Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Biomekanika Olahraga dengan
dosen pengampu Sufyar Mudjianto, M.Pd.
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberi
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul
“KORELASI ANTARA SPEED DAN POWER TERHADAP TEKNIK SEOI NAGE PADA
ATLET PROFESIONAL DAN PEMULA”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Biomekanika Olahraga.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan - kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Olahraga Judo........................................................................................5
B. Sejarah Olahraga judo..............................................................................................6
C. Teknik Judo..............................................................................................................8
D. Matras Judo............................................................................................................10
E. Peraturan Judo........................................................................................................11
F. Teknik Seoi Nage...................................................................................................12
G. Data Hasil Korelasi................................................................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Judo merupakan gabungan dari dua kata, “Ju” yang artinya lembut dan “Do” yang
artinya cara, jika digabungkan Judo adalah “cara yang lembut”. Bela diri judo berasal dari
negara Jepang. Tujuan dari bela diri judo ini untuk mengembangkan falsafah jiwa atau
spiritual yang positif, pertumbuhan fisik dan kesegaran jasmani yang baik, serta untuk
pembelaan diri dari bahaya.
Jigoro Kano menambahkan gayanya sendiri pada banyak cabang jujutsu yang ia
pelajari pada masa itu (termasuk Tenjinshiyo dan Kito). Pada tahun 1882 ia mendirikan
sebuah dojo di Tokyo yang ia sebut Kodokan Judo. Dojo pertama ini didirikan di kuil Eisho
ji, dengan jumlah murid sembilan orang.
Tujuan utama jujutsu adalah penguasaan teknik menyerang dan bertahan. Kano
mengadaptasi tujuan ini, tapi lebih mengutamakan sistem pengajaran dan pembelajaran. Ia
mengembangkan tiga target spesifik untuk judo: latihan fisik, pengembangan mental / roh,
dan kompetisi di pertandingan-pertandingan.
Abdul (2012: 45-56) Olahraga beladiri Judo terdiri dari teknik dasar melempar
/membanting. Dalam permainan judo, pejudo berpasangan dan saling memegang baju lawan (
judogi), untuk melakukan teknik-teknik judo seoi nage adalah teknik bantingan diaman
adanya dua pejudo yang berpasangan dan saling berusaha untuk menjatuhkan lawan dengan
cara membanting lawannya semaksimal mungkin. Untuk mencapai maksimal maka
dibutuhkan latihan khusus berjam-berjam yaitu penguasaan teknik bentingan Morote Seoi
Nage. Dimana pejudo harus memahami teknik Kumikata, Kuzushi, Kake Dan Kata.untuk
lebih jelasnya teknik bantingan Seoi Nage.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa speed dan power sangat dibutuhkan saat memebanting dengan teknik seoi
nage?
2. Bagaimana perbedaan antara atlet professional dengan pemula pada saat melakukan
teknil seoi nage?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui keefektifan speed dan power pada
saat membanting dengan teknik seoi nage yang dilakukan oleh atlet professional dan pemula.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Judo
Judo merupakan gabungan dari dua kata, “Ju” yang artinya lembut dan “Do” yang
artinya cara, jika digabungkan Judo adalah “cara yang lembut”. Bela diri judo berasal dari
negara Jepang. Tujuan dari bela diri judo ini untuk mengembangkan falsafah jiwa atau
spiritual yang positif, pertumbuhan fisik dan kesegaran jasmani yang baik, serta untuk
pembelaan diri dari bahaya.
Seni bela diri Judo berasal dari Jepang. Ini awalnya dibuat pada tahun 1882 oleh
Jigoro Kano sebagai pedagogi fisik, mental, dan moral di Jepang. Karakteristik judo yang
paling menonjol adalah elemen kompetitifnya, di mana tujuannya adalah melempar atau
menjatuhkan lawan ke tanah, melumpuhkan atau menundukkan lawan dengan pin, atau
memaksa lawan untuk menyerah.
Praktisi judo disebut judoka. Filosofi dan pedagogi berikutnya yang dikembangkan
untuk judo menjadi model untuk seni bela diri Jepang modern lainnya yang dikembangkan
dari koryu (sekolah tradisional). Judo juga melahirkan sejumlah seni bela diri turunan di
seluruh dunia, seperti jiu-jitsu Brasil, Krav Maga dan Sambo. Seni bela diri judo bertujuan
untuk mengembangkan falsafah jiwa atau spiritual yang positif, pertumbuhan fisik dan
kebugaran jasmani yang baik, serta untuk pembelaan diri dari bahaya. Judo secara resmi
diakui oleh UNESCO, sebagai salah satu olahraga paling komprehensif untuk anak-anak dan
remaja. Ada banyak manfaat berlatih judo, karena meningkatkan kesehatan fisik dan mental
kita.
B. Sejarah Judo di Dunia dan di Indonesia
Arti Kodokan adalah panti yang menggembleng jasmani dan rohani melalui latihan
judo supaya nantinya dapat menjadi manusia yang dapat mendarma baktikan dirinya untuk
masyarakat dan dunia .
Pada waktu Jigoro Kano berumur 23 tahun ,beliau mulai mengajarkan judo dan murid
pertamanya hanya 9 orang .Tempat berlatih yang diberi nama Kodokan Judo didirikan di
Eisyoji,Kitainari Shintaya di Tokyo dengan dojo yang terdiri hanya 12 lembara tatami.Sejalan
dengan perkembangan dojo yang dari hari ke hari muridnya brtambah banyak serta
kemahiran murid – muridnya juga sangat maju dan memperlohatkan prestasi yang tinggi
dalam pertandinga –pertandingan .
Kehadiran judo sebagai bela diri baru, mengakibatkan banyak jago – jago atau
pendekar
– pendekar jujitsu yang kurang senag dan menantang murid – murid Jigoro Kano untuk
bertanding atau duel. Pada suatu hari ajakan jago – jago jujitsu diterima oleh pejudo – pejudo
Jigoro Kano antara lain Shiro Saigo dan sakujiro Yokoyama untuk bertanding atau duel dan
hasilnya dimenangkan oleh para pejudo.Sejak pristiwa tersebut kehadiran judo mulai
diakui,judo dan juitsu menjadi bersatu dan saling menghormati.
Pada tahun 1911,Jigoro Kano mendirikan Persatuan Olahraga Nasional Jepang dan
terpilih menjadi ketua, kemudian dipilih lagi menjadi pengurus IOC.Beliau sering
mengunjungi Eropa dan Amerika dan pada setiap kesempatan ia memperkenalkan Judo
diberbagai negara. Murid – murid beliau juga banyak yang berjasa mengembangkan Judo
keberbagai negara sehingga tidak ada lagi yang tidak mengenal Judo di dunia. Di Jepang
Judo dipelajari disekolah – sekolah kemudian menadi mata pelajaran. Judo juga dipelajari di
Sekolah Polisi sebagai salah satu pendidikan untuk melatih fisik,mental dan beladiri.
Judo mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1942 ketika tentara Jepang mulai
menjajah Indonesia . Pada hari – hari tertentu tentara Jepang berlatih Judo dilingkungan
asramanya. Lama kelamaan mereka bergaul dan bersahabat dengan orang – orang Indonesia
dan mengajak berlatih judo. Karena tempat latihan adanya hanya dilingkungan asrama tentara
Jepang, teman yang diajak belajar judo betul – betul selektif, jangan sampai membahayakan
mereka.
Pada tahun 1949 berdiri perkumpulan judo peertama di Jakarta bernama “Jigoro Kano
Kwai “ yang dipimpin oleh J.D. Schilder (orang Belanda ).Perkumpulan tersebut berlatih di
Gedung YMCA ,Jalan Nusantara ,Jakarta.Anggota perkumpulan judo terdiri dari berbagai
lapisan antara lain pelajar,mahasiswa,umum,ABRI,anak – anak,dewasa,pria dan
wanita.Selain belajar judo mereka juga belajar jujitsu.
Tahun 1951 berdiri pula perkumpulan judo di kota Medan yang dipimpin oleh orang
Jepang bernama Moriwa Wada,tingkatan judo dan 4 dengan nama perkumpulan Jigoro Kano
Kwai Medan. Di Surabaya berdiri pila perkumpulan yang dipimpin oleh Soichi Makino
dengan nama Indonesia Umar (Dan V )kemudian dilanjutkan oleh G.W.Pantow.
Pada tanggal 20 Mei 1955 di Bandung ,didirikan perkumpulan judo yang diberi nama
Judo Institut Bandung (J|IB )oleh Letkol.TNI.abbas Soeriadinata,Mayor TNI.Uluk
Wartadiredja,Letkol TNI.D. Pudarto, Pouw Tek Siang dengan pelatih T. Oki Supriadi
(Jepang). Tahun 1955 tepatnya pada tanggal 25 Desember 1955,dibentuk organisasi
judo Indonesia yang diberi nama Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI ),sebagai organisasi
judo tertinggi di Indonesia yang mengatur atau mengelola kegiatan judo secara
Nasional dan Internasional. Pada tahun itu juga PJSI telah diakui oleh Komite Olympiade
Indonesia sebagai
Top Organisasi Judo Indonesia.
C. Teknik Judo
Teknik bantingan judo (nage waza) dapat dibagi menjadi teknik berdiri (tachi waza) dan
teknik menjatuhkan diri (sutemi waza). Teknik berdiri dibagi lagi menjadi teknik tangan (te
waza), teknik pangkal paha (koshi waza), dan teknik kaki (ashi waza). Teknik menjatuhkan
diri dibagi lagi menjadi teknik menjatuhkan diri ke belakang (ma sutemi waza) dan teknik
menjatuhkan diri ke samping (yoko sutemi waza)
Teknik kuncian judo (katame waza) dapat dibagi menjadi teknik menahan (osae
waza atau osaekomi waza), teknik jepit (shime waza), dan teknik sambungan (kansetsu waza)
Teknik menyerang (atemi waza) dengan tendangan atau pukulan bahkan dengan senjata pisau
atau pedang kadang digunakan untuk latihan bagi judoka tingkatan tinggi, walaupun dalam
pertandingan resmi hal tersebut dilarang (demikian pula pada saat latihan bebas (randori)
Teknik kuncian (katame waza) disebut juga teknik berbaring (ne waza) karena teknik ini
dilakukan ketika seorang judoka atau lawannya berbaring menghadap ke atas atau ke bawah.
D. TATAMI (Matras)
Dalam setiap pertandingan judo, para Judoka dan wasit akan berada di atas karpet atau matras
(tatami) berbentuk segi empat (belah ketupat) dengan sisi 14,55 meter atau sepanjang 8
tatami yang dijajarkan. Selain dialasi matras, kebanyakan dojo judo sekarang menggunakan
pegas di bawah lantai palsu, untuk menahan benturan akibat bantingan. Sebelum
pertandingan dimulai, kedua judoka berdiri di tengah-tengah tepat di belakang garis sejajar
dengan diawasi oleh juri. Sebelum dimulai, kedua judoka tersebut menunduk memberi
hormat satu sama lain dari belakang garis. Di sudut atas dan bawah belah ketupat duduk dua
orang hakim, dan di belakang masing-masing judoka, di luar arena yang dibatasi matras,
duduk judoka-judoka dari regu yang sama, dan duduk pula seorang pencatat waktu dan
seorang pencatat nilai. Pertandingan diselenggarakan di dalam arena di dalam matras yang
dibatasi oleh (dan termasuk di dalamnya) garis merah (jonai). Luas arena tersebut adalah 9,1
meter persegi dan terdiri dari 50 tatami. Waza atau teknik judo yang dipakai di arena di luar
garis merah (jogai) tersebut dianggap tidak sah dan tidak dihitung.
Pertandingan judo diadakan antara perorangan dan juga beregu. Beberapa kompetisi
membagi pertandingan menjadi 8 kategori, berdasarkan berat tubuh. Kompetisi lain membagi
pertandingan berdasarkan tingkatan dan, umur, dan lain-lain. Ada juga yang tidak mengenal
pembagian apapun.
Satu pertandingan judo berlangsung selama 3-20 menit. Pemenang ditentukan dengan jalan
judoka pertama yang meraih satu angka, baik dengan bantingan maupun kuncian. Jika setelah
waktu yang ditentukan tidak ada pemain yang memperoleh satu angka, pemain dengan nilai
lebih tinggi menang atau pertandingan berakhir seri.
Judo, sebagaimana olahraga lain dari Jepang, diselenggarakan dengan penuh tata krama.
Kedua judoka membungkuk memberi hormat satu sama lain pada awal dan akhir
pertandingan.
Awal pertandingan
Judoka menghadap satu sama lain, meluruskan telapak kaki mereka di belakang garis masing-
masing di tengah-tengah arena dan berdiri tegak lurus. Lalu mereka saling membungkuk pada
saat yang sama. Kemudian mereka maju satu langkah, diawali dengan kaki kiri, dan berdiri
dengan posisi kuda-kuda alami (shizen hon tai). Sang juri atau wasit lalu berkata "Mulai"
(Hajime) dan pertandingan pun dimulai.
Akhir pertandingan
Kedua judoka kembali dalam posisi kuda-kuda alami dan menghadap satu sama lain satu
langkah di depan garis mereka masing-masing. Juri kemudian mengumumkan hasil
pertandingan, dan kedua kontestan mundur selangkah ke belakang garis dimulai dengan kaki
kanan. Mereka lalu membungkuk lagi dan keluar dari arena.
Sistem penilaian
Bantingan (nage waza): Jika judoka dapat mengungguli teknik lawan dengan
membantingnya dengan tenaga dan kecepatan dengan punggung membentur lantai
terlebih dahulu.
Kuncian (katame waza): Jika judoka berhasil mengunci lawan sehingga ia
mengucapkan kata "Aku menyerah!" (maitta), atau menepuk lantai dua kali dengan
tangan atau kaki, pingsan, atau jika kuncian tersebut berlangsung paling sedikit 30
detik (osae waza) dan diumumkan bahwa pertandingan berakhir (osae komi)
Bantingan: Jika teknik judoka cukup bagus namun tidak sampai layak untuk
menerima angka penuh.
Kuncian: Jika judoka berhasil mengunci lawannya selama paling tidak 25 detik.
Dua waza ari berarti satu angka, namun setengah angka saja tidak cukup untuk menentukan
seorang pemenang, maka oleh para perancang pertandingan dibuatlah sistem angka
tambahan.
Tambahan (yuko dan koka) yang tidak peduli berapapun tidak akan mengungguli satu
'Setengah-angka', namun dapat menjadi penentu jika masing masing judoka memperoleh nilai
yang sama (1W1Y0K - 1 Waza dan 1 Yuko menang melawan 1W0Y9K - 1 Waza dan 9
Koka). Angka tambahan ini diperoleh jika teknik yang diperagakan tidak cukup bagus untuk
memperoleh nilai setengah (yuko) atau tidak cukup bagus untuk memperoleh yuko (koka).
Tidak jarang suatu pertandingan ditentukan dengan banyaknya yuko dan koka yang diperoleh
(karena satu angka otomatis menang dan dua setengah-angka juga otomatis menang)
Jika jumlah nilai yang diperoleh kedua judoka sama, maka kadang-kadang suatu
pertandingan menggunakan sistem pemungutan suara antara kedua hakim sudut dan juri
(dengan total tiga suara).
Teknik terlarang
Teknik-teknik atau waza yang berbahaya tidak diijinkan penggunaannya. Total teknik
terlarang berjumlah 31 (32 untuk perempuan). Judoka akan dikenai empat tingkatan sanksi,
tergantung seberapa berat pelanggaran yang dilakukan. Untuk tiap-tiap jenis pelanggaran,
pertandingan dihentikan sejenak dan kedua judoka kembali ke garis masing-masing.
Pelanggaran ringan (shido) adalah peringatan untuk pelanggar peraturan yang tidak
seberapa berbahaya. Judoka diberi peringatan awasete chui jika melakukannya untuk kedua
kalinya. Pelanggaran ini memiliki nilai berkebalikan dengan satu koka. Beberapa tindakan
yang akan mendapat peringatan:
Seorang judoka kehilangan semangat bertarung dan tidak menyerang selama lebih
dari 30 detik
Melepas ikat pinggang lawan atau ikat pinggang sendiri tanpa izin dari juri
Melilit tangan lawan dengan ujung ikat pinggang (atau ujung baju)
Memelintir atau berpegang pada ujung lengan baju maupun celana lawan
Memasukkan bagian seragam lawan manapun ke dalam mulut (menggigit seragam
lawan)
Menyentuh wajah lawan dengan bagian tangan atau kaki manapun
Menarik rambut lawan
Mengunci telapak tangan lawan dengan telapak tangan sendiri selama lebih dari 6
detik dalam posisi berdiri
Pelanggaran kecil (chui) adalah peringatan untuk pelanggaran yang lebih berat dari
pelanggaran ringan. Pelanggaran ini memiliki efek negatif sebesar yuko Beberapa contohnya
sebagai berikut:
Memasukkan bagian kaki manapun ke seragam lawan, baik ikat pinggang maupun
jaket, selama kuncian dilakukan lawan
Mencoba mematahkan jari lawan untuk melepaskan genggaman lawan
Menendang tangan lawan dengan kaki atau lutut untuk lepas dari cengkeraman lawan
Pelanggaran berat (keikoku) adalah pelanggaran yang dapat dikenai sanksi dan teguran
keras. Judoka yang melakukan pelanggaran ini akan dikurangi nilainya sebesar setengah
angka. Dua pelanggaran kecil memungkinkan dikenainya sanksi yang sama. Contoh
pelanggaran- pelanggaran berat:
Mengunci lengan lawan (kansetsu waza) di manapun selain di sikut
Menarik lawan yang tergeletak menengadah ke atas di lantai dan kemudian
membantingnya kembali
Seorang judoka melakukan tindakan berbahaya apapun yang bertentangan dengan jiwa
judo.
Pelanggaran serius (hansoku make) adalah pelanggaran yang dapat membuat seorang
judoka didiskualifikasi karena melakukan pelanggaran yang sangat berat sehingga
membahayakan baik lawannya maupun orang lain. Empat kali peringatan (shido) juga dapat
dikenai sanksi ini.
Analisis Teknik Seoi Nage sebagai salah satu teknik melempar atau membanting dalam Judo,
Teknik Seoi Nage dipili karena ingin mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik Seoi
Nage, yang merupakan teknik yang paling banyak disenangi dan dilakukan atlet Judo pemula
dan lanjutan di Indonesia, dalam latihan maupun dalam pertandingan sebagai teknik andalan
atu teknik spesialisasi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi
proses melempar atau membanting dalam Judo khususnya teknik Seoi Nage dan karakteristik
pergerakan titik berat badan Uke (yang dibanting) dan kecepatan lemparan masing-masing
Tori (pembanting). Teknik ini merupakan teknik yang popular digunakan oleh judoka
professional maupun pemula. Teknik ini membutuhkan speed dan power yang efektif pada
saat membantik
uke atau lawan. Karena speed daan power sangat berpengaruh terhadap bantingan. Jika speed
dan power kurang, maka pada saat membanting dengan teknik seoi nage akan terjadinya
kesalahan atau ketidak efektifan pada saat membanting, kemungkinan tidak terbanting uke
atau lawannya.
Time
Putaran Kaki Tarikan Lengan Putaran Pinggang
(ms)
360 69.5696106
400 60.41893005
440 116.8035507 560.8790283
480 213.2420807 325.1234741 513.8289185
520 311.7825928 135.3029327 420.5830078
560 376.883606 144.7506409 307.3563538
600 382.4970703 427.4610291 210.4108887
640 337.6164856 627.8439941 131.8355713
680 279.6390076 709.8294678 65.34585571
720 234.2730103 709.3766479 22.63341522
760 200.3276825 670.2741699 11.24965477
800 171.4086456 613.9005737 8.874397278
840 149.3352661 557.4229126 4.599509716
880 136.9006348 522.5790405 1.504317522
920 132.3111877 517.9788818 0.989208221
960 131.6781921 519.7019653 0.737882018
1000 132.6744537 485.031189 0.48322463
1040 135.1877441 394.9124756 2.028333902
1080 139.8631744 282.7870178 3.163779974
1120 146.7006989 208.756897 2.85063982
1160 154.4757385 202.6441345 11.2585535
1200 161.0307922 238.2307281 29.4915123
1240 164.1875916 251.0990906 43.36728287
1280 162.2189636 206.1791687 39.6484375
1320 153.3704376 122.8086853 159.2067566
1360 135.8593903 38.54219055 426.2450867
1400 109.6353912 46.31812668 717.6315308
1440 78.97490692 134.4904022 825.9626465
1480 52.42156601 214.1565399 673.6430054
1520 38.37805939 255.0649719 476.5125427
1560 38.59430695 244.5072174 382.0892029
1600 46.10722351 196.0923767 255.1048126
1640 53.00215149 133.4022064 124.5028381
1680 54.97922897 74.12312317 57.58289337
1720 51.92598343 31.53570747 40.22760773
1760 46.03627014 21.19540977 34.47592163
1800 39.25748062 25.27154732 27.76452446
1840 32.53072739 28.73939705 47.3650856
1880 26.19677544 32.77882004 58.41296005
1920 20.24060059 32.19200897 52.55838776
1960 14.68457794 25.52951241 39.89331055
2000 9.820159912 16.93003273 28.12372208
2040 5.912110806 11.0614748 18.1148777
2080 3.166387558 9.67965889 9.856762886
2120 2.725796461 10.74814606 3.877983809
2160 5.144193649 10.72438145 1.045165896
2200 8.411997795 8.357487679 3.337055922
2240 11.05801964 5.159054279 3.740267992
Time
(ms) Putaran Kaki Tarikan Lengan Putaran Pinggang
Time (ms) 1
-
Putaran Kaki 0.77758 1
-
Tarikan Lengan 0.79304 0.623589259 1
-
Putaran Pinggang 0.21328 0.114174995 -0.138018765 1
Puataran Putaran
Time (ms) Kaki Tarikan Lengan pinggang
Time (ms) 1
Puataran Kaki -0.3720428 1
Tarikan Lengan 0.35315577 0.249022098 1
-
Putaran pinggang -0.1651294 0.268739262 -0.066867198 1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil data tersebut menunjukan bahwa speed dan power tori professional lebih efektif
dan efesien dari pada tori pemula. Yang dianalisis menggunakan aplikasi kinovea dari data
tersebut adalah putaran kaki, tarikan lengan, dan putaran pinngang. Speed dan power yang
dilakukan oleh tori sangat berpengaruh terhadap bantingan ippon seoi nage.
DAFTAR PUSTAKA
Works Cited
Ahmad, A. K. ( Juni 2010 ). ANALISIS TEKNIK BANTINGAN SEOI NAGE PADA JUDO DI UNIVERSITAS
TSUKUBA JEPANG. Jurnal Kepelatihan Olahraga Volume 2, No. 1, 6-12.
Dkk., ]. R. (2012 Vol. 2). Perbandingan Persentase Penggunaan Teknik Serangan Nage Waza Dan
Katame Waza Terhadap Perolehan Point Ippon Dalam Pertandingan Judo . Jurnal
Kepelatihan, 8-12.