Anda di halaman 1dari 2

Nasi katok merupakan makanan yang khas dari Brunei Darussalam.

Sebagai makanan pokok mayoritas


negara Asia, nasi dapat dengan mudah ditemukan pada setiap menu di sejumlah negara di Asia. Cara
menanamnya yang mudah serta memiliki kandungan gizi yang tinggi, nasi umumnya digunakan sebagai
makanan pokok warga negara Asia. Begitu juga dengan nasi katok yang menjadikannya makanan sehari-
hari untuk dikonsumsi oleh masyarakat Brunei. Penyajian nasi katok dengan menggunakan wadah
plastik makanan, menjadikan nasi katok sebagai makanan cepat saji khas Brunei. Nasi katok mudah
ditemui di distrik-distrik Brunei. Mulai dari kedai hingga restoran menyajikan menu ini. Bagi masyarakat
Indonesia, nasi katok tidak jauh berbeda dengan nasi bungkus yang biasa terdapat di Indonesia, satu
porsi nasi katok sudah mencakup lauk pauk di dalamnya

Sejarah

Katok menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti celana, tetapi penamaan katok sendiri pada nasi
katok khas Brunei bukan didasarkan pada hal tersebut. Asal usul nasi katok sendiri berdasarkan
informasi yang berkembang di masyarakat Brunei, berasal dari lingkungan Mabohai dimana sepasang
suami istri keturunan China yang menjual nasi dengan potongan ayam. Kemudian nasi katok
berkembang menunya dengan tambahan sambal dan kuah daging. Nama katok sendiri muncul
dikarenakan pada awal kemunculannya nasi tersebut hanya dijual pada siang hari dan bagi para pekerja
yang mendapatkan bagian jam kerja malam ketika ingin makan nasi tersebut harus mengetuk pintu
rumah penjualnya. Ketukan pintu di malam hari yang berbunyi "Knock..knock" dalam bahasa inggris,
menjadikan nasi tersebut memiliki sebutan nasi katok.

Nasi katok berisi nasi yang terbuat dari beras pulen dengan ayam goreng yang ditepungi dan
ditambahkan dengan dua pilihan sambal yaitu pedas dan tidak, serta dibungkus dengan menggunakan
bungkus nasi atau pembungkus makanan plastik. Pembeli yang membeli dipersilahkan untuk memilih
potongan ayam yang diinginkan kemudian sambal yang disukai, lalu penjual membungkus pesanan
tersebut dan pembeli dapat langsung pergi setelah membayarnya. Harga untuk satu porsi nasi katok
rata-rata satu dolar.[2] Harga untuk satu porsi nasi katok pada setiap tempat di distrik Brunei umumnya
sama, yakni satu dolat. Hal yang membedakan nasi katok satu dengan lainnya terdapat pada kualitas
bahan serta olahan sambalnya. Isi sambal nasi katok terbuat dari ikan teri, ikan bahai dan ikan bilis.[3]
Nasi katok menjadi destinasi wisata kuliner turis mancanegara khususnya dari Indonesia ketika
berkunjung ke Brunei Darussalam.

Bahan-bahan :

- nasi matang

- ayam goreng

- teri goreng sedikit


Bahan & bumbu sambal :

- 20 buah cabai merah kering, rendam dengan air panas selama 10 menit

- 10 buah cabai rawit merah

- 10 siung bawang merah

- 5 siung bawang putih

- 2 sendok makan air asam Jawa

- 1 sendok makan minyak untuk menumis

- 1 sendok teh saus tiram

- terasi sedikit

- garam secukupnya

- gula secukupnya

- saus tomat secukupnya

- saus sambal secukupnya

Cara menciptakan sambal :

- bawang merah, bawang pitih & cabai diblender hingga halus dengan sedikit air.

- tumis sambal hingga matang & air menyusut.

- tambahkan terasi, air asam Jawa, saus tomat, saus sambal & saus tiram kemudian aduk hingga rata.

- masak lagi sebentar kemudian beri garam & gula serta jangan lupa cicipi rasanya.

- matikan api kemudian campurkan teri goreng, aduk rata.

- selesai, dapat pribadi disantap dengan nasi & lauknya

Anda mungkin juga menyukai