Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN BENCANA

TEORI HENTI JANTUNG PADA ANAK

DOSEN PENGAMPU : MISBAH NURJANNAH

Disusun Oleh :

1. Dwiki Hilmi Oktoriano 2011102416072


2. Esi Lestari 2011102416065
3. Khofifah Eka Wahyuni 1911102416061
4. Sinta 2011102416069
5. Sri Devi 1911102416019
6. Amelia Nur Safitri 2011102416060

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

TAHUN AJARAN 2020/2021

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Henti jantung adalah ketidak sanggupan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen keotak dan organ vital lainnya secara mendadak dan dapat balik normal, jika
dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan kematian atau kerusakan otak
menetap kalau tindakan tidak adekuat. Tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) ialah
oksigenasi darurat yang diberikan secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung
melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan
oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal.

Data World Health Organization (WHO) tahun 2018 menunjukkan 17,5 juta orang di
dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di
seluruh dunia. Lebih dari ¾ kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara
berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang.

Di berbagai belahan dunia, prevalensi kasus cardiac arrest cukup tinggi. Sebagai
contoh, di Amerika Serikat angka kejadian cardia carrest mencapai 200.000 kasus per-
tahun (Roger et al. 2017). Selain itu, menurut Herlitz et al. (2016) prevalensi cardiac
arrest di Eropa mencapai 350.000 kasus per-tahun (cited in Quintard et al. 2011).

Angka kejadian henti jantung atau cardiac arrest ini berkisar 10 dari 100.000 orang
normal yang berusia dibawah 35 tahun dan per tahunnya mencapai sekitar 300.000-
350.000 kejadian. Henti jantung dapat terjadi di berbagai lokasi, baik yang tidak dapat
diantisipasi (diluar rumah sakit) hingga yang dapat diantisipasi (misalkan; ruang
perawatan intensif).

Ketika terdapat korban henti jantung, orang yang berada di dekat korban tersebut
memiliki peran yang sangat besar dalam melakukan RJP secara cepat. RJP yang
dilakukan khususnya pada beberapa menit pertama terjadinya henti jantung memberikan
kontribusi kesempatan bertahan hidup 2 hingga 3 kalilipat (AHA, 2017). Sebaliknya,
keterlambatan dalam melakukan RJP dapat menurunkan kesempatan hidup pada korban
henti jantung Rantai keberlangsungan hidup (Chain of Survival) merupakan model
operasional yang digunakan dalam pemberian resusitasi.

Menurut Bhanji et al. (2010) diperlukan pendidikan yang bersumber dari bukti hasil p
enelitian serta strategi implementasi untuk dapat mengoptimalkan hubungan antar rantai
Chain of Survival. Respon terhadap henti jantung yang efektif membutuhkan tindakan ya
ng meliputi 5 rantai Chain of Survivals, yang mana tindakan tersebut secara langsung ma
upun tidak langsung dapat mempengaruhi hasil yang didapatkan.

Bystander merupakan bagian dari masyarakat yang berada di garis terdepan dalam me
laporkan kejadian dan memulai pertolongan. Terdapat 3 rantai pertama Chain of Survival
(akses awal, RJP, dan defibrilasi) yang tergantung pada peran serta masyarakat pada may
oritas kasus henti jantung.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperkuat 2 rantai pertama Chain of Su
rvival adalah meningkatkan jumlah penolong henti jantung di luar rumah sakit melalui ed
ukasi tentang RJP pada masyarakat awam. Sekolah memberikan akses yang baik menuju
bagian besar komunitas. Data menunjukkan bahwa usia 5-14 tahun memiliki kesediaan m
engikuti pelatihan RJP sebesar 97,4%, sedangkan pada usia 15-19 tahun sebesar 76,5%
(Cave et al., 2017). Sehingga secara terus menerus, seluruh masyarakat dapat memperole
h pelatihan RJP. Terdapat beberapa konsep edukasi dalam memberikan pelatihan resusita
si jantung paru berdasarkan American Heart Association (AHA).

Diantara konsep-konsep tersebut antara lain melakukan penyederhanaan pada proses


pelatihan, baik dari segi presentasi maupun isinya. Konsisten, yang berarti isi pelatihan da
n ketrampilan yang didemonstrasikan seharusnya ditampikan dengan cara yang konsisten
(misalkan dengan video. Berdasarkan tujuan, pelatihan yang dilakukan seharusnya menye
rtakan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan efektif (Bhanji et al., 2010)

Edukasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan jumlah penolong adalah melalui si
mulasi maupun video (dalam hal ini adalah self-directed video). Program edukasi melalui
simulasi dan audiovisual memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Simulasi merupa
kah salah satu metode yang sering digunakan untuk melatih RJP pada masyarakat awam
maupun tenaga professional.

Metode pelatihan RJP dengan simulasi yang dibimbing langsung oleh pelatih bersertif
ikat merupakan satu-satunya metode pelatihan yang diakui di Indonesia saat ini. Selanjutn
ya, peserta pelatihan mendapatkan sertifikat formal sebagai peserta pelatihan. Kelebihan
metode simulasi adalah lebih interaktif karena audience dapat bertanya secara langsung k
epada fasilitator, namun membutuhkan waktu yang banyak dan tempat yang luas untuk m
elakukan metode ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Henti Jantung ( Cardiac Arrest)?
2. Bagaimana etiologi Henti Jantung ( Cardiac Arrest)?
3. Apa saja gejala Henti Jantung ( Cardiac Arrest)?
4. Bagaimana komplikasi Henti Jantung ( Cardiac Arrest)?
5. Bagaimana penatalaksana Henti Jantung( Cardiac Arrest)?
6. Bagaimana prioritas keperawatan Henti Jantung ( Cardiac Arrest)?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan konsepHenti Jantung ( Cardiac
Arrest) pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi Henti Jantung ( Cardiac Arrest).
b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Henti Jantung ( Cardiac Arrest).
c. Mahasiswa mampu menjelaskan gejala Henti Jantung ( Cardiac Arrest).
d. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi Henti Jantung ( Cardiac Arrest).
e. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksana Henti Jantung ( Cardiac
Arrest)
f. Mahasiswa mampu menjelaskan prioritas keperawatan pada pasien dengan
Henti Jantung ( Cardiac Arrest).

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak,
bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupu
n tidak (American Heart Association, 2010). Henti jantung adalah hilangnya fungsi ja
ntung secara mendadak dan sangat tiba-tiba, ditandai dengan terjadinya henti napas da
n henti jantung (Pusbankes 118, 2010). Henti jantung atau cardiac arrest adalah hilang
nya fungsi jantung secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah u
ntuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan jan
tung untuk berkontraksi secara efektif.

2. Etiologi
Dalam (Andrianto, 2020) menjabarkan henti jantung disebabkan karena adany
a gangguan pada kelistrikan jantung yang menyebabkan keadaan-keadaan menganca
m jiwa misalnya seperti aritmia maligna atau adanya masalah pada irama jantung. Sel
ain itu, cardiac arrest atau henti jantung juga dapat dipicu oleh kelainan yang reversibl
e, seperti hipoksia, ipovelemia, hiportemia, tension pneumothorax, tamponade cardiac,
dan hydrogen ion (asidosis).
Menurut (Muttaqin, 2012) terdapat beberapa penyebab lain dari henti jantung, yaitu:
a. Disebabkan karena pernafasan
Pemutusan pemasukan oksigen di otak dan seluruh organ dapat dikatakan sebagai
penyebab ataupun konsekuensi dari henti jantung. Secara medis, keadaan kurangn
ya oksigen dalam otak disebut hipoksia yang sebabkan adanya gangguan fungsi r
espirasi atau gangguan pertukaran gas di paru. Hipoksia dapat terjadi akibat gang
guan jalan napas, misalnya ada sumbatan pada pangkal lidah di hipofaring pada o
rang yang kesadarannya menurun, atau hipoksia juga dapat terjadi pada kasus su
mbatan napas yang dikarena aspirasi isi lambung dan/atau cairan lambung. Selain
itu, dapat pula disebabkan oleh depresi pernafasan atau keracunan, kelebihan obat
bahkan kelumpuhan otototo pernafasan.
b. Sirkulasi
Syok hipovolemik yang terjadi karena pendarahan dapat menjadi penyebab henti
jantung. Ketika syok hipovolemik terjadi, tubuh kekurangan plasma dan cairan va
scular, hal tersebut mengakibatkan penurunan transport oksigen ke organ-organ s
ehingga dapat mengakibatkan henti jantung. Selain itu, reaksi anafilatik terhadap
obat juga dapat menjadi penyebab henti jantung.

3. Gejala
Gejala Henti Jantung (Cardiac Arrest ) menurut Pusbankas118 (2012)
1. Tidak sadar(pada beberapa kasus terjadi kolaps tiba-tiba)
2. Pernapasan tidak tampak atau pasien bernapas dengan terengah-engah secara
intermiten)
3. Sianosis dari mukosa buccal dan liang telinga
4. Pucat secara umum dan sianosis
5. Jika pernapasan buatan tidak segera di mulai,miokardium(otot jantung) akan
kekurangan oksigen yang di ikuti dengan henti napas.
6. Hipoksia
7. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa ata
u brakialis pada bayi

4. Komplikasi
a. Perawatan : Pengawasan tekanan darah, nadi, jantung : menghindari terjadinyaa
aspirasi (dipasang pipa lambung) ; Mengetahui adanya anuri yang dini (di pasang
kateter kandung kemih).
b. Pengobatan komplikasi yang terjadi seperti gagal ginjal (yang di sebabkan n
ekrosis kortikal akut) dan anuri dapat di atasidengan pemberian ion exchange
resins,dialisis peritoneal serta pemberian cairan yang di batasi.kerusakan otak di a
tasi dngan pemberian obat hiportemik dan obat untuk mengurangi edema otak ser
tapemberian oksigen yang adekuat

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Henti jantung (Cardiac Arrest )Pemberian penanganan segera
pada henti nafas dan jantung berupa Cardio Pulmonary Resuscitation(CPR) akan ber
dampak langsung pada kelangsungan hidup dan komplikasi yang ditimbulkan setela
h terjadinya henti jantung pada bayi dan anak.CPR atau yang lebih dikenal dengan isti
lah Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan upaya yang dilakukan terhadap korb
an atau penderita yang sedang berada dalam kondisi gawat atau kritis untukmen
gembalikan nafas dan sirkulasi spontan.
RJP terdiri atas Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut
an (BHL). BHD adalah tindakan resusitasi yang dilakukan tanpa menggunakan a
lat atau dengan alat yang terbatas berupa bag-mask ventilation, sedangkan BHL.
Sudah menggunakan alat dan obat-obatan resusitasi sehingga penanganan dapat di
lakukan lebih optimal.Resusitasi jantung paru bertujuan untuk mengoptimalkan tek
anan perfusi dari arteri koronaria jantung dan aliran darah ke organ-organ penting sel
ama fase low flow. Kompresi jantung yang adekuat dan berkelanjutan dalam pe
mberian penanganan bantuan hidup dasar sangat penting pada fase ini.Menurut (Thyg
erson,2006), prinsip penanganan anak cardiac arrest terdapat 4 rangkaian yaitu : Earl
y acces, Early CPR, Early defibrillator, dan Early advance care.
a. Early acces : kemampuan untuk mengenali/mengidentifikasi gejala dan ta
nda awal serta segera memanggil pertolongan untuk mengaktifasi EMS (Ce
pat hubungi fasilitas pelayanan kegawatdarutan jantung, ex :call 118 )
b. Early CPR : CPR akan mensuplaisejumlah minimal darah ke jantung dan o
tak, sampai defibrilatordan petugas yang terlatih tersedia/datang.
c. Early defibrillator : pada beberapa korban, pemberian defibrilasi segera ke j
antung korban bisamengembalikan denyut jantung.
d. Early advance care : pemberian terapi IV, obat-obatan, dan ketersediaan per
alatan bantuan pernafasan.
6. Prioritas keperawatan
a. penurunan curah jantung
b. Gangguan pertukaran gas
c. Intoleransi aktivitas

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Henti jantung merupakan suatu keadaan terhentinya fungsi pompa otot jantung secara
tiba-tiba yang berakibat pada terhentinya proses penghantaran oksigen dan pengeluaran
karbondioksida. Keadaan ini bisa terjadi akibat hipoksia Lama karena terjadinya henti nafas
yang merupakan akibat terbanyak henti jantung pada bayi dan anak.
Kerusakan otak dapat terjadi luas jika henti jantung berlangsung lama, karenasirkulasi
oksigen yang tidak adekuat akan menyebabkan kematian jaringan otak. Hal tersebutlah yang
menjadi alasan penatalaksanaan berupa CPR atau RJP harus dilakukan secepat mungkin
untuk meminimalisasi kerusakan otak dan menunjang kelangsungan hidup korban.
Hal yang paling penting dalam melakukan resusitasi pada korban, apapun teknik yang
digunakan adalah memastikan penolong dan korban berada di tempat yang aman, menilai
kesadaran korban dan segera meminta bantuan.
Saran
Informasi dan pelatihan tatalaksana henti nafas dan henti henti jantung sebaiknya
dapat diberikan kepada masyarakat umum,mengingat bahwa resusitasi dapat memberikan
pertolongan awal. Dampak yang di timbulkan semakin berat jika waktu datangnya
pertolongan semakin lama

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1302/3/skripsi%20BAB%20II.pdf

https://docplayer.info/49618121-Asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-gangguan-sistem-k
ardiovaskuler-henti-jantung-cardiac-arrest.html

https://hellosehat.com/jantung/jantung-lainnya/henti-jantung/
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMA
DIYAH KALIMANTAN TIMUR FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021

I. Identitas Mahasiswa
Nama : sintia
NIM : 123456789
II. Identitas Klien

Nama : Nn. X Umur : 8 tahun

No MR : Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal : 10 Agustus 2013 BB : 25

Agama : Islam Status : belum kawin

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Pelajar

Alamat rumah : Jln. Arif Rahman Hakim Gg. 2B Kel. Samarinda Kota, Kaltim

Diagnosa medis :

III. DATA KHUSUS


1. Subjektif :
a. Keluhan/ masalah Utama : tidak berespon

b. SAMPLE
1) Sympton/ gejala : Berdebar, sesak nafas.
2) Alergies : Keluarga klien mengatakan tidak mengalami alergi
3) Medication/ obat : keluarga Klien mengatakan tidak mengonsumsi obat
4) Penyakit yang diderita : tidak ada
5) Last meal (makan terakhir) : kentang goreng
6) Event (kejadian sebelum cedera) : Bermain

2. Objektif
a. Airway : Adanya hambatan jalan nafas

b. Breathing: Nadi karotis tidak ,frekuensi pernapasan tidak ada dan tidak terlihat
adanya pergerakan dinding dada, kesadaran menurun,sianosis,identifikasi pola per
napasan abnormal.

c. Circulation: Tampak pucat, kuku dan bibir membiru

d. Disability : Klien tidak sadarkan diri. tidak ada respon nyeri.

3. Head to to assessment/ scondary survey


a. Kepala

1) Rambut
Bentuk kepala bulat, rambut klien hitam, tidak kotor, tidak ada
pembengkakan, tidak berminyak, dan tidak rontok.
2) Mata
Kiri dan kanan simetris, konjungtiva normal, sklera tidak ikterik, tidak ada
menggunakan alat bantu penglihatan (kaca mata), reflek pupil isokor, reflek
cahaya (+/+), ukuran pupil 2 ml.
3) Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, pendegaran baik, tidak ada pembengkakan.
4) Hidung
Bersih, tidak ada cuping hidung.
5) Mulut dan Gigi
Bbibir simetris atas bawah, gigi klien rapih dan bersih, tidak ada peradangan
pada mulut, mukosa bibir lembab, dan tidak ada sianosis.

b. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, tkelenjer tyroid, tidak ada
pembengkakan, vena gujularis teraba.
c. Thorak
1) Paru-paru
I : Pergerakan dinding dada normal, simetris kiri dan kanan, tidak ada luka,
tidak
menggunakan alat bantu pernapasan, frekuensi nafas 20x/menit.
P : Tidak ada nyeri tekan.
P : Sonor
A : Vesikuler
2) Jantung
I : Simetris kiri dan kanan, Iktus Cordis tidak terlihat
P : Iktus Cordis teraba
P : Redup
A : Frekuensi 80x/menit, irama regular (Lup-dup)
3) Abdomen
I : Perut klien bersih, tidak ada bekas luka, warna kulit sama
A : Bising usus normal 5-8x/menit
P : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
P : Bunyi Tympani

d. Punggung
Punggung simetris, warna kulit sama, tidak ada pembengkakan atau gangguan
pada punggung.

e. Ekstremitas
Terdapat luka siap operasi pada bagian ekstremitas bawah yaitu pada kaki kanan
klien, luka memerah, bengkak, luka tertutup perban dan terpasang tensocrepe,
keadaan perban berdarah dan keadaan kulit lambab. Terdapat luka panjang
kurang lebih 9cm dan nyeri yang mnusuk-nusuk dibagian kaki sebelah kanan,
skala nyeri 6, dan lamanya nyeri kurang lebih 5 menit. Kulit terasa panas
disekitar luka bekas operasi.

4. Pemeriksaan penunjang
1. Elektrokardiogram (EKG)
Tes elektrokardiogram dilakukan untuk mendeteksi dan merekam aktivitas listrik ja
ntung. Dengan tes EKG dapat mengetahui seberapa cepat jantung berdetak serta ke
teraturan ritmenya.
Tes EKG juga dapat merekam kekuatan dan waktu aliran listrik yang berada di jant
ung. Penyakit seperti serangan jantung dan jantung iskemik dapat diketahui dengan
tes ini.

2. Ekokardiogram
Tes ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menciptakan gambar jan
tung. Dapat melihat ukuran, bentuk, dan seberapa baik kinerja katup jantung.

3. Tes multiple gated acquisition (MUGA)


Pada tes MUGA, Akan menganalisis seberapa baik jantung memompa darah. Dala
m prosedur ini, akan disuntikan sedikit cairan radioaktif ke pembuluh darah, yang
akan mengalir menuju jantung.

Cairan tersebut mengeluarkan energi yang nanti akan terdeteksi oleh kamera. Kam
era tersebut akan menghasilkan foto-foto jantung secara detail.

4. MRI jantung
Prosedur ini menggunakan gelombang magnet dan radio untuk menghasilkan gamb
ar yang detail dari jantung. Menggunakan tes ini untuk memeriksa struktur dan fun
gsi jantung.

5. Kateterisasi jantung atau angiogram


Kateterisasi jantung dilakukan dengan cara memasukkan tabung ke dalam pembulu
h darah , bisa melalui pangkal paha, leher, atau lengan. Dengan kateter diagnosis le
bih akurat terhadap masalah-masalah pada jantung.

6. Tes darah
Dengan mengambil sampel darah untuk diperiksa. Beberapa aspek seperti kadar ka
lium, magnesium, hormon, dan zat kimia lainnya akan dicek dalam darah. Tes dara
h juga dapat mendeteksi adanya cedera atau serangan pada jantung.
IV. Analisa Data

No. Data Etiologi Problem


1. DS : Pola nafas abnormal, gangguan pertuk
- keluarga pasien mengataka kesadaran menurun aran gas
n bibir klien terlihat membi
ru dan klien tidak sadar

DO :
- bibir terlihat sianosis
- Rr : 12x/m
2. DS : keluarga mengatakan Sesak nafas , warna k penurunan curah
khawatir dengan kondisi klien ulit pucat jantung

DO :
- pasien terlihat pucat, dan
sulit bernafas, denyut nadi
tidak teraba
3. DS : Denyut nadi tidak ter gangguan sirkul
- keluarga klien mengatakan aba, kesadaran menu asi spontan
klien sudah tenggelam run
selama ±5menit

DO :
- detak jantung tidak
teraba rr : 12x/m

V. Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas


1. Gangguan pertukaran gas b.d Pola nafas abnormal
2. penurunan curah jantung b.d berhentinya fungsi jantung
3. gangguan sirkulasi spontan b.d denyut nadi tidak teraba

VI. Rencana Intervensi Keperawatan


Tgl/ Dx. Kep Tujuan & Intervensi Rasional
Jam KH
Gangguan per Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
tukaran gas b. Ekspektasi meningka Tindakan
d Pola nafas a t dengan kriteria Observasi
bnormal hasil 1. Monitor kemampuan
a) Sianosis (5 batuk efektif
membaik) 2. Monitor adanya
b) Pola nafas (5 me sumbatan jalan nafas
mbaik) Terapeutik
c) Warna kulit (5 m 1. Atur interval
embaik) pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Penurunan Curah jantung


curah jantung Ekspetasi meningkat
b.d dengan kriteria hasil
berhentinya a) Dispnea (5 menur
fungsi jantung un)
b) B. Batuk (5 menu
run)
c) Pucat/sianosis (5
menurun
Gangguan Sirkulasi spontan Resusitasi jantung paru
sirkulasi L. 02015 Observasi:
spontan Ekspetasi : meningk 1. Identifiasikan keamanan
at dengan kriteria ha penolong, lingkungan,
sil dan pasien
a) Frekuensi nadi (5 2. Identifikasi respon
membaik) Terapeutik:
b) Frekuensi nafas 1. pakai alat pelindung diri
(5 membaik) 2. Meminta bantuan
c) Suhu tubuh (5 me 3. posisikan pasien di
mbaik) tempat datar
4. Atur posisi penolong
5. raba nadi karotis
6. kompresi dada 30:2
7. kompresi dengan
telapak tumit tangan
8. kompresi dengan
kedalaman 5-6 cm
dengan kecepatan
100x/menit
9. bersihkan dan bukan
jalan nafas dengan head
tilt – chin lift atau jaw
trust (jika curiga cedera
servikal
10. berikan bantuan nafas
dengan Bag valve mask
dengan teknik EC-
Clamp
11. kombinasikan kompresi
dan ventilasi selama 2
menit atau sebanyak 5
siklus
12. hentikan RJP jika
ditemukan adanya tanda
tanda kehidupan,
penolong yang lebih
mahir datang, ditemukan
adanya tanda tanda
kematian biologis
Edukasi:
1. jelaskan tujuan dan
prosedur tindakan
kepada keluarga atau
pengantar pasien
Kolaborasi:
1. kolaborasi tim medis
untuk bantuan hidup
lanjut

VII. Implementasi Keperawatan

No.D Tgl / Jam Implementasi Ttd


x

VIII. Evaluasi

Dx. No Tgl / Jam SOAP


12/09/2021
08.30
3. 12/09/2021 Gangguan Sirkulasi Spontan
S: Korban sadar dan berespon
01.00
O: korban mulai menunjukkan adanya tanda tanda
kehidupan
A: Masalah teratasi
P: Melanjutkan Intervensi

Anda mungkin juga menyukai