Anda di halaman 1dari 30

TOPENG BLANTEK

Sejarah Singkat Topeng Blantek

Topeng Blantek merupakan teater rakyat Betawi yang kini hampir tidak dikenal
masyarakat luas. Hanya sebagian masyarakat Betawi yang mengetahui teater rakyat Topeng
Blantek. Banyak pula artikel dan pendapat-pendapat yang berbeda tentang Topeng Blantek,
bahkan berbeda pendapat tentang definisi dan sejarah singkat Topeng Blantek.

Asal-usul nama kesenian ini berasal dari dua kata, yaitu topeng dan blantek. Istilah
topeng berasal dari bahasa Cina di zaman Dinasti Ming. Topeng asal kata dari to dan peng. To
artinya sandi dan peng artinya wara. Maka Topeng itu bila dijabarkan berarti sandiwara.
Sedangkan untuk kata Blantek ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari bunyi-
bunyian musik yang mengiringinya. Yaitu rebana biang, dua rebana biang dan satu rebana kotek
yang menghasilkan bunyi, ‘blang-blang tek-tek’. Namun, karena lidah lokal ingin enaknya saja
dalam penyebutan maka muncullah istilah Blantek. Pendapat lainnya mengatakan, asal nama
Blantek berasal dari bahasa Inggris, yaitu blindtext, yang berarti buta naskah.

Marhasan, tokoh pelestari Topeng Blantek mengatakan, “permainan Blantek dahulu kala
tidak memakai naskah dan sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis besar dari cerita
yang akan dimainkan” (http://www.beritajakarta.com!2008.2-2-2012).

Menurut Achmad Syarozi seorang putra Betawi bahwa, “Pada mulanya Topeng Blantek
berasal dari budaya tradisi Betawi Topeng dan Blantek. Topeng merupakan teater rakyat Betawi
yang menggunakan Tari Topeng atau tari Kedok Topeng yang di dalamnya terdapat lawakan dari
para penari Topeng dan pemain Topeng Betawi. Bercerita tentang kritik sosial dengan lawakan
Betawi. Disebut Topeng karena pada mulanya Topeng diperagakan oleh penari Topeng Betawi
yang menggunakan Topeng. Pada saat itu penari Topeng Betawi sering kali melanjutkan aksinya
setelah menari Topeng, sang penari membanyol dan berdialog dengan Panjak (pemain lakon)
untuk menghibur penonton yang akhirnya menjadi sebuah pertunjukan drama Topeng Betawi.
Sedangkan Blantek berasal dari anak pengembala yang memainkan musik dari suara perabotan
rumah tangga, seperti panci dan perabotan lainnya, kemudian seiring berkembangnya zaman
menggunakan alat musik rebana, gamelan, dan alat musik Betawi lainnya sambil melawak
kepada penonton dan Panjak (pemain lakon). Dari percampuran dan urbanisasi darii satu daerah
ke daerah lainnya, maka lahirlah Topeng Blantek, yaitu perpaduan antara Topeng Betawi dan
Blantek” (Wawancara, Achmad Syarozi, Pasar Minggu, 1-3-2012).

Namun menurut Nasir Mupid, “Topeng Blantek merupakan induk dari teater rakyat
Betawi, karena Topeng Blantek memiliki apresiasi seni lainnya yang terdapat di teater rakyat
Betawi lainnya. Misalnya seni tari, seni musik, dan drama. Asal mula Topeng Blantek menjadi
sebuah pertunjukan berawal dari para pedagang di jajaran wilayah Jakarta di mana terdapat suku
Betawi, para pedagang tersebut yang memperjualkan dagangannya melalui celoteh-celoteh (kata-
kata). Dan tutur kata yang diucapkannya itu, kemudian menjadi sebuah pertunjukan. Pedagang-
pedagang tersebut kebanyakan berasal dari kalangan ahli agama Islam yang akhirnya
mempergunakan Topeng Blantek sebagai penyebaran agama Islam dan dakwah-dakwah kepada
masyarakat” (Wawancara, Nasir Mupid, Pesanggrahan, 2-2-20 12).
“Pada tahun 1972 Topeng Blantek mulai berkembang pada Festival Topeng Blantek di
Jakarta yang diadakan oleh Pemda DKI Jakarta, kemudian Festival Topeng Blantek diadakan
kembali pada tahun 1993. Festival dimaksudkan untuk meregenerasi, memberi dorongan moril,
memotivasi berkreasi, dan memperluas penyebaran Topeng Blantek. Tokoh yang
mengembangkan Topeng Blantek yaitu almarhum Ras Barkah”, Ungkap Nasir Mupid
(Wawancara, Nasir Mupid, Pesanggrahan,10-2-20 12).

“Topeng Blantek kurang mendapat perhatian dari pemda DKI Jakarta sehingga
mengakibatkan masyarakatnya kurang mengenal kesenian Topeng Blantek. Hanya Lenong yang
sering kali ditonton oleh masyarakat Jakarta, sehingga pertunjukan-pertunjukan teater rakyat
Betawi lainnya tetap dikenal dan disebut Lenong oleh masyarakat” (Wawancara, Nasir Mupid,
Pesanggrahan, 10-2-20 12).

Sastra Pada Topeng Blantek

Sastra pada Topeng Blantek bermula dari sastra lisan. “Sastra lisan merupakan fondasi
utama dalam teater tradisional di Indonesia. Sastra lisan adalah sastra yang disampaikan dari
mulut ke mulut dan jenis sastra lisan itu bermacam-macam. Sastra lisan merupakan bentuk
pengucapan yang langsung dari jiwa rakyat biasa yang merupakan lapisan masyarakat paling
bawah. Sastra lisan inilah yang menghasilkan teater rakyat dengan berbagai ragam dan jenis
karena kita memiliki beratus bahasa yang berbeda satu dengan lainnya” (Achmad, 2006:42).

Dari kutipan tersebut disadari bahwa sastra lisan merupakan foklore dari teater rakyat
dipertahankan secara turun-temurun dari masyarakatnya sendiri.

Topeng Blantek memiliki sastra dan bahasa tersendiri dalam pertunjukannya. Sastra pada
Topeng Blantek ini memiliki ciri khas bentuk sastra, sebagai berikut: bahasa yang digunakan,
cerita yang dibawakan, penggarapan cerita, alur cerita, dan pantun dalam pertunjukannya.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa keseharian masyarakat Jakarta yang dikenal
dengan sebutan bahasa Betawi dan Sunda. Betawi memiliki daerah atau lingkungan bahasa suku
kentalnya, yang terdiri dari Betawi tengah dan Betawi pinggir. Bahasa Betawi tengah cirinya
setiap kata-kata yang berakhiran vokal A diganti menjadi vokal E, misalnya kata kemana
menjadi kemane. Dan bahasa Betawi pinggir cirinya setiap kata-kata yang berakhiran vokal A
diganti menjadi vokal AH, misalnya : kata kenapa menjadi kenapah dan orang Betawi pinggir
menyingkat kata tersebut menjadi napah. Dan bukan hanya bahasa Betawi pinggir saja yang
digunakan oleh pelaku Topeng Blantek, terdapat pula bahasa Sunda keseharian yang kasar dalam
pertunjukan Topeng Blantek, misalnya : kehet, piru yaitu cacian atau bahasa Sunda kasar yang
biasa digunakan masyarakat Betawi.

Cerita Yang Dibawakan

Cerita yang dibawakan bersumber dari sastra lisan bahwa, “Banyak kita temukan sastra
lisan di teater Indonesia, yang sering disebut sebagai sastra lisan daerah. Hampir di setiap daerah
(kelompok etnik) dapat kita temukan sastra lisan daerah yang ciri utamanya adalah bahasa
daerah,” (Achmad, 2006:98).
Cerita Topeng Blantek pada umumnya membawakan cerita-cerita legenda masyarakat
Betawi. Tetapi pada saat ini cerita Topeng Blantek tidak harus lagi cerita legenda, ceritanya pun
bisa mengenai apa saja yang penting terdapat unsur hiburan, lawakan, penerangan, dan
pendidikan.

Unsur-unsur Cerita Topeng Blantek antara lain:

• Cerita yang dibawakan biasanya cerita rakyat Betawi, cerita legenda Betawi (misalnya: Pitung,
Jampang Mayang Sari, si Jantuk, dan lain-lain).

• Cerita yang dibawakan bisa cerita apa saja yang penting ada tokoh Jantuk yang menjadi narator
atau dalang Topeng Blantek (bahkan cerita teater modern sudah sering dibawakan Topeng
Blantek tetapi harus diadaptasi ulang ke dalam bentuk cerita rakyat Betawi).

• Cerita dari pertunjukan Topeng Blantek tidak memiliki naskah yang tertulis. namun
perkembangan Topeng Blantek zaman sekarang, cerita tersebut memiliki naskah yang tertulis
dan naskah tersebut hanya bagian plot-plot sebagai alur cerita untuk para pemain, ada pula yang
sudah menggunakan naskah tertulis dengan dialog yang rapih tetapi biasanya pemain Topeng
Blantek tidak terbiasa untuk mengikuti dialog atau kata- kata yang tertulis di dalam naskah
tersebut, mereka lebih terbiasa dengan improvisasi dari cerita foklore (cerita rakyat turun-
temurun).

Penggarapan Cerita

Penggarapan cerita pada Topeng Blantek menggunakan alur cerita atau plot. “Plot adalah
alur atau jalan cerita.Plot adalah lakon atau kisahan” (Endraswara, 2011:24).

Alur ini yang mengantarkan lakon menjadi semakin menarik. Pada mulanya plot pada
penggarapan cerita Topeng Blantek digarap secaralisan. Plot ini bermula dan plot lisan atau
hanya menjelaskan konsep dan mulut-kemulut.Kemudian sering berkembangnya zaman, ada
beberapa teater rakyat yang sudah menggunakan plot tertulis.

Tetapi para aktor tradisional tidak mau mengenal naskah yang sudah tertulis dan ada
dialognya. Apabila pemain diberikan naskah, maka naskah tersebut kurang efektif, bahkan hanya
dilihat dan dipegang saja, naskah tersebut tidak akan dihapal dan dibaca dengan serius. Sebab
jika terpaku dengan naskah tertulis, hal itu hanya membuat para pemain merasa dibatasi
kreatifitasnya dan terkekang dalam berimprovisasi.

Alur Cerita “Alur cerita merupakan jalan cerita dalam sebuah plot. Plot adalah lakon atau
kisahan,yang mengulurkan drama” (Endraswara, 2001:24).
Di dalam plot tersebut terdapat adegan atau bagian-bagian cerita yang didalangi langsung
oleh tokoh Jantuk. Bisa dikatakan, tokoh Jantuk yang memegang plot atau alur cerita seperti
layaknya sutradara. Peran tokoh Jantuk sebagai pemimpin sebuah cerita adalah apabila ada
pemain yang keluar atau lan dan plot, maka tokoh Jantuk lah yang mengingatkan para pemain
untuk kembali ke dalam plot atau alur cerita tersebut dengan mengingatkan seorang pemain
untuk melanjutkan cerita. Biasanya saat Jantuk bermain ada kalanya dia berimprovisasi dan plot
untuk memanjangkan durasi atau untuk mencari lawakan, lelucon, dan menaikan emosi sebuah
cerita.

Pantun

Pantun merupakan salah satu jems puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-
bahasa Nusantara.“Pantun berasal dan kata panuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti
penuntun. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal
sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya
pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12
suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a).
Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi.

Sampiran adalah dua baris pertama, sering kali berkaitan dengan alam (mencirikan
budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tidak punya hubungan dengan bagian
kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima atau sajak. Dua bait terakhir
merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut”
(http://id.wildpedia.org/wjkj/pantun.2-2-20 12).

Namun dalam Topeng Blantek pantun bukan saja berfungsi sebagai syair dan sajak, tetapi
sebagai bagian pertunjukan Topeng Blantek untuk menyindir lawan main dengan melempar
pantun pada lawan main sebagai ciri khas tradisi Betawi yang memiliki bahasa pantun melayu
Betawi pinggir. Jenis pantun yang diutarakan berupa: “berpantun” yaitu menyanyikan
(membawakan) pantun bersambut sambutan, “memantuni” yaitu menyindir dengan pantun dan
“memantunkan” mengarang (menyatakan) dalam bentuk pantun. Terkadang dalam
memantunkan Panjak (pemain) bisa saja tidak nyambung dengan syair dan panjaknya untuk
mengeluarkan efek lucu dan lawakan.

Gaya Seting Pauggung Dalam Pertunjukan Topeng Blantek

Topeng Blantek memiliki gaya setting panggung dalam pertunjukannya, gaya setting
tersebut merupakan ciri khas yang menjadi pakem-pakem pertunjukan Topeng Blantek yang
selama ini digunakan oleh para seniman dan pelakunya
hingga saat ini. Tanpa gaya setting ini bukanlah merupakan pertunjukan Topeng Blantek. Maka
seorang pelaku Topeng Blantek harus mengetahui lebih dahulu gaya setting panggung yang
terdapat dalam Topeng Blantek. Gaya setting panggung dalam pertunjukan Topeng Blantek
antara lain : Obor, sundung, Panjak dan Niyaga, tata pakaian, tata rias, topeng, waktu dan tempat
pertunjukan.
Obor

Pada mulanya obor dalam pertunjukan Topeng Blantek digunakan hanya sebagai
penerangan di malam han pada zaman dulu. Karena pada saat itu mulanya pertunjukan Topeng
Blantek dimainkan pada malam hari, dimana pada tempo dulu alat penerangan belum memadai
dan masih menggunakan obor.Maka pertunjukan Topeng Blantek menggunakan obor sebagai
alat penerangan, dan hingga akhirnya obor tersebut digunakan sebagai artistik
pertunjukan.Topeng Blantek hingga saat ini.

Namun Topeng Blantek pada saat ini tidak hanya dipertunjukan pada malam hari, untuk
memenuhi kebutuhan para penonton saat mi Topeng Blantek dapat dipertunjukan pada waktu
kapan saja, baik itu pagi, siang, sore, ataupun malam hari.
Obor terletak di tengah arena panggung, obor yang menyala tersebut berada di atas kayu setinggi
satu sampai satu setengah meter.Namun obor dalam pertunjukan Topeng Blantek saat ini tidak
hanya difungsikan sebagai artistik panggung tetapi juga sebagai simbolik dan ciri khas Topeng
Blantek.Obor tersebut juga digunakan sebagai pembatas ruang dan waktu bagi para pemain.
Misalnya pemain itu bermain di depan obor, maka pemain tersebut berimajinasi bahwa adegan
tersebut berada di luar rumah, dan ketika pemain berada di belakang obor, maka para pemain
berimajinasi adegan tersebut berada di dalam rumah. Obor yang berfungsi sebagai pembatas
ruang dan waktu, juga menandakan dekat atau jaulmya suatu jarak. Misalnya adegan tersebut
pemam A berjalan kerumah si B, maka pemain tersebut berimajinasi dan berjalan memutari obor
sebagai perpindahan tempat sebanyak satu kali, dan kalau tempat tersebut jaraknya lebih jauh
maka pemain berjalan memutari obor lebih dan satu kali.

Maka dalam pertunjukan Topeng Blantek obor pada saat ini digunakan oleh para
pelakunya sebagai artistik serta pembatas ruang dan waktu yang menjadi pakem-pakem bagi para
pelaku seniman Topeng Blantek untuk kebutuhan pertunjukan Topeng Blantek tersebut.

Contoh gambar obor dalam


Topeng Blantek sebagai
berikut :
Sundung

Pada mulanya sundung berasal dan prasarana (pembawa barang) para pedagang pada
zaman dulu, semacam alat pikul yang digunakan para pedagang untuk pembawa barang para
pedagang, seperti alat pikul rumput, kayu bakar dan lain-lain.Namun sering berkembangnya
pertunjukan Topeng Blantek, sundung tersebut digunakan sebagai artistik panggung.Ada tiga
sundung yang digunakan di panggung dalam pertunjukan Topeng Blantek.Ketiga sundung
tersebut berfungsi sebagai pembatas untuk masing-masing Niaga (pemeran), Panjak (pemusik),
dan penari dengan para
penonton.

Contoh gambar sundung


dalam pertunjukan Topeng
Blantek sebagai berikut :

Panjak Dan Niaga

“Panjak pada mulanya adalah orang yang kerjanya sebagai pandai besi. Besi tersebut sedianya
akan dibuat menjadi alat bertani dalam industri peralatan berat untuk pertanian. Para Panjak mi
menggunakan pemukul dan palu yang beratnya kira-kira mencapai
5kg”(http://htnalatpertanian.blogspot.coml03lpanjak.2-2- 2012).

Pada kesenian Betawi terdapat alat musik tradisional seperti Gambang Keromong dan
Gamelan.Orang yang memainkan alat musik tersebut disebut Panjak, karena sebagian besar
pemusiknya memukul alat musik dan bahan besi dan) kuningan.Pada kesenian Topeng Blantek,
terdapat pam pemain yang memainkan Gambang Kromong.“Maka Panjak merupakan pemain
musik Topeng Blantek yang mengiringi musik pertunjukan” ungkap Nasir Mupid (2-2-20 12).

Panjak ditempatkan di belakang sundung dalam pertunjukan Topeng Blantek, selain itu Panjak
menggunakan alat musik tradisional budaya Betawi. Namun seorang Panjak pada Topeng
Blantek tidak hanya berfungsi untuk mengiringi musik pertunjukan, tetapi seorang Panjak harus
dapat berinteraksi dengan para pemeran cerita Topeng Blantek, dengan cara melemparkan
banyolan atau sindiran kepada para tokoh pemeran cerita tersebut. Maka tidak semua pemain
musik tradisional Betawi bisa menjadi seorang Panjak Topeng Blantek. Karena seorang Panjak
hams memiliki pengalaman dan kemampuan untuk bermain musik sekaligus berinteraksi dengan
para pemeran tokoh yang bermain dalam Topeng Blantek.
Misalnya pada saat pemeran Topeng Blantek berdialog dengan lawan mainnya, seorang Panjak
hams mampu memprofokasi konflik dengan cara melemparkan sindiran dan banyolan pada para
pemain.

Niaga menurut bahasa adalah jual beli dagangan.Begitu pula pada Topeng Blantek, Niaga
merupakan Para pedagang yang sedang berniaga.Untuk menarik para pembeli, para pedagang
mengadakan pertunjukan teater rakyat.“Karena sejarah pertunjukan Topeng Blantek berasal dan
para pedangan yang sedang mejajakan dagangannya sambil mementaskan pertunjukan teater
rakyat di kala waktu istirahatnya.Maka pemeran tokoh selain Jantuk disebut Niaga “, ungkap
Nasir Mupid (2-2-2012).

Tata Busana

Sebuah produksi drama yang dipentaskan merupakan sesuatu yang dilihat dan didengar oleh
penonton, dan sebab itu seorang pelaku selain harus memperhatikan bagaimana membawakan
ceritanya, ia juga harus memperhatikan bagaimana penampilannnya. “Seorang pelaku sebelum
didengar suaranya, sudah pasti penampilannya yang dilihat lebih dahulu.Maka dan itu kesan
yang ditimbulkarmya pada penonton yang pertama kali tampak dapat membantu menggariskan
dan memperkuat karakter melalui pakaiannya, lantas memperkuat kesan itu atau mengubahnya
menurut keperluan lakon” (Herymawan, 1993:127).

Pakaian yang biasa digunakan pertunjukan Topeng Blantek merupakan kostum atau pakaian
sehari-hari adat budaya Betawi sesuai dengan tokoh yang dimainkan para pemain. Biasanya
kostum adat budaya Betawi menggunakan pakaian muslim adat Betawi, karena masyarakat
Betawi rata-rata merupakan penganut agama islam. Kostum bernuansa Islami ini tetap
mencirikan kekhasan Betawi yang merupakan unsur perpaduan dan budaya Sunda, Jawa, Arab
dan Cina.Pakaian Topeng Blantek lebih kepada kostum keseharian si tokoh dan memiliki warna
yang gelap, namun terkadang bisa mirip dengan kostum Lenong yang cerah. Inilah beberapa
contoh kostum Topeng Blantek kesehanian sesuai dengan tokohnya antara lain:

(Gambar kostum Topeng Blantek yang memiliki unsur budaya cina dan berwama cerah)
(Gambar kostum pencak silat Topeng Blantek)

Tata Rias

“Tata rias merupakan perkara seni yang kompleks.Manusia dapat dirias sesuka hati, manusia
dalam teater” (Dahana, 2000:175).

Artinya manusia dapat dirias dengan sesuka hati di dalam pertunjukan teater sesuai dengan
karakter yang dimainkan.

“Tata rias merupakan seni menggunakan bahan kosmetika untuk menciptakan wajah peran
sesuai dengan tuntutan lakon.Fungsi pokok dan rias merupakan mengubah watak seseorang, baik
dan segi fisik, psikhis, dan sosial” (Endraswara, 2011:97).

Fungsi bantuan rias adalah untuk memberikan tekanan atau aksen terhadap perannya.

Tata rias pada pertunjukan lopeng Blantek tanpa harus menggunakan aksen pada wajahnya pun
pertunjukan dapat berjalan dan ditampilkan.Tetapi karena kebutuhan penonton untuk
menjelaskan karakter yang dimainkan, kini Topeng Blantek sudah menggunakan aksen pada
wajahnya.Tata rias Topeng Blantek menggunakan karakter keseharian, hanya dengan aksen yang
minimalis pertunjukan Topeng Blantek dapat dimainkan dengan lancar. Pada pertunjukan
Topeng Blantek biasanya yang menggunakan aksen untuk tokoh karakter tertentu, mereka
biasanya menggunakan bahan tata rias tradisional, yaitu areng atau pensil sipat berwarna hitam
untuk membentuk aksen pada jengot, kumis, alis dan lainnya.

Contoh beberapa Tata Rias Topeng Blantek antara lain:

(Gambar kostum Topeng Blantek yang memiliki unsur keseharian Betawi)

(Gambar Tata Rias karakter Topeng Blantek)

Tata Bunyi Atau Musik

Efek bunyi dan musik yang membawakan suasana lakon telah lahir bersamaan dengan kelahiran
teater itu sendiri.Harus diingat bahwa bunyi-bunyian itu bertujuan untuk menghidupkan secara
kreatif suasana lakon, tidak sebaliknya. Banyak sekali kita melihat latar belakang musik pada
sebuah pementasan dipilih, disusun tanpa mempelajari tema cerita, tanpa pengetahuan elementer
perihal musik dan dibunyikan pada momen-momen yang kurang tepat. Musik mempunyai
peranan dalam teater, dengan diperdengarkannya musik, penonton akan bertambah daya dan
pengaruh imajinasinya.
“Musik yang baik dan tepat bisa membantu aktor membawakan warna dan emosi peranannya
dalam adegan” (Harymawan, 1993: 159).

(Gambar Tata Rias natural Topeng Blantek)

Topeng Blantek memiliki musik tradisional sebagai pengiring musik pertunjukan.Dan musik
tradisional inilah yang dapat menguatkan betuk tradisional teater tersebut.Musik dimainkan
untuk memperkuat suasana dalam cerita dengan nyanyian, tarian, dan lain-lain dengan
improvisasi pemusik tradisional tersebut.

Musik pertunjukan Topeng Blantek berbeda dan teater rakyat Betawi lainnya, alat musik yang
biasa digunakan mulanya hanya alat musik yang sederhana seperti kaleng, panci, kayu, dan lain-
lain atau musik seadanya.Musik ini merupakan pengiring pertunjukan Topeng Blantek, yang
biasa digunakan pada saat pembukaan pertunjukan, suasana adegan, pengining nyanyian, tanian,
dan penutup.Musik Topeng Blantek merupakan musik campuran sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan Topeng Blantek tersebut.Tidak seperti tradisi Betawi lainnya seperti Lenong yang
memiliki musik yang sudah menjadi ciri khas atau pakem tersendiri seperti alat musik gambang
keromong.Alat musik yang kini dipakai dan di pertunjukan Topeng Blantek merupakan musik-
musik campuran dan masyarakat Betawi yang heterogen.Alat musik yang dimainkan biasanya
ada yang menggunakan gambang keromong, gamelan, rebana biang, tehyan dan alat musik
budaya Betawi lainnya.Namun sering berkembangnya zaman musik Topeng Blantek, mengikuti
kebutuhan zaman dan pertunjukannya pun kini diiringi seperti alat musik modern (organ, gitar,
dan lain-lain).
Contoh beberapa gambar alat musik rakyat
Topeng Blantek sebagai berikut:

(Gambar rabana biang dalam Topeng


Blantek)

“Memang tidak disangkal, bahwa musik rakyat di Negri kita banyak dipengaruhi dan luar,
namun bagaimana juga setelah melalui proses perkembangan dan yang diolah oleh rakyat itu
sendiri, maka perkembangan musik rakyat menjadi sangat berbeda dengan aslinya yang dibawa
dan luar dan juga tidak dapat disangkal bahwa musik mi menjadi miliknya” (Sjahrial, 2000:65),
Misalnya Rabana biang merupakan salah satu alat musik yang bernuansa Arab yang kini menjadi
alat musik tradisi budaya Betawi yang sering digunakan dalam Topeng Blantek, di siriilah
Topeng Blantek terkenal dengan sebutan musik Blantek yaitu dan suara bunyi pukulan rebana
biang yang mengeluarkan bunyi seperti blan-blan dan kecrek yang mengeluarkan bunyi tek-tek.
Gambang keromong merupakan alat musik rakyat Betawi yang sering digunakan dalam Topeng
Blantek dan teater tradisi Betawi lainnya.Berkembangnya alat musik Topeng Blantek sesuai
dengan kebutuhan zamannya, gambang kromong juga ikut menjadi pengisi musik Topeng
Blantek sejak masuknya percampuran alat musik Jawa, Sunda, dan Cina yang terpopulerkan oleh
Lenong.

Topeng

Topeng merupakan benda yang dipakai untuk menutupi wajah. Biasanya Topeng dipakai untuk
mengiringi teater, musik, dan tan kesenian daerah. Topeng di kesenian daerah umumnya untuk
menghormati sesembahan atau memperjelas watak dalam mengiringi kesenian.Bentuk Topeng
bermacarn-macam ada yang menggambarkan watak marah, ada yang menggambarkan watak
lembut, dan adapula yang menggambarkan kebijaksanaan.Topeng telah menjadi salah satu
bentuk ekspresi paling tua yang pernah diciptakan peradaban manusia.Pada sebagian besar
masyarakat dunia, topeng memegang peranan penting dalam berbagai sisi kehidupan yang
menyimpan nilai-nilai magis dan suci, karena topeng telah menjadi simbol-simbol khusus dalam
berbagai uparaca dan kegiatan adat yang luhur. Kehidupan masyarakat modem saat ini
menempatkan Topeng sebagai salah satu bentuk karya seni tinggi.
Tidak hanya karena keindahan estetis yang dimilikinya, tetapi sisi misteri yang tersimpan pada
raut wajah Topeng tetap mampu memancarkan kekuatan magis yang sulit dijelaskan.

(Gambar alat musik Topeng Blantek gambang keromong)

“Sejarah Topeng menurut buku panggung teater dunia mengatakan, Topeng lebih tua dan
teater.Sama tuanya dengan peniruan. Topeng yang pertama kalinya digunakan oleh bangsa
primitive, tidak tahu apakah untuk menyamar atau untuk melakukan ritual magic dengan
menggunakan kepala dan kulit binatang buas. Di balik Topeng terbentuk dua bentuk
kepercayaan primitive yang kita sebut animisme dan totemisme.Topeng memainkan peran
penting untuk pemujaan arwah leluhur di mana drama pertama kali muncul” (Yudiaryani,
2001:44).

“Sedangkan menurut bahasa Topeng asal kata dan Todan Peng. To artinya sandi dan Peng
artinya wara. Jadi Topeng itu bila dijabarkan berarti sandiwara” (http://www.beritajakarta.com!
2008.2-2-20 12).

“Namun dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai arti penutup muka yang dibuat dan kayu
(yang kini mengalami perkembangan, ada yang terbuat dan kertas, plastic dan berbagai macam
bahan lainnya) yang berupa muka orang atau binatang” (Achmad, 2006:2 1).

“Topeng menjadi salah satu perlengkapan yang sering digunakan dalam seni pertunjukan
tradisional.Tiap Topeng mempunyai karakter tersendiri.Ada yang berwatak keras, halus, lembut,
atau lucu.Semua menggunakan watak hitam putih, sesuai dengan watak tokoh yang terdapat
dalam cerita teater tradisional” (Achmad, 2006:22).

“Topeng dapat diartikan sebagai wujud karakter tokoh dalam cerita yang dipertunjukan”
(Achmad, 2006:23).“Seperti halnya pada tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek yang berkarakter
lucu danjenaka dengan bentuk jidat Topeng yang Jenong dan hidung yang pesek.Namun pada
bagian mulut terpotong atau terbuka agar pemain leluasa mengucapkan dialognya” ungkap Nasir
Mupid (2-2-20 12).

Topeng pada Topeng Blantek bermula dan teater rakyat Topeng Betawi yang memiki beberapa
macam karakter dan tokoh topeng dalam teater rakyat Topeng Betawi tersebut adalah tokoh
Jantuk, Bapang, Pentul dan Panji.Kemudian pada Topeng Blantek, topeng yang digunakan hanya
tokoh Jantuk pada saat pembukaan dan penutup pertunjukan tersebut.karakter pada tokoh Jantuk
dalam Topeng Blantek memiliki karakter yang jenaka, namun tidak harus memiliki bentuk
karakter yang khusus. Garis besarnya adalah topeng tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek
berpembawaan jenaka dan bisa menggunakan bentuk karakter apasaja, yang penting berasal dan
Topeng Betawi.

Contoh gambar Topeng yang digunakan seperti


berikut :

(Gambar Topeng yang digunakan Topeng Blantek)

(Gambar Topeng tokoh


Jantuk dalam Topeng
Blantek)
Menurut Nasir Mupid, “pada Topeng Blantek, topeng digunakan untuk peran Jantuk, hanya
tokoh Jantuk lah yang menggunakan topeng dalam Topeng Blantek, tokoh Jantuk memiliki
karakter tersendiri pada topeng tersebut, namun terkerdang dalam pertunjukan Topeng Blantek,
karakter tokoh Jantuk tidak terlalu diharuskan menggunakan topeng Jantuk yang pesek dan
beijidat jenong, dalam topeng Blantek bisa menggunakan topeng berkarakter lain atau topeng
lain untuk menjadi tokoh Jantuk, yang penting topeng tersebut berasal dan topeng Betawi” (5-5-
20 12).

Waktu Dan Tempat Pertunjukan

Waktu dan tempat pertunjukan merupakan waktu dan tempat dimana pertunjukan itu diadakan,
misalnya dipertunjukan pada waktu malam hari di tempat lapangan atau tempat terbuka.Menurut
Nasir Mupid, “Pada mulanya dalam pertunjukan Topeng Blantek waktu yang digunakan adalah
malam hari, karena pada saat itu para pedagang berkumpul di malam hari dan menunggu para
pembeli datang untuk membeli dagangannya di pagi hari dan tempat yang di gunakan pada saat
itu adalah tempat terbuka dan berada dipasar” (2-2-20 12). Namun seiring dengan
berkembangnya pertunjukan Topeng Blantek, waktu dan tempat pertunjukan disesuaikan dengan
kondisi dan permintaan tim pelaksana pertunjukan yang dapat ditampilkan kapanpun, baik di
waktu malam, pagi, dan siang hari. Maka saat ini pertunjukan Topeng Blantek dapat
dipertunjukan kapan saja dan dimana saja (bisa di pentaskan, di arena terbuka, panggung
persenium dan lainnya) sesuai kebutuhan pertunjukan.

Contoh gambar waktu dan tempat pertunjukan Topeng Blantek sebagai berikut:

(Gambar waktu dan tempat pertunjukan Topeng Blantek pada siang hari dan
panggung pondok)
(Gambar waktu dan tempat Topeng Blantek
pada panggung presenium)

Unsur Gerak

Topeng Blantek memiliki unsur gerak di dalamnya.Dimana unsur gerak tersebut berkaitan dengan
tubuh.Namun unsur gerak yang dimaksud di sini yakni, seorang pemain tidak hanya memiliki keluwesan
dan kelenturan pada tubuh, tetapi dia juga harus memiliki kemampuan dan kematangan pada teknik dan
bentuk unsur gerak tersebut.Unsur gerak tersebut merupakan unsur gerak sepserti pencak silat, tarian, dan
tokoh Jantuk yang berkarakter interaktif dan energik.

Ciri-ciri unsur gerak tersebut antara lain:

Pencak silat

Pencak silat selalu digunakan pada pembukaan sebelum adegan cerita di dalam Topeng Blantek, dan
biasa digunakan pula di dalam adegan cerita Topeng Blantek, misalnya: seperti tokoh centeng atau tokoh
pengawal dan pereman kampung. Maka pemain pencak silat Topeng Blantek tidak hanya digunakan pada
saat pembukaan yang berguna untuk memanggil para penonton pementasan, tetapi bisa juga digunakan
pada saat adegan cerita berlangsung.Pencak silat yang digunakan merupakan pencak silat yang berasal
dan budaya Betawi, “namun dianjurkan jenis pencak silat yang diterapkan adalah Beksi (salah satu pencak
silat budaya Betawi) karena lebih menarik dan segi gerakannya yang kasar untuk adegan pertempuran dan
lainnya”, ungkap Nasir Mupid (5-62012).

Jenis-jenis pencak silat Betawi antara lain:

• Beksi
• Kontek
• Troktok Kronce
• Sliwa

Dan pencak silat Betawi Iainnya


Berikut ini merupakan contoh gambar pertunjukan silat di dalam Topeng Blantek, di dalam adegan
pertunjukan dan sebelum adegan pertunjukan.

(Gambar pertunjukan pencak silat sebelum pembukaan pertunjukan Topeng Blantek)

Tarian

Tarian yang digunakan dalam pertunjukan Topeng Blantek, biasanya ditampilkan pada waktu
pembukaan dan penutupan pertunjukan sama halnya dengan pencak silat dan juga tidak hanya
pada saat pembukaan dan penutupan, tarian bisajuga digiinakan pada saat adegan berlangsung
untuk menghibur penonton agar tidak membosankan. Tarian yang biasa digunakan adalah tarian
tradisi Betawi seperti tan Topeng Betawi dan Ronggeng. Jenis tarian Betawi antara lain:

(Gambar pertunjukan silat di dalam adegan


Topeng Blantek)

• Tari Topeng Betawi


• Tari Kedok
• Tari Ronggeng
• Tari Obor Betawi
• Tari Betawi lainnya
Gaya Dan Struktur Pertunjukan Topeng Blantek

Gaya dan Struktur pertunjukan Topeng Blantek merupakan bentuk penyajian dan pertunjukan
Topeng Blantek tersebut.bentuk yang dimaksud ialah bentuk dan awal pertunjukan dimulai,
hingga akhir dan pertunjukan Topeng Blantek.

Berikut ini merupakan


Gaya dan Struktur
pertunjukan Topeng
Blantek:

GayaPenyajian

Gaya penyajian Topeng Blantek merupakan gaya permainan yang disajikan dalam pertunjukan
Topeng Blantek, biasanya menggunakan gaya lelucon atau lawakan sesuai dengan
Iingkungannya. “Gaya lelucon atau lawakan merupakan gaya permainan yang dilakukan hampir
dalam setiap pertunjukan teater tradisional, terutama pada jenis teater rakyat” (Achmad,
2006:18).

Bahkan porsi lawakan ini sering benlebihan dan selalu mengikuti keinginan penonton.

Struktur Penyajian

Struktur penyajian merupakan aliran atau lakon yang mempunyai struktur jelas.Inilah yang
sering dinamakan struktur drama (Endraswara 2011:20).Dalam pertunjukan Topeng Blantek
terdapat struktur pertunjukan di dalamnya, agar pertunjukan tersebut berjalan sesuai dengan
pakem-pakemnya.

Struktur penyajian Topeng Blantek adalah sebagai berikut:

• Mengundang para penonton


Mengundang para penonton dengan cara menampilkan musik, tari, nyanyian, dan pencak silat
atau dalam bahasa Inggrisnya disebut happening art, kemudian setelah itu masuk pembukaan.

• Pembukaan

Pembukaan di awali dengan tokoh Jantuk sebagai narator cerita, kemudian setelah itu narator
menceriitakan isi ceriita

• Isi cenita

Isi cerita dimainkan oleh para Niaga (pemain lakon) sesuai dengan cenita plot dengan
menggunakan improfisasi dan spontanitas sampai akhir cerita.

• Penutup

Penutup diakhiri oleh tokoh Jantuk sebagai pembawa pesan cerita dan penutup pertunjukan.

PERMAINAN TOKOH JANTUK DALAM TOPENG BLANTEK

Permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek merupakan gaya permainan tokoh Jantuk dalam
pertunjukan Topeng Blantek tersebut. Bagaimana seorang penulis mendeskripsikan bentuk
permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek melalui penelitian secara langsung, yaitu dengan
mewawancara seniman Topeng Blantek, observasi proses latihan Topeng Blantek sebelum
dipentaskan sampai pada saat pementasan berlangsung. Hingga mengetahui bentuk Topeng
Blantek dan bagaimana para pelaku seniman Topeng Blantek mementaskan pertunjukannya.
Tokoh Jantuk merupakan seorang laki-laki yang memiliki karakter tersendiri dalam seni Topeng
Blantek dan memiliki seni akting yang berbeda dan tokoh-tokoh Iainnya. Menurut Nasir Mupid,
“Tokoh Jantuk merupakan tokoh yang tidak mudah untuk diperankan seorang aktor, karena
selain Tokoh Jantuk berperan penting sebagai pembuka dan penutup dalam cerita Topeng
Blantek, tokoh Jantuk juga memiliki karakter yang sangat rumit, tokoh Jantuk juga harus
menguasai seluruh adegan dan mengatur adegan seperti layaknya seorang dalang atau sutradara.
Di beberapa grup Topeng Blantek yang ada, hanya satu pemain yang sanggup memainkan tokoh
Jantuk dalam grup-grup tersebut.Contohnya : dalam grup Topeng Blantek Ras Barkah, yang
memerankan tokoh Jantuk selalu Ras Barkah. Dalam grup Topeng Blantek Panker Jakarta Barat,
yang memerankan tokoh Jantuk selalu marhasan, dan pada grup Topeng Blantek Fajar Ibnu
Sena, yang menjadi tokoh Jantuk selalu Nasir Mupid”(5-7-2012).

Pada permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek terdapat seni akting, Akting menurut Tati
Maliyati W.S, “akting merupakan seni menghidupi peran.Kenapa disebut menghidupi, karena
peran itu manusia, makhluk hidup”.Akting menurut Wahyu Sihombing, “akting itu
memanusiakan tokoh di atas panggung.Kenapa memanusiakan tokoh di atas panggung, karena
tokoh yang akan kita mainkan itu belum menjadi manusia, masih berupa dialog-dialog atau
narasi-narasi terdapat pada naskah”.Akting menurut A. Rahman, S.Sn, M.Sn. M.IKom,
“memanusiakan tokoh, menjadi manusia baru yang utuh di atas panggung.Kenapa disebut
manusia baru. Karena tokoh yang akan kita mainkan itu bukan diri kita, tetapi tokoh yang
diciptakan oleh pengarang dan aktor. Dan kenapa disebut yang utuh, karena manusia memiliki
latar belakang masing-masing, budaya, agama, sosial, politik, dan lain-lain” ungkap A. Rahman,
S.Sn, M.Sn. M.LKom (23-7-20 12).

“Asal mula kata akting “acting” adalah berasal dan kata “to act” atau dalam bahasa Indonesia
berarti “beraksi”.Istilah acting diambil dari bahasa yunani “than” yang berarti, berbuat, berlaku,
atau beraksi, karena aktivitas beraksi ini maka para pemain dalam teater disebut actor dan para
pemain wanita disebut actress” (Sitorus, 2003 37).

Banyak teori lahir tentang seni acting Secara menyeluruh pada intinya akting adalah “perilaku
yang dilakukan oleh seseorang untuk menyakinkan orang lain, agar orang lain itu percaya pada
apa yang dilakukannya” (Diktat Dramaturgi). Jadi jelaslah bahwa akting bukanlah prilaku biasa
yang secara wajar dilakukan oleh setiap orang dalam perilaku sehari-hari.

Dalam teater tradisional pemain tidak dipersiapkan untuk menghayati, menjiwai, mendalami,
seth menghidupkan peran yang dibawakan. Teater rakyat yang bertolak dan sastra lisan dengan
cara memainkan cerita secara spontanitas, karena karakter peran yang dimainkan bersifat “hitam-
putih”. Menghafal karakter peran dengan menirukan bedasarkan sumber tradisi tentang
gambaran watak yang dimainkan, dengan gaya“stilisasi” dan “non-realistic”. Semua jenis teater
tutur tradisional seperti Mamanda, Randai, Longser, Ketoprak, Wayang orang, dan lainnya
menggunakan gaya seni peran non realis dengan ciri-ciri utamanya:
Gerakan-gerakaunya besar, penghayatannya lebih bersifat “kepura-puraan”, emosinya sebatas
terlihat dan juan. Semua lebih ditekankan pada bentuk fisik’ (Achmad,2006 : 88). Begitupula
terhadap teater rakyat Topeng Blantek semuanya lebih kepada akting secara keseharian,
spontanitas, dan improfisasi.

Pada akting teater tradisional laku dramatik diungkapkan secara spontan dan tidak diduga-
duga.Tidak ada batas antar emosi sedih dan gembira, tidak dibedakan antara tangis dan
tertawa.Semua berjalan bersamaan dan sekaligus dapat terjadi.Seorang pemain dapat sekaligus
mengukapkan nilai dramatik yang berlawanan.Hal ini dapat terjadi karena mereka bermain dan
‘luar”. Mereka hanya memairikan tokoh peran apa yang dibawakan, tetapi bukan mendalami dan
menghayati peran karakter peran tokoh yang dibawakan. Permainan para pemain teater
tradisional khususnya pada Topeng Blantek hanya bermain dengan permukaan saja, dalam arti
bukan bermain dan dalam yang penuh penjiwaan seperti permainan teater modem.
Jarang masyarakat mengetahui permainan Topeng Blantek, bahkan pelaku seniman Topeng
Blantek sendiri kurang begitu mengetahui permainan Topeng Blantek itu sendiri.Hanya tokoh
Jantuk lah yang mengetahui garis besar permainan Topeng Blantek tersebut.Maka dan itu penulis
berkeinginan untuk melestarikan sekaligus mempelajari dan meneliti permainan tokoh Jantuk
dalam Topeng Blantek. Pada permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek, kita harus
mengetahui lebih dahulu bentuk, unsur dan gaya permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek.

Analisis Tokoh Jantuk

Yang dimaksud analisis tokoh yaitu upaya membedah tokoh bagi seorang aktor untuk dapat
memahami dan mendekati yang diperankan aktor sesuai peranannya dengan penafsiran.
Penafsiran yang dilakukan biasanya, penafsiran tokoh Jantuk turun menurun dan para pelaku
Topeng Blantek, misalnya pemain yang memainkan tokoh Jantuk sebelumnya harus mempelajari
tokoh tersebut dan penafsiran senior pelaku Topeng Blantek yang kemudian diturunkan kepada
penerus tokoh Jantuk. Tokoh Jantuk merupakan gambaran dan masyarakat Betawi.
Seperti halnya pada tokoh wayang Semar, Gareng, Petruk yang memiliki ciri khas dan gambaran
masyarakat sekitarnya.Dan untuk menganalisa seorang tokoh, seorang pemain terlebih dahulu
menganalisa dan mengidentifikasi menurut penafsiran tokoh tersebut.

Sebelum pemain bermain di atas panggung diperlukan lebih dulu suatu persiapan batin dan
pengenalan watak pelaku yang akan diperankan. “Melalui proses identifikas, baik identifikasi
yang sempurna dengan pengalaman emosi dirinya sendiri, maupun dengan mengkonstruksi
unsur-unsur yang diambil dan pengalaman orang lain atau kombinasi antara keduanya”
(Endraswara, 2011:60).

Tokoh memiliki posisi yang sangat penting karena bertugas mengaktualisasikan cerita dalam
drama di atas pentas.Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi
penggerak cerita.Oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi
sebagai penggerak cerita yang baik.

Cerita akan ditentukan dan penafsiran sang tokoh. Biasanya ada tiga penafsiran yang ditentukan
yaitu: “penafsiran Fisikologis (ciri-ciri badani) antara lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh,
cirri-ciri muka, dan lain lain. Penafsiran Sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya
status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan
hidup, agama, kegemaran, dan sebagainya.Penafsiran Psikologis (latar belakang kejiwaan)
misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam
bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya. Apabila kita mengabaikan salah satu saja dan
ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku,
timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati”(http://bektipatria.wordpress.comlmateri.2-
5-20 12).

“Aktor yang baik, mampu menafsirkan dengan kemampuan berpikir cendekia selaku intelektual,
dipacu di teater untuk mempelajari manusia dan kemanusian atas peran yang merupakan tugas
dan tanggung jawab kreatif seni dalam aktingnya.Langkah pertama yang dilakukan aktor
menghadapi peran, langsung berhubungan dengan mutu kecedekiaannya. Yaitu, ketika aktor
menghadapi perannya, maka demikian ia hams menyimak nilai kemanusiaan peran itu dan
sekurangnya empat aspek, yaitu ; historis, sosiologis, psikologis, dan filosofis” (Tambayong,
2011:19).

Penafsiran atau kecendekiaan tersebut diidentifikasikan sesuai tokoh Jantuk dalam Topeng
Blantek seperti berikut:

a. Historis,Historis atau cerita tokoh Jantuk sendiri adalah cerita rakyat Betawi tentang
kehidupan rumah tangga. Jantuk adalah nama seorang anak dan sepasang suami istri, tapi karena
nama Jantuk terkenal di lingkungan masyarakat, bapak dan ibunya juga dipanggil Jantuk. Namun
yang memainkan tokoh Jantuk sebenarnya adalah Bapak Jantuk. Sehingga nama Jantuk dikenal
sebagai tokoh putra Betawi.
b. Fisiolegis, Tokoh Jantuk merupakan julukan putra Betawi yang memiliki jidat jenong, hidung
peseng dan bundar seperti Gareng dalam tokoh Wayang, tinggi pada umumnya orang dewasa,
memakai celana pangsi bewarna hitam, menggunakan sarung yang diselendangi pada
pundaknya, menggunakan senjata golok untuk bertani, dan suka menari.

c. Sosiologis, Bapak Jantuk adalah seorang petani, tidak berpendidikan, tinggal di daerah
lingkungan Betawi pinggir. Bapak Jantuk juga sangat dikenal oleh lingkungannya, dengan
lingkungannya Bapak Jantuk hidup rukun.Namun terkadang Bapak Jantuk suka menyindir dan
menyela orang-orang sekitamya.Sindiran dan celaan itu sebenarnya sebagai nasehat pada
lingkungannya, tidak hanya sindirian dan celaan, tetapi Bapak Jantuk juga memiliki kebiasaan
bercanda, dan candaannya itu bersifat menghibur.

d. Psikologis, Karakter tokoh Jantuk, memiliki sifat: Pemarah, Pemaaf dan pecanda, bahkan
candanya agak kasar. Meskipun memiliki sifat pemarah, ketika dia mengetahui permasalahan
yang sesungguhnya dia bisa menjadi seorang yang pemaaf, bahkan sebagai penegah dan
penyelesai permasalahan. Di bawah mi merupakan contoh gambar tokoh Jantuk dalam Topeng
Blantek:

(Gambar tokoh dalam Topeng Blantek)

• Gaya Dan Tehnik Permaman Tokoh

Gaya dan tehnik permainan tokoh Jantuk merupakan perincian gaya dan tehnik permainan tokoh
Jantuk dalam Topeng Blantek, yaitu bagaimana gaya dan tehnik tokoh Jantuk bermain dalam
sebuah pementasan Topeng Blantek, dimulai dan tokoh Jantuk muncul dalam pementasan hingga
tokoh Jantuk mengakhiri atau menutup pementasan Topeng Blantek tersebut. tidak semua aktor
dapat memainkan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek. Biasanya dalam Topeng Blantek semua
gaya dan tehnik permainan tokoh Jantuk ini diterapkan secara lahiriyah dan keseharian atau
mereka hanya mengetahui tahap-tahapnya secara turun-temurun. Maka dan itu penulis
berkeinginan untuk menulis dan memetakan permainan keseharian Topeng Blantek untuk
dijadikan sebagai tehnik dan gaya permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek.
Sehingga apabila seorang aktor memainkan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek, aktor tersebut
sudah mahir untuk dalam menguasai tehnik dan gaya permainan dalam pementasan Topeng
Blantek.

• Tehnik“Tehnik muncul (technic of enterance), ialah bagaimana cara seorang pemain (aktor)
tampil pertama kalinya di atas pentas sandiwara. Tehnik mi penting dibina karena berguna untuk
menimbulkan kesan pertama terhadap penonton tentang watak peran yang dibawakannya”
(Endraswara, 2011:72).

Tehnik muncul merupakan tehnik seorang aktor untuk mengawali mulainya cerita.Fungsinya
untuk mengeluarkan efek-efek lucu dan menanik perhatian penoton pada permulaan munculnya
tokoh ke arena pertunjukan. Misalnya, seorang tokoh muncul dengan gerak-gerik yang urnk dan
mengundang tawa sehingga penonton akan memperhatikan tokoh tersebut, tehnik muncul juga
dapat memunculkan hal yang baru dan segar untuk ditonton. Kemudian dilanjutkan dengan
perkenalan diri seorang tokoh kepada para penonton.Begitu pula pada tokoh Jantuk, tehnik
muncul ini sering digunakannya pada saat pembukaan pertunjukan Topeng Blantek dengan
diiringi musik tradisional.

Tehnik muncul ini dipakai pada saat tokoh masuk kedalam arena panggung.Di dalam Topeng
Blantek tehnik muncul biasanya selalu diiringi musik dengan improfisasi Panjak memainkan
musiknya. Misalnya tokoh Jantuk masuk ke dalam arena panggung dengan tehnik mucul gerak
gerik yang unik sambil diiringi musik, atau tokoh centeng masuk ke dalam arena panggung
dengan mengeluarkan jurus pencak silat sambil diiringi musik atau seorang tokoh belari-lari
seperti habis dikejar-kejar orang lain kemudian masuk kedalam panggung, dan masih banyak
telmik muncul lainnya dengan improfisasi dan konsep pemainnya memainkan tokoh tersebut.
Namun dalam Topeng Blantek tehnik munculnya selalu diiringi musik oleh Panjak atau pemain
musik Betawi.

Tehnik Transisi Dalam pertunjukan Topeng Blantek memiliki tehnik trasisi pada suatu adegan
cerita ke adegan berikutnya.Tehnik transisi mi biasanya didukung oleh Panjak atau pemain
musik Betawi terhadap tokoh yang bermain dalam pertunjukan Topeng Blantek tersebut.
Misalnya tokoh Jantuk yang sedang membüka cerita dan bemarasi tentang cerita yang akan
dimainkan dalam Topeng Blantek, kemudian berlanjut ke adegan cerita berikutnya, yakni tokoh
Jantuk keluar dan arena panggung sambil diiringi musik yang menandakan perubahan adegan
yang berlanjut pada cerita selanjutnya oleh tokoh lain. sebelumnya harus ada transisi atau
perpindahan suasana dalam cerita adegan tersebut. Biasanya setiap transisi cerita adegan dalam
Topeng Blantek selalu ada iringan musik, nyanyian atau tanian.Terkadang adapula tehnik transisi
dengan memutari arena panggung atau memutari obor yang kemudian keluar dan arena
panggung sambil diiringi musik.Begitu pula saat tokoh berikutnya masuk kedalam arena
panggung dapat menggunakan tehnik transisi ini dengan diiringi musik sesuai suasana
adegan.Maka tehnik ini dapat dipakai pada saat perpindahan adegan dalam Topeng Blantek.
Gaya Lawakan

Gaya lelucon atau lawakan yang merupakan gaya permainan teater rakyat, menggunakan kata-
kata kasar dan ejekan dan kekurangan-kekurangan fisik, dan keadaan lawan main tersebut.
Bahkan porsi lawakan mi sering berlebihan dan selalu mengikuti keinginan penonton.Semua
kalimat dan kata-katanya lahir dan keseharian dan lingkungan permainan tersebut.
“Gaya lawakan yang disebut farce (banyolan) adalah gaya permainan komedi yang berlebihan,
kasar dan banyak menggunakan kelucuan yang mengutamakan gerak lahiriah. Gaya banyolan
sening diperkuat dengan kelucuan dalam permainan kata (plesetan) kadangkala dengan sengaja
mengucapkan kata yang keliru, untuk menimbulkan efek lucu” (Achmad, 2006:18).
“Dalam pertunjukan teater rakyat selalu terdapat tokoh yang menyelesaikan masalah konflik
dalam cerita.Dalam wayang kita temukan tokoh Semar, Gareng, Petruk dan Bagong (wayang
Jawa) atau tokoh Cepot dan Udel (wayang Sunda)” (Achmad, 2006:18).Dan pada Topeng
Blantek adalah tokoh Jantuk yang menyelesaikan masalah konflik dalam cenita.Tokoh-tokoh
tersebut menjadi sangat penting untuk menghidupkan pertunjukan, karena diinginkan oleh para
penonton.Makin banyak penonton tertawa, makin tambah pula lawakan yang disuguhkan oleh
pertunjukan tersebut.

Tehnik Jual Beli

Tehnik jual beli yang dimaksud dalam Topeng Blantek adalah dialog yang diutarakan oleh
pemeran dan dibalas oleh lawan mainnya. Maksudnya menggunakan teknik jual beli, apabila
lawan main atau seorang pemain melontarkan kalimat yang merangsang, memancing, merespon
kalimat antar lawan main, dengan pertanyaan, sindiran dan plesetan dengan tehnik ini pelaku
Topeng Blantek harus memiliki spontanitas dan improvisasi yang kuat, kadang pula ada aktor
yang nakal, suka berimprovisasi berlebihan sehingga lawan mainnya tidak bisa mengimbangi
dan melawan jual belinya. Maka jual beli ini harus memiliki kekompakan dan kepintaran untuk
mengundang tawa dan kelucuan di dalamnnya.Namun dengan berkembangnya teater rakyat,
banyak teknik-teknik lawakan tidak lagi lahiriyah dan keseharian karena kebutuhan penonton.
Misalnya, adapula teknik untuk mengeluarkan kalimat-kalimat lawakan tersebut dengan cara
jual-beli yang sudah terkonsep, terkonsep pada saat latihan oleh sutradara, atau naskah yang
dibuat dengan sengaja yang terdapat teknik jual beli di dalamnya. Tetapi walau sudah terkonsep
atau secara lahiriyah lantas teknik jual beli ini tidak luput menciptakan suasana-suasana baru
yang tidak menyimpang dan alur cerita, semuanya harus kembali kedalam plot atau alur cerita
yang diatur oleh tokoh Jantuk sebagai tokoh yang mengatur jalannya cerita seperti layaknya
sutradara atau dalang.

Spontanitas Dan Improvisasi

Spontanitas dalam bahasa Indonesia mengandung arti serta merta, tanpa dipikir, tanpa
direncanakan lebih dulu, atau melakukan sesuatu karena dorongan hati, juga tidak karena
anjuran. Begitu juga teater rakyat spontanitas begitu saja terjadi dan tanpa terkonsep atau tertulis
dalam naskah.
Spontanitas merupakan kejadian yang lahiriliah dan lumrah terhadap pertunjukan teater
rakyat.Karena pertunjukan teater rakyat bermula dan sastra lisan, tanpa adanya naskah, seseorang
aktor harus berinprovisasi dengan kuat, untuk berdialog dengan lawan main.Seorang aktor pun
harus memiliki wawasan yang luas sehingga bisa menjadi bahan improvisasi.Seorang aktor juga
harus pintar, karena dalam berimprovisasi dibutuhkan kepintaran seorang aktor untuk mencari
kata-kata dalam sebuah alur cerita hingga mengundang efek lucu.
Banyak yang akan terjadi dalam spontanitas, seperti halnya spontanitas yang tidak sengaja terjadi
dalam pertunjukan. Misalnya terjadi insedent seorang aktor terjatuh atau tergelincir di dalam
adegan, seorang aktor pun harus berimprovisasi untuk membangun emosi.Spontanitas bisa
terjadi atas ketidak sengajaan seorang aktor dalam bermain, bahkan bisa pula keluar dan alur
cerita untuk membangun improvisasi seorang aktor dan kembali lagi ke dalam alur cerita.
Improvisasi harus didukung pula dan lawan main yang mengawali improvisasi untuk
mendapatkan dialog jual-beli atau respon seorang aktor yang menghasilkan dialog-dialog.

Interaksi

Interaksi merupakan suatujenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek
mempengaruhi atau memiliki efek sam sama lain. Ide efek dua arah mi penting dalam konsep
interaksi, sebagai lawan dan hubungan satu arah pada sebab akibat.Kombinasi dan interaksi-
interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru yang mengejutkan.
Pertunjukan teater rakyat, terutama Topeng Blantek, melakukan interaksi kepada penonton
merupakan tradisi yang biasa terjadi dalam pertunjukan Topeng Blantek. Interaksi yang terjadi
yang dimaksud yaitu apabila Tokoh Jantuk dan pemain mengeluarkan dialog yang direspon oleh
penonton secara spontanitas hingga menimbulkan topik yang baru, dan bahkan seorang pemusik
bisa ikut berinteraksi kepada tokoh Jantuk dan pemain lainnya, apabila adegan tersebut
mengundang dialog untuk berinteraksi.

Dalam Topeng Blantek interaksi terjadi apabila ada sebab dan akibat, terjadi secara spontanitas,
mengundang reaksi, bahkan menimbulkan pertanyaan kepada tokoh Jantuk dan pemain

Keluar Masuk Peran

Keluar masuk peran merupakan keluar masuk pemain kedalam perannya untuk keluar menjadi
diii sendiri dan kembali masuk menjadi peran yang dimainkan pemain.Pemain dapat keluar dan
perannya saat situasi tertentu dan masuk kembali ke dalam perannya ketika melanjutkan
ceritanya.Ciri khas lelucon teater rakyat terutama tradisi Betawi yang sering menggunakan
metode keluar masuk peran secara spontanitas dan naluri pemain tradisi tersebut.Keluar masuk
peran bisa terjadi kapan saja pemain mau, apabila pada situasi tertentu pemain dapat
menghidupkan cerita tersebut dengan metode keluar masuk peran tersebut. Misalnya ketika
seorang tokoh Jantuk menggunakan Topengnya, maka tokoh Jantuk tersebut sedang berperan
menjadi tokoh Jantuk, namun ketika tokoh Jantuk tidak menggunakan topengnya maka tokoh
Jantuk sudah berperan sebagai tokoh lain, misalnya menjadi tokoh Bapak, atau tokoh yang
terpenting dalam cerita tersebut.
Media Ekpresi Yang Digunakan

Tokoh Jantuk tentunya menggunakan media ekspresi berbentuk Topeng Jantuk.“Dalam Topeng
Blantek tokoh Jantuk diharuskan menggunakan topeng berkarakter tokoh Jantuk” ungkap Nasir
Mupid, tokoh yang harus menggunakan topeng dalam Topeng Blantek adalah tokoh Jantuk.
Ketika pertunjukan dimulai, tokoh Jantuk sebagai pembuka narasi Topeng Blantek menggunakan
topeng, namun pada saat cerita pertunjukan beijalan, pemeran Jantuk dapat membuka Topengnya
dan dapat berperan sebagai tokoh lain dengan tanpa menggunakan Topeng Jantuk”(2-2-2012).
Media ekspresi topeng tersebut merupakan ekspresi yang dikeluarkan mengikuti karakter topeng
tersebut.Tokoh Jantuk memiliki karakter garis wajah yang jenaka, maka topeng tokoh Jantuk
harus memiliki karakter dan bentuk yang jenaka.Biasanya ekspresi dikeluarkan oleh mimik
muka, namun karena tokoh tersebut menggunakan topeng yang berkarakter, maka ekspresi
dikeluarkan melalui gestur tubuh dan dialog yang diucapkan, kemudian diekspresikan dengan
gerak-gerik atau gestur tubuh seorang aktor.Karena topeng Jantuk memiliki karakter yang
jenaka, maka seorang aktor berekspresi jenaka dengan gerak-gerik atau gestur yang jenaka pula.
“Sering berkembangnya Topeng Blantek, ada beberapa grup Topeng Blantek di mana tokoh
Jantuk tidak lagi menggunakan Topeng Jantuk, hanya menyebutkan nama Jantuk saja penonton
sudah mengetahui bahwa dia itu adalah Jantuk. Menurut Nasir Mupid, “hal tersebut kurang benar
dan menghilangkan ciri khas dalam pertunjukan Topeng Blantek. Mulanya disebabkan oleh
pengaruh lakon Bokir yang memerankan tokoh Jantuk dengan tidak lagi menggunakan topeng
Jantuk.Karena lakon Bokir yang sudah familiar atau terkenal, masyarakat Betawi lebih mengenal
bahwa lakon Bokir adalah si Jantuk”ungkap Nasir Mupid (23-7-2012).

Karena topeng sebagai alat media ekspresi tokoh Jantuk maka seorang tokoh harus menjadi
topeng tersebut. Menurut Bapak Sentot (dosen olah tubuh), mengatakan “properti bukan hanya
sebagai alat benda yang mati yang digunakan sebatas kegunaan dan fungsinya, tetapi properti
digunakan di dalam pertunjukan sebagai alat ekspresi dengan cara menjadi dan seperti benda
tersebut”(23-7-2008).

Maksudnya seorang aktor harus bisa menjadi dan seperti alat benda tersebut hingga dapat
menjadi media ekspresi. Di bawah mi merupakan contoh Topeng tokoh Jantuk yang sering
digunakan di dalam Topeng Blantek:

(Gambar Topeng tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek)


Tubuh

Tokoh Jantuk memiliki karakter yang jenaka, dalam karakter tersebut tokoh Jantuk memiliki
tubuh yang hiperaktif.Tokoh Jantuk juga memiliki gestur dan gerakan tubuh yang lentur. Agar
lebih terlihatjenaka dengan gerak-gerik gesturnya, maka seorang aktor hams menguasai olah
tubuh untuk menjadi tokoh Jantuk. Namun sebelum mengenal metode olah tubuh, gerakan
tersebut terjadi dengan sendirinya. Seorang aktor menguasai dengan sendirinya untuk menjadi
tokoh Jantuk dengan penafsiran dan analisis dan seniomya yang akan diturunkan kepada
juniornya.

OIah tubuh sering kali dilatih pada saat sebelum latihan dan latihan Topeng Blantek.Bukan
hanya aktor teater modern atau teater barat saja yang melatih metode olah tubuh.Tetapi aktor
para seniman teater tradisi juga mengenal olah tubuh semenjak Topeng Blantek menjadi sebuah
pertunjukan yang ditonton.Karena pada mulanya seorang aktor pun harus memiliki tubuh yang
sehat untuk bisa beraksi dalam pertunjukan.

Gerakan tubuh dan gestur merupakan hal yang terpentmg pada tokoh Jantuk yang hiper aktif dan
energik, karena pada bagian tubuh tokoh Jantuklah yang mengeluarkan ekspresi yang
kuat.Walau pada bagian wajah tokoh Jantuk yang ditutupi oleh topeng, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa tokoh Jantuk tidak memiliki ekspresi yang dikeluarkan dan topeng tokoh
Jantuk, yang dikenakan pada wajahnya.Disinilah tokoh Jantuk membuktikan bahwa tubuh bisa
menjadi media ekspresi.Seperti di dalam buku membangun tokoh tentang menjadikan tubuh
ekspresif, “bahwa begitu hidup sebagai penggambaran maupun sebagai penghayatan kejiwaan,
kalau istilah kejiwaan dapat digunakan untuk menunjukan sesuatu yang hanya dilukiskan dengan
ekspresi wajah dan sorot mata” (Djarot, 2008:54). Dan kutipat tersebu penulis menyimpulkan
bahwa ekspresi tidak hanya melalui media wajah dan dialog, tetapi tubuhpun bisa menjadi media
ekspresi yang dapat disampaikan kepada penonton.

Multi peran

Arti multi peran menurut bahasa yaitu, multi artinya bermacam-macam atau lebih dan satu.Peran
artinya tokoh yang dimainkan seorang aktor.Maka multi peran yaitu, beragam peran yang dapat
dimainkan seorang aktor untuk menjadi peran lebih dan satu peran.
Sering kali tokoh Jantuk berperan sebagai tokoh lain. Misalnya path saat pembukaan pertunjukan
Topeng Blantek diawali oleh tokoh Jantuk sebagai Jantuk tetapi saat berjalannya cerita pemeran
yang sebelumnya bermain sebagai Jantuk dapat berganti peran lain. Biasanya peran yang lain
tersebut merupakan peran yang terpenting, misalnya menjadi peran Bapak yang memegang cerita
tersebut. “Namun pada saat menjadi Jantuk pemeran tersebut kembali menggunakan Topeng
Jantuk dan pada saat berganti peran pemeran Jantuk membuka topengnya, maka pemeran Jantuk
tidak lagi berperan sebagai tokoh Jantuk”, ungkap Nasir Mupid (3-3-20 12).
Tokoh Jantuk dapat berperan sebagai peran lain apabila kurangnya pemain dalam grup Topeng
Blantek tersebut. Apabila Tokoh Jantuk berperan sebagai peran lain, peran tersebutpun harus
peran yang penting, misalnya peran sebagai Bapak dan seorang anak yang berperan penting
dalam cerita Topeng Blantek tersebut.
Meditasi

Meditasi juga merupakan hal terpenting dan pendukung dalam metode akting tokoh Jantuk,
karena tokoh Jantuk tersebut seperti halnya seorang sutradara yang memimpin adegan dalam
cerita Topeng Blantek.Nasir Mupid selalu melakukan meditasi ini sebelum Topeng Blantek
mementaskan pertunjukannya.Meditasi ini bukanlah meditasi hal yang gaib dan sakral, namun
meditasi ini dilakukan “untuk mengingat adegan dan cerita Topeng Blantek tersebut.Tidak
semua grup Topeng Blantek melakukan meditasi ini, namun Nasir mupid menemukan
metodenya tersendiri untuk melakukan meditasi yang berguna untuk mengingat keseluruhan
adegan Topeng Blantek tersebut.Misalnya setelah grup Topeng Blantek melakukan latihan, Nasir
Mupid sebagai pemeran yang sering memerankan tokoh Jantuk, dia selalu mengingat-ingat
adegan, bahkan dialog dan para pemain”, ungkap Nasir Mupid (20-6-2012).Gunanya meditasi ini
apabila seorang pemain lupa adegan dan keluar dan alur cerita, si tokoh Jantuk lah yang selalu
mengigatkan para pemain untuk kembali ke dalam alur cerita atau plot adegan.Misalnya seorang
pemain berimprovisasi kepada lawan main, tetapi improvisasinya terlalu keluar dan alur cerita, si
tokoh Jantuklah yang mengingatkan pemain tersebut, untuk kembali ke dalam cerita.Dan sebagai
kebutuhan berjalannya pertunjukan, tokoh Jantuk lah yang berperan sebagai dalang atau
sutradara untuk dapat menyingkat atau memperpanjang waktu pertunjukan tersebut. Misalnya
pada saat setiap pertunjukan, Topeng Blantek dibatasi durasi atau dimintai untuk memperpanjang
pertunjukan oleh permintaan besan atau pemilik acara pertunjukan tersebut, maka si tokoh
Jantuk lah yang memegang dan memimpin durasi tersebut kepada para pemain
untuk memperpanjang adegan selanjutnya ataupun mempersingkat adegan, karena singkatnya
waktu pertunjukan yang tersedia.

PENUTUP

Berdasarkan dan hasil penjelasan dan bab-bab sebelumnya dengan berfokus pada judul yang
diangkat yaitu permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek, maka dapat ditarik kesimpulan
yang dijabarkan dibawah ini. Topeng Blantek adalah salah satu kesenian teater rakyat budaya
Betawi yang masih tetap bertahan di kota Jakarta. Walau Topeng Blantek sifatnya selalu
berubah-ubah dan berkembang, namun Topeng Blantek memiliki pakem-pekem dan bentuk dan
para seniman Topeng Blantek.Untuk dapat dilestanikan dan dinikmati oleh masyarakat luas,
Topeng Blantek mengikuti perkembangan pada zamannya.Maka dan itu, tidak luput dalam
mengembangkan kesenian Topeng Blantek, kesenian ini harus memiliki pakem-pakem dan ciri
khas yang dapat dikenal oleh banyak masyarakat luas dan berkembang tanpa harus
menghilangkan pakem-pakem yang sudah dibuat oleh para senimannya.

Permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek merupakan gaya permainan tokoh Jantuk dalam
pertunjukan Topeng Blantek tersebut. Bagaimana seorang penulis mendeskripsikan bentuk
permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek melalui penelitian secara langsung, yaitu dengan
mewawancara seniman Topeng Blantek, observasi proses latihan Topeng Blantek sebelum
dipentaskan hingga pada saat pementasan berlangsung. Hingga mengetahui bentuk Topeng
Blantek dan bagaimana para pelaku seniman Topeng Blantek mementaskan
pertunjukannya.Dalam Topeng Blantek pemain tidak dipersiapkan untuk menghayati, menjiwai,
mendalami, serta menghidupkan peran yang dibawakan.
Teater rakyat yang bertolak dan sastra lisan dengan cara memainkan cerita secara spontanitas,
karena karakter peran yang dimainkan bersifat “hitam-putih”. Tidak ada batas antar emosi sedih
dan gembira, tidak dibedakan antara tangis dan tertawa.Semua berjalan bersamaan dan sekaligus
dapat terjadi.Hal ini dapat terjadi karena mereka bermain dan ‘luar”. Mereka hanya memainkan
tokoh peran apa yang dibawakan, tetapi bukan mendalami dan menghayati peran karakter peran
tokoh yang dibawakan. bermain dengan permukaan saja, dalam arti bukan bermain dan dalam
yang penuh penjiwaan seperti permainan teater modern.

Permainan tokoh Jantuk adalah gaya permainan tokoh pemain teater rakyat dalam Topeng
Blantek. Tokoh Jantuk merupakan salah satu cerminan masyarakat Betawi. Tokoh Jantuk
merupakan cerminan gaya permainan tokoh lainnya, namun bedanya tokoh Jantuk dapat
mengatur seperti layaknya seorang dalang atau sutradara di dalam pertunjukan.
Maka dan itu penulis hanya memberikan gambaran secara umum mengenai sejarah singkat
Topeng Blantek, yang kemudian mendeskripsikan gaya seting panggung dalam pertunjukan
Topeng Blantek, unsur gerak, struktur dan gaya penyajian Topeng Blantek. Dan berfokus pada
deskripsi bab tiga yang berjudul Permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek, yang bertujuan
untuk melestarikan budaya Betawi teater rakyat Topeng Blantek kepada masyarakat luas. Bahwa
masih adanya teater rakyat Topeng Blantek dan seperti apa bentuk, unsure dan permainan
Topeng Blantek.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. Kasim. Mengenal Teater Tradisional di Indinesia. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.
2006

Beritajakarta Article “Topeng Blantek Hampir Punah”


(http://www.beritajakarta.com/2OO8/id/berita_detail. asp?nNewsld=45077).

Dahana, Radhar Panca. Homo Theafricus.Magelang: Indonesia Tera. 2000


Djarot, Slamet Rahardjo. Membangun tokoh - Constatin Stanislavski.Jakarta: PT Gramedia. 2008
Endraswara, Surwardi. Metode Pembelajaran Drama.Yogyakarta: CAPS. 2011

Harymawan.Dramaturgi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1993

HTN Alat Pertanian Article “Panjak”


(http://htn-alatpertanian. blogspot. com/201 1/03/panjak)

Ruchiat, Rahmat. Asal Usul Jakarta.Jakarta: Kepala Diknas Kebudayaan DKI. 1991 Sitorus,

Eka.The Art OfActing, Seni Peran Untuk Teater, Film & TV.Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. 2003

Sastrapraja, Nurhadi. Ragam Budaya Betawi. Jakarta:


Kepala Diknas Kebudayaan DKI. 2002.

Selasar Bahasa dan Sastra Indonesia Article “Unsur-Unsur Drama”


(http://bektipatria.wordpress.com/rnateri).

Sjahrial.Seni Budaya Betawi. Jakarta: Kepala Diknas Kebudayaan DKI. 2000


Tambayong, Yapi. Akting Susah Susah Gampang, Gampang Gampang Susah. Jakarta:
Keputustakaan Populer Gramedia. 2011

Yudiaryani.Panggung Teater Dunia.Purwoharjo, Samigaluh:


Pustaka Gondho Suli. 2002

Wikipedia Article “Pantun” (http://kLwikipedia.org/wiki/Pantun)

Wikipedia Article “Gedung Kesenian Jakarta”


(http://id.wikipedia.org/wiki/Gedung_Kesenian_Jakarta)

Anda mungkin juga menyukai