Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jepang merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur yang patut

diperhitungkan.Dengan kehebatannya dalam memadukan tradisi dan modernisasi,

menjadikan Jepang sebagai bangsa yang maju.Dalam periodisasi sejarahnya,

Jepang terbagi ke dalam 4 babak, yaitu zaman prasejarah, zaman klasik, zaman

pertengahan, dan zaman modern.

Era Tokugawa merupakan zaman pertengahan Jepang yang diawali oleh

naiknya Tokugawa Ieyasu sebagai Shogun.Era ini membawa Jepang menutup diri

(isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke

Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya.

Tahun 1868 pada masa Restorasi Meiji, Jepang mulai membuka diri dari

ketertinggalannya.Restorasi Meiji menjadi langkah awal bagi bangsa Jepang

masuk kezaman modern.Akulturasi budaya mulai terjadi diberbagai bidang.

Berkat usaha gigih, Jepang mampu membuat dirinya sejajar dengan negara lain.

Sekarang Jepang menjadi salah satu negara maju di dunia.

Keadaan Jepang yang sudah maju tidak membuat masyarakatnya

melupakan kebudayaan tradisional.Ini merupakan dampak positif dari

isolasi.Masyarakat Jepang yang bersifat herodianistis tetap mempertahankan dan

melestarikan kebudayaan nenek moyang secara turun-temurun.Kebudayaan

Jepang yang masih dilestarikan dan dikembangkan meliputi bidang seni, sastra

dan olahraga.Salah satu olahraga tradisional Jepang yang memiliki keunikan dan

tetap dipertahankan adalah kendo.

Universitas Sumatera Utara


Kendo adalah olahraga dari Jepang yang menggunakan pedang. Kendo (剣

道 )diadopsi dari kenjutsu yaitu olahraga Jepang yang mengkhususkan pada

penggunaan senjata pedang (katana) sebelum restorasi Meiji.Kendo merupakan

jalan untuk membangun disiplin karakter manusia dengan berdasarkan prinsip

ilmu pedang (Salmon, 2013:9).

Secara harfiah, kendo terbagi ke dalam dua kata.Yaitu “Ken (剣)” yang

artinya “Pedang”, dan “Do ( 道 )” yang artinya “Jalan” yang dilalui dengan

pedang.Sebagai sebuah olahraga, kendo juga merupakan gabungan antara

kekuatan fisik dan mental yang kuat yang dikombinasikan dalam nilai seni bela

diri.

Kendo olahraga berpedang Jepang mempunyai sejarah yang kaya dan

panjang.Persenjataan dan baju perang Jepang sejak dulu sudah dipengaruhi oleh

persenjataan dan baju perang Cina.Pedang Jepang aslinya bukanlah berupa

pedang yang melengkung seperti yang kita saksikan sekarang ini, tetapi berupa

pedang lurus yang rata yang dibuat dengan konstruksi sederhana untuk menusuk

dan menyerang.

Pedang Jepang yang kita kenal sekarang ini muncul sekitar tahun 940-an,

yaitu berupa pedang satu mata (satu sisi) dan melengkung tipis.Bentuk pedang ini

diuji coba di arena peperangan pada masa Sengoku Jidai (masa perang seluruh

negeri).Sampai jenis pedang yang dipegang dengan menggunakan dua tangan ini

dibuat, peperangan dilakukan dengan para prajurit menunggang kuda, memakai

pakaian perang yang berat dan menggenggam senjata di tangan

kanannya.Kemudian sekitar tahun 1600 peperangan dilakukan dengan berjalan

Universitas Sumatera Utara


kaki, memakai pakaian perang yang ringan dan menggunakan pedang yang

digenggam dengan kedua tangannya.

Kendo telah dimulai ketika kaum Samurai generasi terakhir berakhir pada

masa Tokugawa.Kemudian terjadilah Restorasi Meiji hingga masa Perang

Dunia.Setelah itu, berlakulah larangan untuk membawa senjata pedang di seluruh

Jepang.Akibatnya, terjadilah krisis identitas karena pedang sudah menjadi ikon

tradisi yang selama ini melekat pada masyarakat Jepang.

Lalu, untuk melestarikan kebudayaan mereka, akhirnya dihidupkan

kembali tradisi ilmu pedang yang mereka miliki.Agar mudah diterima dan dapat

dipelajari oleh semua orang, maka terciptalah kendo.

Dalam olahraga kendo, terdapat teknik yang wajib dipelajari.Salah satu

dari teknik tersebut adalah kamae.Kamae (kuda-kuda) adalah gerakan yang

menjadi dasar sebelum melakukan teknik penyerangan ataupun pertahanan.Di

dalam gerakan kamae terdapat filosofi dasar yang menggambarkan arti dari

gerakan tersebut.Bagi pembelajar olahraga kendo, sering mengalami kesulitan

untuk menguasai kendo secara penuh, hal ini dikarenakan pembelajar tidak

mengerti filosofi yang terkandung di dalam sitiap gerakan dari olahraga kendo

tersebut.

Karena adanya permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian ini yang selanjutnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul

Filosofi dalam Olahraga Kendo.

1.2 Perumusan Masalah

Kendo mulai berkembang di Jepang sejak masa samurai dan selama

periode Kamakura (1185-1233), pada saat itu pedang dan panahan menjadi

Universitas Sumatera Utara


perlengkapan beladiri utama di kalangan militer.Pada masa itu kendo berkembang

di bawah pengaruh Budha Zen.Para ahli pedang yang ada waktu itu kemudian

mendirikan sekolah-sekolah pelatihan kendo yang berdiri selama beberapa abad,

diantaranya perguruan Itto, Ryuu, Muto, dan Munen Muso Ryuu.Pelatihan kendo

saat itu menggunakan pedang kayu teknik kata, sedangkan konsepnya dipengaruhi

ajaran agama Budha Zen. Salah satunya adalah konsep mushin yang digunakan

pada level tertinggi kendo.

Setelah periode Tokugawa berakhir, kendo yang tadinya dipelajari sebagai

teknik berperang menggunakan pedang berangsur-angsur berubah menjadi teknik

berperang yang lebih menonjolkan konsep seni gerakan pedang. Saat itu muncul

sekolah kendo yang memperkenalkan teknik baru, salah satunya pada era Shotoku

(1711-1715) Naganuma Shirozaemon Kunisato mendirikan sebuah sekolah kendo

Jiki-Sinkage Ryuu yang mengajarkan kendo menggunakan shinai dan kendo

bougu. Teknik itu nantinya dikenal sebagai kendo modern.

Latihan kendo terdiri dari berbagai macam tujuan untuk mengembangkan

diri. Seperti halnya olahraga bela diri lain, kendo memerlukan disiplin tinggi dan

dedikasi penuh untuk latihan, seperti etika (religi), postur tubuh dan teknik

melangkah, cara mengayun pedang yang benar, serta filosofi dari setiap

gerakannya.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba merumuskan masalah

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Teknik-teknik ittō ryūapa saja yang diajarkan dalam olahraga kendo?

2. Bagaimana filosofi kamae dalam olahraga kendo?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Universitas Sumatera Utara


Agar pembahasan masalah tidak meluas sehingga objek pembahasan dapat

menjadi jelas, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan hanya pada

teknik-teknik ittō ryū dan filosofi gerakan kamae. Sebelum dibahas lebih lanjut

dalam BAB III, penulis akan terlebih dahulu menjelaskan tentang pengertian,

sejarah lahirnya kendo, perkembangan kendo, unsur dasar kendo, serta teknik

yang ada dalam olahraga kendo.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

Kendo (剣道) menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah olahraga

anggar tradisional Jepang (http://kbbi.web.id/kendo). Walaupun kendo sering

disamakan dengan anggar di Eropa karena sama-sama dimainkan dengan cara

memukul titik-titik tertentu dari musuhnya menggunakan pedang, tetapi olahraga

tersebut sedikit berbeda, letak perbedaannya yaitu pemain anggar menggunakan

satu tangan untuk memegang anggar, sedangkan kendo menggunakan dua tangan

untuk memegang pedang kayu.

Kendo adalah olahraga bela diri modern dari Jepang yang menggunakan

pedang.Kendo berasal dari kata “Ken (剣)” yang artinya “Pedang”, dan “Do (道)”

yang artinya “Jalan”. Jadi arti Kendo secara keseluruhan adalah suatu jalan atau

proses disiplin diri yang membentuk suatu pribadi samurai (侍) yang pemberani

dan loyal. Kendo menggabungkan unsur-unsur bela diri, seni dan olahraga.

Latihan kendo terdiri dari berbagai macam tujuan untuk mengembangkan

diri. Seperti halnya bela diri lain, Kendo memerlukan disiplin tinggi dan dedikasi

penuh untuk latihan, seperti etika (religi), postur tubuh dan teknik melangkah, dan

cara mengayun pedang yang benar.

Universitas Sumatera Utara


2. Kerangka Teori

Penelitian ini lebih mengarah kepada penelitian

kebudayaan.Koentjaraningrat (1985:193) menyatakan kebudayaan adalah

keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dalam belajar.

Talcott Parsons dan A.L. Kroeber dalam Koentjaraningrat (1985:200-201)

membedakan secara tajam wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide

dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan

aktivitas manusia yang berpola.

Koentjaraningrat (1985:201) berpendapat bahwa kebudayaan itu ada 3

wujud yaitu :

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma, peraturan-peraturan, dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari

manusia dalam masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud kebudayaan berupa sistem sosial atau social system, mengenai

tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-

aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu sama lain

dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-

pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.

Kendo merupakan salah satu hasil dan wujud kebudayaan masyarakat

Jepang dalam olahraga bela diri berupa gerakan-gerakan, jurus-jurus dan juga

filosofi yang diperoleh dari proses belajar dan pengalaman.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Mutohir dalam http://dilihatya.com/1529/pengertian-olahraga-

menurut-para-ahli olahraga merupakan proses sistematik yang berupa segala

kegiatan atau usaha yang dapat mendorong pengembangan, dan membina potensi-

potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota

masyarakat berupa permainan, pertandingan, dan prestasi puncak dalam

pembentukan manusia yang memiliki ideologi yang seutuhnya dan berkualitas

berdasarkan Dasar Negara atau Pancasila.

Sedangkan filosofi atau filsafat menurut Drs H. Hasbullah Bakry adalah

ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,

alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang

bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan

bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. Yang

menjadi persamaan dari semua para ahli tentang filsafat yaitu sebuah ilmu untuk

menyelidiki segala sesuatu secara mendalam(http://fatih-io.biz/pengertian-filsafat-

menurut-para-ahli.html).

Kendo adalah salah satu olahraga bela diri Jepang tertua yang berasal dari

tradisi Budo.dalam Budo, "do" memiliki arti sebuah jalan atau cara untuk

mengembangkan diri melalui latihan beladiri. Kendo tidak hanya mengajarkan

teknik-teknik berpedang secara fisik, tetapi juga mengajarkan filosofi yang

diwariskan Budo. Dalam kendo kita dapat mengembangkan jiwa yang kuat,

pandangan dan pendirian yang positif dan cara hormat terhadap satu sama lain.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara


1. Untuk mengetahui teknik-teknik yang diajarkan dalam olahraga bela diri

kendo.

2. Untuk mengetahui filosofi kamae dalam olahraga bela diri kendo.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Kendo sebagai

olahraga bela diri Jepang.

2. Dapat menambah pengetahuan tentang sejarah terciptanya dan

perkembangan olahraga bela diri kendo.

3. Dapat menjadi masukan bagi pembelajar untuk memahami teknik-teknik

dan filosofi yang terkandung dalam olahraga bela diri kendo.

1.6 Metodelogi Penelitian

Metode penelitian merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek

yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan atau upaya untuk menerangkan suatu

fenomena yang terjadi (Reseffendi, 1994:4).

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode

kepustakaan (library research). Metode kepustakaan adalah metode pengumpulan

data yang digunakan oleh penulis dengan menggunakan buku atau referensi yang

berkaitan dengan masalah apa yang sedang dibahas. Sedangkan untuk teknik

penyajian data penulis menggunakan teknik deskriptif yaitu dengan memberikan

penjabaran-penjabaran dan uraian yang menggunakan kata-kata (Mahsun,

2007:92).

Universitas Sumatera Utara


Penelitian deskriptif ini dilakukan untuk mendeskripsikan data-data yang

diperoleh melalui metode kepustakaan.Dalam hal ini penulis mengumpulkan dan

menganalisis data-data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, terutama

buku-buku, internet, dan data-data yang berhubungan dengan kendo.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai