adalah alasan lingkungan,
keyakinan agama, prinsip untuk tidak membunuh hewan, hingga kekhawatiran penggunaan
antibiotik dan suntikan hormon pada ternak. Masalahnya, kerap terjadi kekurangan nutrisi
tertentu pada para vegetarian, terutama nutrisi yang biasanya berasal dari sumber makanan
hewani.

Sebuah penelitian yang dimuat Proceedings of National Academy of Scienses (2016)


mengungkapkan fakta yang cukup menarik. Disebutkan, diet tanpa daging dengan banyak
konsumsi buah dan sayuran akan menyelamatkan nyawa 8 juta orang pada tahun 2050,
mengurangi 75 persen emisi gas bumi, dan menyelamatkan 1,5 triliun dolar Amerika Serikat atau
sekitar Rp20 kuadtriliun akibat perubahan iklim. Tidak bercanda, ini diungkapkan ahli dari
Oxford Martin School, Dr. Marco Springmann.

“Apa yang kita makan akan sangat memengaruhi kesehatan pribadi dan juga lingkungan global.
Diet yang tidak seimbang, sedikit konsumsi sayur dan buah, tapi tinggi asupan daging merah dan
daging olahan, bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan dunia. Di saat yang sama, sistem
rantai makanan juga terpengaruh sehingga meningkatkan lebih dari setengah emisi gas bumi
yang menjadi penyebab utama perubahan iklim,” kata Springmann. Ahli dari Oxford ini merujuk
pada pertumbuhan peternakan, khususnya peternakan sapi.

Menjadi vegetarian memang pilihan populer pada saat ini. Penelitian dr. Michael Orlich dari
Loma Linda University Medical Center, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa angka kematian
pada vegetarian 12 persen lebih rendah dibandingkan pada mereka yang pemakan segala.
Penelitian yang dimuat pada JAMA Internal Medicine itu dilakukan terhadap 73.000 orang yang
tinggal di Amerika Serikat dan Kanada, berusia 25 tahun ke atas, dalam kurun waktu antara
tahun 2002 hingga 2007.

Ada banyak manfaat kesehatan yang didapat oleh vegetarian. Di antaranya, mengurangi risiko
terkena penyakit jantung hingga 25 persen dan menurunkan risiko terkena kanker, khususnya
kanker kolon. Demikian menurut penelitian para ahli di Oxford. Sementara parta ahli di Harvard
menambahkan, menjadi vegetarian akan mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2.

Namun, menjadi vegetarian juga memiliki risiko. Yanti (40), seorang vegetarian murni (sama
sekali tidak makan daging, baik daging merah maupun daging putih (ikan dan ayam), beserta
olahannya), mengalami kecelakaan kecil. Ia salah menapak saat turun dari kendaraan. Hal kecil
yang biasanya sembuh hanya dalam waktu dua tiga hari pada mereka yang nonvegetarian,
menjadi lebih dari tiga bulan dirasakan Yanti. Ia sempat menggunakan Canadian kruk atau alat
bantu jalan dengan tumpuan di lengan selama dua bulan. Setelah lepas kruk, ia pun masih
tertatih-tatih karena kakinya harus dibebat selama satu bulan.

Dari dokter yang menanganinya, ia tahu bahwa sebagai vegetarian ia memiliki risiko lebih lama
sembuh jika terkait dengan cedera tulang atau persendian, dan lebih mudah mengalami masalah
pada tulang. Penelitian EPIC-Oxford menyebutkan, 75 persen vegetarian mengalami kekurangan
asupan kalsium harian dan hal ini yang membuat mereka berada di posisi rentan patah tulang.

Umumnya mereka juga kekurangan vitamin D dan K yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan
tulang. Bukan hanya tulang, sebuah penelitian yang dimuat Nutrition tahun 2012 menyebutkan,
vegetarian biasanya mengalami kekurangan sulfur dalam tubuh yang akibatnya fatal, memicu
dilepaskannya homosistein dalam darah. Homosistein ini bertanggung jawab terhadap
pembentukan plak dalam darah yang menjadi pencetus munculnya penyakit jantung.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Malgizi dapat terjadi pada Vegetarian?


2. Apakah pada vegetarian dapat terjadi anemia gizi besi?
3. Bagaimana Kekurangan Vitamin A dapat terjadi pada vegetarian?
4. Bagaimana Gangguan Akibat Kekurangan Yodium dapat terjadi pada vegetarian?
5. Apakah pada vegetarian dapat terjadi kekurangan gizi lainnya?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui tentang malgizi pada vegetarian.


2. Mengetahui tentang anemia gizi besi pada vegetarian.
3. Mengetahui tentang kekurangan vitamin A pada vegetarian.
4. Mengetahui tentang gangguan akibat kekurangan yodium pada vegetarian.
5. Mengetahui tentang kekurangan gizi lainnya pada vegetarian.
BAB II

Pembahasan

2.1 Malgizi pada Vegetarian

Penyakit malnutrisi didefinisikan sebagai ketidakseimbangan seluler antara asupan nutrisi dan
sumber energi seseorang terhadap kebutuhan tubuh untuk bertumbuh, memelihara, dan
menjalankan fungsi tubuh. Ketidakseimbangan asupan nutrisi yang dimaksud dapat berupa
defisiensi maupun kelebihan zat gizi, baik makronutrien maupun mikronutrien. Secara umum,
istilah malnutrisi mencakup dua kelompok besar yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Termasuk ke
dalam kelompok gizi kurang yaitu kondisi stunting atau tinggi badan pendek menurut umur,
wasting atau berat badan rendah menurut umur, underweight atau berat badan rendah menurut
tinggi badan, dan defisiensi mikronutrien. Sementara, yang termasuk ke dalam kelompok gizi
lebih adalah overweight dan obesitas.

Penyebab malnutrisi secara umum adalah ketidakseimbangan antara asupan nutrisi dengan
kebutuhan energi tubuh. Pada negara maju, malnutrisi biasanya disebabkan oleh pola diet yang
buruk, kebiasaan makan makanan yang tidak bergizi dengan menu tidak seimbang, gangguan
pencernaan, masalah kesehatan mental, hingga alkoholisme. Sementara itu, di negara
berkembang, sering kali asupan makan yang kurang dan sanitasi yang buruk menjadi penyebab
utama masalah malnutrisi. Angka kemiskinan yang tinggi serta jumlah populasi yang tinggi di
negara berkembang dapat berdampak pada tidak adekuatnya asupan makanan bagi masyarakat,
rendahnya kesadaran dan pengetahuan mengenai diet yang seimbang, dan berujung pada
malnutrisi.

Pada anak, penyakit malnutrisi berupa gizi buruk umumnya muncul sebagai marasmus,
kwasiorkor, maupun kondisi di antara keduanya. Marasmus merupakan merupakan defisiensi
kalori dan protein sedangkan kwasiorkor hanya defisiensi protein saja. Marasmus ditandai
dengan tubuh yang sangat kurus disertai tanda dan gejala ikutannya seperti penampakan iga
gambang dan baggy pants, sementara kwasiorkor ditandai dengan edema, yang biasanya diawali
dengan edema pada punggung kaki dan dapat menyebar ke seluruh tubuh.

2.2 Anemia Gizi Besi pada Vegetarian

Anemia ialah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) didalam darah lebih rendah daripada nilai
normal Anemia gizi sangat umum dijumpai di Indonesia dan dapat terjadi pada semua golongan
umur (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Anemia pada populasi wanita yang berumur berumur 15-
49 tahun, tidak hamil dan sesuai kriteria anemia yang ditentukan World Health Organization
(WHO) dan pedoman Kementrian kesehatan Kemenkes) 1999, adalah sebesar 22,7%. Prevalensi
wanita yang tinggal di perkotaan sekitar 22,4%. Sedangkan untuk wanita yang tinggal di
pedesaan sekitar 23,0%.

Pada wanita vegetarian, lebih beresiko untuk mengalami anemia karena pola konsumsi
vegetarian tidak mengkonsumsi protein hewani. Hal ini dapat disebabkan, kurangnya asupan zat
besi dari jumlah zat besi yang dikonsumsi, atau pengaruh bioavailibilitasnya ataupun karena
pengaruh kemampuan penyerapan zat besi itu sendiri. Hal ini disebabkan sumber besi dari
hewani mempunyai bioavailibilitas yang lebih tinggi dibandingkan sumber nabati. Jumlah zat
besi hewani yang dapat diserap dalam tubuh sekitar 20- 23% sedangkan untuk bahan makanan
nabati 1-6% (Anwar & Khomsan, 2009).

Asupan zat besi pada wanita vegetarian dapat dilihat dari jumlah zat besi dari makanan yang
dikonsumsinya. Asupan zat besi wanita vegetarian ini diihat dari Recall makanannya dalam
sehari. Asupan tersebut lau dibandingkan dengan AKG. Apabila ≥ 77% AKG dikatakan cukup,
sedangkan < 77% AKG dikatakan kurang. Distribusi asupan zat besi wanita vegetarian pada
Tabel 5. diketahui bahwa asupan zat besi wanita vegetarian rata-rata dalam kategori kurang
dengan persentase 88,2%. Sedangkan asupan zat besi dalam kategori cukup hanya 11,8 %.

Asupan zat besi pada wanita vegetarian ini kurang dikarenakan wanita vegetarian kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Zat besi pada makanan dibedakan menjadi
zat besi heme dan non heme. Zat besi yang paling banyak dan mudah diserap terdapat pada
produk hewani (zat besi heme) terutama pada daging, ikan dan unggas. Sedangkan untuk orang
yang menjalani diet vegetarian, tidak mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewani kecuali
susu dan telur beserta produknya. Zat besi yang diasup oleh wanita vegetarian berasal dari besi
nonheme saja yang terdapat pada makanan nabati, seperti serealia, kacang-kacangan, sayuran
hijau, dan beberapa jenis buah- buahan. Besi non heme tersedia 85- 90% dari asupan besi dalam
diet sehari-hari dan merupakan sumber besi di sebagian besar diet vegetarian.

2.3 Kekurangan Vitamin A pada Vegetarian

Di antara beberapa zat-zat gizi yang berisiko tinggi untuk mengalami defi siensi pada kelompok
vegan, memiliki fungsi yang sangat esensial bagi tubuh dalam pembentukan hemoglobin (Hb)
seperti protein, besi, dan vitamin B12. Kekurangan zat-zat gizi tersebutlah yang dapat
menyebabkan tingginya risiko anemia pada kelompok vegan. Meskipun kelompok vegan
kekurangan beberapa jenis protein dan asam amino, vitamin B12, dan besi, tetapi makanan yang
dikonsumsi kelompok vegan pada umumnya kaya akan vitamin C dan karoten yang di dalam
tubuh akan diubah menjadi vitamin A. Vitamin A di dalam tubuh berperan dalam memobilisasi
cadangan besi di dalam tubuh untuk dapat mensintesis Hb, hal ini juga diperkuat dengan hasil
penelitian yang menyimpulkan bahwa asupan vitamin A signifi kan mempengaruhi kadar Hb (5).
Sementara vitamin C berperan dalam meningkatkan absorpsi zat besi non-heme (6).

Diketahui bahwa asupan harian vitamin A seluruh remaja vegan yang menjadi subjek penelitian
ini tergolong cukup (>65% dari AKG). Asupan vitamin A yang cukup ini karena remaja vegan
banyak mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin A. Berdasarkan hasil wawancara dengan
SQ-FFQ, diketahui bahwa bahan makanan sumber vitamin A yang paling sering dikonsumsi
oleh remaja vegan adalah wortel, sayuran hijau seperti bayam, brokoli, kangkung, sawi hijau,
dan buah-buahan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya mengenai asupan zat gizi
pada kelompok vegan di Inggris (11) yang menyatakan bahwa kelompok vegan biasanya
memiliki asupan vitamin A lebih tinggi dalam bentuk beta-karoten yang berasal dari sayuran
hijau dan kuning, serta buah-buahan. Penyerapan beta-karoten akan semakin meningkat jika
dalam proses pemasakan bahan makanan nabati sumber vitamin A menggunakan minyak.

2.4 Gangguan Akibat Kekurangan Yodium pada Vegetarian

Yodium merupakan nutrisi yang penting bagi tubuh. Fungsi yodium dalam tubuh adalah untuk
sintesis hormon tiroid yang berlangsung didalam kelenjar tiroid, kelenjar tiroid atau gondok
yang membesar merupakan defisiensi yodium yang paling nyata dan berfungsi sebagai penanda
biologis yang berpotensi untuk menunjukkan keberadaan GAKY (Widyastuti, 2009).

Sebuah studi pada tahun 2011 di the Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism
menemukan bahwa vegan beresiko tinggi mengalami kekurangan yodium. Yodium dapat
ditemukan dalam ikan, telur, dan produk susu, selain itu yodium secara alami tersedia untuk
vegan dalam rumput laut. Namun terlepas dari beberapa sumber alami yodium ini, mendapatkan
yodium secara cukup masih menjadi tantangan bagi vegan.

Selain itu, dalam Studi yang dilakukan tim peneliti dari German Federal Institute for Risk
Assessment juga menemukan bahwa orang-orang yang menerapkan diet vegan tidak begitu
banyak mengonsumsi yodium. Berdasarkan pemeriksaan sampel urine, orang-orang yang
menerapkan diet vegan memiliki kadar yodium dan kalsium yang lebih rendah dibandingkan
orang-orang yang mengonsumsi pangan hewani dan nabati.

Bila asupan yodium tidak terpenuhi sesuai yang direkomendasikan, kelenjar tiroid tidak akan
mampu mensintesis hormon tiroid dalam jumlah yang cukup, sehingga menyebabkan kadarnya
dalam darah menjadi rendah (hipotiroid). Hal ini menjadi faktor yang berpengaruh pada
gangguan perkembangan otak dan efek berbahaya lainnya. Defisiensi yodium mempunyai
banyak dampak utama pada pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dampak-dampak
tersebut secara bersama disebut Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Salah satu
tanda klasik seseorang yang mengalami defisiensi yodium adalah goiter atau pembesaran
kelenjar gondok dan dapat terjadi pada semua usia, bahkan pada bayi baru lahir.

2.5 Kekurangan Gizi Lainnya pada Vegetarian

Pola makan vegetarian walau memberikan efek yang menguntungkan namun masih banyak
anggapan bahwa pola makan vegetarian rentan kekurangan beberapa zat gizi yaitu protein, zat
besi , seng, dan vitamin B12. Protein nabati mempunyai protein yang mengandung dalam jumlah
kurang satu atau lebih asam amino essensial. Zat besi dalam makanan nabati adalah zat besi non-
heme yang proses penyerapannya tergantung pada faktor-faktor luar, seng dapat terhambat
penyerapannya oleh fitat dan serat yang banyak pada makanan nabati, sedangkan sumber
vitamin B12 sebagian besar berasal dari produk hewani. Kekurangan zat gizi dapat
menyebabkan penyakit defisiensi gizi. Penelitian terhadap asupan gizi vegan menunjukkan
konsumsi protein dan vitamin B12 yang lebih rendah pada vegan. Penelitian lainnya
menunjukkan bahwa asupan askorbat secara signifikan lebih tinggi pada kelompok vegan tetapi
lebih rendah secara signifikan pada asupan vitamin B12. Penelitian terhadap wanita vegetarian
di Australia menunjukkan rata-rata kadar feritin pada vegetarian lebih rendah dibanding non-
vegetarian tetapi persentase jumlah responden yang kadar feritin di bawah normal sama antara
kelompok vegetarian dan omnivore.

kelompok lakto-ovo mempunyai rerata asupan gizi yang lebih tinggi pada energi, lemak, seng,
vitaminB6 , dan vitamin B12. Kelompok vegan mempunyai rata-rata asupan yang lebih tinggi
pada karbohidrat, protein, zat besi, asam folat, dan vitamin C. Asupan rendah pada zat gizi seng,
asam folat, dan vitamin B12 baik pada lakto-ovo vegetarian maupun vegan. Terdapat perbedaan
bermakna asupan vitamin B12 antara kedua kelompok. Vitamin B12 banyak pada sumber
makanan hewani. Pada kelompok lakto-ovo masih mengonsumsi makanan sumber hewani yaitu
susu dan telur sedangkan pada vegan sama sekali tidak mengkonsumsi sumber makanan hewani
sehingga berpotensi terjadinya defisiensi vitamin B12 pada jangka panjang.

Nilai feritin terutama ditentukan oleh asupan zat besi pada tubuh.Lebih tingginya kadar feritin
pada vegan didukung oleh asupan besi pada kelompok vegan yang melebihi 100% AKG dan
mempunyai perbedaan yang mendekati nilai signifikan dibanding kelompok laktoovo
vegetarian. Makanan nabati mengandung banyak zat besi, namun zat besi yang terdapat pada
makanan nabati adalah zat besi nonheme yang sesungguhnya lebih sulit diserap di usus. Selain
itu sebagian makanan nabati mengandung fitat, polifenol, dan serat yang dapat menghambat
penyerapan zat besi. Di sisi lain, makanan vegetarian mengandung banyak vitamin C yang dapat
membantu penyerapan zat besi di Pada penelitian ini asupan vitamin C kedua kelompok cukup
tinggi dan asupan vitamin C pada vegan lebih tinggi dibanding kelompok lakto-ovo vegetarian.
Tingginya konsumsi vitamin C pada vegetarian sangat membantu dalam proses penyerapan zat
besi nonheme pada vegetarian.

Asupan protein hewani sangat membantu proses penyerapan zat besi. Sumber protein kelompok
lakto-ovo vegetarian yang masih mengandung protein hewani dapat membantu penyerapan zat
besi nonheme sehingga dapat meningkatkan zat besi dalam darah. Beberapa makanan sumber
protein nabati seperti kacang kedelai dan legum, walaupun mengandung fitat dan polifenol yang
dapat menghambat penyerapan zat besi, namun keberadaan protein nabati seperti pada tempe
dapat mencegah terjadinya hambatan penyerapan itu. Hal ini membawa keuntungan bagi vegan
yang mempunyai asupan protein yang tinggi yang sebagian besar dari tempe .

zat besi merupakan zat utama dalam pembentukan heme. Asupan zat besi pada kedua kelompok
menunjukkan nilai di atas 80% AKG. Asupan zat besi kelompok vegan lebih tinggi dibanding
kelompok lakto-ovo vegetarian, dan terlihat dari lebih tingginya kadar serum feritin pada
kelompok vegan. Asupan asam folat pada penelitian ini tergolong rendah pada dua kelompok
responden yaitu di bawah 80% AKG. Penelitian lain menunjukkan kadar folat yang tinggi pada
vegan sedangkan pada lakto ovo vegetarian lebih rendah. Tidak ada perbedaan bermakna pada
kedua kelompok responden pada penelitian ini. Seng diperlukan dalam fungsi berbagai enzim
dalam proses metabolisme. Dalam sintesa heme, seng diperlukan dalam sintesa δ ALA
dehydratase yang juga diperlukan dalam sintesa heme sehingga kekurangan seng juga dapat
menyebabkan anemia. Asupan seng kedua kelompok di bawah 80% AKG.

Rendahnya beberapa asupan zat gizi antara lain seng, asam folat, vitamin B12 dalam jangka
panjang berpotensi menyebabkan terjadinya anemia dan harus menjadi perhatian bagi pada
pelaku vegetarian dalam menyusun komposisi makanan. Berdasarkan hasil uji statistik, asupan
zat besi berhubungan dengan kadar serum feritin dengan kekuatan hubungan sedang. Sebagian
besar zat besi dalam tubuh dipergunakan untuk membentuk sel darah merah. Sedangkan
kelebihan zat besi dalam tubuh akan disimpan sebagai feritin, hemosiderin, limpa, dan sum-sum
tulang belakang. Kekurangan asupan zat besi dalam darah menyebabkan penggunaan cadangan
zat besi dan dalam jangka panjang akan dapat menurunkan kadar serum feritin, demikian juga
sebaliknya peningkatan asupan zat besi akan meningkatkan kadar serum feritin.

Asupan zat besi memegang peranan penting dalam menentukan kadar hemoglobin. Dua per tiga
kandungan zat besi dalam tubuh berbentuk hemoglobin. Asupan zat besi yang kurang berpotensi
terjadinya anemia. Dalam penelitian ini menunjukkan ada hubungan bermakna antara asupan zat
besi dengan kadar hemoglobin pada kekuatan hubungan sedang dengan koefisien korelasi o,45.
(Lusia Anggraini, 2015)
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

1. Ketidakseimbangan asupan nutrisi dapat berupa defisiensi maupun kelebihan zat gizi, baik
makronutrien maupun mikronutrien. Sementara, yang termasuk ke dalam kelompok gizi
lebih adalah overweight dan obesitas. Pada negara maju, malnutrisi biasanya disebabkan
oleh pola diet yang buruk, kebiasaan makan makanan yang tidak bergizi dengan menu tidak
seimbang, gangguan pencernaan, masalah kesehatan mental, hingga alkoholisme. Sementara
itu, di negara berkembang, sering kali asupan makan yang kurang dan sanitasi yang buruk
menjadi penyebab utama masalah malnutrisi.
2. Anemia ialah keadaan dimana kadar hemoglobin didalam darah lebih rendah daripada nilai
normal Anemia gizi sangat umum dijumpai di Indonesia dan dapat terjadi pada semua
golongan umur . Asupan zat besi pada wanita vegetarian dapat dilihat dari jumlah zat besi
dari makanan yang dikonsumsinya. Asupan zat besi wanita vegetarian ini diihat dari Recall
makanannya dalam sehari. Asupan zat besi pada wanita vegetarian ini kurang dikarenakan
wanita vegetarian kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Zat besi pada
makanan dibedakan menjadi zat besi heme dan non heme. Zat besi yang paling banyak dan
mudah diserap terdapat pada produk hewani terutama pada daging, ikan dan unggas.
Sedangkan untuk orang yang menjalani diet vegetarian, tidak mengkonsumsi makanan yang
berasal dari hewani kecuali susu dan telur beserta produknya.
3. Beberapa zat-zat gizi yang berisiko tinggi untuk mengalami defisiensi pada kelompok vegan,
memiliki fungsi yang sangat esensial bagi tubuh dalam pembentukan hemoglobin seperti
protein, besi, dan vitamin B12. Kekurangan zat-zat gizi tersebutlah yang dapat menyebabkan
tingginya risiko anemia pada kelompok vegan. Sementara vitamin C berperan dalam
meningkatkan absorpsi zat besi non-heme. Diketahui bahwa asupan harian vitamin A
seluruh remaja vegan yang menjadi subjek penelitian tergolong cukup . Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian sebelumnya mengenai asupan zat gizi pada kelompok vegan di
Inggris yang menyatakan bahwa kelompok vegan biasanya memiliki asupan vitamin A lebih
tinggi dalam bentuk beta-karoten yang berasal dari sayuran hijau dan kuning, serta buah-
buahan.
4. Yodium merupakan nutrisi yang penting bagi tubuh. Fungsi yodium dalam tubuh adalah
untuk sintesis hormon tiroid yang berlangsung didalam kelenjar tiroid, kelenjar tiroid atau
gondok yang membesar merupakan defisiensi yodium yang paling nyata dan berfungsi
sebagai penanda biologis yang berpotensi untuk menunjukkan keberadaan GAKY. Dalam
Studi yang dilakukan tim peneliti dari German Federal Institute for Risk Assessment juga
menemukan bahwa orang-orang yang menerapkan diet vegan tidak begitu banyak
mengonsumsi yodium. Hal ini menjadi faktor yang berpengaruh pada gangguan
perkembangan otak dan efek berbahaya lainnya. Defisiensi yodium mempunyai banyak
dampak utama pada pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dampak-dampak tersebut
secara bersama disebut Gangguan Akibat Kekurangan Yodium.
5. Pola makan vegetarian walau memberikan efek yang menguntungkan namun masih banyak
anggapan bahwa pola makan vegetarian rentan kekurangan beberapa zat gizi yaitu protein,
zat besi , seng, dan vitamin B12. Protein nabati mempunyai protein yang mengandung dalam
jumlah kurang satu atau lebih asam amino essensial. Zat besi dalam makanan nabati adalah
zat besi non-heme yang proses penyerapannya tergantung pada faktor-faktor luar, seng dapat
terhambat penyerapannya oleh fitat dan serat yang banyak pada makanan nabati, sedangkan
sumber vitamin B12 sebagian besar berasal dari produk hewani. Kekurangan zat gizi dapat
menyebabkan penyakit defisiensi gizi. Penelitian terhadap asupan gizi vegan menunjukkan
konsumsi protein dan vitamin B12 yang lebih rendah pada vegan. Penelitian lainnya
menunjukkan bahwa asupan askorbat secara signifikan lebih tinggi pada kelompok vegan
tetapi lebih rendah secara signifikan pada asupan vitamin B12. Penelitian terhadap wanita
vegetarian di Australia menunjukkan rata-rata kadar feritin pada vegetarian lebih rendah
dibanding non-vegetarian tetapi persentase jumlah responden yang kadar feritin di bawah
normal sama antara kelompok vegetarian dan omnivore.

3.2 Saran

Vegetarian dapat memenuhi kecukupan asupan gizi karbohidrat, lemak, protein, zat besi, vitamin
B6 , dan vitamin C. Namun, asupan seng, asam folat, dan vitamin B12 belum mencapai 80%
AKG. Kelompok vegan perlu memperhatikan asupan vitamin B12 dengan menambah asupan
tempe, suplemen vitamin B12, atau makanan dengan fortifikasi vitamin B12. Dengan
perencanaan dan pengaturan makanan yang baik agar semua asupan gizi yang dibutuhkan tubuh
dapat terpenuhi melalui makanan sehari-hari yang dikonsumsi.
Daftar Pustaka

Adriani & Wirjatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat, Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Anwar. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Yesdok. 2020. https://www.yesdok.com/id/article/gaya-hidup-vegan-berpotensi-sebabkan-tubuh-


kekurangan-yodium/. Diakses pada tanggal 5 September 2021

Siallagan, Damayanti dkk. 2016. Pengaruh asupan Fe, vitamin A, vitamin B12, dan vitamin C
terhadap kadar hemoglobin pada remaja vegan. Jurnal gizi klinis indonesia. 13 (2). 67-74.

Lusia Anggraini, W. L. (2015). Asupan gizi dan status gizi vegetarian pada komunitas vegetarian di
Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 143-149.

https://www.alomedika.com

Anda mungkin juga menyukai