Anda di halaman 1dari 242

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencak silat merupakan warisan nenek moyang Indonesia dan tradisi yang

mengakar bagi masyarakat Indonesia hingga saat ini. Sebagai warisan kebudayaan

asli sepatutnya dibanggakan dan dikembangkan sebagai aset budaya bangsa. Dari

tradisi tersebut memunculkan berbagai aliran di mana masing-masing memiliki

kekhasan dalam pola gerak, jurus baku, hingga tingkah laku.

Silat, silek, pencak silat, penca, menca, mamenca, atau apapun istilah lainnya

kini malah mulai ditinggalkan. Generasi muda saat ini merasa asing terhadap seni

beladiri sendiri yakni pencak silat. Citra dari keunikan dan kekhasan pencak silat

kini sebagai olahraga beladiri dari kampung. Banyak usaha yang telah dilakukan

anak negeri ini memperkenalkan pencak silat kepada dunia dan seperti yang kita

ketahui kini olah raga beladiri ini telah banyak digemari dan dipelajari di lebih dari

20 negara anggota Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat).

Pencak silat bukan hanya tentang olahraga dan beladiri saja, namun juga olah

kanuragan yang digunakan untuk meningkatkan fisik sekaligus psikis. Beberapa

perguruan secara khusus lebih menekankan pada aspek olah kanuragan lewat

latihan olah pernafasan secara bertahap. Tidak jarang pula olah kanuragan ini

juga dipakai sebagai sarana pencapaian puncak spiritualitas tiap anggota.

Ciri khusus pada pencak silat adalah bagian kesenian di daerah-daerah

tertentu terdapat tabuh iringan musik tradisional. Pada jalur kesenian ini terdapat

kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman khusus yang

1
2

tidak bisa dipelajari secara instan. Hal ini membutuhkan latihan berulang-ulang

hingga terdapat keserasian antara irama musik dan gerakan tubuh individu

maupun kelompok. Pencak silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan,

keselarasan, keseimbang, keserasian antara wirama, wirasa, dan wiraga.

(Maryono, 2000:9).

Di beberapa daerah di Indonesia Pencak Silat ditampilkan hampir semata-

mata sebagai seni tari, sangat tidak mirip sebagai olahraga maupun beladiri.

Misalnya tari Serampang Dua Belas di Sumatera Utara, tari Randai di Sumatera

Barat dan tari Ketuk Tilu di Jawa Barat. Para penari tersebut mampu

memperagakan gerakan tarian tersebut sebagai gerak beladiri yang efektif dan

efisien untuk menjamin keamanan pribadi.

Pengembangan pencak silat sebagai olahraga dan pertandingan mulai dirintis

sejak tahun 1969 dengan melalui percobaan-percobaan pertandingan di daerah-

daerah dan di tingkat pusat. Pada Pekan Olahraga Nasional ke-8 di Jakarta tahun

1972 adalah awal mula pencak silat dipertandingkan sekaligus merupakan

kejuaraan tingkat Nasional pertama (Maryono, 2000:135). Masalah pertama yang

muncul adalah banyaknya aliran serta unsur-unsur yang bukan olahraga yang

begitu meresap di kalangan pesilat. Maka secara bertahap kesadaran di antara

pendekar dan pembina pencak silat serta usaha terus-menerus membuat saat ini

program pertandingan olahraga merupakan bagian yang penting dalam pembinaan

pencak silat pada umumnya pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar

beladiri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan, dan

pertunjukan.

Kata silat memiliki arti gerak beladiri yang sempurna, yang bersumber pada
3

kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau bencana. Definisi pencak

silat selengkapnya yang pernah dibuat Pengurus Besar Ikatam Pemcak Silat

Indonesia (PB IPSI) adalah sebagai berikut:

“Pencak adalah gerak bela-serang, yang teratur menurut sistem, waktu,


tempat, dan iklim dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing
secara ksatria, tidak mau melukai perasaan. Jadi pencak lebih menunjuk
pada segi lahiriah. Silat adalah gerak-bela-serang yang erat hubungannya
dengan rohani, sehingga menghidupsuburkan naluri, menggerakkan hati
nurani manusia, langsung menyerah kepada Tuhan Yang Maha Esa”
(Maryono, 2000:5)

Pencak silat juga tidak kalah menarik dibandingkan dengan berbagai beladiri

yang berasal dari luar negeri seperti judo, karate, taekwondo, jeet kun do, dan wing

chun. Sekilas pencak silat seperti pendidikan olahraga pada umumnya yang

mengutamakan kegiatan dan kekuatan fisik saja, akan tetapi jika diteliti dan dikaji

secara mendalam ternyata pencak silat sarat akan aspek kehidupan manusia baik

sebagai individu maupun masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh bapak Eddy M.

Nalapraya, ketua umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI),

pada buku Pencak Silat: Merentang Waktu,(2000) bahwa pencak silat memiliki

“wajah” yang multidimensi, karena mengandung tidak hanya aspek olahraga,

beladiri, seni tetapi juga sejarah, sosial, dan kemasyarakatan (Maryono, 2000:xii).

Salah satu aliran pencak silat yang tidak hanya menekankan pada aspek

olahraga saja ialah Ikatan Pencak Silat Nur Harias. Nur Harias didirikan pada

tanggal 7 Mei 1972 di Surabaya, yang didirikan oleh M. Atho’illah Iskandar.

Nama Nur Harias mempunyai arti yaitu, Nur: cahaya dan Harias: padi unggul,

yang memakai prinsip ilmu padi yakni semakin berisi makin merunduk. Tujuan

awal didirikannya Nur Harias adalah pengebangan Islam lewat pencak silat (syiar)

(Sosiawan, 2012:31-32).
4

Saat ini banyak perguruan pencak silat yang berorientasi olahraga, seni,

beladiri, dan tenaga dalam berguguran sepi peminat dan mulai kehilangan murid.

Namun hal ini tidak terjadi pada Ikatan Pencak Silat Nur Harias yang memiliki

murid dan anggota yang tersebar di sebagian besar kabupaten di Jawa Timur dan

DKI Jakarta. Bahkan IPS Nur Harias mampu masuk ke perguruan tinggi negeri

seperti di Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Malang.

Ada empat aspek utama dari pencak silat Nur Harias yaitu aspek beladiri,

aspek olahraga, aspek seni dan budaya, serta aspek pendidikan. Ikatan pencak silat

Nur Harias berkeyakinan bahwa apabila keempat aspek tersebut dikelola secara

baik akan timbul suatu aspek yang universal yaitu kehidupan. Melalui pencak silat

IPS Nur Harias berusaha menciptakan suatu sistem pendidikan yang memberikan

haluan dan pedoman hidup yang terintegrasi, beresonansi, berefleksi serta relevan

dengan kehidupan nyata sehari-hari yang kesemuanya itu terjalin dan terjamin

dalam pencak silatnya. Dalam perkembangannya, IPS Nur Harias berupaya untuk

terus menggali dan melestarikan budaya yang berkaitan erat dengan berupaya

untuk menyebarluaskan pendidikan pencak silat.

Pada awalnya Atho’illah mengajar silat di masjid Jl. Kawung, Surabaya

hanya semata-mata untuk mengisi waktu luang sebagai pengurus takmir masjid.

Murid pertama Atho’illah Iskandar berjumlah 5 orang yakni Syahrir, Alfiah

(Alm), Rumiah, Pratiwi, dan Hermin yang semuanya merupakan mahasiswa dari

Universitas Negeri Surabaya. Materi latihan yang diberikan beliau berupa

sembilan jurus dasar dengan menggunakan kuda-kuda yang sangat rendah disertai

pukulan yang kuat. Di dalam pencak silat, setiap melaksanakan jurus, lazim

dipakai kuda-kuda dan pukulan sebagai dasar (Saleh, 1982:77).


5

Salah satu aliran silat yang diajarkan oleh Atho’illah adalah aliran pencak

silat Sumatra yang terkenal dengan kuda-kuda yang rendah dan dipadukan dengan

kelincahan kaki. Aliran silat Sumatra beliau pelajari semasa tugas sebagai anggota

ABRI di Aceh dan Medan. Di Indonesia bukan hanya aliran pencak silat Sumatra

yang dikenal, tetapi juga aliran Cimande, Cikalong, Mataram, dan Majapahit.

Salah satu aliran pencak yang terkenal ialah Cimande, yang dianggap sebagai

penca yang sudah lebih dahulu tersebar; Cikalong, yang diciptakan oleh Raden

Haji Ibrahim Cikalong (Cianjur), Sabandar, dengan guru pertamanya Muhammad

Kosim (tinggal di Sabandar, Cianjur); penca Betawi; dan Sera. Di samping itu

masih ada aliran lain, misalnya, Timbangan (di Bandung), serta berbagai pecahan

dari aliran yang disebutkan di atas (Rusyana, 1996:9).

Nur Harias menggunakan pencak silat sebagai sarana syiar Islam bukan hanya

mengajar murid yang beragama Islam atau aliran agama Islam tertentu, namun

juga murid yang beragama lain. Hal ini dikarenakan prinsip syiar adalah

menyebarkan wahyu Allah dan sunnah Rasulullah SAW kepada semua umat

manusia. Akan tetapi ada batasan bagi murid yang beragama lain yakni hanya

pemberian materi tingkat dasar saja karena pada tingkat tertentu anggota harus

mengucapkan dua kalimat Syahadat agar mampu menguasai jurus pamungkas Nur

Harias.

Alasan penulis memilih objek kajian tentang sejarah perkembangan

perguruan pencak silat dikarenakan pencak silat merupakan salah satu identitas

yang melekat di sebagian masyarakat. Eksistensi pencak silat sudah sangat kuat

dan berusaha agar tidak tergusur oleh beladiri dari luar Indonesia seperti karate,

kung fu, dan tae kwon do. Untuk alasan pemilihan lokasi penelitian yang ada di
6

Surabaya adalah besarnya animo masyarakat yang menjadikan pencak silat

sebagai beladiri yang wajib dikuasai sebagai sarana melindungi diri dari

kejahatan, meningkatkan ilmu kanuragan, prestasi yang mampu berbicara banyak

di luar daerah, antar provinsi maupun dunia.

Sedangkan pemilihan Ikatan Pencak Silat Nur Harias dikarenakan perguruan

yang didirikan pada tahun 1972 mampu bersaing dengan perguruan tradisional

lain. Alasan selanjutnya adalah masih sedikitnya literatur dan skripsi yang

membahas mengenai sejarah perkembangan salah satu perguruan besar di Jawa

Timur ini. Penulis ingin memberikan wawasan terkini dan teraktual mengenai

sejarah dan perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias melalui tulisan ini.

Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian lainnya walaupun

terdapat beberapa penelitian yang hampir mirip dengan penelitian ini seperti

penelitian karya Prastopo (1993) Program Pendidikan Olahraga dan Kesehatan,

Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Malang berjudul Studi Kasus

dalam Pengembangan Organisasi Pencak Silat Nur Harias di Jawa Timur dengan

hasilnya menyatakan bahwa pada dasarnya Organisasi Pencak Silat Nur Harias

adalah organisasi yang baik, hanya saja para pengurus yang duduk di dalam

organisasi kurang dapat berperan sebagaimana mestinya. Dana merupakan modal

yang utama, yaitu dari iuran anggota mengalami hambatan. Sementara itu usaha

penggalian dana dalam bentuk lain belum pernah dilakukan.

Penelitian selanjutnya dari Sri Ayu Fitria 2011 Prodi Pendidikan Sejarah,

Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia dengan

judul Perkembangan Kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota Cilegon Banten

tahun 1980-2002 dengan hasil penelitian: ditemukan bahwa kondisi kesenian


7

Pencak Silat Bandrong mengalami pergeseran peran sebagai kesenian tradisional,

masyarakat kurang menganggap pencak ssilat tersebut dan hanya menjadi sebuah

tontonan saja ditampilkan di lingkungan.

Penelitian yang hampir mirip selanjutnya ialah karya Purnamasakti (2013)

Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang dengan judul

Sejarah Perkembangan Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate tahun 1903-

2011 di Madiun serta Aspek Kependidikannya menyatakan bahwa aliran “Setia

Hati” dimunculkan oleh Ki Ageng Surodiwiryo tahun 1903, guru dari Hardjo

Oetomo. Tahun 1922 Hardjo Oetomo merintis pencak silat sendiri lepas dari

sebagai alat pejuang melawan Belanda bernama “Setia Hati Pencak Sport Club”.

Pada tahun 1948 berubah menjadi organisasi “Persaudaraan Setia Hati Terate”

melalui konferensi pertama PSHT. Keberadaan PSHT tidak terlepas dari tokoh-

tokoh pendiri serta perintis PSHT yaitu Hardjo Oetomo sebagai perintis, Soetomo

Mangkoedjoyo, M.Irsad, Santoso, R.M. Imam Koesoepangat, Badini, dan

H.Tarmadji Boedi Harsono (sampai sekarang). Kedua, karakteristik ajaran

organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dikenal dengan “Panca Dasar” yaitu

Persaudaraan, Olah Raga, Beladiri, Seni Budaya, dan Kerohanian. Ketiga,

perkembangan PSHT masa kolonial yaitu “Setia Hati Pencak Sport Club” tahun

1922 merupakan perguruan rintisan Hardjo Oetomo, masa pendudukan Jepang

tahun 1942 berubah nama “Setia Hati Pemuda Sport Club”, selanjutnya masa

setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1948 berubah menjadi “Organisasi”

Persaudaraan Setia Hati Terate. Keberhasilan organisasi PSHT ini terbukti atas

tersebarnya cabang PSHT di wilayah Indonesia juga komisariat  di luar negeri

yaitu: Malasyia, Timor Leste, Hongkong, Belanda, dan Moskow. Disamping itu
8

prestasi yang diraih PSHT antara lain: menyelenggarakan even Kejuaraan Setia

Hati Terate Cup (2 tahun sekali) se-Jawa Timur, dan keikutsertaan pada PON VII

Surabaya tahun 1968.

Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti akan mengambil judul skripsi

“Perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias Tahun 1972-2014 di Surabaya

Serta Muatan Edukasinya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam skripsi

ini adalah:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Ikatan Pencak Silat Nur Harias di Surabaya?

2. Bagaimana karakteristik Ikatan Pencak Silat Nur Harias di Surabaya?

3. Bagaimana sejarah perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias di

Surabaya pada tahun 1972-2014 serta muatan edukasinya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui sejarah berdirinya Ikatan Pencak Silat Nur Harias di Surabaya

2. Mengetahui karakteristik Ikatan Pencak Silat Nur Harias di Surabaya

3. Mengetahui sejarah perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias di

Surabaya pada tahun 1972-2014 serta muatan edukasinya


9

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan banyak manfaat

kepada masyarakat luas. Adapun manfaat-manfaat yang diharapkan sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan literatur mengenai sejarah perkembangan Ikatan

Pencak Silat Nur Harias di Surabaya.

b. Bagi Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Malang, dapat digunakan

sebagai literatur atau sumber referensi bagi rekan mahasiswa yang tertarik

untuk meneliti sejarah pencak silat dan proses perkembangannya. Hasil

penelitian ini akan berguna untuk penelitian selanjutnya dan Jurusan

Sejarah, Universitas Negeri Malang, karena akan menambah referensi bagi

penelitian selanjutnya dan akan menambah koleksi kepustakaan Jurusan

Sejarah, Universitas Negeri Malang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan peneliti mengenai sejarah

perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias, dan eksistensinya dalam

kehidupan masyarakat.

b. Bagi pihak Ikatan Pencak Silat Nur Harias, untuk dapat lebih

memperkenalkan Ikatan Pencak Silat Nur Harias kepada masyarakat

secara umum dan memperkenalkan kepada mahasiswa Universitas Negeri

Malang secara khususnya.

c. Bagi masyarakat: dapat menambah wawasan mengenai sejarah

perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias di Surabaya


10

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Spasial

Lingkup spasial yang diambil oleh peneliti adalah di Ikatan Pencak

Silat Nur Harias Cabang Surabaya, yaitu secara khusus adalah Sekretariat

Ikatan Pencak Silat Nur Harias Surabaya beralamatkan di Kampus

Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Ketintang no. 41 Surabaya (60231).

Penulis mengambil lingkup spasial di Surabaya dikarenakan besarnya

animo masyarakat yang menjadikan pencak silat sebagai beladiri yang

wajib dikuasai sebagai sarana melindungi diri dari kejahatan,

meningkatkan ilmu kanuragan, prestasi yang mampu berbicara banyak di

luar daerah, antar provinsi maupun dunia. Disamping itu, dokumen-

dokumen kearsipan mengenai perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur

Harias Surabaya berada di kesekretariatan.

2. Lingkup Temporal

Dalam lingkup temporal peneliti mengambil antara tahun 1972 sampai

2014. Alasan dari pengambilan tahun tersebut adalah pada tahun 1972

merupakan tahun berdirinya Ikatan Pencak Silat Nur Harias, dan juga

peneliti ingin menggambarkan bagaimana awal mula Ikatan Pencak Silat

Nur Harias terbentuk di Surabaya. Peneliti juga ingin mengetahui proses

pengenalan Ikatan Pencak Silat Nur Harias kepada masyarakat. Sedangkan

untuk tahun 2014 merupakan penggambaran keadaan Ikatan Pencak Silat

Nur Harias pada saat ini, penjelasannya berupa perubahan apa saja yang

terjadi dari Ikatan Pencak Silat Nur Harias tersebut dilihat pada tahun

1972 sampai 2014.


11

3. Lingkup Formal

Pada lingkup formal peneliti berusaha menjelaskan mengenai sejarah

berdirinya Ikatan Pencak Silat Nur Harias di Surabaya ini. Peneliti juga

akan membahas mengenai karakteristik dari Nur Harias dan sejarah

perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias di Surabaya serta muatan

edukasinya. Jadi penulis akan menjabarkan perkembangan Ikatan Pencak

Silat Nur Harias di Surabaya ini mulai sejak tahun 1972 sampai 2014.

Penelitian ini akan memfokuskan pada sejarah perkembangan Ikatan

Pencak Silat Nur Harias sejak tahun 1972 sampai tahun 2014. Penelitian

ini juga akan mencari relevansi perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur

Harias ini terhadap pembelajaran sejarah di sekolah.

F. Penegasan Istilah

1. Sejarah Perkembangan: Suatu tahap yang mengalami perubahan dalam hal

menjadi besar (luas atau banyak), dalam hal ini berkaitan dengan

perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias di Surabaya sejak tahun

1972 hingga 2014.

2. Pencak Silat: Olahraga asli Indonesia yang menggabungkan antara

beladiri, seni, dan olahraga. Salah satu ajaran Ikatan Pencak Silat Nur

Harias adalah membentuk warga Nur Harias menjadi warga negara

Indonesia yang taqwa, sanggup membela diri, mempertahankan

eksistensinya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3. Nur Harias: Suatu perguruan yang menjadikan beladiri pencak silat

sebagai syiar Islam. Kata Nur berarti cahaya dan Arias (Harias, Jawa)
12

merupakan salah satu jenis padi di Sumatera Utara. Nur Harias mengambil

filosofi dari padi yakni semakin berisi makin menunduk (Sosiawan,

2012:32).

4. Muatan Edukasi: Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

G. Kajian Pustaka

1. Sejarah Perkembangan

Sejarah perkembangan adalah jumlah perubahan-perubahan,

kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita,

dan juga cerita tentang perubahan-perubahan itu (Ali, 2005:12). Pada

dasarnya sejarah perkembangan ini merupakan analisis dari sesuatu yang

berbeda dalam lingkup temporalnya. Sebagai contohnya saja dalam

memperlajari sejarah perkembangan kita harus mencari apa yang berbeda

dari suatu objek, dan biasanya perubahan yang dicari tersebut sesuatu

perubahan yang positif.

Sejarah perkembangan ini bisa pula dikatakan sebagai perubahan-

perubahan tersebut itu pada dasarnya merupakan kegiatan manusia,

manusia menyelidiki kenyataan kemanusiaan yang terus berubah (Ali,

2005:12). Sedangkan pengertian dari dinamika sendiri adalah sesuatu yang

mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembangan dan


13

dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dan

pengertian dari sejarah sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2008:1284) adalah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan

kejadian yang benar-benar terjadi dalam masa lampau. Jadi bisa

disimpulkan bahwa dinamika sejarah adalah pergerakan, perkembangan

dan penyesuaian dari ilmu atau pengetahuan yang mempelajari tentang

peristiwa dan kejadian pada masa lampau.

2. Pencak Silat di Indonesia

Menurut IPSl, pencak silat adalah satu kesatuan dengan empat

rupa seperti yang tercanturn dalam senjata trisula pada lambang IPSI,

ketiga ujungnya melambangkan unsur seni, beladiri, olahraga, dan

gagangnya mewakili unsur mental-spiritual. IPSI merupakan wadah

yang menaungi aliran-aliran pencak silat di Indonesia. Hakekat pencak

adalah mampu mengatasi atau menaklukkan lawan dengan tidak

mengandalkan kekuatan jasmani, melainkan semata-mata mengandalkan

kemahiran metode ilmu beladiri dengan sempurna dan tepat, sehingga

semua selamat tidak ada yang mendapat malapetaka, baik diri kita sendiri

maupun lawan (Abdur Rauf (1984) dalam Rusyana, 1996:12).

Awal berdirinya IPSl adalah karena adanya kekhawatiran akan

terjadi perpecahan di antara perguruan beladiri di Indonesia karena tidak

ada wadah yang memersatukannya. Beberapa perguruan beladiri

tersebut antara lain Perisai Putih, Putra Putih, Perpi Harimurti, Perisai

Diri, Prashaja Mataram, Keluarga Pencak Silat Nusantara, PPSI

(Persatuan Pencak Silat Indonesia), Setia Hati, Tapak Suci, dan


14

Persaudaraan Setia Hati Tera te (PSHT). IPSI dircsmikan pada tanggal

18 Mei 1948 di Surakarta Jateng, 10 perguruan beladiri itu mendirikan

IPSI serta 10 perguruan beladiri tersebut diberi istilah 10 "Perguruan

Historis" (Lubis, 2004:4).

Terlepas hal di atas, penjelasan mengenai artian pencak dari

segi bahasa tidak selalu diterima oleh pendekar-pendekar daerah. Di

Pulau Madura, Pulau Bawean, dan daerah-daerah Jawa Timur dimana

sebagian besar penduduk berasal dari Madura, istilah pencak silat

dibagi dalam dua arti yang berbeda. Menurut guru pencak silat Bawean,

Abdus Syukur yang mengatakan:

Pencak adalah gerakan langkah keindahan dengan


menghindar, yang disertakan gerakan berunsur komedi.
Pencak d apat dipertontonkan sebagai sarana hiburan.
Sedangkan, silat adalah unsur teknik beladiri menangkis,
menyerang, dan mengunci yang tidak dapat diperagakan
di depan umum (wawancara pada tanggal 28/12/93 di
Pamekasan) (Maryono, 2000:4).

Penjelasan serupa di ajukan pula oleh guru besar Hasan Habudin

yang juga pendiri perguruan Pamur, Pamekasan sebagai berikut:

Pencak adalah seni beladiri yang diperagakan dcngan


diatur padahal silat sebagai inti sari dari pencak tidak
dapa t diperagakan. Pada suku Madura pencak ini
dianggap berakar dari bahasa Madura "apengkarepeng
laju aloncak", yaitu bergerak tanpa aturan sambil
meloncat. Sedangkan silat berasal dari "se amaen alat
mancelat”, yaitu sang pemain berloncat kian kcmari
seperti kilat (Wawancara pada tanggal 4/4/1994 di Jember
(Maryono, 2000:4).

Disamping itu Mr. Wongsonegoro salah satu pendiri dan ketua

pertama dari wadah persatuan perguruan pencak silat Indonesia

(IPSl) mengatakan :
15

Pencak adalah gerakan serang bela yang berupa tari


dan berirama dengan peraturan adat kesopanan tertentu
yang biasa dipertunjukkan di depan umum. Silat
adalah inti-sari dari pencak, ilmu untuk perkelahian
atau membela diri mati-matian yang tidak dapat
dipertunjukkan di depan urnum (Maryono, 2000:4).

Pencak silat di pulau-pulau lain di Nusantara banyak

dipengaruhi oleh aliran-aliran yang berasal dari Sumatera dan Jawa

sehingga mereka mempunyai banyak persamaan dalam gerak dan

teknik yang dipergunakan dalam bersilat. Ciri khas pencak silat yang

berasal dari Sumatera memiliki banyak teknik kuncian dan bukaan.

Setiap menerima serangan diselesaikan dengan tangkapan dan

kunci patahan. Aliran serta perguruan pencak silat sudah berkembang

dan mengakar di seluruh pelosok tanah air juga menjadi bagian dari

kehidupan masyarakat dari Sabang sampai Merauke (Maryono,

2000:15 ).

Perguruan Pencak Silat adalah lembaga pendidikan seorang

individu berguru pencak silat. Makna "berguru" adalah belajar secara

intensif dalam prosesnya dibimbing dan diawasi secara langsung oleh

guru yang membina, sehingga individu yang berguru tersebut diketahui

dengan jelas perkembangan kemampuannva dalam pengendalian dirinya

serta budi pekertinya. Dalam hal ini, perguruan pencak silat dianggap

sakral dan tidak mudah bagi seseorang untuk menjadi murid

perguruan tersebut. Ujian-ujian berat menyangkut sikap mental harus

ditempuh terlebih dahulu dan mereka yang lulus akan dilakukan

melalui suatu upacara khusus (Notosoejitno,1997:96).


16

Berguru dalam pencak silat mempunyai artian meneladani

sikap, perilaku serta perbuatan guru dalam kehidupan keseharian

berdasarkan ajaran falsafah budi pekerti luhur maupun cara penampilan

sang guru dalam melaksanakan pencak silat. Ditinjau dari ilmu

pendidikan (pedagogy), sifat dan pelatihan di perguruan pencak silat

mencakup aspek kognitif (penyadaran), afektif (penghayatan), dan

psikomotoris (pemotivasian dan pengalaman). Hal ini bertujuan untuk

mempengaruhi terbentuknya sikap dan tingkah laku positif anggota

perguruan dalam menyadari, menghayati nilai-nilai moral, sosial, dan

agama yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya (Notosoejitno,

1997:97).

3. Aliran- aliran Pencak Silat

Terdapat aliran serta perguruan pencak silat di berbagai

daerah di Indonesia. Masing-masing aliran serta perguruan silat

mempunyai karakteristik berbeda namun pada intinya berakar pada

ilmu beladiri yaitu pencak silat. Berikut aliran pencak silat yang

terdapat di Indonesia.

a. Merpati Putih

Merpati Putih (MP) merupakan salah satu perguruan silat

beladiri tangan kosong dan merupakan salah satu aset budaya

bangsa. Saat ini MP merupakan salah satu anggota Ikatan Pencak

Silat Seluruh Indonesia (IPSI) dan Martial Arts Federation For

World Peace (MAFWP) serta Persekutuan Pencak Silat Antar

Bangsa atau P ersilat (International Pencak Silat Federation)


17

(Rudianto, 1992:1).

Pada awalnya ilmu beladiri pencak silat ini hanya khusus

diajarkan kepada Komando Pasukan Khusus di tiap kesatuan ABRI

dan Polisi serta Pasukan Pengawalan Kepresidenan (Paspampres).

Didirikan pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta, mernpunyai

kurang lebih 85 cabang dalam negeri dan 4 cabang luar negeri

dengan jumlah kolat (kelompok latihan) sebanyak 415 buah

(menurut data Tahun 1993 yang tersebar di seluruh Nusantara dan

saat ini mempunyai anggota sebanyak kurang lebih dua setengah

juta orang lulusan serta yang masih aktif sekitar 100 ribu orang dan

tersebar di seluruh Indonesia. Sang Guru Merpati Putih adalah

Bapak Saring Hadi Poernomo, sedangkan pendiri Perguruan dan

Guru Besar sekaligus pewaris ilmu adalah Purwoto Hadi Purnomo

(Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi Purnomo (Mas Budi) sebagai

Guru Besar terakhir yaitu generasi ke sebelas

(http://id.wikipedia.org/wiki/Merpati Putih, diakses 29 Januari 2015).

b. Tapak Suci

Perguruan seni beladiri Indonesia Tapak Suci Putera

Muhammadiyah atau disingkat Tapak Suci berdiri tanggal 31 Juli 1963

di kampung Kauman, Yogyakarta. Keilmuwannya terdiri dari

pembinaan ragawi dan non-ragawi, termasuk Al Islam dan Ke

Muhammadiyah-an. Tapak Suci sebagai salah satu seni beladiri pencak

silat juga memiliki ciri khas yang bisa menunjukkan identitas yang

kuat. Cir i khas tersebut dikembangkan melalui proses panjang dalam


18

akar sejarah yang dilaluinya (Habibi, 2009:49).

c. Silat Betawi

Silat Betawi ini banyak dipengaruhi oleh ilmu beladiri Cina,

kuntao. Aliran- aliran Betawi seperti Serak dan Beksi mempunyai

gerakar-gerakan kokoh, yang tidak begitu indah dilihar dari segi

estetis. Teknik serangan sering menggunakan kuda-kuda keker dan

rendah dengan pertahanan rapat melindungi bagian lemah badan.

Sedangkan teknik pembelaan m engutamakan tindakan untuk

menggagalkan dengan tujuan menyakiti tanpa melukai lawan

(Maryono, 2000:13).

d. Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)

Organisasi pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate ini mulai

dirintis oleh Hardjo Oetomo tahun 1922 di Pilangbango Madiun. Pada

mulanya hanya merupakan "perkumpulan" pemuda yang dilatih pencak

silat oleh Hardjo Oetomo dengan nama "Setia Hati Pencak Sport

Club". Aliran "Setia Hati" merupakan aliran yang diciptakan oleh guru

Hardjo Oetomo yaitu Ki Ageng Surodiwiryo pad a tahun 1903.

Organisasi PSHT ini tidak hanya mengajarkan pencak silat kepada

calon w arganya tetapi juga menerapkan aspek persaudaraan, olahraga,

seni, beladiri, dan kerohanian (Sudin, 2008:1).

4. Aspek Pendidikan dalam Pencak Silat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994:232), pendidikan

adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan: proses,


19

perbuatan, dan cara mendidik. pe ndidikan terdiri atas lembaga formal

dan non-formal. Berkaitan hal tersebut, pencak silat yang diajarkan di

perguruan silat merupakan wujud dari pendidikan non-formal

disamping pendidikan formal yaitu lembaga sekolah. Pencak silat

mengajarkan ilmu beladiri disamping itu juga mengajarkan kepada

siswanya pendidikan spritual keagamaan yang dilakukan oleh Ikatan

Pencak Silat Nur Harias itu sendiri.

Pencak silat beladiri menekankan pendidikan, pengajaran, dan

pelatihannya pada aspek beladiri atau aspek teknis pencak silat dengan

tujuan untuk mernbentuk kemahiran jurus beladiri yang tinggi tanpa atau

dengan menggunakan berbagai macam senjata kepada murid atau

anggotanya. Sebagian besar pencak silat di Indonesia adalah pencak

silat beladiri. Di antara pencak silat beladiri ada yang sangat

mengutamakan pendidikan untuk tujuan membentuk falsafah budi pekerti

luhur. Contoh perguruan yang demikian antara lain pencak silat Cimande,

Phasadja Mataram, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), dan Tapak

Suci (Notosoedjitno, 1997:98)

H. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah

dengan pendekatan penelitian kualitatif. Metode penelitian sejarah merupakan

proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa

lampau. Rekonstruksi rekaman dan peninggalan masa lampau secara kritis

dan imajinatif berdasarkan bukti-bukti atau data-data yang diperoleh melalui


20

proses itu disebut historiografi. “Adapun yang dimaksud historiografi adalah

usaha untuk mensintesiskan data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu

kisah yang jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan dalam buku atau artikel

maupun perkuliahan sejarah”(Gottschalk, 1975:32-33).

Dengan menggunakan metode sejarah dan historiografi (yang sering

dipersatukan dengan nama metode sejarah) sejarawan berusaha untuk

merekontruksi sebanyak-banyaknya masa lampau manusia. Tetapi di dalam

daya upaya terbatas itu sekalipun, sejarawan mengalami kesulitan-kesulitan.

Jarang sekali dapat mengkisahkan sebagian masa lampau sebagaimana yang

sungguh-sungguh terjadi. Tetapi jika kita meminjam ungkapan dari geometri

ia dapat berusaha untuk mendekati masa lampau yang sesungguhnya “sebagai

limit”. Ia harus pasti bahwa rekaman-rekamannya sungguh-sungguh berasal

dari masa lampau dan memang benar-benar apa yang nampaknya demikian,

dan bahwa imajinasinya ditujukan terhadap re-kreasi dan bukan kreasi. Limit-

limit itulah yang membedakan sejarah dari fiksi, puisi, drama, dan fantasi

(Gottschalk, 1983:33). Sementara itu penelitian kualitatif adalah penelitian

yang sasaran kajian atau penelitian adalah gejala-gejala sebagai saling terkait

satu sama lainnya dalam hubungan-hubungan fungsional dan yang

keseluruhannya merupakan sebuah satuan yang bulat dan menyeluruh dan

holistik atau sistemik. Pentingnya konteks dari gejala-gejala yang diamati.

Penelitian sejarah mempunyai lima tahap penelitian, yakni (1)

pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi ada kritik sumber

dan keabsahan sejarah, (4) interpretasi dan analisis, dan (5) historiogarif

yakni penulisan sejarah (Kuntowijoyo, 1994:89). Dikarenakan penelitian ini


21

adalah penelitian sejarah maka metode yang digunakan seperti yang

dijelaskan Kuntowijoyo yakni menggunakan tahap-tahap sebagai berikut ini.

1. Pemilihan Topik

Pada bagian ini Kuntowijoyo (1994:91) menjelaskan bahwa dalam

pemilihan topik yang mendasari peneliti memilih suatu objek penelitian

adalah dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual.

a. Kedekatan Emosional

Penelitian ini mengambil tempat di Surabaya karena kedekatan

emosional peneliti terhadap daerah tersebut yang mana peneliti menimba ilmu

persilatan. Lokasi penelitian yang diambil adalah Padepokan Nur Harias.

Selain itu peneliti juga merasa tertarik dengan sejarah Pencak Silat di Jawa

Timur. Oleh karena itu peneliti menuliskan mengenai Ikatan Pencak Silat Nur

Harias dengan bahasan yang diambil yaitu sejarah perkembangan organisasi

tersebut.

b. Kedekatan Intelektual

Pertimbangan peneliti mengambil topik ini adalah dikarenakan

peneliti memiliki ketertarikan pada pencak silat yang merupakan seni beladiri

asli Indonesia. Selain itu peneliti juga tertarik dengan kekhasan gerakan dan

pengaruh yang luar biasa di beberapa tempat di Indonesia. Selain itu

dikarenakan Ikatan Pencak Silat Nur Harias ini sendiri memiliki sejarah

panjang dalam pendiriannya. Ditambah lagi Ikatan Pencak Silat Nur Harias

merupakan perguruan yang besar di Jawa Timur yang cukup memiliki banyak
22

murid dan anggota, meski tergolong masih baru namun Ikatan Pencak Silat

Nur Harias mampu berbicara di level daerah, provinsi, dan nasional.

2. Heuristik

Mencari bahan atau menyelidiki sumber sejarah untuk mendapatkan

bahan disebut heristik (heuristik). Orang berusaha untuk sampai pada sumber

asal, dengan sedapatnya menjauh sumber perantara. Bahan yang langsung

lebih dipentingkan daripada yang sudah terjalin menjadi sejarah. Bahan yang

sudah tersusun dalam sejarah sudah terjalin dengan tafsiran dan ulasan,

sehingga tidak murni lagi menjadi bahan. Dalam heuristik sekarang, studi

sumber sejarah yang seksama dimungkinkan oleh penerbitan bahan sejarah

dalam bentuk ekstenso atau ikhtisar dan penyusunan ilmiah arsip yang

terbuka bagi sejarawan. Arsip nasional di Jakarta banyak dapat memberikan

bahan sejarah kepada sejarawan (Gazalba, 1981:114)

Sebelum kita memulai mengumpulkan data dalam rangka melakukan

penelitian, maka terlebih dahulu kita harus mengecek apakah data yang kita

perlukan sesuai dengan persoalan yang kita hadapi. Data yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer

bisa didapatkan dari wawancara sementara itu data sekunder diperoleh dari

buku-buku yang berhubungan dengan tema penelitian. Klasifikasi data

berdasarkan sumbernya adalah:

a. Sumber Data Primer

Sumber primer berarti kesaksian dari seorang saksi atau pelaku dalam

peristiwa tersebut atau pula dengan surat keputusan yang dibuat pada saat itu.
23

Sumber data primer yang digunakan peneliti adalah Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pencak Silat Nur Harias yang ada di pusat

Ikatan Pencak Silat Nur Harias di Ketintang, Universitas Negeri Surabaya

serta anak didik dari Atho’illah Iskandar yang masih ada dan paham tentang

sejarah dari Nur Harias. Daftar prestasi yang dihasilkan oleh IPS Nur Harias

Cabang Surabaya juga dapat menambah sumber primer mulai tahun 1972

hingga 2014.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber-sumber sekunder merupakan orang yang melihat atau saksi

mata dalam penelitian sejarah. Dalam penelitian ini sumber sekunder yang

digunakan adalah keterangan-keterangan dari informan yang pernah menjadi

murid dari Moh. Atho’illah Iskandar dan menjadi pengurus Ikatan Pencak

Silat Pusat. Penulis mengambil data sekunder berupa pustaka yakni buku

karangan O’ong Maryono (2000) Pencak Silat Merentang Waktu, Khazanah

Pencak Silat karangan Notosoejitno serta buku Pencak Silat karangan

Mohammad Atho’illah Iskandar, Soemardjono, dan Soegiyanto. Berikut ini

adalah daftar informan-informan yang diwawancarai, status atau jabatan, dan

juga informasi yang didapatkan:


24

Tabel 1.1 Data dan Sumber Data Penelitian

Sumber Data Teknik Pengumpulan


Data
Data
Sejarah Berdirinya IPS Nur Yulissari Iskandar Wawancara

Harias (Puteri Bapak Moh.

Atho’illah Iskandar)

Syahrir Sanja Wawancara

(Guru SMAN 4 Malang

sekaligus anggota IPS

Nur Harias angkatan

pertama)

Karakteristik IPS Nur Harias Eko Hariyanto Wawancara

Anggaran Dasar dan Observasi

Anggaran Rumah Tangga

Sejarah Perkembangan IPS Imam Suhandi (Ketua Wawancara

Nur Harias Umum IPS Nur Harias)

Drs. M. Khusairi Wawancara

3. Verifikasi (Kritik Sumber)

Kritik sejarah terbagi dalam kritik luar dan kritik dalam. Kritik luar

berusaha memastikan kesejatian atau ketulenan dan hubungan antara bahan-

bahan. Kritik dalam berusaha memastikan peristiwa yang dinyatakan oleh

bahan. Kritik sejarah adalah kerja terpenting sejarawan sebelum ia menulis. Ia

merupakan kerja persiapan sebelum dilakukan kerja yang sesungguhnya,


25

yaitu melukiskan masa lalu berdasarkan bahan yang ada padanya dan

tanggapannya yang ditimbulkan oleh bahan itu (Gazalba, 1981:115).

a. Kritik Eksternal

Kritik eksternal yang dilakukan peneliti terhadap sumber primer yang

berupa tulisan atau arsip adalah dengan melihat keaslian dari Anggaran Dasar

dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pencak Silat Nur Harias, apakah

anggaran dasar dan anggaran rumah tangga tersebut tersebut benar-benar asli

dari masa awal pembentukan cabang tersebut ataukah itu baru dibuat baru-

baru ini saja. Cara melihat keasliannya dengan mengecek Anggaran Dasar

dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pencak Silat Nur Harias tersebut, karena

karakteristik dari tulisan lama tersebut lebih cenderung kusam dan diketik

dengan mesin tik dibandingankan dengan tulisan pada masa kini. Kritik

eksternal yang dilakukan peneliti terhadap informan adalah dengan mengecek

apakah benar para informan pernah bertemu langsung dengan Atho’illah

Iskandar, berkecimpung dalam perkembangan Nur Harias, dan benar-benar

paham tentang ajaran Ikatan Pencak Silat Nur Harias.

b. Kritik Internal

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penyeleksian terhadap

sumber serta melakukan pengujian terhadap isi dari sumber. Peneliti

melakukan penyeleksian terhadap data yang telah didapat, hal ini dilakukan

agar data-data yang digunakan dalam proses penulisan penelitian merupakan

data yang valid. Seperti misalnya dalam penelitian ini dalam melaksanakan

kritik sumber internal: bagi sumber lisan yang diperoleh dari hasil

wawancara, peneliti dapat melihat dari penekanan suara, mimik wajah, bicara,
26

dan gerak-gerik narasumber. Dari hasil penelitian tersebut peneliti dapat

membuktikan mengenai kebenaran narasumber tersebut dengan

menanyakannya kepada narasumber yang lain dengan cara wawancara. Jika

ada kesamaan dari hasil informasi dari narasumber lain dan juga hasil

observasi maka narasumber tersebut dapat diakui kebenarannya atau dapat

dipercaya dan tentu informasinya dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hal

ini peneliti melakukan pengecekan hasil wawancara dari Yulissari Iskandar

selaku anak pertama dari Atho’illah Iskandar dengan Syahrir Sanja dan Eko

Harianto selaku anak didik Atho’illah Iskandar angkatan pertama dan kedua.

Dengan begitu bisa didapatkan data yang lebih valid.

4. Interpretasi

Sebelum sampai pada tahap historiografi, terlebih dahulu fakta sejarah

tersebut digabung-gabungkan berdasarkan pada subjek kajian. Dalam kaitan

itu, tema pokok kajian merupakan kaidah yang dijadikan sebagai kriteria

dalam menggabungkan data sejarah. Data tidak penting yang tidak berkaitan

dengan tema studi dipisahkan agar tidak mengganggu peneliti dalam

merekontruksi peristiwa sejarah, pada tahap ini dituntut kecermatan dan sikap

objektif sejarawan, terutama dalam hal interpretasi subjektif terhadap fakta

sejarah (Hamid, 2011:50).

Interpretasi adalah penafsiran sumber-sumber secara holistik untuk

mendapatkan sintesis dalam merekonstruksi peristiwa-peristiwa sejarah.

Proses interpretasi sangat dipengaruhi oleh kemampuan menganalisis sumber

di samping itu penafsiran terhadap problematika yang terjadi di masa lalu


27

juga ditekankan dalam tahap ini. Akan tetapi apapun cara yang dipergunakan,

semuanya akan bermuara pada sintesis (Sjamsuddin, 2007:158).

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua data-data dari berbagai

sumber, baik itu sumber primer maupun sumber sekunder yang sudah melalui

tahap verifikasi. Setelah dikelompokan dari pengelompokan tersebut data

disusun menjadi sebuah laporan deskriptif yang merupakan hasil penguraian

data. Setelah tersusun, data tersebut dihubungkan dengan konsep yang

disampaikan di kajian pustaka untuk memperoleh hasil kesimpulan penelitian

sehingga menghasilkan interpretasi data yang baik.

Ikatan Pencak Silat Nur Harias merupakan salah satu perguruan

pencak silat yang hingga kini berkembang di hampir seluruh wilayah Jawa

Timur. Perintisan Nur Harias ini tidak terlepas dari peran M. Atho’illah

Iskandar serta para tokoh penerusnya. Kiprah IPS Nur Harias ini

menunjukkan bahwa roda organisasinya tidak hanya sebatas wilayah

Surabaya saja, bahkan mampu berkembang di perguruan tinggi dan sebagian

besar wilayah di Jawa Timur. Tentu hal tersebut tidak terlepas dari struktur

organisasi yang baik dari pengurus pusat hingga ranting-ranting di sebuah

cabang. Komunikasi menjadi hal utama dalam proses jalannya suatu

organisasi besar IPS Nur Harias ini agar amanat-amanat dari pengurus pusat

dapat tersampaikan dengan baik.

5. Historiografi

Historiografi merupakan puncak dari segala-galanya dalam metode

penelitian sejarah. “Sejarawan pada fase ini mencoba menangkap dan

memahami histoire ralite atau sejarah sebagaimana terjadinya” (Abdullah &


28

Sorjomiharjo, 1985:xv dalam Hamid, 2011:53). Dalam konteks itu, penulisan

sejarah tidak hanya sebatas menjawab pertanyaan-pertanyaan elementer atau

deskriptif mengenai: “apa”, “siapa”, “kapan”, dan “bagaimana” suatu

peristiwa terjadi (disebut histoire evenementielle atau sejarah prosessual

menurut Sartono Kartodirjo), melainkan suatu eksplanasi secara kritis dan

mendalam tentang “bagaimana” dan “mengapa” atau sebab musabab

terjadinya suatu peristiwa (Hamid, 2011:53).

Pada tahap historiografi ini peneliti memberikan gambaran dan

penjelasan yang mengenai hal yang dikaji dalam bentuk tulisan yang

dilengkapi dengan kutipan-kutipan dan juga analisis dari teori-teori yang

sesuai dengan kajian penelitian. Secara umum hasil penelitian ini ditulis

sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Negeri Malang

(2010) sebagai pedoman utama dalam menyusun skripsi atau laporan

penelitian. Langkah kedua adalah melakukan pembenaran-pembenaran atau

modifikasi sesuai dengan arahan dosen pembimbing. Selain itu peneliti juga

mendapatkan bantuan dari beberapa rekan dan pengajar atau dosen selain

pembimbing, untuk memberikan masukan mengenai penulisan peneliti.

Pengkoreksian yang dilakukan oleh rekan-rekan dan dosen menyangkut

masalah kepenulisan fisik (tulisan, bahasa) dan juga mengenai konsep

pemikiran dari peneliti, dengan cara yang seperti itu dapat ditemukan

kesalahan-kesalahan yang kemudian dapat diperbaiki oleh peneliti.

Bab I menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, penegasan istilah,

kajian pustaka, dan metode penelitian.


29

Selanjutnya mengenai sejarah pencak silat di Indonesia secara umum

akan dibahas di bab II. Adapun di bab II juga akan membahas mengenai

keadaan Ikatan Pencak Silat Nur Harias pada masa perintisan dan sejarah

pendirian perguruan. Adapun mengenai keadaan Ikatan Pencak Silat Nur

Harias setelah wafatnya guru besar Atho’illah Iskandar dan kiprah para

penerusnya akan dibahas pada subbab di bab II.

Pembahasan mengenai karakteristik dari Ikatan Pencak Silat Nur

Harias akan dibahas dalam bab III. Penjelasan mengenai ajaran, tingkatan

pendidikan dan ciri khas gerakan Nur Harias akan dijelaskan dalam subbab

III. Penjelasan gerakan akan lebih baik dari seribu kata-kata, maka sebab itu

penulis akan memasukkan beberapa contoh gerakan khas dari Ikatan Pencak

Silat Nur Harias.

Pembahasan mengenai perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias

di Surabaya akan dimasukkan pada bab IV. perkembangan ini akan dilihat

dari munculnya perguruan pada tahun 1972 hingga tahun 2014.

Perkembangan perguruan meliputi perkembangan cabang dan prestasi yang

diperoleh Ikatan Pencak Silat Nur Harias.Setelah itu disajikan mengenai

muatan edukasi dari perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias di

Surabaya pada tahun 1972 hingga 2014 terhadap nilai-nilai pendidikan yaitu

nilai pendidikan karakter dan muatan lokal.

Pada bab V sebagai bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan

dibahas mengenai kesimpulan isi dari skripsi tentang perkembangan Ikatan

Pencak Silat Nur Harias di Surabaya pada tahun 1972 hingga 2014. Selain itu

pada bab ini terdapat saran yang ditujukan kepada peneliti selanjutnya.
30
BAB II

SEJARAH BERDIRINYA IKATAN PENCAK SILAT NUR HARIAS DI

SURABAYA

A. Sejarah Pencak Silat di Indonesia

Belum banyak sumber yang menyebutkan kapan secara pasti pencak silat

itu ada di Indonesia. Para peneliti mengira-ngira pencak silat muncul pada abad

ke-4, ke-7, dan ke-8 Masehi. Demikian pula mengenai siapakah yang pertama kali

menciptakan beladiri pencak silat. Cerita-cerita mengenai awal munculnya pencak

silat juga mengiringi perkembangan beladiri asli Indonesia ini.

Atho’illah Iskandar (dalam Achmad Fanan, 2009:3) menyatakan bahwa

pencak adalah gerak dasar beladiri yang teratur dan terikat oleh aturan dan

digunakan sebagai pertunjukan atau latihan. Pencak silat adalah gerak beladiri

yang tinggi disertai perasaan sehingga menjadi gerakan yang efektif dan

terkendali. Biasanya digunakan dalam latihan sabung maupun pertandingan.

Sedangkan silat adalah gerak beladiri yang sempurna, bersumber pada kerohanian

yang suci murni guna keselamatan diri dan kesejahteraan bersama.

Salah satu bukti kemunculan pencak silat didasarkan pada penemuan

arkeologi di daerah Jawa Tengah dari abad ke-8 Masehi, terdapat relief

menggambarkan peperangan. Contohnya di Candi Prambanan, yang dibangun

pada 732 Masehi oleh kerajaan beragama Hindu Siwa diperintah oleh raja Sanjaya

terdapat relief dengan prajurit-prajurit sedang berperang dengan menggunakan

senjata panah seperti dalam epos Ramayana. Akan tetapi gerakan prajurit ini sulit

ditafsirkan sebagai ilmu beladiri dari Melayu. Banyak ahli berpendapat pada

30
31

dasawarsa berikutnya, pencak silat berkembang di Jawa. Di satu pihak, ada

pendekar yang yakin bahwa induknya silat Melayu berasal dari Sumatera

menyebar ke Jawa dengan mengikuti ekspansi dinasti Sailendra (Maryono,

2000:43).

Bukti perkembangan pencak silat Sumatra bisa dilihat dari benda-benda

seni dan artefak-artefak menunjukkan bahwa sekitar abad ke-8 Masehi, sistem

yang spesifik dari teknik pertarungan telah berevolusi dan diterapkan di

Kepulauan Riau, yang membentang antara Sumatra dan Semenanjung Melayu.

Sistem tersebut sangat dipengaruhi oleh bermacam-macam budaya Benua Asia,

dan menyebar hingga Indonesia. Orang Minangkabau di Sumatra mengambil seni

pertarungan awal ini dan mereka kembangkan menjadi gaya Indonesia. Salah satu

kerajaan besar yakni Sriwijaya di Sumatra, dari abad ke-7 hingga ke-14 Masehi

telah mampu mengembangkan kekuasaannya dengan menggunakan kemampuan

bertarung yang efisien ini (Draeger,1970:11).

Pada zaman prasejarah di Indonesia, telah diciptakan cara membeladiri

sesuai dengan situasi dan kondisi alam sekitarnya. Orang yang hidup di dekat

hutan-hutan mempunyai cara beladiri yang khas untuk menghadapi binatang yang

buas yang ada di hutan tersebut. Bahkan mereka juga menciptakan beladiri dengan

meniru-niru gerakan binatang yang ada di dalam sekitarnya, misalnya beladiri yang

meniru kera, harimau, ular, dan burung (Iskandar, 1992:6).

Orang-orang yang hidup di pegunungan biasa bergerak dan berjalan dengan

langkah kaki yang kuat untuk menjaga agar tidak mudah jatuh selama bergerak di

tanah pegunungan yang tidak rata atau pada tanah yang miring. Oleh karena itu

orang yang berada di pegunungan menciptakan beladiri yang mempunyai ciri khas
32

kuda-kuda yang kokoh, tidak banyak bergerak dan serangan menggunakan tangan

lebih dominan. Sedangkan gerakan tangan lebih lincah, banyak ragamnya, dan

ampuh daya gunanya.

Penduduk yang hidup di daerah berawa, tanah datar, padang rumput biasa

berjalan bergegas, lari, sehingga gerakan kakinya menjadi lincah. Mereka

menciptakan beladiri yang lebih banyak memanfaatkan kaki sebagai alat beladiri.

Kelincahan pergerakan kaki biasa digunakan untuk mengecoh lawan sebelum akan

menyerang musuh. Akhirnya setiap daerah mempunyai beladiri yang khas dan

berbeda dengan daerah lainnya, sehingga timbullah aliran beladiri beraneka ragam.

Draeger (1970:15) membagi wilayah pencak silat di Indonesia berdasarkan

wilayah geografisnya sebagai berikut:

1. Sumatra: teknik kaki dan lengan (Gaya Harimau, Patai, Baru, dan

Kumango)

2. Jawa Barat: teknik tangan dan lengan (Gaya Tjimande, Tjingrik, dan

Mustika Kwitang)

3. Jawa Tengah: harmonisasi dari teknik lengan dan kaki (Gaya Setia Hati)

4. Jawa Timur, Bali, Madura: harmonisasi dari teknik lengan dan kaki

ditambah dengan metode tangkapan (Gaya Perisai Diri, Bhakti Negara, dan

Pamur)

Pencak silat Sumatera diyakini sebagai nenek moyang gerakan silat di

Indonesia memiliki dasar gerakan yang lebih menekankan pada penggunaan kuda-

kuda yang kuat dan rendah. Ciri khas rendahnya kuda-kuda silat Sumatera tidak

membuat gerakannya cenderung statis, namun gesit dan mampu menampilkan

gerakan yang sanggup membunuh lawan. Pada daerah pesisir Sumatera, gaya
33

pencak silat menggunakan kuda-kuda yang rendah dan teknik belaan tangan

sangat dominan berbeda dengan daerah pegunungan yang menggunakan kuda-

kuda yang tinggi dan teknik belaan kaki mendominasi. Hal ini seperti pepatah

Minangkabau “Alam takambang menjadi guru” yang berarti alam adalah guru

kita (Maryono, 1999:2)

Salah satu aliran yang terkenal mampu membunuh lawan dengan cepat

adalah pencak silat harimau. Gerakan pencak silat Harimau adalah aliran yang

terilhami pada gerakan Harimau ketika menyerang mangsa dan diturunkan secara

rahasia dan tidak sembarang orang bisa berguru, hanya anggota klan saja yang

diperbolehkan.

Pencak silat Harimau saat ini telah disebarkan secara umum namun

terbatas dan terkontrol. Datuk Edwel Gampo Alam sebagai ketua silat Harimau

yang memberi inisiatif agar silat Harimau disebarkan secara umum agar tetap

lestari sebagai khazanah kekayaan budaya bangsa. Bahkan silat Harimau dikenal

dunia melalui film Merantau dengan Iko Uwais dan Yayan Ruhian sebagai

pemeran pesilat Harimau. Gerakan-gerakan silat Harimau dapat dilihat pada awal

film dan saat Iko Uwais berlatih dengan Datuk Edwel.

Pencak silat Jawa Barat terkenal akan kecepatan antisipasi dan serangan

tangan untuk menguasai musuh. Penca Jawa Barat dikembangkan oleh suku-suku

lokal dengan norma-norma sosial dan budaya yang spesifik. Bagi mereka pencak

silat adalah bagian dari jalan hidup sehingga diibaratkan seperti “darah dari tubuh

mereka”. Dalam bahasa mereka “penca” atau “maenpo” (dari kata men poho,

yang berarti bermain taktik) sebagai penanda empat gaya utama yakni Cimande,

Cikalong, Timbangan, Cikaret dan semua teknik yang diambil/ diilhami oleh
34

mereka (Maryono, 1999:1)

Peneliti mengambil contoh Maenpo Peupeuhan sebagai aliran yang sangat

dominan pada gerakan tangan. Gan Salim Alkatiri adalah pencipta Maenpo

Peupeuhan dan mulai menyebarkan kepada pejuang muda Bandung di awal tahun

1940. Aliran Maenpo Peupeuhan merupakan perpaduan dari aliran Sabandar dan

Cikalong dari Cianjur. Teknik yang penting dan terkenal adalah Ibing yang

diciptakan oleh anaknya, Adung Rais pada awal tahun 1970-an. Ibing adalah

teknik pencak silat yang digunakan sebagai seni yang diiringi oleh petikan kecapi

dan suling khas Jawa Barat. Pertunjukan Ibing Maenpo Peupeuhan pernah muncul

di TV lokal Bandung.

Penca sebagai seni (ibing) telah dijadikan sumber inspirasi untuk tari-

tarian Sunda seperti jaepongan, ketu’tilu, dombret, dan cikeruhan dan juga tarian

yang menggunakan instrumen musik. Instrumen ini disebut dengan “gendang

penca” yang khusus untuk mengiringi penampilan penca dan terdiri dari dua set

drum (gendang anak dan kulantir), sebuah terompet (tetet), dan sebuah gong

(Maryono, 1999:2).

Sangat berbeda dengan di Jawa Timur dan Jawa Tengah, Suku Jawa secara

turun-temurun menggunakan pencak silat hanya untuk beladiri dan tidak

diperkenankan ditampilkan di muka umum. Meskipun begitu aspek spiritual

(kebatinan) lebih mendominasi. Dari ilmu kebatinan tersebut dikembangkanlah

beberapa aliran pencak silat tradisional seperti Merpati Putih, Persaudaraan Setia

Hati Terate, Tapak Suci, dan lain sebagainya. Atraksi-atraksi seperti memecahkan

beton, balok es, dan besi aspek ilmu kebatinan tersebut sangat mendominasi.

Dibutuhkan latihan bertahun-tahun bagi anggota pencak silat untuk bisa


35

melakukan atraksi tersebut.

Dominasi ilmu kebatinan berdasarkan fakta bahwa pencak silat Jawa

Tengah dikembangkan oleh Kasultanan Yogyakarta dan kemudian menyebar ke

negara-negara tetangga setelah kerajaan tersebut kehilangan kekuasaan politiknya

pada abad ke-15 dan ke-16. Di dalam keraton, pencak silat bertransformasi dari

beladiri murni menjadi teknik yang digunakan dalam berperang, sebagai

penyeimbang antara bentuk-bentuk spiritual dan pendidikan kemanusian. Bentuk-

bentuk tersebut pada akhirnya menyebar keluar dinding keraton yang mana

dikembangkan sebagai teknik pertahanan diri sendiri untuk mencapai kekuatan

spiritual sebaik penggunaan tenaga dalam untuk meningkatkan kekuatan fisik

supernatural (Maryono, 1999:2)

Dari berbagai gaya pencak silat tersebut sangat dimungkinkan untuk saling

memadukan keunggulan teknik di masing-masing aliran. Aliran-aliran tersebut

juga menyempurnakan gerakannya sebagai antisipasi apabila saling berhadapan

dengan aliran lainnya. Walaupun demikian gaya dasar dari aliran pencak silat

tersebut masih tetap dipertahankan.

Perkembangan pencak silat zaman kerajaan Indonesia berfokus pada

pertahanan integritas kerajaan serta kebutuhan akan perluasan daerah kekuasaan.

Kerajaan yang membutuhkan prajurit-prajurit yang tangguh dan didukung oleh

ilmu beladiri yang mahir, serta ditunjang dengan persenjataan yang lengkap akan

semakin kokohlah kerajaan tersebut. Kerajaan Majapahit misalnya, pada zaman

keemasannya sangat kuat dan tangguh dipimpin oleh raja Hayam Wuruk dengan

maha patih Gajahmada.


36

Pada zaman penjajahan, perkembangan pencak silat mengalami tekanan-

tekanan oleh penjajah. Belanda tidak menghendaki perguruan pencak silat

berkembang pesat, sehingga pada waktu itu hanya berkembang di pinggiran kota.

Banyak pahlawan nasional yang tangguh dalam ilmu beladiri pencak silat namun

gugur atau menyerah terhadap penjajah dikarenakan perjuangan bersifat lokal,

belum ada persatuan dan kesatuan antar daerah satu dengan daerah lainnya.

Dimulai dengan adanya kesadaran politik baru pada awal abad ke-20 dan

kebijaksanaan Belanda yaitu Etische Politiek yang bertujuan meningkatkan

kesejahteraan rakyat lewat berbagai program khususnya pendidikan, Peningkatan

peranan desa dan dibentuknya polisi desa. Memiliki pengaruh pada pola

pengajaran silat pada masa itu, silat sudah mulai diajarkan di sekolah-sekolah dasar

(desascholen). Bahkan kalangan yang dekat dengan Belanda seperti priyayi,

amtenaren, KNIL bahkan marechausse pasukan khusus Belanda kala itu

(Maryono, 2000:23).

Lain halnya pada penjajahan Jepang, pencak silat mendapat tempat untuk

diajarkan di perguruan-perguruan. Jepang ingin mengambil manfaat untuk

membantu tentaranya melawan sekutu. Berkat persatuan dan kesatuan bangsa,

akhirnya bangsa Indonesia mampu mengusir penjajah dan memproklamasikan

kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Sebelum Indonesia merdeka pencak silat ikut andil dalam perjuangan

bangsa dalam melawan penjajah baik Belanda maupun penjajah Jepang. Hal ini

dibuktikan pada masa penjajahan sudah banyak bermunculan nama-nama

perguruan/aliran pencak silat yang bertujuan untuk membekali pejuang dalam

melawan penjajah. Kemahiran ilmu beladiri pencak silat ini terus dipupuk guna
37

melawan penjajah secara gerilya pada jaman kemerdekaan. Perguruan-perguruan

pencak silat pada waktu itu sibuk untuk menggembleng tentara dan rakyat, di

samping itu pesantren-pesantren, gereja-gereja, dan tempat-tempat ibadah selain

untuk beribadah juga digunakan untuk latihan beladiri pencak silat. Sebagai

contoh perang fisik bulan Nopember tahun 1945 di Surabaya dalam melawan

sekutu, banyak menampilkan pejuang yang gagah perwira dari Pondok Pesantren

Tebu Ireng, Gontor, dan Jamsaren (Iskandar, 1992:12).

Perkembangan pencak silat setelah kemerdekaan Indonesia sangat pesat.

Dimulai dengan pembentukan Persatuan Pencak Silat Seluruh Indonesia (PPSI)

pada tanggal 18 Mei 1948, kedudukan pencak silat semakin kokoh.

Dimasukkannya pencak silat sebagai matapelajaran wajib untuk diajarkan di

sekolah-sekolah dari SD sampai dengan SLTA, semakin pesatlah perkembangan

pencak silat di Indonesia.

Dari hasil yang diperoleh para pemimpin bangsa dan para pendekar pada

waktu itu menyadari bahwa pelajaran pencak silat berhasil memupuk semangat

juang dan menggalang persaudaraan yang erat. Oleh karena itu setelah proklamasi

kemerdekaan tahun 1945 dimana Belanda melancarkan lagi agresinya dua kali,

maka pencak silat dimanfaatkan lagi secara maksimal guna menghadapi serangan

Belanda. Pada masa pemberontakan politik PKI Madiun, dan Darul Islam atau

DI/TII, kemahiran beladiri pencak silat digunakan lagi dengan strategi Pagar

Betis, yaitu pengepungan pemberontak oleh para tentara bersama rakyat yang

telah dibekali ilmu beladiri (Iskandar, 1992:12).


38

B. Berdirinya Ikatan Pencak Silat Nur Harias di Surabaya

Lahirnya Ikatan Pencak Silat Nur Harias tidak lepas dari perkembangan

dunia silat di Indonesia. Pencak silat yang semula hanya berkembang di kalangan

anggota kerajaan sebagai ilmu perang mulai menyebar ke seluruh elemen

masyarakat ketika penjajah masuk ke Indonesia sebagai alat perlawanan. Dengan

berkembangnya pencak silat menimbulkan suatu persaingan antar perguruan

maupun antar aliran pencak silat. Dari situlah pendiri Ikatan Pencak Silat Nur

Harias, Atho’illah Iskandar berkinginan mengumpulkan orang untuk menjalin

silaturrahmi baik melalui masjid atau surau maupun melalui pencak silat

khususnya Nur Harias yang Insyaallah tidak melenceng dari ajaran Al-Quran.

Pada tahun 1969 Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) memang sudah ada,

namun masih menutup diri karena falsafah dasar silat adalah tidak boleh pamer,

sombong dan warga silat bersembunyi untuk melakukan latihan. Namun pada

kenyataannya antar anggota dari aliran-aliran tersebut sering terjadi benturan fisik.

Maka dari itu H. M. Atho’illah Iskandar ingin mendirikan sebuh perguruan yang

bisa menjembatani antar perguruan untuk memperkecil adanya persaingan yang

tidak sehat seperti tawuran atau hukum rimba.

Perguruan Pencak Silat Nur Harias dilahirkan oleh seorang dosen ilmu

olahraga dan ilmu filsafat, bernama H. Muhammad Atho’illah Iskandar pada 7

Mei 1972. Pak Athok, demikian pendekar pendiri ini biasa disapa, mendirikan

perguruan silat tersebut mempunyai beberapa tujuan. Antara lain ingin

menjadikan Bhinneka Tunggal Ika-nya segenap aliran dan beladiri nasional yang

bertugas membentuk watak serta perikehidupan bangsa Indonesia demi kesatuan

dan ketahanan nasional, sehingga bertanggung jawab penuh membentengi bangsa


39

Indonesia terhadap penyusupan kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan

kepribadian bangsa (Arief, 2012:31).

Atho’illah Iskandar adalah orang yang sangat disegani dalam dunia

persilatan. Hal ini dikarenakan beliau selain sebagai pendekar silat berkharisma,

tegap, dan gagah juga seorang pengajar di IKIP Surabaya (lihat foto 2.1).

Atho’illah juga mampu menuliskan buku mengenai sejarah dan teknik-teknik

pencak silat di berbagai daerah. Tokoh pendiri Ikatan Pencak Silat Nur Harias

adalah seorang veteran marinir berpangkat Mayor, tercatat sebagai atlit Dasa

Lomba PON di Medan dan menghabiskan waktunya sebagai pendidik dan pernah

menjadi dosen di FPOK yang sekarang menjadi FIK UNESA.

Foto 2.1 Drs. H. Moh. Atho’illah Iskandar


(sumber: arsip UKM Nur Harias UM, 2014)
Atho’illah Iskandar sebelum mendirikan IPS Nur Harias belajar ilmu

pencak silat dari berbagai aliran yang ada di Indonesia. Seperti Mataram kuno,

Silat Melayu, Minang, dan Gayo. Hal ini dijelaskan oleh Eko Hariyanto selaku

murid angkatan ketiga Atho’illah Iskandar:

“Latar belakang dari Nur Harias ini adalah berangkat dari Kasultanan
Mataram, beliau setidak-tidaknya ada sebuah unsur pencak silat yang
40

dibawa dari Kasultanan Mataram. Sampai pada suatu saat beliau ini
mengembara ke... ada tugas dari Departemen Pendidikan yang tugasnya itu
adalah ke arah Sumatera Utara. Dari bekal itu sebenarnya beliau terus
mengembangkan aliran Nur Harias ini” (wawancara, Jumat 20 Februari
2015 pukul 16.10)

Ditegaskan lagi oleh Syahrir Sanja selaku murid angkatan pertama:

“Nur Harias sendiri itu suatu aliran selektif yang diciptakan oleh beliau
diambil dari beberapa aliran, baik aliran silat Melayu yang ada di
Indonesia maupun dari wilayah-wilayah asing yang masuk, melebur, dan
berakulturasi dengan beladiri Indonesia..... Beliau (M. Atho’illah Iskandar)
menguasai aliran silat semua yang ada di Indonesia, karena beliau mantan
tentara yang bertugas pindah dari satu daerah ke daerah yang lain selalu
mencari induk-induk silat yang ada di daerah tersebut. Yang terlama di
Sumatera Utara yang dikenal dengan silat Gayo. Beliau masuk ke daerah
Minang hingga silat Jawa beliau bisa semua” (wawancara, Sabtu 21
Februari 2015 pukul 17.11)

Yulissari Iskandar selaku putri pertama Atho’illah Iskandar juga

menerangakan bahwa Atho’illah belajar dari beberapa guru dan aliran yang

disatukan menjadi pencak silat eklektis. Berikut pernyataan Yulissari Iskandar:

“Nur Harias itu sebenarnya bukan aliran. Karena pendiri Nur


Harias tidak hanya belajar dari satu guru, dari SH Winongo pakde-
nya sendiri, dari beberapa syeh juga belajar, Bugis, Makasar
akhirnya juga semua beladiri khas negara-negara seperti China dan
Jepang sehingga bernama silat eklektis diramu menjadi satu aliran.
Istilahnya bapak dulu ingin menjadi Bhinneka Tunggal Ika-nya
silat Indonesia.” (Wawancara tanggal 25 Februari 2015, 14.05
masjid UNESA)

Setelah tugas dari Sumatera Utara selesai, Atho’illah Iskandar mengajukan

mutasi dari militer dan menjadi dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan IKIP Surabaya

mengajar mata kuliah pencak silat dan ilmu filsafat. Selain menjadi dosen,

Atho’illah Iskandar menjadi pengurus Masjid IKIP Surabaya. Di sela-sela

kegiatan sebagai takmir masjid, Atho’illah juga mengajarkan ilmu pencak silat

yang dikuasai.
41

Menurut Imam Suhardi, Ketua Umum Nur Harias, Atho’illah berkeinginan

pencak silat terlahir dari jalur pendidikan agar lebih mudah mengembangkannya.

Karena di sekolah mempunyai aturan-aturan yang mengikat, tidak seperti yang

terjadi di luar sekolah dimana pada saat latihan akan bersifat musiman

(wawancara tanggal 4 April 2015, pukul 13.30). Dari aturan yang mengikat itu

dimanfaatkan oleh Atho’illah Iskandar agar anggota yang cocok dengan Nur

Harias sampai kapanpun akan tetap menjadi anggota, tidak ada unsur paksaan atau

mewajibkan dimana hatinya berkata begitulah Nur Harias sebagaimana Islam

sebagai agama beliau yang juga tidak pernah memaksa seseorang masuk ke Nur

Harias.

Menurut Syahrir Sanja murid pertama dari Atho’illah berjumlah lima

orang yakni Syahrir Sanja, Alfiah Kawaru (Alm), Rumiah, Pratiwi, dan Hermin.

Setelah menyusun dasar-dasar perguruan, maka dengan mantap Atho’illah

Iskandar mendirikan sebuah perguruan yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Nur

Harias (wawancara, Sabtu 21 Februari 2015 pukul 17.11). Dalam Anggaran Dasar

Ikatan Pencak Silat Nur Harias pasal 2 dijelaskan bahwa Nur Harias didirikan

pada tanggal 7 Mei 1972 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Nama Nur Harias mempunyai arti yaitu, Nur: cahaya dan Harias: padi

unggul, yang memakai prinsip ilmu padi yakni semakin berisi makin merunduk.

Tujuan awal didirikannya Nur Harias adalah pengebangan Islam lewat pencak

silat (syiar). Ikatan pencak silat Nur Harias berkantor pusat di Surabaya dan telah

lama mengembangkan sistem pendidikan pencak silatnya (Sosiawan, 2012:32).

Ada empat aspek utama dari pencak silat Nur Harias yaitu aspek beladiri,

aspek olahraga, aspek seni dan budaya dan aspek pendidikan. Ikatan pencak silat
42

Nur Harias berkeyakinan bahwa apabila keempat aspek tersebut dikelola secara

baik akan timbul suatu aspek yang universal yaitu kehidupan. Melalui pencak silat

ikatan pencak silat Nur Harias berusaha menciptakan suatu sistem pendidikan

yang memberikan haluan dan pedoman hidup yang terintegrasi, beresonansi,

berefleksi dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari yang kesemuanya itu

terjalin dan terjamin dalam pencak silatnya.

C. Keadaan Ikatan Pencak Silat Nur Harias pada Kepemimpinan Moh.

Atho’illah Iskandar

Mengamati perkembangan pencak silat di daerah perkotaan, diketahui

bahwa beladiri tetap populer meskipun mengalami persaingan ketat dari beladiri

yang berasal dari luar negeri seperti karate, judo, dan taekwondo. Tempat latihan

tersebar luas di sekolah, universitas, perkantoran swasta, dan masih banyak

penduduk kota yang mengikuti pelatihan untuk menjadi juara, menjaga kesegaran

tubuh, atau mencari kesaktian dan kekuatan batin (Maryono, 2000:19).

Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa animo masyarakat perkotaan

terhadap pencak silat sangat besar. Hal ini juga terjadi di dalam Ikatan Pencak

Silat Nur Harias pada masa Moh. Atho’illah Iskandar. Dari lima murid

berkembang menjadi sekitar 500 orang pada tahun pertama. 500 murid tersebut

merupakan gabungan aliran silat tradisional yang ada di Surabaya, Gresik, dan

sekitarnya.

Berdasarkan penuturan Pramanna Yulissari Iskandar, Atho’illah Iskandar

lahir di Solo, 25 Juli 1927 dan wafat di Surabaya 31 Januari 1996. Atho’illah

adalah putra seorang pedagang berdarah biru dengan keturunan Indo-Jerman dari
43

ibu Hj. R.A. Siti Khodijah Fischer dan ayah M. Saleh Nur dari Persia. Atho’illah

Iskandar dinobatkan sebagai Pendekar Pemersatu Aliran Silat di IPSI karena

menjalin silaturrahmi antar anggota dan keluarga aliran silat yang lain. Atho’illah

sendiri juga menyusun peraturan pertandingan olahraga pencak silat dan senam

silat guna memperkecil persaingan antar perguruan silat atau aliran akibat

egoisme perguruan. Pusat dan satu-satunya cabang sebelum tahun 1980 adalah di

Ketintang IKIP Surabaya (lihat foto 2.2).

Foto 2.2 Sekretariat Nur Harias Surabaya


(sumber: Arsip UKM Nur Harias Unesa, 2014)

Atho’illah Iskandar tidak pernah mengajak calon muridnya untuk masuk

dan bergabung ke Nur Harias. Calon muridlah yang harus mendatangi langsung

Atho’illah Iskandar dan menyatakan diri masuk Nur Harias.

Pernyataan ini ditegaskan oleh Eko Hariyanto selaku angkatan kedua

Ikatan Pencak Silat Nur Harias:

“Beliau tidak mengatakan “ayo ikut ke perguruan saya”, tidak


pernah. Karena beliau tidak ingin NH itu berkembang secara liar
sebenarnya. Beliau itu mempunyai harapan NH itu berkembang
44

seiring dengan syiar agama Islam, beliau mengatakan seperti itu.


Jadi sebenarnya dia tidak menghendaki NH itu mencari anggota,
justru orang-lah yang ingin mencari kesana. Jadi tidak ada istilah
pamflet, pengumuman, pendaftaran, sama sekali.” (wawancara,
Jumat 20 Februari 2015 pukul 16.10)

Hal tersebut mengakibatkan perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias

berjalan lambat. Akan tetapi dua murid Atho’illah Iskandar yakni Eko Hariyanto

dan Djarkoni diberi keleluasaan untuk mengenalkan Ikatan Pencak Silat Nur

Harias dengan masih dalam pengawasan Atho’illah. Eko Hariyanto dan Djarkoni

diminta oleh TVRI untuk tiap hari Minggu itu muncul secara rutin itu.

Di situlah muncul keinginan Atho’illah bahwa dengan adanya penayangan

di TVRI itu supaya dikenal oleh masyarakat sekitar, itu telah mulai terbuka dan

muncullah sebuah pemikiran bagaimana mengembangkan NH itu secara luas.

Akhirnya ada beberapa yang bisa dikembangkan yang pertama ada di Ketintang

yang kedua ada di Madrasah semacam cikal-bakal Pagar Nusa, itu termasuk

binaan dari Nur Harias. Semakin berkembang akhirnya ada cabang di SMP 15

Surabaya, kemudian di SGO (Sekolah Guru Olahraga).

Di dalam dunia persilatan, nama Atho’illah Iskandar sangat tidak asing

bagi para pendiri perguruan dan Ikatan Pencak Silat Indonesia. Hal ini

dikarenakan jasa Atho’illah Iskandar dalam ikut mendirikan perguruan-perguruan

yang ada di Jawa Timur dan sebagai dewan pendekar dunia. Atho’illah Iskandar

ikut berkecimpung dalam perkembangan perguruan Setia Hati Winongo, Pamur,

Pencak Organisasi, Pagar Nusa dan lain sebagainya. Bahkan Atho’illah mengirim

atlit Ikatan Pencak Silat Nur Harias untuk dijadikan atlit dari Pagar Nusa.
45

Pernyataan ini berdasarkan keterangan dari M. Kusairi selaku pendiri

Ikatan Pencak Silat Nur Harias cabang Sampang sekaligus salah satu anak didik

kesayangan Atho’illah Iskandar:

“Bapak (Atho’illah Iskandar) ikut mendirikan PO akan tetapi jasa


beliau oleh anggota yang sekarang tidak diakui dan dihargai.
Bapak juga ikut membantu dalam pendirian perguruan Pamur di
Pamekasan dan Pagar Nusa. Selain itu beliau juga merupakan
anggota Dewan Pendekar Dunia dan wasit nasional.” (wawancara
tanggal 29 Maret 2015 pukul 08.00)

Hal ini juga ditegaskan oleh Syahrir Sanja yang menyatakan:

“Bapak Atho’ sebagai salah satu pelatih awal Pagar Nusa bahkan
mau ditunjuk sebagai ketua. Akan tetapi beliau menolak karena
sudah punya NH maka disarankan kepada Gus Maksum.”
(wawancara, Sabtu 21 Februari 2015 pukul 17.11)

Atho’illah Iskandar menggunakan pencak silat sebagai metode dakwah.

Menggunakan metode dakwah dalam pencak silat adalah hal yang lumrah bagi

sebagian besar pencak silat yang ada di Indonesia. Para muballigh zaman praIslam

tidak jarang menggunakan beladiri sebagai sarana penyebaran Islam yang ampuh.

Melalui pencak silat, dakwah yang diterima diharapkan bebas dari hambatan baik

dari luar maupun dari dalam perguruan itu sendiri.

Dakwah merupakan satu rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka

mencapai suatu tujuan tertentu, tujuan ini dimaksudkan untuk memberi arah atau

pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas

seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia (Anzhari, 140).

Dakwah adalah bahasa universal yang dapat dilakukan oleh perorangan

maupun banyak orang. Indonesia sebagai negara dengan pemeluk agama Islam

terbanyak di dunia membutuhkan suatu metode dakwah alternatif agar mampu

bertahan dari tekanan luar maupun dari dalam. Salah satunya melalui pencak silat
46

yang merupakan beladiri asli Indonesia. Oleh muballigh pencak silat dapat

dipadukan menjadi metode penyebaran Islam yang efektif.

Meskipun Ikatan Pencak Silat Nur Harias adalah jalur dakwah dan pencak

silat bernafaskan Islam, Atho’illah Iskandar memperbolehkan orang yang

beragama lain selain Islam untuk belajar pencak silat. Hal ini diterangkan oleh

Eko Hariyanto:

“Walaupun kita itu karakteristiknya memang Islami tapi kita tidak


menutup orang-orang dari agama lain untuk belajar NH. Baik
yang pernah terjadi di Surabaya dan di Malang. Itu yang saya
ketahui. Jadi waktu itu di Surabaya ada mahasiswa Bali beragama
Hindu, dia tetep belajar sesuai dengan apa yang pendekar kita
(Atho’illah) ajarkan tetap boleh ikut. Persoalannya ada pada saat
pengisian karena yang dibaca adalah lafal-lafal Islam maka beliau
diharapkan harus membaca syahadat.” (wawancara, Jumat 20
Februari 2015 pukul 16.10)

Atho’illah Iskandar memasukkan metode dakwah pencak silat melalui

kenaikan tingkat bagi para muridnya. Para murid diwajibkan membaca syahadat

apabila hendak menerima ilmu pada tahapan tertentu. Metode lainnya yakni

mewajibkan anggota Ikatan Pencak Silat Nur Harias agar selalu berada pada

ajaran agama Islam. Semua ajaran agama Islam sudah ada di dalam kode etik

perguruan yang disebut Panca Prasetya Nur Harias.

Setelah para murid Atho’illah lulus, masing-masing dari mereka ada yang

menyebarkan Ikatan Pencak Silat Nur Harias di daerahnya. Sebagai contoh

Syahrir Sanja mengajarkan Nur Harias SMAN 4 Malang, Djarkoni di SMPN 11 &

32 Surabaya, dan bahkan Eko Hariyanto mampu membawa Nur Harias masuk

IKIP Malang pada tahun 1989.

Meskipun Ikatan Pencak Silat Nur Harias tergolong masih baru, namun

mampu melahirkan juara dunia pencak silat di dalam diri Djarkoni. Prestasi yang
47

diraih Djarkoni antara lain, pada event PON XI tahun 1985 meraih juara I.

Kejuaraan pencak silat dunia Kualalumpur Malaysia pada tahun 1987 dengan

meraih peringkat II disusul pada tahun 1991 di event kejuaraan pencak silat dunia

di Brunei Darussalam meraih gelar juara (Arief, 2012:34). Tahun 1995 susunan

kepengurusan berubah yang semula antara Pendekar Utama dan Ketua Umum

dipegang langsung oleh Moh. Atho’illah Iskandar dipisah sehingga Atho’illah

menjabat sebagai Pendekar Utama dan Alfiah K. Waru menjadi Ketua Umum dari

tahun 1995 hingga digantikan oleh Arif Suyono pada tahun 1999.

D. Kiprah Para Penerus Moh. Atho’illah Iskandar

Wafatnya Atho’illah Iskandar pada tanggal 31 Januari 1996 dengan tidak

meninggalkan pengganti membuat situasi perguruan sempat tegang. Dari pihak

keluarga ada pertentangan apakah pihak keluarga atau orang lain yang

meneruskan tongkat kepemimpinan. Eko Hariyanto mengatakan:

“Pada saat itu ada pertentangan di keluarga apakah harus


diteruskan oleh pihak keluarga ataukah diteruskan kepada anak
didiknya. Itu pertentangan pada waktu itu. Jadi antara diteruskan
oleh pihak keluarga termasuk ada di dalamnya bu Lis (Yulissari
Iskandar), mbak Firly, dan mas Bima. Tetapi setelah
dimusyawarahkan memang ada keputusan yang sangat baik dari
keluarga sebaiknya tidak keluarga yang meneruskan tapi boleh
orang lain” (wawancara, Jumat 20 Februari 2015 pukul 16.10)

Oleh karena orang lain boleh meneruskan maka muncullah nama Eko

Hariyanto dan Djarkoni sebagai calon penerus Atho’illah Iskandar. Namun Eko

Hariyanto menolak karena kesibukan menjadi dosen IKIP Malang menyita waktu

dan tenaga. Begitu pula dengan Djarkoni menolak dengan alasan kesibukan

mengajar dan pekerjaan sampingan demi memenuhi kebutuhan keluarga. Maka


48

dicari orang yang bisa untuk membawai Nur Harias ini supaya jalurnya itu tetap

yang dikehendaki oleh Atho’illah Iskandar.

Melalui perdebatan yang panjang muncul nama Imam Suhardi dari

Jombang yang memegang jabatan dari tahun 2003 hingga saat ini (lihat foto 2.3).

Hingga pada saat Munas di Malang tahun 2013 masih Imam Suhardi yang

menjabat sebagai ketua Ikatan Pencak Silat Nur Harias dua periode. Pusat

organisasi berpindah dari Surabaya ke Jombang.

Meninggalnya Atho’illah Iskandar justru Ikatan Pencak Silat Nur Harias

mampu berkembang pesat di sejumlah kabupaten di Jawa Timur. Sebagian besar

pendiri dari cabang tersebut merupakan alumni IKIP Malang dan IKIP Surabaya

seperti Kusairi di Sampang tahun 1993, Yuli Sugiharto mengembangkan Nur

Harias di Sumenep tahun 1994, , Imam Suhandi dari Jombang, Solichul dari

Trenggalek, Abdur Razak di Mojokerto tahun 2008, Rova dari Tuban tahun 2009,

dan yang terbaru Muhyi di Gresik pada tahun 2014. Orientasi silat sebagai syiar

Islam diimbangi dengan prestasi di gelanggang.

Foto 2.3 Imam Suhardi


(Dokumentasi UKM Nur Harias UM tahun 2010)
49

Prestasi pencak silat Nur Harias tidak berhenti sampai di situ saja. Pada era

sekarang banyak bermunculan atlet-atlet perguruan Nur Harias yang meraih

prestasi di tingkat daerah maupun nasional. Mereka antara lain Bambang Dodik

dan Fready Abinuko yang telah mewakili UNESA di kejurnas antar mahasiswa.

Di pertandingan antar pelajar perguruan Nur Harias juga meraih prestasi yang

telah diraih oleh M. Fathurrahman dari SMP 15 Surabaya pada kelas 1 putra saat

event P2SP yang berlangsung pada akhir tahun 2011 (Sosiawan, 2012:34).

Dalam proses pengembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias selalu

mendapat tantangan dan cobaan. Namun pada akhirnya Nur Harias mampu

melewati ujian tersebut dan tetap eksis di dunia persilatan. Tantangan yang

dihadapi oleh para pengembang ialah tantangan dari perguruan lain yang hendak

menghalang-halangi atau bahkan menuduh Ikatan Pencak Silat Nur Harias adalah

syirik dan sesat. Hal ini dijelaskan oleh Eko Hariyanto:

“Yang selama ini saya masuk, suara-suara sumbang memang ada. Kalau
buka perguruan itu pasti akan diganggu. Tetapi saya punya keyakinan
kalau NH berangkatnya baik, maka tahun 1989 saya memberanikan diri
untuk membuka (NH). Setelah berjalannya waktu tetap kita menjaga
hubungan dengan perguruan-perguruan lain. Bahkan kita selalu
memberikan solusi yang terbaik dengan perguruan lain.” (wawancara,
Jumat 20 Februari 2015 pukul 16.10)

Muhammad Khusairi selaku pendiri cabang Sampang mengaku bahwa

dirinya diserang oleh sebagian besar pencak silat yang ada di Sampang. Namun

Khusairi dapat mengatasi dengan mengalahkan mereka dan bahkan perkembangan

di Kabupaten Sampang adalah yang terpesat diantara cabang yang lain. Khusairi

juga dituduh sesat dan mengajarkan syirik oleh beberapa kyai Sampang. Namun

hal tersebut dapat diatasi dengan membuka semua ajaran Ikatan Pencak Silat Nur
50

Harias yang memang semua amalan, ajaran, dan perbuatannya sesuai dengan

agama Islam (wawancara tanggal 29 Maret 2015 pukul 08.00).

Untuk membina silaturrahmi yang lebih erat lagi, maka para penerus

mengadakan suatu kompetisi yang bernama Nur Harias Cup (lihat tabel 2.1). Nur

Harias Cup mempertandingkan kategori tanding dan seni bagi seluruh cabang

Ikatan Pencak Silat Nur Harias. Latihan alam dan kenaikan sabuk juga dijadikan

wadah pengenalan antara pengurus pusat dengan daerah agar silaturrahmi tetap

terjaga. Tempat penyelenggaraan latihan alam berada di daerah sekitar Surabaya

seperti Pasuruan, Jombang, Malang, dan Probolinggo dilaksanakan sekali dalam

satu tahun.

Foto 2.4 Alfiah K. Waru dalam acara Invitasi Nur Harias Cup 14 Februari
1988 Malang
(Sumber: Arsip IPS Nur Harias Surabaya, 1988)

Para penerus mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) guna membahas

penyamaan tekhnik dan ajaran Ikatan Pencak Silat Nur Harias. Hal ini dijadikan
51

sebagai wadah silaturrahmi antar cabang dan pengurus pusat. Dari Munas tersebut

juga ditentukan kepengurusan Ikatan Pencak Silat Nur Harias yang terbaru.

Tabel 2.1 Daftar Tempat Penyelenggaraan Nur Harias Cup

Tahun Institusi Penyelenggara Tempat


1988 Universitas Negeri Malang Sasana Budaya
1999 Universitas Negeri Surabaya GOR Bima
2000 Universitas Negeri Surabaya GOR Bima
2001 Univrsitas Negeri Surabaya GOR Bima
2004 Universitas Negeri Surabaya GOR Bima
2008 Universitas Negeri Malang Sasana Budaya
2010 Universitas Negeri Surabaya GOR Bima
2011 Universitas Negeri Surabaya GOR Bima
2013 Nur Harias Cabang Jombang Gedung Serbaguna
(sumber: Arsip Ikatan Pencak Silat Nur Harias Cabang Malang tahun 2014)
BAB III

KARAKTERISTIK IKATAN PENCAK SILAT NUR HARIAS di

SURABAYA

A. Asas, Sifat dan Tujuan Ikatan Pencak Silat Nur Harias

Pada Anggaran Dasar Nur Harias bab II pasal 4 berbunyi Nur Harias

berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

1945. Dengan menggunakan kedua asas tersebut semua kegiatan Ikatan Pencak

Silat Nur Harias haruslah tunduk dan patuh pada aturan pemerintah. Pasal 5 pada

bab yang sama menyatakan bahwa Nur Harias bersifat kekeluargaan,

persaudaraan, dan kemasyarakatan yang gotong royong. Tujuan Nur Harias

adalah:

1. Membentuk warga Nur Harias menjadi warga negara Indonesia yang taqwa,

sanggup membeladiri, mempertahankan eksistensinya, masyarakat, bangsa

dan negara Indonesia.

2. Memberi tuntunan, haluan, dan pedoman hidup kepada warga Nur Harias

melalui pencak silat, menuntun peri kehidupan gotong-royong, berbudi daya

religius dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.

3. Berpartisipasi dalam usaha-usaha Ikatan Pencak Silat Indonesia yang sesuai

dan sejalan dengan asas dan tujuannya.

4. Membentuk pesilat yang tangguh dan berprestasi.

Adapun falsafah dasar Ikatan Pencak Silat Nur Harias adalah:

1. Taqwa kepada Allah.

2. Lurus, Laras, Leres.

52
53

3. Ilmu padi (makin berisi makin merunduk).

4. Nang, neng, ning, nung, nong.

5. Welas asih (perikemanusian).

6. Ngapuranta (suka memaafkan, tidak mendendam).

7. Lilo-legowo (ikhlas, berserah diri, tawakal).

Prinsip dasar sebagai aliran Pencak Silat Nur Harias adalah:

1. Silaturahmi/persaudaraan

2. Menghindari permusuhan

3. Pantang surut

4. Menguasai lawan

5. Permainan posisi, pemindahan titik berat badan

6. Getap

7. Ekonomis (memanfaatkan tenaga lawan, membuang tenaga lawan, dan tidak

menerima/melawan/mengadu kekuatan)

Syarat-syarat pesilat adalah:

1. Tenang

2. Waspada

3. Tatag (tak gentar, mantap)

4. Mapan

5. Laras (bijak, melihat selatan/ arah, pandai menyesuaikan)

6. Tatas, Titis, Tutus, Tétés, Tetes

7. Ilmu padi (sopan, santun, selalu merendah)

Ikatan Pencak Silat Nur Harias memiliki motto “Hidup tanpa takut, mati

tanpa sesal”. Pesilat Nur Harias diwajibkan untuk tidak pernah gentar mengatakan
54

yang benar, musuh jangan dicari, bertemu musuh jangan lari, musuh lari kita

berhenti. Anggota Nur Harias juga harus melindungi dan memberi maaf kepada

musuh yang tidak berdaya. Ketika berada di gelanggang, prinsip terseebut harus

benar-benar diterapkan seperti tidak menyiksa lawan yang telah sekarat atau lebih

lemah dari pesilat Nur Harias.

B. Struktur Organisasi Ikatan Pencak Silat Nur Harias

Komando tertinggi dalam Ikatan Pencak Silat Nur Harias berada di tangan

Ketua Umum. Semua keputusan baik ranting, cabang maupun pusat harus dengan

persetujuan Ketua Umum. Anggaran Dasar pasal 3 menjelaskan Nur Harias

berkedudukan di Indonesia dan berpusat di tempat pimpinan tertinggi berada.

Tugas dari ketua umum Ikatan Pencak Silat Nur Harias ialah:

1. Memimpin organisasi Ikatan Pencak Silat Nur Harias sesuai kebijaksanaan

yang digariskan oleh keputusan Musyawarah Daerah.

2. Mewakili Ikatan Pencak Silat Nur Harias ke dalam dan keluar sesuai dengan

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nur Harias.

3. Memelihara hubungan yang erat dengan Perguruan Pencak Silat, IPSI, dan

beladiri lainnya .

4. Memimpin rapat-rapat Panitia Pusat Ikatan Pencak Silat Nur Harias dan rapat-

rapat lainnya sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar, dan Anggaran Rumah

Tangga, dan Program Umum.

5. Mengarahkan, membimbing, dan mengawasi pelaksanaan kebijaksanaan Ikatan

Pencak Silat Nur Harias.


55

Di bawah ketua umum ada ketua I dan II sebagai perwakilan ketua apabila

berhalangan hadir dalam tugas ketua dan menjalin hubungan dengan dewan

pendekar, para ketua bidang dan sub bidang dan sekretaris umum. Jabatan

organisasi selanjutnya ada Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Departemen-

departemen (bidang-bidang).

Bidang-bidang yang ada di dalam Ikatan Pencak Silat Nur Harias adalah:

1. Bidang Lembaga dan Organisasi:

a. Menyelesaikan dan mengkaji masalah keorganisasian Ikatan Pencak Silat

Nur Harias dalam rangka program umum.

b. Menyusun rencana tentang syarat-syarat dan sistem administrasi

keanggotaan.

c. Menyusun rencana tentang syarat-syarat dan sistem pendidikan,

pembinaan administrasi keanggotaan.

d. Mengelola administrasi keanggotaan.

e. Menyusun rencana tentang pengembangan karier dan prestasi atlit.

2. Humas dan Publikasi:

a. Menyusun rencana penyebarluasan informasi kepada masyarakat

mengenai kegiatan Ikatan Pencak Silat Nur Harias.

b. Menerbitkan buku-buku petunjuk tentang latihan dan kegiatan Ikatan

Pencak Silat Nur Harias.

3. Penelitian dan Pengembangan:

a. Mengadakan kegiatan penelitian untuk dikembangkan menjadi sumber

pemenuhan kebutuhan anggota.

b. Mengadakan kerjasama dengan IPSI dan instansi terkait.


56

4. Koordinator Pendekar:

a. Koordinasi dengan pendekar utama dalam menetapkan kurikulum.

b. Bertugas untuk memimpin pendekar muda dalam mengembangkan

Ikatan Pencak Silat Nur Harias sesuai kebutuhan.

c. Koordinasi dengan Litbang.

5. Kabid Pendidikan:

a. Menyusun materi latihan untuk pelaksanaan kegiatan.

b. Memberikan masukan kepada koordinator pendekar dalam penyusunan

kurikulum.

6. Kepelatihan:

a. Mengkoordinasi pelatih untuk pengembangan dan peningkatan olahraga

pencak silat.

7. Perwasitan/ Penjurian:

a. Mengkoordinasi wasit juri.

b. Mengembangkan dan meningkatkan wasit juri.

c. Mengadakan penataran wasit juri.

8. Mental Spiritual:

a. Menyiapkan materi-materi pembinaan mental spiritual.

b. Mengadakan pelatihan dan pembinaan mental spiritual..

9. Kabid Dana dan Prasarana:

a. Membuat program dan rencana untuk pengumpulan dana.

b. Merencanakan pengusahaan dan membuat usaha lain guna meningkatkan

dana.
57

DEWAN PENDEKAR KETUA UMUM

KETUA I & II

SEKRETARIS

LEMBAGA & HUMAS & PENELITIAN & KOORDINATOR


ORGANISASI PUBLIKASI PENGEMBANGAN PENDEKAR

PENDIDIKAN KEPELATIHAN DANA & MENTAL


PRASARANA SPIRITUAL

PERWASITAN/
PENJURIAN

ANGGOTA

Bagan 3.1 Struktur Organisasi Ikatan Pencak Silat Nur Harias


(sumber: Arsip UKM IPS Nur Harias Unesa, 2014)

Dalam Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pencak Silat Nur Harias pasal 12

ayat 3 menjelaskan bahwa pengurus terpilih disyahkan dengan prosedur sebagai

berikut:

a. Pengurus Ranting disyahkan oleh Pengurus Cabang

b. Pengurus Cabang disyahkan oleh Pengurus Daerah

c. Pengurus Daerah disyahkan oleh Pengurus Besar/ Pusat

d. Pengurus Besar/ Pusat disyahkan oleh Pimpinan Tertinggi/ Ki

Agung
58

C. Ajaran Ikatan Pencak Silat Nur Harias

Eko Hariyanto menjelaskan bahwa sebenarnya ajaran dari NH itu sudah

Islam sebagai contoh poin pertama yakni mengabdi kepada Allah SWT, yang

kedua patuh pada pimpinan, dan yang ketiga berbakti kepada orangtua

(wawancara, Jumat 20 Februari 2015 pukul 16.10). Poin yang dimaksud adalah

lima janji anggota Nur Harias yang disebut dengan Panca Prasetya Nur Harias:

Adapun ke lima isi Panca Prasetya Nur Harias sebagai berikut:

1. Mengabdi kepada Allah SWT.

Sebagai pencak silat Islam, Ikatan Pencak Silat Nur Harias mengedepankan

pada pengabdian terhadap Allah SWT. Seluruh ajaran yang tidak sesuai

dengan perintah dan anjuran Tuhan melalui Al-Quran dan Al-Hadist dilarang

untuk dilakukan oleh setiap warga Nur Harias. Pada tingkatan tertentu,

anggota yang telah mendapatkan pendidikan yang utama akan mendapat

karma apabila masih melanggar ketentuan Allah SWT.

2. Patuh pada pimpinan dan menjunjung tinggi nama perguruan.

Sebagai warga Nur Harias pantang untuk melawan perintah yang benar dari

pimpinan. Mengharumkan nama Nur Harias di berbagai even adalah

kewajiban bagi setiap anggota. Anggota diharapkan mampu menjaga nama

baik perguruan dan etika di dalam masyarakat.

3. Berbakti kepada ibu, bapak, guru, masyarakat, bangsa, dan negara.

Orangtua adalah tuhan yang nampak bagi kita di dunia. Tanpa doa restunya

segala sesuatu tidak akan terwujud. Guru sebagai pengganti orangtua disaat

kita menimba ilmu. Tanpa sosok guru kita tidak akan bisa melakukan apapun.
59

Berbakti kepada masyarakat, bangsa, dan negara adalah kewajiban kita

sebagai warga negara Indonesia.

4. Menjalankan yang baik, menjauhi yang buruk.

Agama mengajarkan kita agar menjalankan perintah agama dan menjauhi

yang dilarang oleh agama. Apabila kita melaksanakan keduanya maka ridlho

Tuhan akan senantiasa mengiringi kita. Kemudian agama juga menganjurkan

agar kita mengambil segala sesuatu yang baik dan membuang jauh yang

buruk.

5. Bergotong royong dalam suka dan duka.

Ketika kita telah menjadi warga Ikatan Pencak Silat Nur Harias seutuhnya,

kewajiban selanjutnya ialah saling membantu antar anggota dengan tidak

mengenal suku, ras, dan golongan. Dengan begitu akan tercipta harmonisasi

di dalam organisasi agar Nur Harias tetap jaya kedepannya (AD/ ART IPS

Nur Harias, 1995:11).

Ikatan Pencak Silat Nur Harias bukan hanya memperhatikan

Hablummninallah saja, Hablumminannas sangat diperhatikan dengan senantiasa

selalu menjaga keharmonisan antara masyarakat dengan anggota Ikatan Pencak

Silat Nur Harias sehingga kesan yang ditimbulkan baik. Anggota Ikatan Pencak

Silat Nur Harias juga diwajibkan menjaga hubungan dengan beladiri dan pencak

silat yang berbeda aliran. Anggaran Rumah Tangga IPS Nur Harias pasal 11

menjelaskan Nur Harias merupakan suatu paguyuban yang gotong royong dalam

suka dan duka. Setiap saat anggota Nur Harias terbuka pintu hatinya untuk saling

membantu apabila dalam kesulitan, kesusahan, kesukaran, dan penderitaan (AD/

ART IPS Nur Harias, 1995:16).


60

D. Makna Simbol Ikatan Pencak Silat Nur Harias

Nur Harias memiliki lambang yang pada hakekatnya merupakan proyeksi

dari bentuk, corak, isi, dan tujuan pendidikan pencak silatnya (lihat gambar 3.1),

yaitu:

Gambar 3.1 Lambang Ikatan Pencak Silat Nur Harias


(sumber: arsip UKM IPS Nur Harias UM, 2014)

1. Kubah bunga teratai merah bersegi lima: Sasana Pendidikan. Merah:

Ketahanan fisik, semangat, cinta tanah air, bangsa, dan negara.

2. Latar belakang/dasar. Hitam: kekal abadi, tahan uji, menimbulkan yang haq.

3. Enam batang dan daun padi berwarna hijau, berbuah 21 butir berwarna

kuning: ilmu padi makin berisi makin merunduk. Enam batang daun: enam

dasar kepercayaan agama Islam yakni Rukun Iman. Warna hijau berarti lurus,

benar, dan baik. 21 butir padi berarti suka menolong, membela yang lemah,

membela yang teraniaya. Hal ini sesuai dengan perhitungan: 21 = 3 x 7 (pitu,

21 = 3 x 7) = pitutur, pituduh, pitulung.

Pitutur: nasehat lisan

Pitulung: petunjuk, pengarahan, peragaan

Padi: Hajat hidup, kebutuhan pokok masyarakat.

4. Cabang putih - senjata persilatan murni


61

a. Bagian yang bulat: lambang kebulatan tekad.

b. Bagian yang bengkok: untuk pertahanan, menguasai dan berarti laras,

bijaksana.

c. Bagian yang lurus: jalan yang lurus (sirathal mustaqim) menuju

kesempurnaan di jalan Allah.

d. Putih: sempurna.

5. Bintang lima di ujung berwarna putih adalah lambang Nur Illahi yang

bersinar keseluruh penjuru sebagai tujuan akhir, tempat berlindung dan

kembali semua ciptaan-Nya (AD/ ART IPS Nur Harias, 1995:11-12).

E. Perekrutan Anggota Ikatan Pencak Silat Nur Harias

Pada masa awal perintisan Ikatan Pencak Silat Nur Harias, Atho’illah

Iskandar tidak ingin ajaran pencak silatnya tersebar dengan liar. Atho’illah

menginginkan agar orang atau calon muridlah yang harus mencarinya sendiri.

Atho’illah Iskandar mementingkan kualitas individu dibandingkan dengan

kuantitas.

Keanggotaan Ikatan Pencak Silat Nur Harias bersifat tunggal dan aktif.

Artinya tidak dibenarkan seseorang merangkap atau menjadi anggota organisasi

pencak silat lain. Perangkapan keanggotaan dengan organisasi beladiri lain (bukan

pencak silat) harus seizin pengurus Nur Harias.

Ikatan Pencak Silat Nur Harias mengenal tiga jenis keanggotaan yakni:

1. Anggota biasa ialah mereka yang telah memenuhi persyaratan sebagai anggota

dan berhak untuk mendapatkan pendidikan sepenuhnya sesuai dengan

kurikulum pendidikan Nur Harias.


62

2. Anggota khusus ialah mereka yang menjadi anggota karena simpati kepada

Nur Harias akan tetapi tidak ingin mendapatkan pembinaan teknis (misal:

keluarga pengurus/pelatih/pembina, donatur)

3. Anggota istimewa ialah mereka yang bersedia dan diterima sebagai:

a. Pelindung: tokoh-tokoh organisasi, instansi pemerintah sipil, militer yang

diangkat oleh Nur Harias

b. Penasehat

c. Pembina

d. Jabatan pelindung, penasehat, pembina dapat dirangkap (Anggaran Rumah

Tangga Ikatan Pencak Silat Nur Harias, 1995:18-19).

Pada saat ini, metode perekrutan anggota Ikatan Pencak Silat Nur Harias

melalui jalur pendidikan sebagai jalan yang utama. Hal ini dikarenakan sebagian

besar pelatih Ikatan Pencak Silat Nur Harias berasal dari kalangan guru khususnya

guru olahraga yang mengajar di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Bahkan pelatih Ikatan Pencak Silat Nur

Harias juga berasal dari kalangan dosen Universitas Negeri di Jawa Timur.

Setiap enam bulan sekali setiap anggota berhak mengikuti ujian kenaikan

tingkat dan sabuk apabila persyaratan usia, teknik dan perilaku telah terpenuhi.

Setiap setahun sekali pengurus Ikantan Pencak Silat Nur Harias mengadakan

latihan alam dan kenaikan tingkat di tempat yang berbeda. Bagi anggota yang

telah disahkan untuk naik tingkat akan mendapatkan sertifikat dan berhak

melanjutkan materi Nur Harias selanjutnya.

Syarat-syarat pendaftaran menjadi anggota Ikatan Pencak Silat Nur Harias

adalah:
63

1. Mengisi formulir pendaftaran perguruan.

2. Menyertakan surat izin dari orang tua.

3. Membayar uang pangkal sesuai dengan kemampuan anggota.

4. Anggota tidak merangkap atau menjadi anggota perguruan silat lainnya.

F. Pembinaan Teknik dan Latihan Ikatan Pencak Silat Nur Harias

Ikatan Pencak Silat Nur Harias menerapkan ujian kenaikan tingkat bagi

anggotanya yang ingin mendapatkan sabuk guna meningkatkan materi yang

didapat. Tingkatan pendidikan yang ada di Ikatan Pencak Silat Nur Harias sebagai

berikut:

1. Kawi (sabuk hitam dasar): kijang

a. Pembekalan sikap

1) Salam

2) Tegak 1 sampai dengan 4

3) Duduk

a) Istirahat c) Simpuh e) Jengkeng

b) Sila d) Sempok f) Lube

4) Kuda-kuda

a) Depan c) Samping e) Tengah

b) Belakang d) Silang

b. Pembekalan gerak

1) Penjuru mata angin, arah dan hindar

2) Tangkisan satu tangan dan dua tangan

3) Serangan dasar
64

a) Lengan tunggal dan lengan rangkap

b) Kaki (tendangan lurus, tendangan sabit, dan tendangan T)

4) Langkah

a) Lurus c) Zig-zag

b) Pilin d) Segitiga tunggal

c. Pembentukan Fisik

1) Senam 4) Sprint

2) Roll depan, belakang 5) Lari jarak jauh

3) Jatuhan 6) Berkemah

d. Pembentukan Rohani

1) Berdoa 4) Sholat

2) Tafakur 5) Ceramah

3) Puasa 6) Media lain

2. Bharata (sabuk merah): jasmaniah, semangat: kuda

a. Pembentukan Sikap

1) Lanjutan 1 3) Pancer bawah

2) Pancer bawah 4) Jatuhan

b. Pembagian Gerak

1) Tangkisan dua tangan

2) Tangkisan kaki

3) Langkah: a) Segitiga rangkap b) Langkah S

c) Ladam tunggal dan rangkap

4) Serangan:

a) Lengan ganda dan campuran


65

b) Kaki ganda

5) Tangkapan, lepasan, jatuhan

6) Senam silat

7) Sabung sampai lima gebrakan

c. Pembentukan Jasmani

1) Senam 4) Lari sprint

2) Roll samping 5) Berkelana

3) Jatuhan

d. Pembentukan Rohani

1) Berdoa dan bersyukur 4) Ceramah

2) Tafakur 5) Sholat

3) Puasa 6) Media lain

3. Nimpuno (sabuk biru): lurus, benar, baik: banteng

a. Jurus I

Isi: 1) Tangkisan kiri 3) Tangkisan jeplak

2) Tangkisan kanan 4) Tangkisan sis, sikutan

b. Jurus II

Isi: 1) Balas, tangkap dan tarik 2) Siku belakang

c. Jurus III

Isi: 1) Cekikan berantai 2) Tangkisan monyet

d. Jurus IV

Isi: 1) Besut dalam dan luar 2) Tangkap silang dan lepasan

e. Segitiga geser dengan pukulan ganda (tunggal, ganda dan catur)

f. Ladam geser (tunggal dan ganda)


66

Isi: 1) Jurus 1 sampai 4 3) Pukulan silang

2) Pukulan rangkap dan tunggal 4) Sangkol dan tebah

g. Gergaji geser rendah (tunggal dan rangkap)

h. Siroda kanan dan kiri

Di isi dengan jurus 1 dan 4, macam-macam rangkaian dan menggunakan

senjata tongkat panjang, tongkat pendek rangkap

4. Manggala-panji (sabuk hijau): welas asih, manusiawi: singa

a. Jurus G

b. Segi empat lurus:

1) Langkah mati 2) Aneka ragam

c. Segi empat potong:

1) Sapu belakang 2) Aneka ragam

d. Siroda rangkap kanan dan siroda rangkap kiri

e. Supit belakang

f. Panggang ayam

g. Sangkul kanan

h. Bungkus

i. Supit udang

j. Ungkit kaki kekanan (pisau)

k. Tangkap empat – sangkol kiri

Senjata: 1) Cabang/ trisula 2) Pedang/ parang

5. Seno/ pendekar muda (sabuk kunyit): ngapuranta, memaafkan: gajah

a. Supit leher f. Panggul kanan

b. Lipat lengan g. Panggul kiri


67

c. Lipat lengan luar h. Tangkap - 9

d. Kempit lengan i. Lipat kaki - 9

e. Kempit kaki j. Lipat kaki – 5

Senjata: 1) Pedang rangkap 2) Pisau belati

6. Sasmito/ pendekar madya ( sabuk gading ): lili legowo: naga: pendekar Ki

anom

a. Jurus bawah 3 sampai 4

b. Pancer bawa (simpuh)

c. Sempok sangkol dan kipas

d. Sempok gunting luar dan dalam

e. Sempok tendang kanan dan kiri

f. Kuda binal

g. Sapu jagad

h. Jurus kaki

Senjata: 1) Clurit 3) Lain-lain

2) Tongkat

7. Waskito/ pendekar utama ( sabuk putih ): sampurno: garuda: Ki

8. Sabuk Intan/ pendekar agung ( sabuk putih satin ): Ki Agung

(sumber: Arsip UKM Pencak Silat Nur Harias Unesa tahun 2014)

Pada tingkat sabuk hitam, anggota Nur Harias mempunyai hak untuk

mendapat materi dasar perguruan. Tingkatan sabuk merah memperbolehkan

anggota untuk menjadi asisten pelatih dalam setiap latihan. Pada tingkat sabuk

biru seseorang sudah bisa mengajarkan semua ilmu pencak silat dan Nur Harias

kepada anggota yang ada di bawahnya.


68

Lama pendidikan tergantung kepada bakat, kerajinan dan kemampuan

menguasai bahan, tugas yang diberikan. Secara umum tingkat keempat dapat

dicapai dalam waktu empat tahun jika pertimbangan umur dan mental terpenuhi.

Tingkat pendekar tergantung kepada penguasaan teknik, mental spriritual

sehingga waktu relatif lama dan tidak ditentukan.

Bahan latihan meliputi:

1. Ketangkasan jasmani (kekuatan, kecepatan, kelincahan)

2. Ketahanan jasmani

3. Teknik beladiri:

a. Tangan kosong

b. Dengan senjata

4. Pencak silat

5. Pengetahuan beladiri pencak silat

6. Pembentukan mental spiritual, budi pekerti

7. Seni gerak

8. Senam pencak silat

9. Perwasitan

10. Penyelenggaraan pertandingan

Lingkup dan urutan (scoup, sequence) didasarkan pada sistematik sebagai

berikut:

1. Hindaran/ elakan

2. Pencegahan, pra gerak

3. Tolakan

4. Tangkisan
69

5. Tangkapan, kuncian, lepasan dan penguasaan

6. Serangan

Methodik latihan:

1. Latihan pendahuluan, pemanasan, warming ups

2. Latihan inti:

a. Penguasaan teknik (ulangan, drill)

b. Pelajaran baru (jika teknik terdahulu telah dikuasai)

c. Latihan prestasi (kecepatan, kelincahan, sparring)

d. Koreksi, diskusi

3. Latihan pembentukan

4. Latihan penutup, pemulihan, penerangan (Anggaran Rumah Tangga IPS

Nur Harias, 1995:13-14)

Pengembangan teknik dan materi pembinaan Ikatan Pencak Silat Nur

Harias tidak boleh menyimpang atau bertentangan dengan prinsip, sistem dan

metode Nur Harias. Teknik dan materi pembinaan yang baru harus mendapatkan

persetujuan atau pengesahan dari pimpinan tertinggi sebelum disebarluaskan atau

diajarkan kepada anggota.

1. Salam perguruan

Salam perguruan adalah awalan pembukaan ketika akan latihan atau ketika

akan memulai pertandingan pencak silat. Setiap perguruan pencak silat memiliki

ciri khas tertentu dalam salam perguruan masing-masing. Begitu pula Ikatan

Pencak Silat Nur Harias yang memiliki salam perguruan tersendiri yang dibuat

oleh pendiri Moh. Atho’illah Iskandar. Berikut urutan gerakan salam perguruan

Ikatan Pencak Silat Nur Harias:


70

a. Awalan gerakan adalah menutup kedua tangan di depan dada. Arah

pandangan mata menatap ke bawah dengan penuh ke khusu’an. Makna

gerakan ini adalah niat di dalam hati (lihat foto 3.2)

Foto 3.2 Sikap Awal Salam Perguruan


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.30)
b. Selanjutnya adalah membuka kedua tangan ke samping seolah-olah akan

memohon kepada Allah swt. Makna gerakan ini adalah memohon kepada

yang maha kuasa (lihat foto 3.3).

Foto 3.3 Rangkaian Salam Perguruan Kedua


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.30)
71

c. Setelah gerakan di atas adalah menutup kedua tangan. Arah pandangan

mata mengikuti gerakan tangan yang akan menutup. Makna gerakan ini

adalah memasukkan semua rahmat dan ridho Allah swt ke dalam diri

sendiri (lihat foto 3.4)

Foto 3.4 Rangkaian Salam Perguruan Ketiga


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.30)
d. Gerakan selanjutnya yakni sikap tangan kanan slewa dan tangan kiri

melindungi kepala. Arah pandangan mata ke samping kanan dan kepala

condong ke belakang. Sikap kaki pilin samping kiri rendah. Makna

gerakan ini adalah sebagai anggota Nur Harias harus selalu waspada akan

bahaya yang ada di sekitar (lihat foto 3.5).

Foto 3.5 Rangkaian Salam Perguruan Keempat


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.30)
72

e. Gerakan selanjutnya memutar badan ke samping kiri hingga kembali ke

posisi semula. Posisi tangan tetap slewa dan posisi kaki mengikuti arah

gerakan badan. Dilanjutkan dengan menutup kedua tangan dengan posisi

kaki sempok. Makna gerakan ini adalah belajar dari alam sekitar dan

sebagai manusia ketika jaya tidak boleh sombong, karena tidak selamanya

kita ada di atas (lihat foto 3.6).

Foto 3.6 Rangkaian Salam Perguruan Kelima


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.30)

f. Setelah gerakan di atas posisi dilanjutkan dengan membuka kedua tangan

ke arah depan. Makna gerakan ini adalah mempersilahkan kepada semua

anggota atau penonton (lihat foto 3.7).

Foto 3.7 Rangkaian Salam Perguruan Keenam


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.30)
73

g. Rangkaian salam ketujuh melanjutkan posisi tangan mempersilahkan lalu

meletakkan kedua tangan menyentuh bumi dan menutup kedua tangan di

depan dada seperti foto 3.6. Makna gerakan ini adalah manusia berasal

dari tanah dan ketika sang khalik memanggil maka raga ini akan kembali

ke tanah juga (lihat foto 3.8).

Foto 3.8 Rangkaian Salam Perguruan Ketujuh


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.30)

h. Langkah terakhir adalah posisi kaki simpuh dengan posisi tangan di atas

paha dan arah mata menuju ke tanah. Pada posisi ini pesilat harus hening

dan berdoa agar proses latihan atau pertandingan berjalan dengan lancar

tanpa mengalami cedera (lihat foto 3.9).

Gambar 3.9 Posisi Akhir Salam Perguruan


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.30)
74

2. Sikap Pasang

Sikap pasang adalah rangkaian gerakan ketika akan memulai sebuah

pertandingan atau pertarungan. Ikatan Pencak Silat Nur Harias memiliki 12 sikap

pasang dengan ciri khas kuda-kuda yang rendah kecuali pasang garuda dan selalu

bergerak maju. Berikut rangkaian sikap pasang Ikatan Pencak Silat Nur Harias:

a. Sikap pasang pertama dalam rangkaian sikap pasang bernama Prasaja.

Sikap yang digunakan yakni kedua tangan dalam posisi slewa, arah kaki

serong 45° dan menggunakan kuda-kuda kiri depan. Kegunaan sikap ini

adalah menggunakan tangan sebagai alat penangkis serangan ataupun

menangkap serangan dan disusul dengan bantingan atau tendangan (lihat

foto 3.10).

Foto 3.10 Sikap Pasang Prasaja


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)

b. Sikap pasang yang kedua adalah Banteng. Dari posisi Prasaja, kaki kanan

ditarik sehingga hampir lurus dengan kaki kiri sehingga beban yang

awalnya bertumpu pada kaki kiri menjadi seimbang antara kaki kiri dan

kaki kanan. Sikap tangan kiri tetap slewa namun tangan kanan

menggenggam dan diletakkan di atas tangan kiri. Sikap ini digunakan


75

sebagai awalan serangan menyeruduk lawan disertai dengan pukulan

tangan kanan (lihat foto 3.11).

Gambar 3.11 Sikap Pasang Banteng


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
c. Sikap pasang ketiga bernama Ksatria yang merupakan dua gerakan yang

membentuk dua gerakan. Ketika pada posisi pasang Banteng, kaki kanan

menutup pada kaki kiri lalu membentuk kuda-kuda samping kanan dan

posisi tangan berubah menjadi posisi tebah kanan. Tumpuan badan berada

pada kaki kanan yang membentuk sudut siku-siku. Lalu dilanjutkan

dengan posisi kuda-kuda samping kiri menggunakan proses yang sama

(lihat foto 3.12 dan 3.13).

Foto 3.12 dan 3.13 Sikap Pasang Ksatria


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
76

d. Sikap pasang kelima adalah tapak liman. Proses gerakannya yakni dari

kuda-kuda samping kiri berubah menjadi kuda-kuda tengah diikuti

perubahan posisi tangan tebah samping menjadi tebah depan. Posisi

tangan selanjutnya berubah menjadi sikap slewa. Posisi ini memungkinkan

kita untuk menangkap serangan dari arah depan sekaligus sebagai

antisipasi serangan dari arah samping (lihat foto 3.14).

Foto 3.14 Sikap Pasang Tapak Liman


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
e. Sikap pasang selanjutnya adalah Mawar. Kuda-kuda yang digunakan

adalah kanan belakang sehingga beban bertumpu pada kaki kanan. Posisi

tangan yang awalnya slewa berubah menjadi seperti pada gambar 3.14.

pada posisi ini pesilat berada dalam posisi siap menerima serangan disertai

dengan bantingan (lihat foto 3.15).


77

Foto 3.15 Sikap Pasang Mawar


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)

f. Sikap pasang ketujuh adalah Ratu Kalinyamat. Dari posisi sikap pasang

Mawar kaki kiri melangkah maju melalui belakang kaki kanan dengan

menggunakan kuda-kuda yang paling rendah. Tumpuan berat badan

seimbang antara kaki kanan dengan kaki kiri. Posisi tangan membuka

seperti pada foto 3.16. pada posisi ini kaki kanan dapat digunakan sebagai

alat menyerang lawan melalui teknik tendangan T maupun serkel depan

(lihat foto 3.16)

Foto 3.16 Sikap Pasang Ratu Kalinyamat


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
g. Sikap pasang kedelapan adalah Halilintar. Dari posisi Ratu Kalinyamat

dilanjutkan dengan berputar ke arah kiri lalu tangan kiri digunakan untuk

menepis serangan yang ada di arah depan dan samping. Tangan digunakan
78

untuk melindungi serangan kepala yang datang dari arah depan. Pada

posisi ini pesilat dapat mengantisipasi serangan dari arah samping baik

lewat tendangan sabit maupun serkel. Tangan senantiasa melindungi

kepada dan serangan dari arah depan (lihat foto 3.17).

Gambar 3.17 Sikap Pasang Halilintar


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)

h. Sikap pasang kesembilan adalah Putri Malu. Proses gerakanya dari posisi

pasang halilintar kaki kanan melangkah menggunakan langkah pilin.

Tangan kanan digunakan untuk melindungi seluruh wajah namun masih

memberikan sedikit celah agar dapat melihat serangan yang datang dari

arah depan. Tangan kanan menggunakan sikap slewa (lihat foto 3.18).

Foto 3.18 Sikap Pasang Putri Malu


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
79

i. Sikap Pasang kesepuluh bernama Garuda yang tidak menggunakan kuda-

kuda rendah layaknya sikap pasang yang lain. Proses gerakannya dengan

cara menarik kaki kiri dari posisi pilin hingga atas rata-rata air

(membentuk sudut siku-siku). Sikap tangan dapat dilihat pada foto 3.19

(lihat foto 3.19)

Foto 3.19 Sikap Pasang Garuda


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)

j. Sikap pasang kesebelas adalah Wau-wau. Dari posisi pasang garuda

dilanjutkan dengan membentuk kuda-kuda kiri depan 45°. Sikap tangan

menguncupkan kedua tangan dan menekuknya ke arah dalam. Sikap

tangan seperti ini digunakan untuk menyerang musuh menggunakan

punggung kedua tangan (lihat foto 3.20).

Foto 3.20 Sikap Pasang Wau-wau


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
80

k. Sikap pasang yang terakhir adalah Harimau. Proses gerakannya dengan

cara menarik kaki kanan hingga menyentuh kaki kiri dilanjutkan dengan

membentuk kuda-kuda kanan depan. Sikap tangan menggunakan sikap

mencengkram musuh yang ada di arah depan (lihat foto 3.21)

Foto 3.21 Sikap Pasang Harimau


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)

3. Tangkisan

Di dalam Ikatan Pencak Silat Nur Harias mengenal 18 jenis tangkisan.

Dari 18 tangkisan tersebut berkembang menjadi rangkaian tangkisan dan

rangkaian tangkisan lanjutan. Berikut jenis-jenis tangkisan Ikatan Pencak Silat

Nur Harias:

a. Tangkisan Mawar

Tangkisan pertama merupakan tangkisan yang dibangun oleh tangan,

arah tangkisannya ke arah luar, sehinggga bagian dada bisa terlindungi

dari serangan lawan. Tangan kanan melakukan tangkisan dan tangan kiri

tetap disamping dengan posisi siap (lihat foto 22).


81

Foto 3.22 Tangkisan Mawar


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.38)
b. Tangkisan Melati

Tangkisan ini merupakan tangkisan yang dibangun oleh tangan, arah

tangkisannya adalah kearah dalam, gerakannya hampir sama dengan

tangkisan mawar sehingga dada bisa terlindungi dari serangan lawan.

Posisi tangan hampir sama dengan tangkisan mawar (lihat fot 3.23).

Foto 3.23 Tangkisan Melati


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
c. Tangkisan Matahari

Tangkisan ini dilakukan ketika ada serangan dari arah atas/kepala,

perkenaan pada lengan dan diarahkan keatas kepala sehingga kepala bisa

terlindungi dari serangan lawan. Posisi tangan kanan melakukan tangkisan

tangan kiri tetap berada di samping (lihat foto 3.24).


82

Foto 3.24 Tangkisan Matahari


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
d. Tangkisan Rembulan

Pada tangkisan ini hampir sama dengan tangkisan matahari, tetapi

arah tangkisan mengarah kebawah sehingga melindungi bagian kemaluan.

Tangan kiri harus siap mengantisipasi serangan dari arah depan (lihat foto

3.25).

Foto 3.25 Tangkisan Rembulan


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)

e. Tangkisan Halilintar

Gerakan yang dilakukan dalam tangkisan halilintar yaitu mengarah

ke samping atau mengarah keluar dari badan. Posisi badan agak miring,

tangan kanan melakukan tangkisan dan tangan kiri berada di depan dada

selalu siap melakukan gerakan selanjutnya (lihat foto 3.26).


83

Foto 3.26 Tangkisan Halilintar


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)

f. Tangkisan Kipas

Gerakan ini hampir sama dengan tangkisan lima, hanya berbeda

ketika melakukan gerakan tangkisan. Tangkisan ini mengarah pada sisi

dalam tubuh. Posisi tangan juga selalu siap melakukan antisipasi gerakan

berikutnya (lihat foto 3.27).

Foto 3.27 Tangkisan Kipas


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
g. Tangkisan Bumi

Tangkisan ini posisi badan agak membungkuk dan tangan kanan

melakukan tangkisan sikut ke arah bawah sehingga melindungi bagian

bawah atau kemaluan (lihat foto 3.28).


84

Foto 3.28 Tangkisan Bumi


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)

h. Tangkisan Langit

Tangkisan ini sama halnya dengan tangkisan sikut namun arah

tangkisannya yang berbeda. Arah tangkisan mengarah ke atas sehingga

melindungi bagian kepala dari serangan lawan (lihat foto 3.29).

Foto 3.29 Tangkisan Langit


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)

i. Tangkisan Air

Tangkisan ini bisa juga disebut dengan sikut belakang, dengan posisi

kuda-kuda belakang dan tangan kanan melakukan tangkisan, tangan kiri

selalu siap untuk melakukan gerakan selanjutnya (lihat foto 3.30).


85

Foto 3.30 Tangkisan Air


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
j. Tangkisan Srigunting Atas

Posisi kaki kuda-kuda kanan depan dan kedua tangan menyilang sebagai

antisipasi serangan dari atas. Perkenaan terjadi tepat di titik silang tangan

sehingga kepala dapat terlindungi (lihat foto 3.31).

Foto 3.31 Tangkisan Srigunting Atas


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
k. Tangkisan Srigunting Bawah

Prosesnya sama dengan tangkisan Srigunting atas, hanya kuda-kuda yang

digunanakan adalah kuda-kuda belakang dan arah perkenaan serangan

berada di bawah sehingga dapat melindungi anggota tubuh dari perut

hinggga lutut (lihat foto 3.32).


86

Foto 3.32 Tangkisan Srigunting Bawah


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
l. Tangkisan Rajawali

Pada tangkisan Rajawali kaki kanan selalu siap menghindar dari

serangan dari arah depan. Tangan kanan membuang serangan ke arah luar

tubuh dan tangan kiri melindungi anggota badan bagian atas (lihat foto

3.33).

Foto 3.33 Tangkisan Rajawali


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
m. Tangkisan Badai

Tangkisan ini menggunakan kedua tangan untuk menangkis serangan dari

arah depan dan membuang serangan ke arah dalam. Dari posisi rajawali,

kedua tangan dalam keadaan tebah dan menangkis serangan dari depan,

posisi kaki berubah menjadi kuda-kuda tengah (lihat foto 3.34).


87

Foto 3.34 Tangkisan Badai


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
n. Tangkisan Guntur

Gerakan sama dengan tangkisan badai, hanya perkenaan serangan

terjadi di punggung kedua tangan sehingga tubuh bagian atas dapat

terlindungi. Kedua tangan rapat dan menggenggam, kedua kaki dalam

keadaan kuda-kuda tengah (lihat foto 3.35).

Foto 3.35 Tangkisan Guntur


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
o. Tangkisan Kenanga

Tangkisan kenanga berfungsi sebagai antisipasi serangan dari arah

atas dengan menggunakan kedua tangan sebagai alat penahan. Sikap kaki

dalam posisi pilin (lihat foto 3.36).


88

Foto 3.36 Tangkisan Kenanga


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
p. Tangkisan Kusuma

Proses gerakan tangkisan kusuma hampir sama dengan posisi halilintar

pada sikap pasang. Perbedaan terjadi pada kedua tangan rapat yang

digunakan untuk menangkis serangan. Arah serangan dibelokkan ke arah

luar tubuh (lihat foto 3.37).

Foto 3.37 Tangkisan Kusuma


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
q. Tangkisan Manggar Atas

Tangkisan ini merupakan antisipasi serangan dari kedua sisi dengan kaki

kanan digunakan sebagai alat penyerang. Sikap tangan melindungi kepala

dari kedua sisi dan lutut kaki kanan menyerang bagian ulu hati musuh

(lihat foto 3.38).


89

Foto 3.38 Tangkisan Manggar Atas


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
r. Tangkisan Manggar Bawah

Tangkisan ini apabila ada serangan kaki dari arah samping. Kedua tangan

pada posisi wau-wau dan kaki menggunakan kuda-kuda kiri depan. Kaki

kiri sebagai serangangan lanjutan dengan menendang musuh yang ada di

depan (lihat foto 3.39).

Foto 3.39 Tangkisan Manggar Bawah


(Foto oleh Dyan Fibriansyah 22 Maret 2015, pukul 16.33)
BAB IV

SEJARAH PERKEMBANGAN IKATAN PENCAK SILAT NUR HARIAS

DI SURABAYA SEJAK TAHUN 1972 SAMPAI 2014 SERTA MUATAN

EDUKASINYA

A. Sejarah Perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias Surabaya Tahun


1972-1980

Berbicara mengenai perkembangan cabang Ikatan Pencak Silat Nur Harias

dapat diawali dari tempat munculnya perguruan tersebut yakni di Surabaya.

Surabaya sebagai Ibukota Provinsi Jawa Timur telah memiliki perguruan pencak

silat yang lain misalnya Perisai Putih, Perisai Diri, Tapak Suci Muhammadiyah,

Pencak Organisasi, PSHT, dan lain sebagainya yang notabene lebih dahulu ada di

Kota Pahlawan ini. Berkat kharisma dari Atho’illah Iskandar pencak silat Nur

Harias mampu bangkit dan menjawab tantangan di dunia persilatan Surabaya

bahkan nasional. Pada perkembangan selanjutnya Ikatan Pencak Silat Nur Harias

mampu menyebar keluar Surabaya lewat jalur pendidikan.

Pencak silat memang sistem beladiri masyarakat yang mayoritas berada di

kampung (daerah pedesaan). Tetapi berkat usaha pembinaan dan pengembangan

yang terus dilakukan dan ditingkatkan oleh perguruan-perguruan dan organisasi-

organisasi pencak silat, yang dibantu oleh simpatisan-simpatisan pencak silat,

sekarang ini citra (image) pencak silat sedang terus meningkat. Bersamaan dengan

itu, tidak ada lagi suara yang meremehkan atau merendahkan pencak silat.

(Notosoejitno, 1997:176)

90
91

Atho’illah Iskandar adalah salah satu pencetus IPSI di Jawa Timur yang

dalam setiap mengebangkan organisasi tersebut mendapatkan “tantangan” dari

para pendekar pesisir Jawa Timur. Ketika akan menciptakan peraturan pencak

silat, Atho’illah Iskandar mendapatkan suara sumbang dari beberapa perguruan

yang meremehkannya karena masih belum mempunyai massa atau perguruan.

Atho’illah Iskandar kemudian mendirikan sebuah perguruan yang bernama Ikatan

Pencak Silat Nur Harias di sebuah masjid di Jalan Kawung, Surabaya. Selain itu

Atho’illah Iskandar merupakan ketua IPSI Surabaya yang mencetuskan pencak

silat dalam lomba pada PON ke-VII di Surabaya.

Pada PON ke-VII, yang diselenggarakan pada tahun 1969 di Surabaya,

pencak silat masuk lagi dalam acara lomba karena belum berhasil dianggap

sebagai olahraga prestasi. Namun sistem peraturan PPORPESI diganti dengan

sistem peraturan yang diciptakan oleh Study Group, sebuah kelompok informal

ahli-ahli muda pencak silat yaitu Mohammad Hadimulyo, Mohamad Djoko

Waspodo dan Rachmadi Djoko Suwignjo di bawah payung IPSI, yang kemudian

hari akan menjadi sebuah perguruan dengan nama lengkap Keluarga Pencak Silat

(KPS) Nusantara. Dalam mengembangkan sistem peraturannya para anggota

Study Group juga mendapatkan dukungan dari Atok Iskandar, dosen IKIP

Surabaya dan ketua pertandingan pada PON ke-VII (Maryono, 2000:134).

Eko Hariyanto menyatakan bahwa perkembangan Nur Harias sangat pelan

sekali karena satu-satunya cabang hanya ada di Surabaya hingga tahun 1980 ya

Ketintang itu tidak ada pengembangan kemana-mana (wawancara: Jumat, 20

Februari 2015 pukul 16.10). Atho’illah Iskandar tidak ingin perguruannya

berkembang secara liar sehingga dapat dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.


92

Tempat latihan yang digunakan beralamatkan di Jalan Juwingan no.9 Kota

Surabaya. Meskipun hanya satu ranting namun murid dari Atho’illah tersebar

hingga pelosok Surabaya dan pesisir Gresik.

Nur Harias tidak dapat berkembang secara luas pada awal perintisan

karena Atho’illah lebih mementingkan urusan umum dalam hal ini IPSI demi

mewujudkan cita-cita para pendekar terdahulu. Atho’illah juga lebih menyukai

anggota yang berkualitas dan mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya di

akhirat nanti.

Hal ini ditegaskan oleh Yulissari Iskandar menyatakan:

“.....beliau diprotes mengapa beliau lebih mementingkan IPSI


dibandingkan Nur Harias padahal punya potensi yang besar. Beliau
lebih mementingkan IPSI karena bertujuan merealisasikan tujuan
dari pendekar yang dahulu, bagi beliau kepentingan umum lebih
utama. Memperkenalkan Nur Harias itu justru setelah kita
mengikuti event-event yang ada di IPSI. Bapak itu mementingkan
kualitas dibandingkan dengan kuantitas, biarlah sedikit asalkan
teruji dan bisa dipertanggungjawabkan dunia akhirat.” (Wawancara
Rabu, 25 Februari 2015 pukul 14.00).

Eko Hariyanto, dosen FIK Universitas Negeri Malang selaku murid

Atho’illah angkatan ketiga menjelaskan:

“....ada beberapa yang bisa dikembangkan yang pertama ada di Ketintang


yang kedua ada di Madrasah semacam cikal-bakalnya Pagar Nusa, itu termasuk
binaan dari Nur Harias. Semakin berkembang akhirnya ada cabang di SMP 21
Surabaya, kemudian di SGO (Sekolah Guru Olahraga)” (wawancara Jumat, 20
Februari 2015 pukul 16.10).

Ahad Wage 14 Jumadil’awal 1907 (25 Mei 1975) Atho’illah Iskandar

meresmikan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Pencak Silat

Nur Harias yang pertama. AD/ART Nur Harias memuat aturan-aturan, jati diri

Nur Harias, kewajiban anggota dan pengurus, dan sya’ir-sya’ir gubahan

Atho’illah Iskandar serta Mars Ikatan Pencak Silat Nur Harias (lihat lampiran I
93

AD/ART). Berdasarkan Anggaran Dasar Nur Harias bab II pasal 4 berbunyi Nur

Harias berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 maka organisasi ini telah legal dan berhak menjalankan roda

organisasi berdasarkan hukum serta aturan-aturan yang berlaku di Republik

Indonesia.

Perkembangan hingga pelosok Gresik atas campur tangan dari Syahrir

Sanja selaku salah seorang dari lima murid pertama Atho’illah Iskandar. Syahrir

Sanja menyatakan bahwa setelah masuknya beberapa perguruan silat yang ada di

pedalaman, bertambah banyak lagi dalam kurun waktu dua tahun (1972-1974)

yang paling banyak bergabungnya perguruan berasal dari pedalaman daerah Jawa

Timur. Jumlah murid pada periode awal menurut Syahrir Sanja kurang lebih 500

orang. Kharisma dan pengaruh Atho’illah Iskandar memiliki peranan penting

dalam hal ini karena Atho’illah adalah pendekar yang bergerak dalam keilmuan

dan memang sudah teruji kependekarannya baik di wilayah Surabaya, Jawa Timur

bahkan Nasional.

Atho’illah Iskandar meramu dari kesemua aliran yang diperolehnya

menjadi 9 jurus wajib Nur Harias. Hanya sembilan jurus tersebut yang diajarkan

oleh Atho’illah Iskandar kepada para muridnya. Beberapa teknik tangkisan, sikap

pasang, arah mata angin dan lain sebagainya diajarkan namun masih berupa

potongan-potongan gerakan yang belum dirangkai menjadi jurus wajib Nur

Harias. Beberapa teknik tersebut diajarkan kepada muridnya setelah latihan

sembilan jurus tersebut dilaksanakan.


94

B. Sejarah Perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias Surabaya Tahun


1980-1996

Nur Pramanna Yulissari menjelaskan lebih rinci mengenai perkembangan

ranting yang ada di Surabaya periode 1980-1996:

“Ranting Seno (STO jln. Kawung, Surabaya Utara), Pacar Keling


(Suranbaya Timur), Sememi/Benowo (Pesisir Utara), Kertajaya tempat
tinggal bapak dan keluarganya, Kalisari daerah Kapasan, Ketintang
(Unesa), SGO (Surabaya Timur), SMA Khotijah (Wonokromo), SMP
15 (Surabaya Timur), Hang Tuah (Surabaya Utara), Kepanjen/Mundu
(Surabaya Pusat), Keputih (Surabaya Timur), Telekom-Ketintang,
Mardisiwi, dan Taruna Jaya.” (Wawancara Rabu, 25 Februari 2015
pukul 14.00).

Prestasi awal Nur Harias diawali dengan adanya Rumiah, Kholidin,

Pratiwi dari cabang kota Surabaya yang pertama kali mewakili Nur Harias hingga

ke level nasional di Semarang. Yulissari Iskandar adalah satu-satunya wasit

berlisensi Internasional yang dimiliki Nur Harias hingga saat ini. Sedikitnya

prestasi Ikatan Pencak Silat Nur Harias disebabkan oleh enggannya Atho’illah

Iskandar mengembangkan Nur Harias melalui jalur prestasi. Prinsip Atho’illah

berubah ketika didesak oleh Djarkoni dan Eko Hariyanto dan Ikatan Pencak Silat

Nur Harias mampu tampil di TVRI Surabaya.

Pembatasan penyebarluasan cabang perguruan berubah pada saat

Atho’illah diminta oleh TVRI menampilkan gerakan-gerakan dasar pencak silat

yang dalam hal ini Djarkoni dan Eko Hariyanto sebagai pemeraga. Disitulah

muncul keinginan Atho’illah agar Nur Harias berkembang luas namun tetap

dalam pengawasannya. Ranting yang ada di Surabaya kemudian berkembang di

daerah Ketintang, Madrasah semacam cikal-bakal Pagar Nusa, SMP 21 Surabaya,

kemudian di STO (Sekolah Tinggi Olahraga) yang pada masa selanjutnya lebih

memilih bergabung dengan IKIP Surabaya dibandingkan dengan Unair.


95

Eko Hariyanto menjelaskan:

“...di Malang sebenarnya sudah ada namanya pak Syahrir guru SMAN
4 Malang. Beliau yang pertama mengembangkan di Malang. Kita
tunggu perkembangannya tidak pernah muncul di permukaan untuk
pertandingan-pertandingan IPSI yang diselenggarakan di Kota
Malang. Maka saya punya pikiran untuk mengembangkan di Malang,
lewat IKIP Malang (UM). Kami membuka angkatan pertama itu kita
punya murid 24 yang sekarang tersebar di masing-masing kabupaten,
kota madya di seluruh Jawa Timur” (wawancara Jumat, 20 Februari
2015 pukul 16.10).

Setelah Syahrir Sanja dinyatakan lulus dari IKIP Surabaya, Syahrir

kemudian membuka cabang di Kota Malang tepatnya di SMAN 4 Malang

pada tahun 1983. Perkembangan di Malang oleh Syahrir tidak diikuti dengan

prestasi sehingga Eko Hariyanto yang lulus pada tahun 1987 membuka

ranting di IKIP Malang yang pada tahun 1989. Murid awal Eko Hariyanto

berjumlah 24 orang termasuk di dalamnya ada M. Khusairi mahasiswa FIK

angkatan 1987 yang setelah lulus mengembangkan di Sampang pada tahun

1993 dan Yuli Sugiharto mahasiswa angkatan 1990 adalah orang yang

mengembangkan Ikatan Pencak Silat Nur Harias di Sumenep pada tahun

1994.

Sebelum pindah ke Malang sebagai dosen FIK, Eko Hariyanto mendidik

Imam Suhardi, mahasiswa IKIP Surabaya angkatan 1984. Imam Suhardi adalah

pendiri dari Ikatan Pencak Silat Nur Harias Cabang Jombang pada tahun 1988

tepatnya di SMPN Megaluh. Pada tahun 2003 Imam Suhardi menggantikan Alfiah

K. Waru sebagai Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Nur Harias. Selain di IKIP

Malang, Nur Harias mampu berkembang di SMAN 4, SMAN 10, SMAN 7, SMP

Salahudin, SDN Karang Besuki dan SMP Lab UM (wawancara Jumat, 20

Februari 2015 pukul 16.10).


96

Musyawarah Daerah IPS Nur Harias yang pertama dilaksanakan pada

tanggal 28-29 Desember 1991 di IKIP Surabaya (lihat lampiran 4.1 & 4.2).

Foto 4.1 Musyawarah Daerah I Surabaya 28-29 Desember 1991


(Sumber: Arsip IPS Nur Harias Surabaya, 1991)

Foto 4.2 Musda I, (dari kiri ke kanan) Soeharno, Alfiah, & H.M.
Atho’illah Iskandar
(Sumber: Arsip IPS Nur Harias Surabaya, 1991)

Empat tahun setelah Musyawarah Daerah dilaksanakan Musda kedua

tepatnya pada tanggal 27-29 Oktober 1995 bertempat di IKIP Surabaya (lihat foto
97

4.3 & 4.4). Musda kedua menghasilkan Anggaran Dasar dan Anggaran Dasar

Ikatan Pencak Silat Nur Harias yang mana memisahkan kedudukan antara H.

Moh. Atho’illah Iskandar sebagai Pendekar Utama Nur Harias dengan Alfiah K.

Waru sebagai Ketua Umum Nur Harias (lihat lampiran 1).

Foto 4.3 Musyawarah Daerah II 27-29 Oktober 1995 Surabaya


(Sumber: Arsip IPS Nur Harias Surabaya, 1995)

Foto 4.4 Atho’illah dalam Musyawarah Daerah II


(Sumber: Arsip IPS Nur Harias Surabaya, 1995)
98

Atho’illah Iskandar sebelum Musda kedua merangkap jabatan sebagai

Pendekar Utama dan Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Nur Harias. Musda kedua

juga meresmikan jurus NH 36 sebagai jurus wajib Ikatan Pencak Silat Nur Harias

yang sebelumnya merupakan jurus milik Nur Harias Malang dengan Eko

Hariyanto sebagai penciptanya (lihat foto 4.5).

Foto 4.5 Tiga Rangkaian Awal Jurus NH 36 Ciptaan Eko Hariyanto


(AD/ART Ikatan Pencak Silat Nur Harias, 1995:60)

Perkembangan cabang Ponorogo menurut Imam Suhardi adalah yang

paling unik. Pada saat mengembangkan Nur Harias, Djarkoni diremehkan oleh

para pesilat tarung bebas Ponorogo. Djarkoni menantang semua pesilat yangg ada

di tempat tersebut. Seluruh penantang tidak mampu menaklukkan Djarkoni dan

kesemuanya ikut dalam perguruan Nur Harias (wawancara Jumat, 4 April 2015

pukul 13.30).

M. Khusairi mendirikan cabang Sampang pada tahun 1993 mengalami

beberapa cobaan pada awal pendirian. Berikut pernyataan dari M. Khusairi:


99

“... cobaan misalnya pernah saya dianggap mengajarkan aliran sesat di


Sampang oleh para kyai di sini. Ya saya lalu membuka semua isi dari
Nur Harias itu apa, bacaan-bacaannya bagaimana dan yang pasti sesuai
dengan syariat agama Islam. Pernah juga saya diserang dan dikelilingi
oleh pencak silat dari aliran lain tapi tidak satupun yang bisa mendekati
atau bahkan menyentuh saya” (Wawancara Senin, 29 Maret 2015 pukul
08.00).

Hingga pada tahun 2014 Nur Harias Cabang Sampang memiliki 12

ranting yang sebagian besar berada di jalur pendidikan. Kesuksesan

cabang Sampang tidak terlepas dari kesediaan para senior dalam membina

anak didiknya. Cabang Sampang juga tidak memberatkan anggotanya

dalam membayar iuran. Sumber dana diperoleh dari arisan anggota dan

kegiatan seperti latihan alam, ujian kenaikan sabuk, pertandingan intern

dan dari sekolah (Wawancara Senin, 29 Maret 2015 pukul 08.00).

Menurut M. Khusairi pendiri Cabang Sampang, pada tahun 1994 Yuli

Sugiharto mendirikan cabang Sumenep. Yuli Sugiharto mengajarkan pencak silat

kepada murid sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan tetangga sekitar

rumahnya di Bumi Sumekar Asri. Tempat latihan awal berada di lapangan GOR

Ahmad Yani Sumenep. Pada perkembangannya anak didik Yuli Sugiharto yakni

M. Yono, Agus Dwi S., Bambang D.Y., Nur Fendi A., Nur A. Amiriyadi, dan lain

sebagainya mampu berprestasi di tingkat daerah maupun nasional. Ikatan Pencak

Silat Nur Harias Cabang Sumenep mampu berkembang di beberapa sekolah dasar

di Sumenep, SMPN 1 Bluto, SMAN 1 Bluto, Pesantren Ar-Robin, dan STKIP

PGRI Sumenep (wawancara 29 Maret 2015 pukul 08.00).

Nur Harias mulai berprestasi ke kancah internasional berkat jasa dari Drs.

H. Djarkoni pesilat asal Ponorogo. Prestasi yang diraih Djarkoni antara lain,

kejuaraan pencak silat dunia Kualalumpur Malaysia pada tahun 1987 dengan
100

meraih peringkat II. Disusul pada tahun 1991 di event kejuaraan pencak silat

dunia di Brunei Darussalam meraih gelar juara. Pada event PON XI tahun 1985

yang yang juga meraih juara (Arief, 2012:34).

Berikut beberapa prestasi Ikatan Pencak Silat Nur Harias Surabaya periode

1980-1996:

1. Juara Umum III Kejuaraan Pencak Silat Golongan Dewasa ke-8 tahun 1991

se-Kotamadya Surabaya.

2. Juara Umum II Invitasi Pencak Silat Remaja tahun 1992 Antarperguruan se-

Jawa Timur.

3. Juara Umum III Kejuaraan Pencak Silat Golongan Dewasa “Walikota Cup

1994) se-Kotamadya Surabaya.

Imam Suhardi menyatakan bahwa rangkaian sikap pasang dibuat oleh

Djarkoni untuk para atlit Ponorogo pada tahun 1985 yang dasarnya adalah karate

yang tidak mengetahui gerakan silat. Djarkoni membuat sebuah rangkaian

gerakan yang menunjukkan ciri-ciri pencak silat sebagai persiapan tanding anak

Ponorogo. Setelah disetujui melalui pengawasan Atho’illah Iskandar maka

rangkaian Sikap Pasang dijadikan gerakan baku oleh Ikatan Pencak Silat Nur

Harias. Sikap pasang pada awalnya hanya ada 9 dan pada perkembangan

selanjutnya bertambah menjadi 12 gerakan (wawancara, Jumat, 4 April 2015

pukul 13.30).

Gerakan Nur Harias Tunggal, Nur Harias Ganda, Tangkisan dan Senam

Nur Harias diciptakan oleh Eko Hariyanto. Eko Hariyanto mendapat perintah

membuat gerakan yang setiap langkah terdiri dari tiga gerakan. Pembuatan

gerakan tersebut tercipta pada periode tahun 1984 hingga 1985 pada saat Eko
101

Hariyanto masih sebagai mahasiswa IKIP Surabaya. Eko Hariyanto adalah murid

kesayangan Atho’illah yang semasa hidup selalu diajak berkeliling Indonesia guna

memperkenalkan pencak silat dalam dunia pendidikan (wawancara , Jumat 20

April 2015, pukul 15.30).

Bahkan dalam setiap penataran guru olahraga, Eko Hariyanto ditunjuk

sebagai peraga gerakan sikap Pasang, Delapan Penjuru Mata Angin yang terdiri

dari Arah Hindaran dan Tangkisan, sikap langkah dan materi-materi dasar untuk

tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas.

Pada dasarnya semua gerakan tersebut adalah gerakan dasar dari Ikatan Pencak

Silat Nur Harias. Kesemuanya tertera dalam buku yang dikarang oleh Atho’illah

Iskandar namun pada masa kini para penerbit buku pencak silat tidak menyertakan

Atho’illah Iskandar sebagai pengarangnya.

Dari semua teknik tersebut merupakan gabungan dari teknik-teknik yang

diciptakan oleh Atho’illah Iskandar yang disusun berdasarkan persetujuan

bersama. Semua teknik dari Atho’illah Iskandar dan yang lain hanya merangkai

dan mengembangkannya. Dari mulai tangkisan, pasang, kuncian beserta

lepasannya dan gerakan dasar lainnya diramu sedemikian rupa sehingga

terciptalah gerakan khas Nur Harias. Penyamaan gerakan dan teknik perguruan

dibahas pada Musyawarah Daerah yang dilaksanakan empat tahun sekali.


102

Hingga pada tahun 1995 Cabang IPS Nur Harias berjumlah 12 cabang

(lihat tabel 4.1).

Tabel 4.1 Susunan Pengurus Cabang Nur Harias tahun 1995

(sumber: AD/ART Nur Harias, 1995:39)

C. Sejarah Perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias Surabaya Tahun


1996-2003

Tahun 1996 merupakan tahun berkabung bagi Ikatan Pencak Silat Nur

Harias dikarenakan pendiri dan Pendekar Utama yang disegani baik oleh pengikut

serta semua perguruan di Indonesia yakni Drs. H. M. Atho’illah Iskandar

meninggal dunia. Wafatnya Atho’illah Iskandar meninggalkan konflik mengenai

siapa yang akan meneruskan tongkat kepemimpinan Nur Harias. Eko Hariyanto

menjelaskan:
103

“.....setelah beliau wafat memang ada sebuah tarik ulur siapa nanti yang
akan menjadi penerus dari bapak H. Atho’illah Iskandar ini. Memang
kami sangat kehilangan dengan tidak adanya beliau karena beliaulah
orang yang berjasa di dalam memberikan ilmu kepada anak-anak
didiknya. Pada saat itu ada pertentangan di keluarga apakah harus
diteruskan oleh pihak keluarga ataukah diteruskan kepada anak
didiknya” (Jumat, 20 Februari 2015 pukul 16.10).

Atho’illah Iskandar meninggal pada tanggal 31 Januari 1996 dalam usia 69

tahun dan dimakamkan di TPU Ketintang Barat, Ketintang Surabaya. Makam

Atho’illah Iskandar berada di tempat pemakaman yang sama dengan istrinya,

Juliana Iskandar seorang muallaf setelah 15 tahun menikah dengan Atho’illah

Iskandar. Juliana terlebih dahulu wafat pada tahun 1991 namun nisan Atho’illah

dan Juliana terpisah meski berada di TPU yang sama (lihat foto 4.2 & 4.3).

Foto 4.6 & 4.7 Makam Atho’illah Iskandar (kiri) dan Juliana Iskandar
(kanan)
(Foto oleh Mohammad Eric Zulkarnaen 2 Mei 2015)

Melalui perdebatan yang alot maka diputuskan bahwa jabatan Pendekar

Utama diganti menjadi Dewan Pendekar beranggotakan 5 orang sesepuh Nur

Harias. Keputusan ini diambil karena baik Djarkoni, Eko Hariyanto, dan seluruh

sesepuh Nur Harias merasa tidak pantas dan akan memikul tanggungjawab yang
104

besar apabila menyandang status Pendekar Utama. Pernyataan ini dijelaskan oleh

Eko Hariyanto:

“Waktu itu memang saya ditawari tapi saya tidak mau lah hanya karena
memang tugas saya terlalu berat, dipilihlah walaupun dari banyak
pilihan sebenarnya. Yang pertama ya pak Djarkoni itu merupakan
pilihan, tetapi beliau memang tidak mau, pengertiannya karena punya
kesibukan selain mengajar dia juga mengurusi keluarganya. Itu
memang alasan yang real pada saat itu dikemukakan. Maka
dikumpulkanlah saat itu bagaimana sebaiknya, maka dicari orang yang
bisa untuk membawai NH ini supaya jalurnya itu tetap yang
dikehendaki oleh beliaunya bapak Atho’illah Iskandar” (wawancara
Jumat, 20 Februari 2015 pukul 16.10).

Periode 1996-2003 jabatan Ketua Umum Nur Harias dipegang oleh Alfiah

K. Waru alm. (1995-1998) dan Arif Suharno alm. (1998-2003) (lihat lampiran 4).

Organisasi tidak dapat berkembang sepesat pada masa Atho’illah Iskandar

dikarenakan Nur Harias kehilangan sosok yang begitu dihormati dan ditaati oleh

semua anggota. Nur Harias lalu mengadakan Penataran Pelatih 21-23 Desember

1997 di Surabaya guna menciptakan bibit pelatih Nur Harias yang mampu

menyebarkan organisasi di daerah asal dimana calon pelatih tinggal (lihat foto

4.8).

Foto 4.8 Penataran Pelatih 21-23 Desember 1997 Surabaya


(Sumber: Arsip IPS Nur Harias Surabaya, 1997)
105

Perkembangan organisasi juga ditandai dengan kegiatan sosial yakni Acara

Karya Syukur Mahasiswa I th 1998 di Surabaya tepatnya di Kampus Ketintang

IKIP Surabaya (lihat foto 4.9). Karya Syukur Mahasiswa adalah suatu acara

dimana anggota Nur Harias mengadakan pengobatan alternatif dan pijat refleksi

kepada masyarakat umum khususnya di wilayah Surabaya.

Foto 4.9 M. Khusairi dalam acara Karya Syukur Mahasiswa I th 1998 di Surabaya
(Sumber: Arsip IPS Nur Harias Unesa, 1998)

Selain melaksanakan kegiatan sosial bertajuk Karya Syukur Mahasiswa

(KSM) yang dilaksanakan rutin sekali dalam setahun, Nur Harias juga

mengadakan pertandingan intern bertajuk Invitasi Pencak Silat Nur Harias Piala

Rektor Unesa atau biasa disebut dengan Nur Harias Cup (lihat foto 4.10).

Pertandingan ini ditujukan untuk lebih mempererat jalinan silaturrahmi antar

anggota Ikatan Pencak Silat Nur Harias.


106

Foto 4.10 Nur Harias Cup 2-4 November 2000 di Unesa


(Sumber: Arsip IPS Nur Harias Surabaya, 2000)

Kegiatan Latihan Alam (Latam) dan kenaikan tingkat bagi anggota Nur

Harias juga rutin dilaksanakan setiap tahun dan biasanya dilaksanakan setelah

ujian sekolah atau pada saat libur sekolah agar tidak memberatkan anggota yang

masih SD, SMP, dan SMA (lihat foto 4.11).

Foto 4.11 Latihan Alam di Wonosalam, Jombang 2003


(Sumber: Arsip IPS Nur Harias Surabaya, 2003)
Mengenai prestasi Nur Harias Surabaya mampu memperoleh beberapa

penghargaan meskipun tidak sehebat masa Atho’illah Iskandar. Prestasi Nur


107

Harias Surabaya sebatas intern organisasi. Berikut daftar Prestasi Nur Harias

Surabaya periode 1996-2003:

1. Juara Umum Invitasi Pencak Silat Nur Harias Piala Rektor Unesa se-Jawa

Timur 26-28 Oktober 2001 Surabaya

2. Juara II Kategori Seni Ganda Putri Invitasi Pencak Silat Nur Harias Piala

Rektor Unesa se-Jawa Timur 26-28 Oktober 2001 Surabaya

3. Juara III Kelas A Remaja Putri Invitasi Pencak Silat Nur Harias Piala Rektor

Unesa se-Jawa Timur 26-28 Oktober 2001 Surabaya Invitasi Pencak Silat Nur

Harias Piala Rektor Unesa se-Jawa Timur 26-28 Oktober 2001 Surabaya

4. Juara III Kategori Seni Ganda Putri Invitasi Pencak Silat Nur Harias Piala

Rektor Unesa se-Jawa Timur 26-28 Oktober 2001 Surabaya

5. Juara II Kelas C Remaja Putri Invitasi Pencak Silat Nur Harias Piala Rektor

Unesa se-Jawa Timur 26-28 Oktober 2001 Surabaya

6. Juara III Kategori Seni Ganda Putri Invitasi Pencak Silat Nur Harias Piala

Rektor Unesa se-Jawa Timur 26-28 Oktober 2001 Surabaya

7. Juara II Kategori Seni Ganda Putri Invitasi Pencak Silat Nur Harias Piala

Rektor Unesa se-Jawa Timur 26-28 Oktober 2001 Surabaya

8. Juara III Kategori Seni Tunggal Putra Invitasi Pencak Silat Nur Harias Piala

Rektor Unesa se-Jawa Timur 26-28 Oktober 2001 Surabaya

(sumber: Arsip UKM Nur Harias Unesa, 2014)

Mengenai perkembangan jurus, Nur Harias juga tidak dapat berkembang

sepesat pada masa Atho’illah Iskandar. M. Khusairi menciptakan tekhnik 10

Pasang Toya yang awalnya diilhami dari mimpi didatangi oleh Atho’illah

Iskandar setelah 30 hari kematiannya. Pada 100 hari pasca wafatnya Atho’illah,
108

Khusairi juga bermimpi lagi diajarkan jurus pamungkas Nur Harias. Pengalaman

ini diceritakan M. Khusairi pada penataran pelatih dan Musyawarah Daerah di

Gedung Kenanga FIK Universitas Negeri Malang pada tahun 2013. M. Khusairi

menambahkan teknik pernafasan yang khusus diajarkan pada cabang Malang,

Sampang dan Sumenep.

Yuli Sugiharto menciptakan 36 tekhnik yang disebut M1 hingga M36 pada

tahun 1995. Teknik M merupakan singkatan dari teknik menyerang yang mana

merupakan sandi ketika akan melakukan serangan ketika dalam pertandingan.

Serangan awal adalah elakan, tangkisan ataupun ancang-ancang yang diikuti

dengan kaki sebagai alat penyerang yang utama. Pelatih atau assisten pelatih

cukup memberi isyarat kepada pesilat agar melakukan teknik M yang

dikehendaki. Teknik yang paling sering digunakan adalah M7 dan M9.

D. Sejarah Perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias Surabaya


Tahun 2003-2014

Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nur Harias dimana

dikatakan bahwa ketua umum adalah pusat dari Ikatan Pencak Silat Nur Harias

dan dalam mengemban tugasnya sebagai ketua umum dibantu oleh anggota Ikatan

Pencak Silat Nur Harias yang telah dipilih untuk menjadi pembina di setiap

bidang. Masing-masing bidang merupakan ujung tombak yang melaksanakan

tugas-tugas pengurus pusat Ikatan Pencak Silat Nur Harias.

Tahun 2003 terjadi pemindahan pusat organisasi yang sebelumnya berada

di Surabaya dimana kemudian berpindah ke Jombang dengan Imam Suhardi

sebagai ketua umum. Mengenai perpindahan pusat dari Surabaya ke Jombang,

Eko Hariyanto menjelaskan:


109

“Maka dikumpulkanlah saat itu bagaimana sebaiknya, maka dicari


orang yang bisa untuk membawai NH ini supaya jalurnya itu tetap yang
dikehendaki oleh beliaunya bapak Atho’illah Iskandar. Setelah melalui
perdebatan muncul nama Imam Suhardi yang memegang jabatan hingga
saat ini. Hingga pada saat di Malang masih kita tunjuk pak Imam
karena waktunya agak longgar dan di Jombang perkembangannya
pesat”. (wawancara: Jumat, 20 Februari 2015 pukul 16.10)

Perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias pada dasarnya selalu

mengacu pada Musyawarah Nasional (MUNAS) IPSI dan program tetap intern

Ikatan Pencak Silat Nur Harias yang dibukukan, dan juga senantiasa adanya

perubahan-perubahan sesuai perkembangan zaman. Menurut Nur Pramanna

Yulissari Iskandar, dalam perjalanannya selama ini Ikatan Pencak Silat Nur Harias

telah mencakup beberapa lingkup, misalnya:

1. Pada sekolah tertentu di tiap-tiap cabang yang ada merupakan ekstra wajib.

2. Ikatan Pencak Silat Nur Harias terus mengikuti invitasi atau kejuaraan yang

diadakan oleh IPSI ditingkat cabang, daerah maupun pusat.

3. Mengadakan penataran pelatih olahraga pencak silat, mengadakan penataran

wasit atau juri pencak silat dan mengadakan penataran organisasi pencak silat

4. Dibentuknya koperasi di tiap-tiap cabang Ikatan Pencak Silat Nur Harias..

5. Diadakan suatu kegiatan sosial, misalnya menyantuni rumah-rumah yatim

piatu, mengadakan pengobatan alternatif dan turut berperan aktif dalam

mendirikan suatu yayasan Pra Sekolah Islam tanpa dipungut biaya bagi siswa

(lokasi: Jl. Pagesangan III C/U Surabaya) dan Karya Syukur Mahasiswa

(pengobatan alternatif) (wawancara Rabu, 25 Februari 2015 pukul 14.00).

Tahun 2013 diadakan Musyawarah Nasional Ikatan Pencak Silat Nur Harias

bertempat di Gedung Kenanga, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri


110

Malang yang menghasilkan susunan kepengurusan dan susunan Ketua Umum

cabang yang ada di masing-masing kabupaten (lihat tabel 4.1).

Tabel 4.2 Susunan Ketua Cabang Ikatan Pencak Silat Nur Harias masa bakti

2013-2017

No Nama Cabang
.
1 Busiran Kota Surabaya
2 Nanik Agustina Malang
3 Saifud Jombang
4 Sulasmun, S.Pd Ponorogo
5 A. Fajrin Nur, S.E Sampang
6 M. Yono, S.pd Sumenep
7 Abd. Rozaq Mojokerto
8 Bycan Cerah H. S.Pd Gresik
9 Belia Rova, S.Pd Tuban
10 Agus Pramono, S.Pd Blitar
11 M. Khoirudin, S.Pd Sidoarjo
12 Deden Rohendi S.H Jakarta
(AD/ART Ikatan Pencak Silat Nur Harias, 2013:42)

Periode tahun 2000 mulai muncul kembali beberapa cabang Nur Harias.

Tahun 2007 Belia Rova mengembangakan Nur Harias di Tuban. Heru Prasetya

S.Pd. dan Abdurrozaq F. S.E. bersama-sama mengembangkan Nur Harias di

Mojokerto beralamatkan di jalan Surodimawan gang 5 RT 7 RW 2. Prestasi yang

diraih yakni juara 1 dan juara 2 Kejurda Walikota Cup Mojokerto V dan beberapa

kejuaraan intern di Ikatan Pencak Silat Nur Harias (wawancara melalui SMS

dengan Abdurrozaq Jumat 20 Maret 2015, pukul 15.31).

Agus Alfan Kamil dibantu dengan Eko Wahyudi mengembangkan Nur

Harias di Jember pada tahun 2007. Beberapa ranting di Jember yakni: SDN

Jambearum 1, MTs Iwan Hamidy Krajan, SMPN Pringgondani Sumberjambe,

MA Nuris Krajan dan SMA 1 Balung. Pada tahun 2012 Dina Dwi Anggraini

dibantu oleh Nur Ahmad Amiriyadi dan Mohammad Eric Zulkarnaen membuka
111

cabang di Kabupaten Bondowoso. Ranting yang ada di Bondowoso yakni SMK

Raudlatul Hasan, SMK Tapen, SMK Nailul Huda Mrawan, SD Tapen 1 dan

SMPN 1 Klabang (wawancara melalui media Facebook Senin 23 Maret 2015,

pukul 20.00).

Pada tahun 2011 Deden Rohedi S.H. mengembangkan Nur Harias di

Jakarta. Tahun 2014 Cabang Gresik dikembangkan kembali oleh Drs. Bycan

Cerah dan Muhyi dari Sampang. Prestasi yang diperoleh yakni beberapa anggota

Nur Harias Gresik mampu mewakili Kabupaten Gresik pada tingkat Kejurda.

Cabang Blitar dikembangkan oleh Agus Pramono, S.Pd pada tahun 2010 dan

diasuh oleh Heru Mulyadi dari Malang (wawancara dengan Heri Mulyadi di

Malang pada hari Sabtu 2 Mei pukul 22.00).

Sejak pusat perguruan Ikatan Pencak Silat Nur Harias berada di Jombang

tahun 2003 (1972-2003 berada di Surabaya), perkembangannya cukup baik dan

membanggakan walaupun masih belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari segi

prestasi maupun tempat-tempat latihan atau ranting-ranting yang ada di Jombang

sendiri sudah ada 24 tempat latihan. Nur Harias juga mampu membuat padepokan

sendiri meskipun tidak semegah padepokan dari perguruan lain. Padepokan Nur

Harias beralamatkan di gang Arjuna, Denanyar Jombang (lihat foto 4.12).


112

Foto 4.12 Padepokan Nur Harias di Denanyar, Jombang


(Foto oleh Moh. Eric Zulkarnaen 9 Maret 2015)

Dari segi prestasi sendiri, Ikatan Pencak Silat Nur Harias selalu mengirim

beberapa atlit yang mewakili di masing-masing Kabupaten. Berikut daftar atlit

Ikatan Pencak Silat Nur Harias yang memiliki prestasi yang membanggakan:

1. Nama : Vika Andriani

Cabang: Surabaya

Tempat/Tanggal Lahir: Jombang, 22 November 1991

Tingkatan Sabuk: Biru

Prestasi:

a. Kejurda di Jember tahun 2003 juara 1 kelas C Remaja Putri

b. Popda di Jombang tahun 2004 dan 2006 juara 1 kelas C Remaja Putri

c. Popwil di Kaltim tahun 2004 juara 1 kelas C Remaja Putri

d. Kartini Cup juara 3 kelas C Remaja Putri

e. Kejurnas di Jakarta tahun 2005 juara 3 kelas C Remaja Putri

2. Nama : Mohammad Yono

Cabang: Malang
113

Tempat/Tanggal Lahir: Sumenep, 11 Juni 1979

Tingkatan Sabuk: Kunyit

Prestasi:

a. Invitasi Nur Harias Cup se-Jatim tahun 1999 juara 1 kelas C

b. Kejurda antar perguruan se-Jatim tahun 1999 juara 3 kelas C

c. Rektor Cup antar Perti UM tahun 1999 juara 1 kelas C dan menjadi

pesilat terbaik pada kejuaraan tersebut

d. Pomda Jatim tahun 2000 juara 1 kelas C di UM

e. Kejuaraan antar Perti se-Kabupaten Malang tahun 2002 juara 1 kelas C

3. Nama : Asmu’i

Cabang: Sumenep

Tempat/Tanggal Lahir: Sumenep, 5 Oktober 1983

Tingkatan Sabuk: Biru

Prestasi:

a. Tahun 2001, juara 1 kelas A remaja antar pelajar di Mojokerto

b. Tahun 2002, juara III kelas A dewasa Kejurcab di Jombang

c. Tahun 2002, juara 1 kelas A dewasa Nur Harias Cup di Surabaya

4. Nama : Nur Ahmad Amiriyadi

Cabang: Sumenep

Tempat/ Tanggal Lahir: Sumenep, 10 Mei 1991

Tingkatan Sabuk: Biru

Prestasi:

a. Juara II Kejuaraan Pencak Silat Tingkat Remaja/Pra Remaja Antar

Perguruan Se-Jawa Timur 2007


114

b. Juara I Kejuaraan Cabang Pencak Silat Se-Kabupaten Sumenep 2009

c. Juara I Pekan Olah Raga Maha Siswa Baru (Pormaba) Universitas

Negeri Malang 2009

d. Juara III Kejuaraan Pencak Silat Piala Walikota VII Antar Perguruan

Se-Jawa Timur 2010

e. Juara I Invitasi Pencak Silat Nur Harias Piala Rektor Uneversitas

Negeri Surabaya Terbuka 2010

f. Juara I Pekan Olahraga Kabupaten (Porkab) Malang III 2011

Pada tahun 2010 Nur Harias Surabaya mengikuti event Invitasi Pencak

Silat Nur Harias Piala Rektor Unesa se-Jawa Timur dan memenangkan beberapa

penghargaan yakni:

1. Juara Lomba Atraksi Invitasi Pencak Silat Nur Harias Piala Rektor Unesa se-

Jawa Timur 2010

2. Juara II Kelas A Pra Remaja Putri Invitasi Pencak Silat Nur Harias Piala

Rektor Unesa se-Jawa Timur 2010

3. Juara III Kelas C Dewasa Putri Invitasi Pencak Silat Nur Harias Piala Rektor

Unesa se-Jawa Timur 2010

Dalam setiap Musyawarah Anggota Nur Harias Surabaya menghasilkan

agenda kegiatan yang akan dilakukan (lihat tabel 4.3).

Tabel 4.3 Program Kegiatan Nur Harias Surabaya Tahun 2014


Nama Kegiatan Tanggal Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan
LKMO (Latihan Kepemimpinan 06-08 Maret 2014 Wisma Cipunegara
dan Manajemen Organisasi) Nur Surabaya
Harias
Latihan Alam 3-5 April 2014 Pondok Claket Indah ,
Pacet
Study Banding dan Try Out 25-26 April 2014 Universitas Negeri
Malang
115

Pelatihan Wasit Juri Pencak Silat 23-24 Mei 2014 Gedung H7 Unesa,
Ketintang
Diklat Anggota Baru 25-27 September Bumi Perkemahan
2014 Pacet, Mojokerto
Kejuaraan Pencak Silat Antar 09-11 Oktober GOR Bima Unesa
Mahasiswa Unesa 2014
Karya Syukur Mahasiswa 28-29 Oktober Lapangan bola volly
(Pengobatan Alternatif 2014 Unesa, Ketintang
Musyawarah Anggota 4-6 Desember 2014 Villa Wildan, Pacet
(Sumber: Arsip Ikatan Pencak Silat Nur Harias Surabaya 2014)

Berdasarkan periodisasi sejarah perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur

Harias, maka penulis mencoba menyusun tabel sebagai berikut (lihat tabel 4.4).

Tabel 4.4 Periodisasi Sejarah Perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias
di Surabaya

Tanggal Kegiatan Tempat


Kegiatan
1969 Atho’illah menyusun peraturan Surabaya
olahraga pencak silat
7 Mei 1972 Atho’illah mendirikan perguruan Nur Masjid di Jalan
Harias Kawung, Surabaya
25 Mei 1975 Atho’illah menyusun Anggaran Dasar Surabaya
dan Anggaran Rumah Tangga Nur
Harias
1980 Nur Harias membuka ranting di IKIP IKIP Surabaya,
Surabaya, Ketintang Ketintang
1983 (setiap TVRI meminta murid Atho’illah Surabaya
hari minggu) (Djarkoni & Eko Hariyanto)
menampilkan jurus dasar pencak silat
1983-1996 Pembukaan Ranting Seno (STO jln. Surabaya Pusat, Barat,
Kawung, Surabaya Utara), Pacar Timur, Selatan dan
Keling (Suranbaya Timur), Pesisir Utara Surabaya
Sememi/Benowo (Pesisir Utara),
Kertajaya tempat tinggal bapak dan
keluarganya, Kalisari daerah
Kapasan, Ketintang (Unesa), SGO
(Surabaya Timur), SMA Khotijah
(Wonokromo), SMP 15 (Surabaya
Timur), Hang Tuah (Surabaya Utara),
Kepanjen/Mundu (Surabaya Pusat),
Keputih (Surabaya Timur), Telekom-
Ketintang, Mardisiwi, dan Taruna
Jaya
1983 Syahrir Sanja membuka cabang SMAN 4 Malang
Malang
116

1984-1985 Eko Hariyanto menciptakan jurus NH IKIP Surabaya


12, NH 36, dan Senam NH di bawah
pengawasan Atho’illah Iskandar
1985 Djarkoni menjuarai PON XI kelas Jakarta
Bebas Dewasa Putra
1985 Djarkoni membuka cabang Ponorogo Ponorogo
dan menciptakan jurus Sikap Pasang
1987 Djarkoni meraih peringkat II Kuala Lumpur,
kejuaraan Pencak Silat Dunia kelas E Malaysia
Dewasa Putra
1988 Imam Suhardi membuka cabang Megaluh, Jombang
Jombang
14 Februari Invitasi Nur Harias Cup Gedung Sasana
1988 Budaya Universitas
Negeri Malang
1989 Eko Hariyanto membuka ranting IKIP FIK IKIP Malang
Malang dengan 24 murid awal
1991 Djarkoni menjuarai kejuaraan pencak Brunei Darussalam
silat dunia kelas E Dewasa Putra
1991 Juara Umum III Kejuaraan Pencak Kotamadya Surabaya
Silat Golongan Dewasa ke-8
28-29 Musyawarah Daerah I IPS Nur Harias Surabaya
Desember 1991
1992 Juara Umum II Invitasi Pencak Silat Surabaya
Remaja Antarperguruan se-Jawa
Timur
1992 Atho’illah bersama Soemardjono, & Surabaya
Soegiyanto menerbitkan buku
mengenai sejarah dan peraturan
olahraga pencak silat
1992 M. Khusairi membuka cabang SMAN 2 Sampang
Sampang
1994 Menjadi Juara Umum III Kejuaraan Kotamadya Surabaya
Pencak Silat Golongan Dewasa
Walikota Cup
1994 Yuli Sugiharto membuka cabang GOR Ahmad Yani,
Sumenep Sumenep
27-29 Oktober Musyawarah daerah II Surabaya
1995
29 Oktober Alfiah K. Waru menjabat sebagai Surabaya
1995 Ketua Umum Nur Harias
31 Januari 1996 Atho’illah Iskandar wafat dan Ketintang, Surabaya
dimakamkan di TPU Ketintang Barat
21-23 Penataran Pelatih Surabaya
Desember 1997
1998 Arif Suharno menjabat sebagai Ketua Surabaya
Umum Nur Harias
1998 Karya Syukur Mahasiswa I Universitas Negeri
117

Surabaya
2000 Nur Harias Rektor Unesa Cup Universitas Negeri
Surabaya
26-28 Oktober Juara Umum Invitasi Pencak Silat Universitas Negeri
2001 Nur Harias Piala Rektor Unesa se- Surabaya
Jawa Timur
2003 Imam Suhardi menjabat sebagai Surabaya
Ketua Umuum Nur Harias
2003 Latihan alam dan kenaikan tingkat Wonosalam, Jombang
2008 Nur Harias Rektor Unesa Cup Sasana Budaya,
Malang
2010 Juara Lomba Atraksi Invitasi Pencak GOR Bima, Lidah
Silat Nur Harias Piala Rektor Unesa Wetan Surabaya
se-Jawa Timur
2013 Penataran Pelatih dan Musyawarah Gedung Kenanga
Daerah IPS Nur Harias Fakultas Ilmu
Keolahragaan UM
27-29 Nur Harias Rektor Unesa Cup Jombang
Desember 2013
6-9 Maret 2014 Latihan Kepemimpinan dan Wisma Cipunegara,
Manajemen Organisasi Surabaya
3-5 April 2014 Latihan alam & kenaikan tingkat Pondok Claket Indah,
Pacet
28-29 Oktober Karya Syukur Mahasiswa (KSM) Lapangan bola volly
2014 Ketintang, Unesa
4-6 Desember Musyawarah Anggota Villa Wildan Pacet
2014

Pencak silat tumbuh dan berkembang di tanah air sebagai hasil cipta

manusia sekaligus pedoman orientasi kehidupan bagi masyarakat. Dalam hal

refleksi dari nilai-nilai masyarakat, pencak silat merupakan sebuah sistem budaya

yang saling mempengaruhi dengan alam lingkungannya dan tidak dapat

terpisahkan dari aktivitas manusia. Langkah kehidupan sehari-hari membentuk

identitas pencak silat dengan memberikan status dan peranan sosial yang bersifat

multi-dimensional (Maryono, 2000:320).

Terkait hal di atas, Ikatan Pencak Silat Nur Harias yang merupakan

perguruan yang bergerak dalam pencak silat bersifat silaturrahmi. Dalam menjaga

silaturrahmi Ikatan Pencak Silat Nur Harias menolak apa yang dinamakan
118

diskriminasi ras, golongan, dan agama. Mengenai pembedaan dalam materi yang

akan diterima oleh setiap anggota hal itu disebabkan oleh syarat-syarat tertentu

agar suatu ilmu itu bisa diperoleh. Peranan masyarakat sekitar juga sangat penting

untuk dijaga jalinan silaturrahminya, mengingat bahwa sebagai makhluk sosial

manusia harus saling membantu dan bertoleransi.

Masyarakat diharapkan mampu menjalin komunikasi yang baik dengan

para anggota Ikatan Pencak Silat Nur Harias karena bagaimanapun juga mereka

hidup pada lingkungan yang sama dan harus menjaga silaturrahmi dengan baik.

Respon masyarakat sekitar terhadap Ikatan Pencak Silat Nur Harias juga ditujukan

agar para anggota dapat menghindari konflik antar sesama ataupun dengan

perguruan silat yang lainnya. Sehingga jika hal tersebut terjadi tentu masyarakat

akan merasakan imbas dari kejadian perkelahian atau bentrok antar sesama

anggota Ikatan Pencak Silat Nur Harias atau dengan perguruan silat lainnya.

1. Arisan Pencak Silat dalam Masyarakat

Terlepas dari peran Ikatan Pencak Silat Nur Harias sebagai perguruan

masyarakat yang mengikuti pencak silat di daerah lain juga melakukan kegiatan

arisan di antara sesama anggota pencak silat lainnya. Kegiatan arisan dalam

perkumpulan pencak silat tersebut oleh masyarakat disebut “arisan pencak”.

Prosedurnya sama dengan arisan biasa hanya ditambahkan dengan Istighosah dan

pembacaan shalawat nabi oleh masing-masing anggota. Seperti pada masyarakat

Madura menamakan kegiatan sosial ini dengan istilah berbeda dari daerah di

Pulau Madura dan Jawa Timur.

Di Pamekasan arisan pencak silat sebagai “pencak kocoran”. Istilah

“kocoran” berasal dari nama jajanan khas dari Madura yakni ‘kocor’. Sedangkan
119

di Kabupaten Jember, arisan pencak silat disebut ‘pencak kopian’ karena biasanya

para anggota seusai memeragakan pencak silat lalu duduk bersama sambil minum

kopi sambil menunggu hasil keputusan pemenang arisan (Maryono, 2000:324).

Berkaitan hal di atas, pencak silat mempunyai peran bagi sesama anggota

dengan melakukan kegiatan arisan tersebut sebagai pengikat hubungan antar

sesama anggota pencak silat. Kondisi demikian dapat mempererat tali silaturrahmi

antar sesama anggota sekaligus mengadakan kegiatan perkumpulan arisan. Semua

perkumpulan arisan pencak silat memiliki persyaratan bahwa setiap anggota harus

bisa bermain pencak silat. Dalam arisan pencak silat ini tidak membedakan

mengenai latar belakang aliran perkumpulan, semua individu yang mengikuti

pencak silat tetap diperbolehkan menjadi anggota dari perkumpulan arisan pencak

silat.

Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan sosial antar sesama anggota

berjalan baik terbukti dengan perbedaan yang mereka miliki dapat bersatu dalam

kegiatan di luar pencak silat juga kegiatan masyarakat yang lain. Ikatan Pencak

Silat Nur Harias Cabang Sampang menerapkan sistem arisan guna mengisi kas

perguruan seperti yang diutarakan oleh M. Khusairi “Kita para anggota juga

mengadakan acara arisan yang disisipi istighosah. Yang menang arisan ini

biasanya memberi infaq sebesar 10 persen dari total uang yang didapatkan

kepada kas perguruan” (wawancara Senin, 29 Maret 2015 pukul 08.00)

2. Pengaruh dalam Bidang Kebudayaan

Pencak silat merupakan budaya warisan leluhur yang adiluhung, di dalamnya

terkandung falsafah: kesederhanaan, kehalusan, dan kekuatan. Maksud lainnya

merupakan perwujudan dari kepribadian bangsa. Pencak silat sebagai budaya


120

warisan leluhur, kewajiban kita sebagai bangsa adalah mengembangkan dan

melestarikan hasil budaya yang telah ada. Sehingga kita tidak kehilangan ciri khas

dan kepribadian bangsa kita sendiri (Harsono, 2003:43).

Permainan pencak silat di Jawa Barat biasanya diiringi dengan gendang,

terompet, dan gong. Berbeda dengan pencak silat Betawi sendiri tidak

mengandung unsur seni gerak yang kaya, terutama dilihat dari unsur geraknya

sebagai tari. Sedangkan pencak silat Sunda atau Parahiyangan sangat kaya dengan

berbagai variasi gerak tari yang disebut sebagai ibingan. Pencak silat Betawi

terdiri atas gaya-gaya yang merupakan sikap dan gerak untuk menyerang dan

membeladiri dalam pertarungan (Wijaya, 1976:85).

Berdasarkan variasi gerak dalam pencak silat di berbagai daerah di atas,

menunjukkan bahwa pencak silat mengandung unsur seni. Pencak silat seni dapat

juga dikatakan sebagai pencak silat beladiri yang indah. Pencak silat seni ini

dikembalikan ke asal dan aslinya menjadi pencak silat beladiri. Hal tersebut

disebabkan karena pencak silat seni memiliki gerakan yang sama dengan pencak

silat beladiri. Gerakan terseebut meliputi teknik-teknik, sikap-pasang, gerak-

langkah, serangan dan belaan sebagai suatu kesatuan dalam unsur pencak silat

(Notosoejitno, 1997:81).

Pencak silat sebagai seni merupakan wujud kebudayaan dalam bentuk kaidah

gerak dan irama yang takluk pada keselarasan, keseimbangan, dan keserasian

antara wiraga, wirasa, dan wirasa. Pada beberapa daerah jurus-jurus seni diiringi

dengan tabuh iringan musik yang khas dan dipertunjukkan pada acara-acara sosial

seperti: pesta panen, perkawinan, dan keramaian umum (Maryono, 2000:9). M.

Atok Iskandar dkk, (1992:11) juga menjelaskan :


121

 “Pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk


membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya
(manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk
mencapai keselarasan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa”.

Pencak silat sebagai seni budaya merupakan hasil cipta, karsa, dan karya

bangsa Indonesia, yang umumnya kekayaan seni budaya daerah-daerah di

Indonesia, bahkan di beberapa daerah unsur seni tersebut jauh lebih menonjol,

sehingga sementara masyarakat menganggapnya benar-benar sebagai bentuk seni

tari dikembangkan dari gerak-gerak dasar pencak silat sebagai beladiri.

Kelincahan dan gerak dinamis diiringi dengan instrumen musik daerah sungguh

sangat menarik dan memukau. Pencak silat mempunyai pandangan bahwa kita

boleh mempunyai lawan, akan tetapi jangan mempunyai musuh, tidak dibenarkan

menyerang lebih dahulu, bahkan harus sedapat-dapatnya menghindari kontak

fisik. Prinsip-prinsip dan khaidah pencak silat Indonesia hendaknya ditanamkan

dan dihayati benar-benar sehingga dalam penyusunan gerak berantai/rangkaian

gerak selalu mendahulukan prinsip pembelaan. Serangan bersifat balasan

(counter) sedangkan tangkapan, jatuhan dan kuncian merupakan ikhtiar

menguasai penyerang. Serangan dan belaan yang keji/sadis hendaknya dihindari

(Iskandar, 1992:18-20)

Berbicara mengenai pencak silat tidak dapat dielakkan bahwa di Indonesia ini

terdapat berbagai jenis aliran atau gerakan pencak silat seperti: Perisai Diri, Setia

Hati Terate, Merpati Putih, Pagar Nusa, Nur Harias, dan lainnya. Sebagai bentuk

pelestarian pencak silat dari masing-masing perguruan tersebut terus

dikembangkan keberadaannya agar tetap abadi untuk generasi selanjutnya. Lain


122

halnya dengan pencak silat yang berubah fungsi yaitu dijadikan sebagai sebuah

pertunjukan tetapi tidak meninggalkan unsur gerakan pencak silat itu sendiri.

Pelestarian budaya dapat dilakukan salah satunya melalui pengenalan kepada

generasi penerus kita agar mereka dapat menghayati dan memaknainya dalam

kehidupan keseharian. Pencak silat sebagai budaya telah lahir sejak nenek moyang

kita ada di Nusantara dan membuat beberapa aliran seperti Silat Minang,

Harimau, Cimande, Betawi, dan lain sebagainya. Gerakan-gerakan tersebut

terilhami dari gerakan hewan misalnya harimau, monyet, dan ular. Pencak silat

berbeda dengan beladiri luar yang dominan pada physical strenght.

Berbeda pada kesenian jenis pencak silat Bandrong di Kota Cilegon yang

merupakan bentuk pelestarian nilai-nilai budaya lokal masyarakat setempat lewat

pertunjukan. Pencak silat Bandrong ini pada awal perintisannya dijadikan sebagai

alat perjuangan melawan Belanda. Pergeseran makna pencak silat Bandrong dari

tujuan awal sebagai beladiri berubah menjadi kesenian pencak silat yang

disuguhkan dalam bentuk pertunjukan dengan tidak meninggalkan unsur-unsur

beladiri. Hal ini berarti pencak silat menjadi bagian dari masyarakat serta

kebudayaan yang mempunyai nilai estetik.

E. Muatan Edukasi yang Terkandung dalam Perkembangan Ikatan


Pencak Silat Nur Harias

Pendidikan merupakan topik utama dalam kehidupan sehari-hari yang

senantiasa selalu aktual untuk dibicarakan, serta dituntut untuk selalu relevan

dengan kontinuitas dinamika kehidupan masyarakat. Proses pendidikan tidak

dapat dipisahkan dari proses pembangunan yang bertujuan untuk mengembangkan


123

sumber daya manusia yang berkualitas. Sedangkan menusia yang berkualitas itu

sendiri dapat dilihat dari segi pendidikanya (Hamalik, 2007:1).

Pendidikan merupakan media utama dalam membangun kecerdasan

sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu,

pendidikan secara terus-menerus dibangun dan dikembangkan agar proses

pelaksanaannya menghasilkan generasi yang diharapkan mampu untuk

melanjutkan perjuangan bangsa dan memiliki karakter mulia (Azzet, 2011:9).

Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang

dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan formal adalah jalur

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur

pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur

dan berjenjang. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan yang mempunyai peran serta kontribusi yang sangat besar dalam

kehidupan masyarakat (Fitri, 2012:13).

Nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik ke arah

kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya

yang diperoleh melalui proses pendidikan. Nilai pendidikan yang terkandung

dalam Perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias adalah pendidikan karakter.

Menurut Zubaedi (2011:15) pendidikan karakter merupakan berbagai

usaha yang dilakukan untuk menanamkan dan menciptakan sikap peduli,

bertanggung jawab, dan tidak mementingkan diri sendiri dalam kehidupan

bermasyarakat. Menurut Suyadi (2013:6) pendidikan karakter adalah upaya sadar


124

dan terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan yang dilakukannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter dilaksanakan melalui pendidikan nilai–nilai yang

menjadi nilai dasar karakter bangsa. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan

dalam pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasi berasal dari empat sumber

yang meliputi: (a) agama; (b) Pancasila; (c) budaya; (d) tujuan pendidikan

nasional (Zubaedi, 2011:73). Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, dapat

terindentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan karakter dalam tabel 4.2 berikut,

yaitu:

Tabel 4.5 Nilai dan Deskripsi Pendidikan Karakter

NILAI DESKRIPSI
Religus Sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lainya.
Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya sendiri.
Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelsaikan tugas dengan sebaik-
baiknya.
Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Semangat Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
125

Kebangsaan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas


kepentingan diri dan kelompokny.
Cinta Tanah Air Cara berpikir, bertindak, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social,
budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
Prestasi menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.
Bersahabat/ Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
Komunikatif berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang
lain.
Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.
Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan dalam
dirinya.
Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupa mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksankan
tugas dan kewajibanya, yang seharusnya dilakukan
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
social, dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha
Esa.
(Sumber: Zubaedi, 2011:74-76)
Berdasarkan tabel 5.1 maka nilai-nilai pendidikan karakter dalam

perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias adalah :

1. Religius

Nilai religius yang bisa diperoleh dari peranan kepemimpinan Atho’illah

Iskandar dalam Islamisasi yakni bisa menumbuhkan sikap dan patuh terhadap

ajaran Agama Islam melalui pencak silat. Sebagai tokoh yang legendaris di

wilayah Surabaya, Drs. H. M. Atho’illah Iskandar yang mendapat sebutan

Pendekar Pemersatu Aliran IPSI, karena peran dan campur tangan dalam
126

pendirian beberapa perguruan silat Indonesia. (wawancara dengan Khusairi pada

29 Maret 2015). Nilai ini penting untuk dimiliki oleh seorang peserta didik supaya

tidak menyimpang dari agama yang dianutnya serta menjadi pribadi yang lebih

dewasa dan bijaksana. Setiap agama mengajarkan kepada para umatnya untuk

senantiasa melakukan kebaikan kepada setiap orang oleh karena itu nilai religius

harus ditanamkan kepada siswa supaya mempunyai karakter yang religius selalu

patuh terhadap agamanya. Disamping itu, melalui nilai religius ini akan

menciptakan kerukunan terhadap sesama manusia. Islam mengajarkan kepada

umatnya untuk senantiasa menjaga silaturahmi kepada sesama muslim oleh karena

itu peserta didik harus ditumbuhkan sikap saling hidup rukun dan toleran kepada

sesama manusia.

2. Jujur

Nilai jujur yang bisa diperoleh dalam Ikatan Pencak Silat Nur Harias ini

sebagai seorang pendekar selalu berusaha jujur dalam setiap tingkah laku dan

perbuatan. Atho’illah Iskandar selaku pendekar utama adalah pribadi yang jujur,

rendah hati, dan senantiasa berbuat baik kepada sesama yang diharapkan para

penerus mampu memiliki sikap tersebut. Nilai jujur ini harus dimiliki oleh para

pelajar yang notabene generasi penerus bangsa sehingga menanamkan nilai jujur

kepada para pelajar ini penting. Seorang pelajar seharusnya jujur dengan diri

sendiri dan orang lain, karena hal ini bisa mempengaruhi karakter atau watak

seseorang. Seseorang yang selalu berusaha jujur ini akan senantiasa mempunyai

kepribadian yang baik mempunyai banyak teman serta senantiasa dipercayai oleh

orang lain.
127

3. Disiplin

Nilai disiplin yang bisa diperoleh dari Ikatan Pencak Silat Nur Harias,

senantiasa mengutamakan disiplin, salah satu contohnya yaitu sebagai seorang

pesilat harus mampu mendisiplinkan diri agar dapat meraih apa yang diinginkan.

Sikap disiplin ini seharusnya bisa diteladani oleh semua orang baik generasi muda

maupun tua, akan tetapi lebih baik jika sejak dini seorang anak dilatih untuk

bersikap disiplin hal ini dilakukan supaya menjadi seorang pribadi yang bijak

karena bisa menerapkan sikap disiplin dalam dirinya sendiri. Nilai jujur ini harus

senantiasa ditanamkan oleh para pelajar supaya senantiasa tertib terhadap aturan

yang ada di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal.

4. Kerja Keras

Nilai kerja keras yang bisa diperoleh dari Ikatan Pencak Silat Nur Harias

ini ditunjukkan dengan perilaku para penerus yang membuka cabang di beberapa

Kabupaten di pulau Jawa. Tantangan dan ujian dari penduduk setempat dihadapi

dengan baik sehingga Ikatan Pencak Silat Nur Harias masih bertahan hingga saat

ini. Hal ini dilakukan sebagai wujud kesetiaan penerus terhadap Atho’illah

Iskandar selaku Pendiri Ikatan Pencak Silat Nur Harias. Secara umum sebagai

pesilat hendaknya bekerja keras dalam latihan dan tidak boleh mengeluh agar

prestasi dapat diraih. Nilai kerja keras yang harus ditumbuhkan kepada para

pelajar ini harus senantiasa bekerja keras dalam mengerjakan tugas-tugas yang

diperolehnya, dan menyelesaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Nilai ini


128

penting dimiliki seorang pelajar supaya menjadi pribadi yang lebih baik dan bisa

menggapai cita-citanya.

5. Peduli Sosial

Nilai peduli sosial yang diperoleh Ikatan Pencak Silat Nur Harias adalah

tidak memberatkan anggota yang tidak mampu ketika akan ditarik iuran. Ketika

ada anggota yang terkena musibah maka semua ikut membantu agar diringankan

beban yang dihadapi. Sikap saling membantu sesama memberikan kita pelajaran

bahwa manusia senantiasa harus saling membantu kepada sesama manusia yang

membutuhkan dan tidak memilah-milah orang yng akan dibantu. Nilai peduli

sosial ini penting untuk ditanamakan kepada siswa supaya mempunyai sikap

saling membantu kepada sesama yang membutuhkan.

6. Tanggung Jawab

Nilai tanggung jawab yang diperoleh dari Ikatan Pencak Silat Nur Harias

khususnya dalam diri Atho’illah Iskandar ini ditunjukkan bahwa Atho’illah

Iskandar ini selalu berusaha bertanggung jawab agar Nur Harias senantiasa berada

pada jalur yang benar karena akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT

kelak di akhirat. Ikatan Pencak Silat Nur Harias tidak mementingkan kuantitas

namun kualitas individu yang agamis dan berprestasilah yang diharapkan agar

tawuran antar pesilat dapat dihindari.

Nilai-nilai pendidikan karakter di atas ini seharusnya dimiliki oleh para

pelajar yang notabene menjadi generasi penerus bangsa supaya para pelajar bisa

mempunyai watak atau karakter seperti yang ada di atas. Hal ini dikarenakan

penanaman pendidikan karakter terhadap para pelajar ini menjadi sangat penting
129

karena karakter merupakan mesin yang mendorong bagaimana seorang bertindak,

bersikap, berucap, dan merespon sesuatu.

F. Pengembangan Muatan Lokal

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman

Pengembangan Muatan Lokal menyebutkan bahwa dalam rangka pelaksanaan

kurikulum pada sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, sekolah menengah

pertama/madrasah tsanawiyah, sekolah menengah atas/madrasah aliyah, dan

sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan, perlu menetapkan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Implementasi Kurikulum

Muatan lokal, sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Atas Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan bahan

kajian yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap

potensi di daerah tempat tinggalnya.

Dalam Pasal 77 N Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional dinyatakan bahwa : (1) muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan

berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal; (2)

muatan lokal dikembangkan dan dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.

Selanjutnya, dalam Pasal 77P antara lain dinyatakan bahwa : (1)

pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan

muatan lokal pada pendidikan menengah; (2) pemerintah daerah kabupaten/kota

melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan


130

dasar; (3) pengelolaan muatan lokal meliputi penyiapan, penyusunan, dan evaluasi

terhadap dokumen muatan lokal, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru; dan

(4) dalam hal seluruh kabupaten/kota pada 1 (satu) provinsi sepakat menetapkan 1

(satu) muatan lokal yang sama, koordinasi dan supervisi pengelolaan kurikulum

pada pendidikan dasar dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi.

Muatan lokal sebagai bahan kajian yang membentuk pemahaman

terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya bermanfaat untuk memberikan bekal

sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta didik agar:

1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan

budayanya.

2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai

daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada

umumnya.

3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan

yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai

luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

Berdasarkan pernyataan di atas, perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur

Harias ini seharusnya bisa dijadikan sebagai salah satu muatan lokal dalam

pembelajaran di sekolah. Hal ini dilakukan supaya para pelajar yang notabene

para generasi muda bangsa Indonesia dan mayoritas bertempat tinggal di Jawa

Timur ini bisa mengetahui sejarah lokal yang ada di daerahnya sendiri yaitu

Surabaya. Ikatan Pencak Silat Nur Harias adalah pencak silat asli dari Surabaya,

Jawa Timur yang mampu menorehkan prestasi di tingkat nasional dan

internasional, maka dari itu pembelajaran mengenai sejarah perkembangan Ikatan


131

Pencak Silat Nur Harias ini harus ada dalam proses pembelajaran sejarah di

sekolah-sekolah sehingga para generasi muda ini bisa mempelajari perilaku-

perilaku teladan dari Drs. H. M. Atho’illah Iskandar yang masih disegani baik

oleh para pengikut perguruannya, pencak silat aliran lain dan para pengurus IPSI

pusat.

Pembelajaran mengenai perkembangan pencak silat di Jawa Timur maupun

sekitarnya ini seharusnya diadakan karena melalui pengajaran di sekolahan inilah

para generasi muda bisa mendapatkan pengetahuan mengenai sejarah lokal

daerahnya sendiri terutama pencak silat yang ada di daerahnya. Ikatan Pencak

Silat Nur Harias mampu menciptakan pribadi yang tangguh dan berbudi pekerti

yang baik. Oleh karena itu, sejarah lokal mengenai perkembangan Ikatan Pencak

Silat Nur Harias khususnya pada masa Atho’illah Iskandar serta jasa-jasanya tidak

boleh dilupakan oleh masyarakat Jawa Timur dan sekitarnya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ikatan Pencak Silat Nur Harias didirikan oleh seorang veteran marinir

dan dosen FPOK IKIP Surabaya pada 7 Mei 1972. Pendirian perguruan ini

sebagai jawaban atas tantangan kepada diri Atho’illah Iskandar yang ingin

membuat sebuah peraturan pencak silat namun masih belum memiliki massa.

Ikatan Pencak Silat Nur Harias adalah perguruan silat yang bergerak dalam misi

syiar agama Islam yang ringan dengan tetap menjalankan syariat Islam. Panca

Prasetya Nur Harias merupakan kode etik perguruan yang kesemuanya telah

sesuai dengan syariat agama Islam.

Ikatan Pencak Silat Nur Harias memiliki motto “Hidup tanpa takut, mati

tanpa sesal”. Pesilat Nur Harias diwajibkan untuk tidak pernah gentar mengatakan

yang benar, musuh jangan dicari, bertemu musuh jangan lari, musuh lari kita

berhenti. Anggota Nur Harias juga harus melindungi dan memberi maaf kepada

musuh yang tidak berdaya. Ketika berada di gelanggang, prinsip terseebut harus

benar-benar diterapkan seperti tidak menyiksa lawan yang telah sekarat atau lebih

lemah dari pesilat Nur Harias.

Periode 1972-1980, perkembangan Nur Harias sangat pelan sekali

karena satu-satunya cabang tahun 1980 hanya ada Ketintang, Surabaya. Atho’illah

Iskandar tidak ingin perguruannya berkembang secara liar sehingga dapat

dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Tempat latihan yang digunakan

132
133

beralamatkan di Jalan Juwingan no.9 Kota Surabaya. Tahun 1975 Atho’illah

Iskandar meresmikan AD/ART IPS Nur Harias pertama.

Periode 1980-1996 adalah yang terpesat dibandingkan periode yang lain

dikarenakan Nur Harias mampu menyebar ke luar Surabaya seperti Malang,

Jombang, Ponorogo, Sampang, dan Sumenep. Nur Harias mampu menjuarai

berbagai event skala nasional dan Internasional pada periode emas ini. Penyebaran

Ikatan Pencak Silat Nur Harias dimulai ketika TVRI meminta Atho’illah Iskandar

menampilkan anak didiknya gerakan-gerakan dasar pencak silat. Untuk

mempererat jalinan silaturrahmi maka dibuatlah acara bertajuk Nur Harias Cup

yang pada masa Atho’illah Iskandar digabung dengan ujian kenaikan sabuk.

Periode 1996-2003 terjadi dua kali pergantian jabatan Ketua Umum

yakni Alfiah K. Waru (1996-1998) dan Arif Suharno (1998-2003). Perkembangan

pada periode ini ditandai oleh dilaksanakannya Acara Karya Syukur Mahasiswa I

tahun 1998 dan Penataran Pelatih pada tahun 1997. Dari segi prestasi Nur Harias

Surabaya mampu memperoleh beberapa penghargaan meskipun tidak sehebat

masa Atho’illah Iskandar. Prestasi Nur Harias Surabaya sebatas intern organisasi.

Periode tahun 2003-2014 terjadi pegantian Ketua Umum dan

perpindahan pusat organisasi yakni dari Arif Suharno, Surabaya kepada Imam

Suhardi (2003-2008, 2008-2013, dan 2013-2017), Jombang. Periode ini bisa

dikatakan merupakan periode pembangunan kembali kejayaan Nur Harias dimana

perguruan mampu menyebar ke Tuban, Gresik, Mojokerto, Blitar, dan

Bondowoso. Dari segi prestasi Nur Harias mampu berbicara lagi pada event skala

regional Jawa Timur dan Nasional.


134

Nilai pendidikan yang terkandung dalam perkembangan Ikatan Pencak

Silat Nur Harias yaitu pendidikan karakter dan pengembangan muatan lokal.

Nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat dipetik dari perkembangan Ikatan

Pencak Silat Nur Harias dan peranan kepemimpinan Atho’illah Iskandar yaitu

religius, jujur, disiplin, kerja keras, peduli sosial, dan tanggung jawab.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka saran atau rekomendasi bagi peneliti

selanjutnya. Peneliti menyadari bahwa tulisan ini banyak kekurangan meskipun

peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menulis skripsi ini. Bagi

peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang sejarah Ikatan Pencak Silat Nur

Harias bisa lebih mengembangkan lagi dan lebih baik dari peneliti sebelumnya.

Penelitian mengenai perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias tahun 1972

hingga 2014 ini masih banyak celah-celah yang dapat dijadikan obyek penelitian

selanjutnya seperti autobiografi Atho’illah Iskandar secara menyeluruh dan

eksistensi perguruan pencak silat yang ada di Surabaya dan seluruh perguruan

yanga ada di Jawa Timur.

Penelitian ini mengenai eksistensi organisasi pencak silat yang ada di

Surabaya, Jawa Timur saja dan tidak mengenai perkembangan kepemimpinan

secara keseluruhan. Selanjutnya mengenai keadaan pencak silat pada masa transisi

kekuasaan di Indonesia masih belum terjawab dan menjadi celah bagi peneliti

selanjutnya untuk bisa mengungkap kondisi tersebut. Masih banyak lagi objek

kajian di Jawa Timur yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai penelitian dan
135

mengungkap sejarah pencak silat tradisional Indonesia dari berbagai sudut

pandang peneliti berikutnya.

Saran bagi Ikatan Pencak Silat Nur Harias agar para anggota lebih

menghormati dan mengenal para sesepuh Nur Harias seperti Syahrir Sanja, Nur

Pramanna Yulissari Iskandar, Djarkoni, Eko Hariyanto, Imam Suhardi, dan

sesepuh lainnya. Seluruh elemen yang ada di Nur Harias harus saling bahu-

membahu guna kejayaan perguruan di masa depan. Seluruh anggota harus taat

pada aturan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Dasar IPS Nur Harias dan

patuh pada pimpinan sebagaimana dijelaskan dalam Panca Prasetya Nur Harias

ketiga yang berbunyi: “Patuh pada pimpinan dan menjunjung tinggi nama

perguruan”.
DAFTAR RUJUKAN

Alexander H., Chambers Q. & Draeger, D. F. 1970. Pentjak Silat:the Indonesia


Fighting Art. Tokyo: Kodansha International Ltd.
Ali, R. M. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LkiS Pelangi
Aksara.
Anzhari, H. Pemahaman dan Pengalaman Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas.
Azzet, A. M. 2011. Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :Gramedia Pustaka


Indonesia.

Fanan, A. 2009. Sejarah dan Pengembangan Pencak Silat Indonesia Jilid I.

Fitri, A. Z. 2012. Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis


Nilai & Etika di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Fitria S, A. 2011. Perkembangan Kesenian Pencak Silat Bandrong di Kota


Cilegon Banten tahun 1980-2002. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung:
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan
Indonesia.

Gazalba, S. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bahratara Karya


Aksara.

Gottschalk, L. 1975. Pengantar Metode Sejarah. terjemahan oleh Nugroho


Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Gottschalk, L. 1983. Mengerti Sejarah. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas


Indonesia.

Habibi, A. 2009. Sejarah Pencak Silat Indonesia (Studi Historis Perkembangan


Persaudaraan Setia Hati Terate Periode tahun 1922-2000). Skripsi tidak
diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga.

Hamalik, O. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja


Rosda Karya.
Hamid, P. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Harsono, T. B. 2003. Menggapai Jiwa Terate, Telaah Singkat Ilmu Setia Hati.
Madiun: Lawu Pos.

136
137

http//id.wikipedia.org/wiki/Merpati Putih, diakses pada 29 Januari 2015.

http//id.wikipedia.pendidikan.com, diakses pada 29 Januari 2015.

Iskandar, M. A., Soemardjono, & Soegiyanto . 1992. Pencak Silat. Surabaya:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Jurusan Sejarah Fakultas


Sastra Universitas Gajah Mada.

Lubis, J. 2004. Pencak Silat Panduan Praktis. Jakarta: PT Grafindo Persada

Maryono, O. 1999. Pencak Silat in The Indonesian Archipelago. RAPID Journal


vol 4 No. 2.

Maryono, O. 2000. Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Yayasan Galang.

Notosoejitno. 1997. Khazanah Pencak Silat. Jakarta: CV Infomedika.

Prastopo. 1993. Studi Kasus dalam Pengembangan Organisasi Pencak Silat Nur
Harias di Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu
Pendidikan Program Pendidikan Olahraga Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Malang.

Purnamasakti, L. 2013. Sejarah Perkembangan Organisasi Persaudaraan Setia


Hati Terate Tahun 1903-2011 di Madiun. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang.

Rudianto. 1992. Pemahaman Makna Merpati Putih: Telaah Secara Holistik.


Makalah disajikan dalam Seminar Pencak Silat Universitas Indonesia.

Rusyana, Y. 1996. Tuturan tentang Pencak Silat dalam Tradisi Lisan Sunda.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan.

Saleh, M. T. A. 1982. Beladiri II. Jakarta: CV Gembira.

Sjamsuddin, H. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Sosiawan, A. 2012. Seribu Aliran Satu Tujuan. Surabaya: IPSI Surabaya.

Sudin, A. 2008. Guru Sejati: Bunga Rampai Telaah Ajaran Setia Hati Terate.
Madiun: Lawu Pos.

Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
138

Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:


Universitas Negeri Malang Press.
Widja, I G. 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.

Wijaya, H. 1976. Seni Budaya Betawi. Jakarta: Pustaka Jaya.


Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.
GLOSARI

Laras : bijak, melihat salatan/arah, pandai menyesuaikan

Leres : betul

Lilo-legowo : ikhlas, berserah diri, tawakal

Lurus : jujur

Nang : Lanang, jantan, wenang, tanggung jawab, kompeten

Neng : Hening, Diam

Ning : Hening, bening, jernih

Nung : Renung, renungan yang berisi/terarah, berkelanjutan

Nong : Hasil yang bulat, bergema ke seluruh penjuru

Tata : teratur, tertib, disiplin

Tetes : berhasil, menghasilkan

Tétés : menetas, mengamalkan, menyebarluaskan

Titi : teliti, seksama, hati-hati

Tutu : tetap, tekun, terus menerus, tak putus asa

Tatas : tangkas, tegas, mumpuni

Titis : tepat, mengenai sasaran

Tutus : tulus, yakin, dapat dipercaya

Welas asih : peri kemanusian

Ngapuranta : suka memaafkan, tidak mendendam

Getap : permainan kecepatan

Tatag : tak gentar, mantap

Mapan : posisi yang baik

139
INDEKS

Atho’illah, 3, 4, 5, 22, 23, 25, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 50, 60, 90, 92, 100, 110,

111, 116, 119, 122, 123, 124

G (jurus), 65

Jurus, 1, 4, 5, 19, 65, 66, 67, 94, 99, 108, 109, 116, 117, 121

Nimpuno, 64

Pasang, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79

Padepokan, 21, 112, 113, 223

Pencak silat, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22,

25, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47,

48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 67, 68, 69, 74, 82,

90, 91, 92, 93, 95, 96, 99, 100, 102, 103, 106, 108, 109, 110, 111, 112, 113,

114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 126, 127, 128, 129,

131, 132

Perkembangan, 1, 2, 7, 8, 9, 10, 12, 21, 30, 31, 36, 37, 38, 43, 44, 49, 90, 92,

93, 121

Tangkisan, 62, 63, 64, 68, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89

140
LAMPIRAN

141
142

Lampiran 1 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan

Pencak Silat Nur Harias


143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

A. Sejarah berdirinya Ikatan Pencak Silat Nur Harias:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Ikatan Pencak Silat Nur Harias?

2. Bagaimana kondisi Ikatan Pencak Silat Nur Harias pada awal

perintisan?

3. Bagaimana proses untuk menjadi calon murid Moh. Atho’illah

Iskandar?

B. Karakteristik Ikatan Pencak Silat Nur Harias:

1. Bagaimana arti dari Nur Harias?

2. Bagaimana karakteristik Ikatan Pencak Silat Nur Harias?

3. Bagaimana ajaran-ajaran dari Ikatan Pencak Silat Nur Harias?

4. Bagaimana makna pencak silat sebagai syiar Islam?

5. Bagaimana makna silaturrahmi dalam Ikatan Pencak Silat Nur Harias?

6. Bagaimana tanggapan anda mengenai anggota yang beragama lain

selain Islam?

C. Sejarah pekembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias:

1. Bagaimana sejarah perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias

tahun 1972-2014

2. Bagaimana kiprah para penerus Ikatan Pencak Silat Nur Harias

sepeninggal Moh. Atho’illah Iskandar?

3. Bagaimana perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias setelah

pergantian kepemimpinan?

4. Bagaimana peran Ikatan Pencak Silat Nur Harias pada masyarakat

luas?
202

5. Bagaimana hubungan warga Ikatan Pencak Silat Nur Harias dengan

pengikut aliran pencak silat lain yang berbeda aliran

6. Bagaimana hubungan antar pengurus Ikatan Pencak Silat Nur Harias

dengan pengurus atau pemimpin perguruan pencak silat yang berbeda

aliran?
Lampiran 3 Transkip Wawancara

Nama: Dr. Eko Hariyanto, M.Pd

Tempat/ Tanggal Lahir: Lamongan, 1 Januari 1964

Pekerjaan: Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang

Alamat Rumah: Jalan Bromo gang Masjid no. 01 Kepanjen Malang

Waktu Wawancara: Jumat, 20 Februari 2015 pukul 16.10

Peneliti : Assalamualaikum bapak, selamat sore mohon maaf mengganggu

waktu bapak

Narasumber: Waalaikumsalam, iya ada apa?

Peneliti : Saya ingin bertanya mengenai sejarah Ikatan Pencak Silat Nur

Harias, bagaimana latar belakang berdirinya Ikatan Pencak Silat Nur

Harias?

203
204

Narasumber: Baik mas Eric, kita mulai dari orang yang berjasa dalam pendirian

Pencak Silat Nur Harias adalah Bapak Drs. H. Muh. Atho’illah

Iskandar. Mengapa saya katakan begitu, karena beliau lah yang

sebenarnya orang pertama yang mengembangkan Nur Harias ini.

Latar belakang dari Nur Harias ini adalah berangkat dari Kasultanan

Mataram, beliau setidak-tidaknya ada sebuah unsur pencak silat yang

dibawa dari Kasultanan Mataram. Sampai pada suatu saat beliau ini

mengembara ke... ada tugas dari Departemen Pendidikan yang

tugasnya itu adalah ke arah Sumatera Utara. Dari bekal itu

sebenarnya beliau terus mengembangkan aliran Nur Harias ini. Maka

terciptalah sebuah kata yang dinamakan dengan Nur Harias itu

lahirnya ada di Sumatera Utara. Karena di Sumatera Utara itu ada

sebuah padi yang disebut dengan Arias. Jadi Arias adalah sebuah

padi unggul di daerah Sumatera Utara. Jadi Nur adalah cahaya,

Harias adalah padi yang unggul. Makanya di dalam lambang Nur

Harias itu adalah adanya sebuah padi yang menunduk itu berasal dari

Sumatera Utara. Itu mas Eric, latar belakang berdirinya Ikatan

Pencak Silat Nur Harias.

Peneliti : Selanjutnya bagaimana karakteristik Ikatan Pencak Silat Nur

Harias?

Narasumber: Oke, karakteristik dari Ikatan Pencak Silat Nur Harias yang saya

pahami, saya adalah angkatan tahun 1980. Disitulah, dari sekian

lama saya belajar dari beliau tentang Nur Harias, saya memahami

bahwa karakteristik dari Nur Harias itu adalah sebenarnya aliran


205

Islam. Kita bisa melihat pada Panca Prasetya Nur Harias pada poin

pertama itu saudara bisa ungkap sendiri bahwa disitulah karakteristik

Nur Harias itu adalah ke-Islaman. Yang kedua bahwa karakteristik

Nur Harias tercermin dari sembilan jurus yang ada di Nur Harias.

Peneliti : Bagaimana kondisi Ikatan Pencak Silat Nur Harias pada awal

perintisannya bapak?

Narasumber: Oke, saya sedikit tahu karena saya mungkin angkatan kedua atau

ketiga. Pada dasarnya perintisan dari Ikatan Nur Harias berangkat

dari Masjid bukan terbuka secara umum sebenarnya. Waktu itu saya

sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan IKIP Surabaya dan

beliau bertepatan sebagai dosen pencak silat maka disitulah saya

tertarik untuk mendalami apa itu pencak silat Nur Harias. Setelah

masuk, saya melihat bahwa perintisan pertama yang saya tahu persis

adalah beliau tidak mengatakan “ayo ikut keperguruan saya”, tidak

pernah. Karena beliau tidak ingin NH itu berkembang secara liar

sebenarnya. Beliau itu mempunyai harapan NH itu berkembang

seiring dengan syiar agama Islam, beliau mengatakan seperti itu. Jadi

sebenarnya dia tidak menghendaki NH itu mencari anggota, justru

orang-lah yang ingin mencari kesana. Jadi tidak ada istilah pamflet,

pengumuman, pendaftaran, sama sekali. Yang punya inisiatif adalah

anak-anak yang ingin masuk kepada NH karena beliau sebagai

pengurus masjid IKIP Surabaya. Sehingga beliau mengembangkan

NH itu berangkatnya dari Masjid Ketintang itu. Jadi dikembangkan

sebagai syiar agama Islam. Perintisannya memang agak berat karena


206

itu tadi, kita menginginkan adaya “ayo dibuka secara terbuka, ini lho

rek ada NH”. Beliau tidak ingin seperti itu, justru mahasiswa atau

siapa pun yang ingin maka dia harus datang ke Masjid itu. Memang

sangat pelan sekali karena satu-satunya cabang ya hanya ada di

Surabaya itu hingga tahun 1980 ya Ketintang itu tidak ada

pengembangan kemana-mana.

Peneliti : Terus bagaimana proses perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur

Harias selanjutnya?

Narasumber: Beliau Atho’illah Iskandar adalah orang yang sangat dipandang di

dunia persilatan bahkan beliau juga menerbitkan sebuah buku

pembelajaran pencak silat yang walaupun itu ditujukan untuk

nasional tapi secara rinci isi-isinya ada aliran-aliran dari NH. Saya,

mas Djarkoni setelah mendapatkan materi dari NH ini sedikit-sedikit

diberikan sebuah keleluasaan untuk mengembangkan walaupun

masih dalam proses pengawasan beliau. Sebagai contoh pada saat itu

kami diminta oleh TVRI untuk tiap hari Minggu itu kita selalu

muncul di TVRI Surabaya jadi rutin itu. Disitulah keinginan pak

Atho’ itu menginginkan bahwa dengan adanya penayangan di TVRI

itu kita supaya dikenal oleh masyarakat sekitar, itu telah mulai

terbuka dan muncullah sebuah pemikiran bagaimana

mengembangkan NH itu secara luas. Akhirnya ada beberapa yang

bisa dikembangkan yang pertama ada di Ketintang yang kedua ada

di Madrasah semacam cikal-bakalnya Pagar Nusa, itu termasuk

binaan dari Nur Harias. Semakin berkembang akhirnya ada cabang


207

di SMP 21 Surabaya, kemudian di SGO (Sekolah Guru Olahraga)

disana ada bapak Isriyanto selaku orang pertama di NH. Jadi di

Surabaya sudah mulai berkembang dengan adanya perintisan-

perintisan NH itu masuk jalur pendidikan. Di Ketintang kebanyakan

dari masyarakat sekitar baik itu SD, SMP, mulailah ada perintisan-

perintisan supaya NH ini berkembang. Setelah saya lulus, pak

Djarkoni lulus, dan yang lain lulus maka mereka menyebar. Salah

satunya ialah di Malang sebenarnya sudah ada namanya pak Syahrir

guru SMAN 4 Malang. Beliau yang pertama mengembangkan di

Malang. Kita tunggu perkembangannya tidak pernah muncul di

permukaan untuk pertandingan-pertandingan IPSI yang

diselenggarakan di Kota Malang. Maka saya punya pikiran untuk

mengembangkan di Malang, lewat IKIP Malang (UM). Kami

membuka angkatan pertama itu kita punya murid 24 yang sekarang

tersebar di masing-masing kabupaten, kota madya di seluruh Jawa

Timur. Salah satu contoh di Jombang ada pak Imam, pak Yono, pak

Yuli, di Lamongan ada pak Syifa’udin dan yang terbaru yakni mas

Solichul di Trenggalek. Terus kemudian di Bondowoso ada mas

Fendi dan mbak Tia. Di Malang sendiri justru semakin berkembang

melalui lembaga-lembanga pendidikan ada di SMA 10, SMK

Shalahuddin, SMP Laboratorium UM, SMPN 4, dan mungkin mas

Eric bisa menambahkan. Itulah perintisan-perintisan yang dimulai

dengan putra-putra senior yang pertama yaitu pak Isriyanto,

kemudian turun ke saya kemudian pak Djarkoni, pak Arit dan pak
208

Bambang, walaupun secara real beliau-beliau tidak

mengembangkan. Salah satunya angkatan kedua yang pasti

mengembangkan itu adalah saya di Malang, setelah itu baru anak-

anak kitalah yang akan menyebarkan. Termasuk di daerah Sampang

ada pak Khusairi adalah alumni Malang. Jadi semakin berkembang,

tapi perintisan ini sebenarnya kan lahirnya setelah beliau wafat,

maka justru karena beliau wafat inilah mulai berkembang. Memang

harapan beliau, bagaimanapun kalau saudara lulus harus bisa

mengembangkan di daerah masing-masing. Itulah perintisan

dikehendaki sebenarnya lewat lembaga pendidikan karena rata-rata

murid beliau adalah para sarjana pendidikan olahraga.

Peneliti : Proses pergantian kepemimpinan dari pak Atho’illah kepada bapak

Imam itu bagaimana?

Narasumber: Jadi setelah beliau wafat memang ada sebuah tarik ulur siapa nanti

yang akan menjadi penerus dari bapak H. Atho’illah Iskandar ini.

Memang kami sangat kehilangan dengan tidak adanya beliau karena

beliaulah orang yang berjasa di dalam memberikan ilmu kepada

anak-anak didiknya. Pada saat itu ada pertentangan di keluarga

apakah harus diteruskan oleh pihak keluarga ataukah diteruskan

kepada anak didiknya. Itu pertentangan pada waktu itu. Jadi antara

diteruskan oleh pihak keluarga termasuk ada di dalamnya bu Lis

(Yulissari Iskandar), mbak Firly, dan mas Bima. Tetapi setelah

dimusyawarahkan memang ada keputusan yang sangat baik dari

keluarga sebaiknya tidak keluarga yang meneruskan tapi boleh orang


209

lain yang merupakan cikal bakal dari angkatan dibawah saya. Waktu

itu memang saya ditawari tapi saya tidak mau lah hanya karena

memang tugas saya terlalu berat, dipilihlah walaupun dari banyak

pilihan sebenarnya. Yang pertama ya pak Djarkoni itu merupakan

pilihan, tetapi beliau memang tidak mau, pengertiannya karena

punya kesibukan selain mengajar dia juga mengurusi keluarganya.

Itu memang alasan yang real pada saat itu dikemukakan. Maka

dikumpulkanlah saat itu bagaimana sebaiknya, maka dicari orang

yang bisa untuk membawai NH ini supaya jalurnya itu tetap yang

dikehendaki oleh beliaunya bapak Atho’illah Iskandar. Setelah

melalui perdebatan muncul nama Imam Suhandi yang memegang

jabatan hingga saat ini. Hingga pada saat di Malang masih kita

tunjuk pak Imam karena waktunya agak longgar dan di Jombang

perkembangannya pesat. Ada lagi mas Eric?

Peneliti : Bagaimana makna silaturrahmi dalam Ikatan Pencak Silat Nur

Harias?

Narasumber: Silaturrhami dari Ikatan Pencak Silat Nur Harias itu sebuah harapan

dari bapak H. Mohammad Atho’illah Iskandar itu karakteristiknya

lebih banyak ke-Islamannya. Di Islam itu kan ada kata silaturrahmi,

bagaimana kita berhubungan dengan orang lain. Terkait dengan

Ikatan Pencak Silat Nur Harias ini bahwa kita diharapkan selalu

diadakan silaturrahmi terhadap sesama anggota tetapi dalam bentuk

silat, sebagai contoh ujian kenaikan tingkat dan sabuk, terus

kemudian kadang-kadang pada saat dulu sebelum masing-masing


210

mempunyai acara sendiri pengisian itu harus terpusat. Supaya

silaturrahmi antara cabang-cabang daerah dengan pusat itu terjalin.

Cuma mungkin saya cetuskan tidak usahlah jauh-jauh, di Malang

saja cukup tapi waktu itu saya berharap orang-orang pusatlah yang

datang ke daerah untuk silaturrahmi setidak-tidaknya bahwa dengan

adanya orang pusat mengenal “oh ini ternyata orang pusat

perhatiannya, silaturrahminya seperti ini”. Dan pada saat di Malang

itu silaturrahmi selalu diadakan pada malam jumat melalui Yasinan.

Satu-satunya di Malang mau mengembangkan seperti itu, di

Surabaya tidak ada. Di Malang lebih kepada LKMO, latihan alam,

diklat, itu bagian silaturrahmi dan yang paling rutin adalah di latihan.

Harapan beliau setelah menjadi warga NH walaupun sudah keluar,

silaturrahmi tetap dijalin. Sebagai contoh saya, banyak mahasiswa

asuhan pak Eko kadang-kadang datang bersilaturrahmi. Jangan

sampai putus, karena di dalam Panca Prasetya Nur Harias tercantum

di poin 5.

Peneliti : Bagaimana peranan Ikatan Pencak Silat Nur Harias di dalam

masyarakat?

Narasumber: Oke, kita pernah membantu ketika Ketintang itu melakukan kerja

bakti, kami selaku pelatih ikut sebagai sumbangsih terhadap

masyarakat sekitar karena latihan kita di sekitar Ketintang. Jika di

sekitar Ketintang ada acara kita ikut sebagai peran NH muncul di

situ dan di Banyuwangi itu lebih bagus. Peran di masyarakat lebih

kelihatan dalam bentuk misalnya pada saat saya masih melatih di


211

Banyuwangi itu murid di sekitar mengaktifkan ronda-ronda. Terus

lewat jalur pendidikan, kita bisa masuk ke SMA 10 Malang, SDN

Klojen, SMK Shalahuddin, SMP Laboratorium UM, SMP 4, itu kan

bagian dari peran NH untuk masyarakat kan? Jadi sudah banyak

yang kita lakukan. Di Malang lebih berorientasikan pada jalur

pendidikan itu kelihatan nyata. Kenapa? Karena rata-rata anak didik

kita adalah sarjana kependidikan.

Peneliti : Bagaimana hubungan Ikatan Pencak Silat Nur Harias dengan

pencak silat lain aliran?

Narasumber: yang selama ini saya masuk, suara-suara sumbang memang ada.

Kalau buka perguruan itu pasti akan diganggu. Tetapi saya punya

keyakinan kalau NH berangkatnya baik, maka tahun 1989 saya

memberanikan diri untuk membuka (NH). Setelah berjalannya waktu

tetap kita menjaga hubungan dengan perguruan-perguruan lain.

Bahkan kita selalu memberikan solusi yang terbaik dengan

perguruan lain. Sebagai contoh pada saat itu kita punya pesilat bagus

di Brebes, Jawa Tengah beliau bisa mengalahkan pesilat terbaik dari

PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) dan wakil dari IKIP yang

harus mewakili adalah juara. Betul Lis menang dan harus mewakili

IKIP di Rektor Cup. Beliau tetap menginginkan yang dikalahkan Lis

itu tetap masuk dalam utusan IKIP ke Rektor Cup. Itu kan

memberikan solusi kependidikan bahwa NH itu ternyata bukan main

ya, kita menjaga hubungan sampai sekarang tidak pernah

terbersitpun atau satu kali pun itu ada pertentangan antara NH


212

dengan perguruan yang lain. Bahkan saya sering denger dari PSHT

salut dengan adanya NH setiap malam Jumat bisa Yasinan di UKM.

Satu-satunya di Malang, di tempat lain kayaknya jarang apalagi di

Ponorogo, Sampang, tidak ada. Yang ada hanya di Malang. Saya

menggaris bawahi bahwa anak-anak yang keluaran atau anak NH di

Malang ini berpikiran yang sangat baik terhadap hubungan dengan

perguruan lain. Bahkan yang memenangkan Lis pada saat itu Mas

Sarjono dari perguruan lain dengan skor tipis 3-2. Kayaknya ada

sebuah respek dari perguruan lain bahwa kalau dengan NH ini segan

betul, dan sampai sekarang hubungannya bisa dilihat dari anak NH

yang ikut latihan dengan PSHT yang dilatih oleh mas Indra, mas Edi,

mas Bowo, itu menunjukkan bahwa kita menjalin hubungan dengan

perguruan lainnya sangat-sangat baik dimana-mana kayaknya,

kecuali mungkin di Trenggalek ya? Karena pendirian awal oleh mas

Solichul itu ada gangguan dari pihak-pihak pesilat yang lain. Tapi

sekarang sudah tidak ada. Ini menunjukkan bahwa kita bisa menjalin

hubungan yang baik dengan perguruan yang lain. Bisa ambil contoh

PSHT yang besarnya seperti itu namun di wilayah Madiun masih ada

tawuran padahal itu satu rumpun (dengan SH Winongo). Dari tahun

1989 tidak ada pertentangan baik dari Perisai Diri, Tapak Suci,

PSHT, dengan Karate (INKAI) dan Tae Kwon Do juga bagus itu

menunjukkan bahwa kita betul-betul bisa menempatkan diri pada

posisinya terkait hubungan dengan perguruan lain.


213

Peneliti : Tanggapan bapak mengenai anggota Nur Harias yang beragama

lain itu bagaimana?

Narasumber: Oh ya, itu bagus. Itu pertanyaan yang saya tunggu-tunggu

sebenarnya. Walaupun kita itu karakteristiknya memang Islami tapi

kita tidak menutup orang-orang dari agama lain untuk belajar NH.

Baik yang pernah terjadi di Surabaya dan di Malang. Itu yang saya

ketahui. Jadi waktu itu di Surabaya ada mahasiswa Bali beragama

Hindu, dia tetep belajar sesuai dengan apa yang pendekar kita

(Atho’illah) ajarkan tetap boleh ikut. Persoalannya ada pada saat

pengisian karena yang dibaca adalah lafal-lafal Islam maka beliau

diharapkan harus membaca syahadat. Namun mungkin karena

setengah hati maka saat pengisian tidak muncul, tapi kita tetep

memberikan kesempatan kepada yang beragama lain untuk belajar

NH tetapi tidak sampai pada tataran yang tinggi seperti mas Eric

alami. Di Malang juga saya melatih orang bule dari Jerman, Mas

Jono (Pepijn van Dijk) dari Belanda namun tidak sampai pada

tingkatan yang tinggi.

Peneliti : Yang terakhir bapak, bagaimana ajaran-ajaran dari Nur Harias?

Narasumber: Oke, sebenarnya ajaran dari NH itu sudah Islam sebagai contoh poin

pertama yakni mengabdi kepada Allah SWT, yang kedua patuh pada

pimpinan, dan yang ketiga berbakti kepada orang tua. Itu kan

merupakan ajaran dari Islam semua?


214

Peneliti : Cukup sekian bapak, terima kasih atas waktunya dan mohon maaf

mengganggu

Narasumber: Ya, baik mas Eric. Moga-moga ini bisa memberikan manfaat bagi

mas Eric dan menjadi bacaan yang sangat menarik setelah menjadi

skripsi

Peneliti : Saya undur diri dulu pak, Wassalamualaikum!

Informan

Dr. Eko Hariyanto, M.Pd


215

Nama: Drs. M. Syahrir Sanja

Tempat/ Tanggal Lahir: Makassar, 20 Mei 1945

Alamat Rumah: Jalan Bunga Sri Gading Dalam 72 Malang

Waktu Wawancara: Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 17.11

Peneliti : Assalamualaikum bapak Syahrir, selamat sore mohon maaf

mengganggu waktu bapak. Saya Eric dari Universitas Negeri Malang

ingin mewawancarai bapak tentang sejarah Ikatan Pencak Silat Nur

Harias.

Narasumber: Waalaikumsalam, iya silahkan?

Peneliti : Bagaimana latar belakang berdirinya Ikatan Pencak Silat Nur

Harias?

Narasumber: Latar belakang berdirinya Ikatan Pencak Silat Nur Harias dicetuskan

oleh almarhum H. Atho’illah Iskandar ingin mendirikan pencak silat


216

yang selain dari pencak silat yang sudah ada, dengan menampilkan

teknik-teknik terbaru dari beliau sambil mengembangkan pencak

silat secara nasional. Nur Harias sendiri itu suatu aliran selektif yang

diciptakan oleh beliau diambil dari beberapa aliran, baik aliran silat

Melayu yang ada di Indonesia maupun dari wilayah-wilayah asing

yang masuk, melebur, dan berakulturasi dengan beladiri Indonesia

(Jiujitsu, Aikido Karate, Judo) itu sudah ada di dalam pelajaran silat

Nur Harias dengan murid pertama 5 orang. Kemudian pencak silat

ini berdiri pada 7 Mei 1972. Murid awal bukan dari nol, tetapi orang-

orang yang sudah punya dasar beladiri di masing-masing daerah.

Kelima murid tersebut saya sendiri, Alfiah Kawaru (Alm), Rumiah,

Pratiwi, dan Hermin. Setelah menyusun dasar-dasar perguruan, maka

dengan mantap Atho’illah Iskandar mendirikan sebuah perguruan

yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Nur Harias. Beliau menguasai

aliran silat semua yang ada di Indonesia, karena beliau mantan

tentara yang bertugas pindah dari satu daerah ke daerah yang lain

selalu mencari induk-induk silat yang ada di daerah tersebut. Yang

terlama di Sumatera Utara yang dikenal dengan silat Gayo. Beliau

masuk ke daerah Minang hingga silat Jawa beliau dapat semua. NH

itu berlambang ilmu padi, jadi jangan sombong. Sesuai dengan

ajaran agama bahwa ilmu yang baik itu harus diamalkan jangan

sampai dipendam sendiri karena ilmu yang tidak diamalkan itu

merupakan cambuk api di akhirat.


217

Peneliti : Bagaimana keadaan Ikatan Pencak Silat Nur Harias pada masa

perintisan?

Narasumber: Tidak ada kendala dalam perintisan Nur Harias, betul-betul murni

ingin mendapatkan ilmu dipersilahkan berguru. Pada periode

pertama mendapatkan murid kurang lebih 500 orang. Setelah

masuknya beberapa perguruan silat yang ada dipedalaman,

bertambah banyak lagi dalam kurun waktu dua tahun (1972-1974)

yang paling banyak bergabungnya perguruan berasal dari pedalaman

daerah Jawa Timur. Yang sangat disayangkan kok kurang merambah

ke seluruh Indonesia. Prestasi yang diperoleh NH sudah ada juara

Nasional dan Internasional, dan wasit Internasional.

Peneliti : Bagaimana proses untuk menjadi calon murid Moh. Atho’illah

Iskandar?

Narasumber: Karena diperkuliahan ada silat, gurunya pak Atho’. Ada dialog tanya

jawab antara calon murid dengan pak Atho’ yang memang kepingin

belajar silat. Termasuk ada muridnya yang ingin menjadi polisi maka

harus belajar beladiri. Pengembangan Nur Harias dalam mencari

murid itu tidak susah. Sekelompok pemuda yang sudah mengenal

berbagai olahraga sudah pasti ingin tahu bagaimana itu NH.

Kemudian ada lagi hal-hal yang disenangi bisa menyampaikan

melalui tausiyah. Masuk di pondok pesantren tidak susah, Nur

Harias bisa diterima di semua aliran (Nahdlatul Ulama dan

Muhammadiyah). Bapak Atho’ sebagai salah satu pelatih awal Pagar


218

Nusa bahkan mau ditunjuk sebagai ketua. Akan tetapi beliau

menolak karena sudah punya NH maka disarankan kepada gus

Maksum. Tidak ada kesulitan dalam mengembangkan NH selama

mau.Peneliti : Cukup sekian bapak wawancaranya, terima kasih

atas informasinya

Narasumber: Iya sama-sama

Peneliti : Wassalamualaikum

Narasumber : Waalaikumsalam

Informan

Drs. M. Syahrir Sanja


219

Nama : Dra. Nur Pramanna Yulissari Iskandar

Tempat/ Tanggal Lahir: 29 Februari 1956

Alamat Rumah : Jalan Juwingan no. 9 Surabaya

Waktu Wawancara : Rabu, 25 Februari 2015 pukul 14.00

Peneliti : Bagaimana latar belakang berdirinya Ikatan Pencak Silat Nur

Harias?

Informan: Karena banyaknya tuntutan beliau pak Atho’ Iskandar sebelum haji

sebagai dosen STO juga pembina pencak silat di Jawa Timur untuk

pembuatan buku dan secara perlahan didirikanlah suatu perkumpulan

yang belum ada namanya tapi sudah latihan beralamatkan di jalan

Juwingan no. 59 yang diawasi langsung oleh salah seorang pendekar

beliau yang namanya Habib Ali Alhabsyi. Lama-kelamaan karena

muridnya bertambah banyak anggotanya termasuk tetangga sekitar

didirikanlah Nur Harias itu. Murid pertama adalah anaknya sendiri,

bahkan senam silat seri A sampai D anaknya sendiri sebagai

peraganya. Itulah alasan pertama dan yang kedua karena adanya


220

“tantangan” dari perguruan lain yang dalam hal ini geng-gengan kalau

ada sesuatu yang muncul berbau silat langsung diserang. Lah untk

meminimalisir hal itu dikemas bahwa beladiri ini untuk olahraga.

Disitulah pertama kali tercetus peraturan pertandingan yang belum

diresmikan diujicobakan di lapangan bola Tambak Sari. Jadi yang

menjadikan inspirasi karena sering ada tawuran dan tantangan sopo

iku wong anyar kok wani-wani nggawe ngunu istilah pondok wong

ngak duwe santri kok. Dan pada dasarnya beliau juga senang

bersilaturrahmi yakni dakwah melalui pencak silat yang dakwahnya

dakwah ringan bukan seperti ustadz.

Peneliti : Karakteristik dari Ikatan Pencak Silat Nur Harias itu bagaimana ya

bu?

Informan: Nur harias itu sebenarnya bukan aliran. Karena pendiri Nur Harias

tidak hanya belajar dari satu guru, dari SH Winongo pakde-nya

sendiri, dari beberapa syeh juga belajar, bugis, makasar akhirnya juga

semua beladiri khas negara-negara seperti China dan Jepang kemudian

diramu menjadi satu sehingga bernama silat eklektis. Istilahnya bapak

dulu ingin menjadi Bhinneka Tunggal Ika-nya silat Indonesia.

Kekeluargaan lebih diutamakan sekali selain mengutamakan dakwah.

Maunya bapak itu silaturrahmi terus jangan sampai diakhiri. Jadi

anggota NH harus ikhlas organisasi dan beribadah.

Peneliti : Bagaimana kondisi Ikatan Pencak Silat Nur Harias pada masa awal

perintisan?
221

Informan : Yai itu, hanya antara bapak dan anak tok. Ketika bapak ngomong

sesuatu saya langsung mencatat perkataan beliau di lembaran kertas

dan lain sebagainya. Perkembangan gerak dan tekhnik itu terinspirasi

dari hewan dan alam. Saya bertanya kepada bapak apakah bapak siap

dengan kekisruhan jika akan didirikan perguruan? Bapak lalu

menjawab kita bersaudara saja geger memang harus begitu orang

hidup, kalau diam matio ae. Setelah terbentuk, pertandingan pertama

diikuti oleh mahasiswa STO yang namanya mbak Rumiah, Kholidin,

Pratiwi yang sekarang menjabat KONI di Banten. Merekalah yang

pertama kali mewakili NH hingga ke level nasional di Semarang.

Bapak itu ketua umum IPSI di Jawa Timur, jadi ya selain sebagai

pendekar dan dosen satu-satunya yang ilmiah itu pak Atho’ yang ilmu

olahraga dan kependidikannya disinergikan. Nama Atho’illah itu lebih

terkenal daripada Nur Harias sebagai seorang dosen dan pendekar.

Oleh perguruan Tapak Suci dan Perisai Diri itu beliau diprotes

mengapa beliau lebih mementingkan IPSI dibandingkan Nur Harias

padahal punya potensi yang besar. Belaiu lebih mementingkan IPSI

karena bertujuan merealisasikan tujuan dari pendekar yang dahulu,

bagi beliau kepentingan umum lebih utama. Memperkenalkan Nur

Harias itu justru setelah kita mengikuti event-event yang ada di IPSI.

Bapak itu mementingkan kualitas dibandingkan dengan kuantitas,

biarlah sedikit asalkan teruji dan bisa dipertanggungjawabkan dunia

akhirat.

Peneliti : Proses pengenalan Nur Harias kepada khalayak umum bagaimana?


222

Informan : Begini, zaman dahulu seorang yang disebut dengan pendekar diuji

betul-betul. Bapak itu mengenalkan pencak silatnya ke pesisir

Surabaya yang diawali ke Kenjeran, Tanjung Perak, dan pesisir

lainnya. Konotasi pendekar kan rambut panjang, mata tajam dan lain

sebagainya. Bapak saya nggak begitu, kelihatan muda gagah dan

lembut orangnya. Ketika menerima tantangan sabung dengan

penguasa di daerah tersebut beliau tidak pernah kalah dan suatu hari

saat kembali ke tempat tersebut sambutannya bukan tantangan lagi

tetapi kemeriahan disambut seperti raja. Jadi dari kepala desa hingga

aparat pemerintahan menyambut di depan plengkung. Menurut pak

Eddi Nalapraya ketua PERSILAT pada saat itu menyatakan bahwa

belum ada pendekar seperti pak Atho’, setiap ulang tahun IPSI 18 Mei

pak Eddi mengatakan hal tersebut sambil menangis. Seorang ilmuan,

pendekar, seorang yang berjiwa besar, menguasai 7 bahasa. Nama

beliau tertera dalam ruang monumen IPSI pusat di TMII bersamaan

dengan pengertian pencak silat menurut beliau. Hanya ada tiga

pendekar yang ada di monumen tersebut yakni pendekar dari Phasaja

Mataram bapak Soetardjo Negoro, dari PSHT namanya Imam

Koesoepangat dan yang terakhir bukan dari Tapak Suci dan lainnya,

tapi Nur Harias Drs. Atok Iskandar.

Peneliti : Bagaimana pendapat ibu mengenai anggota lain yang beragama lain?

Informan : Tidak apa, sejak awal non muslim boleh masuk tapi pada saat

penambahan ilmu dan jurus yang mewajibkan kita bersyahadat ya

mereka tidak bisa ikut. Disitulah syiarnya Nur Harias yang halus dan
223

tanpa paksaan. Kalau membaca syahadat itu gampang tidak usah

ditulis, yang dibutuhkan adalah istiqamah. Jadi kalau ada non muslim

yang ingin masuk Nur Harias ya diterima saja.

Peneliti : Perkembangan selanjutnya dari IPS Nur Harias mencakup bidang

apa saja ya bu?

Informan :Pada sekolah tertentu di tiap-tiap cabang yang ada merupakan ekstra

wajib. Ikatan Pencak Silat Nur Harias terus mengikuti inventasi atau

kejuaraan yang diadakan oleh IPSI ditingkat cabang, daerah maupun

pusat. Lalu kita juga mengadakan penataran pelatih olahraga pencak

silat, mengadakan penataran wasit atau juri pencak silat dan

mengadakan penataran organisasi pencak silat. Di tiap-tiap cabang

Ikatan Pencak Silat Nur Harias dibentuk koperasi. Nur Harias juga

mengadakan suatu kegiatan sosial, misalnya menyantuni rumah-

rumah yatim piatu, mengadakan pengobatan alternatif dan turut

berperan aktif dalam mendirikan suatu yayasan Pra Sekolah Islam

tanpa dipungut biaya bagi siswa (lokasi: Jl. Pagesangan III C/U

Surabaya) dan Karya Syukur Mahasiswa (pengobatan alternatif).

Peneliti : Bisa dijelaskan perkembangan ranting di Surabaya pada masa pak

Atho’?

Informan : Kalau urutan rantingnya saya tahu, tapi tidak tahu tahun

munculnya. Ini urutannya: Ranting Seno (STO jln. Kawung,

Surabaya Utara), Pacar Keling (Suranbaya Timur), Sememi/Benowo

(Pesisir Utara), Kertajaya tempat tinggal bapak dan keluarganya,

Kalisari daerah Kapasan, Ketintang (Unesa), SGO (Surabaya


224

Timur), SMA Khotijah (Wonokromo), SMP 15 (Surabaya Timur),

Hang Tuah (Surabaya Utara), Kepanjen/Mundu (Surabaya Pusat),

Keputih (Surabaya Timur), Telekom-Ketintang, Mardisiwi, dan

Taruna Jaya.

Peneliti : Cukup sekian ibu wawancaranya. Saya mau undur diri kembali ke

Malang. Assalamualaikum

Informan
225

Nama: Imam Suhardi Spd. M.Pd.

Tempat/ Tanggal Lahir: Jombang, 11 September 1965

Pekerjaan: Kepala Sekolah SMPN 1 Jombang & Ketua Umum Nur Harias

Alamat Rumah: Jl. Dewi Sartika 54 Sengon, Jombang

Waktu Wawancara: Senin, 9 Maret 2015 pukul 10.00 dan Jumat, 4 April 2015

pukul 13.15

Penulis : Bagaimana proses pergantian kepemimpinan setelah bapak M.

Atho’illah Iskandar?

Informan: Sebelum saya sudah ada pak Alfiah K. Waru dan pak Arif di Surabaya

sebagai ketua umum, baru kemudian saya. Sesuai dengan anggaran

dasar bahwa setiap empat tahun sekali diadakan Musda (Musyawarah

Daerah)

Penulis : Bagaimana perkembangan Ikatan Pencak Silat Nur Harias dari tahun

1972 hingga 2014?


226

Informan: Secara umum cabang-cabang dimulai dari Surabaya dan berkembang di

hampir di seluruh Jawa Timur dan sekarang mulai merambah ke luar

misalnya Jakarta dan beberapa cabang sudah ada namun belum resmi.

Selain di Surabaya telah ada cabang di Jombang, Madura, Gresik,

Blitar, Malang, Nganjuk, Kediri, Lamongan, Jember dan Bondowoso

yang baru memulai membuka cabang. Dalam perkembangan atlit

alhamdulillah kita selalu menyumbang baik di tingkat Jawa Timur dan

beberapa di tingkat nasional. Kalau yang dulu sudah ada pak Djarkoni

yang telah terkenal (sebagai juara dunia). Yang dari Madura juga

banyak yang sampai nasional koyo’ Bambang (Dodi Yanto) terus di

Sampang ada mas Thoriq di sini (Jombang) ada mbak Vika, ya

alhamdulillah kita selalu bisa menyumbangkan semua atlit itu ke

tingkat Jawa Timur dan Nasional.

Penulis : Terus pak bagaimana hubungan antara pengurus pusat dengan pencak

silat yang berbeda aliran?

Informan: Hubungan dengan perguruan-perguruan lain itu sangat baik. Dan tidak

punya masalah dengan perguruan lain jadi silaturrahminya sangat baik

sekali. Di cabang-cabang manapun saya lihat belum pernah saya

mendengar sebagai ketua umum Nur Harias ini bermasalah dengan

perguruan lain. Yang saya dengar justru jalinan silaturrahminya sangat

baik.

Penulis : Bagaimana peranan Ikatan Pencak Silat Nur Harias dengan

masyarakat luas?
227

Informan: Peranan Nur Harias di masyarakat yang jelas sesuai dengan tujuan dari

Nur Harias bahwa kita ini ingin membentuk manusia yang seutuhnya

sehat jasmani dan rohani yang punya landasan agama yang kuat adalah

yang paling penting sesuai dengan motto Nur Harias “Hidup tanpa

takut, mati tanpa sesal” kalo dihayati betul-betul bermakna tinggi.

Motto, tujuan Nur Harias sudah ada di Anggaran Dasar semua jadi yang

utama itu. Kenapa yang utama? Karena itulah yang ditanamkan oleh

bapak pendekar (M. Atho’illah Iskandar). Jadi tujuan utama bukan

menjadi juara, sambil mempersiapkan generasi muda yang tangguh.

Baru kemudian di bidang olahraga kita selalu berusaha untuk selalu

mengikuti perkembangan pencak silat lewat pertandingan-pertandingan

ya alhamdulillah kita selalu menyumbangkan juara walaupun belum

maksimal karena kita masih terus berupaya dan berupaya.

Penulis : Bagaimana kiprah para penerus M. Atho’illah Iskandar?

Informan: Kita semua berusaha melestarikan warisan bapak Atho’illah Iskandar

yang juga warisan budaya Indonesia, pencak silat asli Indonesia.

Karena kita ini dididik dari perguruan tinggi yang sebagian besar guru

lebih banyak mengembangkan Nur Harias lewat dunia pendidikan

karena itu sangat strategis karena lebih memungkinkan anak didik

untuk ditangani. Insyaallah dengan menanamkan loyalitas yang tinggi

pada penerus-penerus ini dimanapun berada akan mengembangkan itu

sesuai kemampuannya masing-masing. Satu pelatih minimal memiliki

lima anak buah. Dan dari lima anak buah ini yang harus memiliki juga

lima anak buah. Ini sebenarnya konsep dari bapak


228

Atho’ yang seandainya itu diterapkan betul-betul di Nur Harias itu akan cepet kita

berkembang. Hal itu masih belum kita kembangkan secar maksimal.

Wawancara lanjutan di kediaman bapak Imam Suhardi pada ba’da Shalat Jumat, 4

April 2015 pukul 13.30

Penulis : Bisa diceritakan mengenai riwayat dari bapak Atho’illah Iskandar?

Informan: Mengenai asal usul bapak saya sendiri masih belum mengerti tentang

garis keturunan beliau, mungkin ibu Lis (Yulissari Iskandar) tahu asal

usul bapak Atho’illah. Yang jelas beliau masih ada garis keturunan dari

Keraton Solo, namun bapak tidak mau (mengakuinya). Bapak sendiri

tidak pernah memberi tahu mengenai asal-usulnya. Beliau itu pejuang

pada masa penjajahan dulu. Bapak itu memiliki dua orang kakak yang

sama-sama belajar pada seorang guru. Bapak sendiri telah berguru

dengan tiga orang yang saya ketahui terakhir bernama Habib Ali pendiri

Pencak Organisasi yang lambangnya padi. Pada saat berguru bersama

kakaknya itu pas waktu diajari ilmu ghaib (kebatinan) bapak itu tidak

bisa. Gurunya menjelaskan bahwa ilmu itu tidak cocok untuk bapak.

Meskipun tidak bisa menguasai ilmu ghaib dari gurunya, hanya beliau-

lah yang diberi izin untuk mendirikan perguruan.

Penulis : Menurut ibu Lis, bapak dulu merupakan ketua IPSI Surabaya. Apakah

benar pak?

Informan: Lho iya toh mas, malahan bapak itu perintis IPSI di Jawa Timur. Bapak

Atho’ juga merintis peraturan-peraturan pencak silat. Dulu pas awal-


229

awal sabungnya bebas tanpa aturan. Bapak Atho’illah mengusulkan

agar disusunya peraturan yang mengikat para atlit pencak silat. Hal ini

mendapat cibiran dari beberapa pihak karena beliau tidak memiliki

massa. Maka berangkat dari hal itu beliau mendirikan perguruan Nur

Harias ini.

Penulis : Bisa diceritakan mengenai pengalaman pak Imam selama diajar oleh

pak Atho’?

Informan: Dulu pas waktu di Masjid (Ketintang, Unesa) saya sering tidur-tiduran

dan biasanya bapak itu dulu sering di masjid juga karena rumahnya

berdekatan. Beliau sering menceritakan pengalaman-pengalamannya

kepada saya. Bapak itu kalau ingin mengejarkan sesuatu tidak langsung

pada permasalahannya, tapi kita diajak berpikir menjauhi permasalahan

dan pelan-pelan menjelaskan maksud dari cerita atau pengalaman

tersebut. Misalnya pada saat perjalanan pulang naik kereta dari Jakarta

bapak itu tidak memiliki uang sama sekali. Tapi entah mengapa tiba-

tiba di sakunya itu ada uang dan anehnya lagi pas dengan biaya kereta.

Lalu saya bertanya bagaimana bisa begitu pak, bagaimana amalan-

amalannya? Beliau menjawab uang dan semuanya ini hanya titipan dan

sewaktu-waktu bisa kembali kepada-Nya. Yang penting ikhlas memberi

kepada sesama. Beliau melanjutkan bahwa butuh bertahun-tahun untuk

bisa seperti itu. Kuncinya memberikan apapun yang paling kita sukai

kepada orang lain yang menginginkan. Pernah suatu waktu bapak itu

punya celana baru. Ada seorang temannya memuji celana bapak dan

bapak bertanya apa mau jika diberikan? Temannya menjawab iya,


230

bapak yang hanya memiliki dua buah celana memberikan celananya itu.

Ya bu Atho’ marah-marah mendengar hal itu. Hahaha

Penulis : Bagaimana keadaan bapak Atho’illah Iskandar selama di Unesa?

Informan: Bapak dulu selain menjadi dosen, juga pernah menjabat dekan Fakultas

Keolahragaan dan Wakil Rektor I. Bapak itu banyak yang memusuhi

karena terlalu jujur, beliau tidak pernah meminta uang lain selain dari

penghasilannya. Sebagai dekan dulu ketika ada proyek beliau tidak

meminta uang yang lebih, hal ini membuat para bawahannya memusuhi

karena tidak mendapat tambahan penghasilan.

Penulis : Bagaimana kedaan Nur Harias pada masa pak Alfiah K. Waru?

Informan: lho iku pas zaman jaya-nya pak Eko (Hariyanto), mas Djarkoni, pak

Imam Hidayat, almarhumah pak Gatot dan lain-lain. Kita itu ditakuti

dulu karena memiliki petarung yang kuat seperti beliau-beliau itu. Sejak

pak Alfiah K. Waru menjabat ketua umum jabatan Pendekar Utama dan

Ketua Umum Nur Harias dipisah. Kalau pada masa pak Atho’illah

jabatan itu dipegang langsung oleh beliau-nya. Setelah meninggalnya

pak Atho’ kita membentuk dewan pendekar yang terdiri dari ketua dan

anggotanya. Hal ini dilakukan karena belum ada yang berani

menggantikan posisi pak Atho’ sebagai Pendekar Utama.

Penulis : Bagaimana perkembangan teknik yang ada di Nur Harias?

Informan: Rangkaian sikap pasang itu diciptakan oleh mas Djarkoni dan karena

cocok maka dijadikan teknik Nur Harias. Rangkaian sikap pasang itu

dibuat untuk para atlit Ponorogo yang dasarnya adalah karate yang

tidak mengetahui gerakan silat. Maka pak Djarkoni membuat sebuah


231

rangkaian gerakan yang menunjukkan ciri-ciri pencak silat sebagai

persiapan tanding anak Ponorogo. Gerakan NH Tunggal, NH Ganda,

Tangkisan dan Senam NH itu diciptakan oleh pak Eko. Sebenarnya dari

semua teknik tersebut merupakan gabungan dari teknik-teknik yang

diciptakan oleh bapak pendekar yang disusun berdasarkan persetujuan

bersama. Jadi semua teknik dari pak Atho’, yang lain hanya merangkai

dan mengembangkannya. Bahkan gerakan dasar pencak silat di buku

olahraga tingkat SD, SMP dan SMA itu yang membuat itu bapak Atho’

namun oleh pengarang dari masing-masing buku tersebut tidak pernah

mencantumkan nama Atho’illah Iskandar. Dulu ada tapi ditaruh di

paling bawah.

Penulis : Bagaimana perkembangan cabang-cabang yang bapak ketahui?

Informan: Perkembangan di Jombang itu dimulai pada waktu saya lulus tahun

1987 dan mulai membuka di Megaluh pada tahun 1988. Tepatnya di

SMP Megaluh dan sekarang berkembang menjadi 24 tempat latihan

yang sebagian besar masuk jalur pendidikan. Ya sekitar 80 persen lewat

jalur pendidikan. Dari segi prestasi kita punya Vika, Nike, Masayu, dan

Feri Harahap. Perkembangan di Ponorogo tahun 1985 yang paling unik.

Tadi kan mas Djarkoni sudah mengembangkan Nur Harias di Ponorogo

namun diremehkan disana. Pada waktu itu ada sabung bebas dan mas

Djarkoni menantang semua yang ada di arena itu. Ya semuanya kalah

dan semuanya itu ikut Nur Harias. Bapak berkeinginan pencak silat Nur

Harias terlahir dari jalur pendidikan agar lebih mudah

mengembangkannya. Karena di sekolah mempunyai aturan-aturan yang


232

mengikat, tidak seperti yang terjadi di luar sekolah dimana pada saat

latihan akan bersifat musiman.

Penulis : Bagaimana sejarah dari Nur Harias Cup?

Informan: Zaman pak Atho’ dulu sudah ada yang namanya pertandingan bertajuk

Nur Harias Cup yang diselenggarakan bersamaan dengan ujian sabuk.

Tempatnya pun berpindah-pindah tergantung dimana ujian itu

dilangsungkan. Dulu ujiannya selama satu minggu. Tiga hari untuk

ujian sabuk dan empat harinya itu untuk Nur Harias Cup. Karena kita

sebagai pengajar memiliki kesibukan tersendiri maka antara ujian sabuk

dan Nur Harias Cup kemudian dipisah. Terakhir kali pelaksanaan Nur

Harias Cup yang digabung dengan ujian sabuk itu dilaksanakan di

Probolinggo. Dan ujian sabuk itu dilaksanakan hari keempat di bulan

Syawal, sekaligus untuk silaturrahmi setelah hari raya (Idul Fitri).

Penulis : Bagaimana sistem pendanaan di Ikatan Pencak Silat Nur Harias ini?

Informan: Kalau di sini dana diperoleh dari ujian sabuk dan infak anggota tiap

bulan dan tiap tahun. Yang tiap tahun itu anggota kita yang bekerja di

luar negeri seperti Malaysia itu alhamdulillah mereka masih loyal dan

mengirim dana kepada Nur Harias. Kalau di tiap daerah itu tidak jalan

mas. Kalau ada acara pertandingan atas nama perguruan itu para

donatur yang suka rela memberikan dana. Kalau zaman sekarang

meminta dana itu sulit, ditambah lag i kita dilarang meminta dana dari

murid sekolah.

Penulis : Apakah permasalahan dana ini akan dibahas pada Musda yang

selanjutnya ya pak?
233

Informan: Oh iya tentu itu akan dibahas. Alhamdulillah dari semua dana dari

donatur itu telah kita belikan sebidang tanah yang insyaallah akan

dibangun padepokan di atasnya. Kalau yang sekarang itu adalah rumah

dari ibu saya yang dijadikan padepokan.

Penulis : Cukup sekian bapak, terima kasih atas informasinya

Informan: Iya sama-sama. Kalau ada informasi yang diperlukan bisa langsung

menghubungi lewat telepon.

Informan

Imam Suhardi Spd. M.Pd


234

Nama: M. Khusairi, S.Pd.

Tempat/ Tanggal Lahir: Sampang, 29 September 1967

Pekerjaan: Guru dan pembina Ikatan Pencak Silat Nur Harias Cabang Sampang

Alamat Rumah: Jl. Pramuka no.25, Sampang

Waktu Wawancara: Senin, 29 Maret 2015 pukul 08.00

Peneliti : Bagaimana perkembangan Nur Harias di Madura enggi pak?

Informan: Mulai dari awal saya masuk IKIP Malang tahun 1987 saya masuk NH

pada tahun 1989. Setelah lulus saya masih berada di Malang sebagai

pelatih. Baru tahun 1992 saya kembali ke Sampang dan mulai

membuka cabang di SMAN 2 Sampang dan Ajikulo. Dan mulai

berprestasi pada tahun 2003 atas nama Ahmad Junaidi di Piala

Gubernur dan Kualifikasi PON XVI di Banyuangi. Setelah itu banyak

bermunculan atlet-atlet berprestasi yang lainnya. Sedangkan di

Sumenep ada Yuli Sugiharto yang membuka cabang pada tahun 1994.

Peneliti : Sampai saat ini sudah ada berapa ranting di Sampang?


235

Informan: Ada 12 ranting yakni di SMAN 2 Sampang, SMAN 1 Sampang, SMPN

1 Sampang, SMK 2 Sampang, SMPN 2 Camplong, SMP 1 Kedung-

dung, Pondok Pesantren, SMPN 4 Sampang, SMP Darussahid, SMA

Darussahid dan SMP 1 Pangarengan.

Peneliti : Pada awal pendirian apakah mendapat “ujian” ya pak?

Informan: Tentu, cobaan misalnya pernah saya dianggap mengajarkan aliran sesat

di Sampang oleh para kyai disini. Ya saya lalu membuka semua isi dari

Nur Harias itu apa, bacaan-bacaannya bagaimana dan yang pasti sesuai

dengan syariat agama Islam. Pernah juga saya diserang dan dikelilingi

oleh pencak silat dari aliran lain tapi tidak satupun yang bisa mendekati

atau bahkan menyentuh saya. Intinya kita harus yakin bahwa kita

“punya itu” dan pasrahkan semuanya kepada Allah insyaallah tidak

akan ada hambatan dalam penyebaran NH.

Peneliti : Apakah pada tahun 1998 Nur Harias mengalami hambatan karena

situasi politik pada masa itu?

Informan: Tidak ada masalah, normal dan stabil. Nur Harias sendiri tidak masuk

ke dalam dunia politik

Peneliti : Bisa diceritakan mengenai sejarah dari pak Atho’illah?

Informan: Pak Atho’ adalah orang yang ikut mendirikan PO yang diasuh oleh

Habib Ali. Beliau adalah pendekar pemersatu karena ikut berkecimpung

dalam pendirian perguruan Pamur, PO, Pagar Nusa dan lain sebagainya.

Dan juga beliau adalah Dewan Pendekar Dunia. Tapi orang-orang saat
236

ini kurang menghargai jasa beliau, terutama perguruan di Jawa Timur

se korangajer (kurang ajar).

Peneliti : Teknik apa yang telah anda ciptakan?

Informan: Saya menciptakan tekhnik 10 Pasang Toya yang awalnya diilhami dari

mimpi kedatangan bapak Atho’illah. Itu kira-kira 30 hari setelah

beliaunya meninggal dan pada 100 harinya beliau saya bermimpi lagi

diajarkan jurus pamungkas Nur Harias.

Peneliti : Bagaimana sistem dana yang ada di Nur Harias Cabang Sampang?

Informan: Dana kita dapatkan dari iuran anggota walaupun pada kenyataannya

sangat susah membebankan iuran bagi anak sekolah. Ajhajan saare

lemaebu kellar, mon majer saebu saminggu tak kellar (jajan sehari lima

ribu mampu, kalau bayar seribu setiap minggu tidak mampu. Kita tidak

bisa membebankan iuran kepada anak didik karena dikhawatirkan

mereka akan kabur dan tidak mau latihan lagi gara-gara uang seribu itu.

Iuran biasanya diwajibkan kepada murid sabuk tinggi karena

loyalitasnya suda terjamin. Dan juga lewat acara yang diselenggarakan

cabang seperti ujian kenaikan tingkat, pertandingan intern dan

sebagainya. Contohnya pada pertandingan kemarin kita membebankan

biaya pendaftaran sebesar Rp 10.000 yang Rp. 7.000 kita anggarkan

untuk konsumsi anak-anak dan lebihnya masuk ke dalam kas NH.

Sistem yang sama diterapkan pada acara diklat dan kenaikan tingkat.

Kita para anggota juga mengadakan acara arisan yang disisipi

istighosah. Yang menang arisan ini biasanya memberi infaq sebesar 10


237

persen dari total uang yang didapatkan kepada kas perguruan. Untuk

sekolah kita siasati dengan mengorbitkan anak-anak lewat prestasi

sehingga sekolah mau memberikan sumbangan alat latihan untuk anak-

anak. Nur Harias kalau disisipi dengan bisnis itu nggak akan jalan. Dulu

Surabaya pernah mengadakan pengobatan alternatif, hasilnya bukan

orang yang benar-benar kesembuhan tapi orang yang ingin menguji

seberapa besar ilmu Nur Harias. Dulu juga pas NH Cup di Malang

(2008) panitia anak Malang yang mengurus segala keperluan eh kok

malah yang dari Surabaya ngambil alih semua dana dan tidak

menyisakan beberapa persen ke Malang.

Informan

M. Khusairi, S.Pd.
238

Lampiran 4 Surat Ijin Observasi


239

Lampiran 5 Surat Keterangan Observasi Nur Harias Pusat


RIWAYAT HIDUP

Mohammad Eric Zulkarnaen lahir di Desa


Parsanga Kabupaten Sumenep pada 14
November 1992. Merupakan anak
pertama dari dua bersaudara dengan orang
tua Drs Ibnu Hajar dan Rohanniah.
Mengenyam pendidikan awal di
Raudhlatul Athfal At-Taqwa Parsanga.
Jenjang pendidikan dasar dijalani di SDN
01 Parsanga Kecamatan Kota Sumenep,
dan lulus pada tahun 2005, Kemudian
dilanjutkan pada sekolah menengah
pertama di SMPN 1 Sumenep, dan lulus
pada tahun 2008.
Semasa SMP aktif di bidang Pramuka dan Basket. Selanjutnya setelah
lulus dari SMPN 1 Sumenep melanjutkan pendidikan ke SMAN 2 Sumenep
dengan masuk jurusan Ilmu Alam dan lulus pada tahun 2011. Setelah lulus dari
SMAN 2 Sumenep melanjutkan studi ke Universitas Negeri Malang dengan
memilih progam studi Pendidikan Sejarah yang merupakan salah satu progam
pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang dengan melalui
jalur masuk SNMPTN pada tahun 2011 tersebut. Pengalaman organisasi pernah
menjabat sebagai seksi keagamaan OSIS SMPN 1 Sumenep periode 2006/2007,
Sekretaris,Wakil Ketua dan Ketua Umum UKM Nur Harias Universitas Negeri
Malang. Prestasi yang diperoleh yakni Juara 1 Avicenna Contest bidang Ilmu
Pengetahuan Sosial tahun 2007, Semifinalis lomba bahasa Inggris Primagama
2009, Juara 2 Pencak Silat Porkab Malang kelas E putra tahun 2012.

240

Anda mungkin juga menyukai