Anda di halaman 1dari 123

PENGARUH PENDIDIKAN AUDIOVISUAL HANDS ONLY CPR TERHADAP

TINGKAT PENGETAHUAN RESUSITASI JANTUNG PARU


PADA SISWA-SISWI DI SMAN 3 MATARAM

SKRIPSI

Disusun oleh :

NI MADE FEBRI SUARDIANTINI


015.01.3209

Kepada
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2019

1
2

MOTTO

Tidak ada kata terlambat, galilah kemampuan yang


dimiliki selagi bisa. Jika jatuh hari ini ada hari esok , jika
jatuh hari esok masih ada hari esoknya lagi yang siap
untuk membantu kamu Bangkit . Don’t make it nonsense,
make it simple, Believe what you want to Believe.
“Bunga yang Mekar dalam kesulitan adalah yang paling
indah dan langka, tidak semua Bunga Mekar dalam
waktu bersamaan ”
3

PERSEMBAHAN
Puji syukur saya panjatkan kepada Shang Hyang Widhi Wasa
atas berkat rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Skripsi ini saya persembahkan untuk :

• Ayah saya I Made Suardita S.E dan Ibu saya Ni Luh Saniarti
sebagai sumber kehidupan saya Terimakasih untuk setiap do’a,
nasihat, cinta dan kasih sayangmu selama ini. Saya ucapkah
beribu-ribu terimakasih karna selama ini telah memberikan
dukungan moril maupun material yang tidak bisa digantikan
dengan apapun sehingga saya bisa menghadapi kesulitan dan
tantangan untuk meraih kesuksesan. Terimakasih untuk setiap
do’a, nasihat, cinta dan kasih sayangmu yang tak pernah putus
. Untuk saudara-saudara saya kak nop, kak yud dan krisna
terimakasih segala kekonyolan dan hiburan yang dilakukan
untuk menghibur saat galau mengerjakan tugas akhir ini.
• Terimakasih pula kepada keluarga besar beserta seluruh
keluarga Kakek, Nenek paman dan semuanya yang selalu
memberikan dukungan baik itu moril,material, nasihat, do’a,
dan segala upaya yang telah dilakukan untuk saya yang tidak
bisa saya balas dengan apapun.
• Terimakasih saya ucapkan kepada Yth. Bapak Ns Alwan
WIjaya, M.MR dan bapak Ns Antoni Eka Fajar Maulama M.Kep
selaku pembimbing I dan II saya serta Ibu Ns. Eva Marvia M.M
selaku penguji yang selama ini telah memberikan bimbingan,
ilmu dan masukan dalam menyelesaikan skripsi.
• Terimakasih untuk kelas VIII A yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu kalian adalah teman dan sahabat saya yang luar
biasa dalam 4 tahun kita bersama, kenangan dalam bentuk
apapun itu tentang kalian akan selalu saya simpan dalam hidup
saya.
• Terimakasih untuk seluruh civitas akademika STIKES Mataram
dan keluarga besar Medika Gempita dancer dan paduan suara
Medika Sonora atas semua pembelajaran selama ini, telah
menjadi bagian dalam riwayat kegiatan dan hari-hari saya
4

selama dikampus , dan memberikan kesan tersendiri dalam diri


saya.
• Terimakasih untuk Perfect Husband yang sampe sekarang
nonton pun tak jadi haha (Ni Nyoman Janrias Purmadewi, Ni
Kadek Dewi ayu Pratiwi, Karina Citra Manditha dan Kadek Dwi
Partiwi ) kalian sudah banyak membantu sebagai enumerator
saya , menyemangati, memberi solusi dan banyak memberi
hiburan ketika saya merasa lelah dengan skripsi ini dan semua
pihak yang terlibat dan membantu saya ucapkan terimakasih.
5

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Pengaruh Pendidikan Audiovisual Hands Only CPR terhadap tingkat

pengetahuan Resusitasi Jantung Paru pada siswa-siswi di SMAN 3

Mataram”.

Skripsi ini berisi rancangan-rancangan yang akan digunakan

sebagai pedoman untuk melakukan penelitian yang akan dilakukan

dalam rangka penyusunan skripsi, yang merupakan salah satu

syarat untuk mengikuti ujian akhir di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Mataram Jurusan S1 Keperawatan tahun Akademik 2019.

Selama penyusunan Skripsi ini, peneliti banyak mendapat

dukungan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu

peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada:

1. Dr. Chairun Nasirin, M.Pd.,MARS, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Mataram.

2. Ns. Endah Sulistiyani, M.Kep.,Sp.Kep.An, Wakil Ketua 1

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram.

3. I Made Eka Sentosa, S.Kp.,M.Kes, Wakil Ketua II Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram.


6

4. Ns. Antoni Eka Fajar Maulana, M.Kep, Wakil Ketua III Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram.

5. Ns. Dina Fithriana, M.Si.,Med, Ketua Program Studi

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram.

6. Ns. Alwan Wijaya, M.MR, Pembimbing I, yang dengan sabar

membimbing, memberikan arahan dan masukan sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan.

7. Ns. Antoni Eka Fajar Maulana, M.Kep, Pembimbing II, yang

telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan

arahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Ns. Eva Marvia, M.M, penguji yang sudah banyak memberikan

masukan dan arahan pada skripsi ini hingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih .

Mataram, 2019

Peneliti
7

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENELITIAN ........................... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................... iii

MOTTO .................................................. iv

PERSEMBAHAN ........................................... v

KATA PENGANTAR ......................................... vi

DAFTAR ISI ............................................. vii

DAFTAR TABEL ........................................... xi

DAFTAR BAGAN ........................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................ xiii

INTISARI ............................................... xiv

ABSTRAK ................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................. 1


B. Rumusan Masalah ................................ 5
C. Tujuan Penelitian .............................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................. 7
E. Keaslian Penelitian ............................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja .................................. 11


B. Konsep Kegawat Daruratan ...................... 17
C. Konsep Resusitasi Jantung Paru (Hands Only CPR) 26
D. Konsep Pengetahuan ............................ 35
E. Konsep Audiovisual ............................. 41
F. Kerangka Konsep ............................... 43
8

G. Hipotesis ...................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian .............................. 47


B. Populasi dan Sampel Penelitian ................. 47
C. Rancangan atau Desain Penelitian ............... 49
D. Teknik Pengumpulan Data Dan Pengolahan Data ... 51
E. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 57
F. Kerangka Kerja ................................. 62
G. Analisa Data ................................... 63
H. Etika penelitian .............................. 67
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian ............................... 68


B. Pembahasan ..................................... 75
C. Keterbatasan Penelitian ........................ 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................86
B. Saran ...........................................87

DAFTAR PUSTAKA
9

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................... 9

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................ 59

Tabel 4.1 Jumlah Ruangan di SMAN 3 Matarm .............. 68

Tabel 4.2 DIstribusi responden berdasarkan umur ........ 69

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin

....................................................... 70

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan kelas ....... 70

Tabel 4.5 Pengetahuan Resusitasi jantung paru sebelum .. 71

Tabel 4.6 Pengetahuan resusitasi jantung paru setelah .. 72

Tabel 4.7 Tabulasi silang .............................. 72


10

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Konsep .............................. 45

Bagan 3.1 Kerangka Kerja ............................... 62


11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penyelesaian

Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 Pernyataan Menjadi Responden

Lampiran 4 Kuisioner

Lampiran 5 Lembar SOP Resusitasi Jantung Paru Hands Only CPR

Lampiran 6 Dokumentasi

Lampiran 7 Master tabel

Lampiran 8 Hasil uji wilcoxon signed ranks

Lampiran 9 Surat penelitian dari BANGKESPOL Provinsi NTB


12

INTISARI

PENGARUH PENDIDIKAN AUDIOVISUAL HANDS ONLY CPR TERHADAP


TINGKAT PENGETAHUAM RESUSITASI JANTUNG PARU PADA SISWA-SISWI
DI SMAN 3 MATARAM

Oleh

NI MADE FEBRI SUARDIANTINI

015.01.3209

Remaja adalah masa peralihan dari anak menuju ke dewasa


dimana terjadi perubahan fisik, mental dan emosi. Semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan semakin
matang dalam berfikir. Resusitasi jantung paru yang harus
dilakukan pada setiap orang yang ditemukan tidak sadarkan diri,
tidak teraba nadi serta tidak ada nafasnya. Prevalensi terbesar
penyakit tidak menular (PTM) yaitu hipertensi, jantung koroner,
gagal jantung, stroke pada penduduk yang bertempat tinggal di
perkotaan, penyakit tersebut meningkat menjadi 58% hal ini
terjadi karena pola hidup orang perkotaan yang cendrung beresiko
untuk terkena PTM diatas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh pemberian audiovisual Hands Only CPR terhadap tingkat
pengetahuan resusitasi jantung paru di SMAN 3 Mataram.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X


dan XI yang berjumlah 63 orang. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 50 orang dengan menggunakan metode Purposive sampling.
Dengan desain penelitian Pre-experimental design dengan One
group pretest-posttest design. Teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji wilcoxon
signed rank test.

Ada pengaruh pemberian audiovisual Hands Only CPR terhadap


tingkat pengetahuan resusitasi jantung paru dalam keadaan gawat
darurat pada siswa-siswi di SMAN 3 Mataram

Pemberian pendidikan audiovisual Hands Only CPR efektif


untuk menambah pengetahuan tentang resusitasi jantung paru dalam
menangani keadaan gawat darurat di SMAN 3 Mataram. Ada cara
lainnya untuk menambah pengetahuan resusitasi jantung paru
dengan demo menggunakan alat peraga, short course, dan
penyuluhan.

Kata Kunci : Audivisual Hands Only CPR , Pengetahuan, Resusitasi


Jantung paru
13

ABSTRACT

THE EFFECT OF EDUCATION OF AUDIOVISUAL HANDS ONLY CPR ON THE


LEVEL OF KNOWLEDGE OF STUDENTD AT SMAN 3 MATARAM ON CARDIAC
PULMONARY RESUSCITATION

NI MADE FEBRI SUARDIANTINI

015.01.3209

Adolescent is a period of transition from child to adult


where changes occur in physic, mental and emotion. The older
age, the more mature and stronger of a person will be thinking.
Cardiac pulmonary resuscitation must be performed on every
person found unconscious, not palpable and no breathing. The
biggest prevalence of non communicable diseases, such as
hypertension, coronary heart disease, heart failure, stroke in
residents who live innthe urban areas, the disease has increased
to 58% because of the lifestyle of urban people who tend to be
at risk for non-communicable diseases above. This research is
aimed at purpose of this study was to determine the effect of
audiovisual Hands Only CPR on the level of knowledge of pulmonary
heart resuscitation at SMAN 3 Mataram.

The Population on this Study was 63 students of class X


and XI. The sample were 50 people using purposive sampling
method, with a Pre-experiment design study design with One Group
peretest-postest design. The technique of collecting data using
a questionnaire. Data analysis using the Willcoxon signed rank
test .

There is the effect of giving audiovisual Hands Only CPR


to the level of knowledge about pulmonary heart resuscitation
in dealing with emergency situtations at SMAN 3 Mataram.

There are other ways to increase knowledge of pulmonary


heart resuscitation by demonstration using short course teaching
aids, and counselling.

Keywords : Audiovisual Hands Only CPR, Knowledge, Cardiac


pulmonary resuscitation.
14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat

memegang hal yang penting dalam menentukan keberhasilan

pertolongan. Banyak kejadian penderita gawat darurat yang

justru meninggal dunia atau mengalami kecacatan akibat

kesalahan dalam pemberian pertolongan awal. Hal ini

biasanya terjadi pada pasien-pasien kegawatdaruratan yang

salah dalam sikap penanganan atau tidak tepat prosedur

penanganan sampai menghilangkan nyawa (Humardani, 2013).

Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja,

dan kapan saja. Sudah menjadi tugas petugas kesehatan untuk

menangani masalah tersebut. walaupun begitu tidak menutup

kemungkinan kondisi kegawat daruratan dapat terjadi pada

daerah yang sulit dijangkau oleh petugas kesehatan. Maka

pada kondisi tersebut peran serta masyarakat untuk

membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan

menjadi sangat penting.

Henti Jantung dapat menyebabkan kematian otak dan

kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8-10 menit,

ditandai dengan hilangnya kesadaran, tidak teraba denyut


15

arteri besar, henti napas. Henti Jantung dapat dipulihkan

jika tertangani segera dengan pijat jantung luar dan

defribilasi untuk mengembalikan denyut jantung normal

(Niko Cahaya, dkk. 2018).

Kematian akibat henti jantung atau penyakit

kardiovaskuler terjadi biasanya karena ketidakmampuan

petugas kesehatan ataupun penolong untuk menangani pada

fase gawat darurat (Golden period). Ketidakmampuan

tersebut bisa disebabkan oleh tingkat keparahan, kurang

memadainya peralatan, belum adanya sistem yang terpadu,

hingga pengetahuan penolong dalam penanggulangan kejadian

gawat darurat yang masih kurang memadai.

Penyakit jantung dikenal sangat mematikan. Data

terakhir world health organization (WHO) menyebutkan bahwa

serangan jantung masih menjadi pembunuh manusia nomor satu

di negara maju dan berkembang dengan menyumbang 60 persen

dari seluruh kematian. Terjadi baik di luar rumah sakit

maupun di dalam rumah sakit. Diperkirakan sekitar 350.000

orang meninggal per tahunnya akibat henti jantung (World

Health Organization, 2010).

Mengenai prevalensi penderita henti jantung di

Indonesia, data tiap tahun belum ada data yang spesifik

menyebutkan, tetapi kemungkinan 10 ribu warga, atau 30


16

orang / hari (Kemenkes, 2013). Menurut pusat data dan

informasi Kementrian kesehatan. Pada Tahun 2008

diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh

penyakit kardivaskuler. Lebih dari 3 juta kematian

tersebut terjadi sebelumusia 60 tahun dan seharusnya dapat

dicegah. Kematian yang disebabkan oleh penyakit

kardivaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan

stroke dperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta

kematian pada tahun 2030 (Pusat Data dan Infromasi

Kementrian Kesehatan RI,2013 ).

Di provinsi Nusa Tenggara Barat sendiri untuk data

henti jantung tidak ada tercantum secara detail data untuk

kejadian henti jantung. Namun memiliki data untuk kasus

yang dapat menyebabkan kejadian henti jantung, data

berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi terbesar PTM

hipertensi, jantung koroner, gagal jantung, stroke

terdapat pada penduduk yang bertempat tinggal di

perkotaan, meningkat menjadi 58% (Profil Kesehatan

Indonesia 2016).

Resusitasi jantung paru (cardiac pulmonary

resusiation) adalah sekumpulan intervensi yang bertujuan

untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi organ vital

pada korban henti jantung dan henti nafas, Intervensi ini


17

terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas

(Hardisman 2014). Pengetahuan Keterampilan mengenai

Resusitasi jantung paru sangat penting diketahui dan

dilakukan oleh masyarakat awam disebut dengan Hands Only

CPR .

Penolong tidak terlatih harus memberikan CPR hanya

kompresi (Hands Only) dengan atau tanpa panduan operator

untuk serangan jantung dewasa. Semua penolong tidak

terlatih, pada tingkat minimum, harus memberikan kompresi

dada untuk korban serangan jantung. Penolong harus

melanjutkan CPR hingga AED tiba dan siap digunakan

(AHA,2015). Setiap orang harus mampu melakukan pertolongan

pertama bantuan hidup dasar, karena sebagian besar orang

membutuhkan pertolongan pertama baik itu untuk diri

sendiri maupun orang lain. Sehingga salah satu upaya untuk

meningkatkan dan memperbaiki pengetahuan tersebut dengan

pendidikan kesehatan.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh calon peneliti

pada siswa-siswi di SMAN 3 Mataram yang mengikuti Kegiatan

Ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) dan Pramuka

belum mendapatkan pengetahuan mengenai Resusitasi jantung

paru (Pijat Jantung Paru). Siswa-siswi sekolah menengah

atas perlu memiliki pengetahuan mengenai pemberian


18

pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat.

Dikarenakan ekstrakulikuler PMR dan Pramuka sendiri

merupakan ekstrakulikuler yang memang dalam kegiatannya

mengajarkan mengenai penolong pertama untuk menolong

korban. Sehingga calon peneliti merasa perlu untuk

meningkatkan pengetahuan siswa-siswi yang mengikuti

Kegiatan PMR dan Pramuka mengenai pijat jantung paru .

Pemilihan SMAN 3 Mataram sebagai lokasi penelitian

dikarenakan lokasi dari SMA 3 yang berada diperkotaan

dengan berdasar data riskesdas tahun 2016 bahwa yang banyak

mengalami kejadian penyakit tidak menular seperti jantung

coroner,stroke, dan darah tinggi adalah diperkotaan.

Dengan data yang muncul akan meningkat sebanyak 58%, dan

keinginan dari calon peneliti untuk meningkatkan

pengetahuan dari sumber daya manusianya khususnya siswa-

siswi mengenai Pijat jantung paru .

Dari uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian

audiovisual Hands Only CPR terhadap pengetahuan Siswa-

siswi di SMAN 3 Mataram terhadap resusitasi jantung paru

pada keadaan gawat darurat yang kemungkinan terjadi

dilingkungan sekitarnya.
19

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka rumusan

masalah pada penelitian ini yaitu: Apakah ada pengaruh

pemberian audio visual hands only CPR terhadap tingkat

pengetahuan resusitasi jantung paru dalam keadaan gawat

darurat pada siswa siswi di Sman 3 Mataram.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian audio visual hand

only CPR terhadap tingkat pengetahuan resusitasi jantung

dalam menghadapi keadaan gawat darurat pada siswa siswi di

Sman 3 Mataram.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan remaja di SMA 3 Mataram

mengenai hands only CPR resusitasi jantung paru untuk

penanganan pertama dalam keadaan darurat sebelum

dilakukan pemberian Audio visual Hands Only CPR.

b. Mengidentifikasi pengetahuan remaja di SMA 3 Mataram

mengenai hands only CPR resusitasi jantung paru untuk

penanganan pertama dalam keadaan gawat darurat

setelah dilakkan pemberian audio visual hands only

CPR.
20

c. Untuk Menganalisi pengetahuan remaja di SMA 3 Mataram

mengenai hands only CPR resusitasi jantung paru untuk

penanganan pertama dalam keadaan gawat darurat

sebelum dan setelah dilakukan pemberian audio visual

Hands Only CPR.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Calon Peneliti

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

penambahan wawasan bagi calon peneliti dalam bidang

keperawatan, terutama keperawatan gawat darurat. Dan ilmu

tersebut dapat diaplikasikan di masyarakat oleh calon

peneliti.

2. Bagi Institusi Keperawatan

Hasil Penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama di

bidang keperawatan. Dan dapat menjadi panduan untuk

pemberian pendidikan kesehatan menggunakan audio visual.

3. Bagi siswa dan siswi di SMAN 3 Mataram

Hasil Penelitian ini diharapkan mampu memberikn

kontribusi dan tambahan ilmu pengetahuan Mengenai Hands

Only CPR dalam penanganan kasus gawat darurat.


21
E. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Peneliti dan Tahun Penelitian


JENIS Suharty Dahlan dkk, Shinta A. A. Ngirarung Ni made febri
2014 dkk,2017 Suardiantini, 2018

Judul Pengaruh pendidikan Pengaruh Simulasi pengaruh pemberian audio


kesehatan tentang Tindakan Resusitasi visual hand only CPR
Bantuan Hidup Dasar Jantung Paru (RJP) terhadap tingkat
(BHD) terhadap tingkat Terhadap Tingkat Motivasi pengetahuan resusitasi
pengetahuan tenaga Siswa Menolong Korban jantung dalam menghadapi
kesehatan di Puskesmas Henti Jantung di SMA keadaan gawat darurat pada
Wori Kecamatan Wori Negeri 9 Binsus Manado. siswa siswi di Sman 3
Kabupaten Minahasa Mataram
Utara

Variabel a. Variabel Independen a. Variabel independen : a. Variabel Independen


: : audio visual hand
Pengaruh Simulasi only CPR
pendidikan kesehatan Tindakan Resusitasi
tentang Bantuan Hidup Jantung Paru (RJP)
Dasar (BHD)

b. Variabel dependen :
b. Variabel dependen : b. Variabel dependen :
Tingkat pengetahuan
tenaga kesehatan . Tingkat pengetahuan
resusitasi jantung paru

22
23

Tingkat Motivasi Siswa pada siswa-siswi di SMAN 3


Menolong Korban Henti Mataram
Jantung

Rancangan One group Pre-test – One Group Prepost Test One group Pre-test – Post-
Penelitian Post-test design Design test design

Analisa Wilcoxon Signed Rank Wilcoxon Signed Rank Wilcoxon signed rank
data

Hasil Ada pengaruh Hasil penelitian dari 33 Hasil Uji wilcoxon signed
Penelitian pendidikan kesehatan responden didapati dari ranks didapatkan bahwa N
tentang Bantuan Hidup hasil uji statistik atau jumlah data
Dasar (BHD) terhadap dengan menggunakan uji penelitian sebanyak 50
tingkat pengetahuan Wilcoxon diperoleh nilai responden dan nilai p
tenaga kesehatan ρ = 0,000 < α = 0,05. value p value<α
Puskesmas Wori Dari data tersebut (0,000<0,05), maka ada
Kecamatan Wori menunjukkan dimana Pengaruh Pemberian
Kabupaten Minahasa terdapat pengaruh yang Audiovisual Hands Only CPR
Utara. signifikan simulasi terhadapat tingkat
tindakan RJP terhadap pengetahuan resusitasi
tingkat motivasi siswa jantung paru dalam keadaan
SMA Negeri 9 Binsus gawat darurat pada siswa-
Manado dalam menolong siswi di SMAN 3 Mataram.
korban henti jantung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP REMAJA

1. Pengertian

Remaja adalah masa peralihan dari anak menuju ke dewasa

dimana terjadi perubahan fisik, mental, dan emosional, yang

sangat cepat. Monks memberi batasan usia remaja, yaitu 12-

21 tahun. Stanley Hall mengatakan usia remaja berada pada

rentang 12-23 tahun(Biswan dkk,2015). Remaja menurut WHO

(Wolrd Health Organization) bersifat konseptual, yaitu

meliputi tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan

sosial, ekonomi. Sehingga definisi remaja adalah suatu masa

seorang individu berkembang saat pertama kali menunjukan

perubahan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat

mencapai kematangan seksual, mengalami perkembangan

psikologis dan pola identifikasi diri dari kanak-kanak

menjadi dewasa dan terjadi perilhan ketergantungan social-

ekonomi yang relative mandiri (Dieny,2014).

2. Karakteristik Remaja

Perkembangan kepribadian masa remaja mempunyai arti

khusus,namun begitu masa remaja sebenarnya tidak mempunyai

tempat yang jelas. Mereka tidak termasuk dalam golongan

47
48

anak, tetapi tidak pula termasuk golongan dewasa. Remaja

berada diantara anak dan orang dewasa. Pada masa ini, banyak

terjadi perubahan baik biologis, psikologis, maupun sosial.

Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat

dari proses pematangan kejiawaan (psikologis). Untuk

menjadi orang dewasa , maka remaja remaja akan melalui masa

krisis dimana mereka berusaha untuk mencari identitas diri

(search for self-identity) (Dieny,2014).

Menurut WHO (World Health Organization) batasan usia

remaja berdasarkan usia, masa remaja terbagi atas 3 masa

yaitu (Dieny,2014):

a. Masa remaja awal (early adolescence) berusia 10-13

tahun Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah

Pertama, dengan ciri-ciri tidak stabil keadaannya,

lebih emosional, mempunyai banyak masalah, masa yang

kritis, mulai tertarik pada lawan jenis, munculnya

rasa kurang percaya diri, dan suka mengembangkan

pikiran.

b. Masa remaja tengah (middle adolescence) berusia 14-16

tahun biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas

dengan ciri-cir sangat membutuhkan teman, cenderung

bersifat narsistik/kecintaan pada diri sendiri, berada

dalam kondisi keresahan dan kebingungan, karena

pertentangan yang terjadi dalam diri, berkenginan


49

besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya, dan

keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.

c. Masa remaja akhir (late adolescence) berusia 17-19

tahun aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai stabil,

meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap

pandang yang sudah baik, lebih matang dalam cara

menghadapi masalah,ketenangan emosional bertambah,

lebih mampu menguasai perasaan,sudah terbentuk

identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, dan

(6) lebih banyak perhatian terhadap lamabang-lambang

kematangan.

Perubahan biologis, kognitif, dan sosio

emosional yang dialami remaja, dapat berkisar mulai

dari perkembangan fungsi seksual sampai hingga proses

berfikir abstrak hingga kemandirian. Masa remaja

merupakan bagian dari rangkaian kehidupan, dan bukan

merupakan suatu periode perkembangan yang tidak

berkaitan dengan periode-periode lainnya

(Dieny,2014).

3. Perubahan Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa

remaja terjadi perubahan yang cepat baik secra fisik,

maupun psikologis (Jahja, 2011). Ada beberapa perubahan


50

yang terjadi selama masa remaja yang sekaligus sebagai

ciri-ciri masa remaja yaitu :

a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada

masa remaja awal yang dikenal sebagai masa storm &

stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari

perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa

remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini

merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi bari

yang berbeda dari masa-masa yang sebelumnya. Pada fase

ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan kepada

remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi

bertingkah laku seperti anak-anak, mereka harus lebih

mandiri, dan bertanggung jawab. Kemandirian dan

tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya

waktu, dan akan tampak jelas pada remaja akhir yang

duduk di awal-awal masa kuliah di Perguruan Tinggi.

b. Perubahan yang cepat secara fisik juga disertai dengan

kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat

remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka

sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik

perubahan internal seperti sistem sirkulasi,

pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan

eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan


51

proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri

remaja.

c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan

hubungannya dengan orang lain. Selama masa remaja banyak

hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa

kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan

lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung

jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja

diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka

pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi

dalam hubungannya dengan orang lain. Remaja tidak lagi

berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin

yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan

orang dewasa.

d. Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting

pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting, karena

telah mendekati dewasa.

e. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi

perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan

kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan

tanggung jawab yang menyertai kebebasan itu, serta

meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul

tanggung jawab itu.


52

4. Ciri – ciri Remaja

Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela

rentang kehidupan masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu

yang membedakannya dengan periode sebelumnya dan

sesudahnya. Masa remaja ini, selalu merupakan masa-masa

sulit bagi remaja maupun orangtuanya.

Menurut Sidik Jatmika (2010) kesulitan itu berangkat

dari fenomena remaja sendiri dengan beberapa perilaku

khusus; yakni:

a. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya

untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak

terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan

perselisihan, dan bias menjauhkan remaja dari

keluarganya.

b. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya

daripada ketika mereka masih kanak-kanak. Ini berarti

bahwa pengaruh orangtua semakin lemah. Anak remaja

berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda

bahkan bertentangan dengan perilaku dan kesenangan

keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal

mode pakaian, potongan rambut, kesenangan musik yang

kesemuanya harus mutakhir.

c. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik

pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual


53

yang mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan

menjadi sumber perasaan salah dan frustrasi.

d. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over

confidence) dan ini bersama-sama dengan emosinya yang

biasanya meningkat, mengakibatkan sulit menerima

nasihat dan pengarahan oangtua.

B. KONSEP KEGAWAT DARURATAN

1. PENGERTIAN

Kegawatdaruratan adalah keadaan yang

bermanifestasikan gejala akut akan adanya suatu keparahan

pada tingkatan tertentu, dimana bila tidak diberikan

perhatian medis yang memadai dapat membahayakan

keselamatan individu bersangkutan, menyebabkan timbulnya

gangguan serius fungsi tubuh ataupun terjadinya disfungsi

organ atau kecacatan (ACEP, 2013).

Gawat adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan

kecacatan yang memerlukan pnenganan dengan cepat dan tepat

. Darurat adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa

tapi memerlukan penanganan yang cepat dan tepat seperti

kegawatan .Gawat darurat adalah suatu keadaan mengancam

jiwa disebabkan oleh gngguan ABC (Airway / jalan nafas

,breathing / pernafasan , circulation / sirkulasi). Jika


54

tidak ditolong segera maka akan meninggal dan cacat

(Wijaya,2010 dalam Ni Luh Arianti 2015)

Dampak negatif dari kegawatdaruratan dapat dikurangi

jika pertolongan gawat darurat yang cepat dan tepat

dilakukan. Banyak kejadian penderita gawat darurat yang

justru meninggal dunia atau mengalami kecacatan akibat

kesalahan dalam pemberian pertolongan awal. Hal ini

biasanya terjadi pada pasien-pasien kegawatdaruratan yang

salah dalam sikap penanganan atau tidak tepat prosedur

penangananya sampai menghilangkan nyawa (Winarsih 2008

dalam Fadel Muhammad, 2017).

Sebenarnya dalam tubuh kita terdapat berbagai organ

dan semuanya terbentuk dari sel-sel , dimana sel-sel

tersebut akan tetap hidup bila pasokan oksigen tidak

terhenti dan tetap mengalir . Kematian organ tubuh timbul

jika sel tidak mendapatkan pasokan oksigen. Kematian ada

dua macam yaitu kematian klinis dan kematian biologis .

Kematian klinis adalah kondisi apabila seseorang penderita

henti nafas dan henti jantung ada 6-8 menit setelah

terhentinya pernafasan dan system sirkulasi tubuh

sedangkan kematian biologis adalah mulai terjadinya

kerusakan sel-sel otak dan waktunya 6 sampai 8 menit

setelah berhentinya system pernafasan dan sirkulasi (


55

Modul Penanggulangan gawat darurat 2008 dalam Musliha,2010

).

2. Deteksi dini dari henti jantung dan aktivasi sistem

pelayanan gawat darurat terpadu (SPGDT)

Tindakan yang dilakukan penolong pada tahap ini

adalah DRABC (Danger, Response, Airway,

Breathing,Circulation).

a. Danger yaitu mengamankan lingkungan sekitar dan diri

sendiri serta memperkenalkan diri pada orang sekitar.

b. Response yaitu memastikan korban tidak responsif

terhadap suara, tepukan, atau goncangan. Jika tidak

didapat respon, maka penolong segera mengaktifkan

SPGDT dengan menelepon ambulans dan meminta alat

kejut jantung otomatis (Berg et al., 2010).

c. Airway adalah pemeriksaan dan pembebasan jalan

napas hidung dan mulut.

d. Breathing adalah memeriksa pernapasan, jika korban

tak sadar dan bernapas terengah-engah maka penolong

mengasumsikan korban mengalami henti jantung.

e. Circulation adalah penilaian sirkulasi yang didapat

dari perabaan arteri karotis leher korban

3. Melakukan RJP secara dini dengan teknik kompresi yang

tepat
56

Resusitasi jantung paru terdiri dari penekanan dada

dan bantuan napas dengan rasio 30:2 dalam satu siklus.

Prinsip kompresi dada yang efektif adalah tekan kuat, tekan

cepat, mengembang sempurna dan minimalkan interupsi.

Untuk memaksimalkan efektivitas kompresi, korban harus

berada ditempat yang rata, posisi penolong di sebelah kanan

korban. Penolong meletakkan pangkal telapak tangan

ditengah dada korban dengan tangan yang lain di atas tangan

pertama, jari-jari saling mengunci dan lengan lurus

(Hazinski et al., 2015).

Kompresi dada dilakukan dengan kedalaman 5cm dan

kecepatan 100-120x/menit. Bantuan napas diberi setelah

membuka jalan napas teknik head tilt dan chin lift. Cuping

hidung dijepit dan beri napas bantuan sebanyak dua kali

masing-masing satu detik. Pastikan bantuan napas masuk

dengan berkembangnya dada korban. Keseluruhan proses RJP

dapat dilihat pada gambar. Setelah lima siklus RJP

dilakukan, penolong kembali memeriksa sirkulasi korban

(Hazinski et al., 2015).


57

Gambar 2.1 Teknik Pemberian Resusitasi Jantung Paru

4. Kehilangan kesadaran dengan napas

Keadaan dimana korban tidak memberi respon terhadap

suara atau kontak tubuh dan masih bernapas. Penolong

pertama dapat memberikan pertolongan dalam lima tahap.

a. Pertama, buka jalan napas dengan carahead tilt dan chin

lift.
58

b. Kedua, cek pernapasan dengan melihat gerakan dinding

dada, mendengar suara napas, dan merasakan hembusan

napas.

c. Ketiga, setelah dipastikan masih bernapas maka

posisikan pasien dalam keadaan mantap (recovery

position).

d. Keempat, jika dicurigai terdapat trauma spinal atau

leher maka pembukaan jalan napas dilakukan dengan teknik

jaw thrust.

e. Kelima, minta bantuan pertolongan lanjut dengan

menelepon ambulans. (St John Ambulance, 2015).

5. MANAJEMEN BENCANA BERBASIS KEGAWATDARURATAN

Triage merupakan suatu metode penanganan korban

bencana masal untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan

jumlah korban besar dengan saranan terbatas (Modul

Penganggulangan gawat darurat 2008, dalam Musliha,2010).

Triage adalah cara pemilahan penderita berdasarkan

kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia. Terapi

didasarkan pada keadaan ABC (Airway, dengan servical spine

control , breathing, circulation dengan control

perdarahan) (Musliha,2010).

Triage berlaku untuk pemilahan penderita baik itu

dilapangan maupun di rumah sakit dan di tempat umum .

Merupakan tanggung jawab tenaga pra-rumah sakit (dan


59

pimpinan tim lapangan ) bahwa penderita akan dikirim ke

rumah sakit yang sesuai. Suatu system skoring akan membantu

dalam pengambilan keputusan ini. Dua jenis keadaan trias

dapat terjadi yaitu :

a. Jumlah penmderita dan beratnya perlakuan tidak

melampaui kemampuan petugas . Dalam keadaan ini

penderita dengan masalah gawat darurat dan multi trauma

akan dilayani terlebih dahulu .

b. Jumlah penderita dan beratnya perlakuan melampaui

kemampuan petugas . Dalam keadaan ini, yang akan

dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan

kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan

waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit :

Dasar-dasar triage terdiri atas :

1) Derajat Cedera

2) Jumlah yang cedera

3) Sarana dan kemampuan

4) Kemungkinan untuk bertahan hidup

Pada kegawatdaruratan petugas kesehatan harus bias

mengatur alur pasien yang baim,terutama jika jumlah

ruangan terbatas, sehingga perlu memprioritaskan pasien

terutama untuk menekan jumlah morbiditas dan

mortalitas, dan juga untuk pelebelan atau

pengkategorian.
60

6. KLASIFIKASI DAN PENENTUAN PRIORITAS KEGAWATDARURATAN\

a. Klasifikasi triase berdasarkan prioritas

kegawatdaruratan

1) Gawat darurat (P1)

Keadaan yang mengancam nyawa atau adanya

gangguan ABC dan perlu tindakan segera,misalnya

cardiac arrest, penurunan keasadaran, trauma mayor

dengan pendarahan hebat.

2) Gawat tidak darurat (P2)

Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan

tindakan darurat. Setelah dilakukan diresusitasi

maka ditindak lanjuti oleh dokter spesialis.

Misalnya: pasien kanker tahap lanjut, fraktur,

sickle cell dan lainnya .

3) Darurat tidak Gawat(P3)

Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi

memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar, tidak

ada gangguan ABC dan dapat langsung diberikan

terapi definitive. Untuk tindak lanjut dapat

kepoliklinik, misalnya laserasi, fraktur

minor/tertutup, sistitis, otitis media dan

lainnya.

4) Tidak gawat tidak darurat (P4)


61

Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak

memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis

ringan/asimptomatis. Misalnya: penyakit kulit,

batuk, flu dan sebagainya.

b. Klasifikasi triase berdasarkan tingkat prioritas

perawatan (labeling ) .

1) Prioritas I Merah

Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu

resusitasi dan tindakan bedah segera, mempunyai

kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan

pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada

jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya

sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak, syok

hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki,

cambutio (luka bakar) tingkat I, II, dan III.

2) Prioritas II Kuning

Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila

tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat.

Penanganan dan pemindahan bersifatjngan terlambat.

Contoh : patah tulang besar, combutio ( Luka bakar)

tingkat I, II, dan III < 25%, trauma thorak /abdomen

laserisasi luas, trauma bola mata.

3) Prioritas III Hijau


62

Perlu penanganan seperti pelayanan biasa,tidak

perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat

terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan.

4) Prioritas 0 Hitam

Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka

sangat parah. Hanya Perlu terapi suportif, contoh

henti jantung kritis, trauma kepala kritis.

C. KONSEP RESUSITASI JANTUNG PARU (HANDS ONLY CPR)

1. Pengertian resusitasi jantung paru

Resusitasi jantung paru (cardiac pulmonary

resusiation) adalah sekumpulan intervensi yang bertujuan

untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi organ vital

pada korban henti jantung dan henti nafas. Intervensi ini

terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas

(Hardisman 2014).

Resusitasi jantung paru dalam rangka mempertahankan

aliran darah ke otak atau jantung. Tindakan ini

meningkatkan tingkat keberhasilan defribilasi untuk

mengehentikan vf sehingga jantung memperoleh kembali

kemampuan mencetuskan irama jantung dan pompa jantung yang

efektif. Kualitas komprresi dada sangat menentukan

terutama apabila defribilasi tidak dapat dilakukan 4-5

menit pertama setelah kolaps (JMS,2013).


63

Henti jantung atau cardiac arrest adalah keadaan

dimana terjadinya penghentian mendadak sirkulasi normal

darah karena kegagalan jantung bekontraksi secara efektif

selama fase sistolik. Henti Jantung ditandai dengan

menghilangnya tekanan darah arteri. Sedangkan henti nafas

adalah berhentinya pernafasan secara spontan karena

gangguan jaln nafas, baik parsial ataupun total karena

gangguan pusat pernafasan .

Konsep mengenai rantai keselamatan menyimpulkan

langkah vital dalam keberhasilan resusitasi. Rantai

tersebut adalah :

a. Pengenalan dini kondisi kegawat daruratan dan

permintaan bantuan, mengaktifkan emergency medical

services (EMS) atau system tanggap gawat darurat

local.

b. Resusitasi jantung paru dini, dapat melipat gandakan

peluang hidup dari VF pada henti jantung.

c. Defribilasi dini, resusiasi jantung paru dan

defribilasi dalam 3-5 menit sejak kolaps, dapat

meningkatkan peluang hidup hingga 49-75% setiap menit

penundaan defribilasi menurunkan peluang hidup hingga

15%.
64

d. Bantuan hidup lanjut dini dan perawatan pasca

resusitasi menentukanhasil akhir dan keliatan hidup

pasca resusitasi.

Rantai Kehidupan (Chain survival) terdiri dari beberapa

tahapan berikut.

a. Mengenali tanda-tanda cardiac arrest dan segera

mengaktifkan panggilan gawat darurat (emergency

medical services)

b. Segera melakukan RJP dengan tindakan utama kompresi

dada.

c. Segera melakukan defribilasi jika diindikasikan

d. Segera memberi bantuan hidup lanjutan.

2. Indikasi Resusitasi Jantung Paru

Resusitasi jantung paru harus segera dilakukan pada

setiap orang yang ditemukan tidak sadarkan diri, dan tidak

teraba nadi serta serta tidak ada nafasnya. Henti nafas

ditandai dengan tidak adanya pergerakan dada dan aliran

udara pernafasan dari korban atau pasien. Henti nafas

merupakan kasus yang harus dilakukan bantuan hidup dasar.

Henti nafas terjadi pada keadaan seperti tenggelam,

tersengat listrik, stroke, obstruksi jalan nafas,

efiglotitis, overdosis obat-obatan, infark miokard dan koma

akibat berbagai macam kasus (Suharsono dkk,2008).


65

Henti Jantung juga merupakan indikasi dilakukannya

resusitasi jantung paru. Pada saat henti jantung, secara

langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini

akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital lainnya

kekurangan oksigen. Pernafasan yang terganggu merupakan

tanda awal akan terjadinya henti jantung. Henti jantung ini

ditandai oleh denyut nadi besar yang tidak teraba disertai

kebiruan atau pucat,pernafasan berhenti atau satu-satunya

diltasi pupil tidak bereaksi terhadap rangang cahaya dan

pasien tidak sadar (Suharsono 2010).

3. Indikasi dihentikannya resusitasi jantung paru

Pemberian resusitasi jantung paru dapat dihentikan

apabila :

a. Sirkulasi dan ventilasi spontan secara efektif telah

membaik

b. Pelayanan dilanjutkan oleh tenaga medis ditempat

rujukan atau ditingkat pelayanan yang lebih tinggi

seperti di ICU

c. Ada kriteria yang jelas menunjukan sudah terjadi

kematian yang irreversible,seperti pupil mata dilatasi

maksimal, reflex cahaya negative ,rigromatis atau kaku

mayat , dekapitasi, dekomposisi atau pucat , atau tidak

ada manfaat fsiologis yang dapat diharapkan karena


66

fungsi telah menurun walau telah diberi terapi

maksimal.

d. Penolong sudah jelas tidak bisa meneruskan tindakan

karena lelah atau ada keadaan lingkungan yang

membahayakan atau meneruskan tindakan resusitasi akan

menyebabkan orang lain cedera.

4. Hands Only CPR

a. Pengertian

Penolong tidak terlatih harus memberikan CPR hanya

kompresi (Hands Only) dengan atau tanpa panduan

operator untuk serangan jantung dewasa. Penolong harus

melanjutkan CPR hanya dengan Kompresi dada hingga AED

atau penolong dengan pelatihan tambahan tiba. Semua

penolong tidak terlatih, pada tingkat minimum, harus

memberikan kompresi dada untuk korban serangan jantung.

Selain itu, jika penolong terlatih mampu melakukan

nafas buatan, ia harus menambahkan nafas buatan dalam

rasio 30 kompresi berbanding 2 napas buatan. Penolong

harus melanjutkan CPR hingga AED tiba dan siap digunakan

(AHA,2015).

CPR hanya kompresi mudah dilakukan oleh penolong

yang tidak terlatih dan dapat dipandu secara lebih

efektif oleh operator melalui telpon. Selain itu,

tingkat kelangsungan hidup dari serangan jantung dewasa


67

terkait etiologi jantung baik dengan CPR hanya kompresi

maupun CPR dengan kompresi dan Nafas buatan adalah sama

apabila diberikan sebelum EMS tiba. Namun rekomenadi

untuk melakukan kompresi dan napas buatan tetap

diberikan kepada penolong terlatih yang mampu

melakukannya (AHA,2015).

Rantai keselamatan dan langkah-langkah Basic Life

Support menurut AHA (2015)

Gambar 2.2 Rantai Keselamatan Di Luar Rumah Sakit

Gambar 2.3 Langkah-langkah Hands Only CPR


68

Gambar 2.4 langkah Pemberian Hands Only CPR

b. Kecapatan Kompresi dada

Pada orang dewasa yang menjadi korban serangan

jantung, penolong perlu melakukan kompresi dada pada

kecepatan 100-120 /min. Jumlah kompresi dada yang

diberikan permenit saat CPR berlangsung adalah factor

penentu utama kondisi RSOC (return of spontaneous

circulation) dan kelangsungan hidup dengan fungsi

neurologisnya yang baik. Sewaktu melakukan CPR secara.

Penolong harus melakukan kompresi dada hingga kedalaman

minimum 2 inci (5 cm) untuk dewasa rata rata, dengan

tahap menghindari 2,4 inci (6 cm) Pada pasien anak anak

usia 1 tahun hingga pubertas tetap dengan kedalaman 2


69

inci (5 cm ) ndan dilakukan dengan 2 tangan. Untuk bayi

yang berusia dibawah 1 tahun maka yang digunakan ialah

1 tangan berada sepenuhnya di separuh bagian bawah

tulang dada (AHA,2015).

Kompresi yang dilakukan akan menciptakan aliran darah

terutama dengan menambah tekanan inthrathoraks dan

secara langsung mengkompresi jantung,yang pada akhirnya

akan menghasilkan aliran darah dan penyaluran oksigen

yang penting dari jantung ke otak . Kedalaman kompresi

mungkin sulit diperkirakan tanpa menggunakan perangkat

umpan balik ,dan identifikasi batas atas kedalaman

kompresi dada mungkin akan sulit dilakukan. Penting

bagi penolong untuk mengetahui bahwa kedalaman kompresi

dada lebih sering terlalu dangkal daripada dalam

(AHA,2015).

c. Rekoil dada

Penting bagi kita sebagai penolong untuk tidak

bertumpu diatas dada diantara kompresi untuk mendukung

adany recoil penuh pada dada pasien sangat mengalami

serangan jantung. Rekoil dinding dada terjadi bila

tulang dada kembali ke posisi alami atau netralnya saat

fase dekompresi CPR berlangsung. Rekoil dnding dada

memberikan relative tekanan intrathoraks negative yang

mendorong pengembalian vena dan aliran darah


70

kardiopulmonari. Bertumpu diatas dinding dada diantara

kompresi akan menghalangi recoil penuh dinding dada.

Rekoil tidak penuh akan meningkatkan tekanan

intrathoraks dan membuat pengembalian vena berkurang.

Tekanan perfusi coroner, dan aliran darah miokardium

serta dapat mempengaruhi hasil resusitasi (AHA,2015).

D. KONSEP PENGETAHUAN

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang

sekedar menjawab pertanyaan "what", misalnya apa air, apa

manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo 2010).

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan sendiri sebenarnya dapat di dapatkan dari

bergabagai sumber yaitu ada media masa contohnya koran,

majalah dan lainnya. Kemudian Media elektronik ada di dapat

melalui televise, radio, dan Handphone, selain media masa

dan media elektronik untuk mendapat ilmu pengetahuan juga


71

melalui buku bacaan atau buku petunjuk, poster, petugas

kesehatan dan sebagainya.

Pengetahuan sebenarnya di pengaruhi oleh beberapa

faktor salah satunya faktor pendidikan formal. Pengetahuan

sangat erta memiliki hubungan dengan pendidikan bahwa di

harapkan seseorang dengan pendidikan tinggi memiliki

pengetahuan yang tinggi pula. Namun perlu digaris bawahi

juga tidak selalu orang yang berpendidikan rendah akan

memiliki pengetahuan yang rendah juga. Namun masih ada

yang berpendidikan rendah namun memiliki pengetahuan

tinggi, itu semua mengingat bahwa pengetahuan tidak selalu

diperoleh melalui pendidikan formal, namun juga di

dapatkan dari pendidikan non formal.

Pengetahuan yang setiap orang miliki terhadap suatu

objek memiliki dua aspek, yaitu aspek positf dan aspek

negatif. Kedua Aspek yang akan menentukan sikap seseorang,

semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui,

maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek

tertentu. Menurut Teori WHO ( World Health Organization)

dikutip dari Notoatmodjo(2007), salah satu bentuk objek

kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diproles

dari pengalaman sendiri.

2. Tingkat Pengetahuan
72

Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005), untuk

mengetahui tingkatan pengetahuan seseorangcsecara

terperinci terdiri dari 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Mengetahui artinya mengingat suatu materi yang

telah dipahami sebelumnya, termasuk pengetahuan.

Tingkat adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik

dari seluruh yang telah dipelajari atau dirancang yang

telah diterima, oleh sebab itu tahu adalah tingkatan

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa tahu tentang apa yang dipelajari, cara

mengujinya tahu adalah dengan menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi dan mengatakan.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk

menjelaskan tentang cbjek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus

menyimpulkan terhadap obyek yang telah dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi yang real (sebenarnya)

aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan


73

hukum hukum atau metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu struktur organisasi dan masih ada

hubungannya antara satu dengan yang lain.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

meletakkan justifikasi atau penilain terhadap suatu

materi atau objek Pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angka yang menanyakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan

dengan tingkatan-tingkatan di atas.

Terdapat tingkat pengetahuan seseorang yang dapat

diketahui dan diinterpretasikan dengan skala

kualitatif yaitu, baik (76%-100%), cukup (56%-75%) dan

kurang (<56%) (Arikunto, 2006).

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan


74

a. Faktor internal

1) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka

diharapkan stok modal manusia (pengetahuan

keterampilan) akan semakin baik. Pendidikan secara

umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok

masyarakat sehingga mereka memperoleh tujuan yang

diharapkan Sehingga individu mampu untuk

meningkatkan kesehatan (Hulick, 2004). Pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi

untuk berperan serta dalam pembangunan (Nursallam,

2003). Secara umumm, tingginya pendidikan seseorang

akan berbanding lurus dengan kemudahan menerima

informasi.

2) Pekerjaan

Bekerja merupakan faktor internal yang

memengaruhi tingkat pengetahuan individu. Sedikit

orang yang menganggap bekerja sebagai sumber

kesenangan karena menurutnya hal tersebut adalah

hal yang membosankan. Pekerjaan dilakukan untuk

menunjang kehiduapan baik individu ataupun

keluarganya.
75

3) Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai

dari saat dilahirkan sampai saat berulang tahun

(Elisabeth dalam Nursalam, 2003). Semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan semakin matang dalam berfikir.

b. Faktor eksternal

1) Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan dapat mempengaruhi

perkembangan dan prilku orang atau kelompok.

2) Sosial budaya

Sistem sosial yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.

4. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterpretasikan degn skala yang bersifat

kualitatif dengan skla yang bersifat kualitatif, yaitu :

a. Baik : Hasil presentase 76%-100%

b. Cukup : Hasil Presentase 56%-75%

c. Kurang : Hasil presentase < 56%

E. KONSEP AUDIOVISUAL

1. Pengertian audiosiual
76

Media audio visual merupakan media instruksional

modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat

dilihat dan di dengar. Media audio visual adalah jenis

media yang mengandun unsur suara dan unsur gambar. Semisal

rekaman video, rekaman film, slide suara, dan lain

sebagainya. kemampuan media ini dianggap lebih baik dan

menarik (Sanjaya 2010,dalam Mulyadi dkk 2018).

Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur

suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan

yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media auditif

(mendengar) dan visual (melihat). Media Audio-visual

merupakan sebuah alat bantu berarti bahan atau alat yang

dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan

dan kata yang diucapkan dalam menularkan pengetahuan,

sikap, ide. Media audio-visual juga merupakan bentuk media

visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan

terjangkau (Azhar rasyad,2013).

Berdasar pengertian diatas makadapat disimpulkan

audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan

unsur gambar. Media pembelanjaran merupakan salah satu

komponen pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam

kegiatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar dan

dapat membangkitkan minat dan keinginan yang baru,


77

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan

membawa pengaruh psikologis pada siswa.

Disamping menarik dan memotivasi siswa untuk

mempelajari materi lebih banyak, materi audio dapat

digunakan untuk :

a. Mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi

apa yang telah di dengar.

b. Mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan

mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada

jauh dari lokasi.

c. Menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa.

d. Menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-

perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai suatu

pokok bahasan atau sesuatu masalah (Azhar Rasyad,2013).

2. Jenis-Jenis Audio Visual

Media audio visual terdiri atas audiovisual diam,

yaitu Media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti

film bingkai suara (sound slide), film rangkai suara. Audio

visual gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur

suara dan gambar yang bergerak seperti film atau video.

Dan dilihat dari segi keadannya audio visual dibagi menjadi

:
78

a. Audio visual murni yaitu unsur suara maupun unsur

gambar berasal dari suatu sumber sumper seperti film

audio cassette.

b. Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan

gambarnya berasal dari sumber yang berbeda semisal

berasal dri film bingkai suara yang gambarnya bersumber

dari slide proyektor dan suaranya berasal dari tape

recorder (Azhar Rasyad,2013)


79

F. KERANGKA KONSEP

Siswa- Siswi Kegawat


Sman 3 Mataram. Daruratan

Resusitasi
Jantung Paru
(Hands Only CPR)

Tingkat Pengetahuan: Kriteria


Tingkat
1. Tahu Pengetahuan
:
2. Memahami
1. Baik
3. Aplikasi 2. Cukup
4. Analisis 3. Kurang

5. Sintesis

6. Evaluasi
Jenis-Jenis
Audiovisual :

1. Audio Visual
Faktor Yang
Murni :
Mempengaruhi Tingkat
a. Film
Pengetahuan :
b. Audio
1. Internal Cassete
a. Pendidikan 2. Audio Visual
b. Pekerjaan Tidak murni :
c. Umur a. Gambar
2. Eksternal bersumber
a. Lingkungan dari slide
b. Budaya proyektor
dan suara
berasal dari
tape
recorder
80

Keterangan :

1. : Yang diteliti

2. : Yan = Tidak ditelit

Bagan 2.1 . Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Audivisual Hands


Only CPR terhadap tingkat pengetahuan Resusitasi Jantung Paru
dalam keadaan gawat darurat pada siswa-siswi di SMAN 3 Mataram.
81

G. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugioyono, 2011).

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah serta

perumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

Ha : Ada Pengaruh Pemberian Audivisual Hands Only CPR terhadap

tingkat pengetahuan Resusitasi Jantung Paru dalam keadaan

gawat darurat pada siswa-siswi di SMAN 3 Mataram.


82

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara menyelesaikan masalah dengan

menggunakan metode keilmuan. Pada bab ini akan disajikan subyek

penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel,

rancangan penelitian, teknik pengolahan data, teknik pengumpulan

data, identifikasi variabel, definisi operasional, analisa data,

etik, dan kerangka kerja (Hidayat, 2017).

A. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian adalah subyek yang dituju untuk

diteliti. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian

ialah para siswa-siswi yang mengikuti kegiatan PMR (palang

merah Remaja) dan Pramuka di SMA Negeri 3 Mataram.

B. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya

objek atau subjek yang akan dipelajari saja tetapi seluruh

karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek

tersebut, atau kumpulan orang, individu, atau objek yang

akan diteliti sifat-sifat atau karakteristiknya (Hidayat,

2017). Populasi yang menjadi pada penelitian ini adalah


83

siswa-siswi kelas X dan XI di SMA negeri 3 Mataram yang

mengikuti kegiatan Ekstrakulikuler PMR ( Palang merah

remaja) dan Pramuka dan dari hasil pengambilan data awal

bahwa jumlah populasi siswa-siswi SMA negeri 3 Mataram

yang mengikuti ekstrakulikuler PMR dan pramuka adalah

sebanyak 63 orang 30 orang yang PMR dan 33 orang yang

pramuka dan masih aktif mengikuti dan bersedia menjadi

responden .

2. Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel

a. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti

atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Hidayat, 2017). Dalam penelitian ini

yang menjadi sampel adalah seluruh siswa-siswi kelas

X dan XI di SMA negeri 3 Mataram yang mengikuti

kegiatan Ekstrakulikuler PMR ( Palang merah remaja)

dan Pramuka dengan jumlah sebanyak 63 orang, 30 orang

yang PMR dan 33 orang yang pramuka dan masih aktif

mengikuti dan bersedia menjadi responden.

b. Teknik pengambilan sampel

Teknik sampling merupakan suatu proses dalam

menyeleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari

populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan

mewakili dari keseluruhan populasi yang ada, secara


84

umum ada dua jenis pengambilan sample yakni

Probability sampling dan Nonprobability sampling

(Hidayat,2017). Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalahdengan menggunakan teknik

Nonprobability sampling dengan purposive sampling

yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil anggota

populasi yang sesuai dengan kriteria Inklusi dan

EKsklusi dari yang ditentukan untuk menjadi

sampel(Hidayat,2017).

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum

subjek penelitian dari populasi target dan populasi

terjangkau (Nursalam,2013.

Kriteria Inklusi sampel pada penelitian ini

adalah :

1) Anggota PMR dan pramukan di SMA 3 Mataram yang

bersedia menjadi responden.

2) Anggota PMR dan pramuka yang masih aktif

mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di Sekolah .

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan karakteristik pada

subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria

inklusi tetapi harus dikeluarkan karena berbagai

sebab yang dapat mengganggu proses penelitian :


85

1) Anggota PMR dan Pramuka di SMA 3 Mataram yang

tidak bersedia menjadi responden.

2) Anggota PMR dan Pramuka di SMA 3 Mataram yang

tidak dapat hadir menjadi responden.

3) Anggota PMR dan Pramuka di SMA 3 Mataram yang

memiliki gangguan dalam penglihatan

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneletian ini berlokasi di SMA Negeri 3 Mataram yang

berlokasi di jalan Pemuda No 63 Selaparang Kota Mataram.

Dengan waktu pelaksanaan tanggal 18 dan 21 Maret 2019 pada

senin 18 Maret penelitian pertama dilakukan pada siswa-

siswi yang engikuti ekstrakulikuler Pramuka dan untuk

penelitian kedua dilaksanakan pada hari kamis 21 Maret

2019 untuk siswa-siswi yang mengikuti estrakulikuler PMR.

C. RANCANGAN PENELITIAN

Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan

peneliti untuk melakukan penelitian yang memberikan arah

terhadap jalannya penelitian (Kelana Kusuma,2010). Desain

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

Pre eskperimen melalui pendekatan one group pre test-post

test design yaitu terdapat pretest (sebelum memberikan

perlakuan). Dengan cara sebelum diberikan treatment/perlakuan

variabel diobservasi/diukur terlebih dahulu (pretest) setelah


86

itu dilakukan treathment/perlakuan dan setelah treatment

dilakukan pengukuran/observasi (posttest) (Hidayat, 2017).

Metode tersebut digunakan untuk mengetahui

pengetahuan anggota PMR dan Pramuka sebelum dan setelah

diberikan audiovisual, yang menjelaskan mengenai Hands Only

CPR untuk pemberian resusitasi jantung paru pada orang awam

selama 25 menit, dan dievaluasi setiap akhir pemberian teori

audiovisual. Untuk mengetahui pengetahuan dari anggota PMR

dan pramuka setelah diberikan perlakuan dengan audiovisual

tersebut.

Penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok sampel

tanpa menggunakan kelomppk control. Kelompok sampel diberi

test awal (pre-test) lalu diberikan perlakuan sebanyak 2 kali

dalam satu kali pertemuan. Pertemuan dilakukan selama 2 hari

dengan responden yang berbeda-beda dan kemudian diberikan

test akhir ( post-test) setelah diberi audiovisual.

01 X1 02

Keterangan :

01 : Observasi dan pengukuran dengan test awal sebelum

diberikan audiovisual Hands Only CPR

X1 : Perlakuan pemberian Audiovisual Hands Only CPR


87

02 : Observasi dan pengukuran dengan test awal setelah

diberikan audiovisual Hands Only CPR

Bagan 3.2

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan

dalam pengumpulan data penelitian. Cara pengumpulan data

tersebut meliputi wawancara berstruktur, obesrvasangket,

pengukuran, atau melihat data statistik (data sekunder)

seperti dokumentasi (Hidayat, 2017).

1. Metode pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian,

diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data

tertentu, sehingga proses penelitian dapat berjalan

lancar. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh

peneliti adalah dengan penelitian yang dilakukan adalah

angket atau kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel

yang akan diukur dan tahu apa yang bias diharapkan dari

responden. Kuesioner dapat berupa petanyaan ataupun


88

pernyataan tertutup atau terbuka dapat diberikan kepada

responden secar langsung atau dikirim melalui pos atau

internet (Sugiyono,2014).

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penilitisn adalah suatu alat-alat yang akan

digunakan untuk pengumpulan data. Instrument penelitian

ini dapat berupa : kuesioner(daftar pertanyaan),

formulir observasi, formulir-formulir lain yang

berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya. Apabila

data yang berkaitan dengan pencatatan data dan

sebagainya(Notoatmodjo,2014).

Instrumen Penelitian yang digunakan oleh calon

peneliti adalah kuesioner . Kuesioner adalah suatu

bentuk atau dokumen yang berisi beberapa item pertanyaan

atau pernyataan yang dubuat berdasarkan indicator-

indikator variabel. Dimana variabel yang diberikan

instrument penelitian berupa kuesioner adalah variabel

independen atau variabel bebas, audiovisual Hands Only

CPR, untuk kemudian dilihat tingkat pengetahuan dari

masing-masing anggota PMR dan Pramuka dalam sekiranya

akan menghadapi keadaan gawat darurat yang akan terjadi

dilingkungan sekitar.

Kuesioner penelitian yang digunakan terdiri dari

kuesioner untuk menilai pengetahuan anggota PMR dan


89

Pramuka di SMAN 3 Mataram yang terait dengan teori Hands

Only CPR. Terdiri atas 11 item pertanyaan, dengan pilohan

jawaban adalah a,b,c. Dimana penilainnya adalah apabila

benar diberi 1 dan salah duberikan nilai 0. Untuk

penilaian pengetahuan secara keseluruhan menggunakan

system presentasi yaitu dikatakan baik jika presesentasi

yang diperoleh adalah 76%-100%, cukup apabila 56%-75%,

dan kurang adalah <56%.

3. Teknik Pengumpulan data.

a. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan pengumpulan data

1) Peneliti dapat mengajukan permohonan untuk

mendapatkan izin meneliti kepada Kepala Sekolah

SMAN 3 Mataram, setelah terlebih dahulu

menjelaskan tujuan penelitian yang akan

dilaksanakan.

2) Setelah memproleh izin, peneliti akan mulai

mengumpulkan data kasus yang akan di teliti.

Teknik pengumpualn data yang digunakan oleh

peneliti adalah angket atau kuesioner, yang

berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur

pengetahuan anggota PMR dan Pramuka sebelum dan

setelah pemberian teori Hands Only CPR. Sebelum

melakukan pengumpulan data


90

3) Peneliti membuat informed consent atau lembar

persetujuan menjadi responden, agar responden

mengetahui maksud dan tujuan penelitian, dan

memberitahukan bahwa peneliti akan merahasiakan

identitas responden.

b. Tahap pelaksanaan

1) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti

melakukan penelitian kepada siswa-siswi di SMAN

3 Mataram.

2) Peneliti memberikan lembar persetujuan (informed

consent) kepada siswa-siswi SMAN 3 Mataram.

3) Peneliti melakukan pretest sebelum diberikan

tindakan, berupa diberikan Kuesioner oleh

peneliti.

4) Setelah responden mengisi kuesioner hasil

pretest didapatkan, selanjutnya responden

diberikan tindakan berupa pemberian audiovisual

mengenai Hands Only CPR atau resusitasi jantung

paru yang diperuntukkan untuk masyarakat sebagai

orang awam. Pemberian materi audiovisual Hands

Only CPR ini diberikan selama 7 hari pada hari

yang telah ditentukan dengan menggunakan sistem

pengulangan sebanyak 2 kali pengulangan .


91

5) Selanjutnya setelah diberikan Audiovisual

mengenai Hands Only CPR maka responden diberikan

kuesioner kembali untuk hasil posttest untuk

mengetahui pengetahuan pada responden setelah

diberikan tindakan. Data yang sudah didapatkan

kemudian akan dikelompokkan dan dibuat dalam

bentuk table dan akan dilakukan perbandingan pada

dua data tersebut.

4. Teknik Pengolahan data

Analisa data dilakukan untuk memberikan kemudahan

dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Untuk itu

data diolah terlebih dahulu dengan tujuan mengubah data

menjadi informasi. Data yang diperoleh diolah dengan

menggunakan computer dengan system program SPSS. Bahwa

Proses pengolahan data tersebut adalah melalui :

a. Editing, yaitu melihat apakah data sdah terisi

lengkap atau tidak lengkap.

b. Koding, kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri dari data yang berbentuk

huruf menjadi data yang berbentuk angka untuk

memudahkan pengiterpretasian hasil penelitian.

c. Entry data, kegiatan memasukan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database


92

computer. Entry data dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan program SPSS for windows.

d. Tabulating, membuat distribusi frekuensi sederhana

atau tabel kontingensi yang telah diberi skor dan

dimasukkan ke tabel.

Dalam penelitian ini hasil kuesioner yang telah diisi

saat pretest dan posttest di lihat apakah ada pengaruh

audivisual Hands Only CPRpada pengetahuan resusitasi

jantung paru pada Keadaan Gawat Darurat pada siswa-siswi

dalam penatalaksanaan Resusitasi jantung paru dengan

menggunakan wilcoxon signed rankings test dengan taraf

kesalahan 5%. Uji wilcoxon signed ranks merupakan uji

komparasi pada satu sampel berpasangan (dua pengamatan),

yakni ingin membandingkan dua pengamatan yang berasal

dari satu sampel. Prinsipnya adalah ingin menguji apakah

ada perbedaan dampak dari dua perlakuan (Hidayat, 2017).

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

bantuan komputer melalui program SPSS Versi 16.

E. IDENTIFIKASI VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL .

1. Identifikasi Variabel .

Variabel adalah segala sesuatu yang terbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal


93

tersebut,kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono,2014).

a. Variabel Independent

Variabel independen merupakan variabel yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable

dependen (terikat) (Hidayat, 2017). Variabel

Independent dalam penelitian ini adalah audiovisual

Hands Only CPR.

b. Variabel Dependent

Variabel dependen merupakan variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karna variabel bebas

(Hidayat, 2017). Variabel dependent dalam penelitian

ini adalah tingkat pengetahuan mengenai resusitasi

jantung paru menghadapi keadaan Gawat darurat.

2. Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan mendefinisikan

variabel secara oprasional berdasarkan karakteristik

yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2017). Batasan

operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pemberian Audiovisual.
94

Pemberian video adalah sebagai media penyuluhan

kesehatan dengan pemberian video Hands only CPR

untuk siswa-siswi di SMAN 3 Mataram sebagai orang

awam perihal kesehatan.

2) Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil yang didapatkan

dari suatu proses yang pernah dilalui oleh

seseorang, baik mendapatkannya dari melihat,

mendengar ataupun merasakan.


95

Table 3.1 Definisi Operasional Konsep Pengaruh Pendidikan Audivisual Hands Only CPR terhadap

tingkat pengetahuan Resusitasi Jantung Paru dalam keadaan gawat darurat pada siswa-siswi

di SMAN 3 Mataram

Alat
No Variabel Definisi Parameter Skala Skoring
Ukur

1 Variabel Pemberian video Pedoman Pelaksanaan SOP - -

Independent sebagai media Hands Only CPR. Yang

: Pemberian pendidikan disampaikan :

audiovisual kesehatan dengan • Pengertian pijat

hands only pemberian video jantung

CPR Hands only CPR • Tahap melakukan


merupakan pertolongan Hands
resusitasi jantung Only CPR
paru yang

diajarkan pada

masyarakat awam
96

dengan lama waktu • Perhitungan yang

sekitar 6 menit 1 tepat untuk

kali pemutaran kompresi dada .

dengan 2 kali • Penatalaksanaan


pengulangan . Hands Ony CPR

2 Variabel Pengetahuan yang Pengetahuan Kuesioner Ordinal a) Baik :

dependent : didapatkan. seseorang dapat terdiri Hasil

Pengetahuan Peserta mengetahui diketahui dan dari presentase

mengenai : diinterpretasikan kuisioner 76%-100%

resusitasi 1. Pengertian degan skala yang pendidikan b) Cukup :

jantung dari Hands bersifat yang Hasil

paru dalam Only CPR kualitatif dengan terdiri Presentase

keadaan 2. Tahapan dengan rentan dari 11 56%-75%

gawat melakukan nilai pertanyaan c) Kurang :

darurat penolongan 0-100% dengan Hasil

peniliain
97

dengan Hands Benar= 1 presentase

Only CPR Salah = 0 < 56%

3. Hitungan yang

tepat

untukkompresi

dada.

4. Penatalaksaan

dari Hands

Only CPR
F. KERANGKA KERJA

Penulisan kerangka kerja dalam penelitian keperawatan

dapat disajikan dalam bentuk alur penelitian.

(Sugiyono,2016).

Pengaruh pendidikan audio visual hand only CPR terhadap


tingkat pengetahuan resusitasi jantung paru pada siswa
siswi di Sman 3 Mataram

Populasi anggota PMR dan Pramuka


SMA Negeri 3 Mataram.
purposive sampling

Sampel sesuai dengan kriteri Inklusi


Dan Ekslusi yang sudah ditentukan

Informed Consent

Pretest : Kuesioner / angket


sebelum tindakan

Pemberian Audiovisual Hands


Only CPR

68
Posttest : Kuesioner / angket setelah
diberi tindakan

Analisa data Wilcoxon


test

Penyajian Hasil Laporan Hasil

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Pengaruh pendidikan audio visual

hand only CPR terhadap tingkat pengetahuan resusitasi

jantung dalam menghadapi keadaan gawat darurat pada siswa

siswi di Sman 3 Mataram.

G. ANALISA DATA

Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa

data uji statistic Wilcoxon Signed Rank Test, yaitu uji

statistic Non-Parametrik yang digunakan untuk menguji

hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi dengan

memperhitungkan besarnya selisih angka antara positive dan

negative bila data penelitian berbentuk ordinal dan

berjenjang (Sugiyono,2014). Adapun rumus dari uji Wilcoxon

ranked test tersebut adalah :

69
𝑛 (𝑛+1)
𝑇−𝜇𝑇 𝑇−
Z= 4
= √𝑛(𝑛+1)(2𝑛+1)
𝜎𝑇
24

Keterangan :

T : Jumlah Rangking dari selisih yang negative dan

positif

n : Jumlah data

H. ETIKA PENELITIAN

Etika penilitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku

untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara

pihak peneliti, pihak yang diteliti (subyek penelitian)

dan masyarakat yang akan memproleh dampak hasil penelitian.

Etika penelitian ini juga mencakup perilaku peniliti atau

perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta

sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat

(Notoatmodjo,2014).

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peniliti dengan responden penelitian dengan memberikan

lembar persetujuan. Informed consent resebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan. Tujuan informed consent

adalah agar subjek penelitian mengerti maksud dan tujuan

penelitian, dan mengetahui dampaknya. Jika subjek

bersedia maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka

70
peneliti harus menghormati hak responden. Beberapa

informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut

diantaranya: partisipasi responden, tujuan dilakukannya

penelitian, jenis data yang dibutuhkan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan

terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah

dihubungi, dan lain-lain.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan

Masalah ini merupakan masalah etika dengan

memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

BAB IV

71
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada BAB ini diuraikan tentang hasil penelitian yang

telah dilakukan terhadap responden di SMAN 3 MATARAM. Mengenai

pengaruh pendidikan audiovisual Hands Only CPR terhadap

tingkat pengetahuan resusitasi jantung yang dilaksanakan pada

tanggal kurun waktu penelitian pertama pada tanggal Senin 18

Maret 2019 dan penilitian kedua pada tanggal Kamis 22 Maret

2019.

Penelitian ini melibatkan 50 responden , dimana dari 50

responden tersebut telah memenuhi kriteria inklusi dsan

kriteria ekslusi yang telah ditetapkan dan direncanakan dalam

perencanaan penelitian, penyajian data umum terdiri atas :

1. Gambaran umum lokasi penelitian.

2. Distribusi responden berdasarkan umur.

3. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

4. Distribusi responden berdasarkan kelas.

Sedangkan data khusus dalam penelitian ini meliputi :

1. Pengetahuan siswa-siswi terhadap Hands Only CPR

(resusitasi Jantung paru) sebelum pemberian audiovisual

Hands Only CPR.

2. Pengetahuan siswa-siswi terhadap Hands only CPR

(resusitasi Jantung paru)setelah pemberian audiovisual

hands only

72
3. Analisis pengetahuan siswa-siswi mengenai Hands Only CPR

(resusitasi jantung paru) sebelum dan setelah pemberian

audiovisual Hands Only CPR menggunakan uji wilcoxon signed

ranks

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian di SMAN 3 MATARAM yang terletak

di Jl Pemuda No 63, Dasan Agung Baru, Selaparang, Kota

Mataram, Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari :

Tabel 4.1 Jumlah Ruang di SMAN 3 Mataram

NO RUANGAN JUMLAH
1. Ruang Kepala Sekolah 1
2. Ruang Tata Usaha 1
3. Ruang Guru 1
4. Ruang BK 1
5. Ruang Osis 1
6. Ruang Olah raga 1
7. Ruang UKS 1
8. Ruang Ibadah 2
9. Ruang Konseling 1
10. Ruang Lab 7
11. Ruang Perpustakaan 1
12. Ruang Kelas 41

Adapun batas-batas wilayah SMAN 3 Mataram adalah sebagai

berikut :

a. Sebelah timur berbatasan dengan Wisma Praja

b. Sebelah barat berbatasan dengan SMPN 13 Mataram.

47
c. Sebelah utara berbatasan dengan Jl Pemuda .

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Perumahan warga .

2. Data Umum

Responden dalam penelitian ini adalah remaja putri dan putra

yang bersekolah di SMAN 3 Mataram dan mengikuti

esktrakulikuler PMR (Palang Merah Remaja) dan Pramuka.

Pemaparan responden akan diuraikan dalam data umum yaitu

berdasarkan umur, dan kelas.

a. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di

SMAN 3 Mataram

NO UMUR FREKUENSI PRESENTASI


1. 14 1 2%
2. 15 12 24%
3. 16 24 48%
4. 17 13 26%
TOTAL 50 100%
Sumber : Data Primer,2019

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa responden

dengan umur 14 tahun sebanyak 1 responden ( 2% ), dengan

umur 15 tahun sebanyak 12 responden (24%), responden umur

16 tahun sebanyak 24 responden (48%), responden umur 17

tahun sebanyak 13 responden (26%).

74
b. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

di SMAN 3 Mataram.

NO KELAS FREKUENSI PRESENTASI


1. Laki-laki 19 38%
2. Perempuan 31 62%
TOTAL 50 100%
Sumber : Data Primer,2019

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa responden

berdasar jenis kelamin laki-laki sebanyak 19 responden

(38%) dan responden perempuan sebanyak 31 responden ( 62%).

c. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan kelas di

SMAN 3 Mataram.

NO KELAS FREKUENSI PRESENTASI


1. X (sepuluh) 37 74%
2. XI (sebelas) 13 26%
TOTAL 50 100%
Sumber : Data Primer,2019

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa responden

kelas X sebanyak 37 responden (74%) dan responden kelas

75
XI sebanyak 13 responden (26%).

3. Data Khusus

Data khusus ini menyajikan hasil yang menggambarkan tentang

identifikasi pengetahuan responden dalam penanganan keadaan

gawat daruratn resusitasi jantung di SMAN 3 Mataram dengan

uji wilcoxon signed ranks.

a. Pengetahuan siswa-siswi mengenai resusitasi Jantung Paru

dalam keadaan gawat darurat sebelum (pre-test) diberikan

audiovisual Hands Only CPR

Tabel 4.5 pengetahuan siswi dalam Penanganan gawat darurat

resusitasi jantung paru sebelum pemberian audiovisual Hands

Only CPR di SMAN 3 Mataram .

NO TINGKAT FREKUENSI PRESENTASI


PENGETAHUAN
1 Baik - -
2 Cukup 16 32%
3 Kurang 34 68%
TOTAL 50 100%
Sumber : Data Primer,2019

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa sebelum

diberikan Pendidikan kesehatan responden yang memiliki

tingkat pengetahuan baik tidak ada, responden yang

76
memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 16 responden

(32%), dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan

kurang sebanyak 34 responden (68%).

b. Pengetahuan siswa-siswi mengenai resusitasi Jantung Paru

dalam keadaan gawat darurat setelah(post-test) diberikan

audiovisual Hands Only CPR

Tabel 4.6 pengetahuan siswi dalam Penanganan gawat darurat

resusitasi jantung paru setelah pemberian audiovisual Hands

Only CPR di SMAN 3 Mataram .

NO TINGKAT FREKUENSI PRESENTASI


PENGETAHUAN
1 Baik 36 72%
2 Cukup 13 26%
3 Kurang 1 2%
TOTAL 50 100%
Sumber : Data Primer,2019

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa setelah

diberikan Pendidikan kesehatan responden yang memiliki

tingkat pengetahuan baik sebanyak 36 orang responden

(72%), responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup

sebanyak 13 responden (26%), dan responden yang memiliki

tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 responden (2%).

c. Tabulasi Silang

77
Tabel 4.7 Pengaruh Pemberian Audiovisual Hands Only CPR

terhadap tingkat pengetahuan mengenai resusitasi jantung paru

dalan keadaan gawat darurat di SMAN 3 Mataram.

No Tingkat Sebelum Sesudah P-value


Pengetahuan
1 Baik 0 0% 36 72% 0,000
2 Cukup 16 32% 13 26%
3 Kurang 34 68% 1 2%
TOTAL 50 100% 50 100%
0,000
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan siswa-

siswi sebelum diberikan Audiovisual Hands Only CPR ialah Baik

dengan 0 responden, cukup dengan 16 responden , kurang dengan

34 responden. Dan Pengetahuan setelah diberikan Audioivisual

Hands Only CPR menjadi baik dengan 36 responden, cukup dengan

13 responden, kurang dengan 1 responden .

d. Analisis pengetahuan siswi mengenai resusitasi Jantung Paru

dalam keadaan gawat darurat sebelum (pre-test) dan setelah

(post-test) pemberian audiovisual Hands Only CPR menggunakan

uji wilcoxon signed ranks

Pada bagian ini hasil dari uji statistic Willcoxon

Signed Rank test pada pengaruh pemberian audiovisual Hands

Only CPR terhadap tingkat pengetahuan resusitasi jantung paru

dalam keadaan gawat darurat pada siswa-siswi SMAN 3 Mataram

sebelum dan setelah pemberian perlakuan.

78
Berdasarkan hasil Uji wilcoxon signed ranks didapatkan

bahwa N atau jumlah data penelitian sebanyak 50 responden

dan nilai p value p value<α (0,000<0,05), maka ada Pengaruh

Pemberian Audiovisual Hands Only CPR terhadapat tingkat

pengetahuan resusitasi jantung paru dalam keadaan gawat

darurat pada siswa-siswi di SMAN 3 Mataram maka dapat

disimpulkan Ha diterima dan H0 ditolak.

B. PEMBAHASAN

1. Data Umum

1) Umur

Penelitian ini dilakukan pada siswa-siswi kelas X dan

XI IPA dan IPS yang mengikuti ekstrakulikuler Pramuka dan

Palang Merah Remaja (PMR), populasi dari siswa-siswi yang

mengikuti Pramuka dan PMR yaitu 63 orang. Dan yang menjadi

sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden yang sudah

memenuhi kriteria sebagai responden. Kurangnya responden

diakibatkan siswa-siswi ada yang tidak masuk diakibatkan

79
sakit, dan tidak bisa menjadi responden sehingga sampelnya

menjadi 50 responden.

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan umur yang terbanyak

berada pada umur 16 tahun (48%), dan umur yang paling

sedikit yaitu usia umur 14 tahun sebanyak 1 responden (2%)

dan pada umur 15 tahun sebanyak 12 responden (24%), pada

usia 17 tahun terdapat 13 responden (26%). Monks memberi

batasan usia remaja, yaitu 12-21 tahun. Stanley Hall

mengatakan usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun

(Biswan dkk,2015). Semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan semakin matang dalam berfikir.

Hal ini karena umur 10 tahun keatas menunjukkan bahwa lebih

muda umur seseorang akan cepat mendapatkan pendidikan,

dengan demikian maka akan semakin cepat menerima

informasi. Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola fikir

seseorang, semakin bertambah usia seseorang maka akan

semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir

seseorang sehinga pengetahuan yang diperoleh semakin baik.

Thoyyibah (2014) dalam jurnal penelitiannya

mengatakan bahwa remaja yang berada dalam perkembangan

pada ukuran tubuh, kekuatan, psikologis, kemampuan

bereproduksi, mudah untuk termotivasi dan cepat belajar

diharapkan dapat menjadi bystander di lingkungannya

80
masing-masing. Karakteristik tersebut dapat ditemukan pada

remaja tingkat Sekolah Menengah Atas.

2) Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin merupakan suatu konsep analisis yang

digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan

perempuan, dilihat dari sudut biologis, yaitu aspek

social, budaya, maupun psikologis. Jenis kelamin tidak

mempengaruhi pengetahuan seseorang secara langsung, namun

dalam proses belajar jenis kelamin memiliki pengaruh untuk

kecerdasan emosional.

Hasil penetilian pada tabel 4.3 menunjukan perbedaan

antara jumlah responden laki-laki dan responden perempuan.

Responden laki laki berjumlah 19 responden (38%), dan

jumlah responden perempuan 31 responden (62%). Sedangkan

untuk karakteristik berdasarkan jenis kelamin tidak

terdapat hubungan atau pengaruh yang signifikan terhadap

tingkat motivasi seseorang, artinya baik pria maupun

wanita memiliki tingkat motivasi yang sama.

3) Kelas.

Penelitian ini dilakukan pada siswi kelas X dan XI IPA

dan IPS yang mengikuti ekstrakulikuler Pramuka dan Palang

Merah Remaja (PMR), populasi dari siswa-siswi yang

mengikuti Pramuka dan PMR yaitu 63 orang, tetapi yang

81
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden

yangs sudah memenuhi kriteria sebagai responden.

Kurangnya responden diakibatkan siswa-siswi ada yang tidak

masuk diakibatkan sakit, dan tidak bisa menjadi responden

sehingga sampelnya menjadi 50 responden.

Pada tabel 4.4 menunjukan bahwa kelas X lebih dominan

dengan jumlah 37 responden (74%). Sedangkan untuk kelas XI

dengan Jumlah 13 responden (26%).

2. Data Khusus.

1) Pengetahuan siswa-siswi mengenai resusitasi Jantung Paru

dalam keadaan gawat darurat sebelum (pre-test) diberikan

audiovisual Hands Only CPR

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebelum

diberikan pengtahuan audiovisual Hands Only CPR,

pengetahuan siswa-siswi mengenai Hands Only CPR

(Resusitasi Jantung Paru) sebagian besar pada kategori

kurang, hal ini salah satunya disebabkan oleh informasi

yang didapatkan siswa-siswi masih kurang karena responden

kurang aktif mencari informasi dari berbagai media

informasi meskipun beberapa responden sudah mengikuti

ekstrakulikuler PMR (Palang Merah Remaja ).

Hasil Penelitian menunjukan adanya varian usia pada

responden dimana banyak responden yang berusa 15-16 dan

82
juga responden dengan usia 17-18 tahun . Pada usia-usia

ini, pengetahuan responden akan baik apabila responden

tersebut rajin dan aktif untuk mencari berbagai

informasi. Pengetahuan juga dapat di peroleh dari

pengalaman-pengalaman informasi dari teman maupun dari

media elektronik dan media massa.

Sebelum dilakukan pemberian Audiovisual Hands Only

CPR, masih banyak yang salah dalam menjawab pertanyaan

nomor (apa yang dilakukan setelah diketahuikorban tidak

sadar ? ) dan pertanyaan nomor 4 (apabila seseorang

mengalami terlambat penolongan selama 4-5 menit apa yang

akan terjadi). Responden masih beranggapan bahwa yang

dilakukan saat menemukan pasien tidak sadar ialah dengan

segera memberikan pijat jantung 30 kali yang dimana

sebenarnya memanggil ambulans atau segera hubungi 911. Dan

pada pertanyaann nomor 4 (apabila seseorang mengalami

terlambat penolongan selama 4-5 menit apa yang akan

terjadi) responden beranggapan bahwa apabila seseorang

mengalami terlambat penolongan selama 4-5 menit maka yang

aan terjadi adalah henti jantung. Pada dasarnya saat

seseorang mengelami keterlambatan penolongan selama 4-5

menit maka pasien akan mengalami kematian pada batang otak

yang akan menyebabkan terganggunya sel-sel dan organ

lainnya . Untuk soal yang paling banyak terjawab benar

83
ialah pada soal nomor 1 dengan soal (menurut saudara

resusitasi jantung paru (pijat jantung paru) adalah ) dan

kebanyakan responden benar menjawab yaitu rangkaian

tindakan dimana seseorang melakukan pijat jantung untuk

menolong korban henti jantung).

Menurut Susanto (dalam Dian Eka Purnama) mengatakan

bahwa informasi yang diperoleh sangat memungkinkan

seseorang mengadopsi nilai-nilai dan pengetahuan yang

dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan. Salah satu

sumber informasi seseorang adalah melalui Pendidikan

kesehatan dengan audiovisual. Pengetahuan adalah segala

hal yang berkaitan dengan ingatan (recall) dan kemampuan

intelektual. (Notoadmodjo, 2005)

2) Pengetahuan siswa-siswi mengenai resusitasi Jantung Paru

dalam keadaan gawat darurat setelah(post-test) diberikan

audiovisual Hands Only CPR.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.5

menunjukkan perubahan pada tingkat pengetahuannya bahwa

setelah diberikan diberikan pengtahuan dengan audiovisual

Hands Only CPR, pengetahuan siswa-siswi mengenai Hands

Only CPR (Resusitasi Jantung Paru) sebagian besar berubah

dari kategori pengetahuan kurang menjadi katerogi

pengetahuan baik. Hasil tersebut menunjukan bahwa dalam

84
pengetahuan seseorang dapat diperlukan adanya pendidikan

kesehatan baik secara formal maupun nonformal.

Pelaksanaan Eksperimen dilaksanakan hingga 1-2 kali,

agar dapat melakukan recall memory,agar subjek penelitian

dapat menghafal apa yang sudah diterimanya. Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga (Notoadmojo,2012). Pemilihan audiovisual

sebagai media penyuluhan kesehatan dapat diterima dengan

baik oleh responden Penyuluhan dengan audiovisual

menampilan gerak, gambar dan suara sedangkan penyuluhan

dengan media cetak menampilkan tulisan dan suara penyuluh

secara langsung yang membuat terkesan formal.

Setelah dilakukan pemberian Audiovisual Hands Only

CPR, masih ada responden yang salah dalam menjawab

pertanyaan nomor 9 dengan pertanyaan (kapan pertolongan

pertama kepada korban henti jantung oleh relawan RJP

dihentikan?) masih ada yang menjawab apabila korban tetap

tidak bernafas,sedangkan jawaban yang tepat saat petugas

kesehatan telah datang ke lokasi. Ini mungkin terjadi

dikarenakan masih ada beberapa responden yang sedikit

kurang memperhatikan saat di putarkan audiovisual hands

only CPR sedangkan teman yang lainnya ada yang

85
memperhatikan dengan seksama. Pada hasil posttes masih ada

didapatkan responden yang memiliki pengtahuan kurang sama

seperti hasil pretest ini disebabkan pada saat pemberian

audiovisual hands only cpr responden duduk dibangku bagian

paling belakang dan menggunakan kaca mata dapat di lihat

responden memiliki gangguan dalam pengelihatannya sehingga

nilai dalam penentuan tingkat pengetahuannya hanya berubah

sedikit dan masih dalam tingkat kurang .

Perubahan Tingkat pengetahuan responden setelah

dilakukan pemberian pendidikan kesehatan dengan

audiovisual Hands Only CPR, memperkuat teori bahwa metode

yang tepat, materi yang sesuai dengan kemampuan responden,

dan media yang memadai menjadikan responden juga

memperoleh informasi yang tepat.Dengan pemberian

audiovisual Hands Only CPR , maka responden memiliki

pengalaman baru sehingga menjadikan pengetahuan responden

mengenai Resusitasi Jantung Paru menjadi baru bertambah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

telah dilakukan oleh Barr et al. (2010) dengan judul:

Effectiveness Of Educational Materials Designed To Change

Knowledge And Behaviors Regarding Crying And Shaken-Baby

Syndrome In Mothers Of Newborns: A Randomized, Controlled

Trial. Penelitian ini menggunakan booklet (11 halaman) dan

DVD (durasi 12 menit) untuk kelompok intervensi. Hasil

86
penelitian menyatakan bahwa rata-rata nilai pengetahuan

pada kelompok intervensi lebih tinggi dibanding dengan

nilai pengetahuan kelompok control.

Henti Jantung juga merupakan indikasi dilakukannya

resusitasi jantung paru. Pada saat henti jantung, secara

langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini

akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital lainnya

kekurangan oksigen.

3) Tabulasi silang Pengaruh Pendidikan Audiovisual Hands

Only CPR terhadap tingkat pengetahuan mengenai

resusitasi jantung paru dalan keadaan gawat darurat di

SMAN 3 Mataram

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa tingkat

pengetahuan responden sebelum diberikan perlakuan

pemberian audiovisual hands Only CPR ialah baik tidak ada

,cukup 16 orang,kurang 34 orang . Dalam keadaan ini

responden dengan pengetahuan baik tidak ada dikarenakan

responden belum pernah mendapatkan pengetahuan mengenai

Resusitasi Jantung Paru. Sebelumnya responden juga tidak

pernah berusaha untuk mencari tahu mengani Resusitasi

jantung paru tersebut baik melalui media elektronik

maupun media cetak. Sehingga responden hanya memiliki

pengetahuan cukup dan kurang,sebagian besar pengetahuan

87
manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoadmojo,2012).

Tingkat pengetahuannya setelah diberikan diberikan

pengtahuan dengan audiovisual Hands Only CPR, pengetahuan

siswa-siswi mengenai Hands Only CPR (Resusitasi Jantung

Paru) sebagian besar berubah dari kategori pengetahuan

kurang menjadi katerogi pengetahuan baik. Sebesar baik 36

responden,cukup 13 responden,dan kurang 1 responden.

Hasil tersebut menunjukan bahwa dalam pengetahuan

seseorang dapat diperlukan adanya pendidikan kesehatan

baik secara formal maupun nonformal. Pelaksanaan

Eksperimen dilaksanakan hingga 1-2 kali, agar dapat

melakukan recall memory,agar subjek penelitian dapat

menghafal apa yang sudah diterimanya. Pengetahuan

merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga (Notoadmojo,2012).

Dan dalam penelitian ini penggunaan audivisual

bertujuan untuk mengenalkan responden dan meningkatkan

pengetahuan responden mengenai resusitasi jantung paru.

Dalam penggunaan audiovisual bertujuan untuk dapat

dilihat langsung dengan didengar yang dimana dalam

88
belajar untuk peningkatan pengetahuan cara terseut bisa

dikatakan efektif untuk meningkatkan pengetahuan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Suharty dkk

pada tahun (2014) dengan judul Pengaruh pendidikan

kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap

tingkat pengetahuan tenaga kesehatan di Puskesmas Wori

Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Menggunakan

Desain penelitian one group pre test-post test design

untuk membandingkan pengetahuan tentang BHD sebelum dan

sesudah dilakukan pendidikan kesehatan, Sampel berjumlah

50 orang, teknik pengambilan data melalui kuesioner.

Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Rank test pada

responden yaitu terdapat pengaruh yang signifikan dengan

nilai p-value = 0,000 (α < 0,05). Kesimpulan bahwa ada

pengaruh pendidikan kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar

(BHD) terhadap tingkat pengetahuan tenaga kesehatan di

Puskesmas Wori Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara.

Rekomendasi : Pengembangan pengetahuan tenaga kesehatan

yang bertugas didaerah terpencil dan rawan bencana

tentang BHD dengan mengikuti pendidikan kesehatan berupa

seminar atau pelatihan yang berkaitan dengan Bantuan

Hidup Dasar secara berkala tiap tahun untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat.

89
Peranan orang awam maupun tenaga kesehatan sebagai

penemu pertama korban sangat berpengaruh. Meskipun

keterlambatan hanya beberapa menit jantung seseorang

berhenti, dapat memberi perbedaan antara hidup dan mati,

dan memberi bantuan sementara sampai mendapatkan

perawatan medis yang kompeten. (Thygerson, 2009).

4) Analisis pengetahuan siswi mengenai resusitasi Jantung

Paru sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) pemberian

audiovisual Hands Only CPR menggunakan uji wilcoxon

signed ranks.

Ada Pengaruh Pemberian Audiovisual Hands Only CPR

terhadap tingkat pengetahuan resusitasi jantung paru

dalam keadaan gawat darurat pada siswa-siswi SMAN 3

Mataram, dari hasil Uji wilcoxon signed ranks didapatkan

bahwa N atau jumlah data penelitian sebanyak 50 responden

dan nilai p value p value<α (0,000<0,05), maka Ha diterima

dan H0 ditolak.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media

audiovisual. Media audio visual adalah jenis media yang

mengandung unsur suara dan unsur gambar. Semisal rekaman

video, rekaman film, slide suara, dan lain sebagainya.

kemampuan media ini dianggap lebih baik dan menarik

(Sanjaya 2010,dalam Mulyadi dkk 2018. Disini peneliti

menggunakan video yang didalamnya disertai oleh gambar

90
yang berjalan dan suara. Dalam jangkauan jarak melihat

kejelasan dari materi ataupun gambar dari audiovisual

bisa menyeluruh terlihat karena walaupun dari jauh masih

dapat di lihat oleh responden tergantung dari

proyektornya kita atur kembali.

Menurut Susanto (dalam Dian Eka Purnama.2013)

mengatakan bahwa informasi yang diperoleh sangat

memungkinkan seseorang mengadopsi nilai-nilai dan

pengetahuan yang dapat mempengaruhi pola pikir dan

tindakan. Salah satu sumber informasi seseorang adalah

melalui pendidikan kesehatan yang dalam penelitian ini

menggunakan audivisual sebagai media untuk memberikan

pendidikan kesehatan.

c. Keterbatasan penelitian

a. Peneliti terkendala lamanya waktu yang tersedia untuk

mengumpulkan responden untuk penelitian dikarenakan

terbentur dengan adanya 1 minggu tidak latihan menjelang

Ujian Tengah Semester, Ujian tengah semester dan adanya

persiapan kelas XII untuk melakukan Ujian Sekolah dan Ujian

Nasional yang membuat sekolah diharuskan steril.

91
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian

maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMAN 3 Mataram

diberikan audiovisual Hands Only CPR , diperoleh hasil

bahwa tingkat pengetahuan responden dominan berada pada

tingkat pengetahuan kurang dengan presentase 34 orang

(68%)dan presentasi dengan pengetahuan cukup yaitu 16

orang (32%).

2. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMAN 3 Mataram sesudah

diberikan audiovisual Hands Only CPR, diperoleh bahwa

perubahan tingkat pengetahuan responden berada pada

tingkat pengetahuan baik dengan presentasi 36 orang(72%),

pengetahuan cukup 13 orang (26), dan pengetahuan kurang 1

orang (20%).

3. Ada Pengaruh pemberian audiovisual Hands Only CPR

terhadap pengetahuan dari siswa-sisw SMAN 3 Mataram .

Berdasarkan uji hasil statistic dengan willcoxon dengan

nilai p-value 0,000 nilai lebih kecil dari pada α: 0.05.

92
B. SARAN

1.Bagi Ekstrakulikuler Pramuka dan PMR (Palang Merah R

emaja)

Bila diperlukan untuk pelaksanaan pendidikan

kesehatan mengenai resusitasi jantung paru yang merupakan

bagian dari bantuan hidup dasar. Agar bisa dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan siswa-siswi mengenai cara yang

tepat untuk memberikan pertolongan pertama bagi korban

keadaan gawat darurat.

2. Bagi SMAN 3 Mataram

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

acuan dan dapat digunakan untuk memberikan pengetahuan

kembali kepada siswa-siswi mengenai resusitasi jantung

paru Hands Only CPR

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu institusi pendidikan dapat

menggunakan penelitian ini untuk menambah dan

mengembangkan literatur dalam pendidikan keperawatan Gawat

darurat.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

93
Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai Pengaruh

pemberian Short Course Hands Only CPR terhadap tingkat

pengetahuan siswa-siswi terhadap resusitasi jantung paru

dalam penanganan tindakan gawat darurat dan juga

melanjutkan penelitian ini dengan jumlah sampel yang lebih

besar dari penelitian sebelumnya.

94
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi


VI. Jakarta. Salemba Medika
AHA. 2015. Fokus Utama Pembaruan Pedoman: 2015 American Heart
Association (AHA) Guidelines Update for Cardiopulmonary
Resuscitation (CPR) and Emergency Carrdiovascular Care (ECC).
Texas: AHA
American College of Emergency Physicians. 2013. Emergency Medical
Treatment and Labor (EMTALA). [diakses 30 Desember 2016].
Tersedia dari: www.acep.org/News-media-top-banner/EMTALA.
Arianti, Ni luh Novita, (2015). Pengaruh Pemberian Teori Bantuan Hidup
Dasar terhadap Pengetahuan dan Sikap Anggota PMR dalam
mengahadapi Kejadian Gawat Darurat di SMAN 1 Narmada: STIKES
Mataram. Mataram
Berg RA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF,
et al. 2010. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American
Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular Care.
Cahaya, Niko. dkk. Jurnal keperawatan (2016). Gambaran tingkat
pengetahuan masyarakat awam tentaang penanganan penderita Henti
Jantung Di Desa Gunungan Canan Wedi Klaten : Fikkes UNIMU
Departemen Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Jakarta : Departemen Kesehatan
Hazinski MF, Nolan JP, Aickin R, Bhanji F, Billi JE, Callaway CW, et
al. 2015. Part 1: Executive Summary: 2015 International
Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care Science with Treatment Recommendations.
Circulation. Terjemahan .
Kemenkes RI. 2013. Pusat Data dan Informasi Kementrian RI.

Lontoh, C. 2013. Pengaruh Pelatihan Teori Bantuan Hidup Dasar Terhadap


Pengetahuan Resusitasi Jantung Paru Siswa-Siswi SMA Negeri 1
Toili. Skripsi. Manado : Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
Muhammad,Fadel. 2017. perbedaan pengetahuan penatalaksanaan awal kasus
kegawatdaruratan medis sebelum dan sesudah pendidikan dan

95
analisis keterampilan pada agen MANTAP desa Munca Kabupaten
Pasuwaran Lampung : Univ Lampung
Humardani A. 2013. Hubungan Pengetahuan tentang Peran Perawat UGD dengan
Sikap dalam Penanganan Pertolongan Pertama pada Pasien Gawat
Darurat Kecelakaan Lalulintas.Ponorogo: Univ. Muhammadiyah
Ponorogo.
Hidayat, A.A.A. 2017. Metodologi Penelitian Keperawatan Dan
Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Jahja, Yudrik, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana, 2011
Jatmika, Sidik, Genk Remaja, Anak Haram Sejarah ataukah Korban
Globalisasi?, Yogyakarta: Kanisius, 2010
Jms 119. 2013. Jakarta Medical service 119 Training Devision .
Prof.Dr.Azhar Rasyad,2013,Media Pembelajaran,Depok:PT RAJAGRAFINDO
PERASADA.
Mulyadi, Febry Fahreza, dan Rendi Julianda.2018. Penggunaan media audio
visual dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi usaha dan
kegiatan ekonomi di Indonesia pada siswa kelas V SD Negeri
Langung Kabupaten Aceh Bara
http://garuda.ristekdikti.go.id/journal/issue/11623/%20Vol%209
,%20No%201%20(2018)

Monks, Et Al. 2002. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai


Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep dengan
pendekatan Nanda, nic, noc. Yogyakarta: Nusa Medika
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta :
PT Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatanndan Ilmu Perilaku. Jakarta : Pt
Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Kesehatan. Jakarta : Pt Rineka Cipta
World Health Association. (WHO). 2010. Risk Reduction And Emergency
Preparedness. Printed By The WHO Document Production.
Shinta A. A. Ngirarung dkk. 2017. Pengaruh Simulasi Tindakan Resusitasi
Jantung Paru (RJP) Terhadap Tingkat Motivasi Siswa Menolong
Korban Henti Jantung di SMA Negeri 9 Binsus Manado : Univ Sam
Ratulangi Manado
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

96
Suharsono, Toni. Ningsih, Dewi Kartikawati. 2012. Penatalaksanaan Henti
Jantung di Luar Rumah Sakit Sesuai dengan Algoritma AHA 2010
Edisi Revisi. UMM Press : Malang
St. John Ambulance. 2016. First Aid Training. Tersedia dari:
http://www.sja.org.uk.
Stikes Mataram. 2018.Buku Panduan Skripsi Stikes Mataram 2018/2019.
Mataram
Thygerson, Alton.(2009). First Aid: Pertolongan Pertama Edisi Kelima.
Jakarta:Penerbit Erlangga

97
MASTER TABEL

PENGARUH PEMBERIAN AUDIOVISUAL HANDS ONLY CPR TERHADAPP TINGKAT PENGETAHUAN RESUSITASI JANTUNG
PARU DALAM KEADAAN GAWAT DARURAT PADA SISWA-SISWI

DI SMAN 3 MATARAM

Umur JenisKelamin Kelas Pretest Posttest Selisih


Angka Kategori Angka Kategori
1 16 P XI 55 Kurang 73 Cukup 18
2 16 P X 55 Kurang 91 Baik 36
3 16 P X 55 Kurang 64 Cukup 9
4 15 P X 45 Kurang 82 Baik 37
5 16 L X 45 Kurang 55 Kurang 10
6 17 P X 55 Kurang 91 Baik 36
7 15 P X 45 Kurang 82 Baik 7
8 16 L X 45 Kurang 82 Baik 7
9 15 P X 55 Kurang 82 Baik 27
10 16 P X 45 Kurang 82 Baik 7
11 17 L XI 36 Kurang 100 Baik 64
12 16 L XI 36 Kurang 64 Cukup 28
13 17 L XI 55 Kurang 100 Baik 45
14 16 L X 55 Kurang 100 Baik 45
15 17 P XI 55 Kurang 100 Baik 45
16 17 L XI 45 Kurang 100 Baik 55
17 15 L X 36 Kurang 64 Cukup 28
18 17 L XI 55 Kurang 73 Cukup 18
19 17 L XI 55 Kurang 82 Baik 27
20 15 L X 55 Kurang 91 Baik 36
21 16 P XI 45 Kurang 82 Baik 37
22 16 L X 36 Kurang 100 Baik 64

98
23 17 P X 36 Kurang 64 Cukup 28
24 16 P X 36 Kurang 64 Cukup 28
25 16 P X 36 Kurang 73 Cukup 37
26 15 P X 36 Kurang 91 Baik 55
27 16 L X 36 Kurang 100 Baik 64
28 17 P XI 55 Kurang 82 Baik 37
29 16 L X 36 Kurang 73 Cukup 37
30 15 P X 55 Kurang 73 Cukup 18
31 17 P X 36 Kurang 82 Baik 46
32 16 L X 64 Cukup 82 Baik 18
33 14 P X 64 Cukup 100 Baik 36
34 16 P X 64 Cukup 91 Baik 27
35 16 P X 73 Cukup 100 Baik 27
36 16 P X 73 Cukup 91 Baik 18
37 16 P X 64 Cukup 91 Baik 27
38 15 P X 73 Cukup 91 Baik 18
39 16 P X 73 Cukup 100 Baik 27
40 16 P X 64 Cukup 100 Baik 36
41 15 L X 73 Cukup 100 Baik 27
42 15 P X 73 Cukup 100 Baik 27
43 17 L XI 64 Cukup 82 Baik 18
44 16 P X 64 Cukup 100 Baik 36
45 15 L X 36 Kurang 73 Cukup 37
46 16 P XI 55 Kurang 64 Cukup 9
47 15 P X 55 Kurang 73 Cukup 18
48 17 P XI 73 Cukup 91 Baik 18
49 17 P X 73 Cukup 91 Baik 18
50 16 L X 64 Cukup 82 Baik 18
54,08 84,88 29,92

Rata- Rata- Rata-


Rata Rata Rata

99
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMBERIAN AUDIOVISUAL HANDS ONLY CPR (PIJAT


JANTUNG PARU)

• Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan


untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan
jantung guna kelangsungan hidup pasien
• Media audio visual adalah jenis media yang
1. PENGERTIAN mengandun unsur suara dan unsur gambar.
Semisal rekaman video, rekaman film, slide
suara, dan lain sebagainya.

• Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru


• membangkitkan minat dan keinginan yang baru,
2. TUJUAN motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan
bahkan membawa pengaruh psikologis pada
siswa
1) Henti nafas
3. INDIKASI
2) Henti jantung

PROSEDUR KERJA

A. PERSIAPAN ALAT

ALAT :

1. LCD
2. Laptop
3. Speaker(pengeras suara)
4. Video Hands Only CPR
B. PERSIAPAN

Tahap Pra Interaksi

1. Persiapan alat
2. Mengucapkan salam

100
Tahap Orientasi

1. Mmberikan salam sebagai pendekatan


terapeutik
2. Memberikan pertanyaan apersepsi
3. Mengkomunikasikan apersepsi
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
pada klien/keluarga
C. LANGKAH KERJA

1. Memberikan selebaran pre-test pada


siswa-siswi
2. Memutarkan kedua Audiovisual Hands Only
CPR selama 2 kali yang menjelaskan
mengenai :

a. Memberikan pertlongan pada orang yang


tidak sadarkan diri dengan 2 langkah
mudah . (telfon 911 dan berikan
kompresi dada )
b. Saat temukan orang yang tisak
sadarkan diri maka cek kesadaran
pasien dengan cara :
a) Memanggil nama
b) Menanyakan keadaannya
c) Menggoyangkan bahu
pasien/mencubit pasien
d) Jika pasien tidak sadar/tidak
ada respon, aktifkan telfon
(911)
c. Berikan kompresi dada pada korban
dengan hitungan 100-110 x / menit
dengan cara :
a) Penolong berlutut di samping
korban
b) Letakkan tangan yang dominan
ditengah dada korban
c) Meletakkan tangan yang lain
diatas tangan dominan dengan
jari-jari saling mengunci
dengan lengan tegak lurus.
d) Berikan kompresi dengan
menekan cepat dan kuat dengan
kedalaman 4-5 cm
e) Perhatikan kembalinya dinding
dada saat melakukan kompresi

101
Hal-hal ang perlu diperhatikan

1) Lakukan RJP BC sampai :


- Timbul nafas spontan
- Diambil alih alat/petugas lain
- Penolong tidak mampu atau sudah 30
menit tidak ada respon
Kompresi jantung luar dilakukan dengan cara
:

Dewasa

1. Penekanan menggunakan dua pangkal


telapak tangan dengan
2. Penekanan pada daerah sternum
3. Kedalaman tekanan 3-5 cm
4. Frekuensi penekanan 100-110 kali per
menit
Anak

a. Penekanan menggunakan satu pangkal


telapak tangan
b. Kedalaman tekanan 2 – 3 cm
c. Frekuensi penekanan 100-110 kali per
menit

d. Penjelasan mengenai golden period bagi


korban henti jantung dan henti nafas .
e. Penjelasan fungsi memberikan kompresi
dada pada korban henti jantung dan henti
napas.

102
D. TAHAP TERMINASI

1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru


dilakukan dengan memberikan post test
2. Berikan reinforcement positive
3. Berpamitan dengan siswa-siswi
4. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat

103
Lampiran 1

JADWAL PENYELESAIAN SKRIPSI

No Kegiatan Tahun 2018 Tahun 2019


Bulan Bulan
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
1 Bimbingan
judul √
Proposal
2 Survei √
pendahuluan

3 ACC Judul √
4 Bimbingan √ √
Materi
Proposal
5 Seminar √
Proposal
6 Revisi √
Proposal
7 Pelaksanaan √ √
Penelitian
8 Bimbingan √ √
Skripsi
9 Seminar dan √
Ujian Hasil
10 Revisi √
Skripsi

Mataram, Desember, 2018

Peneliti

104
Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Siswa-Siswi

SMAN 3 Mataram

Dengan Hormat,

Peneliti adalah mahasiswa STIKES Mataram yang akan melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Audivisual Hands

Only CPR terhadap tingkat pengetahuan pada siswa-siswi SMAN 3

Mataram ”.

Dengan Identitas sebagai berikut :

Nama : Ni Made Febri SUardiantini

NPM : 015.01.3209

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl Reformasi III blok G No 132 BTN BHP

Labuapi

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan

menyelesaikan tugas akhir program studi S1 Keperawatan STIKES

Mataram.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

105
Pengaruh Pemberian Audivisual Hands Only CPR terhadap tingkat

pengetahuan dalam keadaan gawat darurat pada siswa-siswi SMAN 3

Mataram pada Tahun 2019”

Apabila Saudari bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini,

diharapkan untuk menandatangani pada lembar pernyataan menjadi

responden (Terlampir).

Atas kesediaan dan kerjasama Saudari, peneliti mengucapkan

banyak terimakasih.

Hormat saya,

Ni Made Febri Suardiantini

106
Lampiran 3

PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

No. Responden :

Umur :

Kelas :

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian

yang berjudul “Pengaruh Pemberian Audivisual Hands Only CPR

terhadap tingkat pengetahuan dalam keadaan gawat darurat pada

siswa-siswi SMAN 3 Mataram pada Tahun 2019”

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesadar dan tanpa

paksaan dari pihak manapun, serta agar dipergunakan sebagaimana

mestinya.

MATARAM,.........2019

Responden

107
Kuisioner Pengetahuan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Silahkan lengkapi kuesioner berikut ini. Kuesioner ini
terdiri dari tiga bagian, silahkan baca petunjuk pengisian
pada tiap-tiap bagian.
A. DATA DEMOGRAFI
Petunjuk pengisian:
Silahkan jawab pertanyan berikut dengan cara
melingkari (O), menyilang (X) atau menulis jawaban
yang sesuai dengan pertanyaan.
1. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan* (* coret
yang tidak diperlukan)

2. Usia : tahun

3. Apakah anda pernah mendapatkan pelatihan tentang


Cardiopulmonary Resucitation (RJP) sebelumnya?

a. Belum Pernah b. Pernah

B. KUESIONER
a. Pengetahuan
Petunjuk Pengisian :
Silahkan jawab pertanyan berikut dengan cara
melingkari (O) atau menyilang (X) jawaban yang menurut
Anda paling sesuai.
1. Menurut saudara Resusitasi Jantung Paru (Pijat
Jantung Paru) adalah:
a. Rangkaian tindakan dimana seseorang melakukan
P3K sebagai upaya untuk menolong korban yang
kecelakaan
b. Rangkaian tindakan dimana seseorang melakukan

108
pijat jantung dan nafas buatan untuk menolong
korban henti jantung
c. Rangkaian tindakan dimana seseorang menolong
seseorang yang tiba-tiba pingsan seperti
memberikan minyak angin

2. Berapaka kali pemjatan yang seharusnya dilakukan


untuk Hands Only cpr ( Penyelamatan dengn satu
orang) ?
a. 100 – 110 x/menit
b. 100-125 x/menit

c. 100-120 x/menit

3. Apa yang dilakukan setelah diketahui korban tidak


sadar?
a. Segera menghubungi layanan kesehatan /
memanggil bantuan 911 /ambulans
b. Mengecek pernafasan korban
c. Segera melakukan pijat jantung 30 kali

4. Apabila seseorang telat memberikan pertolongan


lebih dari 4-5 menit maka apa yang akan terjadi ?
a. Akan menyebabkan mulainya kematian sel otak
b. Gangguan pernafasan

c. Menyebabkan henti jantung

5. Mengapa tatalaksana pijat jantung paru dapat


menyelamatkan nyawa korban yang ditolong?
a. Karena keadaan yang kritis seperti adanya
pendarahan yang mengancam nyawa dapat

109
dihindari
b. Karena fungsi jantung untuk mengalirkan darah
keseluruh tubuh secara sementara digantikan
c. Karena RJP dapat menggantikan fungsi darah

6. Sifat dari Henti jantung adalah:

a. Mengancam nyawa dalam hitungan hari dapat


menimbulkan kematian
b. Mengancam nyawa dalam hitungan jam dapat
menimbulkan kematian
c. Mengancam nyawa dalam hitungan menit dapat
menimbulkan kematian

7. Manfaat Pijat Jantung yang dilakukan oleh Relawan


RJP terhadap kemungkinan selamat korban yang
ditolong adalah?
a. Mampu menjamin kelangsungan hidup korban yang
ditolong walaupun dalam kondisi buruk
b. Mampu meningkatkan kemungkinan korban untuk
selamat dari serangan menjadi 2 hingga 3 kali
lipat
c. Hanya membantu saja, tidak berhubungan dengan
tingkat keselamatan hidup korban

8. Prinsip melakukan Pijat Jantung dalam tatalaksana


Resusitasi Jantung Paru (RJP) kepada korban henti
jantung adalah:
a. Tekan secepat mungkin
b. Tekan lambat tapi kuat
c. Tekan cepat dan kuat

110
9. Kapan pertolongan kepada korban henti jantung
oleh Relawan RJP dihentikan?
a. Setelah Polisi datang di lokasi kejadian
b. Saat petugas kesehatan telah datang ke lokasi
c. Apabila korban tetap tidak bernafas

10. Sebelum melakukan Pijat Jantung Paru prinsip yang


harus kita jaga adalah …
a. 3A (aman diri, aman lingkungan dan aman pasien)
b. 3B (benar pasien, benar cara penanganan dan
benar obat)
c. 3C (cepat, cekatan dan cakep)

11. Lokasi yang tepat untuk melakukan pijat jantung


adalah:
a. Di antara tulang rusuk 1 dan 2
b. Di tengah dada
c. Di bawah dadaL

111
NPAR TEST
/WILCOXON=sebelum WITH sesudah (PAIRED)

/MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet0]

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

pengetahuan siswa-sisswi - Negative Ranks 0a .00 .00


pemberian audiovisuL Hands
Positive Ranks 50b 25.50 1275.00
Only CPR
Ties 0c

Total 50

a. pengetahuan siswa-sisswi < pemberian audiovisuL Hands Only CPR

b. pengetahuan siswa-sisswi > pemberian audiovisuL Hands Only CPR

c. pengetahuan siswa-sisswi = pemberian audiovisuL Hands Only CPR

Test Statisticsb

pengetahuan
siswa-sisswi -
pemberian
audiovisuL
Hands Only CPR

Z -6.171a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

112
DOKUMENTASI

113
114
HARI KE DUA

115
116

Anda mungkin juga menyukai