Anda di halaman 1dari 102

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar Belakang masalah

Sistem kardiovaskuler adalah system yang

menjelaskan tentang sirkulasi yang terjadi pada tubuh

manusia, sirkulasi yang baik dapat di lihat dari

komponen di dalamnya dalam kondisi yang baik besar

jantung pada orang dewasa 250-360 gr letak jantung

berada di rongga mediastinum medialis sebelah kiri, di

belakang sternum, di depan dari tulanng belakang dan di

atas diafragma serta dikelilingi oleh paru kanan dan

kiri (Yudha, 2017).

Fungsi jantung adalah memompa darah ke paru dan

seluruh tubuh untuk memberikan sari-sari makanan dan O2

hingga sel terjadi metabolisme. Pembuluh arteri dan

vena berfungsi sebagai pipa yaitu bertugas menyalurkan

darah dari jantung keseluruh jaringan tubuh, perbedaan

mendasar pada arteri dan vena terdapat pada susunan

histoanatomi yang menunjang fungsinya masing-masing

(Yudha, 2017).

Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi

dalam jantung selama peredaran darah. Gerakan jantung

terdiri dari 2 jenis yaitu kontraksi (sistolik) dan

relaksasi (diastolik). Sistolik merupakan sepertiga

dari siklus jantung. Kontraksi dari ke-2 atrium terjadi


2

secara serentak yang disebut sistolik atrial dan

relaksasinya disebut diastolik atrial (Yudha, 2017).

Penyakit jantung adalah suatu keadaan dimana

jantung tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik,

sehingga kerja jantung sebagai pemompa darah dan

oksigen ke seluruh tubuh terganggu. Terganggunya

peredaran oksigen dan darah tersebut dapat disebabkan

karena otot jantung yang melemah, adanya celah antara

serambi kiri dan serambi kanan yang mengakibatkan darah

bersih dan darah kotor tercampur (Anies, 2017).

Penyakit jantung biasanya terjadi karena kerusakan sel

otot-otot jantung dalam memompa aliran darah keseluruh

tubuh, yang disebabkan kekurangan oksigen yang dibawa

darah ke pembuluh darah di jantung atau juga karena

terjadi kejang pada otot jantung yang menyebabkan

kegagalan organ jantung dalam memompa darah, sehingga

menyebabkan kondisi jantung tidak dapat melaksanakan

fungsinya dengan baik (Wahyudi dan Hartati, 2017).

Penyakit jantung dapat terjadi pada siapa saja disegala

usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan gaya hidup, selain

itu penyakit jantung tidak bisa disembuhkan (Hadi,

2015).

Trauma atau non-trauma merupakan kondisi darurat

yang dapat terjadi pada manusia yang mengakibatkan

henti napas, henti jantung, kerusakan organ dan/atau

perdarahan. Salah satu penyebab kematian terbesar di


3

dunia adalah henti jantung. 85% penderita penyakit

kardiovaskular meninggal karena serangan jantung dan

stroke (World Health Organization, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO), henti

jantung merupakan salah satu penyakit penyebab

kematian nomor satu di dunia dengan presentase jumlah

kematian sebesar 60%. Di perkirakan sekitar 350.000

orang meninggal per tahunnya akibat henti jantung di

Amerika Serikat dan Kanada (AHA, 2015).

Di Indonesia, penyakit jantung dan pembuluh darah

secara konsisten tetap menduduki peringkat pertama

penyebab kematian di Indonesia. Beberapa sumber

menyebutkan jumlah kejadian henti jantung di Indonesia

sangat beragam. Penderita henti jantung baik di dalam

maupun di luar rumah sakit yang berhasil dihimpun dari

RSU. dr. Sayidiman Magetan tercatat sebanyak 82 kasus

pada tahun 2013 dan 92 kasus hingga bulan oktober 2014

(RSUD. Dr. Sayidiman, 2014). Jumlah angka kematian

dengan henti jantung di RSU Anutapura Palu tahun 2010

sejumlah 20 kasus, tahun 2011 sejumlah 31 kasus, tahun

2012 sejumlah 39 kasus (Aminudin, 2013).

Penyakit jantung merupakan pencetus utama kejadian

henti jantung. Data dari Rumah Sakit Pusat Nasional

Jantung Harapan Kita (2008) menyebutkan bahwa, 26,9%

dari total pasien yang masuk adalah pasien dengan

sindrom koroner akut dan berpotensi mengalami henti


4

jantung. Hingga saat ini, tidak terdapat data statistik

yang pasti mengenai kasus henti jantung tiap tahunnya

di Indonesia (Suharsono dan Kartikawati, 2009)

Di Provinsi Nusa Tenggara Barat sendiri untuk

data henti jantung tidak ada tercantum secara detail

data untuk kejadian henti jantung. Namun memiliki

data untuk kasus penyakit jantung yang merupakan

salah satu penyebab henti jantung, menurut

pengelompokan usia henti jantung banyakterjadi pada

usia 5-14 tahun yaitu dengan angka kejadian 4.128

jiwa, dan lebih banyak terjadi pada perempuan, dari

keseluruhan karakteristik angka kejadian penyakit

jantung di NTB sebanyak 21.308 (Riskesdas NTB,

2018).

Henti jantung dapat terjadi di berbagai lokasi,

baik yang tidak dapat diantisipasi (diluar rumah sakit)

hingga yang dapat diantisipasi (misalkan; ruang

perawatan intensif). Data menunjukkan bahwa 70 % kasus

OHCA terjadi di rumah dan hampir 90% orang yang

mengalami OHCA meninggal dunia. Ketika terdapat korban

henti jantung, orang yang berada di dekat korban

tersebut memiliki peran yang sangat besar dalam

melakukan RJP secara cepat. RJP yang dilakukan

khususnya pada beberapa menit pertama terjadinya henti

jantung memberikan kontribusi kesempatan bertahan hidup

2 hingga 3 kali lipat (AHA, 2017).


5

Henti jantung merupakan salah satu masalah

Kesehatan yang berakibat fatal jika tidak ditangani

dengan cepat dan tepat. Pemberian Resusitasi Jantung

Paru (RJP) merupakan kunci utama dalam penanganan henti

jantung, Pemberian RJP yang dilakukan secara manual

oleh manusia cenderung kurang berkualitas, salah satu

faktor yang mempengaruhinya adalah faktor kelelahan.

Terlebih dijelaskan juga bahwa kecepatan kompresi dada

penolong di Indonesia belum terstandart. Selain itu,

terdapatnya penolong yang menggunakan satu suku kata

dan penolong yang menggunakan dua suku kata, sehingga

hal tersebut dapat mempengaruhi pemberian RJP pada

pasien. Selain itu, dijelaskan juga didalam penelitian

(Widyarani, 2018) yang menjabarkan bahwa diperan

bystander di Indonesia masih belum bisa dikatakan

terimplementasikan secara baik, karena masih banyaknya

keterlambatan dalam pemberian RJP pada pasien.

Perkembangan ponsel yang begitu pesat telah banyak

aplikasi yang dapat digunakan untuk kesehatan, termasuk

yang berhubungan dengan CPR. Bantuan hidup dasar adalah

dasar untuk menyelamatkan nyawa ketika terjadi henti

jantung (cardiac arrest).

Cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau

resusitasi jantung paru merupakan suatu runtutan

tindakan penyelamatan nyawa (Life Saving) yang

dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesempatan


6

bertahan hidup pada pasien dengan henti jantung

(Travers et al, 2010).

Pijat jantung atau CPR harus dilakukan dengan

cepat, cermat dan tepat jika menemukan penderita yang

mengalami henti jantung / cardiac arrest agar

kemungkinan hidup seseorang dapat meningkat 2x lipat

(Blewer et al., 2017). Pasien henti jantung merupakan

pasien yang tidak merespon saat diberi rangsangan

apapun, serta tidak bisa bernafas dengan normal (Nolan

et al., 2010).

Namun, memberikan CPR kepada pasien dengan

serangan jantung pada kejadian yang sebenarnya tidak

serta merta mengikuti. Jumlah kualitas resusitasi yang

diberikan pada pasien henti jantung terutama di luar

rumah sakit masih rendah (Bobrow et al., 2010). Oleh

karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan

kualitas dan frekuensi CPR.

Salah satu penyebab dari tingginya angka kematian

akibat henti jantung yang terjadi di luar rumah sakit

karena terlambat pertolongan, yang masih kita temui

saat ini karena kurang tanggap, kurang keterampilan,

dan kurang pemahaman masyarakat terhadap tindakan

pertolongan pertama saat menemukan seseorang dengan

henti napas atau henti jantung sebelum diantar ke

pelayanan kesehatan. Pertolongan pertama adalah

pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit


7

ataupun cedera yang memerlukan penanganan medis dasar

sementara menunggu bantuan datang atau penderita

diantar ke pelayanan kesehatan (Ngurah dan Putra,

2019). Pertolongan pertama yang dimaksudkan yaitu pada

korban dengan henti jantung dan henti napas untuk

menenangkan dan mengamankan penderita sebelum ditangani

oleh tenaga yang lebih ahli dan sarana yang lebih

memadai, pertolongan pertama dapat dilakukan oleh

tenaga kesehatan, orang awam atau orang awam yang

terlatih secara khusus.

Pemberian Cardiopulmonary resuscitation (CPR) yang

berkualitas merupakan salah satu usaha untuk

meningkatkan survival rate pada kejadian henti jantung

(Winarti & Rosiana, 2020).

Oleh karena itu, telah banyak program pelatihan

baik bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat umum dalam

melakukan tindakan pertolongan pertama khususnya

Resusitasi Jantung Paru (RJP). Pelatihan ini membantu

peserta untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,

dan kepercayaan diri dalam melakukan CPR (Meaney et

al., 2010).

Pelatihan dapat dilakukan dengan cara pemberian

pembelajaran dengan metode tatap muka dan Daring atau

Online.

Menurut Bonk dan Graham Pembelajaran tatap muka

merupakan model pembelajaran yang konvesional, yang


8

berupaya untuk menyampaikan pengetahuan kepada peserta

didik yang mempertemukan guru dengan siswa dalam suatu

ruangan untuk belajar yang memiliki karakteristik yang

terencana, yang berorientasi pada tempat (place-based)

dan interaksi sosial.

Pembelajaran daring merupakan pendidikan formal

yang diselenggarakan oleh sekolah yang peserta didiknya

dan instrukturnya guru yang berada di lokasi yang

terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi

interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai

sumber daya yang diperlukan di dalamnya (Subron, dkk

2019).

Neukai surfing adalah sebuah komunitas surfer di

Senggigi Lombok Barat, komuniatas ini memiliki kegiatan

ekstrim di alam bebas yang dan kemungkinan terburuk

terjadi henti jantung pada saat beraktifitas, Selama

masa pandemi, mereka telah melaksanakan 2 kali

pelatihan Hands Only CPR bagi awam sebagai bentuk

komitmen mereka untuk meningkatkan kapasitas menjadi

awam terlatih, namun anggota yang sudah diberikan

pelatihan hanya sebagian anggota saja. Komunitas ini

terbentuk dari beberapa orang dengan hoby yang sama

yaitu olahraga surfing, Di komunitas surfer Lombok

Barat ini berjumlah 96 orang, dimana anggota yang tidak

terlatih 30 orang.
9

Oleh sebab itu calon peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dikomunitas Neukai Surfing, Lombok

Barat untuk melihat perbedaan efektifitas pelatihan

yang dilakukan dengan metode tatap muka dan metode

daring, dimana jika di dapatkan hasil pelatihan dengan

daring memiliki efektitfitas yang sama dengan pelatihan

melalui tatap muka, maka semua anggota Neukai surfing

akan dengan mudah mendapatkan pelatihan tanpa ada

pertemuan secara langsung, dan pelatihan dengan metode

daring dapat diberikan masyarakat awam lainnya.

2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai beriku : “ Apakah ada

Perbandingan Efektifitas Pelatihan Hands Only CPR pada

Masyarakat Awam dengan Metode Online dan Tatap Muka di

komunitas Neukai surfing Lombok Barat”.

3.Tujuan Penelitian

a.Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan Efektifitas Pelatihan

Hands Only CPR pada Masyarakat Awam dengan Metode

Online dan Tatap Muka.

b.Tujuan khusus

1)Mengidentifikasi tingkat pengetahuan mengenai hand

only CPR.
10

2)Mengidentifikasi efektifitas pembelajaran online

mengenai Hands only CPR.

3)Mengidentifikasi efektifitas pembelajaran tatap

muka mengenai Hands only CPR.

4)Menganalisis Perbandingan Efektifitas Pelatihan

Hands Only CPR pada Masyarakat Awam dengan Metode

Online dan Tatap Muka.

4.Manfaat penelitian

a.Manfaat bagi peneliti

Manfaat bagi peneliti, mengetahui untuk

mengidentifikasi efektifitas pelatihan online dan

tatap muka mengenai Hands only CPR.

b.Manfaat bagi akedemik

Diharapkan dapat menjadi salah satu refrensi

ilmiah bagi institusi Sekolah tinggi ilmu kesehatan

STIKES Mataram tentang hands only CPR.

c.Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan

pengetahuan dalam penanganan masyarakat yang

mengalami henti jantung.

d. Bagi peneliti lain

Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan

referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan Hands only CPR.


11
12

5. Keaslian penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama, Judul Desain Teknik Variabel Hasil


Tahun penelitian pengambila
sample

1. Wahyu Perbedaan Metode Quasi Total Varibel Hasil uji


Dini Simulasi dan eksperiman sampling bebas : post test
Metrikay Self Directed etal, Metode pengetahuan
anto, Video Terhadap dengan Simulasi (kelompok
Muhammad Pengetahuan,Sika pendekatan dan Self simulasi) dan
Saifurro p dan pre-post Directed posttest
hman, Ketrampilan test with Video pengetahuan
Tony Resusitasi control (kelompok
Suharson Jantung group. Variable self-directed
o. 2018 Paru(RJP) terikat: video)
Menggunakan I- Pengetah memiliki
Carrer Cardiac uan,Sika nilai
Resuscitation p dan signifikansi(
Manekin Pada Ketrampi p value)0,468
Siswa SMA lan (p>0,05),
Anggota Palang Resusita skor posttest
Merah remaja si sikap
(PMR) Jantung (kelompok
Paru(RJP simulasi) dan
) posttest
sikap
(kelompok
self-directed
video)
memiliki
nilai
signifikansi
(p value) =
0,739
(p>0,05), dan
skor posttest
keterampilan
(kelompok
simulasi) dan
posttest
keterampilan
(kelompok
self-directed
video)
memiliki
nilai
signifikansi
(p value) =
13

0.089
(p>0,05).
Disimpulkan
metode
simulasi dan
self directed
video
berpengaruh
terhadap
pengetahuan,
sikap dan
keterampilan
Resusitasi
Jantung Paru
(RJP)
menggunakan
I-Carrer
Cardiac
Resuscitation
Manekin ,
akan tetapi
antara metode
simulasi dan
self directed
video tidak
terdapat
perbedaan
terhadap
pengetahuan,
sikap dan
keterampilan
Resusitasi
Jantung Paru
(RJP)
menggunakan
I-Carrer
Cardiac
Resuscitation
Manekin pada
siswa SMA
anggota
Palang Merah
Remaja (PMR).
2. Irni Efektifitas deskriptif total Varibel Berdasarkan
Dwiastit video edukasi sampel bebas : hasil
i bantuan hidup Pengetah penelitian
Irianto, dasar dalam uan didapatkan
2020 meningkatkan bahwa jumlah
pengetahuan Variable responden
masyarakat awam terikat: sebanyak 30
Efektifi responden.
14

tas Responden
video laki-laki
edukasi sebanyak 8
BHD responden
27%) dan
responden
perempuan
sebanyak 22
responden
(73%).
Menurut
Notoatmodjo
(2014),
perbedaan
pengetahuan
seseorang
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor
diantaranya
fakor
internal
yaitu umur
di mana
sampel yang
saya ambil
untuk
penelitian
ini dari
usia 20
tahun ke
atas,
pendidikan
dari SMA,
mahasiwa
serta orang
yang sudah
bekerja, dan
untuk
pekerjaan
semua
pekerja
tampa saya
batasi,
sedangkan
faktor
eksternal
yaitu
lingkungan
yang di mana
15

tempat
penelitian
saya
lingkunganny
a cukup
baik, dari
sosial di
komunitas
kekalik
masyarakatny
a sangat
bersosialisa
si dalam hal
apapun dan
budaya sagat
beraneka
budaya ada
yang dari
Bima,
Sumbawa dan
Sasak.
3. Wilson EFEKTIFITAS systematic Rangkuman Dependen Setelah
Simangun APLIKASI review artikel : dilakukan
song, SMARTPHONE DALAM APLIKASI proses
Tuti UPAYA SMARTPHO seleksi akhir
Herawati PENINGKATAN NE terhadap
, 2021. RESUSITASI artikel yang
JANTUNG PARU Independ diunduh,
ent: diperoleh 33
UPAYA artikel untuk
PENINGKA ditinjau.
TAN Artikel
RESUSITA terbaru
SI terbit tahun
JANTUNG 2019,
PARU sedangkan
artikel
tertua terbit
tahun 2007.
Sebanyak 16
penelitian
menggunakan
metode
randomized
controlled
trial,
sembilan
penelitian
pengembangan
aplikasi dan
penilaian
16

risiko, lima
artikel
penelitian
observasional
, dan tiga
artikel
deskriptif.
studi. Dalam
hal negara
tempat
penelitian
dilakukan,
Korea Selatan
adalah negara
yang paling
banyak
melakukan
penelitian,
diikuti oleh
Norwegia
dengan lima
penelitian,
dan Jerman
dengan empat
penelitian.
4. Tony EFEK METODE quasy Random Independ Hasil
Suharson PEMBELAJARAN eksperimen sampling en : penelitian
o, Riza TRADISIONAL tal pre Metode menunjukkan
Fikriana (TUTORIAL) and post pembelaj bahwa rata-
, 2016 TERHADAP test aran rata
PENGETAHUAN DAN without pengetahuan
KETRAMPILAN control Dependen sebelum
RESUSITASI group : pelatihan 6,
JANTUNG PARU Pengetah 94 (1,8),
uan rata-rata
pengetahuan
setelah
pelatihan
9,13 (1,2),
dan p value
0.001.
Responden
tidak dapat
melakukan
seluruh
tahapan dalam
pertolongan
henti
jantung.
Setelah
pelatihan,
17

rata-rata
kedalaman
kompresi dada
35,7 mm,
kecepatan
kompresi dada
117,6,
ventilasi 0,3
kali, dan
durasi 5 kali
siklus RJP
142,8 detik.
Responden
tidak dapat
melakukan
kompresi dada
dengan
kedalaman
adekuat dan
ventilasi
yang adekuat
pada korban
henti
jantung.
Pelatihan RJP
pada
masyarakat
awam, lebih
baik
difokuskan
pada
pemberian
kompresi dada
saja tanpa
memberikan
ventilasi
5. Imam Perbandingan quasy Total Independ
Sahrir, efektifitas eksperimen sampling en :
2022 pelatihan hands tal pre Pelatiha
only cpr pada and post n Hands
masyarakat awam test Only CPR
dengan metode without
online dan tatap control
muka di group
komunitas surfer
lombok barat.
18

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Umum Tentang Jantung

1.Pengertian Jantung

Sistem kardiovaskuler adalah sistem yang

menjelaskan tentang sirkulasi yang terjadi pada tubuh

manusia, sirkulasi yang baik dapat dilihat dari

komponen didalamnya dalam konndisi yang baik besar

jantung pada orang dewasa 250-360 gr letak jantung

berada di rongga mediastinum medialis sebelah kiri,

di belakang sternum, di depan dari tulanng belakang

dan di atas diafragma serta dikelilingi oleh paru

kanan dan kiri (Yudha, 2017)

Fungsi jantung adalah memompa darah ke paru dan

seluruh tubuh untuk memberikan sari-sari makanan dan

O2 hingga sel terjadi metabolism. Pembuluh arteri dan

vena berfungsi sebagai pipa yaitu bertugas

menyalurkan darah dari jantung keseluruh jaringan

tubuh, perbedaan mendasar pada arteri dan vena

terdapat pada susunan histoanatomi yang menunjang

fungsinya masing-masing (Yudha, 2017).

Secara dari struktur jantung terdiri dari garis

yang biasa di sebut lurik otot, pola ultra

strukturnya juga mirip dengan otot lurik, sehingga

apabila di lihat secara mikroskopik terlihat jelas

terdapat sel bercabang berhubungan bebas dan


19

membentuk jaringan kompleks 3 dimensi (patricia,

2013). Jantung dilapisi oleh selaput yang kuat, dan

dikelilingi oleh rongga perikard yang terdiri oleh 2

lapisan perikard yang diantaranya perikard viseralis

(epikardium) dan lapisan paritalis, bagian luar

perikard terdapat pembuluh darah besar dan diletakkan

oleh ligament pada kolumna vertebralis, diafragma,

dan bagian- bagian jaringan lain di dalam rongga

mediastinum (Yudha, 2017)

Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi

dalam jantung selama peredaran darah. Gerakan jantung

terdiri dari 2 jenis yaitu kontraksi (sistolik) dan

relaksasi (diastolik). Sistolik merupakan sepertiga

dari siklus jantung. Kontraksi dari ke-2 atrium

terjadi secara serentak yang disebut sistolik atrial

dan relaksasinya disebut diastolik atrial. Lama

kontraksi ventrikel ±0,3 detik dan tahap relaksasinya

selama 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium pendek,

sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih

kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus lebih kuat

karena harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk

mempertahankan tekanan darah sistemik. Meskipun

ventrikel kanan juga memompakan darah yang sama tapi

tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru

ketika tekanannya lebih rendah (Syaifuddin, 2006).


20

2. Anatomi jantung

Gambar 1. Jantung normal dan sirkulasinya.

Batas-batas jantung:

a. Kanan : vena cava superior (VCS), atrium

kanan, vena cava inferior (VCI).

b. Kiri : ujung ventrikel kiri

c. Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan,

sebagian kecil ventrikel kiri.

d. Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis

e. Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir

horizontal sepanjang diafragma sampai apeks

jantung

f. Superior : apendiks atrium kiri.

Darah dipompakan melalui semua ruang jantung

dengan bantuan keempat katup yang mencegah agar darah

tidak kembali ke belakang dan menjaga agar darah

tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat


21

katup ini adalah katup trikuspid yang terletak di

antara atrium kanan dan ventrikel kanan, katup

pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan

arteri pulmonal, katup mitral yang terletak di antara

atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup aorta,

terletak di antara ventrikel kiri dan aorta. Katup

mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet

anterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga

daun (leaflet).

Suplai darah jantung berasal dari arteri

koronaria. Arteri koroner kanan berasal dari sinus

aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis

dan apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan

sampai mencapai lekukan interventrikuler posterior.

Pada 85% pasien arteri berlanjut sebagai arteri

posterior desenden/ posterior decendens artery (PDA)

disebut dominan kanan. Arteri koroner kiri berasal

dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi menjadi

arteri anterior desenden kiri/ left anterior

descenden (LAD) interventrikuler dan sirkumfleks. LAD

turun di anterior dan inferior ke apeks jantung.

3.Fisiologis Jantung

Fungsi jantung adalah memompa darah ke paru dan

seluruh tubuh untuk memberikan sari-sari makanan dan

O2 hingga sel terjadi metabolism. Pembuluh arteri dan

vena berfungsi sebagai pipa yaitu bertugas


22

menyalurkan darah dari jantung keseluruh jaringan

tubuh, perbedaan mendasar pada arteri dan vena

terdapat pada susunan histoanatomi yang menunjang

fungsinya masing-masing (Yudha, 2017).

Menurut (Lily, 2004) Pemisahan ini sangat

penting karena separuh jantung kanan menerima dan

juga memompa darah yang mengandung oksigen rendah

sedangkan sisi jantung sebelah kiri adalah berfungsi

untuk memompa darah yang mengandung oksigen tinggi.

Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu

atrium dan ventrikel yang masing-masing dari ruang

jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium

kanan kiri, serta ventrikel kiri dan kanan. Berikut

fungsi dari bagian- bagian jantung yaitu :

a. Atrium

Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan

(reservoir) darah yang rendah oksigen dari seluruh

tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava

superior, vena kava inferior, serta sinus

koronarius yang berasal dari jantung sendiri.

Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan

selanjutnya ke paru. Atrium kanan menerima darah

de-oksigen dari tubuh melalui vena kava superior

(kepala dan tubuh bagian atas) dan inferior vena

kava (kaki dan dada lebih rendah). Simpul

sinoatrial mengirimkan impuls yang menyebabkan


23

jaringan otot jantung dari atrium berkontraksi

dengan cara yang terkoordinasi seperti gelombang.

Katup trikuspid yang memisahkan atrium kanan dari

ventrikel kanan, akan terbuka untuk membiarkan

darah de-oksigen dikumpulkan di atrium kanan

mengalir ke ventrikel kanan Atrium kiri menerima

darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4

buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke

ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh

melalui aorta. Atrium kiri menerima darah

beroksigen dari paru-paru melalui vena paru-paru.

Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial

kemajuan melalui atrium, darah melewati katup

mitral ke ventrikel kiri

b. Ventrikel

Ventrikel kanan menerima darah dari atrium

kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui arteri

pulmonalis. Ventrikel kanan menerima darah de-

oksigen sebagai kontrak atrium kanan. Katup paru

menuju ke arteri paru tertutup, memungkinkan untuk

mengisi ventrikel dengan darah. Setelah ventrikel

penuh, mereka kontrak. Sebagai kontrak ventrikel

kanan, menutup katup trikuspid dan katup paru

terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah darah

dari dukungan ke atrium kanan dan pembukaan katup

paru memungkinkan darah mengalir ke arteri


24

pulmonalis menuju paru-paru. Ventrikel kiri

menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke

seluruh tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri

menerima darah yang mengandung oksigen sebagai

kontrak atrium kiri. Darah melewati katup mitral

ke ventrikel kiri. Katup aorta menuju aorta

tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel

dengan darah. Setelah ventrikel penuh, dan

berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri,

menutup katup mitral dan katup aorta terbuka.

Penutupan katup mitral mencegah darah dari

dukungan ke atrium kiri dan pembukaan katup aorta

memungkinkan darah mengalir ke aorta dan mengalir

ke seluruh tubuh.

c. Siklus Jantung Dan Sistem Peredaran Darah Jantung.

Siklus jantung termasuk dalam bagian dari

fisiologi jantung itu sendiri. Jantung ketika

bekerja secara berselang-seling berkontraksi untuk

mengosongkan isi jantung dan juga berelaksasi

dalam rangka mengisi darah kembali. siklus jantung

terdiri atas periode sistol (kontraksi dan

pengosongan isi) dan juga periode diastol

(relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan

ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol

terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran

eksitasi (mekanisme listrik jantung) ke seluruh


25

jantung. Sedangkan relaksasi timbul setelah

repolarisasi atau tahapan relaksasi dari otot

jantung. Peredaran Darah Jantung. Peredaran

jantung itu terdiri dari peredaran darah besar dan

juga peredaran darah kecil. Darah yang kembali

dari sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh) masuk

ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal

sebagai vena kava. Darah yang masuk ke atrium

kanan berasal dari jaringan tubuh, telah diambil

O2-nya dan ditambahi dengan CO2. Darah yang miskin

akan oksigen tersebut mengalir dari atrium kanan

melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya

keluar melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan

demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang

miskin oksigen ke sirkulasi paru. Di dalam paru,

darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O2

segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui

vena pulmonalis.
26

B.Tinjauan Umum tentang Henti Jantung

1.Definisi Henti Jantung

Penyakit jantung adalah suatu keadaan dimana

jantung tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan

baik, sehingga kerja jantung sebagai pemompa darah

dan oksigen ke seluruh tubuh terganggu. Terganggunya

peredaran oksigen dan darah tersebut dapat disebabkan

karena otot jantung yang melemah, adanya celah antara

serambi kiri dan serambi kanan yang mengakibatkan

darah bersih dan darah kotor tercampur (Anies, 2017).

Cardiac arrest atau yang biasa dikenal henti

jantung merupakan suatu kondisi dimana terjadinya

kegagalan organ jantung untuk mencapai curah jantung

yang adekuat, yang disebabkan oleh terjadinya

asistole (tidak adanya detak jantung) maupun

disritmia (Park et al., 2020).

Henti jantung terjadi ketika jantung telah

berhenti berdetak yang menyebabkan terhentinya alirah

darah di tubuh sehingga mengakibatkan tidak

teralirkannya oksigen ke seluruh tubuh. Tidak ada


27

pasokan oksigen dalam tubuh akan berdampak fatal,

yaitu kerusakan otak,(Ngurah & Putra, 2019).

Cardiac arrest atau henti jantung adalah keadaan

hilangnya fungsi jantung yang tiba tiba yang ditandai

dengan terjadinya henti napas dan henti jantung,

Menurut (Irianti, Irianto, & Anisa Nuraisa Jausal,

2018).

2.ETIOLOGI CARDIAC ARREST/ HENTI JANTUNG

Dalam (Andrianto, 2020) menjabarkan henti

jantung disebabkan karena adanya gangguan pada

kelistrikan jantung yang menyebabkan keadaan-keadaan

mengancam jiwa misalnya seperti aritmia maligna atau

adanya masalah pada irama jantung. Selain itu,

cardiac arrest atau henti jantung juga dapat dipicu

oleh kelainan yang reversible, seperti hipoksia,

hipovelemia, hiportemia, tension pneumothorax,

tamponade cardiac, dan hydrogen ion (asidosis).

Menurut (Muttaqin, 2012) terdapat beberapa

penyabab lain dari henti jantung, yaitu:

a.Disebabkan karena pernafasan Pemutusan pemasokan

oksigen di otak dan seluruh organ dapat dikatakan

sebagai penyebab ataupun konsekuensi dari henti

jantung. Secara medis, keadaan kurangnya oksigen

dalam otak disebut hipoksia yang sebabkan adanya

gangguan fungsi respirasi atau gangguan pertukaran

gas di paru. Hipoksia dapat terjadi akibat gangguan


28

jalan napas, misalnya ada sumbatan pada pangkal

lidah di hipofaring pada orang yang kesadarannya

menurun, atau hipoksia juga dapat terjadi pada

kasus sumbatan napas yang dikarena aspirasi isi

lambung dan/atau cairan lambung. Selain itu, dapat

pula disebabkan oleh depresi pernafasan atau

keracunan, kelebihan obat, bahkan kelumpuhan

otototo pernafasan.

b.Sirkulasi Syok hipovolemik yang terjadi karena

pendarahan dapat menjadi penyebab henti jantung.

Ketika syok hipovolemik terjadi, tubuh kekurangan

plasma dan cairan vascular, hal tersebut

mengakibatkan penurunan transport oksigen ke organ-

organ sehingga dapat mengakibatkan henti jantung.

Selain itu, reaksi anafilatik terhadap obat juga

dapat menjadi penyebab henti jantung.

3.MANIFESTASI KLINIS CARDIAC ARREST / HENTI JANTUNG

Adapun manifestasi klinis atau tanda-tanda

pasien mengalami cardiac arrest atau henti jantung

menurut (Andrianto, 2020) adalah sebagai berikut.

a.Pada pasien tidak teraba nadi di arteri besar

(karotis, radialis maupun femoralis)

b.Pernafasan pasien tidak normal, pada beberapa kasus

tidak normalnya pernafasan dapat terjadi meskipun

jalan nafas sudah paten


29

c.Pasien tidak berespon terhadap rangsangan verbal

maupun rangsangan nyeri.

4.PENATALAKSANAAN CARDIAC ARREST / HENTI JANTUNG

Menurut AHA Guidelines tahun 2015, tindakan BHD

ini dapat disingkat teknik ABC pada prosedur CPR

(Cardio Pulmonary Resuscitation) yaitu:

a.A (Airway): Menjaga jalan nafas tetap terbuka

b.B (Breathing): Ventilasi paru dan oksigenasi yang

adekuat

c.C (Circulation): Mengadakan sirkulasi buatan dengan

kompresi jantung paru.

d.Rantai keselamatan dan langkah-langkah Basic Life

Support menurut AHA (2015) antara lain:

Identifikasi korban henti jantung dan Aktivasi

SPGDT Segera A) Melakukan 3A (Aman) Sebelum melakukan

pertolongan harus diingat bahwa tidak jarang anda

memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko

infeksi anda juga dapat menjadi korban jika tidak

memperhatikan kondisi sekitar pada saat melakukan

pertolongan. Maka ada beberapa hal yang harus

dilakukan penolong pada korban yaitu :

a.Memasikan keamanaan anda Keamanaan sendiri

merupakan prioritas utama, karena bagaimana kita

dapat melakukan pertolongan jika kondisi kita

sendiri berada dalam bahaya. Akan merupakan hal

yang ironiis seandainya kita bermaksud menolong


30

tetapi karena tidak memperhatikan situasi kita

sendiri yang terjerumus dalam bahaya.

b.Memastikan keamanan lingkungan Ingat rumus do no

futher harm karena ini meliputi juga lingkungan

sekitar penderita yang belum terkena sedera.

Sebagai contoh ketika terjadi kecelakaan lalu

lintas. Ingatlah para penonton untuk cepat-cepat

menyingkir karena ada bahaya seperti ledakan/api.

c.Memastikan keamanan penderita Betatapun ironisnya,

tetapi prioritas terakhir adalah penderita sendiri,

karena penderita ini sudah mengalami cedera dari

awal.

d.Memastikan kesadaran korban Penolong juga perlu

memeriksa pernafasaan korban, jika korban tidak

sadarkan diri dan bernafas secara abnormal

(terengah-engah) penolong harus mngasumsikan korban

mengalami henti jantung. Penolong harus memastikan

korban tidak merespon dengan cara memanggil korban

dengan jelas, lalu menepuk-nepuk korban atau

menggoyanggoyangkan baru korban.

e.Meminta pertolongan Korban tidak merespon maka

penolong harus segera mengaktifkan SPGDT dengan

menelpon Ambulans Gawat Darurat 118 Dinas Kesehatan

DKI Jakarta, atau ambulans rumah sakit terdekat.

Mengaktifkan SPGDT penolong harus siap dengan

jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang


31

sedang terjadi, jumlah korban dan bantuan yang

dibutuhkan. Rangkaian tindakan tersebut dapat

dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi

kejadian terdapat lebih dari satu penolong.

C.Tinjauan Umum Tentang hand only CPR

1.Pengertian hand only CPR

Suatu tindakan pertolongan pertama yang

diberikan pada korban dengan keadaan henti napas

maupun henti jantung disebut bantuan hidup dasar.

Tindakan yang dilakukan dalam bantuan hidup dasar

merupakan tindakan pemberikan napas buatan dan

Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada pasien

(Wiliastuti, Anna, & Mirwanti, 2018). Resusitasi

(resuscitation) yang berarti “menghidupkan kembali”

merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk mencegah

timbulnya episode henti jantung yang berakibatkan

kematian. Jika penanganan tidak segera dilaksanakan

pasien dengan kondisi henti jantung dapat mengalami

kematian dalam waktu yang sangat singkat (sekitar 4-6

menit) (Andrianto, 2020).

2.Factor yang mempegaruhi CPR

Dalam penelitian (Ardiansyah et al., 2019)

menjabarkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


32

pemberian kompresi dada atau RJP adalah sebagai

berikut.

a.Usia

Kelompok usia dibawah 35 tahun lebih

berpotensi mampu untuk melakukan RJP yang

berkualitas selama 5 siklus.

b.Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki mampu

lebih efektif dalam melakukan RJP yang berkualitas

daripada perempuan. Laki-laki memiliki peluang

untuk melakukan kompresi dada yang berkualitas 3,85

kali lebih besar daripada perempuan (Ardiansyah et

al., 2019).

c.Kelelahan

Dalam banyak penelitian menyebutkan bahwa

pemberian RJP pada pasien menyebabkan kelelahan.

Jika seorang individu kelelahan maka kecepatan dan

kedalaman dalam pemberian RJP sudah tidak dapat

dikatakan adekuat (Ardiansyah et al., 2019). Hal

ini didasarkan oleh teori yang menjelaskan bahwa

jika kontraksi otot dilakukan lebih dari 5-10 detik

maka beresiko terjadinya proses glikolisis anaerob

yang sumber utamanya adalah glikogen. Ketika

glikogen pecah, maka terjadinya peningkatan kadar


33

asam laktat yang menyebabkan individu mengalami

kelelahan (Ardiansyah et al., 2019).

d.Frekuensi Pelatihan dan Faktor Pengetahuan

Ketika individu mengikuti sebuah pelatihan,

maka adanya perubahan perilaku dan pengetahuan pada

individu tersebut. Individu yang melalukan

pelatihan berulang secara aktif akan meningkatkan

kepercayaan diri, kemauan untuk menolong dan

kemampuan/ skill dalam melakukan RJP yang

berkualitas. Selain itu, faktor pengetahuan juga

sangat mempengaruhi dalam pemberian RJP yang

berkualitas. Dengan adanya peningkatan pengetahuan

atau memiliki pengetahuan yang lebih maka akan

meningkatkan performa dalam pemberian RJP yang

berkualitas (Ardiansyah et al., 2019).

3.Langkah-langkah CPR

Salah satu bagian dari bantuan hidup dasar

adalah Resusitasi Jantung Paru (RJP)/ CPR. Tindakan

ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi jantung

sehingga mampu kembali memompa serta memperbaiki

sirkulasi darah di tubuh. Adapun langkah-langkah

resusitasi jantung paru menurut (AHA, 2020):

a.Menganalisa Situasi Keamanan penolong menjadi

prioritas untuk menghindari adanya korban

selanjutnya. Perhatikan situasi dan keadaan yang

aman untuk penolong dan korban (AHA, 2020).


34

b.Cek respon korban Periksa keadaan korban dengan

memberikan rangsangan nyeri ataupun verbal.

Pemeriksaan ini dilakukan setelah dipastikannya

lingkungan telah aman untuk penolong maupun korban.

Rangsangan verbal yang dilakukan bisa dengan

memanggil korban disertai menepuk bahu korban.

Apabila tidak ada respon, penolong bisa melakukan

rangsangan nyeri, baik menekan kuku maupun di

bagian dada (AHA, 2020).

c.Meminta bantuan dan aktifkan Emergency Medical

Service (EMS) Jika korban masih tidak memberikan

respon, penolong segera meminta bantuan dengan

berteriak dan mengaktifkan sistem gawat darurat

atau EMS (AHA, 2020).

d.Memperbaiki posisikan korban dan penolong

1) Posisikan korban supinasi atau terlentang di

permukaan yang keras dan datar.

2) Memperbaiki posisi korban dengan cara log roll

(kepala, leher, dan punggung digulingkan secara

bersamaan).

3) Posisikan penolong senyaman mungkin dengan posisi

berlutut sejajar dengan bahu pasien untuk

pemberian resusitasi secara efektif (AHA, 2020).

e.Periksa Airway (Jalan nafas) Tujuan dari tindakan

ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya

sumbatan pada jalan nafas yang disebabkan benda


35

asing dalam mulut, jika ada benda asing segera

bersihkan lebih dulu, buka mulut dengan menggunakan

teknik cross finger. Jika sumbatan berbentuk cairan

dapat dibersihkan dengan jari telunjuk dan jari

tengah yang dilapisi atau ditutupi sepotong kassa,

sedangkan jika terdapat sumbatan benda padat dapat

dikeluarkan dengan menggunakan jari telunjuk

(finger sweep) (AHA, 2020). Membuka jalan nafas

dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala topang

dagu (head tilt chin lift) namun hindari melakukan

ini kepada pasien cedera kepala, jika dicurigai

adanya cedera kepala, gunakan manuver mandibular

(jaw trust) (AHA, 2020)

f.Breathing (pernafasan) Tindakan pemeriksaan

pernafasan ini dilakukan dengan cara melihat

pergerakan dada (look), mendengarkan suara nafas

(listen), dan merasakan hembusan nafas pasien

(feel) dengan mendekatkan telinga penolong dengan

hidung pasien, melihat pergerakan dinding dada 5-6

detik. Jika tidak ada pernafasan segera beri nafas

buatan sebanyak 10-12 kali per menit (1 kali

bantuan nafas, 5-6 detik) (AHA, 2020).

g.Circulation Memastikan adanya denyut nadi pasien

dengan meletakkan jari telunjuk dan jari tengah di

nadi karotis pasien (disisi kanan atau kiri leher

sekitar 1-2cm dari thakhea) raba selama < 10 detik.


36

Jika nadi tidak teraba dan nafas tidak terasa

lakukan resusitasi jantung paru (AHA, 2020).

h.Resusitasi jantung paru yang berkualitas

1)Posisikan diri di samping korban

2)Pastikan posisi korban aman dan supinasi/

terlentang

3)Letakkan kedua telapak tangan (saling menumpuk),

di prosesus xipoideus atau diantara kedua putting

susu

4)Posisi penolong tegak lurus

5)Menurut (AHA, 2020) pemberian resusitasi jantung

paru bisa dikatakan berkualitas jika mencakup hal

ini, yaitu tekan kuat (minimum 2 inch / 5cm) dan

kecepatannya (100-120 kali per menit) dan tunggu

rekoil dada selesai dengan sempurna,

meminimalisir interupsi dalam kompresi,

menghindari ventilasi berlebihan, ganti

kompresor/penolong tiap 2 menit, namun boleh

dilakukan < 2 menit jika sudah mulai kelelahan,

jika tidak ditemukannya suara napas lanjutan,

rasio kompresi ventilasi 30:2, kapnografi

gelombang kuantitatif, jika hasil PETCO2 rendah

ataupun menurun, kaji ulang kualitas RJP yang

telah diberikan.

i.Recovery Position (Posisi pemulihan) Bila keadaan

pasien sudah Kembali normal, posisikan pasien


37

dengan posisi pemulihan dengan tujuan dapat

mencegah terjadinya sumbatan saluran nafas jika

terdapat cairan (AHA, 2020).


38

D.Tinjauan umum tentang metode pendidikan

1.Pengertian pendidikan

Pendidikan merupakan sesuatu kebutuhan yang

sangat penting di era globalisasi saat ini. Hal ini

dikarenakan pendidikan merupakan aset masa depan yang

harus dimiliki oleh setiap seseorang untuk

mengembangkan pengetahuan maupun keterampilan guna

memahami disiplin ilmu agar dapat mengikuti

perkembangan zaman diera teknologi yang semakin maju.

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh

dalam kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan

formal harus disesuaikan dengan perkembangan dan

tuntutan pembangunan yang memerlukan jenis

keterampilan dan keahlian.

a.Metode pembelajaran tatap muka

a) pengertian pembelajaran tatap muka

(Menurut Bonk dan Graham) Pembelajaran tatap

muka merupakan model pembelajaran yang

konvesional, yang berupaya untuk menyampaikan

pengetahuan kepada peserta didik yang

mempertemukan guru dengan siswa dalam suatu

ruangan untuk belajar yang memiliki karakteristik

yang terencana, yang berorientasi pada tempat

(place-based) dan interaksi sosial.


39

1)Pendekatan Pembelajaran Tatap Muka

Adapun pendekatan yang digunakan dalam

pembelajaran tatap muka ialah sebagai berikut:

1.Pendekatan Multikultural

Pendekatan ini diartikan sebagai sebuah

kebijakan sosial yang didasari oleh prinsip-

prinsip pemeliharaan budaya dan saling memiliki

rasa hormat antara seluruh kelompok budaya di

dalam masyarakat. Dalam pembelajaran berbasis

pendekatan multikultural ini bertujuan untuk

memberdayakan siswa dalam mengembangkan rasa

hormat kepada orang yang memiliki perbedaan

budaya, memberikan kesempatan untuk bekerjasama

dengan orang-orang yang memiliki perbedaan,

ras, agama, budaya dan etnisnya secara

langsung.

2.Pendekatan Kooperatif

Pembelajaran ini merupakan strategi

belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

kelompok kecil yang tingkat kemampuannya

berbeda. Dalam pendekatan ini bertujuan untuk

membentuk kerjasama yang baik antara siswa

dengan anggota kelompoknya, sehingga

pembelajaran kooperatif dikatakan belum selesai


40

jika salah satu dari teman kelompoknya belum

menguasai bahan pelajaran. (Mursel J &

Nasution).

2)Strategi Pembelajaran Tatap Muka

Berdasarkan kompetensi dan kemampuan

mengajar guru secara umum strategi pembelajaran

tatap muka dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a) Strategi yang berpusat pada guru (Teacher

Centere Oriented) yaitu strategi

pembelajaran yang berpusat pada guru dengan

menggunakan jenis pendekatan ekspositori

yaitu strategi pembelajaran yang berupa

instruksional langsung (direct langsung)

yang dipimpin oleh guru. Adpaun metode yang

digunakan dalam strategi ini ialah metode

ceramah, presentasi, diskusi kelas dan Tanya

jawab. Namun demikian ceramah atau

presentasi yang dilakukan secara interaktif

dan meraik dapat meningkatkan keterlibatan

peserta didik dalam pembelajaran.

b) Strategi yang berpusat pada siswa (Student

Centere Oriented) yaitu strategi

pemeblajaran yang berpusat pada siswa dengan

menggunakan jenis pendekatan Discovery

Inquiri yaitu kegiatan pemebalajaran yang


41

berbentuk problem Basic Learning yang

diberikan fasilitas oleh guru. Pendekatan

ini melibatkan aktivitas siswa yang tinggi.

Adpaun metode yang digunakan dalam strategi

ini ialah, observasi, diskusi kelompok,

eksperimen, eksplorasi, simulasi dan

sebagainya (Depdiknas 2008).

b.Metode pembelajaran online

1) Pengertian pembelajaran online

Pembelajaran daring merupakan pendidikan

formal yang diselenggarakan oleh sekolah yang

peserta didiknya dan instrukturnya guru yang

berada di lokasi yang terpisah sehingga

memerlukan sistem telekomunikasi interaktif

untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber

daya yang diperlukan di dalamnya (Subron, dkk

2019).

2) Jenis Model Pembelajaran Daring

Adapun model pembelajaran daring terdiri

dari dua jenis yaitu:

a) Tatap muka virtual melalui video conference,

teleconference, dan atau diskusi dalam group

media social atau aplikasi pesan. Dengan

adanya tatap muka secara virtual bertujuan

untuk memastikan adanya interaksi langsung

yang terjadi antara guru dengan siswa.


42

b) Learning Management System (LMS), merupakan

sistem pengelolaan pembelajaran integrasi

secara daring melalui aplikasi. Adapun

sistem pembelajaran dalam LMS ini yaitu

meliputi pengelolaan akun, penguasaan

materi, penyelesaian tugas, pemantauan

capaian hasil belajar, terlibat dalam forum

diskusi, konsultasi dan ujian atau

penilaian. Contoh LMS ialah kelas maya rumah

belajar, google classroom, ruang guru,

zenius, edomodo, moodle, siajar LMS

seamolec dan lain sebagainya (Kemendikbud,

2020).
43

E.Tinjauan pustaka tentang pengetahuan

1.Definisi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo, (2018) Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu seseorang terhadap objek

melalui indera yang dimilikinya yakni indra

pendengaran, indra penciuman, indra penglihatan,

indra penciuman, dan indera peraba.

Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang

benar. Untuk memenuhi rasa ingin tahu ini, manusia

sejak jaman dahulu telah berusaha mengumpulkan

pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari

sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang

untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman

langsung maupun melalui pengalaman orang lain

(Notoatmodjo, 2010).

2.Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018) tingkat pengetahuan

dibagi 6 tingkatan pengetahuan, yaitu:

a.Tahu (Know) C1
44

Pengetahuan yang didapatkan seseorang sebatas

hanya mengingat kembali apa yang telah dipelajari

sebelumnya, sehingga dapat di artikan pengetahuan

pada tahap ini adalah tingkatan paling rendah.

b.Memahami (Comprehension) C2

Pengetahuan yang menjelaskan sebagai suatu

kemampuan menjelaskan objek atau sesuatu dengan

benar.

c.Aplikasi (Aplication) C3

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini

adalah dapat mengaplikasikan atau menerapkan materi

yang telah dipelajari.

d.Analisis (Analysis) C4

Kemampuan menjabarkan suatu materi atau suatu

objek ke dalam sebuah komponen-komponen yang ada

kaitan satu sama lain.

e.Sintesis (Synthesis) C5

Adalah sebuah pengetahuan yang dimiliki

kemampuan seseorang dalam mengaitkan berbagai

fungsi elemen atau unsur pengetahuan yang ada

menjadi suatu pola baru yang lebih menyeluruh.

f.Evaluasi (Evaluation) C6

Pengetahuan ini dimiliki pada tahap berupa

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau


45

penilaian suatu materi atau objek.

3.Factor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

menurut Notoatmodjo (2016):

a. Faktor Internal

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan ialah salah satu usaha untuk

meningkatkan karakter seseorang agar orang

tersebut dapat memiliki kemampuan yang baik.

Pendidikan ini mempengaruhi sikap dan tata laku

seseorang untuk mendewasakan melalui pengajaran.

2) Informasi

Informasi ialah suatu pengetahuan yang

didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau

instruksi. Informasi ini juga sebenarnya dapat

ditemui didalam kehidupan seharihari karena

informasi ini bisa kita jumpai disekitar

lingkungan kita baik itu keluarga, kerabat, atau

media lainnya.

3) Lingkungan

Lingkungan ialah segala suatu yang ada

disekitar individu, baik itu lingkungan fisik,

biologis, maupun sosial.

4) Usia

Usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola

pikir seseorang. Semakin bertambah usia maka akan


46

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuannya semakin membaik.

b. Faktor eksternal

1)Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun

sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik

lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga

dengan status ekonomi rendah, hal ini akan

mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk

kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa

ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang

tentang berbagai hal.

2)Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat

diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya

informasi baru mengenai suatu hal memberikan

landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap

terhadap hal tersebut.Pesan-pesan sugestif

dibawa oleh informasi tersebut apabila arah

sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya

digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat

terhadap suatu inovasi yang berpengaruh

perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui

media masa.

3)Kebudayaan/Lingkungan
47

Kebudayaan dimana kita hidup dan

dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap

pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah

mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam

pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

4.Sumber pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh langsung ataupun

melalui penyuluhan baik individu maupun kelompok.

Untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan perlu

diberikan penyuluhan yang bertujuan untuk tercapainya

perubahan perilaku individu, keluarga maupun

masyarakat, dalam membina dan memelihara hidup sehat

serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal. Pengetahuan adalah proses

kegiatan mental yang dikembangkan melalui proses

kegiatan pada umunya sebagai aktifitas kognitif.

Proses adopsi adalah perilaku menurut Notoatmodjo

(2010), sebelum seseorang mengadopsi perilaku didalam

diri orang tersebut terjadi suatu proses yang

berurutan yang terdiri dari:

a. Kesadaran (awareness), Individu menyadari adanya

stimulus.

b. Tertarik (Interest), Individu mulai tertarik pada

stimulus.
48

c. Menilai (Evaluation), Individu mulai menilai

tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya. Pada proses ketiga ini subjek sudah

memiliki sikap yang lebih baik lagi.

d. Mencoba (Trial), Individu sudah mulai mencoba

perilaku yang baru.

e. Menerima (Adoption)

f. Individu telah berprilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, sikap dan kesadarannya terhadap

stimulus (Notoatmodjo, 2010).

5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2010).

Pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan

untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis:

a. Pertanyaan Subjektif adalah bentuk pertanyaannya

berupa essay.

b. Pertanyaan Objektif adalah jenis pertanyaan

berupa pilihan ganda, betul/salah dan pertanyaan

menjodohkan.
49

2.KERANGKA KONSEP
HENTI JANTUNG

PERTOLONGAN PERTAMA HENTI JANTUNG

MASALAH PADA SISTEM KARDIOVASKUAR

MASYARAKAT AWAM

HANDS ONLY CPR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HANDS ONLY CPR

USIA PENGETAHUAN KELELAHAN

PENGETAHUAN DI
PEROLEH DARI:

1. sekolah
2. kursus/pelatihan PELATIHAN hands only CPR
3. media
4. pengalaman
50

DARING LURING

Perbandingan Efektifitas
Pelatihan Hands Only CPR
Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Bagan 2.1 kerangka konsep peneltian Perbandingan Efektifitas

Pelatihan Hands Only CPR pada Masyarakat Awam dengan Metode

Online dan Tatap Muka.

3.HIPOTESIS

Ha = Ada perbedaan efektifitas Pelatihan Hands Only CPR

pada Masyarakat Awam dengan Metode Online dan Tatap

Muka.
51

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang dilakukan

dalam proses penelitian. Dalam penyusunan proposal,

motode penelitian harus diuraikan secara rinci seperti

variabel penelitian, rancangan penelitian, teknik

pengumpulan data, analisa data, cara penafsiran, dan

penyimpulan hasil penelitian Hidayat, (2017).

Metode penelitian adalah cara atau alat untuk

mencapai tujuan, dengan demikian pemilihan metode dalam

kegiatan penelitian tergantung kepada tujuan penelitian

Nasirin (2016). Pada bab ini akan disajikan subjek

penelitian, populasi dan sample penelitian, rancangan

penelitian, teknik pengumpulan data, identifikasi

variabel dan definisi operasional, rencana analisa

data, kerangka kerja.

1.Subjek penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber data yang

dimintai informasinya sesuai dengan masalah penelitian.

Adapaun yang dimaksud sumber data dalam penelitian

adalah subjek darimana data diperoleh (suharsimi

arikunto, 2010).

Subjek pada penelitian ini ada dua yaitu subjek

untuk daring dan tatap muka, yaitu komunitas Neukai

surfing Lombok barat yang berjumlah 96 orang.


52

2.Populasi dan Sample penelitian

a.Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek

atau fenomena yang secara potensial dapat diukur

sebagai bagian dari penelitian (Mazhindu and Scott,

2005) dalam swarjana. (2015).

Populasi pada penelitian ini adalah komunitas

Neukai surfing Lombok barat yang berjumlah 30 orang.

b.Sampel

Teknik sampling adalah suatu cara yang digunakan untuk

mengambil sampel dalam sebuah penelitian. Teknik

sampling yang digunakan oleh peneliti ialah sampling

jenuh, yaitu cara menentukan sampel jika semua anggota

dari populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono.,

Metode, hlm.123-124). Pada penelitian menggunakan total

sampling, yaitu jumlah populasi sama dengan sampel,

dengan penentuan sampel untuk metode daring 15 orang

dan metode tatap muka 15 orang.

I. Kriteria Inklusi

1. Bersedia menjadi responden.

2. Hadir saat pelatihan dan mengikuti pelatihan

hinggga tuntas.

3. Mengisi kuisioner dan mengumpulkan kuisioner.

4. Belum pernah mendapatkan pelatihan Hand Only

CPR sebelumnya.
53

II. Kriteria Eksklusi

1. Tidak lengkap mengisi kuisioner.

2. Tidak hadir saat penelitian.

3. Tidak menyelsaikan pelatihan hingga tuntas.

3.Rancangan penelitian

Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari

suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti

berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa

diterapkan Nursalam, (2017).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah menggunakan desain penelitian quasi

eksperimental dengan pendekatan pre-post test with

control grup.

4.Teknik pengumpulan data dan pengolahan data

a. Metode pengumpulan data

Pengumplan data merupakan komponen yang penting.

Hal yang perlu dituliskan adalah instrumen yang

digunakan merupakan hasil pengembangan/modifikasi

atau dari standar instrument yang sudah baku

Nursalam, (2017).

Pengumpulan data dilakukan penelitian

menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh

langsung dari responden.


54

Langkah-langkah pengumpulan data:

a) Tahap persiapan

Penelitian memberikan informed consent atau

lembar persetujuan menjadi responden.

b) Mempersiapkan SOP pelatihan dan lembar kuesioner

c) Tahap orientasi

(1) Mengucapa salam

(2) Memperkenalkan diri

(3) Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

(4) Calon penelitian memberikan surat persetujuan

untuk menjadi responden.

d) Tahap pelaksanaan

(1) Penelitian dilakukan selama 1 hari selama 2 jam

untuk kelompok dengan metode daring, menggunakan

ZOOM meeting.

(2) Penelitian dilakukan selama 1 hari selama 2 jam

untuk kelompok dengan metode metode tatap muka.

(3) Memberikan pre-test kepada seluruh reponden via

daring dan tatap muka.

(4) Memberikan pelatihan selama 1x periode selama 2

jam.

(5) Memberikan post-test kepada seluruh responden

sesudah pelatihan berlangsung menggunakan google

form.

e) Tahap terminasi

(1) Mengumpulkan lembar kuesioner


55

(2) Munguncapkan salam

b. Instrument penelitian

i. sumber dan dasar instrument

Instrumen penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah

dan hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan

sistematis) sehingga lebih mudah diolah.

Adapun instrumen yang akan digunakan oleh

peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Instrumen ini diambil dari penelitian NS.

Antoni Eka Fajar Maulana M.kep. Dimana hasil

dari jawaban pengetahuan tersebut

diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria

Baik, Cukup, Kurang (Arikunto, 2013).

c. Teknik pengolahan data

Pengolahan data merupakan suatu bentuk

penyajian data untuk mendapatkan kesimpulan yang

baik Notoatmodjo, (2014).

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya

dilakukan adalah pengolahan data dengan tahap

sebagai berikut:

1. Editing (Pengeditan)

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan

dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.


56

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari

lapangan harus dilakukan penyunting (editing)

terlebih dahulu.

2. Coding (Mengkode Data)

Setelah semua kuesioner diedit atau

disunting, selanjutnya dilakukan peng “kodean”

atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angaka atau

bilangan. Misalnya jenis kelamin: 1= laki-laki,

2= perempuan. Koding atau pemberian kode ini

sangat berguna dalam memasukan data.

3. Data Entry (Masukan Data)

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-

masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka

atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau

“software” computer. Software computer ini

bermacam-macam, masing-masing mempunyai kelebihan

dan kekurangannya. Salah satu paket program yang

paling sering digunakan untuk “entri data”

penelitian adalah paket program SPSS 22.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Setelah data dimasukkan perlu dicek

kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak

lengkapan, dan sebagainya kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.


57

d. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2012). Langkah-langkah pengumpulan data:

1) Tahap persiapan

a) Penelitian memberikan lembar persetujuan

menjadi responden.

b) Mempersiapkan materi pelatihan dan lembar

kuesioner.

2)Tahap orientasi

a) Mengucapa salam

b) Memperkenalkan diri

c) Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

c) Calon penelitian memberikan lembar persetujuan

menjadi responden.

3)Tahap pelaksanaan

a) Penelitian dilakukan hari pertama selama 1

hari selama 2 jam untuk untuk kelompok dengan

metode tatap muka.

b) Penelitian dilakukan hari kedua selama 1 hari

selama 2 jam untuk kelompok dengan metode

daring, menggunakan ZOOM meeting.

c) Memberikan pre-test kepada seluruh reponden

via daring dan tatap muka.


58

d) Memberikan pelatihan selama 1x periode selama

2 jam.

e) Memberikan post-test kepada seluruh responden

sesudah pelatihan berlangsung menggunakan

google form dan lembar kuisioner untuk yang

tatap muka.

4)Tahap terminasi

a) Mengumpulkan lembar kuesioner

b) Munguncapkan salam

c) observasi, dan dokumentasi.

5. Identifikasi variable dan definisi operasional

a.Identifikasi variabel

1. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang

menyebabkan perubahan terhadap variabel yang lain

disebut variabel independen atau sering disebeut

sebagai variabel bebas, atau variabel yang

dikatagorikan sebagai cause atau penyebab dari

perubahannya variabel yang lain polit and hungler,

(1999) dalam swarjana (2015), Variable independen

dalam penelitian ini adalah pelatihan hand only

CPR.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang

dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain

Nursalam (2017), Variable dependen dalam


59

penelitian ini adalah efektifitas pelatihan.

b.Definisi operasional

Definisi operisional merupakan definisi

berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu

yang didefinisikan tersebut Nursalam, (2017).

Definisi Skala
Variabel Parameter Alat ukur Skor
operasional data

1 2 3 4 5 6
60

Independen: Pelatihan via SOP - - -

pelatihan daring dan

via daring tatap muka

dan tatap salah satu

muka metode untuk

memberikan

pengetahuan

mengenai hands

only CPR kepada

masyarakat

awam.

Pelatihan

daring

dilakukan

menggunakan

zoom meeting

dan google

form, dalam

satu periode

pelatiha

dilakukan

selama 2 jam.

Dependen : Pengetahua 1. Mengetahui kuisioner interval 1. Baik

Efektifitas n adalah apa itu jika

pelatihan hasil CPR. jawaban

hand only pengindraa 2. Memahami yang


61

CPR terhadap n manusia, hand only benar

pengetahuan atau hasil CPR >76%

masyarakat tau 3. Mampu 2. Cukup

awam seseorang mengaplika jika

terhadap sikan jawaban

obyek. hands only yang

Didalam CPR benar

penelitian 4. Mampu 56-75%

ini akan menganalis 3. Kurang

diteliti is materi jika

mengenai yang jawaban

pengetahua didapatkan yang

n 5. Mempu benar

masyarakat menghubung <55%

awam kan

mengenai pentingnya

hand only pelatihan

CPR. dengan

tindakan

hand only

CPR

6. Mampu

melakukan

penilaian

terhadap

suatu

objek.
62

6. Kerangka Kerja

Populasi: anggota komunitas Neukai surfing Lombok


barat

Total sampling

Sampel
Informed conset

Membagikan kuesioner
pre-test
63

TATAP MUKA
Memberikan pelatihan sebanyak 1 kali
DARING/Online

Analisa data independent


T-test

Penyajian data

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Penelitian

7.Analisa Data

Analisa data penelitian merupakan penelitian dapat

melihat dari tujuan penelitian yaitu apakah penelitian

tersebut bertujuan untuk generalisasi ke populasi atau

tidak Nursalam, (2017).

Analisa data penelitian merupakan penelitian dapat

melihat dari tujuan penelitian yaitu apakah penelitian

tersebut bertujuan untuk generalisasi ke populasi atau


64

tidak Nursalam, (2017).

Analisa data merupakan cara mengolah data agar

dapat disimpulkan atau diinterpretasikan menjadi

informasi. Sebelum dilakukan analisa data terlebih dulu

dilakukan proses pengolahan data yang meliputi editing,

cleanning, coding dan Entry data. Dalam penelitian ini

hasil lembar jawaban kuesioner yang sudah diisi

responden kemudian di buat master tabel dan lakukan uji

analisis independen T-test dengan taraf kesalahan 5%.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada BAB ini diuraikan tentang hasil penelitian

yang telah dilakukan peneliti terhadap responden di

komunitas surfing Kabupaten Lombok Barat, yaitu

nkomunitas neukai surfing yang pelatihan dibagi mnejadi

dua sesi yaitu sesi tatap muka dilaksanakan pada hari

sabtu 23 juli 2022 dan sesi online dilaksanakan pada


65

selasa, 26 juli 2022. Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah anggota neukai surfing yang belum

mendapatkan pelatihan hand only CPR yang berjumlah 30

orang. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel

sebanyak 30 responden menggunakan total sampling, Yang

di sesuaikan dengan kriteria inklusi dan ekslusi.

Responden diberikan pertanyaan dan pernyataan mengenai

“hand only CPR”.

Penyajian data terdiri atas gambaran umum lokasi

penelitian dan data umum distribusi responden

berdasakan umur, serta data khusus yang mengacu pada

tujuan penelitian dan landasan teori.

A.HASIL PENELITIAN

1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Neukai adalah sebuah komunitas yang memiliki

konsep global tentang gaya hidup. Komunitas ini

bertujuan untuk mengubah cara komunitasnya dalam

menjalani kehidupan sehari-hari, cara mereka bekerja,

dan cara menyeimbangkan hidup. Neukai secara harfiah

diartikan sebagai gaya hidup dan salah satu

kegiatannya adalah kegiatan surfing.

Neukai surfing berbasis di Norwegia dan

Indonesia, tim ini berkembang secara global. Di NTB,

neukai surfing berkembang dengan pesat, dan saat ini

memiliki anggota sebanyak 128 orang dengan latar

belakang yang berbeda beda.


66

Neukai Surfing memiliki homebase di Jln.

Senggigi no 23 Kabupaten Lombok Barat. Kegiatan lain

komunitas ini adalah proyek sosial dengan agenda yang

ramah lingkungan untuk melestarikan alam.

Salah satu Fokus dari komunitas ini adalah

keselamatan laut untuk mendorong masyarakat setempat

dalam mengambil bagian untuk berselancar dan

menikmati alam yang indah, dengan cara yang aman.

2.Data Umum

Responden dalam penelitian ini adalah anggota

dari komunitas surfing Lombok barat yang belum

mendapatkan pelatihan hand only CPR, dimana anggota

yang belum mendapatkan pelatihan berjumlah 30 orang,

yang akan dibagi mnejadi dua kelompok, yaitu kelompok

dengan daring dan tatap muka. Pemaparan responden

akan diuraikan dalam data umum berdasarkan umur.


67

a. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan umur

dikomuntas surfing Kabupaten Lombok Barat.

No Usia Jumlah %
1. 17–25 Tahun 14 46,6666667
2. 26–35 Tahun 15 50
3. 36–45 Tahun 1 3,33333333
Sumber : Data Primer, 2022.
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 30

responden dengan umur 17-25 tahun sebanyak 14 orang

(46,66%), responden umur 26-35 tahun sebanyak 15 orang

(50%), dan responden usia 36-45 tahun sebanyak 1 siswi

(3,3%).

3.Data Khusus

Data khusus ini menyajikan hasil yang

menggambarkan perbedaan efektifitas pelatihan hand only

cpr mengggunakan metode daring dan tatap muka di

komuntas surfing Lombok barat, menggunakan uji

ststisitik independent T-test, yaitu teknik analisa

data yang sering digunakan untuk melihat

keefektifitasan.

a. Analisa data perbedaan efektifitas pelatihan hands only

cpr pada masyarakat awam dengan metode online dan tatap

muka.

No Pengetahuan Jumlah %
1. Baik 0 0
2. Cukup 3 20
3. Kurang 12 80

Sumber : Data Primer, 2022.


68

1) Analisa tingkat pengetahuan sebelum diberikan

pelatihan.

Tabel 4.3. Tingkat Pengetahaun sebelum

diberikan pelatihan tatap muka.

Berdasarkan Tabel 4.3 responden yang memiliki

pengetahuan Baik sebanyak 0 responden (0%),

responden yang memiliki pengetahuan Cukup sebanyak 3

responden (20%) dan responden yang memiliki

pengetahaun kurang sebanyak 12 responden (80%).

2) Analisa tingkat pengetahuan sesudah diberikan

pelatihan tatap muka.

Tabel 4.4 Tingkat Pengetahaun sesudah

diberikan pelatihan tatap muka.

N
Pengetahuan
o Jumlah %
1
Baik
. 14 93,33333333
2
Cukup
. 1 6,666666667
3
Kurang
. 0 0
(Sumber : Data primer, 2022)
Berdasarkan Tabel 4.4 responden yang memiliki

pengetahuan Baik sebanyak 14 responden (93,3%),

responden yang memiliki pengetahuan Cukup sebanyak 1

responden (6,6%) dan responden yang memiliki

pengetahaun kurang sebanyak 0 responden (0%).


69

3) Analisa Tingkat Pengetahaun sebelum diberikan

pelatihan daring.

Tabel 4.5 Tingkat Pengetahaun sebelum diberikan

pelatihan daring.

no pengetahuan Jumlah %
1. Baik 0 0
2. cukup 2 13,3333333
3. kurang 13 86,6666667
(Sumber : Data primer, 2022)
Berdasarkan Tabel 4.5 responden yang memiliki

pengetahuan Baik sebanyak 0 responden (0%),

responden yang memiliki pengetahuan Cukup sebanyak 2

responden (13,3%) dan responden yang memiliki

pengetahaun kurang sebanyak 13 responden (86,6%).

4) Analisa tingkat pengetahuan setelah diberikan

pelatiha daring

n
pengetahuan
o jumlah %
1
Baik 11
. 73,3333333
2
cukup
. 4 26,6666667
3
kurang
. 0 0
(Sumber : Data primer, 2022)

Berdasarkan Tabel 4.6 responden yang memiliki

pengetahuan Baik sebanyak 11 responden (73,3%),

responden yang memiliki pengetahuan Cukup sebanyak 4

responden (26,6%) dan responden yang memiliki

pengetahaun kurang sebanyak 0 responden (0%).


70

5) Analisis data perbedaan efektifitas pelatihan hands

only cpr pada masyarakat awam dengan metode online

dan tatap muka dengan uji ststistik independen T-

test.

Untuk melakukan uji ststisitk independen T-

test harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:

a) Uji normalitas

b) Uji homogenitas

Pengambilan keputusan uji statisitik

independen T-test sebagai berikut:

a) Nilai sig yang didapatkan dari output SPSS

adalah 0.340 yang artinya lebih dari 0,05, maka

terdapat varian yang sama.

b) Nilai T hitung sebesar 2.226

c) Nilai T table ssebesar 0,514

d) T hitung > Ttabel = terdapat perbedaan

efektifitas, Ha diterima dan Ho ditolak.

Ada perbedaan efektifitas pelatihan hands

only CPR pada masyarakat awam dengan metode online

dan tatap muka dengan uji independen T-test dan

didapatkan hasil T hitung > T table Sehingga, dapat

disimpulkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak.


71

B. PEMBAHASAN

1. Tingkat Pengetahaun sebelum diberikan pelatihan

tatap muka (pre-test).

Berdasarkan Tabel 4.3 responden yang memiliki

pengetahuan Baik sebanyak 0 responden (0%),

responden yang memiliki pengetahuan Cukup sebanyak 3

responden (20%) dan responden yang memiliki

pengetahaun kurang sebanyak 12 responden (80%).

Menurut Notoatmodjo, (2018) Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu seseorang terhadap objek

melalui indera yang dimilikinya yakni indra

pendengaran, indra penciuman, indra penglihatan,

indra penciuman, dan indera peraba.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

menurut Notoatmodjo (2016) ada dua yaitu, Faktor

Internal terdiri dari; Tingkat pendidikan,

Informasi, Lingkungan, Usia dan Faktor Eksternal

terdiri dari; Ekonomi, Informasi,

Kebudayaan/Lingkungan.

Dari hasil mengisi kuisioner sebagian besar

responden menguasai tentang pernyataan Kedalaman

pijat jantung (kompresi) adalah 5 – 6 Cm dengan skor


72

23 dan hasil mengisi kuisioner sebagian besar

responden tidak menguasai pertanyaan mengenai

pernyataan Pijat jantung (kompresi) tidak boleh

berhenti lebih dari 1 menit, yaitu hanya mendapatkan

skor 5.

Dan responden yang memiliki pengetahuan kurang

sebanyak 12 orang (80%) dari total keseluruhan,

pengetahuan yang kurang mengenai hand only CPR

disebabkan karena belum terpaparnya informasi

mengenai pelatihan hand only CPR.

Penelitian ini sejalan dengan Wahyu Dini

Metrikayanto, Muhammad Saifurrohman, Tony Suharsono

2018, Perbedaan Metode Simulasi dan Self Directed

Video Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan

Resusitasi Jantung Paru (RJP) Menggunakan I-Carrer

Cardiac Resuscitation Manekin Pada Siswa SMA Anggota

Palang Merah remaja (PMR). Hasil uji post test

pengetahuan (kelompok simulasi) dan post-test

pengetahuan (kelompok self-directed video) memiliki

nilai signifikansi(p value)0,468 (p>0,05), skor

posttest sikap (kelompok simulasi) dan posttest

sikap (kelompok self-directed video) memiliki nilai

signifikansi (p value) = 0,739 (p>0,05), dan skor

posttest keterampilan (kelompok simulasi) dan

posttest keterampilan (kelompok self-directed video)

memiliki nilai signifikansi (p value) = 0.089


73

(p>0,05). Disimpulkan metode simulasi dan self

directed video berpengaruh terhadap pengetahuan,

sikap dan keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

menggunakan I-Carrer Cardiac Resuscitation Manekin ,

akan tetapi antara metode simulasi dan self directed

video tidak terdapat perbedaan terhadap pengetahuan,

sikap dan keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

menggunakan I-Carrer Cardiac Resuscitation Manekin

pada siswa SMA anggota Palang Merah Remaja (PMR).

2. Tingkat Pengetahaun sesudah diberikan pelatihan

tatap muka (post-test).

Berdasarkan Tabel 4.4 responden yang memiliki

pengetahuan Baik sebanyak 14 responden (93,3%),

responden yang memiliki pengetahuan Cukup sebanyak 1

responden (6,6%) dan responden yang memiliki

pengetahaun kurang sebanyak 0 responden (0%).

Setelah diberikannya pelatihan hand only cpr

secara tatap muka, pengetahuan masyarakat tentang

hand only cpr meningkat dimana, Cardiopulmonary

resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru

merupakan suatu runtutan tindakan penyelamatan nyawa

(Life Saving) yang dilakukan dengan tujuan

meningkatkan kesempatan bertahan hidup pada pasien

dengan henti jantung (Travers et al, 2010).

Pada saat pengisian lembar kuisioner oleh

responden di dapatkan bahwa responden paling


74

menguasai pertnyaan nomor 4,9 dan 15 dengan skor

total 30, sedangkan responden cukup menguasai

pernyataan nomor 10 dengan skor 17.

Dalam peneltian A.A Istri Dalem Hana

Yundari ,2020. Pengaruh Pelatihan Hand Only Cpr

Siswa Smk Kesehatan Dalam Penanganan Henti Jantung

The Effectivity Of Hand Only Cpr Training For

Student Of Health Vocational Schools In Handling

Cardiac Arrest, dalam peneltian ini mengatakan

Terjadi hubungan bermakna sebelum dan sesudah

diberikan pelatihan hand only CPR. Out-of-Hospital

Cardiac Arrest (OHCA) merupakan kondisi gangguan

jantung yang sering mengancam nyawa seseorang.

Penanganan pada kejadian tersebut sebanyak 40,1 %

mendapatkan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

oleh orang orang yang ada di sekitar korban dengan

angka keberlangsungan hidup korban yang mendapatkan

tindakan RJP dilokasi kejadian mencapai 9,5%. Hand

only CPR merupakan fondasi dari pertolongan terhadap

henti jantung dan merupakan aspek fundamental dari

Basic Life Support (BLS) dengan mengenali Sudden

Cardiac Arrest (SCA), mencari pertolongan emergency,

dan kompresi dada segera yang dapat dilakukan oleh

orang awam. Siswa SMK Kesehatan merupakan bagian

dari orang awam yang pada jenjang pendidikan

tersebut belum memperoleh kompetensi penanganan


75

henti jantung melalui RJP. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui efektifitas dan pengaruh

pelatihan hand only cpr pada siswa smk kesehatan

dalam penanganan henti jantung. Metode yang

digunakan Kuantitatif korelasi dengan uji bivariat

pre-post design tanpa control melalui metode ceramah

dan simulasi menggunakan manikin Resusitasi Jantung

Paru (RJP). Hasil: Uji analisis Mac Nemar: p=0,000

(p<0,05) dengan kategori sebagian besar (24 orang)

memiliki keterampilan baik setelah memperoleh

pelatihan Hand Only CPR. Kesimpulan: Terjadi

hubungan bermakna sebelum dan sesudah diberikan

pelatihan hand only CPR.

3. Tingkat Pengetahaun sebelum diberikan pelatihan

daring (pre-test).

Berdasarkan Tabel 4.5 responden yang memiliki

pengetahuan Baik sebanyak 0 responden (0%),

responden yang memiliki pengetahuan Cukup sebanyak 2

responden (13,3%) dan responden yang memiliki

pengetahaun kurang sebanyak 13 responden (86,6%).

Sebagian besar respon memiliki pengetahuan

kurang mengenai hand only CPR, dikarenakan belum

pernah diberikan pelatihan hand only CPR sebelumnya.

Pembelajaran daring merupakan pendidikan formal

yang diselenggarakan oleh sekolah yang peserta

didiknya dan instrukturnya guru yang berada di


76

lokasi yang terpisah sehingga memerlukan sistem

telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan

keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di

dalamnya (Subron, dkk 2019).

Irni Dwiastiti Irianto, 2020. Efektifitas video

edukasi bantuan hidup dasar dalam meningkatkan

pengetahuan masyarakat awam, Berdasarkan hasil

penelitian sebelumnya didapatkan bahwa jumlah

responden sebanyak 30 responden. Responden laki-laki

sebanyak 8 responden 27%) dan responden perempuan

sebanyak 22 responden (73%). Menurut Notoatmodjo

(2014), perbedaan pengetahuan seseorang dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya fakor internal

yaitu umur di mana sampel yang saya ambil untuk

penelitian ini dari usia 20 tahun ke atas,

pendidikan dari SMA, mahasiwa serta orang yang sudah

bekerja, dan untuk pekerjaan semua pekerja tampa

saya batasi, sedangkan faktor eksternal yaitu

lingkungan yang di mana tempat penelitian saya

lingkungannya cukup baik, dari sosial dikomunitas

kekalik masyarakatnya sangat bersosialisasi dalam

hal apapun dan budaya sagat beraneka budaya ada yang

dari Bima, Sumbawa dan Sasak.

4. Tingkat Pengetahaun setelah diberikan pelatihan

daring (post-test).
77

Berdasarkan Tabel 4.6 responden yang memiliki

pengetahuan Baik sebanyak 11 responden (73,3%),

responden yang memiliki pengetahuan Cukup sebanyak 4

responden (26,6%) dan responden yang memiliki

pengetahaun kurang sebanyak 0 responden (0%).

Perubahan tingkat pengetahuan dengan metode

tatap muka dan daring, pengetahuan lebih meningkat

saat diberiakan pelatihan dengan tatap muka,

dikarenakan bebrapa factor yaitu koneksi atau

kurangnya fokus saat menyimak materi yang diberikan.

Pada pengisian kuisioner dilihatbahwa responden

sangat menguasai pernyataan mengenai tekhnik

menolong orang dengan henti jantung, letak tangan

saat melakukan kompresi, kedalaman saat melakukan

pijat jantung, kapan dihentikannya pijat jantung,

dan waktu yang diperlukan untuk pijat jantung,

dengan skor penilian adalah 30. Sedangkan untuk

pertanyaan yang tidak dikuasai oleh responden adalah

pertanyaan nomor langkah melakukan CPR dan

pernyataan batas usia diberikan hand only cpr,

dengan skor tangan yang harus digunakan pada saat

hand only Cpr.

Penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa

penggunaan video sebagai media pembelajaran mampu

memperluas penyebaran pengetahuan penyelamatan nyawa

(CPR) dan menciptakan kenyamanan pada subjek dalam


78

menerima pengetahuan baru tentang resusitasi jantung

paru (Blewer et al, 2010).

5. Analisa Perbedaan Efektifitas Pelatihan Hands Only

Cpr Pada Masyarakat Awam Dengan Metode Online Dan

Tatap Muka.

Dalam penelitian ini hasil kuesioner akan

ditabulasi kemudian dianalisis untuk dibuktikan

apakah ada perbedaan efektifitas atau tidak mengenai

pengetahuan tentang hand only cpr, dengan

menggunakan uji statistic indepeden T-test.

uji statistic indepeden T-test merupakan alat

uji statistic untuk mengukur tingkat efektifitas

atau perbedaan efektifitas, pengambilan keputusan

dengan cara melihat Rtabel>Rhitung maka Ha diterima.

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan bantuan komputer melalui program SPSS Versi

19.

Hasil output SPSS di dapatkan Nilai T hitung

sebesar 2.226 dan Nilai T table sebesar 0.514 maka

sesuai aturan pengambilan keputusan didapatkan, Ada

perbedaan efektifitas pelatihan hands only CPR pada

masyarakat awam dengan metode online dan tatap muka

dengan uji independen T-test dan didapatkan hasil T

hitung > T table Sehingga, dapat disimpulkan bahwa

Ha diterima dan H0 ditolak.


79

Didalam hasil penelitian didapatkan 14 (93,33%)

responden berpengetahuan baik setelah diberikan

pelatihan hand only CPR melalui tatap muka dan 11

(73,33) responden berpengetahuan baik setelah

diberikan pelatihan secara daring, dapat kita lihat

bahwa pelatihan dengan tatap muka lebih efektif

dilakukan karena memiliki kelebihan, responden dapat

mencoba atau mempraktikan tekhnik yang telah

diajarkan saat pelatihan, sedangangkan untuk

pelatihan daring yang digunakan selama pelatihan

banyak terkendala koneksi baik dari responden maupun

peneliti. Waktu penelitian yang dilakuka harus

sesuai dengan jadwal dari komunitas surfing Lombok

barat itu sendiri, sehingga memperlambat proses

pelatihan.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitan

sebelumnya yaitu Wilson Simangunsong, Tuti Herawati,

2021 Efektifitas Aplikasi Smartphone Dalam Upaya

Peningkatan Resusitasi Jantung Paru, hasil dari

penelitian sebelumnya setelah dilakukan proses

seleksi akhir terhadap artikel yang diunduh,

diperoleh 33 artikel untuk ditinjau. Artikel terbaru

terbit tahun 2019, sedangkan artikel tertua terbit

tahun 2007. Sebanyak 16 penelitian menggunakan

metode randomized controlled trial, sembilan

penelitian pengembangan aplikasi dan penilaian


80

risiko, lima artikel penelitian observasional, dan

tiga artikel deskriptif studi. Dalam hal negara

tempat penelitian dilakukan, Korea Selatan adalah

negara yang paling banyak melakukan penelitian,

diikuti oleh Norwegia dengan lima penelitian, dan

Jerman dengan empat penelitian.

Dan dalam penelitian lain juga, penelitian

ini sejalan dengan Tony Suharsono, Riza Fikriana,

2016 Efek Metode Pembelajaran Tradisional (Tutorial)

Terhadap Pengetahuan Dan Ketrampilan Resusitasi

Jantung Paru, Hasil penelitian menunjukkan p value

0.001. Responden tidak dapat melakukan seluruh

tahapan dalam pertolongan henti jantung. Setelah

pelatihan, rata-rata kedalaman kompresi dada 35,7

mm, kecepatan kompresi dada 117,6, ventilasi 0,3

kali, dan durasi 5 kali siklus RJP 142,8 detik.

Responden tidak dapat melakukan kompresi dada dengan

kedalaman adekuat dan ventilasi yang adekuat pada

korban henti jantung. Pelatihan RJP pada masyarakat

awam, lebih baik difokuskan pada pemberian kompresi

dada saja tanpa memberikan ventilasi.


81

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Peneltian yang telah dilakukan oleh penelti

tentunya tidak luput dari keterbatasan sehingga

diperlukan penelitian lebih lanjut dalam upaya

menyempurnakan hasil penelitian yang sudah dilakukan.

keterbatasan pada penelitian ini diantaranya adalah:

1. Terbatasnya jumlah referensi yang bisa digunakan

oleh peneliti.

2. metode daring yang digunakan selama pelatihan

banyak terkendala koneksi baik dari responden

maupun peneliti.

3. waktu penelitian yang dilakuka harus sesuai dengan

jadwal dari komunitas surfing Lombok barat itu

sendiri, sehingga memperlambat proses pelatihan.


82

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil

penelitian maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik

memiliki persentase 0% pada saat sebelum diberikan

pelatihan dan sebgian besar responden memiliki

pengetahuan kurang.

2) Responden yang memiliki pengetahuan Baik sebanyak 14

responden (93,3%), responden yang memiliki

pengetahuan Cukup sebanyak 1 responden (6,6%) dan

responden yang memiliki pengetahaun kurang sebanyak

0 responden (0%), pada saat diberikan pelatihan

dengan tatap muka.


83

3) Responden yang memiliki pengetahuan Baik sebanyak 11

responden (73,3%), responden yang memiliki

pengetahuan Cukup sebanyak 4 responden (26,6%) dan

responden yang memiliki pengetahaun kurang sebanyak

0 responden (0%), pada saat diberikan pelatihan

dengan metode daring.

4) Hasil output SPSS di dapatkan Nilai T hitung sebesar

2.226 dan Nilai T table sebesar 0.514 maka sesuai

aturan pengambilan keputusan didapatkan, Ada

perbedaan efektifitas pelatihan hands only CPR pada

masyarakat awam dengan metode online dan tatap muka

dengan uji independen T-test dan didapatkan hasil T

hitung > T table Sehingga, dapat disimpulkan bahwa

Ha diterima dan H0 ditolak.


84

B.SARAN

1.Bagi Responden

Dengan diberikan pendidikan kesehatan mengenai

hand only cpr, menambah pengetahuan atau informasi

mengenai bagaimana cara melakukan hand only cpr dengan

teknik yang benar.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu institusi pendidikan dapat

menggunakan penelitian ini untuk menambah dan

mengembangkan literatur dalam pendidikan keperawatan

gawat darurat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu ada penelitian lebih lanjut tentang hubungan

tingkat pengetahuan tentang henti jantung dan hand only

CPR.
85
86

Daftar pusataka

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu


Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta

American Heart association (AHA). 2015. Health Care


Research : Coronary Heart Disease.

American Heart association (AHA). 2017. Health Care


Research : Coronary Heart Disease.

Azwar S. 2003. Metodologi Penelitian. Yogjakarta:


Pustaka Pelajar.

Anies. 2017. Kolesterol dan penyakit jantung coroner


Jogjakarta: AR-RUZZ MEDDIA.

AHA. (2020). PEDOMAN CPR DAN ECC. Hospital Management,


86(2). Retrieved from
https://cpr.heart.org/-/media/cpr-files/cpr-
guidelinesfiles/highlights/
hghlghts_2020eccguidelines_indonesian.pdf
Andrianto. (2020). BUKU AJAR Kegawatdaruratan
Kardiovaskular Berbasis Standar Nasional (R. M.
Yogiarto, Ed.). Retrieved from
https://books.google.co.id/books?
id=HJ__DwAAQBAJ&pg=PA52&dq=penyakit+
henti+jantung&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwib1Puw6pztA
hUkmuYKHQsICLsQ6
AEwBHoECAQQAg#v=onepage&q=penyakit henti
jantung&f=false

Ardiansyah, F., Nurachmah, E., & Adam, M. (2019).


FAKTOR PENENTU KUALITAS KOMPRESI RESUSITASI
JANTUNG PARU OLEH PERAWAT. Jurnal ‘Aisyiyah
Medika, 3, 123–137.

Hasselqvist-Ax, I., Riva, G., Herlitz, J., Rosenqvist,


M., Hollenberg, J., Nordberg, P., … Svensson,
L. (2011). Early cardiopulmonary resuscitation
in out-of-hospital cardiac arrest. The New
England Journal Of Medicine, 372(24), 2307–
2315. https://doi.org/10.1056/NEJMoa1405796.

Hadi, Abdul. 2015 Pengertian, Struktur ( Anatomy ) Dan


Fungsi Jantung-Ilmu Pengetahuan.
https://www.softilmu.com/2015/10/Pengertian-
BagianBagian-Struktur-Fungsi-Jantung-
Adalah.html. Diakses 28 pebruari 2019.
87

Hidayat, A. A. (2017). Metode penelitian keperawatan


dan teknik analisa data. Jakarta: Salemba
medika.
Irianti, D. N., Irianto, M. G., & Anisa Nuraisa Jausal.
(2018). Henti Jantung Intra Operatif. Majority,
7(3), 217–221. Retrieved from
Lily IR. Penyakit Jantung Koroner. In: Lily IR, editor.
(2004). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas
Indonesia.https://juke.kedokteran.unila.ac.id/i
ndex.php/majority/article/viewFile/2080/2048
Irni Dwiastiti Irianto, 2020 Efektifitas video edukasi
bantuan hidup dasar dalam meningkatkan
pengetahuan masyarakat awam.
Metrikayanto, Wahyu DiniSaifurrohman, Muhammad
Suharsono, Tony.2018. Perbedaan Metode Simulasi
dan Self Directed Video Terhadap
Pengetahuan,Sikap dan Ketrampilan Resusitasi
Jantung Paru(RJP) Menggunakan I-Carrer Cardiac
Resuscitation Manekin Pada Siswa SMA Anggota
Palang Merah remaja (PMR)
Muttaqin, A. (2012). Pengantar Asuhan Keperawatan Dgn
Gangguan Sistem Kardiovaskular (Prof. Elly
Nurachmach, Ed.). Retrieved from
https://books.google.co.id/books?
id=noWFt_QVOUMC&pg=PA200&dq=henti+ja
ntung&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiZuoDN5ZztAhWFcn0KH
bsnBKsQ6AEwAn oECAAQAg#v=onepage&q=henti
jantung&f=false.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. “Metodologi Penelitian


Kesehatan”. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Ngurah, I. G. K. G., & Putra, I. G. S. (2019). Pengaruh
Pelatihan Resusitasi Jantung Paru Terhadap
Kesiapan Sekaa Teruna Teruni Dalam Memberikan
Pertolongan Pada Kasus Kegawatdaruratan Henti
Jantung. Jurnal Gema Keperawatan, 12(1), 12–22.

Polit & Hungler. 1999. Yang Rangkum Oleh Swarjana, I


Ketut. 2017. Metodologi Penelitian

Riskesdas NTB. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan


Dasar NTB tahun 2018. Mataram: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan.
Patricia Heidy (2013). Karakteristik Penderita Stroke
Iskemik Yang Di Rawat Inap Di Rsup Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado Tahun 2012-2013. Jurnal
88

eClinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April


2015 Universitas Sam Ratulangi Manado Diakses
tanggal 16 Maret 2016.
Syukra Alhamda, S. M. K., & Yustina Sriani, SKM., M.
(2015). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat
(IKM). In Deepublish. Retrieved from
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Aja
r_Ilmu_Kesehatan_Masyarakat_I KM/DekUCgAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=indeks+massa+tubuh+manusia&pg=P
A66&printsec=frontcover

Syarifudin. (2006). Anatomi fisiologi : Untuk mahasiswa


keperawatan 1948-| Monica Ester,
Publisher: Jakarta : EGC, 2006.

Tony Suharsono. 2015. Penatalaksanaan Henti Jantung


Diluar Rumah Sakit: Sesuai dengan AHA 2015.
Malang UMM , 2015
Tony Suharsono, Riza Fikriana, 2016. EFEK METODE
PEMBELAJARAN TRADISIONAL (TUTORIAL) TERHADAP
PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN RESUSITASI JANTUNG
PARU.

Wahyudi, E dan Hartati, S. 2017. Case-Based Reasoning


untuk Diagnosis Penyakit Jantung ,IJCCS,
Vol.11, No.1, Januari, pp. 1-10 ISSN: 1978-1520

WHO (2017). Cardiovascular diseases (CVDs). World


Health Organization.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317
/en/ - Diakses mei 2022.
Wilson Simangunsong, Tuti Herawati, 2021. EFEKTIFITAS
APLIKASI SMARTPHONE DALAM UPAYA PENINGKATAN
RESUSITASI JANTUNG PARU.
89

Lampiran 1
JADWAL PENYELESAIAN SKRIPSI
No Kegiatan Tahun 2022
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Bimbingan √
judul
Proposal

2 Survei √
pendahuluan

3 ACC Judul √
4 Bimbingan √
Materi
Proposal

5 Seminar √
Proposal

6 Revisi √
Proposal

7 Pelaksanaan √
Penelitian

8 Bimbingan √ √
Skripsi

9 Seminar dan √
Ujian Hasil

10 Revisi √
Skripsi
90

Lampiran 2
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Kelompok surfer Lombok Barat

Di_Tempat

saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Dengan Identitas sebagai berikut:


Nama : Imam Sahrir
Jenis Kelamin : laki laki
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pengetahuan bapak/ibu
tentang Hands Only CPR sebelum dan setelah
sosialisasi yang akan dilaksanakan.

Oleh karena itu, saya mohon kesediaan


bapak/ibu untuk menjadi responden serta menjawab
pertanyaan-pertanyaan pada lembar kuesioner.
Jawaban bapak/ibu akan saya jaga kerahasiaannya
dan hanyan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Atas bantuannya dan kerjasamanya, saya ucapkan
terima kasih.

Mataram………………………2022

Peneliti,

Imam Sahrir
91

Lampiran 3
Informed consent

PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Dengan menandatangani lembar ini, saya:

Nama :

Usia :

Pekerjaan :

Alamat :

Memberikan persetujuan untuk mengisi angket yang

diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian

dari penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan tentang hand only cpr sebelum dan sesudah

diberikan pelatihan.

……………………………2022
Responden

( )
92

Lampiran 4
Lembar Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Nama : ________________________________________
Umur : ________________________________________
Pekerjaan : ________________________________________
Pendidikan : ________________________________________
Alamat : ________________________________________
No PERNYATAAN SETUJ RAGU TIDAK
U SETUJU

Pengetahuan (Knowledge)

1 Hands Only CPR adalah tehnik untuk menolong


orang yang mengalami henti jantung.

2 Hands Only CPR hanya boleh dilakukan oleh


petugas kesehatan

3 Hands Only CPR dilakukan dengan dua Langkah


mudah yang dapat dilakukan oleh semua orang

4 Hands Only CPR dilakukan apabila dipastikan orang


yang akan kita tolong benar benar mengalami henti
jantung.

5 Tanda tanda henti jatung salah satunya adalah tidak


bernafas atau nafas kurang dari 8 kali permenit

6 Langkah pertama untuk melakukan pertolongan


pada orang yang mengalami henti jantung adalah
melakukan pijat jantung (kompresi).

7 Melakukan pijat jantung (kompresi) adalah dengan


meletakkan tangan kita ditengah tengah dada
orang yang mengalami henti jantung.

8 Melakukan pijat jantung (kompresi) menggunakan


tangan dominan dengan posisi tangan yang lurus,
kekuatan pijatan berada pada bahu.

9 Pijat jantung (kompresi) dilakukan dengan


kecepatan 100 – 120 kali permenit.

10 Pijat jantung (kompresi) tidak boleh berhenti lebih


dari 1 menit.
93

11 Kedalaman pijat jantung (kompresi) adalah 5 – 6


Cm.

12 Pijat jantung (kompresi) harus dilakukan terus


menerus sampai petugas Kesehatan tiba atau
korban sudah sadar/ bergerak.

13 Pijat jantung (kompresi) dihentikan apabila kita


sudah letih dan tidak dapat lagi melakukannya.

14 Hands Only CPR tidak dapat dilakukan pada bayi


dan anak anak.

15 Hands Only CPR harus dilakukan dengan cepat


sesaat setelah korban mengalami henti jantung
94

lampiran 5

uji validitas
95

Lampiran 6
Uji Normalitas
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

kode Statistic df Sig. Statistic df Sig.

online 1 1.00 .152 15 .200* .970 15 .854

online 2 2.00 .162 15 .200* .938 15 .360


offline 1 3.00 .219 15 .050 .942 15 .411
offline 2
4.00 .167 15 .200* .954 15 .592

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Data dikatakan berdistribusi normal, apabila nilai sig lebih dari


0,05 atau 5%.
96

Lampiran 8
homogenitas
Test of Homogeneity of Variance

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

online Based on Mean .943 1 28 .340

Based on Median .893 1 28 .353

Based on Median and with .893 1 22.639 .355

adjusted df

Based on trimmed mean .909 1 28 .349

Dasar pengambilan keputusan homogenitas :


1. jika nilai sig pada based on mean > 0,05, maka data homogeny.
2. jika nilai signifikansi pada based on mean < 0,05, maka data
peneltian tidak homogeny.
97

Lampiran 9
Analisa data independent T-test
Group Statistics

Std. Std. Error

kode N Mean Deviation Mean

Total online 15 23.9333 3.01109 .77746

offline 15 26.0000 1.96396 .50709

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of

the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error

F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper

Total Equal .943 .340 -2.226 28 .034 -2.06667 .92822 -3.96803 -.16530

variances

assumed

Equal -2.226 24.086 .036 -2.06667 .92822 -3.98205 -.15128

variances

not

assumed

Dasar pengambilan keputusan:


 Nilai sig 0.340 yang artinya lebih dari 0,05, maka
terdapat varian yang sama.
 Nilai T hitung sebesar 2.226
 Nilai T table ssebesar 0,514
 T hitung > Ttabel = terdapat perbedaan efektifitas, Ha
diterima dan Ho ditolak.
98

Lampiran 10
Surat izin penelitian
99
100

Lampiran 12
Dokumentasi


101
102

Anda mungkin juga menyukai