Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali
yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul skenario TERSEDAK
Pembuatan makalah ini kami ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
menyimak, namun dalam pembuatan rangkuman ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu
kami memohon kepada pembaca rangkuman ini sudi kiranya untuk memberikan kritik dan
saran yang sifatnya konstruktif demi perbaikan pembuatan rangkuman selanjutnya .
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
1. Yang terhormat dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi kepada kami
sehingga terbentuknya rangkuman ini.
2. Kepada teman-teman satu angkatan yang telah memberikan moril maupun materil
sehingga bisa terwujudnya rangkuman kecil ini.
Rupanya tak ada gading yang tak retak begitulah kata kata yang kami pantas
ucapkan demi penyempurnaan pembuatan pembuatan rangkuman dimasa yang akan datang.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar Makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, Mei 2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..1
DAFTAR ISI2
Skenario....3
BAB I PENDAHULUAN....4
Latar Belakang..4
Step 1....5
Step 2....5
Step 3....5
Step 4....6
Step 5....7
Step 67
STEP 7 .8
BAB III PENUTUP.....24
Kesimpulan..24
DAFTAR PUSTAKA ..26

SEMESTER VI MODUL-21
(KEDARURATAN MEDIK)
SKENARIO 1
TERSEDAK
Seorang anak laki laki umur 5 tahun dibawa oleh ibunya ke IGD karena tersedak
biji rambutan. Pada pemeriksaan fisik terlihat keadaaan umum anak tersebut terlihat sesak,
pucat dan kebiruan. Oleh dokter yang sedang bertugas langsung dilakukan tindakan
pembebasan jalan nafas dan bantuan pernafasan sebelum di konsul ke dokter ahli.

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Istilah pernafasan yang lazim digunakan mencakup 2 proses : pernafasan luar
(eksterna) yaitu penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari tubuh secara
keseluruhan serta pernafasan dalam (interna), yaitu penggunaan oksigen dan pembentukan
karbondioksida oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair
sekitarnya. Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas (paru-paru) dan sebuah pompa
ventilasi paru. Pompa ventilasi terdiri dari dinding dada, otot-otot pernafasan, pusat
pernafasan diotak yang mengendalikan otot pernafasan.
Pada keadaan istirahat, frekuensi pernafasan manusia normal berkisar antara 12 15
kali permenit. Satu kali pernafasan , 500 ml udara, atau 6 8 L udara per menit dimasukan
dan dikeluarkan dari paru-paru. Udara ini akan bercampur dengan gas yang terdapat dalam
alveoli, dan selanjutnya oksigen masuk ke dalam darah di kapiler paru, sedangkan
karbondioksida masuk ke dalam alveoli, melalui proses difusi sederhana. Dengan cara ini,
250 mL oksigen per m,enit masuk ke dalam tubuh dan 200 mL karbondioksida akan
dikeluarkan.
Jalan napas sangat penting kita pertahankan supaya oksigenasi dari atmosfer yang
masuk dan karbondioksida yang keluar dapat berjalan lancar. Oksigenasi yang tidak lancar
salah satunya bisa disebabkan karena adanya sumbatan jalan napas (Obstruksi jalan napas).
Hal ini bisa dikatakan sebagai pembunuh tercepat jika dibandingkan dengan permasalahan
pada breathing dan circulation. Breathing dapat di optimalkan jika airway sudah paten atau
baik. Sumbatan pada jalan napas itu sendiri dibedakan menjadi sumbatan total dan parsial.

STEP 1
1. Snoring : suara seperti mengorok
2. Gurgling : suara seperti berkumur
3. Crowning : suara seperti bersiul

STEP 2
1.
2.
3.
4.

Anak laki laki 5 tahun tersedak biji rambutan


Sesak, pucat dan kebiruan
Dijumpai crowning (+)
Oleh dokter dilakukan pembebasan jalan nafas dan bantuan pernafasan

STEP 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa penyebab sesak, pucat, dan kebiruan pada anak ?


Cara melakukan tindakan pembebasan jalan nafas ?
Bantuan pernafasan seperti apa yang diberikan kepada pasien ?
Penyebab crowning ?
Pemeriksaan selain pada skenario ?
Penatalaksanaan awal pada skenario ?

Jawab :
1. Tersedak : ketika ada benda asing masuk ke sistem pernafasan
Sesak : benda asing mengahalangi jalan nafas, respirasi udara yang susah dikeluarkan
(inspirasi dan ekspirasi terhambat)
Pucat : kurangnya pasukan oksigen
Kebiruan : semakin lama terjadinya obstruksi jalan nafas pasoka udara semakin
berkurang dan dikarenak CO2 mengumpul dan menyebar ke peredearan darah hingga
2.
3.
4.
5.
6.

menunjukan tanda kebiruan.


Pukul pukul daerah punggung anak > batuk > lihat apakah airway bebas atau tidak
Diberikan oksigen dengan konsentrasi tinggi
Biji menyumbat di trakea > trakea membengkak > crwoning
CT scan
Airway : pembebasan jalan nafas
Breathing : lihat bagaimana atau dalamnya pernafasan
Circulation : nilai apakah ada sumber perdarahan eksternal atau internal
Disability : menilai tingkat kesadaran
Exposure : bebaskan pasien dari posisi tidak nyaman

STEP 4
Anak laki laki 5
5
tahun

Tersedak biji
rambutan
Obstruksi jalan
nafas

O2 menurun

Sesak
Pucat
Kebiruan
crowning

Pembebasan jalan
nafas

STEP 5

Obstruksi total dan parsial


Penatalaksanaan kegawatdaruratan jalan nafas

STEP 6
Belajar Mandiri

Hambatan jalan
nafas total dan
parsial

BAB II
PEMBAHASAN
STEP 7
Obstruksi Total
Korban jika mengalami sumbatan total itu bisa dalam keadaan sadar maupun tidak
sadar. Seperti halnya pada korban saat makan kemudian tertelan benda asing (makanan) yang
menyumbat jalan napas secara tiba-tiba, maka akan terjadi sumabatan total akut. Sumbatan
total juga bisa terjadi secara perlahan (insidious) yang diawali dari sumbatan parsial terlebih
dahulu, misalnya adanya akumulasi darah di jalan napas yang tidak ditangani dengan segera.
Sumbatan karena benda asing pada jalan napas sering disebut dengan istilah Foreign Body
Airway Obstruction (FBAO) (YAGD 118, 2011). Korban sadar yang tersedak biasanya dapat
ditangani dengan cepat jika orang yang ada disekitarnya mengenali tanda-tanda kegawatan
yang timbul saat korban tersebut tersedak.
Kunci keberhasilan dalam penanganan korban yang tersumbat benda asing adalah
tanda-tanda bahwa korban tersebut tersumbat jalan napasnya oleh benda asing. Tanda-tanda
korban yang FBAO antara lain korban akan kesulitan bernapas, batuk yang tidak bersuara,
tidak dapat bersuara, sianosis bahkan tidak dapat bernapas. Selain itu juga bisa terlihat korban
akan memegang lehernya. Jika ditemukan kasus seperti ini, harus segera ditanyakan pada
korban apakah anda tersedak?, jika korban mengangguk berarti korban mempunyai
sumbatan di jalan napas. Segera lakukan teknik membebaskan jalan napas dari sumbatan
benda asing, yaitu pada orang dewasa dengan cara :

Lakukan Heimlich maneuver pada korban sampai benda asing keluar


Jika benda terlihat, lakukan sapuan jari
Aktifkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Cek nadi, jika tidak teraba lakukan resusitasi jantung paru

Cara melakukan Heimlich maneuver dengan posisi korban berdiri atau duduk adalah tangan
kita, kita lingkarkan ke pinggang korban. Posisi tangan kita berada dibawah prosesus
xipoideus (PX) dan diatas umbilicus korban. Korban kita buat sedikit roboh kedepan. Tangan
kiri yang melekat pada perut korban dikepalkan dan tangan kanan berada diatas tangan kiri
kita. Setelah itu tekan yang kuat pada daerah perut korban dengan cepat dari arah dalam
keatas. Jika posisi korban supinasi dan tidak sadar, maka posisi kita adalah berlutut atau
mengangkangi paha klien. Lengan kiri kita diatas lengan kanan atau sebaliknya sesuai dengan
kekuatan tangan dengan posisi dibawa PX dan diatas umbilicus korban. Kemudian dorong
dengan cepat dari arah dalam keatas.

Sumbatan juga bisa terjadi pada anak dan bayi. Angka kematiannya pun cukup tinggi
yaitu sekitar 90% pada anak < 5 tahun. Sedangkan pada bayi 65% terjadi karena adanya
8

aspirasi cairan. Sumbatan jalan napas bisa terjadi pada anak, karena anak cenderung
mempunyai kebiasaaan untuk memasukkan apapaun yang ada berserakan dilantai ke mulut
anak seperti makanan kecil, permen, mainan kecil dan lain sebagainya. Tanda yang bisa
dikenali, jika sumbatannya ringan pada anak, maka anak masih dapat batuk dan bersuara,
tetapi sulit bernapas. Jika sumbatannya berat, maka korban tidak dapat batuk dan bersuara.
Jika sumbatan ringan, jangan dilakukan apapun, biarkan korban secara fisiologis
membersihkan jalan napasnya sendiri dengan batuk.
Sumbatan yang berat pada anak dapat dilakukan penatalaksanaan dengan Heimlich
maneuver sampai benda tersebut keluar. Sedangkan pada bayi yang masih sadar, bisa
dilakukan back blowssebanyak 5 kali yang diikuti dengan 5 x chest thrust berulang-ulang
sampai benda keluar atau jatuh tidak sadar. Jika bayi tidak sadar dan nadi tidak teraba, maka
lakukan resusitasi jantung paru (RJP). Dan saat melakukan ventilasi, pastikan bendanya
sudah tidak menyumbat jalan napas. Sapuan jari tidak direkomendasikan jika benda tidak
tampak pada faring karena hal ini akan mendorong benda tersebut masuk kedalam orofaring
dan menyebabkan kerusakan pada organ tersebut.
Caranya back blows dan chest thrust pada bayi adalah :

bayi posisi pronasi diatas lengan bawah tangan kanan kita.


pegang rahang bayi untuk menopang kepala bayi dengan tangan kanan.
Lakukan back blow dengan tumit tangan kiri kita dengan kuat di antara tulang

belikat korban sebanyak 5 kali


kemudian posisi bayi dirubah ke posisi supinasi, dengan tangan kiri menopang

kepala dan leher bayi yang ditempatkan diatas paha kita.


lakukan chest thrust dengan posisi jari setingkat dibawah nipple bayi dan jari
tengah dan manis disternum bayi untuk memberikan tekanan saat chest trust.
Dilakukan sampai benda asing keluar.

Obstruksi Parsial
Pada obstruksi parsial, korban masih bisa bernapas, dam masih bisa bersuara. Selain
itu adanya sumbatan parsial juga menimbulkan berbagai suara tergantung dengan
penyebabnya. Seperti halnya suara Gurgling yang timbul karena adanya cairan dijalan
napas seperti akumulasi darah, sekret, aspirasi lambung dan lain-lain. Hal ini biasa diatasi
dengan cara penghisapan atau disebut juga suction. Selain itu ada suara Snoring yang
timbul seperti suara mengorok yang biasanya bisa terjadi pada korban yang tidak sadar yang
menyebabkan lidah jatuh ke belakang. Suara ini juga bisa terjadi jika korban terjadi patah
tulang rahang bilateral. Hal ini bisa diatasi secara manual atau dengan alat untuk menahan
lidah jatuh ke belakang. Ada juga suara Crowing atau Stridor yang disebabkan karena
penyempitan larink atau trakea akibat adanya edema atau bisa juga desakan neoplasma.
Edema bisa terjadi jika terkena luka bakar dan radang. Hal ini bisa diatasi dengan kolaborasi
trakeostomi.
Kegawat Daruratan dalam Sistem Respirasi
Kegawat daruratan dalam sistem respirasi terbagi menjadi dua jenis yaitu :
A Kegawatdaruratan pada gangguan jalan napas (airway)
B Kegawatdaruratan pada gangguan ventilasi (breathing)

10

A Kegawat daruratan pada gangguan jalan napas (airway)


Obstruksi jalan napas
Tanda-tanda sumbatan jalan napas
Pada keadaan penderita yang masih bernafas, mengenali ada tidaknya sumbatan jalan
napas dapat dilakukan dengan cara lihat (look), dengar (listen), dan raba (feel).
Lihat (look)
Tentukan apakah pasien mengalami agitasi atau penurunan kesadaran. Agitasi
menunjukkan kesan adanya hipoksemia yang mungkin disebabkan oleh karena
sumbatan jalan napas, sedangkan penurunan kesadaran member kesan adanya
hiperkarbia yang mungkin disebabkan oleh hipoventilasi akibat sumbatan
jalan napas.
Perhatikan juga gerak dada dan perut saat bernapas, normalnya pada posisi
berbaring waktu inspirasi dinding dada dan dinding perut bergerak keatas dan
waktu ekspirasi dinding dada dan dinding perut turun. Pada sumbatan jalan
napas total dan parsial berat, waktu inspirasi dinding dada bergerak turun tapi
dinding perut bergerak naik sedangkan waktu ekspirasi terjadi sebaliknya.
Gerak nafas ini disebutsee saw atau rocking respiration.
Adanya retraksi sela iga, supra klavikula atau subkostal merupakan tanda
tambahan adanya sumbatan jalan napas. Sianosis yang terlihat di kuku atau
bibir menunjukkan adanya hipoksemia akibat oksigenasi yang tidak adekuat.
Pada penderita trauma perlu dilihat adanya deformitas daerah maksilofasial
atau leher serta adanya gumpalan darah, patah tulang, gigi, dan muntahan yang
dapat menyumbat jalan nafas.
Dengar (listen)
Didengar suara nafas dan ada tidaknya suara tambahan. Adanya suara napas
tambahan berarti ada sumbatan jalan nafas parsial. Suara nafas tambahan
berupa dengkuran (snoring), kumuran (gargling), atau siulan
(crowing/stridor). Snoring disebabkan oleh lidah menutup orofaring, gargling
karena secret, darah, atau muntahan dan crowing/stridor karena anya
penyempitan jalan napas karena spasme, edema, dan pendesakan.
11

Raba (feel)
Dirabakan hawa ekspresi yang keluar dari lubang hidung atau mulut, dan ada
tidaknya getaran di leher waktu bernapas. Adanya getaran di leher
menunjukkan sumbatan parsial ringan. Pada penderita trauma perlu diraba
apakah ada fraktur di daerah maksilofasial, bagaimana posisi trachea.
B Kegawatdaruratan pada Gangguan Ventilasi
Gagal nafas adalah ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial
normal O2 dan atau CO2 didalam darah. Gagal nafas adalah suatu kegawatan yang
disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida, sehingga sistem
pernafasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
Jalan napas yang tersumbat akan menyebabkan gangguan ventilasi karena itu langkah
yang pertama adalah membuka jalan napasdan menjaganyaaar tetap bebas. Setelah
jalan napas bebas tetapi masih ada gangguan ventilasi mak harus dicari penyebab
yang lain.
Penyebab lain terutama adalah gangguan pada mekanik ventilasi dan depresi pada
susunan saraf pusat.
Untuk inspirasi agar diperoleh volume udara yang cukup diperlukan jalan nafas yang
bebas, kekuatan otot respirasi yang kuat, dinding thoraks yang utuh, rongga pleura
yang negative dan susunan saraf yang baik.
Bila ada gangguan dari unsur-unsur mekanik di atas maka akan menyebabkan volume
inspirasi tidak adekuat, sehingga terjadi hipoventiasi yang mengakibatkan hiperkarbia
dan hipoksemia. Hiperkarbia menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak yang
akan meningkatkan tekanan intracranial, yang dapat menurunkan kesadaran dan
menekan pusat nafas bila disertai hipoksemia keadaan akan makin memburuk.
Penekanan pusat nafas akan menurunkan ventilasi. Lingkaran ini harus dipatahkan
dengan memberikan ventilasi dan oksigenasi.
Pusat nafas bekerja secara otomatis dan menurut kendali. Oleh karena itu, pada
penderita dengan gangguan ventilasi dimana penolonbg belum mampu mnguasai

12

ventilasinya dan masih memerlukan kooperasi dengan pendirita, sebaiknya penderita


tidak ditidurkan, tetap dalam keadaan sadar.
Gangguan ventiasi dan oksigenasi juga dapat terjadi akibat kelainan di paru dan
kegagalan fungsi paru
Parameter ventilasi :

PaCO2 (N: 35-45 mmHg)


ETCO2 (N: 25-35 mmHg)

Parameter oksigenasi

PaO2 (N: 80-100 mmHg)


SaO2 (N: 95-100%)

PENATALAKSANAAN SUMBATAN JALAN NAFAS KARENA BENDAASING


Metode
1
2
3

Abdominal Thrust
Chest Thrust
Back Blow

Indikasi
Untuk menghilangkan obstruksi di jalan napas atas yang disebabkan oleh benda asing dan
yang ditandai oleh beberapa atau semua dari tanda dan gejala berikut ini :

Secara mendadak tidak dapat berbicara.


Tanda-tanda umum tercekikrasa leher tercengkeram
Bunyi berisik selama inspirasi.
Penggunaan otot asesoris selama bernapas dan peningkatan kesulitan bernapas.
Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu untuk batuk.
Tidak terjadi respirasi spontan atau sianosis
Bayi dan anak dg distres respirasi mendadak disertai dg batuk, stidor atau wizing.

Kontraindikasi dan Perhatian

13

Pada klien sadar, batuk volunter menghasilkan aliran udara yg besar dan dapat

menghilangkan obstruksi.
Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yg mengalami cedera dada,

seperti flail chest, cardiac contusion, atau fraktur sternal.


Pada klien yg sedang hamil tua atau yg sangat obesitas, disarankan dilakukan chest

thrusts.
Posisi tangan yg tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada organorgan yang ada dibawahnya selama dilakukan chest thrust.

Peralatan
1
2

Suction oral, jika tersedia.


Magill atau Kelly forcep dan laryngoscope (utk mengeluarkan benda asing yg dapat
dilihat di jalan napas atas).

Persiapan Klien
1
2
3
4

Posisi klienduduk, berdiri atau supine.


Suction semua darah/mukus yg terlihat dimulut klien.
Keluarkan semua gigi yg rusak/tanggal.
Siapkan utk dilakukan penanganan jalan napas yg definitif, misalnya cricothyrotomi.

Tahapan Prosedur Abdominal Thrust


1

Jika pasien dlm keadaan berdiri atau duduk :


a
b

Anda berdiri di belakang klien


Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian
pegang lengan kanan tsb dg lengan kiri. Posisi lengan anda pd abdomen klien

yakni dibawah prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.


Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah

dalam-atas.
Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali utk menghilangkan
obstruksi jalan napas.
14

e
2

Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.

Jika pasien dlm keadaan supine/unconcious :


a
b

Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien.


Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda yg menempel di
abdomen tepatnya di bawah prosesus xipoideus dan diatas pusat/umbilikus.

Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah
dalam-atas.

Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali utk menghilangkan


obstruksi jalan napas.

e
3

Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.

Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi dan
jika tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut
menggunakan Kelly atau Megil forcep.

Tahapan Prosedur Chest Thrust


1

Jika posisi klien duduk/ berdiri:


a

Anda berdiri di belakang klien

Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di area


midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat
kompresi jantung luar).

15

Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu


ulangi chest thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas.

d
2

Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.

Jika posisi klien supine:


a

Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien.

Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda dan posisikan bagian
bawah lengan kanan anda pada area midsternal di atas prosesus xipoideus
klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).

Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu


ulangi chest thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas.

d
3

Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.

Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi dan
jika tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut
menggunakan Kelly atau Megil forcep.

Tahapan Prosedur Back Blow & Chest Thrust (untuk Bayi <>
1

Bayi diposisikan prone diatas lengan bawah anda, dimana kepala bayi lebih rendah
dari pada badannya.

Topang kepala bayi dengan memegang rahang bayi.

Lakukan 5 kali back blow dengan kuat antara tulang belikat menggunakan tumit
tangan anda.
16

Putar bayi ke posisi supine, topang kepala dan leher bayi dan posisikan di atas paha.

Tentukan lokasi jari setingkat dibawah nipple bayi. Tempatkan jari tengah anda pada
sternum dampingi dengan jari manis.

Lakukan chest thrust dengan cepat.

Ulangi langkah 1-6 sampai benda asing keluar atau hilangnya kesadaran.

Jika bayi kehilangan kesadaran, buka jalan napas dan buang benda asing jika ia
terlihat. Hindari melakukan usapan jari secara membutapada bayi dan anak, karena
benda asing dapat terdorong lebih jauh ke dalam jalan napas.

Tahapan Prosedur Back Blow & Chest Thrust (untuk Anak 1-8 th)
1

Untuk klien yg berdiri atau duduk :


a
b
c

Posisi anda dibelakang klien.


Tempatkan lengan anda dibawah aksila, melingkari tubuh korban
Tempatkan tangan anda melawan abdomen klien, sedikit di atas pusar dan

dibawah prosesus xipoideus.


Lakukan dorongan ke atas (upward thrusts) sampai benda asing keluar atau
pasien kehilangan kesadaran.

Utk klien pada posisi supine :


a
b
c

Posisi anda berlutut disamping klien atau mengangkangi paha klien.


Tempatkan lengan anda di atas pusar & dibawah prosesus xipoideus.
Lakukan thrust ke atas dengan cepat, dengan arah menuju tengah-tengah dan

tidak diarahkan ke sisi abdomen.


Jika benda asing terlihat, keluarkan dengan menggunakan sapuan jari tangan.

PERHATIAN

17

Back blow tidak direkomendasikan pada pasien diatas usia bayi.


Sapuan jari membuta harus dihindari pada bayi dan anak, sebab kemungkinan dapat
mendorong benda asing lebih kebelakang ke dalam jalan napas.
Komplikasi
1

Nyeri abdomen, ekimosis

Mual, muntah

Fraktur iga

Cedera/trauma pada organ-organ dibawah abdomen/dada.

Pendidikan Kesehatan untuk Klien


1

Makan perlahan

Potong makanan menjadi kecil-kecil

Kunyah mkanan hingga halus

Jangan mengobrol dan tertawa saat mengunyah

Pastikan gigi atau gigi palsu anda baik

Duduk saat makan

Jaga makanan dan mainan yang berukuran kecil/keras seperti kacang, agar jauh dari
jangkauan anak di bawah 3 tahun

Larang anak berjalan atau lari saat makan utk menurunkan kemungkinan aspirasi

18

SISTEM RUJUKAN
1

Sistem rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas suatu
kasus/ masalah medik yang timbul, baik secara vertikal maupun harizontal kepada

yang lebih berwenang dan mampu, terjangkau dan rasional (Depkes RI, 1991)
Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas
timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara
vertikal maupun horizontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan dilakukan
secara rasional (Hatmoko, 2000)

TUJUAN RUJUKAN
Menurut Mochtar, 1998 Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan antara lain :
1
2

Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-baiknya


Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari

unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya


Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge & skill)
melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer

Sedangkan menurut Hatmoko, 2000 Sistem rujukan mempunyai tujuan umum dan khusus,
antara lain :
1

Umum
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung kualitas
pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara

berdaya guna dan berhasil guna.


Khusus
Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan

rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna.


Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preveventif secara
berhasil guna dan berdaya guna.

JENIS RUJUKAN

19

Menurut Hatmoko (2000) jenis rujukan secara konseptual menyangkut hal-hal sebagai
berikut :
1

Rujukan medik, meliputi


Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operatif dan lain-lain.
Pengiriman bahan (specimen) unutuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk

mutu pelayanan pengobatan


Rujukan kesehatan
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang bersifat
preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan :
Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar biasa atau
terjangkitnya penyakit menular
Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
Pendidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan
kerancunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan masal
Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah kekurangan air
bersih bagi masyarakat umum
Pemeriksaan specimen air di laboratorium kesehatan dan lain-lain

ALUR RUJUKAN
Dalam rangka pelaksanaan rujukan diperhatikan hal-hal yang menyangkut tingkat kegawatan
penderita, waktu dan jarak tempuh sarana yang dibutuhkan serta tingkat kemampuan tempat
rujukan.
Dalam kaitan ini alur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut :
A Dari kader
Kader dapat langsung merujuk ke :
Puskesmas pembantu atau pondok bersalin atau bidan di desa
Puskesmas atau puskesmas denga rawat inap
Rumah sakit pemerintah atau swasta
B Dari posyandu
Dari posyandu dapat langsung merujuk ke :
Puskesmas pembantu atau

20

Pondok bersalin atau bidan desa atau puskesmas atau puskesmas dengan rawat
inap atau rumah sakit pemerintah yang terdekat
C Dari puskesmas pembantu
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit kelas D/C atau rumah sakit swata
D Dari pondok bersalin
Dapat langsung ke rumah sakit kelas D/C atau rumah sakit swasta
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merujuk pasien :
Pada rujukan penderita gawat darurat, batas wilayah administrasi (geografis) dapat
diabaikan karena yang penting adalah penderita dapat pertolongan yang cepat dan
tepat.
Sedangkan untuk penderita yang tidak termasuk gawat darurat dilaksanakan sesuai
dengan prosedur rujukan yang biasa sesuai hierarki fasilitas pelayanan.

21

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jenis Sumbatan Jalan Nafas
Obstruksi Partial

Korban mungkin masih mampu bernafas, namun kualitas pernafasannya bisa baik
atau buruk

Pada korban dengann pernafasan yang masih baik >> anjurkan untuk batuk dengann
kuat sampai benda keluar

Bila sumbatan partial menetap >> aktifkan sistem emergency

Obstruksi partial dengann pernafasan buruk >> diperlakukan seperti sumbatan jalan
nafas komplit.

Obstruksi Komplit

Korban biasanya tidak dapat bernafas, berbicara atau batuk dan biasanya tampak
memegangi leher

Saturasi oksigen akan cepat turun dan otak akan mengalami kekurangan oksigen
>>kehilangan kesadaran dan kematian

Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau
berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, dimana dalam
pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling
berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis
tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di
atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi,

22

transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan
segera tertangani dengan tepat.

23

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2000, Buku Saku Patofisiologi, EGC : Jakarta


Simon, R., & Brenner, B. (1994). Emergency procedures and techniques. (3rd

ed.). Baltimore: William & Wilkins.


Tim YAGD 118. 2011. Buku Panduan: Basic Trauma Life Support and Basic Cardiac

Life Support. Edisi ke 4. Jakarta: Yayasan AGD 118


American Heart Association. (1994). Basic life support for healthcare

providers. Dallas: Author.


Comitte on Trauma, American College of Surgeon. ATLS Student Course Manual, 7th

Edition. Chicag0: American College of Surgeon, 2004.


European Resuscitation Council. Guidelines for Resuscitation 2005: Section 2. Adult
basic life support and use of automated external defibrillators. Resuscitation (2005)
67S1, S7S23.

24

Anda mungkin juga menyukai