Anda di halaman 1dari 86

1

PERBEDAAN PENGETAHUAN MASYARAKAT AWAM YANG BELUM DAN


SUDAH DIBERIKAN PELATIHAN TENTANG HANDS ONLY CPR PADA
KOMUNITAS NEUKAI SURFING DI WILAYAH LOMBOK BARAT.

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram

Disusun Oleh:

AGUS HENDRAWAN
018.01.35220

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


2

MATARAM

2022

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat

i berkat rahmat dan karunia-


Allah Tuhan yang Maha Esa karena

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “PERBEDAAN PENGETAHUAN MASYARAKAT AWAM YANG

BELUM DAN SUDAH DIBERIKAN PELATIHAN TENTANG HANDS

ONLY CPR PADA KOMUNITAS NEUKAI SURFING DI WILAYAH

LOMBOK BARAT.” sebagai salah satu persyaratan akademik

dalam menyelesaikan pendidikan S-1 Keperawatan pada Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat

dukungan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk

itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih terutama

kepada:

1. H. Hadi Suryatno, SE., M.Kes., Ketua Yayasan Al-Amin

Mataram.

2. Dr. Chairun Nasirin, M.Pd., MARS. Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram.

3. Ns. Endah Sulistiyani, M.Kep., Sp. Kep., An, Wakil

ketua I Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram.

4. I Made Eka Santosa, S.Kp.,M.Kes., Wakil Ketua II

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES).


3

5. Ns. Antoni Eka Fajar M,M.Kep. Wakil Ketua III Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram, serta dosen

penguji.

6. Ns. Suhartiningsih,M.kes Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

Mataram .

7. Ns. Endah Sulistiyani, M.Kep,.Sp.Kep.an Pembimbing I

yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ns. Alwan WIjaya,. MMR. Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi.

9. Seluruh civitas akademika STIKES Mataram atas bimbingan

dan bantuannya selama ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

untuk kesempurnaan skripsi ini.


4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................ii
KATA PENGANTAR
........................................................
iii
DAFTAR ISI .............................................v
DAFTAR TABEL
........................................................
vii.....................................................
DAFTAR BAGAN
........................................................
vii.....................................................i
DAFTAR LAMPIRAN ........................................ix
INTISARI................................................x
ABSTRACT................................................xi
BAB I Pendahuluan.......................................1
Latar belakang masalah 1

Rumusan masalah 9

Tujuan penelitian 9

Tujuan umum 9

Tujuan Khusus 9

Manfaat penelitian 9

Manfaat Bagi peneliti 10

Manfaat bagi akedemik 10

Manfaat bagu institusi pendidikan 11

Manfaat bagi peneliti lain 11

Keaslian penelitian 12

BAB II Tinjauan Pustaka.................................13


Teori 13

Tinjauan umum tentang henti jantung 13

Definisi henti jantung 13

Henti jantung pre hospital 13

Tanda-tanda henti jantung 15


5

Etiologi dan factor resiko 15

Penanganan henti jantung 17

Tinjauan umum tentang hand only CPR 19

Pengertian hand only CPR 19

Manfaat pemberian CPR 22

Indikasi pemberian CPR 23

Tatalaksana hand only CPR 25

Factor-faktor yang mempengaruhi hand only CPR 27

3. Teori Surfing 29

Pengertian surfing 29

Sejarah surfing 30

Perkembangan surfing 31

Manfaat olahraga surfing 32

Bahaya surfing 32

4. Tinjauan tentang pengetahuan 33

Definisi pengetahuan 33

Tingkat pengetahuan 33

Cara memperoleh pengetahuan 32

Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 34

Kriteria pengetahuan 38

Kerangka konsep 39

Hipotesis 40

BAB III Metodologi penelitian...........................41


Subjek penelitian 41

Populasi dan sampel penelitian 41

Populasi 41

Sampel 41
6

Teknik pengambilan sampel 42

Rancangan penelitian 42

Teknik pengumpulan data 42

Metode pengumpulan data 42

Instrument penelitian 44

Teknik pengolaha data 45

Identifikasi variable dan definisi operasional 46

Identifiaksi variable 46

Definisi operasional 48

Analisa data 49

Kerangka kerja 50

IV. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................51


HASIL PENELITIAN 51

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 52

Data Umum 53

Data Khusus 56

B. PEMBAHASAN ......................................59
V. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................64
KESIMPULAN 64

SARAN 65

DAFTAR PUSTAKA .........................................86


LAMPIRAN
7

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian...........................11


Tabel 3.1 Definisi Operasional..........................48
Tabel 4.1 Karaktristik Usia.............................53
Tabel 4.2 Kteristik Jenis Kelamin.......................54
Tabel 4.3 Pengetahuan 1.................................56
Tabel 4.4 Pengetahuan 2.................................56
Menganalisa perbedaan pengetahuan kelompok yang belum
dan sudah diberikan pelatihan tentang hands Only CPR
pada komunitas Neukai surfing Di wilayah Lombok Barat. . .57
8

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Konsep...............................39


Bagan 2.1 Kerangka Kerja................................50
9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penyelesaian Skripsi .................70


Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden ................71
Lampiran 3 Informed Consent............................. 72
Lampiran 4 Kuesioner pengetahuan Penelitian ............73
Lampiran 6 Uji normalitas dan homogenitas..............76
Lampiran 7 analisa independen t test ...................77
Lampiran 8 surat izin penelitian .......................78
Lampiran 9 Uji validitas kuisioner pengetahuan..........76
Lampiran 10 Dokumentasi ................................77
10

INTISARI

PERBEDAAN PENGETAHUAN MASYARAKAT AWAL YANG BELUM DAN


SUDAH DIBERIKAN PELATIHAN TENTANG HANDS ONLY CPR PADA
KOMUNITAS NEUKAI SURFING DI WILAYAH LOMBOK BARAT.

Oleh:

AGUS HENDRAWAN
018.01.3520

Henti jantung bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan pada
siapa saja. peristiwa ini mengharuskan masyarakat menyadari
langkah apa saja yangharus dilakukan pada korban dalam
keadaan henti jantung. Kejadian gawatdarurat dengan
pravelensi tertinggi adalah penyakit kardiovaskular.
Mayoritas masyarakat yang mengalami serangan jantung
terlambat untuk mendapatkan pertolongan pertama. Kejadian
ini menambah jumlah mortalitas akibat serangan jantung,
dikarenakan kejadian henti jantung banyak ditemukan pada
korban Serangan jantung diluar rumah sakit. Tujuan
penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaan pengetahuan
kelompok yang belum dan sudah diberikan pelatihan tentang
hands Only CPR pada komunitas Neukai surfing Di wilayah
Lombok Barat.

Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat awam anggota


surfing lombok barat yang berjumlah 50 orang. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 50 responden yang dibagi mnejadi 2
kelompok pelathan yaitu kelompok belum dan sudah terlatih
menggunakan tehnik purposive sampling. Desain penelitian
yang digunakan yaitu quasy eksperimental pre and post test
without control group. Teknik pengumpulan data menggunakan
lembar Kuesioner pre dan post test. Analisa data menggunakan
uji independent T-test.

Hasil output SPSS di dapatkan Nilai T hitung sebesar 12.419


dan Nilai T table sebesar 2.05.

Ada perbedaan efektifitas pelatihan hands only CPR pada


masyarakat awam dengan metode online dan tatap muka dengan
uji independen T-test dan didapatkan hasil T hitung > T
table Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0
ditolak.
11

Kata Kunci : Henti Jantung, Hand Only Cpr, Pengetahuan.

ABSTACT

DIFFERENCES IN THE EARLY COMMUNITY KNOWLEDGE THAT HAVE NOT


AND HAVE BEEN GIVEN TRAINING ON HANDS ONLY CPR IN THE
NEUKAI SURFING COMMUNITY IN THE WEST LOMBOK AREA.

By:

AGUS HENDRAWAN
018.01.3520

Cardiac arrest can happen anywhere, anytime and to


anyone. This incident requires the public to be aware of
what steps should be taken for a victim in cardiac arrest.
The emergency event with the highest prevalence is
cardiovascular disease. The majority of people who have a
heart attack are late to get first aid. This incident
increases the number of deaths due to heart attacks, because
cardiac arrest events are often found in cardiac arrest
victims outside the hospital. The purpose of this study is
to identify differences in the knowledge of groups who have
not and have been given training on hands only CPR in the
Neukai surfing community in the West Lombok region.
The population in this study is the general public who
are members of West Lombok surfing, totaling 50 people. The
sample in this study was 50 respondents who were divided
into 2 training groups, namely the group not yet and already
trained using purposive sampling technique. The research
design used was a quasi experimental pre and post test
without a control group. Data collection techniques using
pre and post test questionnaire sheets. Data analysis used
independent T-test.
The results of the SPSS output get a calculated T
value of 12,419 and a T table value of 2.05.
There is a difference in the effectiveness of hands-
only CPR training in ordinary people with online and face-
to-face methods with an independent T-test and the results
of T count > T table. Thus, it can be concluded that Ha is
accepted and H0 is rejected.
12

Keywords: Cardiac arrest, Hand Only Cpr, Knowledge.

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable

Development Goals (SDGs) baru saja digulirkan dan

Indonesia berkomitmen penuh untuk melaksanakan dan

menyukseskannya. Suksesnya implementasi SDGs di

Indonesia tidak terlepas dari masalah ketersediaan

data. Badan Pusat Statistik sebagai instansi yang

berperan penting dalam monitoring dan evaluasi SDGs

indikator SDGs baik melalui survei-survei yang

secararutin dilakukan oleh BPS maupun melalui

kolaborasi dan koordinasi dengan Kementerian/Lembaga

dalam penyediaan data untuk SDGs.

Berakhirnya MDGs pada 2015 masih menyisakan

sejumlah pekerjaan rumahyang harus diselesaikan pada

periode tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sustainable

Development Goals (SDGs) yang akan dilaksanakan sampai

dengan 2030.

SDGs memiliki 17 indikator tujuan,salah satu

tujuannya ialah terdapat pada tujuan ke 3 yaitu


13

menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan

kesejahteraan seluruh penduduk semua usia. Tujuan 3

berupaya untuk memastikan kesehatan dan kesejahteraan

bagi semua penduduk pada setiap tahap kehidupan.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan

reproduksi serta kesehatan ibu dan anak; mengakhiri

epidemi HIV/AIDS, malaria, TBC dan penyakit tropis;

mengurangi penyakit tidak menular dan environmental

mencapai cakupan kesehatan universal; dan menjamin

akses universal untuk aman, terjangkau serta obat-

obatan dan vaksin yang efektif. Para pemimpin dunia

berkomitmen untuk mendukung penelitian dan

pengembangan, meningkatkan pembiayaan kesehatan,dan

memperkuat kapasitas semua negara untuk mengurangi dan

mengelola risiko kesehatan.

Untuk tujuan 3 sendiri memiliki beberapa target,

salah satu target terdapat pada poin 4 yaitu pada

tahun 2030 mengurangi hingga sepertiga angka kematian

dini akibat penyakit tidak menular, melalui pencegahan

dan pengobatan serta meningkatkan kesehatan mental dan

kesejahteraan. Penyakit tidak menular sendiri

diantarannya adalah penyakit kardiovaskuler (jantung).

Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab

kematian di dunia adalah penyakit tidak menular (PTM)

yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80

persen kematian tersebut terjadi di negara


14

berpenghasilan menengah danrendah. 73% kematian saat

ini disebabkan oleh penyakittidak menular, 35%

diantaranya karena penyakit jantung dan pembuluh

darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit

pernapasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15%

disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO, 2018).

Keprihatinan terhadap peningkatan prevalensi PTM

telah mendorong lahirnya kesepakatan tentang strategi

global dalam pencegahan dan pengendalian PTM,

khususnya di negara berkembang. PTM telah menjadi isu

strategis dalam agenda SDGs 2030 sehingga harus

menjadi prioritas pembangunan disetiap negara.

Henti jantung bisa terjadi dimana saja, kapan

saja dan pada siapa saja. Peristiwa ini mengharuskan

masyarakat menyadari langkah apa saja yangharus

dilakukan pada korban dalam keadaan henti jantung.

Kejadian gawatdarurat dengan pravelensi tertinggi

adalah penyakit kardiovaskular. Mayoritas masyarakat

yang mengalami serangan jantung terlambat untuk

mendapatkan pertolongan pertama. Kejadian ini menambah

jumlah mortalitas akibat serangan jantung, dikarenakan

kejadian henti jantung banyak ditemukan pada korban

Serangan jantung diluar rumah sakit (OHCA)(Mancini et

al., 2015).

Jumlah kejadian henti jantung menjadi masalah global yang


dihadapi berbagai negara (Marijon et al, 2015). Data yang
diperoleh adalah lebih dari 135 juta orang terkena henti
15

jantung diluar rumah sakit dan berakibat kematian, dengan


angka kejadian antara 20- 140 per 100.000 penduduk dengan
angka survival rate 2%-11%.

Menurut World Health Organization (WHO), henti

jantung merupakan salah satu penyakit penyebab

kematian nomor satu di dunia dengan presentase jumlah

kematian sebesar 60%. Di perkirakan sekitar 350.000

orang meninggal per tahunnya akibat henti jantung di

Amerika Serikat dan Kanada (AHA, 2015). Sedangkan

prevalensi penderita henti jantung (cardiac arrest) di

Indonesia tiap tahunnya belum didapatkan data yang

jelas, walaupun demikian diperkirakan sekitar 10 ribu

warga, yang berarti 30 orang per hari mengalami henti

jantung. Kejadian terbanyak dialami oleh penderita

jantung koroner (Depkes, 2010). Kejadian OHCA di

beberapa negara yang tergabung dalam Asia-Pasifik

salah satunya Indonesia dalam tiga tahun terakhir

yakni sebanyak 60.000 kasus (Hock, Pin, & Alhoda,

2014). Sedangkan jumlah prevalensi penderita henti

jantung di Indonesia tiap tahunnya belum didapatkan

data yang jelas, namun diperkirakan sekitar 10 ribu

warga, yang berarti 30 orang per hari. Kejadian

terbanyak dialami oleh penderita jantung koroner

(Depkes, 2006).

Di provinsi Nusa Tenggara Barat sendiri untuk

datahenti jantung tidak ada tercantum secara detail

data untuk kejadian henti jantung. Namun memiliki data


16

untuk kasus yang dapat menyebabkan kejadian henti

jantung, data berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi

PTM seperti penyakit jantung berdasarkan karateristik

umur < 1 – 75+ tahun sebesar 18,9%, berdasarkan

tingkat pendidikan sebesar 10,1%, dan berdasarkan

pekerjaan sebesar 15%. ( Data Riskesdas NTB,2018 ).

Tenaga medis bukan satu-satunya orang yang dapat

melakukan bantuan hidup dasar, tetapi orang yang

menemukan korban dengan henti jantung pertama kali,

maka dialah orang yang seharusnya bertanggung jawab

melakukan pertolongan segera (AHA, 2015). Salah satu

cara untuk meningkatkan kekuatan Chain Of Survival

tentang pengenalan henti jantung dan hand only CPR

adalah dengan cara meningkatkan jumlah penolong

(bystander) dikalangan masyarakat awam. Semakin tinggi

jumlah penolong yang terlatih maka kematian akibat

henti jantung akan menurun.

Henti jantung yang terjadi diluar rumah sakit

(RS) biasa dikenal dengan nama OHCA (Out Of Hospital

Cardiac Arrest). OHCA merupakan penyebab utama

kematian di Amerika dan Eropa. Orang awam sangat

dibutuhkan dalam penatalaksanaan OHCA, akan tetapi

tingkat pengetahuan dan keterampilan orang awam masih

kurang pada saat mengetahui korban henti jantung.

Mereka tidak mengetahui ciri-ciri orang mengalami

henti jantung, bagaimana melakukan pertolongan dan


17

meminta bantuan sekitarnya. Untuk penatalaksanaan OHCA

orang awam harus mempunyai pengetahuan henti jantung,

meminta bantuan dan melakukan hand only CPR

(AHA,2015).

Bantuan hidup dasar merupakan suatu tindakan yang

dapat diajarkankepada semua tingkatan masyarakat,

tidak hanya kepada tenaga kesehatan.Keadaan ini

disebabkan setiap individu mempunyai skill basic life

support atau bantuan hidup dasar (BHD). Kemampuan

pertolongan bantuan hidup dasar menjadi sangat penting

karena didalamnya mengajarkan bagaimana pertolongan

pertama pada korban dari berbagai jenis kejadian yang

tidak diharapkan dalam kehidupan sehari-hari

(Oktarina, 2019).

Masyarakat awam Merupakan orang yang berada di tempat


kejadian di luar rumah sakit saat henti jantung atau
cardiac arrest terjadi, serta dapat dan mau untuk melakukan
CPR pada orang yang mengalami henti jantung tersebut (Hjm et
al. 2020). Pemberian CPR yang berkualitas dapat dilakukan
oleh siapa saja termasuk orang awam atau bystander, namun
pemberian CPR lebih baik dilakukan oleh tenaga medis (AHA,
2015).

Dari studi yang dilakukan oleh American Heart

Association (AHA) tahun 2010 melaporkan bahwa orang

dewasa yang menerima CPR dengan jenis kompresi saja

atau disebut sebagai Hands-Only CPR dari seseorang

lebih bertahan daripada yang tidak menerima CPR jenis

apapun. Studi lainnya juga memperlihatkan bahwa angka

keselamatan dari orang dewasa yang henti jantung dan


18

ditolong oleh seseorang yang bukan tenaga kesehatan

hasilnya mirip, baik yang jenis Hands-Only CPR maupun

CPR konvensional (Manik et al,2018). Berdasarkan studi

oleh AHA tahun 2015, kaum awam biasanya panik dan

kepanikan ini menjadi hambatan utama dalam melakukan

CPR. Tehnik Hands-Only CPR yang sederhana dapat

membantu mengatasi kepanikan dan keragu-raguan dalam

bertindak (AHA, 2014).

Aktivitas olahraga merupakan hal yang sangat

menyehatkan,namun pada beberapa kondisi akan memicu

adanya henti jantug,misalnya pada olahraga ekstrim

yang memicu adrenalin. Salah satu olahraga yang dapat

dikategorikan ekstrim adalah olahraga surfing,dimana

olahraga ini membutuhkan stamina yang optimal,namun

tidak jarang olahraga ini membuat para penggiatnya

lalai terhadap kebutuhan hidrasi tubuhnya. Henti

jantung saat olahraga juga bisa terjadi akibat

dehidrasi. Perlu diketahui bahwa dehidrasi membuat

kadar mineral,seperti kalium,dan megnesium menjadi

sangat rendah. Padahal, mieral tersebut mengandung

muatan listrik yang membantu saraf dan otot jantung

bekerja sebagaimana mestinya saat kadar kadar mineral

tersebut sangat rendah, aktivitas sinyal listrik

dijantung bisa terganggu menyebabkan aritma dan henti

jantung.
19

Neukai Surfing adalah sebuah komunitas para

surfer di kabupaten Lombok Barat yang telah menyadari

pentingnya belajar Hands only CPR bagi orang awam,

terutama karena kegiatan mereka adalah kegiatan

ekstrim di alam bebas yang memiliki kemungkinan

kemungkinan terburuk termasuk henti jantung, sehingga

memulai untuk belajar melakukan pertolongan pertama

pada henti jantung. Kesadaran awal muncul dari ketua

komunitas yang latar belakangnya seorang WNA asal

Australia dimana disana sudah terbiasa untuk melakukan

latihan Hands only CPR sehingga mengupayakan

komunitasnya mendapatkan pelatihan tentang Hands only

CPR. Selama masa pandemi, mereka telah melaksanakan 2

kali pelatihan Hands Only CPR bagi orang awam sebagai

bentuk komitmen mereka untuk meningkatkan kapasitas

menjadi awam terlatih. Komunitas ini menjadi satu

ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk melihat

kemampuan personal sebelum dan sesudah pelatihan dari

segi usia dan dirasakan cocok untuk menjadi tempat

penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti,

mengingat agenda serupa juga akan terjadwal

berikutnya.

Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan pengetahuanmasyarakat awam yang belum


endapatkan pelatihan dan sudah mendapatkan pelatihan hands
Only CPR ?

Tujuan
20

Tujuan Umum

Mengidentifikasi perbedaan pengetahuan kelompok

yang belum dan sudah diberikan pelatihan tentang hands

Only CPR pada komunitas Neukai surfing Di wilayah

Lombok Barat.

Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan kelompok yang belum

diberikan pelatihan Hands only CPR

b. Mengidentifikasi pengetahuan kelompok yang sudah

diberikan pelatihan Hand only CPR.

c. Menganalisa perbedaan pengetahuan kelompok yang

belum dan sudah diberikan pelatihan tentang hands

Only CPR pada komunitas Neukai surfing Di wilayah

Lombok Barat.

Manfaat penelitian

Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman kepada peneliti dalam

melakukan penelitian tentang perbedaan pengetahuan

sebelum dan sesudah diberikan pelatihan hands Only

CPR pada komunitas Neukai surfing di wilyah Lombok

Barat

Bagi Responden

Sebagai bahan informasi serta meningkatkan

kesadaran publik tentang pentingnya memahami Hands

Only CPR bagi masyarakat awam.

Bagi Institusi Pendidikan


21

Hasil peneltian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan masukan terhadap pembelajaran dalam

pendidikan, khusunya pada mata ajar keperawatan

gawat darurat.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

data dasar ataupun sebagaipembanding bagi peneliti

selanjutnya dalam mengadakan penelitian dengan tema

yang sesuai.
22

Keaslian penelitian

Tabel 1.1 keaslian penelitian

No.

Nama,tahun

Judul penelitian

Desain penelitian

Tehnik pengambilan sample

Hasil

Lia Puji Lestari, 2020

Efektifitas Pemberian Edukasi Demonstrasi Terhadap


Penigkatan Keterampilan Hands Only CPR Pada Anggota PMR SMAN
1 KARANG JATI
23

Pra Eksperimen Dengan Rancangan Penelitian, One Grup Pre


test-Post Test

Total Sampling

Dari hasil penelitian didapatkan tingkat keterampilan dari


semua responden sebelum diberikan edukasi demonstrasi dengan
nilai rata-rata sebesar 16,84. Setelah dilakukan edukasi
demonstrasi rata- rata nilai keterampilan siswa menjadi
75,26. Maka rata- rata kenaikan nilai keterampilan sebesar
58,42. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji
wilcoxon didapatkan p-value sebesar 0,000< 0,05 yang berarti
edukasi demonstrasi efektif dalam meningkatkan keterampilan
anggota PMR SMAN 1 Karangjati.

Atikah Fatmawati1*, Nurul Mawaddah2, Ike Prafita Sari3,


Mujiadi4,2020
Peningkatan Pegetahua Bantua Hidup Dasar pada Henti Jantung
diluar Rumah sakit da Resusitasi janntung paru pada siswa
SMA

Role play

Total sampling

Dalam pelaksanaan
program pelatihan
BHD didapatkan
hasil pengetahuan
peserta berada
pada kategori
baik, yaitu
definisi BHD
(74,8%), teori
danger (72,4%),
teori meminta
bantuan (call for
help) (75,2%),
teknik kompresi
(72,3%), dan
teori “saat yang
tepat untuk
menghentikan BHD”
(77,4%).

3
24

Fia bela kusuma, 2021

Manajemen pre-hospital kasus henti jantung di masyarakat.

penelitian menggunakan literature review

Purposive sampling

Dari penelitian didapatkan 5


artikel, Bahwa manajemen Manajemen Pre-hospital Kasus Henti
jantung di
masyarakat menggunakan teknik CPR (Cardio pulmonary
Resuscitacion)
memiliki peran penting dalam pencegahan terjadinya kasus
henti jantung
dimasyarakat.

Eliana fadiah,2017

Gambaran pengetahuan perawat tentang high quality CPR

penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode


cross-sectional

Sampel sebanyak 34 orang diambil dengan teknik total


sampling.

Tingkat pengetahuan perawat tentang high quality CPR adalah


kurang 1 (2,9%), cukup 6 (17,6%) dan baik 27 (79,4%).

Pengetahuan perawat tentang high quality CPR adalah baik,


akan tetapi perlu diadakan penyegaran ulang mengenai CPR
agar dapat meningkatkan pelayanan menjadi lebih baik lagi.
25

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Teori

Tijauan teori tentang Henti Jantung

Definisi Henti Jantung

Cardiac Arrest merupakan kegawatdaruratan dari


penyakit jantung (Suhartanti, dkk, 2017). Henti jantung atau
cardiac arrest merupakan keadaan dimana terjadinya
penghentian mendadak sirkulasi normal darah ditandai dengan
menghilangnya tekananan darah arteri (Hardisman, 2014).

Henti Jantung Pre Hospital

Henti jantung sering terjadi saat pasien berada

diluar lingkungan rumah sakit atau disebut juga out

of hospital cardiac arrest (OHCA). OHCA didefinisikan

sebagai kondisi berhentinya aktivitas mekanik jantung

yang ditandai dengan tidak adanya tanda sirkulasi

jantung dan kejadian terjadi di luar rumah sakit

(Berg et al, 2010). Henti jantung pre hospital atau

out of hospital cardiac arrest (OCHA) adalah suatu

kejadian henti jantung yang terjadi pada insiden

korban diluar rumah sakit. Henti jantung pre hospital

menjadi salah satu fokus permasalahan kesehatan di

dunia dengan angka kejadian yang sangat tinggi yang

dapat mengancam keselamatan jiwa manusia.

Pertolongan pertama dari bystandart CPR dapat

mencegah resiko kematian dan kecacatan. Pengetahuan

masyarakat tentang penanganan henti jantung penting

diteliti karena pengetahuan merupakan dasar dalam


26

melakukan tindakan. Banyak kejadian henti jantung di

masyarakat yang tidak dapat diselamatkan dikarenakan

ketidaktahuan mereka untuk memberikan respon kegawat

daruratan.

Para orang awam atau bystander yang menyaksikan

seorang dewasa tiba-tiba pingsan harus mengaktifkan

layanan medis darurat (EMS) dan memberikan kompresi

dada berkualitas tinggi dengan mendorong kuat dan

cepat di tengah dada korban. Rekomendasi ini didasari

oleh evaluasi studi ilmiah terbaru dan kesepakatan

dari American Heart Association Emergency

Cardiovascular Care (ECC) Committee yang

dipublikasikan untuk memperbaharui ”Panduan American

Heart Association (AHA) 2005 dalam melakukan

Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) dan Emergency

Cardiovascular Care (ECC) ” Pedoman tersebut dapat di

aplikasikan sebagai acuan oleh para orang awam atau

bystander ketika menghadapi orang pingsan dengan

henti jantung atau cardiac arrest (Sayre et al.

2008). Tapi sekarang bystander atau orang awam yang

bukan tenaga medis tidak perlu meng-khawatirkan untuk

melakukan tindakan ventilasi atau rescue breathing

lagi, hal ini karena dari berbagai penelitian

membuktikan bahwa pemberian kompresi dada saja tanpa

pemberian rescue breathing, sama efektifnya dengan

CPR yang menggunakan rescue breathing sehingga tidak


27

ada perbedaan yang begitu signifikan antara keduanya,

yang terpenting ialah terselamatnya nyawa pasien

dengan cardiac arrest (Girianto, 2020).

Tanda-Tanda Henti Jantung

Tanda-tanda seseorang yang mengalami henti


jantung menurut AHA (2015) adalah sebagai berikut:

Ketika korban jatuh dan pingsan, saat diberi rangsangan


tidakada respon pada suara, tepukan atau cubitan pada korban

Korban bernapas tidak normal, saat dibuka jalan napas korban


tidak menunjukkan pernapasan normal

Napas terhenti atau tersengal, tidak teraba nadi karotis

Penyebab dan faktor resiko

Peristiwa henti jantung secara umum dapat terjadi

baik disebabkan oleh faktor baik cardiac maupun non

cardiac (Robert A. Berg et al, 2010). Suharsono dan

Kartikawati (2009) memaparkan beberapa faktor resiko

terjadinya henti jantung antara lain:

Faktor resiko utama yang tidak dapat diubah:

1. Keturunan

2. Jenis kelamin laki laki

3. Bertambahnya usia

Faktor resiko utama yang dapat diubah:

Merokok

Merokok meningkatkan kemungkinan resiko kematian

akibat penyakit hantung dan pembuluh darah dua hingga

tiga kali lipat. Resiko akan berkurang hingga 50%


28

pada pasien yang berhenti merokok (Suharsono dan

Kartikawati, 2009).

Hipertensi dan Diabetes Melitus

Diabetes merupakan faktor utama resiko penyakit

kardiovaskular pada 150 juta orang di seluruh dunia

dengan prevalensi pada usia muda yang diperkirakan

akan terus meningkat dalam 25 tahun ke depan. Jumlah

penderita hipertensi di seluruh dunia yang tidak

diobati dan tidak terkontrol diperkiranakan mendekati

690 juta jiwa (Suharsono dan Kartikawati, 2009).

Kadar kolesterol darah yang tinggi

Kadar kolesterol total merupakan prediktor

signifikan terhadap peningkatan resiko terjadinya

henti jantung. Peningkatan 1 mmol/L kadar kolesterol

total dikaitkan dengan kenaikan kemungkinan

terjadinya henti jantung sebanyak 40%. Kadar

trigleserida yang tinggi juga dikatkan erat dengan

fenomena ini (Thorgeirsson, 2005).

Penanganan Henti Jantung

AHA (2015) merekomendasikan solusi atas henti


jantung, yaitu dengan meningkatkan peran setiap orang
komunitas untuk menjadi seorang bystander resusitasi jantung
paru (RJP) (American Heart Association,2015).

Penolong tidak terlatih harus mengenali serangan,


meminta bantuan, dan memulai CPR, serta memberikan
defibrilasi (misalnya, PAD/Public-acces defribilation)
29

hingga tim penyedia layanan medis darurat yang terlatih


secara profesional mengambil alih tanggung jawab lalu
memindahkan pasien ke unit gawat darurat dan/atau
laboratorium kateterisasi jantung (American Heart
Associtation, 2015).

Tindakan pertama yang dilakukan pada korban dalam


keadaan henti jantung disebut dengan bantuan hidup dasar
(BHD). Ciri ciri seseorang mengalami henti jantung ditandai
dengan hilangnya kesadaran, terjadinya henti nafas, tiba-
tiba terjatuh hingga tidak terabanya nadi karotis. Bantuan
hidup dasar (BHD) adalah serangkaian usaha yang harus
dilakukan pada korban henti jantung diluar rumah sakit
(OHCA) yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kecacatan
atau bahkan kematian pada korban henti jantung diluar rumah
sakit (OHCA) (Festi Fiki NiswatuRahmah1, 2019).

Para orang awam atau bystander yang menyaksikan


seorang dewasa tiba-tiba pingsan harus mengaktifkan layanan
medis darurat (EMS) dan memberikan kompresi dada berkualitas
tinggi dengan mendorong kuat dan cepat di tengah dada
korban. Rekomendasi ini didasari oleh evaluasi studi ilmiah
terbaru dan kesepakatan dari American Heart Association
Emergency Cardiovascular Care (ECC) Committee yang
dipublikasikan untuk memperbaharui ”Panduan American Heart
Association (AHA) 2005 dalam melakukan Cardiopulmonary
Resuscitation (CPR) dan Emergency Cardiovascular Care (ECC)
” Pedoman tersebut dapat diaplikasikan sebagai acuan oleh
para orang awam atau bystander ketika menghadapi orang
pingsan dengan henti jantung atau cardiac arrest (Sayre et
al. 2008). Tapi sekarang bystander atau orang awam yang
bukan tenaga medis tidak perlu meng-khawatirkan untuk
melakukan tindakan ventilasi atau rescue breathing lagi, hal
ini karena dari berbagai penelitian membuktikan bahwa
pemberian kompresi dada saja tanpa pemberian rescue
breathing, sama efektif nya dengan CPR yang menggunakan
rescue breathing sehingga tidak ada perbedaan yang begitu
signifikan antara keduanya, yang terpenting ialah
terselamatnya nyawa pasien dengan cardiac arrest (Girianto,
2020).
30

Tijauan teori tentang Hands Only CPR

Pengertian Hands Only CPR

Cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau dikenal juga dengan


Resusitasi Jantung Paru (RJP) dapat didefinisikan sebagai
salah satu metode yang dapat mengembalikkan pernapasan dan
sirkulasi pada korban yang mengalami henti jantung mendadak.
Melakukan CPR tidak hanya dilakukan di dalam ruang operasi,
tetapi juga bisa dilakukan di luar rumah sakit apabila
menemukan korban dalam keadaan henti jantung maka melakukaan
CPR sangatlah diperlukan untuk mempertahankan jiwa korban.
Melakukan CPR masuk kedalam hal yang disebut dengan Basic
Life Support (BLS). BLS merupakan pendekatan sistematik
untuk penilaian pertama korban, dalam mengaktifkan respon
gawat darurat (Ganthikumar, 2016).

Dalam bahasa lain CPR merupakan sebuah tehnik dari bantuan


hidup dasar dimana ini merupakan serangkaian kompresi dada
dan ventilasi nafas untuk pasien dengan henti jantung
(Maulidia & Loura, 2019). Karena Hands Only CPR lebih mudah
dilakukan oleh orang awam dan dapat dipandu melalui telepon
oleh petugas operator pelayanan ke gawat daruratan (Ghuysen
et al. 2011).

Pada fokus pembaharuan AHA (2018)

merekomendasikan pada saat OHCA terjadi dispatcher

atau penyedia layanan kesehatan gawat darurat harus

menginstruksikan penelpon yang melaporkan kejadian

OHCA untuk melakukan Hands Only CPR atau CPR dengan

kompresi dada saja untuk orang dewasa dengan dugaan

OHCA, pada AHA (2018) juga di sebutkan bahwa orang

awam yang tidak terlatih juga harus melakukan

tindakan Hands Only CPR dengan atau tanpa di

instruksikan oleh tenaga kesehatan (McCarthy et al.

2018). Sedangkan, untuk orang awam terlatih

disarankan melakukan CPR dengan menggunakan kompresi


31

dada dan ventilasi (rescue breathing) atau CPR

konvensional (Panchal et al. 2018).

Resusitasi jantung paru merupakan prosedur

darurat mendadak yang membutuhkan respon yang cepat

dan efisien, dan membutuhkan personil khusus yang

terlatih dalam menangani pasien dalam keadaan gawat

darurat (Fanshan, et al, 2012). Tujuan utama

resusitasi jantung paru ialah untuk mengoptimalkan

aliran darah ke organ-organ vital, umumnya jantung

dan otak. Tindakan ini dilakukan untuk

mengoptimalkan kemungkinan terjadinya ROSC (Return

Of Spontanius Circulation) dan hasil neurologis yang

lebih baik (Bobrow et al, 2011). Resusitasi jantung

paru mampu menghasilkan 10% - 30% dari aliran darah

normal ke jantung dan 30% - 40% dari aliran darah

normal ke otak jika dilakukan dengan efisien

( Meaney et al, 2013). Seperti yang telah

disampaikan sebelumnya, resusitasi jantung paru

(CPR) harus dilakukan dengan tepat baik pelaksana

dan metode pelaksanaannya.

Kompresi akan mengalirkan darah dengan

meningkatkan tekanan intrathoracic yang langsung

menekan jantung. Tekanan ini akan menghasilkan

aliran darah dan oksigen ke miokardium dan otak.

Sedangkan ventilasi atau nafas buatan dilakukan

dengan bantuan maneuver Head Tilt chin lift atau jaw


32

Trust. Ventilasi efektif diberikan dalam waktu 1

detik tiap ventilasi dengan volume tidal yang cukup

ditandai adanya elevasi dinding dada pasien (Visible

Chest Rise). Namun pada algoritma Hands Only CPR

bagi orang awam tidak direkomendasikan untuk

melakukan ventilasi dikarenakan ada keterbatasan

serta kemungkinan resiko penularan penyakit menular.

Tehnik kompresi tanpa ventilasi ini disebut dengan

Hands Only CPR.

Hands Only CPR merupakan intervensi

penyelamatan nyawa dan merupakan pusat dari

resusitasi pada kasus henti jantung. Keselamatan

pasien dari henti jantung bergantung pada pengenalan

segera dari henti jantung yang terjadi dan aktivasi

pelayanan gawat darurat segera serta Hands Only CPR

dengan kualitas yang baik. Penelitian klinis

menunjukan bahwa kualitas resusitasi jantung paru

saat resusitasi memiliki pengaruh signifkan terhadap

angka keselamatan pada pasien. Namun fenomena ini

bergatung pada sistem kesehatan yang tersedia.

resusitasi jantung paru dengan kualitas yang buruk

merupakan kerugian yang dapat dicegah (Preventable

Harm) yang dapat dicegah dengan pemberian resusitasi

jantung paru kualitas tinggi (High Quality CPR)

(Meane et al, 2010).

Manfaat Pemberian CPR


33

Pemberian Cardiopulmonary resuscitation (CPR)

yang berkualitas merupakan salah satu usaha untuk

meningkatkan survival rate pada kejadian henti

jantung (Winarti & Rosiana, 2020). Bahkan pemberian

CPR dapat meningkatkan angka survival rate dari

penderita dua kali bahkan tiga kali lipat (Sutton et

al. 2014). Serta pemberian CPR juga merupakan upaya

mengembalikan fungsi nafas dan atau sirkulasi yang

berhenti oleh berbagai sebab dan dapat membantu

memulihkan kembali fungsi jantung dan paru ke

keadaan normal, CPR juga dapat tetap menjaga aliran

oksigen yang adekuat ke otak dan organ vital lainnya

sampai ia dapat memulihkan denyut jantung normal

kembali(Ganthikumar, 2016). Pemberian CPR juga dapat

mencegah kematian biologis pada dua fungsi penting

yaitu pernafasan dan sirkulasi yang irreversible

(Jamil, 2010).

Indikasi Pemberian CPR

Henti Napas

Keadaan henti napas primer dapat disebabkan oleh banyak hal,


seperti serangan Stroke, keracunan obat, tenggelam, terhirup
asap/uap/gas, adanya benda asing yang menghalangi jalan
nafas, sengatan listrik, sambaran petir, serangan infark
jantung, radang epiglotis, tercekik (mati lemas), trauma,
dan sebagainya (AHA, 2010).
34

Keadaan berhenti bernapas ini ditandai dengan tidak adanya


gerakan dada dan aliran udara berupa ekspirasi serta
inspirasi yang berasal dari korban, dengan itu harus segera
dilakukan BLS atau Basic Life Support pada korban (Wiryana
et al. 2010). Pada awal henti napas terjadi, jantung masih
berdetak serta denyut nadi masih bisa diraba, dan oksigen
masih bisa mengalir ke seluruh peredaran darah yang di
sirkulasikan oleh jantung ke organ-organ vital seperti otak
namun hanya terjadi dalam beberapa menit saja. Dengan
memberikan bantuan resusitasi, maka itu dapat membantu
jantung untuk menciptakan sirkulasi yang lebih baik serta
dapat meminimalkan resiko kegagalan perfusi organ
(Ganthikumar, 2016).

Henti Jantung

Keadaan henti jantung ditandai dengan tidak adanya atau


tidak terdeteksinya nadi dan tanda–tanda sirkulasi lainnya
(Darwati et al. 2015). Henti jantung atau cardiac arrest
adalah ketidakmampuan curah jantung untuk menyediakan
oksigen yang cukup untukorgan vital seperti otak dan organ
lainnya secara tiba-tiba, namun dapat kembali normal jika di
lakukan tindakan yang tepat dengan segera. Jika tindakan
tidak adekuat maka dapat menyebabkan kerusakan dan kematian
organ otak secara reversibel (Ganthikumar, 2016). Henti
jantung yang terminal yang di sebabkan oleh usia lanjut atau
penyakit kronis tertentu tidak dapat di kategorikan sebagai
henti jantung atau cardiac arrest (Subagjo et al. 2011).

Dalam beberapa kasus sebagian besar henti

jantung disebabkan oleh fibrilasi ventrikel atau

takikardi tanpa denyut, lalu disusun oleh ventrikel

asistol dan terakhirnya oleh disosiasi elektro-

mekanik. Dua jenis henti jantung yang berakhir lebih

sulit ditanggulangi kerana akibat gangguan pacemaker

jantung. Fibirilasi ventrikel terjadi karena

koordinasi aktivitas jantung menghilang

(Ganthikumar, 2016).

Tatalaksana Hands Only CPR


35

Hands-Only CPR merupakan RJP tanpa pemberian bantuan nafas


mulut ke mulut. Tehnik ini direkomendasikan penggunaannya
untuk orang yang melihat seorang dewasa atau remaja tiba-
tiba kolaps di luar rumah sakit, entah itu di rumah, tempat
kerja atau mungkin di taman (AHA, 2017). Tehnik ini terdiri
dari dua langkah mudah yakni:

Panggil bantuan (nomor telepon emergensi terdekat) atau


minta seseorang untuk memanggil bantuan (Call 119). Pusat
bantuan di Indonesia yang saat ini aktif adalah Call Center
119. Walaupun sistemnya belum dapat berjalan dengan baik,
namun keberadaannya dapat menjadi sebuah awal system pre
hospital yang baik. Call Center 119 adalah sebuah nomor
gawat darurat yang dapat dihubungi oleh masyarakat untuk
layanan gawat darurat medis termasuk kondisi henti jantung.

langkah kedua adalah melakukan penekanan yang cepat dan kuat


pada tengah dada (push hard and fast in the center of the
chest) (Manik et al. 2018).

Penolong dituntut untuk mampu mengidentifikasi letak


penempatan tumit tangan pada area dada pasien. Penolong
harus mampu meletakkan tumit tangan ditengah dada pasien
(setengah bagian bawah dari sternum) dan satu tumit tangan
yang lainnya berada tepat diatas tangan pertama. Posisi ini
memungkinkan tangan dalam posisi saling overlapping dan
parallel (Berg et al, 2010). Tindakan ini dilakukan untuk
memastikan bahwa titik kompresi yang tepat mampu memberikan
kompresi yang baik guna menghasilkan Cardiac Output yang
cukup saat dilakukannya CPR. Laju kompresi mudah untuk
diukur dan dimodifikasi (Jantti 2010).

Guideline AHA merekomendasikan laju kompresi minimal adalah


100-120 x permenit.

Kedalaman kompresi didefinisikan sebagai defleksi posterior


maksimum dari sternum pada recoil normal dinding dada.
(Jantti, 2010). Kompresi dada merupakan salah satu bagian
terpenting dalam CPR kualitas tinggi (Edelson and Walsh,
2011). Kompresi dada dapat menghasilkan aliran darah kritis
dan oksigen sebagai sumber energy bagi jantung dan otak. AHA
(2010) merekomendasikan kompresi dada pada setiap penekanan
minimum berkedalaman 2 inci (50 milimeter) pada orang dewasa
(Meaney et al, 2013).
36

Recoil dada yang sempurna muncul ketika pengkompresi


melepaskan dinding dada secara penuh saat akhir kompresi.
Kompresi dada yang tidak sempurna dapat muncul ketika
seorang penolong menumpukan tangannya tumit tangannya di
dada pasien sehingga mencegah dada mengembang secara
maksimal. Bertumpunya penolong pada dada pasien menyebabkan
menurunnya aliran darah ke jantung, menurunkan venous return
dan cardiac output (Meaney et al, 2013).

Pada saat melakukan Hands Only CPR penolong harus sedapat


mungkin mengurangi terjadinya gangguan pada saat terjadinya
proses kompresi dan ventilasi. Gangguan yang dapat
ditoleransi adalah tidak lebih dari 10 detik disetiap 2
menit siklus CPR. Proses ini akan menghasilkan fraksi
kompresi (CCF) >90% (Edelson and Walsh, 2011). Chest
Compression Fraction (CCF) adalah proporsi waktu dari
kompresi dada yang dilakukan selama penanganan henti
jantung. AHA (2010) merekomendasikan CCF >80% (Meaney et al,
2013). Sebuah penelitian menunjukan bahwa interupsi 80%
(Edelson and Walsh, 2011).

Faktor yang mempengaruhi Hands Only CPR

Resusitasi jantung paru mampu menghasilkan 10%-

30% dari aliran darah normal ke jantung dan 30%-40%

dari aliran darah normal ke otak jika dilakukan

dengan efisien ( Meaney et al, 2013). Melalui Hands

Only CPR yang baik, kelangsungan hidup sel otak dan

jantung dapat dipertahankan segi menunggu

penatalaksanaan berikutnya. Usaha pemberian

resusitasi jantung paru kualitas tinggi dapat

dilakukan melalui pelaksanaan poin-poin penting

dalam prosedur resusitasi jantung paru kualitas

tinggi meliputi penempatan tangan yang tepat saat

kompresi, kedalaman yang cukup, frekuensi kompresi

yang cukup, recoil dinding dada yang sempurna/penuh,


37

serta interupsi minimal. Fenomena pemberian

resusitasi jantung paru kualitas tinggi ternyata

tidak selalu sesuai dengan harapan. Beberapa faktor

mampu mempengaruhi dan berkontribusi terhadap

menurunnya kualitas resusitasi jantung paru.

Faktor faktor tersebut antara lain :

a. Gender / jenis kelamin

Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki mampu

memberikan kompresi dada lebih dalam daripada

perempuan ketika menggunakan European Resuscitation

Council (30:2). Sedangkan perempuan melakukan

kompresi dada yang lebih dalam bila menggunakan

rasio 15:2 (Sayee, Nicole dan McCluskey, 2012).

b. Kelelahan

Melakukan resusitasi jantung paru secara manual

merupakan suatu pekerjaan berat. Durasi rata-rata

CPR untuk semua episode resusitasi jantung paru

sekitar 15-22 menit dengan rata rata penatalaksanaan

resusitasi jantung paru intra hospital 14-16 menit

(Jannti, 2010). Kelelahan pada penolong dapat muncul

satu menit setelah Hands only CPR dimulai, meskipun

penyelamat sendiri menunjukkan onset kelelahan

sekitar 4-5 menit kemudian ( Ochoa et al, 1998 dalam

Jannti, 2010). Secara klinis, kedalaman kompresi

dada menurun setelah 90 detik terus kompresi dada,


38

namun penurunan ini tidak signifikan secara klinis

(Jannti, 2010).

Tinjauan teori surfing

Surfing Atau Selancar Air

Surfing atau selancar air adalah termasuk kedalam

jenis olahraga air, surfing sebuah olahraga yang

dilakukan di atas ombak dengan menggunakan sebilah

papan untuk bermanuver di atas ombak, lalu papan yang

dikemudikan oleh peselancar atau surfer akan bergerak

oleh ombak sehingga peselancar tertantang untuk

mengendalikan keseimbangan tubuh di atas papan

(Richard, 2010). Di dalam olahraga selancar air

terdapat dasar-dasar olahraga lainnya seperti renang

dan mendayung.

Selancar air merupakan olahraga ekstrim yang

dikategorikan sebagai olahraga prestasi dan rekreasi,

dan olahraga selancar air juga dapat dijadikan sebagai

hobi maupun profesi (Krisnandar, 2016).

Sejarah Olahraga Selancar Air

Olahraga selancar air atau surfing awalnya merupakan


tradisi masyarakat Hawai, yang kemudian ditemukan oleh
Kapten James Cook dalam perjalanannya dari Tahiti menuju
Amerika Utara saat melewati Samudera Pasifik. Tradisi
masyarakat Hawaii tersebut menjadi sebuah hal yang
diperhatikan oleh para awak kapal James Cook, karena orang
dapat berjalan di atas ombak menggunakan sebuah papan. 6
Namun Kapten James Cook terbunuh saat upaya pembebasan kapal
39

yang disembunyikan oleh masyarakat Hawai. Salah satu letnan,


yang bernama Letnan James King diberi tugas khusus untuk
menyelesaikan jurnal Kapten James Cook tentang ekspedisi
menuju Amerika Utara tersebut, termasuk menulis tradisi
tentang masyarakat Hawai yang berjalan di atas ombak
menggunakan sebuah papan. Kemudian olahraga ini
diperkenalkan oleh Duke Paoa Kahinu Mokoe Hulikohola
Kahanamoku, seorang atlet asal Hawai. Selancar air
berkembang keseluruh dunia dan pemahaman khalayak berubah
yang awalnya mennganggap bahwa selancar air itu sebagai
hiburan akrobatik berubah menjadi sebuah aktivitas olahraga
yang dapat dinikmati oleh setiap orang (Marcus, 2010).

Perkembangan Olahraga Selancar Air

Olahraga selancar air yang awalnya hanya menyebar dan


berkembang di negara Amerika dan Australia. Tetapi pada
sekitaran tahun 1960-an, perkembangannya mulai menyebar di
seluruh dunia tidak terkecuali di Asia. Maka mulailah
terbentuk sebuah subculture baru yang berkaitan dengan
olahraga selancar air, yang menjadikan para peselancar
menjadi sangat fanatik terhadap olahraga selancar air,
sehingga munculah produk-produk komersil yang mendukung
sebuah gaya hidup dalam dunia selancar air.

Karena pesatnya penyebaran dan perkembangan olahraga


ini, maka para peminat atau pelaku olahraga ini membentuk
sebuah asosiasi yang diberi nama ISA (International Surfing
Association) yang berpusat di California. ISA juga membuat
kejuaraan-kejuaraan berkelas internasional ataupun lokal,
seperti World Surfing 8 Championship, produk-produk komersil
pun ikut andil dalam membuat kejuaraankejuaraan olahraga
selancar air, seperti Rip Curl Grand Series. Menurut
Fernando Aguerre Presiden Asosiasi Surfing Internasional,
olahraga selancar air ini pun akan mulai diperlombakan pada
Olimpiade 2020 di Jepang.

Manfaat Olahraga Selancar Air

Selancar air adalah salah satu jenis olahraga ekstrim


yang bisa dijadikan latihan kardiovaskular. Hampir semua
bagian otot tubuh bekerja ketika melakukan aktivitas
olahraga surfing, mulai dari otot tubuh bagian atas sampai
otot-otot kaki.

Berikut ini manfaat olahraga selancar air (Melinda, 2012):


40

Olahraga selancar air memungkinkan otot tubuh untuk terus


bergerak sehingga baik untuk membentuk tubuh lebih sempurna.

Laut juga merupakan sumber revitalisasi energi sehingga


ketika berselancar, akan menghirup energi ini terus menerus.
Surfing yang dilakukan secara teratur mampu menjadikan tubuh
tetap prima sampai usia lanjut.

Selancar air mampu mengurangi stres karena latihan fisik


yang menyenangkan membantu mengimbangi efek negatif stres.

Sikap lebih santai menghadapi kehidupanpun menjadi efek


positif dari peselancar.

Bahaya olahraga selancar air

Olahraga selancar air memiliki bahaya sebagia


berikut :

Ombak besar yang tiba-tiba menghantam

Tenggelam dan pingsan.

Kehidupan lautan atau ancaman Hiu.

Bertabrakan dengan peselancar lain.

Kemungkinan terjadi henti jantung atau henti napas


akibat tenggelam.

Tali pengikat terputus terlepas.

Terumbu karang.

Tinjauan toeri Pengetahuan

Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi

melalui proses sensori khususnya mata dan telinga

terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan

segala sesuatu yang diketahui berdasarkan pengalaman

manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah

sesuai dengan proses pengalaman yang dialaminya

(Mubarak, 2011). Pengetahuan seseorang sebagian


41

besar diperoleh melalui indra pendegaran dan indra

penglihatan (Notoadmodjo, 2014).

Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo, 2018

adalah sebagai berikut :

Tahu C1

Kemampuan mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali suatu spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima.

Memahami C2

Kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

Aplikasi C3

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

Analisis C4

Kemampuan untuk menjabarkan materi dan suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi dan masih ada

kaitannya anatara satu dengan yang lainnya.

Sintesis C5

Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau


42

dapat dikatakan suatu kemampuan untuk menyusun

formasi atau bentuk yang baru dari bentuk sebelumnya

yang ada.

Evaluasi C6

Suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau objek untuk

memperoleh data atau informasi tentang pengetahuan,

cukup dilakukan dengan wawancara baik wawancara

mendalam atau terstruktur dengan kuesioner.

Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara dalam memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo,

2018) adalah sebagai berikut :

Cara Coba Salah (Trial And Error)

Kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil maka akan dicoba

dengan kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut

dapat dipecahkan.

Cara Kekuasaan (Otoritas)

Teori ini mengacu pada proses kehidupan manusia

yang memiliki banyak kebiasaan-kebiasaan dan tradisi

yang dilakukan dalam aktivitas sehari-hari yang

diturunkan secara turun temurun dari generasi ke

generasi yang berikutnya.

Pengalaman Pribadi

Proses untuk memperoleh pengetahuan dan

kebenaran. Pengetahuan diperoleh dengan cara


43

mengulang lagi pengalaman yang pernah dialami untuk

memecahkan pada masa lalu.

Melalui Jalan Pikiran

Berkembangnya manusia, maka cara berpikir manusia

pun akan ikut berkembang.

Cara Modern

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara

ini disebut “Metode Penelitian Ilmiah” atau disebut

sebagai metodologi penelitian.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang, yaitu:

Faktor Internal meliputi:

Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir

dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang

lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang

belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai

akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2011).

Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is


the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa
pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
merupakan cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan
sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
44

diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapai pada


masa lalu (Notoadmodjo, 2010).

Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya semakin pendidikan yang kurang akan

mengahambat perkembangan sikap seseorang terhadap

nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam,

2011).

Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan


terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarganya (Menurut Thomas 2007, dalam Nursalam 2011).
Pekerjaan bukanlahsumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan berulang dan
banyak tantangan (Frich 1996 dalam Nursalam, 2011).

Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang

melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang

dikontruksikan secara sosial maupun kultural.

Faktor eksternal

Informasi

Menurut Long (1996) dalam Nursalam dan Pariani

(2010) informasi merupakan fungsi penting untuk

membantu mengurangi rasa cemas. Seseorang yang

mendapat informasi akan mempertinggi tingkat

pengetahuan terhadap suatu hal.

Lingkungan
45

Menurut Notoatmodjo (2010), hasil dari beberapa

pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di

lapangan (masyarakat) bahwa perilaku seseorang

termasuk terjadinya perilaku kesehatan, diawali

dengan pengalaman-pengalaman seseorang serta adanya

faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik)

Sosial budaya

Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status

sosial seseorang maka tingkat pengetahuannya akan

semakin tinggi pula.

Kriteria Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang

dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala

yang bersifat kualitatif, yaitu :

Baik, bila subyek menjawab benar 76% - 100% seluruh


pertanyaan.

Cukup, bila subyek menjawab benar 56% - 75% seluruh


pertanyaan.

Kurang, bila subyek tidak menjawab benar<

Kerangka Konsep

Komunitas surfer

Tenggelam

Terbentur karang

Kemunkinan terjadi henti jantung atau henti napas


akibat tenggelam.
46

Pengetahuan Hands Only CPR

Faktor yang
mempengaruhi
pengahuan

Faktor internal :
Aktivasi bantuan : call
Umur center 119

Pengalaman Lakukan kompresi high


quality
Pendidikan

Pekerjaan Pengetahuan meningkat


Jenis kelamin

faktor eksternal :

Informasi

Kerangka Konsep 1.1

Yang tidak diteliti

Yang Diteliti

Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara


terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang dikumpulkan (Nursalam,2016).

Ha : ada perbedaan pengetahuan kelompok yang belum dan


sudah diberikan pelatihan tentang hands Only CPR pada
komunitas Neukai surfing Di wilayah Lombok Barat.
47

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara menyelesaikan masalah

dengan menggunakan meteode keilmuan. Pada bab ini akan

disajikan subjek penelitian, populasi, sampel dan tehnik

pengambilan sampel, tehnik pengumpulan data, identifikasi

variabel, definisi operasional, analisa data, etik, dan

kerengka kerja ( Hidayat, 2017 ).

Subjek Penelitian
48

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk


diteliti oleh peneliti atau sasaran peneliti (sugiyono,
2012). Subjek pada penelitian ini adalah komunitas Neukai
surfing Diwilayah Lombok Barat.

Populasi dan sampel

Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas,


obyek atau subjek yang mempunyai kwantitas dan krateristik
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Anggota komunitas Neukai
surfing Diwilayah Lombok Barat yang berjumlah 50 orang.

Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang


dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010). Sampel dalam
penelitian adalah anggota komuitas Neukai surfing Diwilayah
Lombok Barat.

Tehnik pengambilan sampel

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari


populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008).
Dalam penelitian ini pemilihan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Dalam hal ini berjumlah 50 orang.

Desain Penelitian

Rancangan atau desain penelitian merupakan


kerangka acuan bagi peneliti untuk mengkaji hubungan antara
variabel dalam suatu penelitian (Ryanto, 2011).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan design penelitian quasi eksperimental
dengan pendekatan one grup pre-post test.

Tehnik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang


digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti
lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah
(Arikunto, 2006).
49

Kuesioner pre test

Angket/kuesioner merupakan cara pengumpulan data melalui


pemberian angket atau kuesioner berbentuk pilihan ganda,
dengan skor benar 1 dan salah 0.

Setelah semua nilai terkumpul, kemudian dihitung


prosentasenya dengan rumus sebagai berikut:

Skor didapat x 100 %

Skor Maksimal

Hasil dari perhitungan kemudian dikelompokkan menjadi 3


kategori berikut :

Prosentase76%– 100% (Baik)

Prosentase 56% - 75% (Cukup)

Prosentase < 56% (Kurang)

Kuesioner post test

Angket/kuesioner merupakan cara pengumpulan data melalui


pemberian angket atau kuesioner berbentuk pilihan ganda,
dengan skor benar 1 dan salah 0.

Setelah semua nilai terkumpul, kemudian dihitung


prosentasenya dengan rumus sebagai berikut:

Skor didapat x 100 %

Skor Maksimal

Hasil dari perhitungan kemudian dikelompokkan menjadi 3


kategori berikut :

Prosentase76%– 100% (Baik)

Prosentase 56% - 75% (Cukup)

Prosentase < 56% (Kurang)

Proses Penggumpulan Data


50

Metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam


pengumpulan data penelitian. Cara pengumpulan data tersebut
meliputi wawancara berstruktur, observasi, angket,
pengukuran, atau melihat data statistik (data sekunder)
seperti dokumentasi (Hidayat, 2017).

Langkah-angkah pengumpulan data

Tahap persiapan

Peneliti mengurus perizinan ke bagian akademik sekolah


tinggi ilmu kesehatan (STIKES) mataram, yang kemudian
diserahkan ke badan perencanaan pembangunan daerah
(BAPPEDA)

Peneliti menyerahkan surat pengantar BAPPEDA ke STIKES


Mataram.

Peneliti menemui responden untuk mengontrak waktu


penelitian yang dilakukan selama penelitian.

Tahap Pelaksanaan

Mengumpulkan responden pada satu tempat, peneliti


memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian

Peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi responden.

Penenliti memberikan Kuesioner untuk pengumpulan data pre


test sebelum diberikan training.

Peneliti mempersilahkan narasumber memulai training Hands


Only CPR untuk orang awam.

Peneliti memberikan Kuesioner untuk pengumpulan data post


test sesaat setelah training.

Peneliti memberikan koesinoer kepada kelompok yang sudah


mendapatkat pelatihan.

Data terkumpul dari masing-masing responden kemudian


disusun dan dibuat rekapitulasi, selanjutnya diolah dengan
uji mann witheny.

Pengolahan Data

Data yang diperoleh merupakan data mentah sehingga belum


memberikan gambaran yang diharapkan, oleh karena itu perlu
51

di olah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Adapun


langkah-langkah dalam pengolahan data yang telah diambil
adalah :

Editing

Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang didapatkan


atau dikumpulkan. Proses editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan kuesioner atau setelah kusioner terkumpul.

Coding

Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu memberikan


simbol-simbol dari setiap apa yang diamati. Setelah
kuesioner diedit atau diperbaiki, selanjutnya dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau huruf menjadi data
angka/bilangan, peneliti melakukan coding.

Processing

Entri data adalah kegiatan memasukan data yang telah


dikumpulkan kedalam master table atau database computer,
kemudian membuat distribusi frekunsi sederhana.

Cleaning

Mengecek kembali data yang sudah dientri apakah ada


kesalahan atau tidak, pada penelitian saya hasil pertama
berbeda tapi kemudian peneliti melakukan coding lagi,
setelah diinput ulang datanya hasil SPPS yang didapatkan
berbeda.

Melakukan teknik analisa

Dalam melakukan teknik analisa, khusus teknik data


penelitian menggunakan uji mann withney melalui program
SPSS Versi 16.

Indentifikasi Variabel dan Definisi Operasional

Identifikasi Variabel

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus penelitian


untuk diamati, variabel itu sebagai atribut dari sekelompok
orang atau subjek yang mempunyai variabel antara satu dengan
yang lainnya dalam kelompok itu (Sugiyono, 2006).

Variabel independen
52

Variabel independen adalah variabel yang menjadi


sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) (
hidayat, 2017 ). Variabel independen dalam penelitian dalam
penelitian ini adalah pelatihan Hands Only CPR.

Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang yang dipengaruhi atau


menjadi akibat kara variabel bebas ( hidayat, 2017 ).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahua
Hands Only CPR.
53

Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

No

Variabel

Definisi Operasional

Parameter

Alat ukur

Skala data

Skor

1.

Independen:

pelatihan hands Only CPR


54

Merupakan kegiata untuk mengebangkan keterampilan maupun


pegetahuan terkait Hands Only CPR

-Pengenalan kondisi henti jantung

-Mengaktifkan bantuan

-Melakukan kompresi dada

-
2.

Dependen :

pengetahuan belum diberikan pelatihan tentang Hands Only


CPR.

Adalah pengetahuan responden atau sampel sebelum diberika


pelatihan tentang Hands Only CPR.

-Pengenalan kondisi henti jantung

-Mengaktifkan bantuan

-Melakukan kompresi dada

Kuisioner pre test


55

ordinal

76%–100%(Baik)

56%-75%(Cukup)

< 56% (Kurang)

Dependen :

Pengetahua

sudah dilakukan pelatihan tentang Hands Only CPR.

Adalah pengetahuan responden atau sampel setelah diberikan


pelatihan tentang Hands Only CPR

-Pengenalan kondisi henti jantung

-Mengaktifkan bantuan

-Melakukan kompresi dada

Kuisinoer post test

ordinal

76%–100%(Baik)

56%-75%(Cukup)

< 56% (Kurang)


56

Analisa Data

Analisa data penelitian merupakan penelitian dapat melihat


dari tujuan penelitian yaitu apakah penelitian tersebut
bertujuan untuk generalisasi ke populasi atau tidak
Nursalam, (2017).

Analisa data penelitian merupakan penelitian dapat melihat


dari tujuan penelitian yaitu apakah penelitian tersebut
bertujuan untuk generalisasi ke populasi atau tidak
Nursalam, (2017).

Analisa data merupakan cara mengolah data agar dapat


disimpulkan atau diinterpretasikan menjadi informasi.
Sebelum dilakukan analisa data terlebih dulu dilakukan
proses pengolahan data yang meliputi editing, cleanning,
coding dan Entry data. Dalam penelitian ini hasil lembar
jawaban kuesioner yang sudah diisi responden kemudian di
buat master tabel dan lakukan uji analisis mann withney
dengan taraf kesalahan 5%.

Kerangka kerja

Populasi seluruh anggota komunitas


neukai surfing berjumlah 50 orang

Purposive sampling

Sampel 50 orang

Informed consent

pre test : kuisioner


57

2.1 kerangka kerja.


58

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian

yang telah dilakukan peneliti terhadap responden

dikomunitas surfing Kabupaten Lombok Barat, yaitu

komunitas neukai surfing dilaksanakan pada hari sabtu

01 Agustus 2022 dengan memberikan pertanyaan berupa

kuisioner sebelum diberikan pelatihan dan sesudah

diberikan pelatihan, kuesioner yang sama juga diberikan

kepada anggota yang sudah mendapatkan pelatihan

sebelumnya pada tanggal 7 september 2022 menggunakan

media google form. Responden kelompok yang sudah

mendapatkan pelatihan memiliki rentang waktu 2 bulan

sampai diberikan kuisioner yang sama. Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah anggota neukai

surfing yang belum mendapatkan pelatihan hand only CPR

yang berjumlah 50 orang, saat pelatihan dilaksanakan

ada 32 anggota yang terkonfirmasi belum mendapatkan

pelatihan dan responden yang memenuhi kriteria sebanyak

25 responden. Total keseluruhan responden yang mengkuti

pelatihan adalah 32 orang. Selama proses pelatihan

peserta mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan

ceramah, dan demonstrasi langsung oleh Fasilitator,

peneltian ini dilakukan dalam sehari saja untuk

mendapatkan hasil data sebelum dan sesudah diberikan


59

pelatihan, serta satu hari untuk mendapatkan data

responden yang sudah mendapatkan pelatihan.

Penyajian data terdiri atas gambaran umum lokasi

penelitian dan data umum distribusi responden

berdasakan umur, serta data khusus yang mengacu pada

tujuan penelitian dan landasan teori.

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Neukai adalah sebuah komunitas yang memiliki konsep global


tentang gaya hidup. Komunitas ini bertujuan untuk mengubah
cara komunitasnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
cara mereka bekerja, dan cara menyeimbangkan hidup. Neukai
secara harfiah diartikan sebagai gaya hidup dan salah satu
kegiatannya adalah kegiatan surfing.

Neukai surfing berbasis di Norwegia dan Indonesia, tim ini


berkembang secara global. Di NTB, neukai surfing berkembang
dengan pesat, dan saat ini memiliki anggota sebanyak 128
orang dengan latar belakang yang berbeda beda.

Neukai Surfing memiliki homebase di Jln. Senggigi no 23


Kabupaten Lombok Barat. Kegiatan lain komunitas ini adalah
proyek sosial dengan agenda yang ramah lingkungan untuk
melestarikan alam.

Salah satu Fokus dari komunitas ini adalah keselamatan laut


untuk mendorong masyarakat setempat dalam mengambil bagian
untuk berselancar dan menikmati alam yang indah, dengan cara
yang aman.

Data Umum

Responden dalam penelitian ini adalah anggota

dari komunitas surfing Lombok barat yang belum

mendapatkan pelatihan hand only CPR, dimana anggota

yang belum mendapatkan pelatihan berjumlah 25 orang,

yang akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok


60

yang belum mendapatkan pelatihan dan sudah

mendapatkan pelatihan 25 responden. Pemaparan

responden akan diuraikan dalam data umum berdasarkan

usia, jenis kelamin,dan pendidikan.

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan usia


dikomuntas surfing Kabupaten Lombok Barat.

Belum Sudah Total Persentase

Kategori mendapatkan mendapatkan (%)

NO Rentang usia pelatihan pelatihan

Jumlah % Jumlah %

1. 12-15
Remaja awal 0 0 0 0
tahun 0 0

2. Remaja 16-18
8 32 1 4
pertengahan tahun 9 18

3. Remaja 19-22
20 44
akhir tahun 5 11 16 32

4. 23-35
48 44
Dewasa awal tahun 12 11 23 46

5. Dewasa 36-45
0 8
petengahan tahun 0 2 2 4

6. Dewasa 46-55
0 0
akhir tahun 0 0 0 0

Total

  25 100% 25 100% 50 100%

Sumber : Data Primer, 2022.


61

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 50

responden dengan kategori usia remaja pertengahan

sebanyak 9 orang (18%%), responden dengan kategori usia

remaja akhir sebanyak 16 orang (32%), responden dengan

kategori usia dewasa awal sebanyak 23 orang (46%), dan

responden dengan kategori dewasa pertengahan ada 2(4%)

responden.

Distribusi Responden Berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan usia responden.

No Belum Sudah total Persentase

mendapatkan mendapatkan (%)

Jenis pelatihan pelatihan

Kelamin Jumlah (%) jumlah (%)

1. Laki-laki 20 80 22 88 42 84

2. Perempuan 5 20 3 12 8 16

Total 25 100% 25 100% 50 100%

Sumber : Data Primer, 2022.

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 50 responden


dengan jenis kelamin laki-laki 42 orang (84%), responden
dengan jeni kelamin perempuan sebanyak 8 orang (16%).

Distribusi Responden Berdasarkan pendidikan terakhir.

Tabel 4.3 distribusi responden berdasarkan pendidikan


terakhir.

No Belum mendapatkan Sudah mendapatkan Total Persentase

pelatihan pelatihan (%)

Jenis jumlah (%)

Kelamin Jumlah (%)


62

1. S1 4 16 8 32 12 24

2. DIII 5 20 0 0 5 10

3. SMA 11 44 13 52 24 48

4. SMP 5 20 4 16 9 18

Total 25 100 25 100 50 100

Sumber : Data Primer, 2022.

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 50

responden dengan pendidikan S1 12 orang (24%),

responden dengan pendidikan DIII sebanyak 5 orang

(10%), responden dengan pendidikan SMA sebanyak 24

(48%), dan responden dengan pendidikan SMP sebanyak 9

orang (18%).

Data Khusus

Data khusus ini menyajikan hasil yang menggambarkan


perbedaan tingkat pengetahuan masyarkat awam yang belum
mendapatkan pelatihan dan sudah mendapatkan pelatihan hand
only cpr di komuntas surfing Lombok barat, menggunakan uji
ststisitik mann withney, yaitu teknik analisa data yang
sering digunakan untuk melihat perbedaan dua variable.

Analisa data perbedaan pengetahuan tentang hand only cpr


pada masyarakat awam yang belum mendapatkan pelatihan dan
yang sudah mendapatkan pelatihan.

Analisa tingkat pengetahuan masyarakat awam yang belum


diberikan pelatihan.

Tabel 4.3. Tingkat Pengetahaun responden yang belum


diberikan pelatihan.

(Sumber : Data primer, 2022)


No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1. Baik 0 0

2. Cukup 4 16

3. Kurang 21 84

Total 25 100%
63

Berdasarkan Tabel 4.3 responden yang memiliki

pengetahuan Baik sebanyak 0 responden (0%),

responden yang memiliki pengetahuan Cukup sebanyak 4

responden (16%) dan responden yang memiliki

pengetahaun kurang sebanyak 21 responden (84%).


64

Analisa tingkat pengetahuan masyarakat awam yang sudah

diberikan pelatihan.

Tabel 4.4 Tingkat Pengetahaun sesudah diberikan pelatihan tatap


muka.

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1. Baik 0 0

2. Cukup 19 76

3. Kurang 6 24

Total 25 100

(Sumber : Data primer, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.4 responden yang memiliki

pengetahuan Baik sebanyak 0 responden (0%), responden yang

memiliki pengetahuan Cukup sebanyak 19 responden (76%) dan

responden yang memiliki pengetahaun kurang sebanyak 6

responden (24%).

Analisa perbedaan pengetahaun masyarakat awam yang belum diberikan


pelatihan dan sudah diberikan pelatihan dengan uji ststistin mann
withney.

Test Statisticsa
pengetahuan
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 327.000
Z -6.049
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: kode

Untuk melakukan uji ststisitk mann withney harus

memenuhi beberapa syarat, yaitu:

Uji normalitas

Uji homogenitas

Pengambilan keputusan uji statisitik mann withney

sebagai berikut: p-value < 0,05.


65

Ada perbedaan pengetahuan responden yang belum

mendapatkan pelatihan dan yang sudah mendapatkan pelatihan

dengan uji mann withney dan didapatkan hasil p-value

sebesar 0,000< 0,05 Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Ha

diterima dan H0 ditolak.

PEMBAHASAN
66

Analisa tingkat pengetahuan masyarakat awam yang belum diberikan


pelatihan.

Berdasarkan Tabel 4.3 responden yang memiliki pengetahuan Baik


sebanyak 0 responden (0%), responden yang memiliki pengetahuan Cukup
sebanyak 4 responden (16%) dan responden yang memiliki pengetahaun
kurang sebanyak 21 responden (84%).

Dari keseluruhan responden, responden dengan

pengetahuan kurang, didaptkan 8 responden dari kategori

remaja pertengahan (32%), 2 (8%) reponden berpengetahuan

cukup dari kategori remaja akhir dan 3 (12%)kategori kurang,

2 responden (8%) cukup dan 10 (40%) berpengetahuan kurang

dari kategori dewasa awal ada 10 (31%) responden.

Pengetahuan responden tentang hand only CPR kurang,

karena dari 25 responden sebgian besar pendidikan terakhir

reponden adalah SMA sebanyak 11 (44%) dan masih belum

terpapar tentang manajemen henti jantung atau hand only cpr.

Seseorang yang belum terpapar sebuah materi maka pemahaman

terkait materi tersebut kurang dalam hal tersebut, karena

pengetahuan merupakan hasil tahu terhadap objek melalui

indra yang dimilikinya. Hal ini juga disebabkan pendidikan

yang rendah akan memepengaruhi pengetahuan seseorang hal ini

sejalan dengan peneltian Sandra Maria Cornles 2015, Hubungan

Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Kehamilan Resiko Tinggi, yang memaparkan bahwa ada hubungan

tingkat pendidikan dengan pengetahuan, dimana dalam

penelitian yang dilakukan pendidikan responden lebih banyak

dalam kategori rendah (72%) hal ini menyebabkan pengetahuan

responden masih kurang.

Dan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 21 orang


(84%) dari total keseluruhan, pengetahuan yang kurang mengenai hand
67

only CPR disebabkan karena belum terpaparnya informasi mengenai


pelatihan hand only CPR.

Dari hasil mengisi kuisioner sebagian besar responden menguasai


pertanyaan nomor 11 tentang siapa saja yang mendapatkan hand only
cpr, dan responden tidak menguasai pertanyaan nomor 17 dan 18
tentang keterbatasan CPR dan hands only cpr pada umumnya dilakukan.

Penelitian ini sejalan dengan Alwan Wijaya 2019, efek embelajaran


metode simulasi Hands Only CPR terhadap pengetahuan resusitasi
jantung paru siswa-siswi SMAN 3 MATARAM, yang memaparkan bahwa Ada
pengaruh pembelajaran simulasi Hands Only CPR terhadap tingkat
pengetahuan resusitasi jantung paru dalam keadaan gawat darurat pada
siswa-siswi di SMAN 3 Mataram.

Analisa tingkat pengetahuan masyarakat awam yang sudah diberikan


pelatihan.

Berdasarkan Tabel 4.4 responden yang memiliki pengetahuan Baik


sebanyak 0 responden (0%), responden yang memiliki pengetahuan Cukup
sebanyak 19 responden (76%) dan responden yang memiliki pengetahaun
kurang sebanyak 6 responden (24%).

Saat diberikan kuesioner, responden yang memiliki

pengetahuan baik 1 (4%), dari kategori usia remaja

pertengahan, kategori remaja akhir 4 (16%) pengethuan cukup,

7 (28%) pengetahuan cukup. Responden dan dari ketegori

dewasa awal sebanyak 10 (40%) responden dengan pengetahuan

cukup, dan ada 1 responden (4%) kurang. Dari kategori usia

dewasa pertengahan ada 2 (8%) yang memiliki pengetahuan

kurang.

Pengetahuan responden yang sudah diberikan pelatihan hand only cpr


lebih tinggi, sebagian besar responden berpengetahuan cukup yaitu
sebanyak 19 responden. Seseorang yang sudah terpapar sebuah materi
maka pemahaman terkait materi tersebut menjadi lebih baik dalam hal
tersebut, karena pengetahuan merupakan hasil tahu terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya. Dalam hasil penelitian dapat dilihat
bahwa semua responden tidak ada dalam kategori pengetahuan baik,
dikarenakan rentang waktu penelitian yang cukup panjang sampai
diberikannya koesioner pengethauan, yaitu 2 bulan rentang waktu.

Dari hasil mengisi kuisioner sebagian besar responden menguasai


pertanyaan nomor 4 tentang tandaa-tanda henti jantung, dan responden
68

tidak menguasai pertanyaan nomor 18 tentang hands only cpr pada


umumnya dilakukan.

Dari hasil mengisi kuisioner sebagian besar responden menguasai


pertanyaan nomor 4 tentang tandaa-tanda henti jantung, dan responden
tidak menguasai pertanyaan nomor 18 tentang hands only cpr pada
umumnya dilakukan.

Penelitian ini sejalan dengan Dalam peneltian A.A Istri

Dalem Hana Yundari, 2020. Pengaruh Pelatihan Hand Only Cpr

Siswa Smk Kesehatan Dalam Penanganan Henti Jantung The

Effectivity Of Hand Only Cpr Training For Student Of Health

Vocational Schools In Handling Cardiac Arrest, dalam

peneltian ini mengatakan Terjadi hubungan bermakna sebelum

dan sesudah diberikan pelatihan hand only CPR. Out-of-

Hospital Cardiac Arrest (OHCA) merupakan kondisi gangguan

jantung yang sering mengancam nyawa seseorang. Penanganan

pada kejadian tersebut sebanyak 40,1 % mendapatkan tindakan

Resusitasi Jantung Paru (RJP) oleh orang orang yang ada di

sekitar korban dengan angka keberlangsungan hidup korban

yang mendapatkan tindakan RJP dilokasi kejadian mencapai

9,5%. Hand only CPR merupakan fondasi dari pertolongan

terhadap henti jantung dan merupakan aspek fundamental dari

Basic Life Support (BLS) dengan mengenali Sudden Cardiac

Arrest (SCA), mencari pertolongan emergency, dan kompresi

dada segera yang dapat dilakukan oleh orang awam. Siswa SMK

Kesehatan merupakan bagian dari orang awam yang pada jenjang

pendidikan tersebut belum memperoleh kompetensi penanganan

henti jantung melalui RJP. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui efektifitas dan pengaruh pelatihan hand

only cpr pada siswa smk kesehatan dalam penanganan henti

jantung. Metode yang digunakan Kuantitatif korelasi dengan


69

uji bivariat pre-post design tanpa control melalui metode

ceramah dan simulasi menggunakan manikin Resusitasi Jantung

Paru (RJP). Hasil: Uji analisis Mac Nemar: p=0,000 (p<0,05)

dengan kategori sebagian besar (24 orang) memiliki

keterampilan baik setelah memperoleh pelatihan Hand Only

CPR. Kesimpulan: Terjadi hubungan bermakna sebelum dan

sesudah diberikan pelatihan hand only CPR.

Analisa perbedaan pengetahuan masyarakat awam yang belum diberikan


pelatihan dan sudah diberikan pelatihan dengan uji mann withney.

Dalam penelitian ini hasil kuesioner akan ditabulasi kemudian


dianalisis untuk dibuktikan apakah ada perbedaan pengetahaun
masyarakat awam yang belum diberikan pelatihan dan sudah diberikan
pelatihan dengan uji mann withney.

Pengambilan keputusan uji statisitik mann withney

sebagai berikut: p-value < 0,05.

Ada perbedaan pengetahuan responden yang belum

mendapatkan pelatihan dan yang sudah mendapatkan pelatihan

dengan uji mann withney dan didapatkan hasil p-value

sebesar 0,000< 0,05 Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Ha

diterima dan H0 ditolak.

Dan dalam penelitian lain juga, penelitian ini sejalan

dengan Tony Suharsono, Riza Fikriana, 2016 Efek Metode

Pembelajaran Tradisional (Tutorial) Terhadap Pengetahuan

Dan Ketrampilan Resusitasi Jantung Paru, Hasil penelitian

menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan sebelum pelatihan

6, 94 (1,8), rata-rata pengetahuan setelah pelatihan 9,13

(1,2), dan p value 0.001. Responden tidak dapat melakukan

seluruh tahapan dalam pertolongan henti jantung. Setelah

pelatihan, rata-rata kedalaman kompresi dada 35,7 mm,

kecepatan kompresi dada 117,6, ventilasi 0,3 kali, dan


70

durasi 5 kali siklus RJP 142,8 detik. Responden tidak dapat

melakukan kompresi dada dengan kedalaman adekuat dan

ventilasi yang adekuat pada korban henti jantung. Pelatihan

RJP pada masyarakat awam, lebih baik difokuskan pada

pemberian kompresi dada saja tanpa memberikan ventilasi.

KETERBATASAN PENELITIAN

Peneltian yang telah dilakukan oleh penelti tentunya tidak

luput dari keterbatasan sehingga diperlukan penelitian lebih

lanjut dalam upaya menyempurnakan hasil penelitian yang sudah

dilakukan. keterbatasan pada penelitian ini diantaranya adalah:

Terbatasnya jumlah referensi yang bisa digunakan oleh peneliti.

Kesulitan untuk mengkoordinasi responden saat penelitian,

Metode daring yang digunakan selama pelatihan banyak terkendala


koneksi baik dari responden maupun peneliti.

Waktu penelitian yang dilakuka harus sesuai dengan jadwal dari


komunitas surfing Lombok barat itu sendiri, sehingga memperlambat
proses pelatihan.
71

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian maka

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Responden yang belum diberikan pelatihan hand only CPR pengetahuan


anggota neukai surfing dominan memiliki pengetahuan kurang.

Responden yang sudah diberikan pelatihan hand only CPR pengetahuan


anggota neukai surfing sedikit yang memilki pengetahuan kurang.

Ada ada perbedaan pengetahuan masyarakat awam yang belum diberikan


pelatihan dan sudah diberikan pelatihan dengan mann withney dan
didapatkan hasil 12.419> 2.05 Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima dan H0 ditolak.
72

B.SARAN

Bagi Responden

Dengan diberikan pendidikan kesehatan mengenai hand only cpr,


menambah pengetahuan atau informasi mengenai bagaimana cara
melakukan hand only cpr dengan teknik yang benar.

Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu institusi pendidikan dapat menggunakan penelitian


ini untuk menambah dan mengembangkan literatur dalam pendidikan
keperawatan gawat darurat.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu ada penelitian lebih lanjut tentang hubungan tingkat


pengetahuan tentang henti jantung dan hand only CPR.
73

Daftar pustaka

American Heart association (AHA). 2015. Health Care Research :

Coronary Heart Disease.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik, Jakarta : Rineka Cipta

Atikah Fatmawati1*, Nurul Mawaddah2, Ike Prafita Sari3,

Mujiadi4,2020, Peningkatan Pegetahua Bantua Hidup

Bobrow, Bently., Leari, Marrion and Heighmen. (2011). CPR between

life and death : closing the CPR knowledge and practice

gap.Elsevier CPR performance count no 1/2011

Dasar pada Henti Jantung diluar Rumah sakit da Resusitasi janntung

paru pada siswa SMA.

Depkes. (2006). Keputusan Mentri kesehatan Republik Indonesia nomor

1555/MENKES/SK/X/2006 tentang kurikulum pendidikan diploma IV

keperawatan medikal bedah dan gawat darurat pp: 57.

Eliana fadiah,2017. Gambaran pengetahuan perawat tentang high


quality CPR.

Fia bela kusuma, 2021. Manajemen pre-hospital kasus henti jantung di


masyarakat.

Hidayat, A. A. (2017). Metode penelitian keperawatan dan teknik

analisa data. Jakarta: Salemba medika.

Hock, M. O. E., Pin, P. P., & Alhoda, M. (2014). Pan-Asian Network

PromotesRegional Cardiac Arrest Research.

Lia Puji Lestari, 2020, Efektifitas Pemberian Edukasi Demonstrasi

Terhadap Penigkatan Keterampilan Hands Only CPR Pada Anggota

PMR SMAN 1 KARANG JATI.

Mancini et al, 2015 Mancini ME, Diekema DS, Hoadley TA, Kadlec KD,

Leveille MH, McGowan JE, Munkwitz MM, Panchal AR, Sayre MR, &
74

Sinz EH. Part 3: ethical issues: 2015 American Heart

Association Guidelines Update for Cardiopulmonary

Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.Circulation.

2015;132(suppl 2):S383–S396. (Circulation.

2015;132[suppl2]:S383–S396. DOI:

10.1161/CIR.0000000000000254.)

Meaney, Peter., Bobrow, Bently., and Mancini, Marry. (2013). CPR

quality: Improving Cardiac resuscitation Outcomes Both Inside

and Out Site the Hospital : A Concensus Statement From The

American hearth Association. Circulation online jume 25, 2013

Notoatmodjo, S. 2014. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2018. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :

Salemba Medika.

Riskesdas NTB. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar NTB tahun

2018. Mataram: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Sustainable development goals (SDGs).target tahun 2030. 2017

[internet}.

Suharsono, Tony Dan Kartikawati, Dewi.(2009). Penatalaksanaan Henti

Jantung Di Luar Rumah Sakit. malang: UMM

Sugiyono, (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan

R&D. bandung :Alfabeta CV.

Thomshon Thorgeirsson, Gestur., Thorgeirsson, Gudmundur.,

Sigvaldason, helgi and Wittman, Jacqueline. (2005). Risk


75

factor For Out of Hospital Cardiac Arrest : The Reykjavic

Study.

Travers,Andrew.,Rea, Thomas.,Bobrow.,edelson.,Berg, Robert.,

Sayery., Berg, Marc., Chameides., Connor,Robbet and Swor.

(2010). part 4:CPR Overview,2010 AHA Guideline for CPR and

Emergency Cardiovaskuler Care.cirsculation. 2010;122:S676-684

Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba

Empat.

WHO (2018). Cardiovascular diseases (CVDs). World Health

Organization.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/ - Diakses

mei 2022.
76

Lampiran 1

JADWAL PENYELESAIAN SKRIPSI

No Kegiatan Tahun 2022

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Bimbingan √

judul

Proposal

2 Survei √

pendahuluan

3 ACC Judul √

4 Bimbingan √

Materi

Proposal

5 Seminar √

Proposal

6 Revisi √

Proposal

7 Pelaksanaan √

Penelitian

8 Bimbingan √

Skripsi

9 Seminar dan √

Ujian Hasil

10 Revisi √

Skripsi
77

Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Responden yang saya hormati,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ns. Antoni Eka Fajar Maulana, M.Kep

NIDN : 0828128301

Alamat : BTN Taman Harapan Indah Blok A.1 Baturinggit Selatan

- Mataram

Adalah Ketua Tim Peneliti Departemen Keperawatan Gawat Darurat

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram, akan melakukan

penelitian tentang: “Perbedaan Sikap Masyarakat Awam Terlatih dan

Tidak Terlatih Terhadap Sikap Hands Only CPR Di Komunitas Surfer

Lombok Barat”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

tingkat pengetahuan bapak/ ibu tentang Hands Only CPR sebelum dan

setelah sosialisasi yang akan dilaksanakan.

Oleh karena itu, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi

responden serta menjawab pertanyaan-pertanyaan pada lembar

kuesioner. Jawaban Bapak/Ibu akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya

digunakan untuk kepentingan penelitian.

Atas bantuan dan kerjasamanya, saya mengucapkan terima kasih.

Mataram,...........2022

Ketua Tim Peneliti,

Ns. Antoni Eka Fajar Maulana,

M.Kep
78

Lampiran 3

Inform concent
79

Lampiran 4

Lembar Kuesioner Peneliti

an
80
81
82

Lampiran 6

Uji Normalitas dan homogenitas

Normalitas

Data dikatakan berdistribusi normal, apabila nilai sig lebih dari

0,05 atau 5%.

Tests of Normality
kode Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kelompok 1 .154 25 .127 .953 25 .300
kelompok 2 .167 25 .069 .932 25 .099
a. Lilliefors Significance Correction

Homogenitas

Test of Homogeneity of Variance


Levene Statistic df1 df2
Sig.
kelompok 1 Based on Mean 2.620 148 .112
Based on Median 2.229 148 .142
Based on Median and with adjusted df 2.229 135.412 .144
Based on trimmed mean 2.658 148 .110
83

Lampiran 7

Analisa data mann withney

Test Statisticsa
pengetahuan
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 327.000
Z -6.049
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: kode

Untuk melakukan uji ststisitk mann withney harus

memenuhi beberapa syarat, yaitu:

Uji normalitas

Uji homogenitas

Pengambilan keputusan uji statisitik mann withney

sebagai berikut: p-value < 0,05.

Ada perbedaan pengetahuan responden yang belum

mendapatkan pelatihan dan yang sudah mendapatkan pelatihan

dengan uji mann withney dan didapatkan hasil p-value

sebesar 0,000< 0,05 Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Ha

diterima dan H0 ditolak.


84

Lampiran 8

Surat izin penelitian


85

Lampiran 9
86

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai