Anda di halaman 1dari 28

MINI RISET

ANALISIS TEKNIK KUMITE


ATLET KARATE SAAT PORPROV SUMATERA UTARA TAHUN 2022

NAMA: SAPUTRA HATOGARAN SARAGIH


NIM : 6203111016

DOSEN PENGAMPU : Dr. Nimrot Manalu, M. Kes


Mata Kuliah : DASAR-DASAR ILMU KEPELATIHAN

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “MINI RISET” berjudul “ ANALISIS
TEKNIK KUMITE ATLET KARATE SAAT PORPROV SUMATERA UTARA TAHUN 2022
“ Penulis berterima kasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing penulis dalam
menyusun makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik
dan saran dari dosen pengampu dan juga pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan
dalam makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

MEDAN, 11 NOVEMBER 2022

Penulis
DAFTAR ISI

1. Sampul muka...............................................................................................................
2. Daftar isi.......................................................................................................................
BAB I : Pendahuluan.......................................................................................................
A. Latar belakang masalah........................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………………
E. Luaran Penelitian..................................................................................................
BAB II : Kajian Teori, Defenis Operasional dan Kerangka pemikiran...........................
BAB III: Pelaksanaan....................................................................................................
A. Lokasi Penelitian..................................................................................................
B. Sasaran Penelitian.................................................................................................
C. Sumber Data.........................................................................................................
1) Pengamatan Langsung
Bab IV : Kesimpulan dan Saran.......................................................................................
Daftar pustaka..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Perkembangan dunia olahraga dewasa ini semakin berkembang dan maju.Indonesia
merupakan Negara berkembang yang selalu dipertimbangkan
dalam percaturan dunia olahraga. Ada cabang-cabang olahraga yang dapatmengharumkan nama
bangsa ini, dalam upaya meningkatkan danmempertahankan prestasi olahraga tersebut di Negara
ini, maka upaya tersebuttidak terlepas dari sumber daya manusia yang menjadikan objek
tersebut berkembang. Objek yang dimaksud adalah atlet dan pelatih.Pelatih merupakan ujung
tombak dalam upaya menunjang
keberhasilan prestasi olahragawan. Agar atlet mencapai prestasi dengan baik, maka pelatihharus
menguasai teori dan metodologi latihan atau prinsip-prinsip melatih, bekaldasar ilmu melatih
tersebut merupakan landasan yang berpedoman
pada pembinaan dan peningkatan kondisi fisik, beban latihan, meningkatkan keterampilan,
teknik, taktik dan strategi.
Ledakan pengetahuan dalam ilmu Kepelatihan telah mencapai yang mengagumkan. Di
banyak Pendidikan dasar Universitas mendukung penelitianyang ditujukan untuk meneliti
gerakan manusia. Banyak majalah penelitian baruyang diterbitkan untuk menampung jumlah
penelitian yang makin banyak yangdihasilkan oleh berbagai ilmu olahraga. Hal yang nampak di
tahun akhir-akhir
ini, praktik para pelatih telah menampakkan keadaan pengetahuan ilmu kepelatihan.Pada waktu
terdahulu untuk menjadi calon pelatih hanyalah hasrat
untuk bekerja dengan olahragawan dan pengetahuan dasar olahraga tertentu. Sekarang pelatih
yang berhasil harus memahami prinsip-prinsip ilmu yang bias menerapkandan menunjukkan
penampilan olahragawan. Pada tahun terakhir metode telah ditetapkan pada penelitian olahraga
secara meyakinkan. Dengan mempelajari ilmu-ilmu penunjang tersebut agar lebih mudah bagi
seorang pelatih membahas dan memecahkan permasalahan menyangkut kepelatihan.
Permasalahan yang timbul dalam dunia kepelatihan kompleksitasnya sangat tinggi.

Atlet merupakan salah satu profesi yang mulai banyak diminati oleh anak-anak Indonesia.
Hal ini didukung beberapa prestasi cabang olahraga (cabor) olahraga Indonesia di kompetisi
dunia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atlet adalah olahragawan yang terlatih
ketangkasan, kekuatan, dan kecepatannya untuk berpartisipasi dalam suatu pertandingan cabang
olahraga. Tolok ukur sebutan atlet terletak pada partisipasi dalam pertandingan, sehingga tidak
semua individu yang melakukan olahraga setiap hari adalah seorang atlet karena
individuindividu tersebut tidak mengikuti serangkaian pertandingan dalam kompetisi yang
terstruktur. Seorang atlet juga mempunyai program latihan tertentu yang bertujuan untuk
meningkatkan ketangkasan, kekuatan, dan kecepatannya.
Karate adalah seni beladiri yang berasal dari Jepang pada tahun 1869 di Okinawa yang
pertama kalinya memperagakan Tea atau Okinawa-Te. Pada tahun 1929 banyak tokoh-tokoh
yang dari Okinawa membawa alirannya masing-masing ke Jepang. Seperti Kenwa Mabuni
menamakan alirannya Shitoryu, Choyun Miyagi menamakan alirannya Gojuryu, Ghicin
Funakoshi menamakan alirannya Shotokan dan Othsuka Hironori menamakan alirannya
Wadoryu. Dalam olahraga karate terdapat tiga teknik utama, yaitu teknik dasar (kihon), jurus
(kata), dan pertarungan (kumite).
Dalam olahraga karate terdapat bermacam-macam teknik beladiri yang dipelajari,
diantaranya adalah teknik kuda kuda dachi, teknik pukulan tsuki, teknik tendangan geri , dan
teknik tangkisan uke Teknik kuda-kuda merupakan teknik awal yang dipelajari dalam olahraga
beladiri karate. Teknik kuda-kuda dapat diartikan sebagai gerakan yang sangat dasar atau sebagai
pondasi awal dalam gerakan karate. Jika kuda-kuda tidak kokoh, maka gerakan karate tidak
sempurna. Teknik kuda-kuda awal dalam karate ada tiga jenis, yaitu zenkutsu-dachi, kokutsu-
dachi, dan kiba-dachi. Setelah menguasai teknik kuda-kuda dengan benar, maka dilanjutkan
dengan mempelajari teknik pukulan.Teknik pukulan ada berbagai jenis, namun yang awal
dipelajari oleh seorang karateka adalah pukulan oi-tsuki dan gyaku-tsuki. Teknik tangkisan juga
ada berbagai jenis, diantaranya gedan-barai, age-uke, ude-uke, shuto-uke, dan sebagainya.
Agar berprestasi secara optimal seorang atlet karate dituntut untuk menguasai kihon (teknik
dasar) dalam olahraga karate. Penguasaan kihon yang baik merupakan salah satu factor penting
dikuasai oleh setiap atlet karate agar dapat menguasai teknik kata maupun teknik kumite.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Abdul Wahid (2007: 47) mengatakan bahwa “Kihon
merupakan pondasi/awal/akar yang berarti sebagai bentuk-bentuk baku yang menjadi acuan
dasar dari semua teknik/gerakan yang mungkin dilakukan dalam kata maupun kumite.” Adapun
beberapa teknik dasar yang harus dikuasai dalam olahraga karate adalah pukulan, tendangan,
hantaman, dan tangkisan.
Karate sebagai olahraga yang berkembang menjadi olahraga kompetitif yang memiliki
keragaman baik dalam gerakan maupun dalam hal seni dari gerakannya. Dalam cabang olahraga
beladiri karate ada dua jenis komponen gerak yang di pertandingkan yaitu kata dan kumite.
Gerakan dalam latihan karate dituntut dengan teknik yang lembut tapi mematikan sebagai salah
satu contoh adalah teknik dalam hal menendang lawan yang dapat dioptimalkan dengan latihan
yang tepat sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk meningkatkan prestasi olahraga,
khususnya dalam cabang olahraga karate tentunya di perlukan latihan yang dapat meningkatkan
teknik sehingga atlet karate di Indonesia memiliki teknik yang baik . Maka dari itu saya sebagai
mahasiswa melakukan mini riset terhadap atlet karate pada porprov sumatera utara tahun 2022.

B. Rumusan Masalah
Bedasarkan uraian di atas, maka permasalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut : ‘ Apakah atlet – atlet yang bertanding di Porprov sumatera utara memiliki teknik
yang baik ’
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menambah wawasan tentang Karate khusus nya di Kumite
2. Untuk mengetahui bagaimana teknik atlet Propov sumatera utara
3. Untuk memenuhi tugas mata kulian pembelajaran Dasar-dasar ilmu kepelatihan

D. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, maka yg diharapkan penulis melalui penelitian
ini adalah :
1. Secara teoritis.
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagipengembangan teoritis
mengenai teknik-teknik dasar dalam beladiri karate
2. Secara praktis.
a. Bagi pelatih beladiri karate.
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu bahan masukan bagi pelatih beladiri karate
untuk menjadikan penelitian ini sebagai tolak ukur terhadap teknik dalam karate.
b. Bagi atlet karate.
Sebagai bahan referensi dan informasi tambahan yang dapat memberikan motivasi bagi para atlet
untuk meningkatkan kemampuan teknik dalam karate.

E. Luaran Penelitian
a. Luaran wajib
1) Publikasi pada jurnal ilmia nasional terakreditasi atau jurnal berupatasi internasional
2. Luaran Tambahan
1) HKI
2) Buku ajar
3) Produk lainnya berupa metode, teknologi tepat guna, cetak biru (blueprint), purwarupa,
sistem, kebijakan, dan model.
BAB II
Kajian Teori dan Kerangka pemikiran

A. Landasan Ilmu Kepelatihan


Ilmu Kepelatihan Olahraga merupakan salah satu ilmu yang harus dipelajari oleh
seorang calon pelatih atau pelatih dan Guru Penjasorkes. Menurut Rothig (1972) pelatihan
adalah semua upaya yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kemampuan dalam
pertandingan olahraga. Sedangkan menurut Harre (1982) Pelatihan olahraga adalah keseluruhan
proses persiapan yang sistematik bagi atlet untuk mencapai prestasi. Dari pendapat diatas Ilmu
kepelatihan Olahraga merupakan struktur pengetahuan yang sistematis, suatu sistem yang
berlandaskan prinsip – prinsip ilmiah untuk mencapai suatu tujuan atau keinginan dalam
berolahraga dan suatu ilmu berlandaskan informasi yang telah dibuktikan secara empiris melalui
metode ilmiah yang dapat juga disebut sebagai pengetahuan ilmiah.
Obyek dalam Ilmu kepelatihan adalah manusia yang melakukan kegiatan olahraga atau
manusia dalam gerak. Manusia yang dipandang sebagai kesatuan yang utuh, baik dari segi fisik
maupun psikis. Ilmu kepelatihan olahraga dapat dikategorikan sebagai ilmu social. Sebagai ilmu
terapan melibatkan interaksi antara seseorang dengan masyarakat sekelilingnya dan pengetahuan
yang mempengaruhinya, seperti adanya konsep, prinsip dan fungsi pengelolaan yang semuanya
merupakan persyaratan untuk menunjang keberhasilan proses kepelatihan.
Pengetahuan yang berhubungan dengan kepelatihan dapat diperoleh dengan berbagai
cara, seperti pengalaman sewaktu menjadi atlit, sebagai pelatih, melalui latihan,penataran,
pelatihan dan pendidikan. Proses kepelatihan tidak akan berhasil tanpa ditunjang oleh ilmu –
ilmu lain dalam istilah yang lebih keren yaitu IPTEK. Sebagai mana tergambar dalam bagan
berikut ;
PHISIOLOGI BIOMEKANIKA PEDAGOGI SPORT MEDICINE

METODOLOGI
KEPELATIHAN

BELAJAR PSIKOLOGI SOSIOLOGI ANATOMI GIZI


GERAK

Sumber : Bompa, T.O. (1994)

Manusia adalah tergolong makluk yang lamban dalam hal menguasai aktifitas fisik atau
gerak, oleh karena itu seorang pelatih harus mampu menguasai segala proses tentang belajar
gerak agar saat memberikan contoh atau melakukan gerak yang benar dan efesien. Menurut
schmidt (1999:122) mengemukakan tentang belajar gerak adalah serangkaian proses yang
dihubungkan dengan latihan dan pengalaman yang mengarah pada perubahan yang relatif
permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil.
Dari pendapat diatas belajar gerak adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pelaksanaan
suatu gerakan yang baik dan efesien. Jadi ilmu tentang pemahaman tentang belajar gerak
dibutuhkan kepada tingkat keberhasilan pelatih dalam menciptakan atlet dalam suatu cabang
olahraga tertentu dapat menguasai gerakan yang terampil.
A. Ilmu Gizi Dalam Ilmu Kepelatihan
Pembinaan prestasi olahraga memerlukan proses panjang dan berkesinambungan.
Prestasi terbaik seorang olahragawan selain ditentukan oleh faktor yang ada dalam diri
olahragawan tersebut, yakni kemampuan fisik, segi mental, keterampilan taktik, bakat dan
lain-lain juga ketepatan program latihan, pemeliharaan kesehatan, pengaturan gizi dan
penyediaan makanan olah ragawan.
Pemenuhan asupan gizi merupakan kebutuhan dasar bagi atlet olahraga. Hasil
pengamatan pada beberapa atlet dengan latar belakang berbagai cabang olahraga
menunjukkan bahwa gizi dan latihan fisik secara bersama-sama menghasilkan prestasi yang
baik. Namun demikian, saat ini perhatian terhadap pengaturan gizi atlet masih sangat
kurang, apalagi di tingkat daerah. Diperhatikan lebih dalam, persoalan gizi ini tidak kalah
penting dalam pencapaian prestasi olahraga. Jika asupan gizi kurang, latihan berat pun akan
menjadi kurang bermanfaat. Hal ini bukan saja disebabkan rendahnya gizi makanan atlet,
melainkan buruknya kebiasaan atlet dalam pengaturan makanan. Makanan yang sesuai
dengan selera belum tentu memenuhi kebutuhan gizi atlet, sehingga atlet tidak menghasilkan
prestasi dan stamina yang maksimal (Widiastuti. dkk, 2008).
Menurut Leane Sunia dalam (buku panduan praktis gizi atlet) yaitu perlu
diperhatikan keseimbangan antara energi yang diperoleh dari makanan dengan energi yang
diperlukan pada waktu latihan, pertandingan dan pada waktu istirahat, oleh karena kelebihan
maupun kekurangan zat-zat gizi dapat memberikan dampak negatif, baik untuk kesehatan
apalagi di dalam menunjang prestasi.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan seorang pelatih cabang olahraga harus
mampu memahami ilmu gizi untuk pembinaan prestasi maksimal, dan juga dapat
memberikan pemahaman kepada atlet tentang asupan gizi dan seberapa besar energi yang
dikeluarkan atlet.

B. Program Latihan
Program latihan adalah suatu proses yang sistematis secara berulang-
ulang,  secara  tetap  dengan  selalu  memberikan  peningkatan beban.  Menurut
suharto  (1999:  112)  program  latihan  adalah  sesuatu bentuk latihan fisik yang sistematis dan
berulang-ulang dengan jumlah beban semakin meningkat yang mengacu kepada suatu tujuan
berdasarkan kebutuhan. 
Perencanaan program latihan ialah suatu kegiatan penentuan urutan tindakan, perkiraan
biaya, sarana prasarana, penggunaan, waktu, pengguaan sumber daya manusia untuk suatu
program latihan di fitness center yang didasarkan atas data dengan memperhatikan priorita yang
wajar dan efisien untuk tercapainya tujuan perencanaan program latihan.
Terdapat 5 ciri-ciri program latihan yang baik (Suharto, 1999: 113) :
1) Bersifat luwes, praktis, sederhana, dan mudah dilaksanakan
2) Sesuai dengan pembagian tugas dan fungsi sumber daya manusia yang ada
3) Terinci dan teliti terutama dalam penggunaan biaya perencanaan program latihan
4) Dibuat berdasarkan perpaduan berbagai komponen program latihan yang dibutuhkan
pencapaian tujuan
5) Perencanaan    harus    mempermudah    tercapainya    tujuan   dari perencanaan
program latihan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa daalam membuat program latihan harus
mempertimbangkan secara terperinci dan berpanduan program yang dibutuhkan untuk mencapai
suatu tujuan latihan

C. Prinsip-Prinsip Latihan
Dalam melaksanakan suatu proses latihan prinsip latihan merupakan suatu hal yang penting
untuk mencapai suatu perkembangan penampilan yang maksimal pada suatu cabang olahraga.
Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis dan psikologis
olahragawan. Oleh karena akan mendukung upaya dalam meningkatkan kualitas latihan. Prinsip
latihan merupakan hal yang harus di taati, dilakukan, dan dihindari agar tujuan dari latihan
dilakukan, dan dihindari agar tujuan dari latihan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan
Menurut Bompa (2009) prinsip-prinsip dalam latihan:
1. Prinsip Partisipasi Aktif
2. Prinsip perkembangan menyeluruh
3. Prinsip kekhususan
4. Prinsip model latihan
5. Prinsip variasi latihan
6. Prinsip model latihan
7. Prinsip peningkatan beban secara bertahap.

Menurut Imran Ahmad (2013) prinsip latihan yaitu :


1. Partisipasi Aktif
2. Prinsip perkembangan menyeluruh (Multilateral)
3. Prinsip kekhususan (Spesialisasi)
4. Prinsip perorangan (Individualisasi)
5. Variasi latihan
6. Prinsip model latihan
7. Prinsip beban berlebih (over load)
Menurut Brent S. Rushall dan Frank S. Pyke (1990) prinsip-prinsip latihan meliputi :
1. Respon secara umum terhadap latihan
2. Prinsip beban berlebih (over load)
3. Prinsip pemulihan (recovery)
4. Prinsip spesialisasi
5. Prinsip individualisasi
Menurut S.Pyke (1991) prinsip-prinsip latihan yaitu :
1. Prinsip beban berlebih (over load)
2. Prinsip pemulihan (recovery)
3. Prinsip pembalikan
4. Prinsip spesialisasi
5. Prinsip individualisasi
Menurut Manfred Letzelter (1978) prinsip-prinsip latihan yaitu :
1. Prinsip superkompensasi
2. Prinsip beban progresif
3. Prinsip perencanaan training secara periodik
4. Prinsip hubungan optimal antara kondisi, teknik, taktik, dan kemampuan intelektual.
5. Prinsip hubungan optimal antara pembentukan secara umum dan khusus termasuk
spesialisasi.
6. Prinsip variasi beban latihan
7. Prinsip individualisasi
8. Prinsip perkembangan secara umum
9. Prinsip stabilisasi
Menurut Safruddin (2011) prinsip latihan yaitu :
1. Prinsip superkompensasi
2. Prinsip beban berlebih
3. Prinsip variasi beban
4. Prinsip indivialisasi
5. Prinsip spesialisasi
6. Prinsip periodisasi dan teraturitas beban
Dari pendapat para ahli tersebut diatas terdapat banyak pendapat yang dikemukakan tentang
prinsip latihan untuk pembinaan prestasi olahraga, terdapat pengertian yang relatif sama dari
pendapat ahli tersebut diatas seperti prinsip beban berlebih (overload) dengan prinsip beban
progresif, prinsip spesialisasi dengan prinsip spesifikasi, prinsip individualisasi, prinsip
perkembangan multilateral, dan prinsip pemulihan (recovery). Dapat disimpulkan bahwa
prinsip–prinsip latihan untuk pembinaan olahraga prestasi adalah suatu pembiasaan untuk
memenuhi kebutuhan pada saat pembinaan prestasi olahragawan mengetahui ketentuan-
ketentuan yang mendasar pada proses pembinaan dan harus konsekuen pada prinsip-prinsip
latihan. Prinsip-prinsip latihan dari beberapa pandangan para ahli diatas dari perspektif penulis
yaitu : (1) Partisipasi Aktif, (2) Prinsip beban berlebih (Overload), (3) Prinsip kekhususan, (4)
Prinsip Individualisasi (5) Prinsip Periodisasi, (6) Prinsip Superkompensasi.
1. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif merupakan suatu cara bagi pelatih dalam membuat komitmen kepada atlet atau
olahragawan kepada proses yang akan dilakukan. Menurut Imran Ahmad (2013) Bagian ini
menjadi salah satu faktor penting, dimana atlet harus berusaha berpartisipasi aktif dengan
mengikuti aturan yang telah ditetapkan selama proses latihan berjalan. Menurut Bompa (1999)
kesungguhan dan aktif berpartisipasi dalam latihan akan menjadikan latihan secara maksimal
bila pelatih secara periodik, akan tetapi secara tetap, dan mendiskusikan tujuan-tujuan atlet-
atletnya dengan mereka. Pelatih harus konsisten kepada atlet agar mampu aktif terhadap latihan
yang akan dilaksanaakan. Menurut Russel R. Pate (1993) Olahragawan yang berhasil hampir
tanpa perkecualian, taat pada cara-cara latihan yang teratur selama beberapa tahun atau lebih.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi aktif adalah suatu konsistensi pelatih
kepada atlet untuk dapat mengikuti latihan secara aktif dan ikut pada segala aturan-aturan yang
ditentukan pada proses latihan.
2. Prinsip Beban Berlebih (Overload)
Beban latihan harus mencapai/sedikit melampaui ambang rangsang, tapi tidak boleh selalu
melebihi. Menurut Syafruddin (2011) prinsip beban lebih merupakan salah satu prinsip latihan
yang paling populer dalam pembinaan olahraga. Prinsip ini lebih menekankan kepada
peningkatan beban latihan yang diberikan kepada atlet berdasarkan kemampuan atlet pada saaat
latihan. Menurut Imran Ahmad (2013) latihan makin lama makin meningkat tetapi kenaikan
beban latihan harus sedikit demi sedikit. Sedangkan menurut Bompa (1999) beban latihan
ditingkatkan secara bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan fisologis dan psikologis setiap
individu.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip latihan beban berlebih sangat
penting dalam pembinaan prestasi suatu cabang olahraga tertentu, dimana dalam meningkatkan
beban dalam latihan harus secara bertahap, dengan memulai latihan dari yang ringan ke berat,
mudah ke sulit, dan sederhana ke kompleks yang dilaksanakan sedikit demi sedikit tidak terlalu
melebihi kemampuan maksimal atlet karena akan mengakibatkan penurunan kemampuan atau
terjadinya cedera pada atlet.
3. Prinsip Kekhususan (Specialisasi Princip)
Prinsip kekhususan atau spesialisasi kompleks yang didasarkan pada kemantapan perkembangan
menyeluruh. Menurut Imran Ahmad (2013) Prinsip kekhususan adalah menjalasi proses
perkembangan menyeluruh, selanjutnya diarahkan pada cabang olahraga yang sesuai dengan
karakteristik fisik secara fisiologis dan anatomikal. Menurut Gzolin dalam Bompa (1999) prinsip
pengembangan menyeluruh disusun dari suatu keterkaitan antara semua organisme dan sistem
manusia dan antara proses fisiologi. Menurut Bompa & Haff (2009) merupakan suatu proses
yang kompleks yang didasari oleh perkembangan secara multilateral (menyeluruh). Menurut
Syafruddin (2011) Penguasaan seorang pelatih terhadap olahraganya secara mendalam dan
konfrensif dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan yang memadai terhadap semua aspek
yang dibutuhkan untuk peningkatan prestasi atlet.
Dari beberapa pendapat ahli diatas prinsip kekhususan ini bisa disebut dengan prinsip spesialisasi
atau prinsip multilateral dimana prinsip ini mengutamakan pengembangan secara menyeluruh
pada suatu cabang olahraga.
4. Prinsip Individualisasi
Prinsip Individualisasi atau prinsip perorangan adalah suatu perhatian pada setiap individu.
Menurut Simran Ahmad (2013) Setiap atlet sebagai manusia yang terdiri dari jiwa dan raga pasti
berbeda dalam segi fisik, mental, watak dan tingkat kemampuan. Perbedaan-perbedaan perlu
diperhatikan oleh pelatih agar pemberian dosis latihan, metode latihan dapat serasi untuk
mencapai mutu prestasi tiap-tiap individu. Menurut Syafruddin (2011) proses pembinaan dan
latihan olahraga adalah proses yang berhubungan dengan manusia atau individu manusia.
Individualisasi menurut letzelder (1978) dalam Syafruddin (2011) adalah pertimbangan terhadap
kemampuan fisik dan psikis, pertimbangan keadaan atlet saat dilatih, sikap, tipologi, kemampuan
intelektua, temprament, dan ciri-ciri kepribadian yang lain.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip individualisasi merupakan suatu
proses pembinaan yang berkaitan khusus pada segala yang berhubungan dengan diri individu
atau atlet untuk menentukan kebutuhan latihan yang serasi untuk mencapai tujuan-tujuan prestasi
pada tiap individu

5. Prinsip Periodisasi
Proses pembinaan olahraga pretasi tidak luput pada prinsip periodisas latihan. Menurut
Syafruddin (2011) prinsip periodisasi merupakan pentahapan proses pembinaan dalam rentang
waktu satu tahun program pembinaan. Periodisasi tersebut juga dapat diartikan dengan fase atau
masa seperti fase persiapan, masa kompetisi, masa transisi. Dari pendapat diatas prinsip
periodisasi ini memiliki peran penting pada pembinaan prestasi yaitu suatu proses pembinaan
dengan merencanakan program latihan yang bervariatif dengan jangka waktu satu tahun. Dan
pelatih harus komitmen pada tahap-tahap yang sudah direncanakan.
6. Prinsip Superkompensasi
Superkompensasi berasal dari kata “super” yang berarti di atas atau merasa lebih dan kompensasi
adalah penggantian. Menurut Syafruddin (2011) Superkompensasi berarti penggantian yang
lebih atau melebihi. Penggunaan potensi energi dalam latihan olahraga dapat menimbulkan
kelelahan yang mengakibatkan menurunnya kemampuan fungsi tubuh yang sekaligus
berimplikasi terhadap kualitas kerja tubuh dan kemampuan koordinasi gerakan. Membangun
kembali energi yang terpakai diperlukan suatu fase pemulihan (recovey phase). Menurut Rothig
(1977) mengemukakan superkompensasi merupakan fase pemulihan sumber energi yang
dipergunakan setelah suatu pembebanan yang melewati kemampuan awal dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan prestasi.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip superkompensasi yaitu suatu proses
pergantian penggunaan potensi energi yang dipergunakan setelah pembebanan yang melewati
kemampuan awal dengan tujuan meningkatkan prestasi.
D. Tujuan dan Sasaran Latihan
Menurut Bompa (1994:5) bahwa tujuan latihan yaitu untukmemperbaiki prestasi tingkat
terampil maupun kinerja atlet, dan diarahkan oleh pelatihnya untuk mencapai tujuan umum
latihan.Rumusan dan tujuan dan sasaran latihan dapat bersifat untuk yang jangkapanjang maupun
jangka pendek. Untuk tujuan jangka panjang merupakan sasaran dan tujuan yang akan datang
dalam satu tahun kedepan atau lebih. Sedangkan tujuan dan sasaran latihan jangka pendek waktu
persiapan yang dilakukan kurang dari satu tahun. Sukadiyanto (2010:9) mengemukakan bahwa
sasarandan tujuan latihan secara garis besar antara lain: (a) meningkatkan kualitas fisik dasar
secara umum dan menyeluruh, (b) mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang
khusus, (c) menambah dan menyempurnakan teknik, (d) mengembangkan dan menyempurnakan
strategi, teknik, dan pola bermain dan (e) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis
olahragawan dalam bertanding. Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa tujuan dan
sasaran latihan adalah arah atau hasil akhir yang dari sebuah latihan. Tujuan dan sasaran latihan
dibagi menjadi dua, yaitu tujuan dan sasaran jangka panjang dan jangka pendek. Untuk
mewujudkan tujuandan sasaran tersebut, memerlukan latihan teknik, fisik, taktik, dan mental.
B. Defini Operasional
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap penelitian, maka penulis perlu memberikan definisi
atau penjelasan istilah-istilah penting, maka dengan ini penulis kemukakan definisi operasional
sebagai berikut:
1. Teknik menurut Satriya et al. (2007: 52) adalah “cara untuk mencapai tujuan. Dalam cabang
olahraga teknik yang dimaksud adalah gerakan-gerakan yang diperlukan untuk mampu
melakukan cabang olahraga yang ditekuni oloeh
atlet”.
Dalam konteks ini yang dimaksud dengan teknik adalah keterampilan terhadap gerakan-gerakan
dasar dalam cabang olahraga karate.
1. Pukulan menurut Notosoejitmo (1997: 71) adalah “Serangan yang dilakukan dengan
menggunakan tangan dan lengan sebagai komponen penyerang”. Dalam konteks ini yang
dimaksud efektivitas serangan pukulan adalah prosentase keberhasilan serangan pukulan
terhadap perolehan poin, yang didapat dari hasil perbandingan antara jumlah serangan yang
berhasil mendapatkan poin dari jumlah serangan yang telah dilakukan.
2. Tendangan menurut Notosoejitmo (1997: 71) adalah “Serangan yang dilakukan dengan
menggunakan tungkai dan kaki sebagai komponen penyerang”. Dalam konteks ini yang
dimaksud efektivitas serangan tendangan adalah prosentase keberhasilan serangan tendangan
terhadap perolehan poin, yang didapat dari hasil perbandingan antara jumlah serangan yang
berhasil mendapatkan poin dari jumlah serangan yang telah dilakukan.
3. Poin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008 adalah “titik”. Dalam konteks ini yang
dimaksud dengan poin adalah titik-titik pada area tubuh manusia yang merupakan sasaran
serangan yang dapat menghasilkan nilai dalam pertandingan kumite.
4. Kumite menurut Wahid (2007: 83) adalah “Sebuah bentuk latihan dan pertandingan dimana
orang saling berhadapan dalam suatu arena yang masing-masing saling mengadu teknik, fisik
dan mental dalam bentuk suatu perkelahian dengan tetap tunduk dalam aturan yang sangat
ketat”.

C. Kajian Teori Karate

a. Sejarah Karate
Seni beladiri karate berasal dari Okinawa. Okinawa adalah sebuah pulau kecil yang sekarang
sudah menjadi bagian dari negara Jepang. Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote" yang
berarti seperti "Tangan China". Ketika karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang pada saat
itu sedang tinggi-tingginya. Tahun 1921, Gichin Funakoshi (1886-1957), orang dari Suri,
berhasil memperkenalkan beladiri Tote di Jepang. Peristiwa itu menandai dimulainya
pengalaman baru beladiri Tote secara benar dan sistematis. Tahun 1929, Gichin Funakoshi
mengambil langkah-langkah revolusioner dalam perjuangannya yang ulet dan pantang menyerah
untuk mengubah Tote menjadi Karate-do, sesuai karakter dan aksen masyarakat Jepang sehingga
Gichin Funakosi yang juga dijuluki sebagai "Bapak Karate Modern" mengubah kanji Okinawa
(Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi "karate" (tangan kosong) agar lebih mudah
diterima oleh masyarakat jepang (Bermanhot,2014:1).Saat ini karate sudah berkembang pesat
hampir di seluruh negara tak terkecuali di Indonesia. Negara di luar Jepang seperti Eropa,
Amerika, dan Asia sudah menyamai Jepang dalam tingkat kemampuan bertandingnya Di
Indonesia, karate masuk bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan dibawa oleh mahasiswa-
mahasiswa Indonesia yang kembali ke tanah air setelah menyelesaikan studinya di Jepang.
Tahun 1963 beberapa mahasiswa Indonesia antara lain; Baud AD Adikusumo, Muchtar dan
Karyanto mendirikan Dojo di Jakarta. Mahasiswa tersebut yang pertama memperkenalkan karate
(aliran Shoto-kan) di Indonesia. Beberapa tahun kemudian berdatangan alumni Mahasiswa
Indonesia dari Jepang seperti: Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi (salah satu
pendiri Lemkari), Sabeth Muchsin (salah satu pendiri Inkai) dan Choirul Taman turut
mengembangkan karate di tanah air. Di samping alumni Mahasiswa, orang-orang Jepang yang
datang ke Indonesia dalam rangka bisnis ikut pula memberi warna bagi perkembangan karate di
Indonesia, antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Oyama (Kyokushinkai-1967), Ishi
(Gojuryu-1969) dan Hayashi (Shitoryu-1971) (Danardono,2006:7). Berdasarkan berbagai
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karate adalah salah satu beladiri tangan kosong tanpa
senjata yang berasal dari Okinawa, Jepang. Karate berkembang di Indonesia dibawa oleh
mahasiswamahasiswa yang studi ke Jepang dan pulang ke Indonesia yang kemudian
mengajarkan karate .

b. Filosofi Karate
Prinsip pada hakekatnya adalah keyakinan dasar yang diharapkan dilandasi dan melandasi
kenyataan, dan ditopang oleh ilmu filsafat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Danardono
(2006:14) mengemukakan ada 20 filosofi-filosofi dalam kehidupan olahraga beladiri karate
sebagai berikut:
1) Karate diawali dengan memberi penghormatan dan diakhiri dengan penghormatan pula.
2) Tak ada serangan pertama dalam karate.
3) Karate merupakan alat pembantu dalam keadilan.
4) Pertama-tama, kontrol dirimu sebelum mengontrol orang lain.
5) Semangat yang utama, teknik kemudian.
6) Senantiasa siap untuk membebaskan pikiranmu.
7) Kecelakaan timbul karena kecerobohan.
8) Janganlah berpikir bahwa latihan karate hanya bisa dilakukan di dojo.
9) Mempelajari karate perlu waktu seumur hidup dan tak ada batasan.
10) Masukkan karate dalam keseharianmu, maka kamu akanmenemukan Myo(rahasia yang
tersembunyi).
11) Karate seperti air mendidih, jika tidak dipanaskan secara teratuakan menjadi dingin
12) Janganlah berpikir harus menang, tetapi berpikirlah tidak boleh kalah.
13) Kemenangan tergantung pada keahlian membedakan titik-titik yangmudah diserang dan yang
tidak.
14) Pertarungan didasari bagaimana kita bergerak secara hati-hati dan tidak (bergerak menurut
lawan).
15) Berpikirlah bahwa tangan dan kakimu adalah pedang/senjata.
16) Jika meninggalkan rumah, berpikirlah ada banyak lawan yang menanti.
17) Pemula harus menguasai postur dan cara berdiri, posisi tubuh yang alami untukyang lebih
ahli.
18) Berlatih kata adalah satu hal, terlibat pertarungan adalah hal lain.
19) Peragakan secara tepat penggunaan kekuatan, peregangan dan kontraksi otottubuh, serta
cepat lambatnya gerakan teknik.
20) Selalu berpikir dan berusaha menemukan cara hidup dengan aturan aturan diatassetiap hari.
Berdasarkan berbagai filosofi-filosofi yang dijelaskan di atas dapat disimpullkan bahwa karate
mempunyai prinsip-prinsip dasar yang terkait langsung dengan kehidupan manusia seperti
perilaku hidup sehari-hari, menghormati sesama manusia, cara berpikir, semangat, ketepatan
berpikir dan mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam karate.

c. Kumite

Kumite adalah Suatu latihan dimana saling menyerang dan bertahan dengan teknik-teknik
karate. Makin sering berlatih kumite maka akan meningkatkan kepekaan terhadap datang nya
serangan, memperbaiki kecepatan pandangan mata, tehnik – tehnik tangan dan kaki di samping
itu mental kita juga semakin tertata karena sering menghadapi latihan perkelahian yang sesunguh
nya sehingga kepercayaan diri tumbuh makin besar dan tidak mudah goyah menghadapi
ancaman. Untuk bisa mahir dalam latihan kumite sangat bergantung pada latihan teknik-teknik
dasar pukulan, tangkisan, tendangan serta rangkaian teknik dasar yang baik tanpa di tunjang
dengan pondasi ini mutu perkelahian karate akan merosot seperti perkelahian biasa dan kacau
serta tidak memberikan hasil yang berarti karena dalam prinsip olaharaga itu harus terus menerus
latihan dengan program latihan yang semakin meningkat untuk mencapai tujuan prestasi
olahraga karate latihan kiumite di bagi dua tahap, yaitu yang sudah di atur terlebih dahulu
mengenai serangan maupun tangkisan nya serta perkelahian bebas yang di sebut jiyu kumite
dimana kedua belah pihak bebas melancarkan serangan maupun pertahanan nya tanpa diatur.
Ada bebrapa bentuk latihan kumite yang sudah diatur tetapi secara garis besar di tetapkan dua
kategori yaitu sanbon kumite (tiga langkah) dan ippon kumite (satu langkah) para pemula pada
awal nya harus menghabiskan banyak waktu nya untuk mempelajari sanbon kumite yang terdiri
dari tiga kali serangan dan tiga kali tangkisan setelah mahir tiga langkah dia dapat melanjutkan
latiahan dengan satu langkah (ippon kumite) dan perkelahian bebas (jiyyu kumite) yang lebih
kompleks. Sujoto (2006: 193).

Beladiri karate mencakup tiga bagian besar teknik yang telah dikelompokkan yaitu kata,
kumite dan kihon. Teknik dasar atau disebut dengan kihon yang meliputi pukulan (tsuki),
tangkisan (uke), tendangan (geri) dan kuda-kuda (dachi). Beberapa jenis kuda-kuda (dachi) yang
di pelajari dalam karate adalah hachiji-dachi, zen-kutsu-dachi, ko-kutsu-dachi, hangetsu-dachi,
heisoku-dachi, neko-ashi-dachi, sanshin-dachi, sochin-dachi.
Pukulan (Zuki) dalam Karate terdiri dari oi-zuki-chudan, oi-zuki-jodan, kisame-zuki,
gyaku-zuki, ura-zuki, soto-ude-uke, morote-zuki, agi-zuki, choku-zuki, hachiji-dachi), kage-zuki,
yama-zuki, morote-hisame-zuki, tetsui-uchi, uraken-uchi, haishu-uchi.
Adapun tendangan atau geri terdiri dari mae-geri, mawashi-geri, yoko-geri-kekome,yoko-
geri-keange, usiro-geri. Sedangkan tangkisan dalam karate antara lain gedan barai, soto-ude-uke,
uchi-ude-uke, agi-uke, shuto-uke, juji-uke, morote-uke (M. Nakayama, 2010;79). Kumite secara
harfiah dapat diartikan sebagai “pertemuan tangan”.
Kumite adalah suatu metode latihan yang menggunakan teknik serangan dan teknik bertahan
diaplikasikan melalui pertarungan dengan lawan yang saling berhadapan (Prihastono, 1995:46).
Kumite adalah suatu metode latihan-latihan teknik dasar pukulan, tangkisan, dan tendangan.

d. Teknik Dasar karate


● Dachi (kuda kuda) Adalah merupakan dasar utama untuk berdiri atau sikap kuda kuda
yang baik atau sesuai teknik yang akan di lakukan, otot jangan tegang, kaki tetap kuat
dan mata selalu mengawasi gerak gerik lawan.
1. Musubi dachi = Posisi sama ujung telapak kaki mengarah keluar atau kanan kiri
membetuk sudut 450 kedua tumit tetap rapat.
2. Gedan barai = Tangkisan dari atas ke bawah perkenaan adalah lengan bawah dan
terusan jari kelingking, tangkisan dilakukan dengancara mengayunkan tangan dari dalam
bagian atas ke arah luara bagian bawah, tangkisan di potong dengan kuda kuda zenkutsu
dachi
● Ukek (tangkisan) Tangkisan semua tangkisan harus dilakukan pada saat lawan mulai
menyerang jadi harus memeperhatikan lebih dahulu ada nya serangan, tujuan menangkis
(untuk menghilangkan keberanian lawan untuk melancarkan serangan berikut nya)
(menepis atau menyalurkan kesamping) (menangkis dan menyerang bilamungkin
menangkis dan menyerang balas pada saat yang sama) (mundur setelah menangkis dan
menyerang apabila ada kesempatan) (untuk menegecoh lawan) 1) Uci uke = Tangkisan
dari luar kedalam dan menyilang. 2) Age uke = Tangkisan dari posisi kepalan di pingang
arah kepalan menyudut ke atas dan siku tidak terbuka. 3) Soto uke = Tangkisan dari
dalam keluar sasaran nya tulang ulnaris (tulang depan) dan berhenti sejajar dengan bahu.
● Tsuki (pukulan) pukulan dilakukan dengan cara meluncurkan semaksimal mungkin
kepalan tangan yang berada didalam titik pacu (berada disamping badan dan di atas
pingang) luncurkan kepalan tangan dilakuakan bersamaan dengan penariakan sebelah
tanagan untuk kembali ketitik pacu.atau (jarak yang terdekat pada jalur garis lurus pada
waktu yang sama ketika siku dari tangan yang meninju mengesek ringan meninggalkan
sisibadan lengan depan dan kepalan harus berputar kedalam dan juga harus ada kecepatan
dan kosentrasi ).
1) Jodang Tsuki = Sikap berdiri sanchin dachi dalam posisi ini harus di perhatikan
pengencangan di daerah perut,deltoid,dan bagian tangan yang di pergunakan sebagai
senjata pada saat kontak bagaian atas
2) Chudan Tsuki = Sikap berdiri sanchin dachi dalam posisi ini harus doi perhatikan
pengencangan di daerah perut,deltoid,dan bagian tangan yang di pergunakan sebagai
senjata pada saat kontak bagian perut.
3) Giaku Tsuki = Pukulan yang dilakukan dengan kuda kuda dasar secara bersama yaitu
tangan yang melakukan pukula bwerlawanan dengan kaki kuda kuda.
4) Oi Tsuki = Pukulan yang dilakukan dengan kuda kuda dasar secara bersamaan yaitu
tangan yang melakukan sama dengan kaki melakangkah ke depan pada saat melakukan
pukulan.
● Geri (tendangan) Tendangan adalah merupakan teknik tendangan yang memiliki lima kali
lipat daya rusak nya dari kekuatan pukulan sekitar 70% meskipun kuat tapi kurang lincah
di banding dengan tangan dalam teknik dasar karate
1) Mawasi geri = Tendangan yang melingkar ini mengunakan chosuku atau
heisoku,pertama angkat lutut dan di ayunkan dari luar ke dalam dengan cepat dan keras,
sasaran atas,tengah,bawah.
2) Maegeri = Pertama tekuk lutut dan angkat setinggi yang dapat di capai, kemudian
langsung di tendangkan dengan cepat, keras, dan tajam di sasaran, tendangan ini harus di
lakukan tanpa terputus. Bagian yang di gunakan chosuku dan sasaran nya ke perut dapat
juga ke wajah.
3) Kingeri = Merupakan tendangan yang mengunakan telapak kaki luar yang di arahkan
ke selangkangan atau arah kemaluan. Langkah nya angkat lutut kemudian di sentakkan
dengan cepat dan keras.

Adapun beberapa teknik kumite karate yang akan saya analisis adalah:

a) Kuda-Kuda salah satu gerakan dasar yang sangat penting, karena kuda-kuda merupakan
tumpuan dari semua gerakan. Adapun jenis kuda-kuda yang akan dianalisis dalam kumite adalah
hachiji-dachi, zen-kutsu-dachi, ko-kutsu-dachi, hangetsu-dachi, heisoku-dachi, neko-ashi-dachi,
sanshin-dachi, sochin-dachi.

b) Pukulan (tsuki) adalah gerakan melakukan serangan dengan menggunakan tangan yang
biasanya digunakan pada jarak dekat. Gerakan pukulan atau tsuki yang tak kalah pentingnya
dengan kuda-kuda, karena pukulan sangat kita perlukan untuk menyerang lawan selain geri atau
tendangan. Adapun jenis tendangan yang akan dianalisis adalah oi-zuki-chudan, oi-zuki-jodan,
kisame-zuki, gyaku-zuki .

c) Tendangan (geri) adalah teknik menyerang lawan dalam karate bisa juga dengan mengunakan
kaki dengan macam dan bentuk yang beragam sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang
dihadapi. Pada umumnya geri digunakan pada pertarungan dengan jarak yang tidak terlalu rapat.
Adapun jenis tendangan yang akan dianalisis adalah mae-geri, mawashi-geri, usiro-geri.

Dalam penelitian ini, penulis membahas mengenai teknik kumite. Pengertian kumite sendiri
menurut Wahid (2007: 83) adalah sebagai berikut:
Kumite adalah sebuah bentuk latihan dan pertandingan dimana orang saling berhadapan dalam
suatu arena yang masing-masing saling mengadu teknik, fisik dan mental dalam bentuk suatu
perkelahian dengan tetap tunduk dalam aturan yang sangat ketat.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya untuk dapat berprestesi secara optimal seorang
atlet karate harus dapat menguasai teknik dasar (kihon). Dalam pertandingan nomor kumite salah
satu teknik dasar yang menentukan kemenangan adalah teknik serangan Peranan teknik serangan
dalam pertandingan kumite sangat menentukan pertandingan, teknik serangan yang dilakukan
dengan cepat dan tepat kesasaran akan sulit diantisipasi oleh lawan. Sebaliknya jika serangan
yang dilakukan kurang baik serangan tersebut akan mudah diantisipasi oleh lawan. Teknik
serangan dalam pertandingan kumite banyak macamnya diantaranya teknik serangan pukulan,
tendangan, pukulan cepat, dan bantingan.

Dari berbagai macam teknik serangan tersebut, dalam pertandingan kumite serangan pukulan
dan serangan tendangan merupakan serangan yang sangat cenderung digunakan baik untuk
menyerang maupun untuk bertahan. Hal ini sesuai dengan penelitian Hendro (2004) menyatakan
bahwa pada pertandingan kumite teknik serangan tangan lebih sering digunakan oleh para atlet
dengan prosentase sebesar 69,23%, sedangan pada penelitian Susanto (2004) menyatakan dalam
setiap pertandingan kumite para atlet rata-rata lebih sering melakukan serangan tendangan
dengan prosentase sebesar 69,23%. Hal tersebut menjadi gambaran bahwa teknik serangan
tendangan dan teknik serangan pukulan merupakan teknik yang dominan digunakan oleh para
atlet kumite dalam setiap pertandingannya. Hal ini tentu menjadi tugas para pelatih dan atletnya
untuk dapat menelaah lebih dalam lagi dari kedua serangan tersebut, yang dimana peraturan
pertandingan kumite cabang olahraga karate selalu mengalami beberapa kali perubahan antara
lain jumlah waktu, dimana setiap satu pertandingan hanya diberikan waktu tiga menit terutama
untuk senior dan jumlah total dari kesuluruhan wasit dan juri yang memimpin pertandingan
kumite sebanyak lima orang. Keadaan seperti ini menuntut atlet untuk memiliki penguasaan
teknik yang baik dan gerakan yang cepat agar dapat memenangkan pertandingan dengan waktu
yang singkat. Selain itu, seorang atlet dituntut untuk melakukan teknik serangan dengan dasar
(kihon) yang benar agar teknik serangan yang dilancarkan dapat diterima dan diberikan poin oleh
wasit, karena seorang wasit dapat memutuskan suatu teknik bernilai poin jika minimal dua dari
empat juri memberikan pendapat yang sama (Peraturan Pertandingan Karate, 2012).
Teknik pukulan (tsuki) merupakan suatu teknik yang terarah menuju sasaran lawan yang
dilakukan dengan menggunakan tangan kosong atau kepalan, sesuai dengan teknik dasar pukulan
(Notosoejitno, 1997: 68).
Dalam pertandingan karate nomor kumite, semua jenis serangan pukulan yang lakukan atau
dilancarkan kepada lawan hanya akan menghasilkan satu poin saja baik itu mengenai sasaran
atas maupun sasaran bawah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pertandingan Kumite (2012: 8)
menjelaskan “Yuko (1 point): 1) Semua pukulan (tsuki) dilancarkan pada 7 area skor. 2) Semua
hantaman (uchi) dilancarkan pada 7 area skor”.
Teknik serangan pukulan tentu memilki keunggulan dan kelemahan, dalam percakapan
pribadi terhadap pelatih Sea Games di tahun 1999, Sagitarius (11 Juli 2012) mengatakan bahwa:
Berbeda dengan teknik pukulan dalam pertandingan karate nomor kumite, teknik tendangan
yang dilancarkan kepada lawan atau sasaran akan menghasilkan dua poin untuk arah lurus dan
tiga poin untuk arah atas. Hal ini sesusai dengan Peraturan Pertandingan Kumite (2012: 8)
menjelaskan:
Ippon (3 point) : 1. Tendangan jodan, yang dimaksud jodan adalah muka,
kepala dan leher.
2. Semua teknik yang bernilai skor yang dilancarkan pada
lawan yang jatuh terlempar, jatuh karena kesalahan
sendiri atau yang tidak berdiri pada kedua kakinya.
Wazza-Ari (2 point) : 1. Tendangan chudan, yang dimaksud chudan adalah
Perut, dada, punggung dan samping.
Selain dapat menghasilkan poin yang besar, Serangan tendangan menghasilkan kekuatan
yang lebih besar dari serangan pukulan (Nakayama, 1966: 136). Namun teknik serangan
tendangan memiliki beberapa kelemahan, diantaranya sulit dilakukan, lambat, serta beresiko
akan mudah ditangkis atau diserang balik oleh lawan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
dijelaskan oleh J.B Sujoto (1996: 98) bahwa:
Walaupun kekuatan tendangan memiliki kekuatan yang besar, tendangan kurang lincah. Di
samping itu kalau kita melakukan tendangan, tinggal salah satu kaki yang tetap menempel pada
lantai (kecuali tendangan melompat) sehingga keseimbangan menjadi berkurang.

Hal serupa juga dijelaskan oleh Nakayama (1986: 136) mengatakan bahwa “When kicking,
good balance is of primary importance because the body weight is supported by one only leg.
This situation is aggraved at the instant the foot hits the target by the strong counter shock of the
kick”. Maksudnya, ketika menendang hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah
keseimbangan karena pada saat menendang berat tubuh hanya ditopang oleh satu kaki.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa serangan tendangan memerlukan
keseimbangan dan kecepatan yang baik jika serangan tidak dilakukan dengan cepat dan tidak
memiliki keseimbangan yang baik serangan tendangan akan beresiko untuk diantisipasi oleh
lawan bahkan sulit untuk memperoleh poin.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, serangan pukulan dan serangan tendangan mempunyai
keunggulan dan kelemahan masing-masing. Namun dari kedua teknik serangan tersebut belum
diketahui dengan pasti teknik mana yang paling efektif dan baik hasilnya dalam perolehan poin.
Hal tersebut menimbulkan tanda tanya bagi penulis untuk menganalisis serta menelaah lebih jauh
mengenai pengaruh teknik serangan pukulan dan teknik serangan tendangan terhadap perolehan
poin dalam pertandingan karate nomor kumite. Karena berdasarkan pengalaman dan pengamatan
penulis di lapangan. Banyak pelatih yang mengatakan bahwa untuk memenangkan pertandingan
kumite hanya cukup dengan menguasai serangan pukulan saja dan ada juga pelatih yang
mengatakan serangan tendangan lebih penting dikuasai dengan alasan poin yang didapat lebih
besar. Pendapat-pendapat tersebut menurut penulis merupakan justifikasi yang belum diketahui
secara pasti kebenarannya dan harus diadakan penelitian lebih lanjut terhadap kedua jenis teknik
serangan tersebut. Hal ini bertujuan agar karateka paham akan pentingnya kedua teknik tersebut
dalam perolehan poin. Selain itu, penulis berharap bahwa melalui pemahaman akan fungsi dan
manfaat dari teknik tersebut, pembinaan olahraga karate menjadi semakin berkembang. Oleh
karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul: “ANALISIS TEKNIK KUMITE ATLET
KARATE SAAT PORPROV SUMATERA UTARA TAHUN 2022”. Penelitian ini merupakan
studi deskriptif pada PEKAN OLAHRAGA PROVINSI di Sumatera Utara. Adapun alasan
penulis melakukan penelitian pada kegiatan ini dengan harapan penelitian ini dapat dijadikan
sebagai profil atlet yang dapat digunakan untuk perkembangan prestasi khususnya di Sumatera
utara.
D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat dijadikan suatu kerangka berfikir. Implementasi
adalah proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk praktis yang mana
menimbulkan dampak, baik berupa perubahan keterampilan, pengetahun, maupun nilai dan
sikap. Teknik Karate adalah keharmonisan dari gerak tubuh dan fikiran yang memadukan unsur
yaitu bentuk yang benar, kekuatan, kecepatan, waktu yang tepat, teknik dilakukan dengan penuh
kesaradan dan selamiah mungkin, pengaturan napas yang tepat, menggunakan prinsip gerak di
dalam ilmu fisika yaitu aksi dan reaksi serta memanfaatkan momen putar dari pada pinggul
dimana pusat kekuatannya berasal dari hara atau bawah perut. Sehingga menghasilkan suatu
ledakan teknik yang dinamakan KIME. Teknik tersebut dapat menghasilkan poit dalam karate
sehingga atlet dalam pertandingan kumite dapat memenangkan pertandingan ketika ia memiliki
teknik yang benar.

BAB III
PELAKSANAAN
A. Lokasi Penelitian
Mini riset yang berjudul “ ANALISIS TEKNIK KUMITE ATLET KARATE SAAT
PORPROV SUMATERA UTARA TAHUN 2022 dilakukan di Gedung serbaguna unimed jalan
William Iskandar Pasar V, Medan Tembung, Kenangan Baru, Percut Sei Tuan, Kenangan Baru,
Kec. Percut Sei Tuan, Kota Medan, Sumatera Utara 20371

B. Sasaran Penelitian
Sasaran Penelitian adalah atlet kumite karate pada propov Sumatera utara yang telah
melaksanakan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) di Gedung serbaguna unimed .

C. Sumber Data

E. PENGAMATAN PERTANDINGAN
Nama Atlet. : Daniel Hutapea
Asal. : Kontingen Toba
Atlet : Karate
Memperoleh. : Juara 2 pada Porprov Sumatera Utara Tahun 2022
Prestasi. : 6 medali emas dan 2 medali perak dari berbagai kejuaraan yang sudah diikuti
diantaranya, Piala Mendagri, Piala AKF, Kejuaraan South East Asian Karate Federation
(SEAKF) Vietnam, Panglima dan AKF di Jepang .

Dari hasil pengamatan saya dapat saya simpulkan :

Dimana kuda-kuda (dachi) yang dilakukan oleh karateka Asal Toba Daniel Hutapea adalah
zenkutsu dachi sebanyak 334. Jumlah pukulan (tsuki) sebanyak 30 dengan jumlah perolehan
point sebanyak 3 (23%). Adapun pukulan (zuki) tersebut terdiri dari kizame zuki yaitu 14
pukulan dan 12 tidak berhasil (10%) sedangkan gyaku zuki terdiri dari 10 pukulan dengan 1
pukulan yang berhasil (5%). Jumlah tendangan yang dilakukan selama pertandingan adalah 9
dimana hanya ada 2 tendangan yang menghasilkan point (0%) adapun tendangan tersebut terdiri
dari 6 tendangan mawashi geri, 2 tedangan uishiro mawashi geri dan tendangan ashi barai.
Selama pertandingan tidak ada tangkisan yang dilakukan dimana hanya menghidari serangan
yang dilakukan atau tidak melakukan kontak fisik untuk menangkis serangan. Adapun jumlah
pelanggaran yang dilakukan karateka dari Toba ini sebanyak 5 yang terdiri dari 2 hukuman
chukoku, 2 hukuman keikoku, dan 1 hukuman hanshoki chui.

Daerah : Toba Medan : Daerah


TEKNIK
Nama :
Kelas :
Daniel hutapea
Up 84 Kg 3 KUMITEKARATE 4 Amran : Nama
Up 84 Kg: Kelas
Jumlah Kuda-Kuda Jumlah

334 Zen-Kutsu-Dachi 248

Jumlah Poin Gagal % Pukulan % Gagal Point Jumlah


t
14 2 12 5% Kisame-Zuki 5% 7 1 8

10 1 9 5% Gyaku-Zuki 5% 7 1 8
24 3 25 10 Jumlah 10% 14 7 16
%
Jumlah Poin Gagal % Tendangan % Gagal Point Jumlah
t
0 0 0 0% Mae Geri 0% 1 0 1

6 0 6 2% Mawashi Geri 13% 7 2 8

1 0 1 0% Ushiro Mawshi Geri 0% 1 0 1

0 0 0 0% Ushiro Ura Mawashi Geri 0% 1 0 1

2 0 2 0% Ashi Barai 0% 2 0 2
9 0 9 1% Jumlah 8% 12 1 13

Jumlah Poin
t Gagal % % Point Gaga
l Jumlah
Tangkisan
0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah Pelanggaran Jumlah
2 Chukoku 2

2 Keikoku 2

1 Hanshoki Chui 1

0 Hanshoku 0

5 Jumlah 5

Karateka dari Medan yaitu Amran melakukan kuda-kuda zenkutsu dachi sebanyak
248. Jumlah pukulan (tsuki) sebanyak 16 dengan jumlah perolehan point sebanyak 7 (44%).
Adapun pukulan (zuki) tersebut terdiri dari kizame zuki yaitu 8 pukulan dan 1 pukulan yang
menghasilkan point (5%) sedangkan gyaku zuki terdiri dari 8 pukulan dengan 1 pukulan yang
berhasil (5%). Jumlah tendangan yang dilakukan selama pertandingan adalah 13 dimana terdapat
satu tendangan yang menghasilkan point (8%). Adapun tendangan tersebut terdiri dari 1
tendangan mae geri dan tidak menghasilkan point (0%), 8 tendangan mawashi geri dimana hanya
1 tendangan yang dapat menghasilkan point (13%), 1 tedangan uishiro mawashi geridan dimana
tidak menghasilkan point (0%), 1 tedangan uishiro Ura mawashi geri dimana tidak menghasilkan
point (0%), dan 2 tendangan ashi barai dan tidak menghasilkan point (0%). Selama pertandingan
tidak ada tangkisan yang dilakukan dimana hanya menghidari serangan yang dilakukan atau
tidak melakukan kontak fisik untuk menangkis serangan. Adapun jumlah pelanggaran yang
dilakukan karateka dari Philipina ini sebanyak 5 yang terdiri dari 2 hukuman chukoku, 2
hukuman keikoku, dan 1 hukuman hanshoki chui.

Adapun hasil pertandingan dimenangkan oleh Amran dari Medan dengan perolehan point
sebanyak 4 yang terdiri dari 2 pukulan dan 1 tendangan. Adapun jumlah pukulan yang dilakukan
selama pertandingan adalah 14 dengan 2 pukulan yang menghasilkan point sehingga persentase
keberhasilan pukulannya adalah 20%. Tendangan yang dilakukan selama pertandingan sebanyak
14 dengan 1 tendangan yang menghasilkan point sehingga persentase keberhasilan tendangannya
adalah 8%. Sedangkan Daniel Hutapea dari Toba menghasilkan point sebanyak 3 yang semuanya
dihasilkan oleh pukulan. Adapun jumlah pukulan yang dilakukan selama pertandingan adalah 13
dengan persentase keberhasilan 10%. Sedangkan jumlah tendangan yang dilakukan adalah 9
dimana tidak ada menghasilkan point atau persentase keberhasilannya adalah 0%.

Ulasan Saya :
Menurut pengamatan saya , Daniel Hutapea mengalami under perfomance di final dikarenakan
faktor stamina dan kondisi fisik. Saya melihat pada pertandingan penyisihan ia memiliki teknik
yang baik ,banyak pukulan dan tendangan nya mengahasilkan poin tetapi pada partai final teknik
pukulan meleset dan tendangan nya mengalami penurunan power sehingga ia tidak bisa menjadi
juara 1 pada Porprov. Lawan Daniel Hutapea pada saat itu masih mudah berusia 20 tahun serta
sangat bersinergi,saya berpendapat "latihan yang rendah atau sedikit" yang membuat stamina dan
daya ledak atlet tidak maksimal mungkin itu faktor utama Daniel Hutapea tidak bisa jadi juara .
Amran atlet karate kota medan yang memiliki mimpi yang tinggi karena itu ia ingin menjadi
juara . Dari hasil pengamatan saya amran atlet yang memiliki kondisi tubuh yang prima tetapi tak
terlepas dari kelemahannya yaitu teknik yang masih belum benar sehingga pelru adanya
perbaikan teknik kepada dua atlet ini . Para pelatih sumut harus menerapkan program latihan
bagi atlet karate agar seimbah latihan antar teknik dan fisik.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Teknik yang dilakukan atlet karate di sumatera utara masih rendah sehingga penelitian ini
membantu para pelatih untuk dapat memperbaiki kepelatihan dari setiap daerahnya masing-
masing dan harus berfokus ke teknik, strategi dan fisik

B. Saran
1) Dalam pertandingan kumite karate kuda-kuda yang digunakan adalah zenkutchu dachi
dimana hal ini menjadi memberikan kemudahan bagi karateka karena dapat dengan dinamis
bergerak baik pada saat bertahan dan menyerang. Hasil penelitian ini menjadi panduan untuk
pelatih agar meningkatkan kemampuan kuda-kuda zenkutchu dachi karateka jika akan mengikuti
pertandingan kumite.
2) Pukulan menjadi teknik yang paling banyak menghasilkan point. Adapun jenis pukulan
yang paling sering digunakan adakah kizame zuki dan gyaku zuki. Pukulan ini sering digunakan
karateka karena kecepatannya dalam melakukan gerakan ini dimana pukulan dilakukan lurus ke
depan sehingga baik pada saat bertahan dan menyerang pukulan ini sangat efektif digunakan.
Kepada pelatih karate agar meningkatkan kemampuan pukulan kizame zuki dan gyaku zuki
sehingga karateka dapat melakukan gerakan pukulan ini lebih baik pada saat mengikuti
pertandingan kumite.
3) Tendangan adalah salah satu teknik yang sangat jarang menghasilkan point dimana
gerakannya yang mudah dibaca oleh lawan sehingga lebih mudah di hindari atau ditangkis
menggunakan tangan maupun kaki. Tetapi beberapa karateka yang sudah terlatih dapat
memanfaatkan situasi untuk melakukan tendangan yang dapat menghasilkan point. Dengan
demikian pelatih karateka juga harus tetap melatih seluruh jenis tendangan karena dapat
digunakan dengan tepat pada saat pertandingan sehingga dapat menghasilkan point.

DAFTAR PUSTAKA

Anshel, M. H. (1997). Sport psychology: From theory to practice (3rd ed.). Scottsdale, AZ:
Gorsuch Scarisbrick.
Bompa, T.O. (1994). Theory and Methodology of Training: The Key to Atheletic Performance.
3rd ed. Iowa: Kendal.
Bouchard, Claude dkk. Physical Activity Science. Champaign, Illinois : Human
Kinetics Book.

PB. FORKI. (2012). Buku Peraturan Pertandingan Karate. Jakarta: PB FORKI.


Prihastono, A. (1995). Pembinaan Kondisi Fisik Karate. Jakarta: CV Aneka.

Sujoto J.B. (2002). Teknik Oyama Karate Seri Kihon. Jakarta: Elek Media
Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai