PROPOSAL PENELITIAN
NIM : 6171111015
2021
PERSETUJUAN
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing :
NIP. 19650414199003100
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
skripsi dengan judul “Pengaruh Latihan Downhill Running Dan Uphill Running
Terhadap Kemampuan Daya Tahan Kardiovaskular Atlet Lari Jarak Jauh Pasi
Karo” dengan baik. Penulisan proposal skripsi ini guna untuk memenuhi salah
satu syarat program strata-1 pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan segala sesuatu yang salah
berasal dari manusia dan seluruh hal yang benar datangnya hanya dari Tuhan
Yang Maha Esa. Pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang
6171111015
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vi
BAB I : PENDAHULUAN
ii
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................54
LAMPIRAN..............................................................................................55
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
istilah lain dari Atletik ialah " Track and Field" yang artinya lintasan dan
terbagi menjadi 4 nomor lomba ya itu sprint,lari menengah,lari jarak jauh, dan
olahraga di Atletik yang di di ukur adalah waktu dan jarak.Cabang lari dan jalan
yang diukur adalah waktunya sedangkan pada cabang lomba dan lempar yang
diukur adalah jaraknya.Lari jarak jauh adalah termasuk jenis latihan yang
masuk kedalamtubuh lebih besar,lari jarak jauh meliputi nomor lari 5000 m ,
10.000 m, marathon.
Dalam usaha mencapai prestasi yang baik dalam lari jarak jauh , atlet
mendefenisikan kondisi fisik sebagai berikut , “kondisi fisik merupakan salah satu
prasyarat yang sangat penting dalam usaha meningkatkan prestasi, bahkan dapat
vii
dikatakan sebagai landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi”.Tanpa
adanya
kondisi fisik yang baik dari seorang atlet berarti akan sulit menjalankan program
ditekankan pada cabang olahraga lari jarak jauh karena merupakan unsur yang
lari 5000 meter dibutuhkan daya tahan sehingga pace lari dapat
dipertahankan hingga finish. Semakin tinggi kondisi fisik atlet lari jarak jauh
maka semakin singkat pula waktu yang ditempuh sampai ke garis finish.Terkait
dari hal di atas, cabang olahraga lari jarak jauh merupakan olahraga yang sangat
memerlukan daya tahan dan kecepatan yang baik dan maksimal bertujuan
Dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik ini merupakan modal dasar untuk
tercapaisetelah sesuatu masa latihan kondisi fisik tertentu, maka hal ini berarti
maksimal didalam paru-paru atlet. Menurut Muhajir dan Jaja (2011:61) “Bahwa
kerja dalam waktu yang relatif lama”. yaitu daya tahan yang berhubungan
2
3
juga mempengaruhi kecepatan hasil lari jarak jauh, karena semakin tinggi daya
tahan atlet pada saat melakukan lari jarak jauh maka semakin tinggi pula atlet
jauh daya tahan dan kecepatan merupakan unsur yang sangat di utamakan.
PASI Karo memiliki Atlet-atlet yang handal dan berbakat terutama Atlet
2010,2012,2016 dan 2018. Atlet lari jarak jauh PASI Karo juga berkontribusi
2012 dan 2016,yang dimana pada saat itu sarana tempat latihan berbahan dasar
tanah dan berdebu panjang lintasan lari 400 meter,jadi kalau pelari latihan di
lintasan yang berbahan dasar tanah, dan pada saat bertanding berlari di lintasan
berbahan dasar karet atau tartan, itu akan membuat langkah pelari semakin
ringan pada saat bertanding,sesuai dengan pengalaman si peneliti pada saat latihan
yang dikutip dari laman data jaringan radio Internasional NPR,yang mengutip
bagaimana Atlet lari jarak jauh asal Kenya bisa mendominasi seluruh
dari permukaan laut.Bahkan, lintasan lari untuk latihan hanya berupa tanah
berdebu. Jika diguyur hujan, lintasan langsung tergenang, sepatu pun penuh
lumpur. Namun, itulah yang justru melatih kekuatan kaki para pelari.
4
Pada saat ini Stadion lari di Kabanjahe yang biasanya menjadi tempat
latihan bagi Atlet lari PASI Karo tidak bisa digunakan sebagai tempat latihan lagi
untuk sementara waktu . Karena masih dalam proses renovasi dan lintasannya
sudah di lapisi semen.Dan pada saat ini Atlet lari jarak jauh PASI Karo latihan di
jalan,dan memang masih ada lahan kosong untuk tempat mereka pemanasan,
tetapi lahan itu kurang luas kalau Atlet melaksanakan program latihan,dan itu
membuat Atlet lari jarak jauh di PASI KARO latihan di Jalan Lokal yang
berbukit.
Si peneliti yang merupakan salah satu atlet senior yang melakukan diskusi
dengan pelatih dan juga pelari senior lainnya berdiskusi mengenai penurunan
prestasi Atlet Junior, terutama Atlet lari jarak jauh yang mengalami penurunan
prestasi, yang dimana Atlet lari jarak jauh tidak masuk 3 besar pada saat
besar,yang dimana pada saat Stadion samura belum di renovasi pada tahun
2017,pelari jarak jauh dari PASI Karo merupakan langganan juara 3 besar.Kami
berpendapat bahwa penurunan prestasi Atlet lari jarak jauh di PASI Karo karena
sarana latihan nya..Karena Stadion yang telah direnovasi yang biasanya berbahan
dasar tanah direnovasi pada tahun 2017 menjadi lintasan yang berbahan dasar dari
semen,dan panjang lintasan nya yang semula 400 M,kini karena proses renovasi
khususnya atlet lari jarak jauh harus bdibuat variasi latihan yang baru,di sekitar
5
stadion lari Pasi Karo kedalamnya lagi kita akan menemukan sebuah Desa yang
bernama Lepar Samura keadaan jalan desa tersebut ada tanjakann dan turunannya
tang masing- masing sekitar 300M dimana yang sudah penulis temukan di
lapangan dan dijelaskan secara rinci, maka dalam hal ini penulis tertarik
sebagai berikut.
1. Belum diketahui tingkat daya tahan kardiovaskular Atlet lari jarak jauh Pasi
Karo
2. Daya tahan kardiovaskular Atlet lari jarak jauh di PASI Karo masih perlu
ditingkatkan
Kardiovaskular Atlet Lari Jarak Jauh di Pasi Karo.Dengan dua variabel bebas
yakni latihan Downhill running dan latihan Uphill running,serta satu variabel
Pasi Karo ?
Pasi Karo ?
4.
1.5. Tujuan Penelitian
Pasi Karo
penelitian.
2. Untuk membantu memecahkan masalah pada Atlet lari Jarak Jauh PASI Karo.
3. Menambah pengalaman yang berarti buat penulis untuk menulis suatu karya
ilmiah.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIS
cabang olahraga”, dimana gerakan –gerakan yang ada dalam atletik seperti : jalan,
lari, lompat dan lempar dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga” Atletik
athleta (atlet). Menurut Yoyo Bahagia, dkk (2000: 4), “Istilah Atletik berasal dari
beberapa sumber antara lain bahasa Yunani, yaitu “athlon” yang mempunyai
Perancis) atau athletic (bahasa Jerman)”. Istilah lain yang mempunyai arti sama
Istilah Atletik yang digunakan di Indonesia saat ini diambil dari bahasa
Inggris yaitu Athletics yang berarti cabang olahraga yang meliputi jalan, lari,
lompat, dan lempar. Sementara di Amerika Serikat, istilah Atletik berarti olahraga
pertandingan, dan istilah untuk menyebut Atletik adalah track and filed. Di
Jerman, istilah Atletik diberi makna yang lebih luas yaitu berbagai cabang
olahraga yang
cabang olahraga pertama pada olimpiade pertama tahun 776 SM. Induk olahraga
nomor-nomor jalan, lari, lempar, lompat (Aip Syarifuddin, 1992: 2). Menurut
Munasifah (2008: 9), “Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat”. Yoyo
Bahagia, dkk (2000: 16), juga berpendapat bahwa, “Secara umum ruang lingkup
jalan, lari, lompat, dan lempar”. Dengan berbagai cara , Atletik telah dilakukan
sejak awal sejarah manusia. Berdasarkan sejarah, kita kembali ke zaman klasik-
purba pada saat Atletik dilakukan orang dalam bentuk olahraga yang rapi dan
teratur.
terdiri dari unsur–unsur gerak utama yang mendasari banyak cabang olahraga
yaitu lari, jalan, lompat, dan lempar. Olahraga Atletik adalah olahraga tertua. Di
9
10
pengertiannya sama bahwa olahraga ini menjadi dasar dari seluruh cabang
olahraga dan gerak dari Atletik seperti jalan, lari, lompat dan lempar adalah gerak
alamiah dari manusia. Sejak manusia ada di bumi, mereka telah melakukan
gerakan berjalan, berlari, melompat, dan melempar yang semuanya itu merupakan
pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan. Hal ini
kedisiplinan dan percaya diri serta bertanggung jawab (Aip Syarifuddin, 1992:
60). Dari beberapa pendapat di atas, dapat diartikan bahwa Atletik adalahcabang
olahraga yang terdiri dari beberapa nomor seperti lari, lempar, dan lompat.Nomor-
lompat, dan lempar. Selain itu, terdapat nomor perlombaan khusus yaitu jalan
cepat, lari halang rintang, dan lari lintas alam. Ada pula berbagai nomor
Lari jarak jauh, atau lari dengan daya tahan, adalah lari dengan nomor
lomba 5000m dan 10.000m . Secara fisiologis, itu sebagian besar bersifat aerobik
dan membutuhkan stamina serta kekuatan mental.Lari jarak jauh juga dapat
11
dasar yang perlu dikuasai agar mengevesiensi tenaga pada saat berlari tetapi
hasilya maksimal,berikut ini beberapa tekhnik dasar lari jarak jauh diantaranya
sebagai berikut.
1. Teknik awalan dalam lari jarak jauh mirip dengan lari menengah dengan
nomer lari 1.500 meter, yaitu teknik awalan berdiri (standing start), yang
2. Posisi awal yaitu kedua kaki dalam keadaan terbuka selebar bahu.
3. Geser salah satu kaki ke belakang sekitar 2-4 kepal dan buat posisi kaki
senyaman mungkin.
4. Posisikan tubuh lebih rendah dengan cara menekuk kaki bagian depan .
b. Tekhnik Berlari
Dalam lari jarak jauh pelari harus lari serileks – rileksnya, atlet dituntut
Setelah mulai berlari, segera posisikan badan tegak lurus dan senyaman
mungkin.
sepanjang lintasan.
bahu saat mengayun ke arah depan, dan jangan sampai melebihi pinggul
c.Teknik Pernapasan
Teknik pernafasan juga tak kalah penting untuk diperharikan dalam lari
jarak jauh karena ini akan menunjang ketahanan dan keseimbangan tubuh saat
otot-otot tubuh memerlukan lebih banyak kadar oksigen untuk diserap. Oleh
sebab itu, jika asupan oksigen yang dibutuhkan tidak terpenuhi, pelari akan
kehabisan napas dalam waktu singkat dan keseimbangan tubuh pun akan
terganggu.
tikungan. Padahal penguasaan atlet terhadap teknik yang satu ini, akan membuat
mudah, yaitu ketika akan mendekati tikungan, kita dapat mengambil lintasan
sebelah kiri (saat akan belok kiri) atau sebelah kanan (saat akan belok kanan).
13
Kita bisa memposisikan badan dan kepala kita sedikit miring ke arah tikungan
yang akan di lalui. Pandangan mata tetap ke arah depan agar tidak kehilangan
fokus.
Teknik ini juga wajib dikuasai oleh para atlet, sebab sebagai salah satu faktor
penentu kemenangan. Teknik yang dilakukan ketika memasuki garis finish yaitu:
mungkin.
berkurang sedikitpun.
sehingga pita dapat tersentuh terlebih dahulu oleh bagian tubuh tersebut.
darah dalam memasok gizi dan oksigen ke otot-otot selama melakukan latihan
(Kent: 1994). Sedangkan Golding dan Bos (1968) menjelaskan bahwa daya tahan
paru dan kedalam aliran darah dan mengangkut ke berbagai bagian badan yang
memerlukan. Gabbard, LeBlanc dan Lowy (1987) menjelaskan bahwa daya tahan
yang berfungsi secara efisien selama periode waktu yang panjang. Secara
langsung yang berhubungan dengan fungsi ini adalah kapasitas kerja fisik.
14
Sistem jantung dan peredaran darah berfungsi sangat tinggi, yaitu menghantar
antara 70%-80% dari denyut nadi maksimal. Jika denyut nadi maksimal 200,
maka denyut nadi latihan harus mencapai antara 140-160 permenit. Lama berlari
30 menit terus menerus tanpa henti, jumlah ulangan 2-3 repetisi dengan istirahat
antar repetisi antara 15-30 menit. Latihan kontinu intensitas tinggi, kecepatan lari
antara 80%-90% dari denyut nadi maksimal. Jika denyut nadi maksimal 200,
maka denyut nadi latihan harus mencapai antara 160-180 permenit. Lama lari 30
menit terus menerus tanpa henti, jumlah ulangan 2-3 repetisi dengan istirahat
antarrepetisi antara 15-30 menit. Latihan dengan metode fartlek atau speed play,
sprintjarak pendek, dilanjutkan lari pelan, lari sprint lagi, jalan, dan seterusnya.
Latihan lari fartlek dilakukan selama 1-3 jam. Atlet dapat menentukan jarak lari
yang ditempuh dan tempo lari sesuai dengan kemampuannya. Latihan dengan
metode interval training, latihan lari dilakukan yang diselingi dengan interval atau
interval training,jarak lari antara 600 meter sampai dengan 800 meter, intensitas
70% dari kemampuan maksimal atau denyut nadi maksimal, jumlah ulangan 8
15
kali sampai dengan 12 kali, dan interval sampai denyut nadi kembali antara 120
yang menggunakan kelompok otot, dipelihara secara terus menerus dengan irama
dan aerobik secara alami. Misalnya: lari dan lari pelan, jalan dan mendaki,
berenang, bersepeda, mendayung, ski lintas alam, lompat tali dan berbagai
jantung dan pembuluh darah untuk menyampaikan sejumlah oksigen dan zat-zat
gizi kepada sel-sel untuk memenuhi kebutuhan aktivitas fisik yang berlangsung
dalam waktu yang lama. Pada saat seseorang bernapas, sebagian oksigen yang
dikandung oleh udara di sekeliling kita diserap oleh paru dan diangkut melalui
diperlukanoleh tubuh. Sebagai akibatnya jantung, paru, dan pembuluh darah lebih
lebih cepat. Oleh karena itu, kapasitas yang lebih tinggi untuk menyampaikan dan
Tes ini merupakan bentuk tes ya1ng paling sering dipergunakan untuk
lari atau boleh diselingi dengan berjalan sejauh 2.400 meter atau 2,4 kilometer.
lintasan lari (sebaiknya berbentuk keliling berjarak 400 meter) atau lintasan/jalur
jalan datar berjarak2.400 meter dan masih ada lanjutan bebas, formulir dan alat
tulis dan kalau ada (tidak mutlak atau untuk beberapa orang sekaligus) nomor
Berikut ini merupakan persiapan pelaksanaan untuk tes lari 2.400 meter
a) Pastikan bahwa orang betul-betul mampu melakukan tes ini. Sebab tes ini
memang dilarang bagi pemula yang sangat tidak segar. Selain itu orang yang
lintasan lari (sebaiknya jarak satu kelilingnya 400 meter) atau tanah datar lainnya
yang mempunyai jarak 2.400 meter dan masih ada lanjutan bebas.c)Harus ada
dari pemanasan yang tidak boleh ditinggalkan selain jalan dan jogging.e)Lakukan
tes dan mencoba untuk menyelesaikan jarak tersebut dalam waktu yang sesingkat-
18
singkatnya (kalau tidak mampu boleh diselingi dengan jalanatau jogging). Apabila
terjadi keluhan atau gejala yang tidak biasa terjadi dan muncul pada saat
menjalani tes, jangan diteruskan. Hentikan segera dan ikuti tes selanjutnya yang
pelaksanaan tes, lakukan pendinginan dengan berjalan atau jogging secara pelan-
pelan selama tiga sampai lima menit. Dilarang duduk atau tiduyran setelah
melakukan tes.
2. Step Test
Tes ini memerlukan waktu dan peralatan yang sedikit dan dapat dilakukan
hampir kepada semua orang karena untuk menghitung isapan oksigen maksimal,
beban yang diberikan hanya submaksimal. Bagaimanapun juga, tes ini tidak boleh
yang punya penyakit jantung atau orang yang tidak mempunyai gejala penyakit
jantung, tetapi berumur di atas 35 tahun. Sedangkan bagi orang-orang yang betul-
betul mempunyai berat badan yang sangat berlebihan atau orang-orang yang
Step test yang sebenarnya hanya berlangsung selama tiga menit. Denyut
nadi recaverediambil selama lima belas detik diantara detik kelima dan dua puluh
setelah melakukan tes. Alat yang diperlukan adalah bangku dengan tinggi 16 ¼
inci, stopwatchdan metronom. Prosedur step test ini adalah sebagai berikut.
19
inci.b.Setelah aba-aba ―ya‖ orang coba mulai menaikkan kaki kanan pada
bangku, kemudian diikuti dengan kaki kiri dan diletakkan di samping kaki kanan.
Selanjutnya, turun mulai dari kaki kanan dan diikuti kaki kiri, demikian
seterusnya mengikuti irama kaki kiri, demikian seterusnya sesuai dengan irama
langkah per menit dengan irama metronom 96x per menit, sedangkan untuk
metronom. d.Lama pelaksanaan tes hanya tiga menit. e.Setelah selesai melakukan
tes selama tiga menit, orang coba tetap berdiri, kemudian setelah lima detik
istirahat, ambil denyut selama lima belas detik. Konversikan denyut nadi recovery
ke denyut per menit (denyut nadi selama 15 detik x 4). f.Penghitungan isapan
adalah denyut nadi lima belas detik = 39 denyut nadi satu menit = 39 x 4 = 156
ml/kg/menit.
20
Fisik yang prima merupakan salah satu syarat untuk mencapai prestasi
yang bersifat umum maupun local. Unsur daya tahan ditentukan oleh kemampuan
tubuh yang bekerja dalam rentang waktu lebih dari tiga menit. Inilah yang
populernya VO2max.
tersebut hanya berkisar 25% dari kondisi awal latihan. Selebihnya ditentukan oleh
potensi fisik yang dimiliki oleh setiap individu. Oleh karena itulah perlunya
melalui tes. Salah satu bentuk tes lapangan yang digunakan untuk mengetahui
VO2max adalah bleep test. Dibanding dengan tes tes lari 2.400 m (Cooper dan
Balke: 1994), pelaksanaan tes ini relative lebih mudah dan menggunakan tempat
yang tidak terlalu luas, dan dapat dilakukan secara massal.Dan kita juga harus
2)Sound system
3)Pita kaset
5)Stopwatch.
6)Persiapan tes
7)Panjang lapangan yang standar adalah 20 meter dengan lebar tiap lintasan antara
1)Cek bahwa bunyi dua bleep testyang menjadi standar untuk pengukuran
lapangan adalah satu menit (enam puluh detik), apabila kaset telah
bawah.
2)Testi harus berlari dan menyentuhkan atau menginjakkan salah satu kaki
pada garis akhir dan berputar untuk kembali berlari setelah bunyi bleep terdengar
3)Lari bolak-balik terdiri dari beberapa tingkatan. Setiap tingkatan terdiri dari
4)Testi dianggap tidak mampu apabila dua kali berturut-turut tidak dapat
sungguh.
duduk.
22
Keterangan:
dengan menghitung waktu antara dua bunyi bleep pada kaset (yang digunakan
sebagai patokan). Bila bunyi antara dua ―bleep selama 55 detik maka panjang
lapangan yang menjadi lintasan adalah 18.333 meter. Sedangkan bila bunyi antara
dua ―bleep selama 60 detik maka panjang lapangan yang menjadi lintasan adalah
23
20 meter. Hitung bunyi antara dua ―bleep‖ dan buat lapangan yang
2 2 20,4 3 2 23,6
2 4 21,1 3 4 74,3
2 6 21,8 3 6 25,0
2 8 22,5 3 8 75,5
4 2 26,8 5 2 30,2
4 4 27,6 5 4 31,0
4 6 28,3 5 6 31,8
4 8 29,5 5 8 32,9
6 2 33,6 7 2 37,1
6 4 34,3 7 4 37,8
6 6 35,0 7 6 38,5
6 8 35,7 7 8 39,2
6 10 36,4 7 10 39,9
8 2 40,5 9 2 43,9
8 4 41,1 9 4 44,5
8 6 41,8 9 6 45,2
8 8 42,4 9 8 45,9
24
8 11 43,3 9 11 46,8
10 2 40,5 11 2 50,8
10 4 41,1 11 4 51,4
10 6 41,8 11 6 51,9
10 8 41,4 11 8 52,5
10 11 43,3 11 10 53,1
13 11 53,7
12 2 54,3 13 2 57,6
12 4 54,8 13 4 58,2
12 6 55,4 13 6 58,7
12 8 56,0 13 8 59,3
12 10 56,5 13 10 59,8
12 11 57,1 13 12 60,6
14 2 61,1 15 2 64,6
14 4 61,6 15 4 65,1
14 6 62,2 15 6 65,6
14 8 62,7 15 8 66,2
14 10 63,3 15 10 66,7
25
14 12 64,0 15 12 67,4
16 2 68,0 17 2 71,4
16 4 68,5 17 4 71,9
16 6 69,0 17 6 79,2
16 8 69,5 17 8 79,7
16 10 70,0 17 10 80,2
16 12 70,5 17 12 80,6
16 14 70,9 17 14 81,3
18 2 74,8 19 2 78,3
18 4 75,2 19 4 78,8
18 6 75,8 19 6 79,2
18 8 76,2 19 8 79,7
18 10 76,7 19 10 80,2
18 12 77,2 19 12 80,6
18 15 77,9 19 15 81,3
20 2 81,8 21 2 85,2
20 4 82,2 21 4 85,6
20 6 82,6 21 6 86,1
20 8 83,0 21 8 86,5
20 10 83,5 21 10 86,9
26
20 12 83,9 21 12 87,4
20 14 84,3 21 14 87,8
20 15 84,8 21 15 88,2
suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang, ditingkatkan
dikemukakan Kent (1994), bahwa latihan adalah suatu program latihan fisik
pertandingan penting.
Menurut pendapat Fox, Bowers dan Foss (1993), latihan adalah suatu
bahwa latihan adalah suatu program fisik yang direncanakan untuk memperbaiki
pertandingan penting.
Pendapat Sharkey (1986) bahwa latihan adalah proses yang pelan dan
halus, tidak bisa menghasilkan dengan cepat. Dilakukan dengan tepat, latihan
27
berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang dan beban latihan
kian hari kian bertambah. Suharno (1993) menjelaskan bahwa latihan ialah suatu
maksimal dengan diberi beban fisik dan mental secara teratur, terarah, bertahap,
latihan. Beban latihan pada suatu waktu harus merupakan beban lebih dari
menghitung denyut jantung saat latihan. Pada atlet muda, denyut nadi maksimal
saat melakukan latihan dapat mencapai 180—190 kali permenit. Jika atlet
tersebut diberi beban latihan yang lebih, maka denyut nadi maksimal akan
mendekati batas tertinggi. Pada latihan kekuatan (strength), latihan dengan beban
melebihi kebiasaan kegiatan sehari-hari secara teratur. Hal tersebut bertujuan agar
untuk tingkat kemampuan yang tinggi. Brooks dan Fahey (1984) menjelaskan
respons dan penyesuaian terhadap atlet. Beban latihan bertambah adalah suatu
tekanan positif yang dapat diukur sesuai dengan bebanlatihan, ulangan, istirahat
dan frekuensi.
Pendapat Fox, Bowers dan Foss (1993) bahwa intensitas kerja harus
kapasitas kebugaran yang bertambah baik. Bowers dan Fox (1988) menjelaskan
bahwa kekuatan otot akan dikembangkan secara efektif jika otot atau kelompok
otot diberi beban lebih, yaitu latihan melawan beban yang melampaui
kemampuan normal. Minimal beban lebih yang dicapai paling sedikit 30% dari
usaha maksimal.
tekanan (stress) terhadap fisik dan mental atlet. Beban latihan yang dikerjakan
atlet sebaiknya benar-benar dirasakan berat oleh atlet, kemudian timbul rasa lelah
secara fisik dan mental atlet secara menyeluruh. Tekanan (strees) fisik
ditimbulkan dengan cara memberikan beban latihan yang lebih dari batas
kemampuan atlet. Beban latihan fisik yang cukup berat yang diberikan akan
fisik tersebut organisme atlet akan mengalami perubahan dan beradaptasi., dan
Strees mental ditimbulkan dengan cara memberikan beban latihan fisik yang
berat yang mempengaruhicipta, rasa dan karsa atlet. Akibat beban fisik tersebut
2 . Rencana Latihan
membedakan istilah dan agar mudah memahami dua istilah tersebut, berikut ini
terperinci dan sistematis dan dirancang pada awal kegiatan untuk menghantarkan
atlet atau tim olahraga dalam usaha mencapai prestasi maksimal sefektif mungkin.
Pemrogram latihan adalah bagian dari rencana kegiatan latihan secara khusus
yang disusun sesuaidengan rencana latihan induk dan diatur secara rinci menurut
metodik dan ilmiah untuk membantu atlet mencapai tingkat latihan dan
teknik, taktik dan mental perlu disusun dalam suatu program latihan jangka
atlet, yaitu penyesuaian fungsi dan struktur organisme akibat beban latihan.
30
Adaptasi atlet akan diperoleh jika diberikan latihan dengan beban yang cukup
berat (sesuai dengan kemampuan atlet), teratur dan terus menerus. Adaptasi atlet
bersifat labil dan sementara, akan menurun atau menjadi hilang jika latihan
menjadi ringan, tidak teratur atau tidak terus menerus. Oleh karena itu, kegiatan
diperhatikan dalam membuat perencanaan. (1) Tujuan atau target latihan yang
ingin dicapai. (2) Jangka waktu yang tersedia sampai dengan tahap pertandingan.
(3) Materi pemain dan jumlah atlet. (4). Metode latihan yang akan diterapkan.(5)
Motivasi dan suasana mental untuk mencapai prestasi. (6) Fasilitas dan alat-alat di
diperlukan. (7) Kesiapan manajer, pelatih dan petugas lain. (8) Organisasi dan
secara tertulis yang berisi tentang hal-hal yang harus ditempuh atau dilaksanakan
program latihan harus mengacu kepada prosedur yang terorganisasi dengan baik,
metodis, sistematis, dan ilmiah. Tujuan dibuatnya program latihan adalah untuk
kurang atau tidak mahir dalam menyusun suatu program latihan yang baik
maka latihan yang akan dilaksanakan tidak akan terorganisasi dengan baik, dan
tentunya ini akan berdampak buruk terhadap prestasi atlet. Tinggi rendahnya
31
latihan(Harsono: 2004).
faktor penghindar dari kebetulan dalam mencapai prestasi prima.(3) Efektif dan
efisien dalam penggunaan waktu, dana, dan tenaga untuk mencapai tujuan.(4)
pemborosan waktu dan tenaga.(5) Untuk memperjelas tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai.(6) Sebagai alat kontrol,apakah target yang telah ditentukan sudah
bakat yang dimiliki atlet,usia atlet,umur latihan, kesehatan dan kesegaran jasmani.
latihan jangka pendek (short term planning), waktunya selama satu tahun.
32
latihan yang relatif lama. Maka perlu disusun rencana latihan jangka panjang
sebagai rencana induk adalah rencana yang disusun untuk jangka waktu beberapa
jangka panjang adalah menyiapkan atlet mencapai kondisi puncak dalam kurun
waktu tertentu dan relatif lama untuk memperoleh prestasi maksimal. Untuk
waktu 4 tahun, 8 tahun, atau 10 tahun. Bompa (1994) menjelaskan bahwa rencana
rencana jangka panjang maka perlu dibagi dalam rencana latihan jangka
antara 2 sampai dengan 4tahun, yang dibagi dalam periode-periode latihan jangka
target pertandingan, waktu yang tersedia, jenis atau cabang olahraga, usia dan
33
kemampuan atlet (Bompa: 1994). Lebih lanjut Bompa (1994) menjelaskan bahwa
siklus latihan tahunan pada semua cabang olahraga biasanya dibedakan dalam tiga
Selanjutnya, setiap tahap disusun dalam siklus makro (tahunan) dan siklus mikro
(bulanan, mingguan, harian). Setiap siklus yang lebih kecil mempunyai tujuan
diperlukan untuk meningkatkan berat beban latihan dan jenis olahraga. Ukuran
pencapaian tujuan tersebut akan dijamin oleh pengaturan dan perencanaan latihan
setiap cabang olahraga dan ketelitian data yang memertimbangkan waktu yang
diperlukan untuk peningkatan optimal berat beban latihan dan jenis olahraga
34
tidak selalu tepat. Kesulitan ini lebih lanjut ditunjukkan oleh karakteristik individu
(Bompa: 1994).
berlari menuruni bukit atau berlari dengan keadaan miring dan badan mengikuti
gravitasi. Latihan downhill running merupakan bentuk latihan yang cukup efektif
untuk meningkatkan performa atlet karena mampu memberikan efek yang baik
pada kecepatan seorang pelari sesuai dengan prinsip-prinsip latihan. Pada saat
faster marathon) kemiringan yang ideal adalah 45 derajat, ketika pelaksanaan lari
kebelakang bukan kesamping karena itu akan lebih menguras energi pandangan
ketika berlari mengarah kedepan pendaratan kaki ketika berlari bergantung pada
tingkat turunan.
Menurut Harsono (1988: 119) bahwa, Downhill atau lari menuruni bukit
untuk melatih kecepatan frekuensi langkah gerak kaki, lebih baik agi kalau ada
angin dari belakang. Latihan lari pada tempat yang menurun dapat mengurangi
bahkan dihilangkan beban sebagai akibat gaya gravitasi bumi. Saat lari di lintasan
mungkin, hal ini dapat merangsang kerja sistem syaraf gerak untuk lebih cepat.
Hal ini sangat baik untuk mengembangkan kecepatan dan frekuensi langkah kaki.
35
Menurut Yoda (2006: 34) Downhill lari menuruni bukit untuk melatih kecepatan
frekuensi gerak kaki. Cara melakukannya adalah peserta berdiri ditik A yang
aba atau peluit peserta berlari menuju ke titik B dimana merupakan finish dari
a.Jangan overstride, walaupun normal bila tubuh secara secara reflek ingin
b.Jaga langkah kaki tetap rendah di tanah dan bergerak dengan ringan dengan
c.Posisikan bahu sedikit condong ke depan dan pinggul serta kaki tepat di bawah
kecepatan bagi atlet serta masih sesuai dengan aturan prinsip-prinsip latihan. Dari
bentuk latihan lari dengan lintasan menurun atau menuruni bukit, yang dimana
dalam latihan ini bertujuan untuk meningkatkan frekuensi langkah kaki dan
semua energi yang pelari habiskan untuk mendaki bukit), pelari biasanya ingin
memanfaatkan ini, terutama jika Anda berlomba di jalur berbukit. Saat Anda
dinamik strength. Hal ini juga bisa dilakukan lari dipasir, air yang dangkal , atau
lapangan yang empuk”. Uphill running membakar lebih banyak kalori melatih
lebih banyak otot, dan meningkatkan kebugaran lebih cepat dibanding trek datar,
para pelari untuk melakukan latihan dua sesi berlari dalam bukit selama 12
biasanya atau seperti latihan di medan yang tidak menanjak, yang terpentingtetap
secara rutin dan sudah terprogramkan dengan baik, sehingga mampu memberikan
atau malah menurunkan kecepatan agar energi yang digunakan tetap efisien dan
b.Ketika mendekati tanjakan, perhatikan postur tubuh, lengan berada pada sudut
90 derajat dan bergerak ke depan dan ke belakang (rotasi melalui pundak), tidak
c.Punggung dalam keadaan lurus dan tegak, kita dapat mencondongkan badan
d.Lengan bergerak dengan kecepatan rendah dan ayunan pendek, dengan menjaga
gerakan lengan dan kaki tidak akan beranjak terlalu tinggi dari tanah, hasilnya
Condongkan tubuh sedikit ke depan dan lihat ke depan. Cobalah untuk tetap
Anda untuk menghasilkan tenaga dan efisiensi biomekanik tekhnik yang bagus
untuk mendaki atau menuruni bukit tidak hanya membantu pelari berlari lebih
cepat.
38
penelitiannya Eksperimen semu. Hasil dan pembahasan. Deskripsi hasil pre test
diperoleh nilai Mean 34,985, median 34,7, standar deviasi 3,6848, variance
13,578, rentangan 11,3, nilai terendah 29,5 dan nilai tertinggi 40,8. Hasil post test
daya tahan Kardiovaskular kelompok downhill running diperoleh nilai Mean 26,
median 38,195, mode 38,900, standar deviasi 40,5, Variance 3.2108, rentangan
10.309, nilai terendah 10.3 dan nilai tertinggi 32.6. Dengan peatihan yang
meningkatkan aktivitas yang memacu kinerja jantung dan paru untuk mentransfer
Metode latihan uphill merupakan bentuk latihan yang dilakukan pada lintasan
naik atau menaiki bukit. Dengan kata lain, latihan uphill yaitu latihan pada
lintasan naik. Lari mendaki bukit (up hill) yaitu atlet diharuskan untuk berlari
bukit (down hill) bertujuan untuk melatih kecepatan frekuensi gerak kaki
bertambah besar. karena itu, secara refleks akan terjadi perubahan pengaliran
darah seperti timbulnya kenaikan volume darah tiap menit dan bertambahnya
jumlah aliran darah ke otot-otot yang lebih aktif. Dan latihan itu akan melatih
paru - paru dan jantung bekerja lebih keras dalam menyuplai oksigen untuk
kardiovaskular.
Bertitik tolak dari kajian teori, maka disusun hipotesis yang diharapkan
dapat dibuktikan dari data yang diperoleh. Oleh karena itu hipotesis dalam
Hipotesis 1 “
Peningkatan Daya Tahan Kardiovaskular Atlet Lari Jarak Jauh di Pasi Karo
Peningkatan Daya Tahan Kardiovaskular Atlet Lari Jarak Jauh di Pasi Karo
Hipotesis 2 :
Peningkatan Daya Tahan Kardiovaskular Atlet Lari Jarak Jauh di Pasi Karo
40
Peningkatan Daya Tahan Kardiovaskular Atlet Lari Jarak Jauh di Pasi Karo
Hipotesis 3 :
METODOLGI PENELITAN
direncanakan pada awal bulan mei, selama 6 (enam) minggu dengan 18 (delapan
belas) kali pertemuan, dengan frekuensi 3 kali seminggu ya itu selasa, kamis,
sabtu pada sore hari dimulai pukul 16,00-18,00 Wib. Waktu latihan di sesuaikan
3.2.1 Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua nilai yang mungkin baik hasil
mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Sudjana 1989 : 62). Adapun
yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh atlet lari jarak jauh Pasi Karo
41
42
3.2.2. Sampel
da karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut‟. Sampel pada penelitian ini
adalah atlet lari jarak jauh Pasi Karo. Teknik pengambilan sampel yang
paling
studi
Pendahuluan
Apabila sampel tidak sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan tersebut
maka sampel tidak dapat di masukkan dalam anggota sampel. Setelah di lakukan
43
peneliti maka diperoleh sampel dalam penelitian ini berjumlah 16 orang Atlet Lari
N0 Nama Usia
1 Rustam 17
2 Janeri 17
3 Joas 15
4 Aryawana 16
5 Thea 13
6 Vioni 14
7 Najwa 14
8 Predison 18
9 Guil 17
10 Price 18
11 Doni 16
12 Jekana 13
13 Manda 14
14 Desi 15
15 Dani 16
44
16 Pandu 16
diawali dengan memberikan pre-test kepada subjek penelitian dan diakhir dengan
Adapun Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah latihan Downhill
Runing dan Uphill Runing sebagai variabel bebas dan daya tahan kardiovaskular
terlebih dahulu pemain melakukan tes awal (pre test) yaitu dengan Blept test.
Runing dengan program latihan yang telah disusun. Kemudian setelah 6 minggu
menjalani latihan terprogram. Sampel melakukan tes akhir (post test), sama
seperti pada tes awal yang berguna untuk mengetahui apakah bentuk latihan yang
diberikan dapat berpengaruh kepada pemain atau sampel. Dengan tujuan yang
latihan downhill running dan uphill running terhadap kemampuan daya tahan
3.4.Desain Penelitian
penelitian yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan sebab akibat
antar variabel. Rancangan dalam penelitian ini adalah “ Two Group Pretest
Pairing”. Teknik ordinal pairing adalah teknik pembagian kelompok dengan cara
kelompok didasarkan pada akurasi passing pada saat pretest. Setelah hasil pretest
1 2
4 3
5 6
8 7
9 10
12 11
13 14
16 15
Keterangan :
S : Sampel
K1 : Kelompok eksperimen 1
K2 : Kelompok eksperimen 2
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah di olah. Instrument penelitian yang
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah instrumen tes oleh Budiwanto
setyo (2012:135) menggunakan Bleep Test, tujuan tes ini adalah untuk
mengetahui kemampuan fungsi jantung dan paru-paru yang bisa dilihat dari
lari menempuh jarak 20 meter bolak-balik, yang dimulai dengan lari pelan-pelan
secara bertahap yang semakin lama semakin cepat hingga atlet tidak mampu
mengikuti irama waktu lari, berarti kemampuan maksimalnya pada level bolak-
1) Tujuan
Tes ini berujuan untuk mengukur kemampuan daya tahan kardiovaskuler atlet lari
b. Meteran
e. Kone
3) Petugas
a. pengukur jarak
b. pencatat skor
48
a. Pertama-tama ukurlah jarak sepanjang 20 meter dan beri tanda pada kedua
tes.
d. Suara pada kaset berbunyi “TUT” tunggal pada beberapa interval yang teratur.
e. Peserta tes berlari bertepatan dengan saat bunyi “TUT” yang pertama berbunyi.
g. Setelah mencapai waktu selama satu menit interval waktu di antara kedua
sinyal “TUT” akan berkurang, sehingga kecepatan kecepatan lari harus semakin
cepat.
h. Peserta tes harus selalu menempatkan satu kaki pada atau tepat dibelakang
i. Apabila peserta tes telah mencapai salah satu batas lari sebelum bunyi “TUT”
berikutnya, peserta tes harus berbalik dan menunggu isyarat bunyi “TUT”
j. Dan apabila peserta dua kali berturut-turut tidak mencapai kons sebelum bunyi
k. Peserta tes harus meneruskan lari selama mungkin sampai tidak mampu lagi
menyesuaikan dengan kecepatan yang telah diatur dalam kaset sehingga peserta
tes secara sukarela harus menarik diri dari tes yang sedang dilakukan.
49
penelitian ini dilakukan dua kali yaitu tes awal (pretest) sebelum sampel
melakukan pelatihan dan tes akhir (postest) setelah sampel melakukan pelatihan
4)Validitas
Tingkat validitas instrumen dari Bleep Test Menurut Cooper dkk (2005) adalh
0,785 .
5) Realibitas
Untuk realibitas dari Bleep Test Menurut Chatterjee dkk (2010) adalah senilai 0,81.
Data penelitian ini diperoleh dengan melakukan tes Downhill running dan Uphill
butuhkan dalam penelitian ini diperoleh melalui Pre-test, Treatment dan Posttest.
Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data penelitian dari pertemuan yang
kali pertemuan untuk tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes awal
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data daya tahan kardiovaskular atlet
lari jarak jauh Pasi Karo ya itu dengan melakukan Blept Test. Sehingga dapat
(perlakuan) di 16 kali pertemuan. Tes awal dan tes akhir dilakukan dengan
data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul”. Data yang
diperoleh adalah skor individu dari hasil tes passing bola. Selanjutnya data diolah
apakah hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini dapat diterima atau
prasyarat, untuk membantu analisis data penelitian menjadi lebih baik. Untuk itu
dalam penelitian ini akan dilakukan uji prasyarat diantaranya uji normalitas dan
uji homogenitas.
atau sama dengan Z, jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka :
5. Ambil harga yang paling besar di antara harga – harga mutlak dari
seluruh
6. Dengan bantuan tabel nilai kritis L untuk uji liliefors, maka tentukanlah
nilai L.
Uji homogenitas dilakukan untuk menguji variansi dari tes awal dan tes
akhir baik dari kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Rumus uji
homogenitas adalah sebagai berikut :
Kriteria pengujian :
52
Menentukan rata-rata
DAFTAR PUSTAKA
Bompa, T,O. (1983). Theory and Methodology of Training. The key to Athletic
Press
0605http:www.Temp/Vernilloetal_BiomechanicsandPhysiologyofUphillandDow
nhillRunning.pdf
55
LAMPIRAN
Lampiran 1
PROGRAM LATIHAN
Tabel zona intesitas didasarkan pada reaksi denyut nadi terhadap beban
1 2 3
1 a. Pendahuluan: a. Pendahuluan:
b. Pemanasan b. Pemanasan
lapangan lapangan
stretching stretching
drill drill
awal awal
d. Pengarahan d. Pengarahan
lapangan lapangan
stretching stretching
drill drill
downhill running
5 latihan:
beban 70%xDNM
latihan : istirahat: 2
70%xDNM menit
istirahat: 2 c. Pendinginan
menit
c. Pendinginan
lapangan lapangan
stretching stretching
drill drill
downhill running
6 latihan :
beban 75%xDNM
latihan: istirahat: 2
75%xDNM menit
istirahat: 2 c. Pendinginan
menit
c. Pendinginan
lapangan lapangan
stretching stretching
drill drill
downhill running
7 latihan:
beban 80%xDNM
59
latihan : istirahat: 2
80%xDNM menit
istirahat: 2 c. Pendinginan
menit
c. Pendinginan
lapangan lapangan
stretching stretching
drill drill
downhill running
8 latihan :
beban 85%xDNM
latihan : istirahat: 2
85%xDNM menit
istirahat: 2 c. Pendinginan
menit
c. Pendinginan
60
lapangan lapangan
stretching stretching
drill drill
downhill running
9 latihan :
beban 90%xDNM
latihan : istirahat: 2
90%xDNM menit
istirahat: 2 c. Pendinginan
menit
c. Pendinginan
17 d. Pemanasan d. Pemanasan
lapangan lapangan
stretching stretching
drill drill
downhill running
9 latihan :
beban 90%xDNM
latihan : istirahat: 2
90%xDNM menit
istirahat: 2 c. Pendinginan
menit
c. Pendinginan